Jurnal PILAR, Vol. 2, No. 2, Juli-Des’, 2013 PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP (Long Life Education) Nur Ani Azis *1) Abstrak Konsep pendidikan seumur hidup sebenarnya sudah sejak lama dipikirkan oleh pakar pendidikan dari zaman ke zaman.a palagi bagi umat Islam, jauh sebelum orang-orang Barat mengangkatnya, Islam sudah mengenal pendidikan seumur hidup, sebagaimana dinyatakan oleh Hadis Nabi Muhammad saw yang berbunyi “Tuntutlah ilmu dari buaian hingga ke liang lahad”. Asas pendidikan seumur hidup ini merumuskan suatu asas bahwa proses pendidikan merupakan proses kontinyu yang sejak seseorang dilahirkan hingga meninggal dunia. Konsep pendidikan ini mencakup pendidikan informal, formal dan nonformal. Kata kunci: lat untuk mengembangkan individuindividu yang akan belajar seumur hidup, agar lebih bernilai bagi masyarakat. A. PENDAHULUAN Manusia pada hakikatnya selalu tumbuh dan berkembang. Mereka selalu ingin meningkatkan kualitas hidupnya. Untuk mewujudkannya, secara tidak langsung mereka dituntut untuk belajar. Dengan belajar berarti mereka telah melakukan proses pendidikan. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia untuk 1 *) Dosen FAI Unismuh Makassar 100 Jurnal PILAR, Vol. 2, No. 2, Juli-Des’, 2013 menggapai masa depan yang lebih baik dan mempertahankan eksistensinya. Makna pendidikan secara sederhana diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Maka, asas pendidikan yang paling cocok bagi orang-orang yang hidup di dunia transformasi ini adalah “pendidikan seumur hidup” karena pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha manusia untuk melestarikan hidupnya. Tanpa belajar manusia akan mengalami kesulitan dalam memenuhi tuntutan hidupnya yang selalu berubah seperti diera global saat ini. 2 Keharusan belajar seumur hidup sudah disepakati oleh para pakar pendidikan dan telah berlangsung sejak lama. Muhammad Munir Mursa mengatakan bahwa pendidikan tidak sebatas pada satu periode atau jenjang waktu tertentu, tapi berlangsung sepanjang hayat. Ia merupakan pendidikan dari buain sampai liang lahad, selalu memperbarui diri, serta terus menerus mengembangkan kepribadian dan kemanusian. Dengan perkataan pendidikan membimbing manusia untuk maju. Implementasi pendidikan seumur lain 3 hidup dapat berlangsung di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Karena itu, pendidikan sepanjang hayat merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, sekolah, dan pemerintah. 2 Abdul Rahman, Dasar-Dasar Pendidikan, (Semarang, Walisongo Press, 2002), h. 31. 3 Muhammad Munir Mursa, Kapita Selekta Pendidikan, (Yogyakarta: Yayasan Pendidikan Paramita, 1999), h. 100. 101 Jurnal PILAR, Vol. 2, No. 2, Juli-Des’, 2013 Permasalahan adalah: Pertama, bagaimana implementasi konsep pendidikan seumur hidup, Kedua, Dasar-dasar pendidikan seumur hidup, Ketiga, pandangan Islam tentang pendidikan seumur hidup, Keempat, Implikasi pendidikan seumur hidup B. PEMBAHASAN 1. Konsep Pendidikan Seumur Hidup Konsep pendidikan seumur hidup telah sejak lama dipikirkan dan diperkenalkan oleh pakar pendidikan, begitu juga dikalangan umat Islam yang jauh sebelum orang-orang barat mengangkatnya, mereka telah mengenal terlebih dahulu pendidikan seumur hidup.4 Sebagaimana dengan hadis Nabi yang artinya: “tuntutlah ilmu dari buaian sampai meninggal dunia“. Asas pendidikan seumur hidup itu sendiri terus berlanjut dan berlangsung seumur hidup, sehingga peranan manusia untuk mendidik dan mengembangkan diri sendiri secara wajar merupakan kewajiban kodrati manusia. Pendidikan tidak hanya pada bangku sekolah saja, namun berlanjut hingga akhir hayat. Proses pendidikan itu sendiri dimulai dari keluarga, sekolah dan masyarakat. Media dalam belajar pun tidak hanya duduk dan mendengarkan penjelasan 4 Konsep pendidikan seumur hidup