PENGARUH KADAR KARBOHIDRAT DALAM PAKAN

advertisement
TESIS
PENGARUH KADAR KARBOHIDRAT DALAM
PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN, EFISIENSI
PAKAN DAN AKTIVITAS ENZIM AMILASE PADA
IKAN BANDENG (Chanos chanos Forsskal)
MUHAMMAD MARZUQI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
TESIS
PENGARUH KADAR KARBOHIDRAT DALAM
PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN, EFISIENSI
PAKAN DAN AKTIVITAS ENZIM AMILASE PADA
IKAN BANDENG (Chanos chanos Forsskal)
MUHAMMAD MARZUQI
NIM 1292261015
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI BIOLOGI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
i
PENGARUH KADAR KARBOHIDRAT DALAM
PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN, EFISIENSI
PAKAN DAN AKTIVITAS ENZIM AMILASE PADA
IKAN BANDENG (Chanos chanos Forsskal)
Tesis ini untuk memperoleh Gelar Magister
Pada Program Magister, Program Studi Biologi,
Program Pascasarjana Universitas Udayana
MUHAMMAD MARZUQI
NIM 1292261015
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI BIOLOGI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
ii
Lembar Persetujuan Pembimbing
TESIS INI TELAH DISETUJUI
PADA TANGGAL 16 April 2015
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Prof. Ir. I Wayan Kasa, M.Rur.Sc., Ph.D
NIP. 19460703 198011 1 001
Prof. Dr. I N. Adiasmara Giri, MS
NIP. 19590106 198303 1 002
Mengetahui,
Ketua Program Studi Biologi
Program Pascasarjana
Universitas Udayana,
Direktur
Program Pascasarjana
Universitas Udayana,
Ir. Ida Ayu Astarini, M.Sc., Ph.D
NIP. 19680327 199302 2 001
Prof. Dr. dr.A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K)
NIP 19590215 198510 2 001
iii
Tesis Ini Telah Diuji
Tanggal 16 Maret 2015
Panitia Penguji Berdasarkan SK Rektor
Universitas Udayana, No. 792/UN14.4/HK/2015, Tanggal 11 Maret 2015
Ketua : Prof. Ir. I Wayan Kasa, M.Rur.Sc., Ph.D
Anggota:
1. Prof. Dr. I N. Adiasamara Giri, MS
2. Prof. Dr. Drs. Ketut Junitha, MS
3. Drs. Joko Wiryatno, M.Si
4. Drs. Deny Suhernawan Yusup, M.Sc.,St.
iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: Muhammad Marzuqi
NIM
: 1292261015
Program Studi
: Magister Biologi
Judul Tesis
: PENGARUH KADAR KARBOHIDRAT DALAM
PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN, EFISIENSI
PAKAN DAN AKTIVITAS ENZIM AMILASE PADA
IKAN BANDENG (Chanos chanos Forsskal)
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat.
Apabila dikemudian hari terbukti plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010
dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Singaraja, 16 April 2015
Yang membuat pernyataan
(Muhammad Marzuqi)
v
UCAPAN TERIMAKASIH
Dengan memanjatkan puji syukur ke penulis ke hadirat Allah SWT/Tuhan
Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah serta karunia-Nya
sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan.
Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Magister
pada Program Studi Biologi, Program Pascasarjana Universitas Udayana.
Dalam menyelesaikan tesis ini penulis banyak mendapat bimbingan, saran,
dan bantuan dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis
mengucapkan termia kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Ir. I Wayan Kasa, M.Rur.Sc. Ph.D, selaku pembimbing I yang
dengan ketelitian dan kesabaran telah memberi bimbingan, saran dan
masukan kepada penulis.
2. Bapak Prof. Dr. I N. Adiasmara Giri, MS, selaku pembimbing II yang
memberi dorongan, saran, dan semangat selama penulisan tesis ini.
3. Bapak Prof. Dr. dr. Made Bakta, Sp.PD (KHOM) selaku Rektor
Universitas Udayana yang telah memberi kesempatan dan fasilitas untuk
menyelesaikan pendidikan Program Magister kepada penulis.
4. Ibu Prof. Dr. A. A. Raka Sudewi, Sp.S(K) selaku Direktur Program
Pascasarjana Universitas Udayana yang telah memberi kesempatan
menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana
Universitas Udayana kepada penulis.
5. Ibu Ir. Ida Ayu Astarini, M.Sc., Ph.D selaku Ketua Program S2 Biologi
Program Pascasarjana Universitas Udayana yang telah memberi ijin untuk
mengikuti pendidikan Program Magister kepada penulis.
6. Bapak Prof. Dr. Drs. Ketut Junitha, MS, Bapak Drs. Joko Wiryatno, M.Si
dan Bapak Drs. Deny Suhernawan Yusup, M.Sc.,St. selaku dosen penguji
yang telah memberi saran dan masukan serta koreksi kepada penulis
sehingga penulisan tesis dapat terwujud.
7. Bapak Ir. Bambang Susanto, SU, selaku Kepala Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Budidaya Laut Gondol Bali atas bantuannya kepada
penulis.
8. Seluruh staf peneliti, teknisi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Budidaya Laut Gondol terutama di laboratorium Kimia dan Nutrisi.
9. Kepada istri dan anak-anak tercinta yang telah memberikan dukungan
secara moril maupun materiil kepada penulis.
10. Kepada rekan-rekan mahasiswa Pascasarjana Biologi
yang telah
memberikan dukungan dan bantuan dalam penulisan tesis ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini jauh dari sempurna, sehingga
kritik dan saran sangat diharapkan guna memperbaiki kesalahan. Akhir kata
semoga tesis ini bermanfaat bagi semua pihak yang menghargai ilmu
pengetahuan.
ABSTRAK
PENGARUH KADAR KARBOHIDRAT DALAM PAKAN TERHADAP
PERTUMBUHAN, EFISIENSI PAKAN DAN AKTIVITAS ENZIM
AMILASE PADA IKAN BANDENG (Chanos chanos Forsskal)
Karbohidrat memiliki peranan penting dalam pakan sehingga perlu
diketahui kadar yang tepat dan optimal untuk menunjang pertumbuhan ikan
bandeng. Banyak praktisi yang belum mengetahui penggunaan kadar karbohidrat
yang tepat. Sehingga, dalam rangka menemukan solusi ini maka penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh kadar karbohidrat dalam pakan terhadap
laju pertumbuhan, efisiensi pakan dan aktivitas enzim amilase ikan bandeng
(Chanos chanos Forsskal).
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan rancangan acak
lengkap (RAL) yang dilakukan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Budidaya Laut (BBPPBL), Gondol, Buleleng dari bulan Pebruari 2014 sampai
Juli 2014. Objek penelitian adalah : (1) ikan uji yaitu benih ikan bandeng
berukuran berat rata- rata 1,5±0,5 g dengan panjang total 8,0±0,5 cm dan
berumur 3 bulan; (2) pakan uji yaitu pelet kering dengan diameter 2,1-3,1 mm.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kadar karbohidrat (3,40%, 12,40%,
21,40%, 30,40%, 39,40%) dalam pakan. Variabel terikatnya adalah laju
pertumbuhan, efisiensi pakan, dan aktivitas enzim amilase. Data yang diperoleh
dianalisis menggunakan ANOVA satu jalur dan uji lanjut BNT.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) perbedaan kadar karbohidrat
dalam pakan berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ikan bandeng (Chanos
chanos Forsskal) (P<0,05), dengan laju pertumbuhan harian maksimal pada
pakan dengan kadar karbohidrat 30,40% mencapai rata-rata 0,364 g/hari; (2)
perbedaan kadar karbohidrat dalam pakan berpengaruh terhadap efisiensi
pakan ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal) (P<0,05), dengan efisiensi pakan
optimum pada pakan dengan kadar karbohidrat 30,40% mencapai rata-rata
110,69%; (3) perbedaan kadar karbohidrat dalam pakan berpengaruh terhadap
aktivitas enzim amilase ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal) (P<0,05).
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perbedaan
kadar karbohidrat berpengaruh terhadap laju pertumbuhan, efisiensi pakan, dan
aktivitas enzim amilase. Disarankan bahwa untuk pembuatan pakan ikan bandeng
(Chanos chanos Forsskal) sebaiknya menggunakan kadar karbohidrat 30,40%.
Kata Kunci: Kadar karbohidrat, laju pertumbuhan, efisiensi pakan, aktivitas enzim
amilase
vii
ABSTRACT
THE EFFECTS OF CARBOHYDRATE LEVELS IN DIET ON GROWTH,
FEED EFFICIENCY AND AMYLASE ENZYME ACTIVITY OF
MILKFISH (Chanos Chanos Forsskal) FRY
Carbohydrates play an important role in formulating diet, therefore it is
necessary to evaluate its exact and optimal levels to encourage the growth of
milkfish. Many of practitioners do not know the proper of carbohydrate levels
used in aquaculture. Thus, to find the solution of this issue, the objectives of this
research were to investigate the effects of carbohydrate levels on growth, feed
efficiency and amylase enzyme activity of milkfish (Chanos chanos Forsskal).
This research was conducted in completely randomized design (CRD) and
performed in the Research and Development Institute for Mariculture (BBPPBL),
Gondol, Buleleng from February 2014 to July 2014. The object of the research
were: (1) fish seed with an average weight of 1.5 ± 0.5 g, with a total length of 8.0
± 0.5 cm and 3 months old, as test fish; (2) dry pellets with diameters of 2.1 to 3.1
mm, as test feed. The independent variable in this study was the carbohydrate
levels in diet and the dependent variable were growth rate, feed efficiency, and
amylase enzyme activity. Quantitative data obtained was analyzed using one-way
ANOVA and tested further using LSD.
The results showed that: (1) the differences in carbohydrate levels in diet
had an effect on the growth rate of milkfish (Chanos Chanos Forsskal) (P <0.05),
which the maximum growth rate was resulted from the carbohydrate level of
30.40%, with an average of 0,364 g/day; (2) the differences in carbohydrate levels
in diet had an effect on the feed efficiency of milkfish (Chanos Chanos Forsskal)
(P <0.05), which the maximum feed efficiency was resulted from the
carbohydrate level of 30.40%, with an average of 110.69%; (3) the differences in
carbohydrate levels in diet had an effect on the amylase enzyme activity of
milkfish (Chanos Chanos Forsskal) (P <0.05).
In conclusion, the difference in carbohydrate levels had effects on the
growth rate, feed efficiency and amylase enzyme activity. It is recommended that
in manufacturing milkfish (Chanos chanos Forsskal) diet, carbohydrate level
should be 30.40%.
Keywords: Carbohydrate levels, growth rate, feed efficiency, amylase enzyme
activity
DAFTAR ISI
Halaman
Sampul dalam ............................................................................................. i
Prasyarat gelar.... .......................................................................................... ii
Lembar Persetujuan...................................................................................... iii
Penetapan panitia penguji ............................................................................ iv
Surat pernyataan bebas plagiat ..................................................................... v
Ucapan terima kasih .................................................................................... vi
Abstrak ....................................................................................................... vii
Abstract ..................................................................................................... viii
Daftar Isi ..................................................................................................... ix
Daftar Tabel ............................................................................................... xii
Daftar Gambar .......................................................................................... xiii
Daftar Lampiran ........................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 4
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi dan morfologi ikan bandeng ……........... .................. 5
2.2 Habitat dan kebiasaan makan ...................................................... 6
2.3 Kebutuhan nutrisi ikan ................................................................ 7
2.4 Karbohidrat .................................................................................. 10
2.5 Metabolisme karbohidrat ............................................................ 12
2.6 Pemanfaatan karbohidrat pakan .................................................. 13
2.7 Sistem pencernaan ikan ............................................................... 14
2.8 Aktivitas enzim pencernaan ikan ............................................... 15
2.9 Enzim .......................................................................................... 16
2.10 Enzim amilase ........................................................................... 18
BAB III KERANGKA BERFIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS
PENELITIAN
3.1 Kerangka Berfikir........................................................................ 19
3.2 Konsep ........................................................................................ 21
3.3 Hipotesis ...................................................................................... 22
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan percobaan................................................................... 23
4.2 Lokasi dan waktu penelitian ....................................................... 23
4.3 Ruang lingkup penelitian ............................................................ 24
4.4 Penentuan sumber data ................................................................ 24
4.5 Variabel penelitian ...................................................................... 24
4.5.1 Parameter utama .................................................................. 24
4.5.2 Parameter pendukung .......................................................... 25
4.6 Obyek penelitian ......................................................................... 26
4.6.1 Ikan uji ................................................................................ 26
4.6.2 Pakan uji .............................................................................. 26
4.7 Bahan dan instrumen penelitian .................................................. 27
4.7.1 Bahan penelitian .................................................................. 27
4.7.2 Media penelitian .................................................................. 27
4.7.3 Instrumen penelitian ............................................................ 27
4.8 Prosedur kerja .............................................................................. 28
4.8.1 Pengamatan laju pertumbuhan harian dan efisiensi
pakan .................................................................................. 28
4.8.2 Pengamatan aktivitas enzim amilase .................................. 29
4.9 Analisa data ................................................................................. 30
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Hasil ........................................................................................... 32
5.1.1 Pengaruh karbohidrat dalam pakan terhadap
pertumbuhan pada ikan bandeng (Chanos chanos
Forsskal) .............................................................................. 33
5.1.2 Pengaruh karbohidrat dalam pakan terhadap efisiensi
pakan ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal) ................. 34
5.1.3 Pengaruh karbohidrat dalam pakan terhadap
aktivitas enzim amilase ikan bandeng (Chanos chanos
Forsskal) ............................................................................. 35
5.1.4 Analisis data pendukung .................................................... 37
5.1.4.1Kelangsungan hidup .................................................. 37
5.1.4.2 Kualitas fisika dan kimia air ....................................... 37
BAB VI PEMBAHASAN
6.1
Pembahasan ................................................................................ 38
6.1.1 Pengaruh karbohidrat dalam pakan terhadap pertumbuhan
ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal) ................................... 38
6.1.2 Pengaruh karbohidrat dalam pakan terhadap efisiensi
pakan ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal) ....................... 42
6.1.3 Pengaruh karbohidrat dalam pakan terhadap aktivitas
enzim amilase ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal) .......... 44
6.1.4 Kelangsungan hidup ................................................................... 46
6.1.5 Kualitas fisika dan kimia air ...................................................... 46
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan...................................................................................... 59
7.2 Saran ............................................................................................ 59
Daftar Pustaka ............................................................................................. 51
Riwayat Hidup ............................................................................................ 58
Lampiran .................................................................................................... 59
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ………………
28
Tabel 5.1
Rata-rata Pertumbuhan Harian (PH), Efisiensi Pakan (EP),
dan Aktivitas Enzim Amilase (AEA) pada Ikan Bandeng
(Chanos chanos Forsskal) …………………………………
32
Rata-rata perbandingan kualitas fisika dan kimia air selama
penelitian ..............................................................................
37
Tabel 5.2
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1
Diagram Konsep Penelitian …………………………...
Gambar 5.1
Pertumbuhan Harian Ikan Bandeng (Chanos chanos
Forsskal) Dengan Pemberian Kadar Karbohidrat Pakan
Berbeda..........................................................................
Pertumbuhan Rata-rata Ikan Bandeng (Chanos chanos
Forsskal) Dengan Pemberian Kadar Karbohidrat Pakan
Berbeda............................................................................
Efisiensi Pakan Ikan Bandeng
(Chanos chanos
Forsskal) Dengan Pemberian Kadar Karbohidrat Pakan
Berbeda............................................................................
Aktivitas Enzim Amilase Pada Lambung dan Usus
Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsskal) Dengan
Pemberian Kadar Karbohidrat Pakan Berbeda ...............
Gambar 5.2
Gambar 5.3
Gambar 5.4
21
33
34
35
36
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Halaman
Foto Benih Ikan Bandeng........................................................
59
Lampiran 2
Foto Bak Penelitian ………………….........…...…………….
59
Lampiran 3
Foto Bahan Pakan Untuk Ikan ................................................
60
Lampiran 4
Foto Mesin Pembuatan Pakan .................................................
60
Lampiran 5
Formulasi Pakan Penelitian.....................................................