dipopulerkaii oleh Paul Lengrand pada tahun 1970 melalui bukunya “An introduction to life long Education“, menurutnya pendidikan bukan pada penguasaan atas sekumpulan pengetahuan, melainkan pada pembawaan untuk rnemperoleh hakikat dari yang makin bertambah sebagai hasil dari pengalaman berturut-turut. Sebelum Paul Lengrand, Islam jauh sebelumnya telah memperkenalkan konsep pendidikan seumur hidup melalui hadis Rasulullah “tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang lahad”. Lihat Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Cet. II, (Jakarta; Rineka Cipta, 2001), h. 233. 102 Jurnal PILAR, Vol. 2, No. 2, Juli-Des’, 2013 dari guru/pengajar, namun saat ini banyak media untuk belajar. Teknologi pada zaman sekarang sudah semakin maju dan berkembang sangat cepat, sehingga konsep pendidikan seumur hidup sangat cocok diterapkan pada manusia di era sekarang ini yang memerlukan penyesuaian sehingga tidak dianggap tertinggal. Pendidikan diartikan sama dengan pertumbuhan manusia. Selama diri manusia terjadi pertumbuhan, maka selama itu pula terjadi peristiwa pendidikan. Ini berarti, pendidikan tidak berhenti pada pembelajaran di sekolah namun terus berlanjut hingga akhir hayat. Sehingga tidak ada kata terlambat untuk belajar. Belajar atau mendidik diri sendiri adalah proses alamiah sebagai bagian integral atau merupakan totalitas kehidupan. Jadi, manusia belajar atau mendidik ini bukanlah sebagai persiapan (bekal) bagi kehidupan (yang akan datang), melainkan pendidikan adalah kehidupan itu sendiri. Dalam konsep pendidikan seumur hidup, pendidikan merupakan proses yang berlangsung terus menerus sejak manusia lahir sampai meniggal dunia. Konsep ini mengharapkan agar manusia selain berkembang seumur hidupnya, di sisi lain juga mengharapkan agar masyarakat dan pemerintah dapat menciptakan situasi yang merangsang aktivitas belajar. Atas dasar ini maka sekolah bukanlah satusatunya masa untuk belajar melainkan sebagian kecil dari proses belajar yang akan berlangsung sepanjang hayat. Meskipun demikian pendidikan juga merupakan segi peningkatan terus menerus yang bertujuan, dipertimbangkan secara masak serta diperlengkapi secara baik. Peningkatan itu merupakan hukum bagi semua umat. 103 Jurnal PILAR, Vol. 2, No. 2, Juli-Des’, 2013 2. Dasar-dasar Pendidikan Seumur Hidup Prinsip pendidikan seumur hidup di dasari atas berbagai landasan. Fuad Hasan telah menulis beberapa dasar pemikiran ditinjau dari berbagai aspek tentang urgensi pendidikan seumur hidup5, yang meliputi: 1. Aspek Filosofis Sesungguhnya secara filosofis (filsafat manusia) hakekat kodrat martabat manusia merupakan kesatuan integral segi-segi : a) Manusia sebagai makhluk pribadi (individual being) b) Manusia sebagai makhluk sosial (social being) c) Manusia sebagai makhluk susila (moral being) 2. Aspek Psikofisis Realitas psikofisis manusia menunjukkan bahwa pribadi manusia merupakan kesatuan antara : a) Potensi-potensi dan kesadaran rohaniah baik segi pikir, rasa, karsa, cipta, maupun budi nurani. b) Potensi-potensi dan kesadaran jasmaniah c) Potensi-potensi psikofisis ini berada dalam suatu lingkungan hidupnya baik alamiah (fisik) ataupun sosial budaya (manusia dan nilai-nilainya). 3. Aspek Sosio Budaya Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang terbina oleh tata-nilai sosiobudaya yang memperhatikan pendidikan. 4. Aspek ekonomis, pendidikan merupakan cara yang paling efektif untuk dapat keluar dari kemelaratan akibat kebodohan. Pendidikan seumur hidup akan memberi 5 Fuad Hasan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1001), 235-237. 104 Jurnal PILAR, Vol. 2, No. 2, Juli-Des’, 2013 peluang bagi seseorang untuk meningkatkan produktivitas, memelihara dan mengembangkan sumbersumber yang dimilikinya. 