61
Lampiran 6
Hasil Analisa Proksimat Pakan Uji.........................................
61
Lampiran 7
Komposisi Vitamin Mix Pakan Buatan…………...………....
62
Lampiran 8
Komposisi Mineral Mix Pakan Buatan .............…………….
62
Lampiran 9
Lampiran 10
Kadar Nutrien Pakan Yang Diperlukan Ikan Bandeng
(Chanos chanos Forsskal) (Vijayagopal et al., 2011) ............
Bahan Pakan Buatan ...............................................................
63
64
Lampiran 11
Bahan Analisa Proksimat Pakan ...........................................
64
Lampiran 12
Bahan Analisa Enzim Amilase .............................................
64
Lampiran 13
Alat Alat Yang Digunakan Dalam Penelitian .......................
65
Lampiran 14
Data Pertumbuhan Harian Ikan Bandeng (Chanos chanos
Forsskal) ……………………………………………………..
Data Efisiensi Pakan Ikan Bandeng (Chanos chanos
Forsskal) ……………………………………………………..
Data Aktivitas Enzim Amilase Ikan Bandeng (Chanos
chanos Forsskal) (U/mg protein)……….......………….....
Data Kelangsungan Hidup Ikan Bandeng (Chanos chanos
Forsskal) (%) ……………………………………………......
Data Rata-Rata Kualitas Fisika dan Kimia Air Ikan
Bandeng (Chanos chanos Forsskal) ……………………......
Pertumbuhan Harian, Efisiensi Pakan, dan Aktivitas Enzim
amilase Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsskal) …………..
Uji Normalitas (Output IBM SPSS 20) ……………………..
Lampiran 15
Lampiran 16
Lampiran 17
Lampiran 18
Lampiran 19
Lampiran 20
Lampiran 21
Lampiran 22
Analisis ragam (ANOVA satu jalur) Pertumbuhan Harian
Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsskal) …………………...
Analisis ragam (ANOVA satu jalur) Efisiensi Pakan Ikan
Bandeng (Chanos chanos Forsskal) setelah data
ditransformasi pada Y = (X)0,5 …………………………........
66
66
66
67
67
67
68
69
69
Lampiran 23
Lampiran 24
Lampiran 25
Analisis ragam (ANOVA satu jalur) Aktivitas Enzim
Amilase Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsskal) ………….
Analisis ragam (ANOVA satu jalur) Kelangsungan Hidup
Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsskal) setelah data
ditransformasi pada Y = (X)0,5 ………………………………
Hasil Uji Proksimat Ikan Sebelum dan Sesudah Penelitian
dengan Kadar Karbohidrat Berbeda………………………….
70
70
71
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal) merupakan salah satu ikan
ekonomis penting karena dikenal di masyarakat sebagai sumber protein hewani
yang mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi, pangsa pasar yang baik. Ikan
banding merupakan spesies unggulan dalam pengembangan budidaya air payau
setelah komoditas udang. Selain sebagai ikan konsumsi,
ikan bandeng juga
dipakai sebagai ikan untuk umpan hidup pada usaha penangkapan ikan tuna
sehingga kebutuhan benih
ikan bandeng cukup banyak. Hal tersebut
menyebabkan perlu dilakukan usaha kegiatan budidaya ikan bandeng baik di
tambak maupun jaring apung untuk mengantisipasi kebutuhan
pasar yang
semakin banyak.
Teknologi budidaya ikan bandeng di tambak
telah mengalami
perkembangan yang begitu pesat mulai dari sistem tradisional sampai sistem
intensif. Pada teknologi budidaya secara intensif, penggunaan pakan merupakan
salah satu komponen yang sangat besar peranannya untuk meningkatkan
pertumbuhan yang optimal. Namun, salah satu kendala umum dalam upaya
intensifikasi budidaya ikan khususnya ikan bandeng adalah harga pakan yang
mahal dan membutuhkan jumlah pakan yang banyak sehinggga biaya produksi
cukup tinggi, yang dapat mencapai 35-60% dari total biaya produksi (Sutikno,
2011). Harga pakan ikan bandeng yang relatif mahal ini disebabkan oleh
1
2
komposisi utama pakan ikan adalah protein. Diketahui bahwa protein merupakan
sumber energi pakan yang mahal, terutama protein yang berasal dari tepung ikan.
Pakan ikan yang baik mempunyai kandungan protein, lemak, karbohidrat,
vitamin dan mineral yang sesuai dengan kebutuhan nutrien dari ikan yang
dibudidayakan. Kebutuhan nutrien harus lengkap dan berimbang untuk
mendukung proses fisiologis dan metabolisme dalam tubuh ikan. Bahan baku
utama dalam penyusunan pakan ikan adalah tepung ikan sebagai sumber protein
yang ketersediaanya masih harus diimpor. Ikan bandeng dapat tumbuh lebih
cepat dengan diberi pakan pelet dengan kadar protein 25-35 % (Buwono, 2000).
Menurut Boonyaratpalin (1997) bahwa kebutuhan protein pakan benih ikan
bandeng pada
ukuran 0,5-0,8 g berkisar 30-40 % dalam pakan. Tingginya
kebutuhan protein akan berimplikasi pada harga pakan yang mahal, serta
banyaknya limbah nitrogen ke perairan lingkungan budidaya. National Research
Council (NRC) (1983) mengemukakan bahwa protein merupakan zat terpenting
dari semua zat gizi yang diperlukan ikan karena merupakan zat penyusun dan
sumber energi utama bagi ikan.
Salah satu upaya untuk mengurangi peranan protein sebagai sumber energi
dalam pakan adalah dengan memaksimalkan
penggunaan karbohidrat pakan
sebagai sumber energi. Karbohidrat merupakan unsur makro nutrien pakan yang
paling murah sebagai sumber energi dibandingkan dengan sumber dari protein
dan lemak. Pengaruh karbohidrat pakan terhadap pertumbuhan ikan bergantung
pada sumber, kandungan, daya cerna, jumlah yang dimakan, kondisi lingkungan
dan jenis ikan (Brauge et al., 1994). Selain itu, respon ikan terhadap karbohidrat
3
pakan berbeda tergantung pada kemampuan organ pencernaan ikan dalam
mencerna dan kemampuan sel untuk memanfaatkan glukosa (Watanabe, 1988).
Pemanfaatan karbohidrat pada ikan mas dapat mencapai 40 % (Furuichi, 1988),
sedangkan pada ikan gurami ukuran + 30 g mampu mencerna dan menyerap
karbohidrat (soluble carbohydrate) sampai kadar 35,59 % dan menghasilkan
retensi, laju pertumbuhan dan efisiensi pakan tertinggi pada karbohidrat 20,81 %
(Hadadi, 2009). Pada ikan bandeng belum ditemukan kadar karbohidrat yang
terbaik untuk pertumbuhan maksimalnya.
Di samping itu, untuk meningkatkan efisiensi pakan dan mengoptimalkan
pertumbuhan ikan perlu diperhatikan managemen pakan. Pakan buatan
yang
diberikan dengan formula dan waktu yang tepat akan dapat meningkatkan
kecernaan dan penyerapan nutrien pakan dalam saluran pencernaan ikan. Hal ini
berdampak pada peningkatan pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan bandeng.
Salah satu yang perlu diketahui adalah aktivitas enzim dalam saluran pencernaan
ikan bandeng. Menurut Bagarinao (1991) ada keterkaitan antara aktivitas enzim
pencernaan dan perkembangan struktur organ pencernaan dan kebiasaan makan
dari ikan bandeng. Peningkatan kecernaan pada karbohidrat pakan dapat
meningkatkan respons glikolisis karbohidrat untuk menghasilkan energi.
Melihat pentingnya peran karbohidrat dalam pakan maka perlu dilakukan
penelitian untuk menentukan kebutuhan karbohidrat dan efektifitasnya sebagai
sumber energi untuk mendukung pertumbuhan, efisiensi pakan dan pengaruhnya
terhadap aktivitas enzim amilase.
4
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
1.2.1 Apakah perbedaan
kadar
karbohidrat
dalam
pakan
berpengaruh
terhadap laju pertumbuhan ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal)?
1.2.2 Apakah perbedaan
kadar
karbohidrat
dalam
pakan
berpengaruh
terhadap efisiensi pakan ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal)?
1.2.3 Apakah perbedaan
terhadap
kadar
karbohidrat
dalam
pakan
aktivitas enzim amilase ikan bandeng
berpengaruh
(Chanos chanos
Forsskal)?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh:
1.3.1 perbedaan
kadar
karbohidrat
dalam
pakan terhadap
laju
pertumbuhan ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal).
1.3.2 perbedaan kadar karbohidrat dalam pakan terhadap efisiensi
pakan ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal).
1.3.3 perbedaan kadar karbohidrat dalam pakan terhadap aktivitas
enzim amilase ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal)
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang di dapat dari penelitian ini adalah untuk
menambah
khasanah ilmu nutrisi khususnya peran optimal karbohidrat dalam pakan untuk
mendukung pertumbuhan ikan bandeng dan menekan biaya pakan sehingga
meningkatkan keuntungan ekonomi.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Bandeng
Menurut Saanin (1984), bahwa ikan bandeng diklasifikasikan sebagai
berikut:
Phylum
Subphylum
Kelas
Subkelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
: Chordata
: Vertebrata
: Pisces
: Teleostei
: Malacopterygii
: Chanidae
: Chanos
: Chanos chanos Forsskal, 1775
Ikan bandeng mempunyai bentuk luar yang hampir sama dengan ikan-ikan
lainnya, yaitu seperti torpedo, dimana sirip-sirip berfungsi sebagai alat untuk
berenang
(Martosudarmo
et al., 1984). Mulut ikan bandeng berbentuk
simetribilateral, di depan dan bergigi, terdiri dari rahang atas (premaxilla) dan
rahang bawah (maxilla). Mempunyai dua buah lubang hidung (nostril), terletak di
depan mata dan tertutupi oleh lapisan seperti gelatin dan tidak mempunyai
pelupuk mata (eyelid).
Ikan bandeng mempunyai beberapa sirip pada tubuhnya, antara lain: sirip
punggung berjari-jari lemah 13-17 terletak ditengah-tengah punggung, sirip dada
berjari-jari lemah 16-17. Sirip dada dan perut mempunyai sisik tambahan
(auxilliarry scale) dan terlihat jelas pada pangkal sirip tersebut. Sirip dubur jauh
kebelakang dekat sirip ekor dan berjari-jari lemah sampai 11. Sirip ekor panjang
dan bercagak. Umumnya tubuh ikan bandeng dilindungi oleh sisik cyclid. Sisik
5
6
garis rusuk (linea lateralis) tampak pada kedua sisi badan ikan, terbentuk dari
baris sisik yang berpori.
2.2 Habitat dan Kebiasaan Makan
Ikan bandeng termasuk jenis ikan yang memiliki toleransi terhadap
perubahan kadar garam dalam kisaran luas/lebar
(euryhalyn), sehingga ikan
bandeng dapat dijumpai di daerah air tawar, air payau, dan air laut. Selama masa
perkembangannya, ikan bandeng menyukai hidup di air payau atau daerah muara
sungai. Ketika mencapai usia dewasa, ikan bandeng akan kembali ke laut untuk
berkembang biak (Bagarinao, 1991). Daerah penyebaran yaitu di laut Indo Pasifik
dan dominan di Asia. Di Asia Tenggara banyak dijumpai di daerah perairan
Birma, Thailand, Vietnam, Philipina, Malaysia dan Indonesia. Ikan bandeng
mempunyai kebiasaan makan pada siang hari. Di habitat aslinya, ikan bandeng
mempunyai kebiasaan mengambil makanan dari lapisan atas dasar laut, berupa
tumbuhan mikroskopis seperti: plankton, udang renik, jasad renik, dan tumbuhan
multiseluler lainnya. Makanan ikan bandeng disesuaikan dengan ukuran
mulutnya, (Bagarinao, 1991).
Berdasarkan jenis makanannya, ikan bandeng termasuk ikan herbivora
yang bertendensi omnivora, mempunyai mulut yang tidak bergigi dengan usus
yang sangat panjang, beberapa kali panjang tubuhnya. Pada stadia larva, ikan
bandeng tergolong karnivora yang memakan zooplankton, kemudian pada stadia
benih menjadi omnivora yang memakan zooplankton, diatom, dan bentos kecil,
dan selanjutnya pada ukuran juvenil termasuk ke dalam golongan herbivora yang
memakan algae filamen, algae mat, detritus, bentos kecil, dan bisa mengkonsumsi
7
pakan buatan berbentuk
pelet. Pada waktu dewasa, ikan bandeng berubah
menjadi omnivora lagi karena mengkonsumsi algae mat, algae filamin,
zooplankton, bentos lunak, dan pakan buatan berbentuk pelet.
2.3 Kebutuhan Nutrisi Ikan
Nutrisi merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam budidaya
ikan. Beberapa komponen nutrisi yang sangat penting dan harus tersedia dalam
pakan ikan antara lain adalah protein, lemak, karbohidrat, vitamin serta mineral.
Nutrisi mempunyai pengaruh yang besar terhadap kesehatan, pertumbuhan dan
reproduksi ikan (Linder, 1992). Kekurangan salah satu nutrisi dapat menurunkan
laju pertumbuhan, menyebabkan penyakit, sedangkan kelebihan nutrisi dapat
menyebabkan laju pertumbuhan terhambat.
Kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan ikan berbeda menurut jenis dan
ukurannya (De Silva dan Anderson, 1995; Wilson, 1989). Pada nutrisi ikan,
protein merupakan komponen organik utama yang bahannya dari jaringan tubuh
hewan, 65-75% protein berperan sebagai sumber energi dan sebagai zat
pembangun dan pengatur untuk pertumbuhan. Kandungan energi protein rata-rata
4 kilo kalori/gram atau setara dengan kandungan energi karbohidrat (Sudarmadji,
1989).
Penentuan protein yang tepat tergantung pada spesies dan ukuran ikan.
Protein dibentuk dari asam-asam amino dan ada 10 macam asam amino yang
mutlak dibutuhkan oleh ikan maupun udang. Menurut Vijayagopal et al., (2011),
kesepuluh asam amino esensial itu adalah leusin, methionin, isoleusin, tryptophan,
valin, arginin, histidin, fenilalanin, treonin, dan lisin.
8
Menurut Akbar (2000) bahwa kebutuhan asam amino (protein) masingmasing jenis ikan berbeda-beda. Jumlah protein yang dibutuhkan ikan dipengaruhi
oleh berbagai faktor antara lain ukuran ikan, suhu air, jumlah pakan yang
dimakan, kesediaan dan kualitas pakan alami, dan kualitas protein. Protein yang
dibutuhkan ikan peliharaan berhubungan erat dengan tingkat protein optimum
(optimum protein level) dalam pakan ikan tersebut. Jenis ikan karnivora
membutuhkan tingkat protein yang lebih tinggi daripada ikan herbivora. Ikan pada
stadia awal (larva) membutuhkan protein yang lebih tinggi daripada ikan dewasa.
Tingkat protein optimum dalam pakan untuk pertumbuhan ikan berkisar antara
25-50 % (Lovell, 1989).
Selanjutnya lemak pakan memegang peranan penting sebagai sumber
energi dalam pakan ikan, terutama untuk ikan-ikan karnivora. Energi total lemak
adalah 9,45 kkal/g, tetapi nilai fisiologisnya 8,00 kkal/g untuk lemak jenuh dan
9,00 kkal/g untuk lemak tak jenuh. Lemak adalah senyawa organik komplek yang
tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik. Selain itu, lemak
berfungsi menjadi sumber asam lemak, fosfolipid, kolesterol dan sebagai pelarut
pada proses penyerapan vitamin A, D, E dan K.
Lemak juga berfungsi membantu proses metabolisme dan menjaga
keseimbangan daya apung ikan dalam air, memelihara bentuk dan fungsi
membran/jaringan. Kelebihan lemak dapat disimpan sebagai cadangan energi
untuk kebutuhan energi dalam jangka panjang selama melakukan aktivitas atau
selama periode tanpa makanan (Akbar, 2000). Lemak mengandung asam lemak
yang dapat diklasifikasikan sebagai asam lemak jenuh dan tak jenuh. Asam lemak
9
tak jenuh ditandai dengan adanya ikatan rangkap, sedangkan asam lemak jenuh
ditandai dengan tidak adanya ikatan rangkap. Beberapa asam lemak tidak dapat
disintesis oleh ikan (disebut asam lemak esensial, EFA) sehingga kebutuhannya
harus dipenuhi dari pakan.