5. Aspek politis, pendidikan kewarganegaraan perlu diberikan kepada seluruh rakyat untuk memahami fungsi pemerintah, DPR, MPR, dan lembaga-lembaga negara lainnya. Tugas pendidikan seumur hidup menjadikan seluruh rakyat menyadari pentingnya hak-hak pada negara demokrasi. 6. Aspek teknologis, pendidikan seumur hidup sebagai alternatif bagi para sarjana, teknisi dan pemimpin di negara berkembang untuk memperbarui pengetahuan dan keterampilan seperti yang dilakukan di negara-negara maju. Aspek psikologis dan pedagogis sejalan dengan makin luas dan kompleknya ilmu pengetahuan, tidak mungkin lagi dapat diajarkan seluruhnya di sekolah. Tugas pendidikan sekolah hanya mengajarkan kepada peserta didik tentang metode belajar, menanamkan motivasi yang kuat untuk terus-menerus belajar sepanjang hidup, memberikan keterampilan secara cepat dan mengembangkan daya adaptasi. Untuk menerapkan pendidikan seumur hidup perlu diciptakan suasana yang kondusif. C. PANDANGAN ISLAM TENTANG PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP Dalam Islam pendidikan seumur hidup merupakan salah satu asas pendidikan. Seorang mukmin diharapkan terus-menerus berinteraksi dengan ayat-ayat Tuhan agar 105 Jurnal PILAR, Vol. 2, No. 2, Juli-Des’, 2013 semakin memperkuat keimanannya. Allah swt. berfirman dalam Q.S. Al-Anfal (8):2. : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” Firman Allah swt. Q.S.Thaha (20): 114. Maka Maha Tinggi Allah raja yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al-qur’an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan Katakanlah: “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu Nabi Muhammad saw. sekalipun telah mencapai kesempurnaan, masih tetap diperintahkan oleh Allah untuk berdoa dan berusaha untuk mencapai ilmu pengetahuan. Konsep dan praktek pendidikan seumur hidup dalam masyarakat Islam telah berlangsung sejak lama. Jauh sebelum PBB pada tahun 1970-an memprakarsai pendidikan seumur hidup (life long education), dalam Islam pada abad ketujuh telah menegaskan: Uthlub al-ilma min al-mahdi ila al- 106 Jurnal PILAR, Vol. 2, No. 2, Juli-Des’, 2013 lahdi (tuntutlah ilmu dari buaian sampai liang lahad), sayangnya kepopuleran ajaran pendidikan seumur hidup dari Rasulullah tidak sempat menggugah perhatian umat Islam untuk memprakarsainya menjadi word program.6 Menambah ilmu setiap saat sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Rasulullah saw sampai bersumpah: “Demi Allah seandainya aku tidak dapat menambah ilmu sehari saja, maka lebih baik aku tidak melihat matahari saat itu”7. Ini merupakan isyarat akan pentingnya ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia. Ilmu adalah kunci dunia dan akhirat. Rasulullah saw bersabda: “Man arada addunya fa’ alaihi bi al-ilmi wa man arada al-akirah fa‘alaihi bi al-ilmi wa man aradahumafa ‘alaihi bi al-ilmi“. Dalam pandangan Islam, manusia adalah khalifatullah di muka bumi yang oleh Allah dibekali dengan segenap potensi sebagai bekal khalifahnya. Potensi tersebut terwujud dalam dua bentuk, yaitu yang cenderung pada hal-hal yang positif dan negatif. Agar potensi manusia itu terarah dan cenderung pada hal-hal positif, dibutuhkan pendidikan yang berkesinambungan bagi manusia. Menurut UU. SISDIKNAS No. 20 tahun 2003: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian 6 Ahmadi dan Nur Uhbiyati, op. cit., h. 233 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 7. 7 107 Jurnal PILAR, Vol. 2, No. 2, Juli-Des’, 2013 diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. serta 8 Secara umum tujuan pendidikan seumur hidup adalah bahwa mengingat proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian manusia bersifat dinamis, maka pendidikan wajar berlangsung seumur hidup untuk mengembangkan potensi kepribadian manusia sesuai dengan kodrat dan hakekatnya. D. IMPLIKASI PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP Implikasi pendidikan di dalam masyarakat mengandung kemungkinan yang luas dan bervariasi. Secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi enam kategori sebagai berikut: 1. Pendidikan Baca Tulis Fungsional a. Memberikan kecakapan 3 M (membaca, menulis, dan menghitung fungsional bagi anak-anak didiknya). b. Menyediakan bahan-bahan bacaan yang perlu untuk mengembangkan lebih lanjut kecakapan yang dimiliki. 