Menurut Anggordi (1990), asam lemak jenuh contohnya adalah asam
palmitat, asam stearat dan asam arachidat. Asam lemak jenis ini dapat
meningkatkan kadar kolesterol. Asam lemak tak jenuh seperti linoleat, linolenat,
dan arakidonat diperlukan untuk makanan yang sempurna. Asam-asam lemak
tersebut perlu ada dalam ransum pakan karena hewan tidak dapat membuatnya.
Dijelaskan oleh Akbar (2000), kebutuhan asam lemak tak jenuh lebih tinggi pada
ikan stadia awal dibandingkan dengan ikan dewasa. Asam lemak ω-3 HUFA
seperti eicosapentanoid acid disingkat dengan EPA (20:5n-3) dan docosahexanoid
acid disingkat dengan DHA (22:6n-3) merupakan asam lemak esensial bagi ikan
laut. Kekurangan asam lemak ω-3 HUFA dapat mengakibatkan lambatnya
pertumbuhan, tidak sempurnanya pembentukan dan fungsi gelembung renang dan
dapat menyebabkan kematian massal pada larva.
Kebutuhan lemak bagi ikan berbeda-beda dan sangat tergantung dari stadia
ikan, jenis ikan, dan lingkungan. Kebutuhan lemak total untuk pertumbuhan
juvenil ikan bandeng sebesar 7-10% (Borlongan dan Coloso, 1992). Catacutan
dan Coloso (1997), melaporkan bahwa pakan yang mengandung lemak 15% dan
karbohidrat 20% memberikan respon pertumbuhan yang baik pada ikan kakap
putih (Lates calcalifer). Dalam pakan buatan, kadar lemak tidak boleh terlalu
10
tinggi. Kadar lemak yang terlalu tinggi akan berpengaruh terhadap mutu pakan,
yaitu mudah mengalami oksidasi dan menghasilkan bau tengik.
Pada pakan harus terjadi keseimbangan antara protein, lemak dan
karbohidrat untuk mensuplai energi, proses fisiologi dan biokimia setiap jenis dan
ukuran ikan (NRC 1983). Ikan karnivora kurang mampu memanfaatkan
karbohidrat apabila dibandingkan dengan ikan omnivora dan herbivora. Pakan
yang mengandung karbohidrat dan lemak yang tepat dapat mengurangi
penggunaaan protein sebagai sumber energi yang dikenal sebagai protein sparing
effect.
Terjadinya protein sparing effect akan dapat menurunkan biaya
produksi/pakan menjadi lebih murah dan mengurangi limbah nitrogen ke
lingkungan (Peres dan Teles, 1999).
2.4 Karbohidrat
Karbohidrat adalah salah satu makro nutrien yang cukup penting dalam
pakan ikan, merupakan sumber energi pakan yang paling murah dibandingkan
protein dan lemak (Erfanullah dan Jafri, 1995). Menurut Sudarmadji (1989),
karbohidrat adalah polihidroksi aldehid atau polihidroksiketon dan kondensat
polimer-polimernya. Karbohidrat merupakan sumber kalori atau makronutrien
utama bagi organisme heterotroph.
Karbohidrat merupakan zat organik yang tersusun dari atom karbon (C),
hidrogen (H) dan oksigen (O) dalam suatu perbandingan tertentu. Karbohidrat
terbagi dalam 3 kelompok yaitu monosakarida, disakarida dan polisakarida.
Monosakarida utama yang terdapat dalam bentuk bebas dalam makanan adalah
glukosa, fruktosa. Sukrosa merupakan disakarida (gula rangkap) yang mempunyai
11
rumus empiris C12H22O11 dan dikenal juga sebagai gula meja. Sedangkan
polisakarida yang cukup penting adalah pati dengan rumus (C6H10O5.H2O)n. Pati
banyak ditemukan dalam bijian, sayuran dan leguminosa. Bahan pakan pati di
alam biasanya mengandung amilosa sekitar 10-20% dan amilopektin 80-90% dari
total pati. Dekstrin merupakan hasil antara pada hidrolisis pati menjadi maltosa.
Dekstrin merupakan substrat kesukaan bakteri acidophilik dalam saluran
pencernaan dan bila pakan mengandung dektrin maka sintesis vitamin B dalam
usus akan meningkat (Winarno, 1997). Karbohidrat dalam bentuk sederhana
umumnya memiliki sifat lebih mudah larut dalam air daripada lemak dan protein
(Vijayagopal et al, 2011). Kemampuan ikan untuk memanfaatkan karbohidrat
tergantung pada kemampuan menghasilkan enzim amilase sebagai pemecah
karbohidrat.
Pakan yang dikonsumsi ikan akan menyediakan energi yang sebagian
besar digunakan untuk metabolisme yang meliputi energi untuk hidup, aktivitas,
pencernaan makanan dan pertumbuhan, sedangkan sebagian yang lainnya
dikeluarkan dalam bentuk feses dan bahan ekskresi lainnya (Webster dan Lim,
2002). Sumber energi lain yang berperan sebagai “protein sparring effect” selain
karbohidrat adalah lemak. Ikan bandeng secara efektif dapat memanfaatkan
lemak dan karbohidrat sebagai sumber energi non-protein. Energi untuk seluruh
aktivitas tersebut diharapkan sebagian besar berasal dari nutrien non protein
(lemak dan karbohidrat). Apabila sumbangan energi dari bahan non protein
tersebut rendah, maka protein akan didegradasi untuk menghasilkan energi,
sehingga fungsi protein sebagai nutrien pembangun jaringan tubuh akan
12
berkurang. Menurut Shiau dan Chuang (1995); Peres dan Teles (1999)
menyatakan bahwa protein sparing effect oleh karbohidrat dan lemak dapat
menurunkan biaya produksi (pakan) dan mengurangi pengeluaran limbah nitrogen
ke lingkungan.
2.5 Metabolisme Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi dan pada umumnya diproduksi oleh
tumbuhan melalui proses fotosintesis (Sahwan, 2002). Kebutuhan ikan terhadap
karbohidrat sangat tergantung pada jenis ikan. Golongan ikan karnivora
membutuhkan karbohidrat lebih kurang 9%, golongan ikan omnivora memerlukan
karbohidrat hingga 18,6%, dan ikan herbivora memerlukan karbohidrat lebih
banyak lagi, yaitu mencapai 61% (Benitez, 1084).
Karbohidrat dalam pakan umumnya berbentuk senyawa polisakarida,
disakarida, dan monosakarida. Karena ikan tidak memiliki air liur maka
pencernaan karbohidrat dimulai pada segmen lambung, tetapi secara intensif
terjadi pada segmen usus yang memiliki enzim amilase pankreatik. Banyak enzim
karbohidrase yang berperan pada segmen usus, antara lain: amilase, laktase,
selulase, dan lain-lain. Amilum dan glikogen dihidrolisis oleh enzim amilase
menjadi maltose dan dekstrin. Maltose dan dekstrin ini akan dihidrolisis oleh
enzim laktase-limit dekstrinase menjadi glukosa. Disakarida dihidrolisis oleh
enzim lactase atau sukrase menghasilkan galaktosa, glukosa, dan fruktosa.
Selulosa akan dihidrolisis oleh enzim selulase menjadi sellubiose, kemudian
sellubiose akan dihidrolisis oleh enzim sellobiose menjadi glukosa. Dalam bentuk
13
glukosa ini karbohidrat dapat diserap oleh dinding usus (Audesirk dan Audesirk,
1999). Setelah diabsorbsi oleh sel, glukosa dapat segera diubah menjadi energi
atau dapat disimpan dalam bentuk glikogen. Alur penting dalam metabolism
karbohidrat adalah piruvat yang dapat diubah menjadi laktat tanpa membutuhkan
oksigen (glikolisis anaerob). Dengan demikian, di bawah kondisi khusus,
misalnya dalam aktivitas renang cepat, energi tetap dapat diproduksi walaupun
dalam jumlah kecil sambil menunggu sistem pernapasan membawa oksigen
tambahan. Reaksi anaerob ini pada akhirnya menghasilkan laktat sehingga laktat
akan terakumulasi (khususnya dalam jaringan otot) sampai oksigen dapat
dimanfaatkan.
Dengan
proses
oksidasi,
laktat
akan
diubah
menjadi
karbondioksida dan air (Tacon, 1987 dan Shimeno, 1974).
2.6 Pemanfaatan Karbohidrat Pakan
Karbohidrat pakan mempunyai fungsi utama sebagai sumber energi
bagi kehidupan normal hewan. Ikan membutuhkan energi untuk pertumbuhan,
aktivitas dan reproduksi. Ikan merupakan hewan yang tergolong kurang mampu
memanfaatkan karbohidrat sebagai sumber energinya (Wilson, 1994). Penggunaan
karbohidrat pakan dipengaruhi oleh kekomplekan dan jumlah karbohidrat, jenis
dan ukuran ikan budidaya (Podoskina et al., 1997). Hal ini berkaitan dengan nilai
kecernaan sumber karbohidrat, aktivitas enzim karbokhidrase ikan, kemampuan
penyerapan
glukosa
dan
monosakarida
lainnya
serta
kemampuan
sel
memanfaatkan glukosa dalam darah (Hepher, 1988; Wilson, 1994). Nilai
kecernaan karbohidrat pakan sangat dipengaruhi oleh kekomplekan sumber
karbohidrat, jenis, dan ukuran ikan (Gallego et al., 1994; Shiau dan Chuang,
14
1995; Shiau, 1997). Nilai kecernaan dektrin pada ikan rainbrow trout sekitar 77,20
% pada pakan yang mengandung dektrin 20%, dan kecernaannya turun menjadi
45,40% dengan meningkatnya kandungan dektrin pakan menjadi 60,00%.
Sementara pati yang telah dimasak memiliki nilai kecernaan sekitar 90% pada
pakan yang mengandung pati sebesar 11,50% dan turun nilai kecernaannya
menjadi 48,20% dengan meningkatnya kandungan pati pakan menjadi 40,20%
(Inaba et al., 1963 dalam Usman, 2003 dan Usman, 2002). Pada ikan channel cat
fish dapat memanfaatkan dektrin dan tepung jagung sebagai sumber karbohidrat
dalam pakan dengan lebih baik daripada menggunakan glukosa, fruktosa, maltosa
dan sukrosa. Sementara Buhler dan Halver (1961) dalam Wilson, (1994),
melaporkan bahwa pemberian pakan dengan sumber karbohidrat yang berbeda
pada pakan chinook salmon muda (Oncorhynchus tschawytscha) dengan kadar
20,00%, ternyata glukosa, maltosa dan sukrosa menghasilkan laju pertumbuhan
yang lebih baik dibandingkan dengan dektrin, fruktosa, galaktosa, tepung
singkong
dan
glukosamin.
Kandungan
karbohidrat
pakan
yang
dapat
dimanfaatkan secara optimal oleh ikan karnivora berkisar 10-20%, sedangkan
pada ikan omnivora dapat memanfaatkan karbohidrat secara optimal pada tingkat
30-40% dalam pakan (Furuichi, 1988).
2.7 Sistem Pencernaan Ikan
Pencernaan terjadi dalam proses metabolisme untuk mengubah suatu
substansi baik secara mekanis maupun kimia, sehingga susbstasi tersebut dapat
dimanfaatkan tubuh (Allen, 1995b). Pencernaan merupakan proses perubahan
15
nutrien dari bentuk makromolekul yang komplek menjadi sederhana sehingga
dapat diserap oleh tubuh. Sistem pencernaan merupakan suatu sistem organ dalam
organisme yang menerima makanan, mencernanya menjadi energi dan nutrien,
serta mengeluarkan sisa proses tersebut. Pencernaan yang dimaksud meliputi
pencernaan secara fisik dan kimiawi (Audesirk, 1999 dan Wallace et al., 1996).
Sistem pencernaan ikan terdiri dari mulut, faring, esofagus, lambung, pilorus,
intestine, rektum, anus serta hati dan pankreas (Affandi et al., 2005; Yusfiati,
2006).
2.8 Aktivitas Enzim Pencernaan Ikan
Kemampuan ikan dalam mencerna pakan sangat tergantung pada
kelengkapan organ pencernaan dan ketersediaan enzim pencernaan. Enzim
pencernaan merupakan suatu substansi kimia yang terdapat di dalam sistem
pencernaan dan berfungsi untuk hidrolisis nutrien sehingga nutrien tersebut
menjadi bentuk yang sederhana dan dapat diserap oleh sel sel tubuh (Audesirk dan
Audesirk dan Audesirk, 1999; Nelson dan Robinson, 1982). Enzim terdapat di
beberapa lokasi bagian tubuh, namun terutama ditemukan di usus (Allen, 1995a).
Enzim yang berperan dalam proses pencernaan merupakan enzim hidrolitik atau
hidrolase dan prosesnya disebut sebagai hidrolisis (Hickman et al., 1998).
Enzim pencernaan pada ikan disekresikan oleh kelenjar pencernaan, baik
yang terdapat pada lambung, pilorik kaeka, intestine maupun pankreas, Jenis dan
jumlah enzim yang disekresikan oleh suatu jenis ikan berkaitan sangat erat dengan
keberadaan kelenjar tersebut dan akan mengalami perkembangan sejalan dengan
peningkatan umur dan kesempurnaan kelenjar pencernaan itu sendiri (Affandi et
16
al., 2005). Aktivitas enzim pencernaan secara umum bervariasi menurut umur
ikan, faktor fisiologis dan musim (Hepher, 1988). Aktivitas enzim pencernaan
adalah suatu indikator yang baik untuk menentukan kapasitas pencernaan.
Aktivitas enzim yang tinggi secara fisiologis mengindikasikan bahwa larva siap
untuk memproses pakan dari luar (Gawlicka et al., 2000). Aktivitas enzim
pencernaan meningkat dengan meningkatnya umur larva. Peningkatan ini
disebabkan oleh semakin sempurnannya organ penghasil enzim. Akan tetapi,
untuk beberapa jenis enzim akan menurun sesuai dengan jenis makanan dari ikan
(Infante dan Cahu, 2001). Aktivitas trypsin berpengaruh terhadap tingkat
pertumbuhan ikan Atlantik cod (Gadus morhua) (Lemieux et al., 1999) dan ikan
Atlantik salmon (Torrisen dan Shearer, 1992), sedangkan Blier et al., (2002),
melaporkan bahwa aktivitas enzim ternyata tidak berpengaruh terhadap tingkat
pertumbuhan ikan transgenik coho salmon (Oncorhynchus kisutch).
2.9 Enzim
Enzim adalah biokatalisator yang berfungsi sebagai katalis dalam proses
biologis
(Lehninger, 1982). Enzim yang dikenal luas penggunaannya adalah
enzim amilase, lipase dan protease yang merupakan enzim hidrolitik pemecah
senyawa makromolekul karbohidrat, lemak dan protein (Page, 1989). Enzim
adalah protein yang disintesis di dalam sel dan dikeluarkan dari sel penghasilnya
melalui proses eksositosis. Enzim yang disekresikan ke luar digunakan untuk
pencernaan di luar sel (di dalam rongga pencernaan) atau disebut extracelluler
digestion, sedangkan enzim yang dipertahankan di dalam sel digunakan untuk
17
pencernaan di dalam sel itu sendiri atau disebut intracelluler digestion (Affandi et
al., 2005). Enzim pencernaan yang disekresikan dalam rongga pencernaan berasal
dari sel-sel mukosa lambung, pilorik kaeka, pankreas, dan mukosa usus. Oleh
karena
itu,
perkembangan
sistem
pencernaan
erat
kaitannya
dengan
perkembangan aktivitas enzim di dalam rongga saluran pencernaan (Walford dan
Lam, 1993). Enzim-enzim tersebut berperan sebagai katalisator dalam hidrolisis
protein, lemak, dan karbohidrat menjadi bahan-bahan yang sederhana. Sel-sel
mukosa lambung menghasilkan enzim protease dengan suatu aktivitas proteolitik
optimal pada pH rendah. Pilorik kaeka yang merupakan perpanjangan usus
terutama mensekresikan enzim yang sama seperti yang dihasilkan pada bagian
usus, yaitu enzim pencernaan protein, lemak, dan karbohidrat yang aktif pada pH
netral dan sedikit basa. Cairan pankreas kaya akan tripsin, yaitu suatu protease
yang aktivitasnya optimal sedikit di bawah alkalis, di samping itu cairan ini juga
mengandung amilase, maltase, dan lipase. Pada ikan yang tidak memiliki lambung
dan pilorik kaeka, aktivitas proteolitik terutama berasal dari cairan pankreas.
Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa komposisi cairan pencernaan
berhubungan dengan makanan yang dimakan oleh suatu spesies ikan. Enzim
berperan dalam mengubah laju reaksi sehingga kecepatan reaksi yang
diperlihatkan dapat dijadikan ukuran keaktivan enzim. Satu unit enzim adalah
jumlah enzim yang mengkatalisis transformasi 1 mikromol substrat dalam waktu
1 menit pada suhu 25°C dan pada keadaan pH optimal. Aktivitas enzim
bergantung pada konsentrasi enzim, substrat, suhu, pH, dan inhibitor. Huisman
18
(1976), menyatakan bahwa enzim pencernaan yang dihasilkan oleh lambung ikan
aktif pada pH 2 sampai 4.
2.10 Enzim Amilase
Enzim amilase merupakan enzim yang menghidrolisis karbohidrat. Bentuk
molekul karbohidrat yang paling sederhana terdiri dari satu molekul gula
sederhana. Namun banyak karbohidrat yang merupakan polimer yang tersusun
dari molekul gula yang terangkai menjadi rantai panjang serta bercabang cabang.
Molekul karbohidrat paling sederhana yang tidak terikat pada karbohidrat lain
dinamakan monosakarida atau gula sederhana. Suatu senyawa yang terdiri dari
dua monosakarida yang terikat dinamakan disakarida, sedangkan yang
mengandung tiga monosakarida yang terikat dinamakan trisakarida dan yang
merupakan rantai panjang yang tersusun dari banyak monosakarida dinamakan
polisakarida. Amilase secara bertahap akan menghidrolisis polisakarida menjadi
monosakarida yang siap untuk diserap tubuh. Pada ikan, enzim ini terdapat di
dalam lambung, pankreas, dan intestine (Dorit et al., 1991; McFadden dan
Keeton, 1995; Nelson dan Robinson, 1982; Lewis, 1998; Purves et al., 1992; Starr
dan Taggart, 1995; Wallace et al., 1996; Wilbraham dan Matta, 1992).
BAB III
KERANGKA BERFIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Berfikir
Ikan bandeng sebagai komoditas budidaya mempunyai beberapa kelebihan
jika dibandingkan dengan komoditas budidaya lainnya. Teknologi perbenihannya
telah dikuasai dengan baik sehingga pasok benih tidak lagi bergantung kepada
musim dan benih dari alam, mempunyai pasar yang baik. Dalam kegiatan
budidaya ikan baik semi intensif maupun intensif kendala utama yang sering
dihadapi adalah kualitas pakan yang belum memenuhi kebutuhan optimum untuk
ikan.
Pakan merupakan faktor yang berpengaruh secara dominan terhadap
pertumbuhan karena berfungsi sebagai pemasok energi untuk memacu
pertumbuhan dan mempertahankan kelangsungan hidup (Huet, 1971). Biaya yang
dikeluarkan untuk penyediaan pakan cukup tinggi mencapai 35-60% dari total
biaya produksi (Sukadi, 2003).
Sumber energi untuk proses pertumbuhan didapat dari pakan yang dimakan
oleh ikan. Komponen utama energi pada pakan ikan berasal dari protein, lemak
dan karbohidrat yang dibantu oleh vitamin dan mineral dalam pemanfaatannya.
Apabila dukungan energi dalam pakan yang tidak cukup yang berasal dari lemak
dan karbohidrat maka pertumbuhan ikan akan terhambat. Hal ini disebabkan
kekurangan energi untuk metabolisme seperti untuk respirasi, transport ion,
pengaturan suhu tubuh dan aktivitas lainnya diambil dari nutrien protein, sehingga
protein ikan dirombak untuk menghasilkan energi, sehingga fungsi protein
19
20
sebagai pembangun jaringan tubuh akan berkurang. Demikian pula apabila
kandungan lemak dan karbohidrat berlebih maka kandungan energi pakan terlalu
tinggi sehingga akan mempengaruhi jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ikan
yang pada akhirnya pertumbuhan ikan menjadi lambat.
Ikan dapat tumbuh dengan baik apabila komponen pakan lengkap dan
berimbang dalam pakannya. Protein merupakan nutrien pakan yang harganya
relatif mahal karena bahan pakan tersebut masih berasal dari impor. Salah satu
cara untuk memaksimal pengunaan protein secara efisien untuk pertumbuhan ikan
bandeng maka perlu dicari sumber energi pakan yaitu karbohidrat. Karbohidrat
merupakan unsur makro nutrien pakan yang paling murah sebagai sumber energi
dibandingkan dengan sumber protein dan sumber lemak. Pakan dengan
penambahan karbohidrat yang tepat dapat meningkatkan ketersediaan sumber
energi dan mengurangi penggunaaan protein sebagai sumber energi. Kadar
optimal karbohidrat harus tersedia
dalam pakan ikan bandeng. Pakan yang
mengandung karbohidrat yang tinggi dapat menyebabkan menurunnya nilai
kecernaan protein serta akan menurunkan pertumbuhan ikan (Lovell, 1989).
Demikian pula kekurangan karbohidrat maka pemenuhan sumber energi dalam
pakan tidak terpenuhi.
Agar diperoleh pertumbuhan ikan bandeng yang maksimal maka perlu
pendekatan aspek nutrisi dengan pemanfaatan karbohidrat yang tepat dan
seimbang dalam memformulasi pakan agar diperoleh laju pertumbuhan ikan yang
optimal, efisiensi pemberian pakan, aktivitas enzim amilase dan biaya pakan yang
murah.
21
3.2 Konsep
Konsep dari usulan penelitian ini tersaji pada Gambar dibawah ini:
IKAN BANDENG
Pengembangan Budidaya Bandeng
Benih
Pakan
Sumber energi pakan:
Protein, Lemak, Karbohidrat
Fakta:
- Pakan komersial mahal akibat bahan protein
impor
- Harga pakan mahal
KOMPOSISI PAKAN
- Mengganti sumber energi berupa protein
dengan sumber energi karbohidrat
- Kebutuhan nutrien sesuai ikan
- - Dapat dimakan oleh ikan
- - Harga pakan murah
Formulasi pakan dengan
karbohidrat sebagai sumber
energi
Formula pakan
Gambar 3.1 Diagram Konsep Penelitian
Manajemen
22
3.3 Hipotesis
Hipotesis alternatif dari penelitian ini adalah:
3.3.1
Ho : Perbedaan kadar karbohidrat dalam pakan tidak berpengaruh
terhadap laju pertumbuhan ikan bandeng (Chanos chanos
Forsskal).
H1 : Perbedaan kadar karbohidrat dalam pakan berpengaruh terhadap
laju pertumbuhan ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal).
3.3.2
Ho : Perbedaan kadar karbohidrat dalam pakan tidak berpengaruh
terhadap efisiensi pakan ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal).
H1 : Perbedaan kadar karbohidrat dalam pakan berpengaruh terhadap
efisiensi pakan ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal).
3.3.3 Ho : Perbedaan kadar karbohidrat dalam pakan tidak berpengaruh terhadap
aktivitas enzim amilase pada ikan bandeng (Chanos chanos
Forsskal).
H1 : Perbedaan kadar karbohidrat dalam pakan berpengaruh terhadap
aktivitas enzim amilase pada ikan bandeng (Chanos chanos
Forsskal).
BAB IV
METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian yang bersifat kuantitatif
termasuk jenis ekperimen murni (True experimenal design) (Sugiyono, 2013).
Penelitian untuk mengetahui pengaruh kadar karbohidrat dalam pakan terhadap
laju pertumbuhan, efisiensi pakan, dan aktivitas enzim amilase pada ikan bandeng
(Chanos chanos Forsskal).
4.1 Rancangan Percobaan
Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan
asumsi bahwa baik media penelitian maupun keadaan lingkungan yang
merupakan variabel yang mempengaruhi variabel terikat selain variabel bebas
dikondisikan serba sama/relatif homogen. Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah kadar karbohidrat dalam pakan, sedangkan variabel terikatnya adalah
pertumbuhan, efisiensi pakan, dan aktivitas enzim. Perlakuan (variabel bebas)
berupa 5 macam kadar karbohidrat yang berbeda dalam pelet/ pakan buatan
yaitu : 3,40 %, 12,40 %, 21,40 %, 30,40 % dan 39,40% dalam pakan. Setiap
perlakuan diulang masing-masing tiga kali yang penempatanya dilakukan secara
acak.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Budidaya Laut (BBPPBL), Dusun Gondol, Desa Penyabangan, Kecamatan
Gerokgak, Kabupaten Buleleng dari bulan Pebruari 2014 sampai Juli 2014.
23
24
4.3 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah: pengaruh
kadar karbohidrat dalam pakan terhadap laju pertumbuhan, efisiensi pakan dan
aktivitas enzim amilase pada ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal)
4.4 Penentuan Sumber Data
Sumber data meliputi data primer dan data sekunder.
Data primer meliputi: laju pertumbuhan ikan, efisiensi pakan dan aktivitas
enzim amilase pada ikan bandeng (Chanos chanos Forskall) yang diberi pakan
dengan kadar karbohidrat berbeda.
Data sekunder meliputi: kelangsungan hidup, kualitas fisika dan kimia air.
4.5 Variabel Penelitian
4.5.1 Parameter Utama
Parameter utama yang akan diamati dalam penelitian ini adalah laju
pertumbuhan, efisiensi pakan, aktivitas enzim amilase
pada ikan bandeng.
Berikut prosedur perhitungan dan pencatatan parameter utama dalam penelitian
ini.
ï‚· Laju Pertumbuhan Harian (Daily Growth Rate)
Laju pertumbuhan harian dihitung berdasarkan rumus (Zonneveld et al.
1991): DGR = ((Wt-Wo)/(t))
Keterangan:
DGR= Laju pertumbuhan harian (g/hari)
Wt= Bobot rata-rata ikan pada akhir penelitian (g)
25
Wo= Bobot rata-rata ikan pada awal penelitian (g)
t = Lama penelitian (hari)
ï‚· Efisiensi Pakan (Feed efficiency)
Efisiensi pemberian pakan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut (NRC 1993):
e = ((Wt+D-Wo)/F x 100%
Keterangan:
e = Efisiensi pemberian pakan (%)
Wt=Biomassa ikan pada akhir penelitian (g)
Wo= Biomassa ikan pada awal penelitian (g)
D = Biomassa ikan yang mati selama penelitian (g)
F = Jumlah pakan yang konsumsi selama penelitian (g)
4.5.2 Parameter Pendukung
Parameter pendukung dalam penelitian ini meliputi kelangsungan hidup
dan pengamatan terhadap kualitas fisika dan kimia air.
ï‚· Kelangsungan Hidup (Survival Rate)
Kelangsungan hidup ikan uji dihitung menggunakan rumus Affandi (1979)
sebagai berikut:
SR = (Nt/No) x 100%
Dimana:
SR = Kelangsungan hidup ikan uji
26
Nt = Jumlah ikan uji pada akhir penelitian
No = Jumlah ikan uji pada awal penelitian
ï‚· Pengamatan kualitas fisika dan kimia air yang meliputi:
(1) Salinitas (kadar garam) diukur dengan alat refraktometer
(2) Suhu air diukur dengan termometer
(3) Oksigen terlarut diukur dengan DO meter digital YSI model 51 B ketelitian
0,01
(4) Derajat keasaman (pH) diukur dengan alat pH meter digital “YOKOhama”
Model pH 81 dengan ketelitian 0,01
(5) Kadar amoniak dan nitrit dengan spektrofotometer
4.6 Obyek Penelitian
4.6.1 Ikan Uji
Ikan uji yang digunakan pada penelitian adalah benih ikan bandeng
berukuran berat rata- rata 1,5 ±0,5 g dan panjang total 8,0±0,5 cm dan berumur
3 bulan. Benih ikan bandeng diperoleh dari hasil pembenihan Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut Gondol-Bali.
4.6.2 Pakan Uji
Pakan uji yang digunakan dalam bentuk pelet kering
disesuaikan
dengan ukuran
bukaan mulut ikan (diameter 2,1-3,1 mm). Pemberian pakan
dilakukan sebanyak 3 kali sehari secara ad-libitum (sampai kenyang). Bahan
pakan
diformulasi dengan kandungan karbohidrat berbeda dan disesuaikan
dengan perlakuan yang dicobakan. Pakan uji sebelum di gunakan dianalisis
27
proksimat. Formulasi pakan penelitian dan hasil proksimat pakan uji terkait
variasi pakan yang diujicobakan tertera dalam Lampiran 5 dan 6. Masing-masing
formulasi pakan ditambah dengan vitamin mix (Lampiran 7) dan mineral mix
(Lampiran 8). Kadar nutrien pakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan
kebutuhan nutrien pakan pada spesies ikan omnivora (ikan bandeng) (Lampiran
9).
4.7 Bahan dan Instrumen Penelitian
4.7.1 Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Benih ikan bandeng
dengan berat rata-rata 1,5 ±0,5 g, panjang total 8,0±0,5 cm dan umur 3 bulan,
bahan pakan (Lampiran 10), bahan untuk analisa proksimat pakan (Lampiran 11),
dan bahan untuk analisa enzim amilase (Lampiran 12).
4.7.2 Media Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan media air laut (30-33 ppt), dengan suhu
air laut berkisar 29-32 oC (keadaan air laut di pantai Gondol).
4.7.3 Instrumen Penelitian
Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperti yang
tercantum pada Tabel 4.1 dan Lampiran 13.
28
Tabel 4.1 Alat-alat yang digunakan dalam penelitian
Alat Penelitian
Bak polykarbonat volume 400 liter
Blower
Serok
Ember, volume 20 liter
Penggaris, ketelitian 0,1 mm
Perlengkapan aerasi
Freeze dry system, merk Labconco, Vansus City, Missouri
Mesin pelet, merk Royal Japan, Food cutter 1,2-4,5 mm
Electronic balance, Type BW 3200, merk Shimadzu, Japan
Timbangan analitik, merk Sartorius
Spektrofotometer, merk Shimadzu, Japan
Almari pendingin
Jumlah
15 unit
1 unit
1 unit
1 unit
1 unit
1 unit
1 unit
1 unit
1 unit
1 unit
1 unit
1 unit
4.8 Prosedur Kerja
4.8.1 Pengamatan Laju Pertumbuhan Harian dan Efisiensi Pakan
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan bandeng
dengan berat rata-rata 1,5 g± 0,5 g dan panjang total 8,0 cm ± 0,5 yang
diperoleh dari hasil pembenihan ikan bandeng. Sebelum digunakan, hewan uji
diadaptasikan dengan pemberian pakan buatan. Ikan uji yang mempunyai respon
baik terhadap pakan, sehat dan ukuran yang relatif sama (setelah dipuasakan
selama 24 jam) ditebar ke dalam 15 bak polikarbonat bervolume 400 liter air
dengan kepadatan 20 ekor/bak. Setiap bak dilengkapi aerasi dan sistem air
mengalir dengan tingkat pergantian air 45 liter/jam. Selama penelitian ikan diberi
pakan uji secara perlahan sampai kenyang, dengan frekuensi tiga kali sehari.
Setiap hari setelah pemberian pakan, dilakukan penyiponan/pengambilan kotoran
dan pakan yang bertujuan agar mempertahankan kualitas air tetap baik. Sisa pakan
diambil kembali dan dikumpulkan untuk penghitungan konsumsi pakan.
29
Pengamatan pertumbuhan ikan uji dilakukan dengan penimbangan seluruh ikan
penelitian secara individu setiap 7 hari. Sampel ikan pada awal dan akhir
penelitian diambil untuk dianalisis proksimat (kadar protein, air, serat, abu,
BETN) dengan mengikuti metode Takuechi (1988). Pemantauan kualitas air
dalam
penelitian
ini
dilakukan
untuk
mengoptimalkan
kondisi
media
pemeliharaan hewan uji.
4.8.2 Pengamatan Enzim Amilase
ï‚· Preparasi sampel
Pengambilan sampel untuk pengamatan aktivitas enzim amilase dilakukan
berdasarkan selang waktu yaitu sesaat sebelum pemberian pakan (jam ke-0), dan
9, 12, 15, 18 jam setelah pemberian pakan pada ikan bandeng
Ekstrak sampel diambil dari lambung dan usus ikan bandeng. Sampel
lambung dan usus ditimbang, kemudian ditambahkan larutan buffer Tris (20 mM
Tris HCl, 1 mM EDTA, 10 mM CaCl2, pH 7,5) dengan perbandingan 10%. Lalu
dimasukkan ke dalam tabung effendorf dan disentrifuge selama 10 menit 12.000
rpm suhu 4ËšC. Diambil supernatantnya, dan dilakukan analisis enzim amilase
terhadap supernatant tersebut. Penyimpanan supernatan dilakukan pada suhu
rendah (- 80oC) agar aktivitas enzim tetap stabil dan enzim terhindar dari
kerusakan baik akibat terdegradasi maupun terdenaturasi. Konsentrasi protein
terlarut dalam sampel ditentukan dengan metode Bradford (1976) menggunakan
Albumin Bovine Serum sebagai standar. Aktivitas enzim pencernaan dinyatakan
dengan satuan U/ mg protein.
30
ï‚· Pengujian aktivitas enzim amilase
Aktivitas amilase diukur menggunakan larutan pati 1% sebagai substrat
dalam bufer natrium fosfat 20 mM (pH 6,9) dan mengandung NaCl 6,0 mM
mengikuti metode Worthington (1993). Larutan substrat 0,5 mL ditambahkan ke
dalam 0,5 mL sampel ekstrak enzim kasar, lalu diinkubasi selama 3 menit pada
suhu 95oC. Setelah itu dilakukan penambahan 0,5 mL asam dinitrosalisilat (DNS)
dan diinkubasi kembali di dalam bak air mendidih selama 5 menit. Nilai
absorbansi campuran diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang
540 nm. Jumlah maltosa yang dilepas dari pengujian ini ditentukan dari kurva
standar. Satu unit aktivitas enzim didefinisikan sebagai jumlah amilase yang
diperlukan untuk menghidrolisis 1 μg maltosa per menit.
4.9 Analisa Data
Data pertumbuhan, efisiensi pakan, dan aktivitas enzim amilase ikan uji
dianalisa secara statistik dengan menggunakan analisa keragaman (ANOVA satu
jalur) sesuai dengan rancangan yang digunakan yaitu RAL. Apabila dari daftar
sidik ragam diketahui bahwa perlakuan menunjukkan pengaruh berbeda nyata
(P<0,05), maka untuk membandingkan nilai antar perlakuan dilanjutkan dengan
Beda Nyata Terkecil (BNT). Untuk data dalam bentuk persentase, sebelum
dianalisis ragam (ANOVA) ditransformasi ke akar kuadrat (Bluman, 2012).
Sebelum dianalisis dengan ANOVA satu jalur, dilakukan uji prasyarat
normalitas dan homogenitas. Dalam penelitian ini mempergunakan pembuktian
normalitas dengan uji Shapiro-Wilk dan uji homogenitas data dilakukan dengan
31
menggunakan uji Levene. Apabila tidak memenuhi dilakukan transformasi data
agar dapat dianalisis dengan ANOVA satu jalur atau dilakukan analisis non
parametrik (Agusyana, 2011). Analisa uji prasyarat, uji keragaman (ANOVA satu
jalur), dan BNT dalam penelitian ini dikomputasi dengan bantuan IMB SPSS 20
for windows.
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Hasil
Hasil uji normalitas dan homogenitas menunjukkan bahwa data pada
variabel laju pertumbuhan harian (PH), efisiensi pakan (EP) dan aktifitas enzim
aminalase (AEA) bisa homogen sehingga hipotesis nol diterima (Lampiran 20).
Hasil pengamatan terhadap pertumbuhan harian (PH), Efisiensi Pakan (EP), dan
Aktivitas Enzim Amilase (AEA) pada ikan bandeng yang diberi pakan yang
mengandung kadar karbohidrat yang berbeda dalam pakan tersaji pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1 BNT Laju Pertumbuhan Harian (PH), Efisiensi Pakan (EP), dan
Aktivitas Enzim Amilase (AEA) pada Ikan Bandeng (Chanos chanos
Forsskal) 1)
Laju
Perlakuan
Pertumbuhan
Harian (g/hari)
Efisisensi Pakan
(%)
Aktivitas Enzim
Aktivitas Enzim
Amilase
Amilase
Lambung
Usus
A
0,297± 0,015a
95,01 ± 6,02a
0,989 ± 0,291ab
1,152 ± 0,209 b
B
0,320 ± 0,014ac
102,01 ± 7,33a
1,441 ± 0,334 ab
1,382 ± 0,126 ac
C
0,356 ± 0,016b
105,61 ± 6,24ab
1,843 ± 0,361 b
2,126 ± 0,304 d
D
0,364 ± 0,007b
110,69 ± 2,86b
2,614 ± 0,499 c
2,605 ± 0,242 e
E
0,337 ± 0,014ac
98,93 ± 1,25a
1,491 ± 0,309 b
1,595 ± 0,163 af
Keterangan: 1) data selengkapnya tersaji pada Lampiran 14, 15 dan 17
2) hurup yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan adanya
perbedaan antar perlakuan berdasarkan hasil komputasi ANOVA
satu jalur dan BNT (P<0,05) dengan IBM SPSS 20 for Windows
3) A: KH 3,40% ; B: KH 12,40%; C: KH 21,40%; D: KH 30,40%;
E: KH 39,40%
32
33
5.1.1
Pengaruh Karbohidrat dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan pada
Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsskal)
Varibel pertumbuhan pada ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal)
parameter yang digunakan adalah laju pertumbuhan harian. Berdasarkan hasil
analisis ragam (ANOVA satu jalur) menggunakan SPSS selengkapnya tersaji
pada Lampiran 14. Hasil tersebut menunjukkan perbedaan kadar karbohidrat
dalam pakan berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ikan bandeng (Chanos
chanos Forsskal) (P<0,05). Pakan yang mengandung kadar karbohidrat 30,40%
(Pakan D) memiliki pertumbuhan harian tertinggi, diikuti pakan yang
mengandung kadar karbohidrat 21,40% (Pakan C), 39,40% (Pakan E), 12,40%
(Pakan B), dan 3,40% (Pakan A). Hal ini menunjukkan
kadar karbohidrat
optimum dalam pakan terhadap pertumbuhan harian adalah pada kadar
karbohidrat 30,40% yang tertera pada Gambar 5.1.
Gambar 5.1 Pertumbuhan Harian Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsskal)
Dengan Pemberian Kadar Karbohidrat Pakan Berbeda
34
Hal tersebut didukung oleh data pertumbuhan rata-rata ikan bandeng
(Chanos chanos Forsskal) selama proses penelitian. Data pertumbuhan rata-rata
ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal) selama penelitian ditampilkan pada
Gambar 5.2.
Gambar 5.2 Pertumbuhan Rata-rata Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsskal)
Dengan Pemberian Kadar Karbohidrat Pakan Berbeda
Pada Gambar 5.2 terlihat bahwa penambahan berat rata-rata ikan bandeng
(Chanos chanos Forsskal) tertinggi diperoleh pada ikan yang diberi pakan yang
mengandung kadar karbohidrat 30,40% (Pakan D) diikuti pakan yang
mengandung kadar karbohidrat 21,40% (Pakan C), 39,40% (Pakan E), 12,40%
(Pakan B), dan 3,40% (Pakan A).
5.1.2
Pengaruh Karbohidrat dalam Pakan Terhadap Efisiensi Pakan pada
Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsskal)
Hasil
analisis
ragam
(ANOVA satu
jalur) menggunakan
SPSS
selengkapnya tersaji pada Lampiran 15. Hasil tersebut memperlihatkan perbedaan
35
kadar karbohidrat dalam pakan berpengaruh terhadap efisiensi pakan ikan
bandeng (Chanos chanos Forsskal) (P<0,05). Pakan yang mengandung kadar
karbohidrat 30,40% (Pakan D) memiliki nilai efisiensi pakan tertinggi, diikuti
pakan yang mengandung kadar karbohidrat 21,40% (Pakan C); 12,40% (Pakan
B); 39,40% (Pakan E); dan 3,40% (Pakan A). Hal ini menunjukkan pengaruh
optimum kadar karbohidrat
dalam pakan terhadap efisiensi pakan adalah pada
konsentrasi 30,40%. Dicantumkan pada Gambar 5.3.
.
Gambar 5.3 Efisiensi Pakan Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsskal) Dengan
Pemberian Kadar Karbohidrat Pakan Berbeda
5.1.3
Pengaruh Karbohidrat dalam Pakan Terhadap Aktivitas Enzim
Amilase pada Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsskal)
Gambar 5.4 berikut memperlihatkan data aktivitas enzim amilase pada
lambung maupun usus depan ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal).
36
Gambar 5.4 Aktivitas Enzim Amilase pada Lambung dan Usus Ikan Bandeng
(Chanos chanos Forsskal) Dengan Pemberian Kadar Karbohidrat
Pakan Berbeda
Keterangan: Warna menunjukkan waktu pengambilan data yaitu
= 18 jam
setelah pemberian pakan;
= 15 jam setelah pemberian pakan;
= 12 jam setelah pemberian pakan;
= 9 jam setelah
pemberian pakan;
= sebelum diberikan pakan
Berdasarkan Gambar 5.4 terlihat bahwa aktivitas enzim amilase tertinggi
pada lambung ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal) kisaran waktu 12 jam
setelah pemberian pakan. Sedangkan, pada usus kisaran waktu 15 jam setelah
pemberian pakan. Apabila dibandingkan rata-rata aktivitas enzim amilase di usus
lebih tinggi dibandingkan lambung ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal).
Hasil tersebut memperlihatkan perbedaan
kadar
karbohidrat
dalam
pakan berpengaruh terhadap aktivitas enzim amilase baik di lambung maupun
usus ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal) (P<0,05). Pakan yang mengandung
kadar karbohidrat 30,40% (Pakan D) memiliki nilai aktivitas enzim tertinggi. Hal
ini menunjukkan pengaruh optimum kadar karbohidrat
dalam pakan terhadap
aktivitas enzim amilase adalah pada konsentrasi 30,40% (selengkapnya tersaji
pada Lampiran 16).
37
5.1.4
Analisis Data Pendukung
5.1.4.1 Kelangsungan Hidup
Nilai kelangsungan hidup benih ikan bandeng yang diberi pakan dengan
kadar karbohidrat yang berbeda
sampai akhir
penelitian berkisar
100,00%. Hasil tersebut memperlihatkan tidak adanya
pengaruh
98,33kadar
karbohidrat dalam pakan terhadap kelangsungan hidup (KH) ikan bandeng
(Chanos chanos Forsskal) (P<0,05).
5.1.4.2 Kualitas Fisika dan Kimia Air
Salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kelangsungan
hidup (KH) dan pertumbuhan ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal) adalah
kualitas fisika dan kimia air. Adapun kualitas fisika dan kimia air selama
penelitian selalu dipertahankan dalam kondisi yang sama untuk setiap bak dan
sesuai dengan ukuran optimal untuk menunjang kelangsungan hidup ikan bandeng
(Chanos chanos Forsskal) yang tersaji pada Tabel 5.2 (Lampiran 18).
Tabel 5.2 Rata-rata kualitas fisika dan kimia air selama penelitian
Parameter
DO
Salinitas
Suhu
PERLAKUAN
(mg/L)
(ppt)
PH
(0C)
Pakan A (KH 3,40%)
6,17
35,00
8,20 25,84-28,10
Pakan B (KH 12,40%)
6,13
35,00
8,20 26,06-28,07
Pakan C (KH 21,40%)
6,23
35,00
8,20 26,06-28,03
Pakan D (KH 30,40%)
6,20
35,00
8,20 26,01-28,07
Pakan E (KH 39,40%)
6,13
35,00
8,20 25,65-28,03
Amoniak
(mg/L)
0,0084
0,0065
0,0075
0,0086
0,0075
Nitrit
(mg/L)
0,0044
0,0063
0,0044
0,0044
0,0087
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Pembahasan
6.1.1 Pengaruh Karbohidrat dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan pada
Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsskal)
Pada Gambar 5.2 menunjukkan bahwa pada awal penelitian benih ikan
bandeng yang diberi pakan dengan karbohidrat berbeda pada rentang 0-7 hari
mengalami penurunan berat ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal), hal ini
diduga karena stres yang dialami oleh ikan bandeng akibat pemindahan ke bak
baru atau ikan bandeng masih beradaptasi dengan lingkungannya. Setelah hari ke7 berat ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal) terus mengalami peningkatan,
peningkatan berat rata-rata tertinggi terjadi pada rentang 49-56 hari.
Subandiyono (2009) menyatakan karbohidrat mempunyai peran utama
yang sangat penting pada ikan dikarenakan dua alasan. Pertama, karbohidrat
merupakan salah satu dari 6 kelompok nutrien yang penting dari berbagai
komponen molekular pembentuk sel. Enam kelompok nutrien tersebut adalah
protein, asam nukleat, lemak, vitamin, mineral, dan karbohidrat itu sendiri.
Kedua, karbohidrat membentuk bagian terbesar kedua dari suplai pakan ikan
setelah protein. Berdasarkan hal tersebut dapat diduga bahwa kadar karbohidrat
pada pakan memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ikan. Dalam penelitian ini
ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal) diberikan perlakuan berupa pakan dengan
kadar karbohidrat yang berbeda.
38
39
Hasil penelitian menunjukkan perbedaan kadar karbohidrat dalam pakan
berpengaruh
terhadap
laju
pertumbuhan ikan bandeng
(Chanos chanos
Forsskal) (P<0,05). Hal ini disebabkan karena karbohidrat berperan sebagai
penyedia energi terbesar kedua setelah protein pada pakan ikan (Subandiyono,
2009). Selain itu, dalam proses anabolisme gula darah (glukosa) pada ikan akan
diubah menjadi glikogen dan gliserol. Pada akhirnya penggunaan protein sebagai
sumber energi dapat dikurangi dan pemanfaatan karbohidrat sebagai sumber
energi dapat ditingkatkan. Protein diharapkan lebih banyak digunakan untuk
pertumbuhan, bukan sebagai sumber energi. Peningkatan penggunaan karbohidrat
oleh ikan diharapkan dapat sebagai sumber energi dan mengurangi kadar protein
dalam komposisi pakan buatan, sehingga harga pakan dapat lebih murah dan
diperoleh respon pertumbuhan tetap baik.
Subandiyono (2009) menyatakan karbohidrat yang dikonsumsi oleh ikan
dicerna di dalam saluran pencernaan (gut), diserap oleh dinding saluran
pencernaan, dan masuk dalam aliran darah (bloodstream) berbentuk molekulmolekul glukosa. Molekul-molekul glukosa mengalir dalam tubuh dan diambil
oleh berbagai jenis jaringan untuk selanjutnya mengalami berbagai reaksi kimia,
baik pemecahan molekul atau katabolisme maupun sintesis molekul atau
anabolisme. Hasil akhir dari reaksi tersebut adalah degradasi untuk melepaskan
energi yang terkandung di dalam molekul tersebut atau pertumbuhan sel tubuh
ikan. Hal ini menjadi alasan perbedaan kadar karbohidrat
pada pakan
menyebabkan terjadinya perbedaan pertumbuhan ikan bandeng (Chanos chanos
Forsskal).
40
Jumlah karbohidrat yang diperlukan bagi pertumbuhan dan pemeliharaan
(maintenance), dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain spesies ikan, umur
ikan, komposisi ransum, dan tingkat metabolisme standar (Buwono, 2000). Pada
penelitian ini pakan yang mengandung kadar karbohidrat 30,40% (Pakan D)
memiliki pertumbuhan harian tertinggi, diikuti pakan yang mengandung kadar
karbohidrat 21,40% (Pakan C), 39,40% (Pakan E), 12,40% (Pakan B), dan 3,40%
(Pakan A). Hal ini disebabkan karena adanya kebutuhan optimun karbohidrat
yang dibutuhkan oleh ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal) yaitu sebesar
30,40% dari total massa pakan yang mencapai rerata pertumbuhan harian 0,364
g/hari. Hal tersebut menunjukkan bahwa kadar karbohidrat 30,40% paling efisien
dimanfaatkan sebagai sumber energi dibandingkan varian kadar karbohidrat
lainya, sehingga protein pakan paling banyak digunakan untuk sintesa protein
tubuh yang tercermin dari pertumbuhan harian ikan bandeng (Chanos chanos
Forsskal) yang paling tinggi pada kadar tersebut.
Adanya kebutuhan karbohidrat optimum pada ikan didukung oleh
Mujiman (2000) yang menyatakan golongan ikan karnivora membutuhkan
karbohidrat sekitar 9% dari bobot tubuhnya; berbeda dengan golongan ikan
omnivora yang memerlukan karbohidrat hingga 18,6%; dan ikan herbivora
memerlukan karbohidrat mencapai 61%. Ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal)
yang digunakan dalam penelitian masuk kategori ikan omnivora, yang secara teori
memerlukan karbohidrat optimum 18,6% ternyata temuan penelitian ini
memperlihatkan kebutuhan optimum karbohidrat mencapai 30,40%. Hal tersebut
dimungkinkan karena benih ikan yang digunakan adalah benih ikan bandeng
41
(Chanos chanos Forsskal). Secara alami stadia larva, ikan bandeng tergolong
karnivora yang memakan zooplankton, kemudian pada stadia benih menjadi
omnivora yang memakan zooplankton, diatom, dan bentos kecil, dan selanjutnya
pada ukuran juvenil termasuk ke dalam golongan herbivora yang memakan algae
filamin, algae, detritus, bentos kecil, dan bisa mengkonsumsi pakan buatan
berbentuk pelet. Pada saat dewasa, ikan bandeng berubah menjadi omnivora lagi
karena mengkonsumsi algae mat, algae filamin, zooplankton, bentos lunak, dan
pakan buatan berbentuk pelet.
Selain itu, Shiau
dan
Lan (1996) menyatakan bahwa
kebutuhan
kandungan karbohidrat pakan berbeda-beda untuk setiap kelompok ukuran dan
spesies ikan. Selain itu, Suwirya et al., (2001) melaporkan bahwa yuwana ikan
kerapu bebek akan tumbuh dengan baik apabila diberikan pakan dengan kadar
karbohidrat sekitar 8,21%-28,68% dengan kadar optimumnya adalah 15,66%.
Penurunan pertumbuhan harian ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal)
dengan pakan berkadar karbohidrat 39,40% (Pakan E) diduga karena kelebihan
substrat berupa karbohidrat menghambat reaksi enzimatis amilase untuk
mengkonversi amilum menjadi maltosa sehingga menghambat proses selanjutnya
sehingga belum terbentuk glukosa yang menyebabkan usus tidak bisa
menyerapnya. Jumlah glukosa dalam darah ikan sebagai sumber energi langsung
menurun dengan demikian porsi protein banyak digunakan sebagai sumber energi
melalui proses glukogeogenesis. Hal tersebut diperkuat dengan temuan data
aktivitas enzim amilase yang juga mengalami penurunan pada pakan berkadar
karbohidrat 39,40%. Selain itu, hasil analisis uji proksimat ikan sebelum dan
42
sesudah penelitian menunjukkan adanya penurunan persentase lemak dan protein
pada ikan yang diberi pakan dengan kadar 39,40% (data lengkap tersaji pada
Lampiran 19) sebesar 2,11% dan 1,50%.
Hal ini didukung oleh Subandiyono (2009) yang menyatakan percobaan
pemberian pakan dalam jangka waktu yang lama pada spesies ikan omnivora
menunjukkan bahwa kadar karbohidrat pakan yang terlalu tinggi menghambat
pertumbuhan, menurunkan kadar glikogen liver, dan
dapat menyebabkan
kematian. Terhambatnya proses enzimasi karbohidrat pada usus menyebabkan
penurunan jumlah penyerapan glukosa, sehingga kadar glukosa darah juga
menurun. Penurunan kadar glukosa darah hanya cukup untuk menghasilkan
energi, sehingga proses glikogenesis lebih jarang terjadi yang menyebabkan
penurunan kadar glikogen liver. Ini juga diduga menurunkan hormon insulin-like
growth factor 1 (IGF-1) yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan
tubuh ikan. Oleh karena itu pertumbuhan dan perkembangan ikan pun akan
terhambat.
6.1.2 Pengaruh Karbohidrat dalam Pakan Terhadap Efisiensi Pakan Ikan
Bandeng (Chanos chanos Forsskal)
Efisiensi
pakan
didefinisikan
sebagai
nilai
perbandingan
antara
pertambahan berat ikan dengan berat pakan yang dikonsumsi selama masa
pemeliharaan yang dinyatakan dalam persen (Herper, 1988). Efisiensi pakan
digunakan untuk mengetahui jumlah pakan yang masuk kedalam sistem
pencernaan ikan untuk berlangsungnya proses metabolisme dalam tubuh, salah
satunya dimanfaatkan untuk pertumbuhan.
43
Pada ikan yang digunakan sebagai sumber energi utama adalah protein
kemudian diikuti karbohidrat dan yang terakhir lemak. Semakin besar nilai suatu
efisiensi pakan maka akan semakin tinggi pula tingkat pertumbuhannya
(Wedemeyer, 1996). Selain itu, semakin tinggi efisiensi pakan maka semakin baik
kualitas pakan yang digunakan .
Hasil penelitian menunjukkan perbedaan kadar karbohidrat dalam pakan
berpengaruh terhadap efisiensi pakan ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal)
(P<0,05). Pakan yang mengandung kadar karbohidrat 30,40% (Pakan D) memiliki
nilai efisiensi pakan tertinggi, diikuti pakan yang mengandung kadar karbohidrat
21,40% (Pakan C); 12,40% (Pakan B); 39,40% (Pakan E); dan 3,40% (Pakan A).
Efisiensi pakan tertinggi dapat mencapai 110,69% pada ikan bandeng (Chanos
chanos Forsskal) yang diberi pakan dengan kadar karbohidrat 30,40%. Hal
tersebut menunjukkan bahwa kadar karbohidrat 30,40% paling efisien
dimanfaatkan sebagai sumber energi non-protein dibandingkan varian kadar
karbohidrat lainya. Proses pencernaan kadar karbohidrat 30,40% paling efisien
dihidrolisa oleh enzim amilase menjadi maltosa pada segmen usus yang
mempermudah proses selanjutnya oleh enzim laktase limit dekstrinase menjadi
glukosa sehingga mudah diserap oleh kapiler darah. Glukosa dalam darah
optimum digunakan untuk sumber energi pada ikan sehingga protein pakan
banyak digunakan untuk sintesa protein tubuh yang tercermin dari pertumbuhan
ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal) yang paling tinggi pada kadar tersebut.
Penurunan efisiensi pakan pada pakan dengan kadar karbohidrat 39,40%
(Pakan E) diduga karena kelebihan substrat berupa karbohidrat menghambat
44
reaksi enzimatis amilase untuk mengkonversi amilum menjadi maltosa dan
glukosa sebagai sumber energi langsung. Sehingga, porsi protein banyak
digunakan sebagai sumber energi melalui proses glukogeogenesis. Hal ini
didukung oleh Afrianto dan Liviawaty (2005) yang menyatakan bahwa pada
prinsipnya, efisiensi pakan pada ikan tergantung pada tingkat penerimaan ikan
dan enzim yang dimilikinya. Selain itu, menurut Mudjiman (2004) aktivitas enzim
hidrolisis sangat dipengaruhi oleh komposisi makanan dimana penurunan nilai
daya cerna juga dapat disebabkan karena kadar dan jenis sumber karbohidrat yang
digunakan.
6.1.3 Pengaruh Karbohidrat dalam Pakan Terhadap Aktivitas Enzim
Amilase Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsskal)
Enzim amilase merupakan enzim yang menghidrolisis karbohidrat. Bentuk
molekul karbohidrat yang paling sederhana terdiri dari satu molekul gula
sederhana. Amilase secara bertahap akan menghidrolisis polisakarida menjadi
monosakarida yang siap untuk diserap tubuh. Pada ikan bandeng (Chanos chanos
Forsskal), enzim ini terdapat di dalam lambung, pankreas, dan intestine. Aktivitas
enzim α-amilase terus meningkat dengan meningkatnya umur. Aktivitas enzim
α-amilase yang terus meningkat dengan bertambahnya umur ikan menunjukkan
peningkatan kemampuan ikan untuk dapat memanfaatkan karbohidrat. Hal ini
berhubungan dengan kebiasaan makanan selama siklus hidup ikan tersebut. Larva
ikan bandeng memasuki stadia transisi pada umur 28 hari dan menjadi juvenil
setelah berumur 35 hari (Bagarinao, 1991). Pada umur tersebut ikan bandeng
bersifat omnivora dan dapat memanfaatkan karbohidrat lebih besar dibandingkan
45
stadia sebelumnya. Enzim amilase mengubah zat tepung (amilum) menjadi
maltose dan dekstrin. Maltose dan dekstrin dihidrolisa oleh enzim lactase limit
dekstrinase menjadi glukosa yang dapat diserap oleh dinding sel usus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas enzim amilase tertinggi
kisaran waktu 15 jam setelah pemberian pakan pada organ lambung dan usus ikan
bandeng (Chanos chanos Forsskal). Aktivitas enzim amilase pada organ usus ikan
Bandeng (Chanos chanos Forsskal) tertinggi saat 15 jam setelah pemberian
pakan. Rata-rata aktivitas enzim amilase di usus lebih tinggi dibandingkan
lambung ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal). Hal ini sesuai dengan pendapat
Bagarinao (1991) bahwa aktivitas amilase lebih banyak pada organ intestine
(usus) ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal).
Hasil tersebut memperlihatkan perbedaan
kadar
karbohidrat
dalam
pakan berpengaruh terhadap aktivitas enzim amilase baik di lambung maupun
usus ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal) (P<0,05). Pakan yang mengandung
kadar karbohidrat 30,40% (Pakan D) memiliki nilai aktivitas enzim tertinggi,
diikuti pakan yang mengandung kadar karbohidrat 39,40% (Pakan E); 21,40%
(Pakan C); 12,40% (Pakan B); 39,40% (Pakan E); dan 3,40% (Pakan A). Hal ini
menunjukkan pengaruh optimum kadar karbohidrat dalam pakan terhadap
aktivitas enzim amilase adalah pada konsentrasi 30,40%. Penurunan aktivitas
enzim amilase pada kadar karbohidrat 39,40% diduga karena kelebihan substrat
menghambat aktivitas enzim. Hal ini berdampak pada penurunan jumlah
penyerapan karbohidrat pada usus ikan dalam bentuk glukosa, atau dapat
46
dinyatakan penurunan aktivitas enzim diduga menyebabkan penurunan kecernaan
karbohidrat pada ikan bandeng.
6.1.4 Kelangsungan Hidup
Ikan yang mendapatkan pakan yang berukuran tepat dengan ukuran
bukaan
mulutnya
akan
dapat
melangsungkan
hidupnya
dengan
baik.
Kelangsungan hidup ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal) didukung oleh
manajemen pemeliharaan yang baik, pergantian air dalam bak pemeliharaan,
faktor lingkungan, pakan, padat penebaran, umur dan ukuran benih ikan saat
ditebar (Marlyn dan Serrano, 2014). Pada penelitian ini hanya satu ekor ikan
mati, diduga karena kurangnya kemampuan adaptasi dan bersaing dalam berebut
makanan antar ikan.
6.1.5 Kualitas Fisika dan Kimia Air
Salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kelangsungan
hidup (KH) dan pertumbuhan ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal) adalah
kualitas fisika dan kimia air. Adapun kualitas fisika dan kimia air selama proses
penelitian selalu dipertahankan dalam kondisi yang sama untuk setiap bak dan
sesuai dengan ukuran optimal yang menunjang kelangsungan hidup ikan bandeng
(Chanos chanos Forsskal).
Kualitas fisika dan kimia air selama penelitian mendukung kehidupan dan
pertumbuhan optimal ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal) hal ini terbukti dari
hasil pengukuran parameter kualitas fisika dan kimia air pada Tabel 5.3 dengan
kandungan oksigen terlarut (DO) yang didapat selama penelitian berkisar antara
6,13 – 6,17 ppm. Nilai ini optimal untuk pemeliharaan ikan bandeng (Chanos
47
chanos Forsskal) secara berkelanjutan, dimana nilai oksigen terlarut yang dapat
dipergunakan untuk pertumbuhan adalah 1,6-7,3 ppm (Bagarinao, 1991). Nilai
oksigen yang baik didapat dikarenakan sistem resirkulasi lancar berupa akumulasi
bahan organik yang berasal dari sisa pakan, kotoran dikeluarkan dari sistem secara
berkala dengan cara mengganti air dan penyiponan secara teratur.
Rata-rata salinitas dalam penelitian ini adalah 35 ppt, yang sudah sesuai
untuk pertumbuhan ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal) dalam masa
peralihan dari larva (nener) menjadi juvenil yaitu 16 – 42 ppt (Bagarinao, 1991).
Bhatnagar et al., (2012) menyatakan pertumbuhan tertinggi ikan bandeng (Chanos
chanos Forsskal) pada salinitas 35 ppt.
Selanjutnya selama penelitian suhu berkisar antara 25,65-28,10 °C.
Kisaran ini layak untuk pemeliharaan dan pertumbuhan ikan bandeng. Hal ini
sesuai dengan pendapat Barignao (1991) bahwa suhu optimal untuk pertumbuhan
ikan bandeng berkisar antara 25-33°C. Demikian pula tingkat keasaman (pH)
yang diperoleh sekitar 8,20. Kisaran pH ini tergolong layak untuk kehidupan ikan
bandeng. Hal ini sesuai dengan pendapat Barignao (1991) bahwa ikan bandeng
masih dapat tumbuh optimal pada 7,2-8,4.
Sedangkan kandungan amoniak yang diperoleh lebih kecil dari 0,01 ppm.
Kisaran ini tergolong layak untuk pemeliharaan ikan bandeng. Hal ini sesuai
dengan pendapat Kordi (2005), bahwa dalam pemeliharaan ikan bandeng
kandungan amoniaknya tidak boleh lebih dan 0,1 ppm, sebab apabila kadar
amoniak yang terlalu tinggi akan menyebabkan rusaknya jaringan insang, dimana
48
lempeng insang membengkak sehingga fungsinya sebagai alat pernafasan akan
terganggu.
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
7.1.1 Perbedaan kadar karbohidrat dalam pakan berpengaruh terhadap laju
pertumbuhan ikan bandeng
(Chanos chanos Forsskal). Pakan yang
mengandung kadar karbohidrat 30,40% (Pakan D) memiliki laju
pertumbuhan harian maksimal yaitu 0,364 g/hari.
7.1.2 Perbedaan kadar karbohidrat dalam pakan berpengaruh terhadap
efisiensi pakan ikan bandeng
(Chanos chanos Forsskal). Pakan yang
mengandung kadar karbohidrat 30,40% (Pakan D) memiliki efisiensi
pakan maksimal yaitu 110,69 %.
7.1.3 Perbedaan kadar karbohidrat dalam pakan berpengaruh terhadap
aktivitas enzim amilase ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal). Pakan
yang mengandung kadar karbohidrat 30,40% (Pakan D) memiliki aktivitas
enzim amilase maksimal yaitu 2,614 U/ mg protein pada lambung dan
2,605 U/mg protein pada usus.
7.2 Saran
Pembuatan pakan ikan bandeng
(Chanos chanos Forsskal) sebaiknya
menggunakan kadar karbohidrat 30,40% karena terbukti dari hasil penelitian ini
mencapai rata-rata pertumbuhan harian tertinggi yaitu 0,316 g/hari dan efisiensi
pakan mencapai 110,69%.
49
50
Perlu pengembangan pakan melalui pengembangan sumber protein lainnya
yang relatif murah seperti sumber protein nabati untuk mengganti sumber protein
dari tepung ikan sehingga akan diperoleh harga pakan yang lebih murah.
51
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, R. 1979. Fisiologi Ikan. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati. Bogor:
IPB. p.151-182.
Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Raharjo, dan Sulistiono. 2005. Fisiologi Ikan,
Pencernaan dan Penyerapan Makanan, Departemen Manajemen
Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor. Bogor: IPB. p.0-215
Afrianto, E. dan Liviawaty, E. 2005. Pakan Ikan dan Perkembangannya.
Yogyakarta: Kanisius. p.23-56
Agusyana, Y. 2011. Olah Data Penelitian dengan SPSS 19. Jakarta: PT.
Gramedia. p.85-103
Akbar, S., 2000. Meramu Pakan Ikan Kerapu: Bebek, Lumpur, Macan, Malabar.
Jakarta: Penebar Swadaya. p.85
Allen, R.D. 1995a. Biochemical pathways and enzymes. In: Biology, a critical
thinking approach. USA: Wm.C. Brown Publishers. p.38-48
__________. 1995b. Digestion and excretions. In: Biology, a critical thinking
approach. USA: Wm.C. Brown Publishers. p.38-48
Anggordi, R. 1990. Ilmu Makanan Ternak Umum. Jakarta: PT Gramedia. p.145
Audesirk, T. and Audesirk, G. 1999. Nutritions and digestion. In: Biology, life on
earth. 5th edition. International edition. USA: Prentice-Hall. p.570-590
Bagarinao, T.U. 1991. Biology Of Milkfish (Chanos chanos Forsskal). Philipine:
Aquaculture Department southeast Asian Fisheries Development Center.
p.1-105
Bhatnagar, Serrano A., Grosell M. and Serafy J. E. 2012. “Effect of Different Salinity
and Ration Levels on Growth Performance and Nutritive Physiology of
Milkfish, Chanos chanos (Forsskal) – Field and Laboratory Studies”.
Fisheries and Aquaculture Journal, FAJ-Vol 53:1-11.
Blier, P.U., H. Lemieux, R.H. Devlin. 2002. “Is the growth rate of fish set by
digestive enzymes or metabolic capacity of the tissues? Insight from
transgenic coho salmon”. Aquaculture Journal Vol 209:379-384.
52
Bluman, Alan G. 2012. Elementary Statistic: Step by Step Aproach, 8th Ed.
Amerika: McGraw-Hill. p.45-208
Boonyaratpalin, M. 1997 . “Nutrient requirements of marine food fish
cultured in South Asia”. Aquaculture Journal Vol 151: 283-313.
Borlongan, I. G, and R.M. Coloso R. M. 1992. “Lipid and Fatty Acid
Composition of Milkfish (Chanos chanos Forsskal) Growth in Freswater
and Seawater”. Aquaculture Journal Vol. 104: 79-89.
Bradford MM. 1976. A rapid and sensitive method for the quantitation of
microgram quantities of protein utilizing the principle of protein-dye
binding. Anal Biochem 72:248–254.
Brauge, C. F. Medale, dan G. Corraze. 1994. “Effect of dietary carbohydrate
levels on growth, body composition and glycaemia in rainbow trout,
Oncorhynchus mukiss, reared in seawater” Aquaculture Journal Vol. 123:
109-120.
Buwono, I.D. 2000. Kebutuhan asam amino essensial dalam ransum ikan.
Yogyakarta: Kanisius. p.55
Catacutan, M.R., dan R.M. Coloso. 1997. “Growth of juvenile Asian seabass,
Lates calcarifer fed varying carbohydrates and lipid levels”. Aquaculture
Journal Vol. 149:137-144
De Silva S., and T.A. Anderson. 1995. Fish Nutrition in Aquaculture. London:
Capman dan Hall. p.1-18
Dorit, R.L., Walker, Jr. W.F., and Barnes. 1991. Digestion and nutrition. In:
Zoology. USA: Saunders college Publishing. p.235-259
Erfanullah and A.K. Jafri. 1995. “Protein-sparing effect of dietary carbohydrate
in diet for fingerling Labeo rohita”. Aquaculture Journal Vol. 136:331339.
Furuichi, M. 1988. Carbohydrates. In: Watanabe T, Editor. Fish Nutrition and
Mariculture. Tokyo: Departement of Aquatic Biosciences, University of
Fisheries. p.44-55
Gallego, M.G., J. Bazoc, H. Akharbach, M.D. Suarez, A. Sanz. 1994. ”Utilization
of different carbohydrates by the European eel (Anguilla anguilla)”.
Aquaculture Journal Vol. 124:99-108
53
Gawlicka A, B. Parent, M.H. Horn, N. Ross, I. Opstad, and O.J. Torrissen. 2000.
“Activity of digestive enzymes in yolk-sac larvae of atlantic halibut
(Hippoglossus hippoglossus): indication of readiness for first feeding”.
Aquaculture Journal Vol. 184:303-314
Hadadi, A. 2009. “Pengaruh Kadar Karbohidrat Pakan yang Berbeda terhadap
pertumbuhan dan efisiensi Pakan Ikan Gurame (Osphronemus gouramy
Lacepede)”. (Tesis). Bogor: IPB. Hal 35-36
Hepher, B. 1988. Nutrition of Pond Fishes. New York: Cambridge University
Press. P.388
Hickman, C.P.Jr., L.S. Robert. and A. Larson. 1998. Role of enzyme. In: Biology
of animals. 7th edition. USA: WBC/McGraw-Hill. p.40-42
Huet, M. 1971. Texbook of fish culture: Breeding and cultivation fish. England:
Fishing News Book Ltd. p.436
Huisman EA. 1976. “Food conversion efficiencies at maintenance and production
level carp Cyprinus carpio L. and rainbow trout salmo gairdneri”.
Aquaculture Journal Vol. 9:259–273.
Infante JLZ, and C.L.Cahu. 2001. “Ontogeny of the gastrointestinal tract of
marine fish larvae”. Comparative Biochemistry and Physiology journal
Part C 130:477-487
Kordi, G. dan Tancung, A. B., 2005. Pengelolaan Kualitas Air. Jakarta: Rineka
Cipta. p.1-32
Lehninger, A. L. 1982. Dasar-Dasar Biokimia Jilid 1. Cetakan 4. Jakarta:
Penerbit Erlangga. p.235-278.
Lemieux, H., P. Blier, J.D. Dutil. 1999. “Do digestive enzymes set a physiological
limit on growth rate and food conversion efficiency in the Atlantic cod
(Gadus morhua)?”. Fish Physiology and Biochemistry journal vol.
20:293-303.
Lewis, R. 1998. Digestion and nutrition. In: Life. 3rd eds. USA:McGraw-Hill.
p.749-768
Linder, M.C. 1992. Biokimia nutrisi dan metabolisme dengan pemakaiannya
secara klinis. (Aminuddin Parakkasi). Jakarta: Universitas Indonesia
Press. p.412
Lovell, T. 1989. Nutrition and feeding of fish. New York: Van Nostrand Reinhold.
260 p.
54
Marlyn L. dan Serrano A. E. 2014. “Effect of cyclic feeding on compensatory
growth in milkfish Chanos chanos juveniles”. J. ELBA Bioflux journal
Vol. 6(1): 22-28
Martosudarmo, B., E. Sudarmini dan B.S. Ranoemihardjo. 1984. Biologi bandeng
(Chanos chanos Forsskal). Pedoman Budidaya Tambak. Jepara: Balai
Budidaya Air Payau. p.1-40
McFadden, C.H. and W.T. Keeton. 1995. Nutrition procurement in heterotrophic
organism. In: Biology, an exploration of life. USA: Cornell University.
W.W. Norton and Company. 343-372 p.
Mudjiman, A. 2000. Makanan Ikan. Jakarta: Penerbit Swadaya. p.15-30
Mudjiman, A. 2004. Makanan Ikan. Jakarta: Penebar Swadaya. p.20-26
Nelson, G.E., and Robinson. 1982. Digestion, transport and respiration. In:
Fundamental concepts of biology. 4th eds. USA: John Wiley and Sons.
p.95-112.
NRC (National Reseach Council), Subcommittee on Warm Fish Nutrition. 1983.
Nutrient requirements of Warmwater fishes and shellfishes. Washington,
D.C.: National Academy Pr. 1-30p
NRC (National Reseach Council), Subcommittee on Warm Fish Nutrition. 1993.
Nutrient requirement of Fishes. Washington, D.C.: National Academy
Pr. 78 p.
Page, D. S. 1989. Prinsip-Prinsip Biokimia (Terjemahan). Erlangga, Jakarta. 121145
Peres, H., and P.A. Oliva-Teles. 1999. Glucose tolerance in gilthead seabream
(Sparus aurata) and European sea bass (Dicentrarchus labrax).
Aquaculture 179: 325-334.
Podoskina, T.A., A.G. Podoskina, and E.N. Bekina. 1997. “Efficiency of
utilization of some potato starch modifications by rainbow trout
(Oncorhynchus mykiss)”. Aquaculture Journal Vol .152: 235-248.
Purves, W.K., G.H. Orians, and H.C. Heller. 1992. Animal nutrition. In: Life: the
science of biology. Sinauer Assc. p.935-961
Saanin, H. 1984. Taxonomi dan kunci identifikasi. Jakarta: Bina Cipta. p.31-87
55
Shiau, S.Y. and C.W. Lan. 1996. “Optimum dietary protein level and protein
energy ratio for growth of grouper Epinephelus malabaricus”.
Aquaculture Journal Vol. 145:259-266.
Shiau, S.Y. 1997.” Utilization of carbohydrates in warmwater fish-with particular
reference to tilapia, (Oreochromis niloticus x M. Saxatilis O)”.
Aquaculture Journal Vol. 161:201-212.
Shiau, S.Y., and J.C. Chuang. 1995. “Utilization of disaccarides by juvenile
tilapia, Oreochromis niloticus x O. Aureus”. Aquaculture Journal Vol.
133: 249-256.
Shimeno, S. 1974. Studies on carbohydrate metabolism in fish. New York:
Amerind Publishing Co. 1-34
Starr, C. and R. Taggart. 1995. Digestion and human nutrition. In: Biology, the
unity and diversity of life. 7th eds. England: Wadsworth Publishing.
p.714-730.
Subandiyono. 2009. Bahan Ajar Nutrisi Ikan. Semarang: Jurusan Perikanan FPIK
UNDIP. p.1-45
Sudarmadji, S. B. Haryono, dan Suhardi. 1989. Analisa Bahan Makanan Dan
Pertanian. Penerbit Liberty Yogyakarta Bekerja Sama dengan Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta: UGM. p. 71-119.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung:
Alfabeta, cv. 608p.
Sugiyono. 2012. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta, cv. 370hal.
Sukadi, M.F. 2003. Strategi dan Kebijakan Pengembangan Pakan Dalam
Budidaya Perikanan. Prosiding semiloka aplikasi teknologi pakan dan
peranannya bagi perkembangan usaha perikanan budidaya. Pusat Riset
Budidaya. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Hal. 11-22.
Sutikno, E. 2011. Pembuatan Pakan Buatan Ikan Bandeng. Jepara: Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya Balai Besar Pengembangan Budidaya Air
Payau Jepara. P.1-34
Takeuchi T. 1988. Laboratory Work, Chemical Evaluation of Dietary Nutrients.
In: Watanabe T, Editor. Fish Nutrition and Mariculture. Tokyo:
Departement of Aquatic Biosciences, University of Fisheries. 179-288
pp.
56
Torrisen, K.R. and K.D. Shearer. 1992. “Protein digestion, growth and food
conversion in Atlantic salmon and Artic charr with different trypsin-like
isozyme patterns”. Fish Biology Journal Vol. 42:409-415.
Usman. 2002. Pengaruh jenis karbohidrat terhadap kecernaan nutrien pakan, kadar
glukosa darah, efisiensi pakan dan pertumbuhan yuwana ikan kerapu
tikus (Cromileptes altivelis). (Tesis). Bogor: Program Pascasarjana,
IPB.74p.
Vijayagopal, P. et al. 2011. “Feed Formulation Using Linear Programming for
Fry of Catfish, Milkfish, Tilapia, Asian Sea Bass, and Grouper in India”.
Journal of Applied Aquaculture Vol. 23:85–101
Walford J.T, T.M. Lim, and T.J. Lam. 1991. “Replacing live food with
microencapsulated diets in the rearing of sea bass (Lates calcarifer)
larvae: do the larvae ingest and digest protein membrane microcapsules”.
Aquaculture Journal Vol. 92:225–235.
Walford, J. and T. J. Lam. 1993. “Development of digestive tract and proteolytic
enzyme activity in seabass (Lates calcarifer) larvae and juveniles”.
Aquaculture Journal Vol. 109:187-205.
Wallace, R.A., G.P. Sanders and R.J. Ferl. 1996. Digestion and nutrition. In:
Biology, the science of life. 4th eds. Harper Collin Publish. p.788-811.
Watanabe, T. 1988. Fish nutrition and mariculture JICA texbook. The General
Aquaculture Course. Japan: Departement of Aquatic Biosiences Tokyo
University of Fisheries. 233 p.
Webster, C.D. and C. Lim. 2002. Nutrient requirement and feeding of finfish for
aquaculture. USA: CABI Publishing. CAB International. p.34-35
Wedemeyer, G. A. 1996. Physiology of Fish In Intensive Culture System. USA:
ITP US. p.1-45
Wilbraham, A.C., and Matta, M.S. 1992. Pengantar kimia organik dan hayati.
Bandung: ITB. 98p.
Wilson, R.P. 1989. Amino Acid And Proteins Fish Nutrition. (Halver , J.E.).
Toronto: Academic Press. p.112-151.
Wilson, R.P. 1994. “Utilization of dietary carbohydrate by fish”. Aquaculture
Journal Vol. 124:67-80.
Winarno, F.G. 1997. Kimia pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama. 12-67
57
Yusfiati. 2006. Anatomi alat pencernaan ikan buntal pisang (Tetraodon lunaris).
IPB: Sekolah Pascasarjana. p.21-34
Zonneveld N. dan E.A. Huisman, dan J.H. Boon. 1991. Prinsip-prinsip Budidaya
Ikan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. p.23-31
58
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tuban, Jawa Timur pada tanggal 15 Januari 1962
sebagai anak ke tiga dari delapan bersaudara dari ayah bernama H. Moch Thoyib
(almarhum) dan Ibu Hj. Mariyatun (almarhum).
Pendidikan dari sekolah dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP),
Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di Tuban pada tahun 1981 diterima
sebagai mahasiswa Fakultas Biologi, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto
dan lulus pada tahun 1986.
Dari tahun 1987 hingga sekarang sebagai staf pada Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Budidaya Laut, Gondol Bali.
Penulis menikah dengan Ilma Wiryanti, S.Pd., M.Pd. anak keempat dari
ayah bernama H. Syawali Yunus dan Ibu bernama Hj. Mainar. Penulis dikaruniai
3 orang anak, yang pertama bernama Mutiara Shabrina Utami, kedua bernama
Muhammad Rifqi Pambudi, dan ketiga bernama Muhammad Razif Shidiq.
59
LAMPIRAN
Lampiran 1. Foto Benih Ikan Bandeng
Lampiran 2. Foto Bak Penelitian
60
Lampiran 3. Bahan Pakan Untuk Penelitian
Lampiran 4. Foto Mesin Pembuatan Pakan Penelitian
61
Lampiran 5. Formulasi Pakan Penelitian
Perlakuan (Kadar Karbohidrat) (%)
BAHAN
A
B
C
D
E
(3,40)
(12,40)
(21,40)
(30,40)
(39,40)
Tepung Ikan
39,50
39,50
39,50
39,50
39,50
Kasein
9,00
9,00
9,00
9,00
9,00
Dextrin
0,00
9,00
18,00
27,00
36,00
Minyak ikan
3,00
3,00
3,00
3,00
3,00
VITAMIN MIX
1,30
1,30
1,30
1,30
1,30
MINERAL MIX
1,70
1,70
1,70
1,70
1,70
CMC
2,00
2,00
2,00
2,00
2,00
Celulosa
43,50
34,50
25,50
16,50
7,50
Total
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
Lampiran 6. Hasil analisis proksimat pakan uji
Parameter
Perlakuan (Kadar Karbohidrat) (%)
A
B
C
D
E
(3,40)
(12,40)
(21,40)
(30,40)
(39,40)
PROTEIN (% DM)
33,14
32,59
32,99
33,01
32,48
LEMAK (% DM)
7,45
8,03
7,76
7,67
7,67
ABU (% DM)
8,30
8,02
7,98
7,40
7,71
SERATKASAR(%DM)
47,71
38,96
29,87
21,52
12,74
KARBOHIDRAT (%DM)
3,40
12,40
21,40
30,40
39,40
KADAR AIR (%)
5,26
5,22
5,14
3,30
3,32
62
Lampiran 7. Komposisi Vitamin Mix Pakan Buatan
Vitamin
Thiamin
Riboflavin
Ca - pantotenat
Niacin
Pirydoxyn – HCl
Biotin
Folic Acid
Inocitol
ρ - Amino benzoic Acid
Cyanocobalamin
Choline – chloride
Vitamin C
β- carotin
Menadion
Calciferol
Vitamin E (α -tocoferol)
Total
Lampiran 8. Komposisi Mineral Mix Pakan Buatan
Mineral
KH2PO4
Ca – Lactate
NaH2PO4
FeCl2. 4H2O
ZnSO4
MnSO4
CuSO4. 7H2O
MgSO4
CuSO4
KJ
Total
mg/ 1 kg pakan
50,0
50,0
100,0
200,0
40,0
6,0
15,0
2000,0
50,0
1,0
9.000,0
1.200,00
150,0
40,0
19,0
200,0
13.121,00
mg/ 1 kg pakan
4.120,0
2.820,0
6.180,0
1.660,0
99,9
63,0
0,5
2.400,0
20,0
1,5
17.364,9
63
Lampiran 9. Kadar Nutrien Pakan yang Diperlukan Ikan Bandeng (Chanos
chanos Forsskal) (Vijayagopal et al., 2011)
Nutrien pakan
Kadar
Nutrien pakan
Kadar
Lemak
> 7%
Thiamine
41900.00
Protein
40%
Riboflavin
41997.00
Karbohidrat
> 25%
Pyridoxine
41900.00
Asam amino:
Panthothenic acid
24-48
Arginin
>2,08%
Biotin
0,1-0,2
Histidin
>0,8%
Folic acid
1,5-3
Isoleusin
>1,6%
Vitamin B12
0,0075-0,015
Leusin
>2,04%
Vitamin C
150-300
Lysin
>1,6%
Choline
600-1200
Methionin
>0,68%
Inositol
75-150
Phenylalanin
>1,28%
Threonine
>1,8%
Trytophan
>0,24%
Valine
>1,44%
Serat
Mayor Mineral (%):
Calcium
Phosphor
Magnesium
Trace
mineral
(mg/kg)
Iron
Zinc
Mangane
Copper
Cobalt
Iodine
Chromium
Selenium
Vitamin,
IU/kg
(min):
Vitamin A
1500-3000
Vitamin D3
750-1500
Vitamin,
mg/kg
(min)
Vitamin E
60-120
Vitamin K
41800.00
64
Lampiran 10. Bahan Pakan Buatan
Bahan Pakan
Tepung ikan
Dektrin
Minyak ikan
Vitamin mix
Mineral mix
Cellulose
CMC (Carboxy Methyl Cellulose).
Jumlah (Unit)
1
1
1
1
1
1
1
Lampiran 11. Bahan analisa proksimat pakan
Analisa proksimat
Sampel ikan
Tablet Kjeldahl
H2SO4 pekat
H2O2 30%
NaOH 40%
Asam borax 4%
HCl 0,2%
Aquadest
Chloroform
Methanol
NaCl 0,9%
Kertas saring whatman 40
Alkohol
K2SO4
H2SO4
NaOH 2,5%
Kertas timbang bebas nitrogen
Jumlah (Unit)
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Lampiran 12. Bahan analisa enzim amilase
Bahan Analisa Enzim
Sampel lambung dan usus ikan
Larutan buffer Tris HCl
EDTA
CaCl2
Effendorf
Sentrifuge
Pati 1%
Larutan DNS
Jumlah (Unit)
1
1
1
1
1
1
1
1
65
Lampiran 13. Alat-Alat Yang Digunakan Dalam Penelitian
Alat Penelitian
Jumlah
Alat Penelitian
Jumlah
Bak polykarbonat volume 15 unit
400 liter
Blower
1 unit
Erlemmeyer
1 unit
Pipet
1 unit
Serok
1 unit
1 unit
Ember, volume 20 liter
1 unit
Blender
homogenizer,
Nihonseiki Kaisha, lth, Japan
Corong
Penggaris, ketelitian 0,1
mm
Perlengkapan aerasi
1 unit
1 unit
Freeze dry system, merk
Labconco, Vansus City,
Missouri
Mesin pelet, merk Royal
Japan, Food cutter 1,2-4,5
mm
Electronic balance, Type
BW 3200, merk Shimadzu,
Japan
Timbangan analitik, merk
Sartorius
Spektrofotometer,
merk
Shimadzu, Japan
Almari pendingin,
1 unit
Rotary
evaporator,
Buchi
Heating Bath
Alat ekstraktor lengkap dengan
pendingin balik
Kertas tissu
1 unit
Refraktometer
1 unit
1 unit
DO meter digital “YSI model 51
B”
1 unit
1 unit
pH meter digital “ YOKOGawa”
model pH 81
1 unit
Sentrifuse,
Shimadzu, Japan
Multi buret
1 unit
Merk
Mikropipet
1 unit
1 unit
1 unit
1 unit
1 unit
Gelas ukur, 50, 100, 500, 1 unit
1000 ml
Eppendorf tube
60 unit
Oven
1 unit
Cawan porselin
1 unit
Nampan
1 unit
Desikator
1 unit
Tabung gelas destruksi,
1 unit
Alat destruksi, Kjeltec
8100 Foss, Swedia
1 unit
1 unit
1 unit
1 roll
66
Lampiran 14. Data Pertumbuhan Harian Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsskal)
Ulangan
Perlakuan
Rerata
SD
1
2
3
PAKAN A (KH 3,40%) 0,24309 0,26404 0,26605
0,26
0,013
PAKAN B (KH 12,40%) 0,29118 0,26791 0,27552
0,28
0,012
PAKAN C (KH 21,40%) 0,30592 0,32454 0,29754
0,31
0,014
PAKAN D (KH 30,40%) 0,31569 0,31011 0,32206
0,32
0,006
PAKAN E (KH 39,40%) 0,28700 0,28389 0,30701
0,29
0,013
Lampiran 15. Data Efisiensi Pakan Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsskal)
Ulangan
RataPerlakuan
SD
rata
1
2
3
PAKAN A (KH 3,40%)
89,6
101,5 93,9395 95,01
6,02
PAKAN B (KH 12,40%)
102,01
109,384 101,934 94,7227
7,33
PAKAN C (KH 21,40%)
105,61
100,052 112,361 104,425
6,24
PAKAN D (KH 30,40%)
112,129 107,393 112,535 110,69
2,86
PAKAN E (KH 39,40%)
98,1704 98,2562 100,37 98,93
1,25
Lampiran 16. Data Aktivitas Enzim Amilase Lambung dan Usus Ikan Bandeng
(Chanos chanos Forsskal) (U/mg protein)
Lambung
Usus
Pakan A
Pakan B
Pakan C
Pakan D
Pakan E
Pakan A
Pakan B
Pakan C
Pakan D
Pakan E
0
0,635
0,726
0,908
1,452
0,817
0,923
1,345
1,564
2,580
1,407
Waktu (jam)
9
12
15
0,814 0,989 1,332
0,976 1,441 1,482
1,502 1,843 1,665
1,840 2,614 2,347
1,127 1,491 1,498
1,306 0,954 1,152
1,453 1,390 1,382
1,795 1,794 2,126
2,089 2,505 2,605
1,518 1,439 1,595
18
0,637
0,928
1,295
1,575
0,960
0,772
1,125
1,308
2,171
1,164
67
Lampiran 17. Data Kelangsungan Hidup Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsskal)
(%)
ULANGAN
RataPERLAKUAN
1
2
3 Total
Rata Std
Pakan A (KH 3,40%)
100,00 100,00
95,00 295,00
98,33
2,89
Pakan B (KH 12,40%) 100,00 100,00
95,00 295,00
98,33
2,89
Pakan C (KH 21,40%)
95,00 100,00 100,00 295,00
98,33
2,89
Pakan D (KH 30,40%) 100,00
93,33 100,00 295,00
98,33
2,89
Pakan E (KH 39,40%) 100,00 100,00 100,00 300,00 100,00
0,00
Lampiran 18. Data Rata-Rata Kualitas Air Ikan Bandeng (Chanos chanos
Forsskal)
Parameter
DO
Salinitas
Temperatur Amoniak
PERLAKUAN
(mg/L)
(ppt)
pH
(0C)
(mg/L)
Pakan A (KH 3,40%)
6,17
35,00
8,20
28,10
0,0084
Pakan B (KH 12,40%)
6,13
35,00
8,20
28,07
0,0065
Pakan C (KH 21,40%)
6,23
35,00
8,20
28,03
0,0075
Pakan D (KH 30,40%)
6,20
35,00
8,20
28,07
0,0086
Pakan E (KH 39,40%)
6,13
35,00
8,20
28,03
0,0075
Lampiran 19. Pertumbuhan Harian dan Efisiensi Pakan (Chanos chanos Forsskal)
Parameter
Pertumbuhan
Harian (g)
Rata-rata
SD
Efisiensi Pakan
(%)
Rata-rata
SD
Pakan
Pakan
A (KH B (KH
3,40%) 12,40%)
0,280
0,335
0,304
0,308
0,306
0,317
0,297
0,320
0,015
0,014
89,600 109,384
101,500 101,934
93,940
94,723
95,013 102,013
6,022
7,331
Perlakuan
Pakan
C (KH
21,40%)
0,352
0,374
0,343
0,356
0,016
100,052
112,361
104,425
105,613
6,240
Pakan
Pakan
D (KH
E (KH
30,40%) 39,40%)
0,363
0,330
0,357
0,327
0,371
0,353
0,364
0,337
0,007
0,014
112,129 98,170
107,393
98,256
112,535 100,370
110,686
98,932
2,859
1,246
Nitrit
(mg/L)
0,0044
0,0063
0,0044
0,0044
0,0087
68
Lampiran 20. Uji Normalitas (Output IBM SPSS 20)
b
Tests of Normality
Shapiro-Wilk
Parameter
Pertumbuhan
harian
Efisiensi
Pakan
Statistik
Db
P
Pakan A (3,40%)
,815
3
,152
Pakan B (12,40%)
,961
3
,623
Pakan C (21,40%)
,954
3
,588
Pakan D (30,40%)
,999
3
,928
Pakan E (39,40%)
,849
3
,237
Pakan A (3,40%)
,978
3
,718
Pakan B (12,40%)
1,000
3
1,000
Pakan C (21,40%)
,975
3
,698
Pakan D (30,4%0)
,808
3
,133
Pakan E (39,40%)
,777
3
,061
0.199
5.000
0.200
0.256
5.000
0.200
0.166
5.000
0.200
0.199
5.000
0.200
0.244
5.000
0.200
0.226
5.000
0.200
0.319
5.000
0.108
0.200
5.000
0.200
0.283
5.000
0.200
0.258
5.000
0.200
Pakan A (3,40%)
,750
3
,000
Pakan B (12,40%)
,750
3
,000
Pakan C (21,40%)
,750
3
,000
Pakan D (30,40%)
,750
3
,000
Pakan A (3,40%)
Pakan B (12,40%)
Aktifitas
Enzim
Amilase
Lambung
Pakan C (21,40%)
Pakan D (30,40%)
Pakan E (39,40%)
Pakan A (3,40%)
Pakan B (12,40%)
Aktifitas
Enzim
Amilase Usus
Pakan C (21,40%)
Pakan D (30,40%)
Pakan E (39,40%)
Kelangsungan
Hidup
Pakan E (39,40%)
a. Lilliefors Significance Correction
b. Kelangsungan Hidup is constant when Pakan Ikan = Pakan E (39,40%). It has been
omitted.
69
Lampiran 21. Analisis ragam (ANOVA satu jalur) Pertumbuhan Harian Ikan
Bandeng (Chanos chanos Forsskal)
Sumber Keragaman
JK
Db
KT
F
P
Perlakuan
0,007
4
0,002 12,193*
0,001
Galat
0,001
Total
0,008
* berbeda nyata pada taraf α 0,05
Uji BNT :
A - B = 0,0205
A-C=
0,0516*
10
14
0,000
BNT (0,05) = 0,0224
* Beda nyata pada signifikansi BNT (0,05)
A - D = 0,0582*
A-E=
0,0349*
B-C=
0,0311*
B-D=
0,0377*
B-E=
0,0144
C-D=
0,0066
C-E=
0,0167
D-E=
0,0233*
Lampiran 22. Analisis ragam (ANOVA satu jalur) Efisiensi Pakan Ikan Bandeng
(Chanos chanos Forsskal) setelah data ditransformasi pada Y =
(X)0,5
Sumber Keragaman
JK
Db
KT
F
Sig.
1,067
4
,267
3,918
,036
Perlakuan
,681
10
,068
Galat
1,748
14
Total
* berbeda nyata pada taraf α 0,05
Uji BNT :
A - B = 0,352
A - C = 0,530*
A - D = 0,776*
A-E=
0,202
B-C=
0,178
B - D = 0,424
B-E=
0,150
BNT (0,05) = 0,464
* Beda nyata pada signifikansi BNT (0,05)
70
C - D = 0,246
C-E=
0,328
D-E=
0,574*
Lampiran 23. Analisis ragam (ANOVA satu jalur) Aktivitas Enzim Amilase pada
lambung dan Usus Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsskal)
Sumber
JK
Db
KT
F
P
Keragaman
Aktivitas
3,442
4
0,860
6,407
0,002
Perlakuan
Enzim Amilase Galat
2,686
20
0,134
Lambung
6,127
24
Total
Aktivitas
5,349
4
1,337 28,197
0,000
Perlakuan
Enzim Amilase Galat
0,949
20
0,047
Usus
6,298
24
Total
Uji BNT Lambung:
Uji BNT Usus:
A-B=
0,229
A-B=
0,318*
B-D=
1,051*
A-C=
0,561*
A-C=
0,696*
B-E=
0,085
A-D=
1,085*
A-D=
1,369*
C-D=
0,672*
A-E=
0,297
A-E=
0,403*
C-E=
0,292*
B-C=
0,332
B-C=
0,378*
D-E=
0,965*
B-D=
0,885*
B-E=
0,065
C-D=
0,561*
C-E=
0,263
D-E=
0,787*
Lampiran 24. Analisis ragam (ANOVA satu jalur) Kelangsungan Hidup Ikan
Bandeng (Chanos chanos Forsskal) setelah data ditransformasi
pada Y = (X)0,5
Sumber Keragaman
JK
Db
KT
F
Sig.
,000
4
,000
,250
,903
Perlakuan
,002
10
,000
Galat
,003
14
Total
71
Lampiran 25. Hasil Uji Proksimat Ikan Sebelum dan Sesudah Penelitian dengan
Kadar Karbohidrat Berbeda
Pakan perlakuan (%)
Parameter
Sebelum
Sesudah
A
B
C
D
E
Kadar Air (%)
4,86
4,76
4,05
4,40
4,34
4,74
Abu (%)
12,05
12,05
10,08
10,08
10,08
8,38
Lemak (%)
15,92
16,80
18,00
17,84
16,68
17,31
Protein (%)
57,24
58,50
58,90
59,20
60,5
57,16
Serat (%)
1,57
2,01
0,00
0,00
0,00
3,56
BETN (%)
8,36
7,89
8,97
8,48
8,40
8,85
Download