2. Pendidikan Kejuruan Kemajuan teknologi dan makin majunya industrialisasi, menuntut pendidikan kejuruan tersebut. 3. Pendidikan Profesional Hendaknya para profesional selalu mengikuti perubahan dan kemajuan metode, perlengkapan, terminologi, dan sikap profesionalnya. Ini merupakan realisasi pendidikan seumur hidup. 4. Pendidikan ke Arah Perubahan dan Pembangunan 8 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, (Jakarta: Sinar Grafika, 2003). 108 Jurnal PILAR, Vol. 2, No. 2, Juli-Des’, 2013 Abad ilmu pengetahuan dan teknologi mempengaruhi segala segi kehidupan manusia dan masyarakat. Sebagai eontoh, sudah banyak ibu rumah tangga pada saat ini yang perkakas rumah tangganya serba elektronik, mesin cuci listrik, dan lain sebagainya. Hal ini mengandung konsekuensi pendidikan yang terus menerus. (Pendidikan Seumur Hidup). 5. Pendidikan Kewarganegaraan dan Kedewasaan Politik Pendidikan kewarganegaraan dan kedewasaan politik bagi setiap warga negara, baik sebagai rakyat biasa maupun pemimpin dalam negara yang demokratis adalah sangat penting. Hal ini juga mengandung konsekuensi perlunya pendidikan yang terus menerus (Pendidikan Seumur Hidup). 6. Pendidikan Kultural Dan Pengisian Waktu Senggang. Orang terpelajar hendaknya memahami tentang agama, sejarah, kesusastraan, falsafah hidup, seni dan musik bangsa sendiri. Pengetahuan tersebut dapat memperkaya hidupnya serta memungkinkannya untuk mengisi waktu senggangnya dengan menyenangkan. Oleh karena itu pendidikan kultural dalam pengisian waktu senggang secara konstruktif akan merupakan bagian penting pendidikan seumur hidup. Implikasi konsep pendidikan seumur hidup pada sasaran pendidikan yang perlu mendapatkan pendidikan seumur hidup dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori, masing-masing dengan prioritas programnya, seperti berikut:9 9 (Artikel) Zarkasih Cs. Dilema-dilema Pemenuhan Hak Pendidikan, download http:/// 109 Jurnal PILAR, Vol. 2, No. 2, Juli-Des’, 2013 a. Para Petani Mereka inilah yang sebenarnya membutuhkan program baca tulis fungsional, karena ada diantara mereka yang sama sekali tidak mendapat pendidikan. Sementara di negara berkembang mereka merupakan penduduk terbesar. Program pendidikan yang diberikan kepada mereka hendaknya lebih intensive. b. Para remaja yang putus sekolah Mereka ini menganggur karena biasanya mereka tidak memperoleh pendidikan keterampilan. Mungkin mereka meninggalkan sekolah karena kurang minat, bosan, kurang bakat, atau mereka melihat pendidikan di sekolah itu kurang relevan dengan kebutuhan hidup mereka. Oleh karena itu, perlu diberikan pendidikan yang kultural dan kegiatan yang rekreatif yang bersifat remedial. c. Para pekerja yang berketerampilan Supaya dapat menghadapi tantangan di hari ke depan, mereka hendaknya diberi program pedidikan kejuruan teknik, yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka, dan hendalcnya program tersebut memiliki dua tujuan yaitu: 1) Mampu menyelamatkan mereka dari bahaya keusangan pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki. 2) Membuka jalan mereka untuk naik tingkat dalam rangka promosi kedudukan yang lebih baik. d. Para teknisi dan golongan profesional pendidikanrakyatindonesia.citinews.suaramerdeka.com/index=optioncon tent&task195. 110 Jurnal PILAR, Vol. 2, No. 2, Juli-Des’, 2013 Pada umumnya mereka menduduki posisi penting dalam masyarakat. Berhasil atau tidaknya pembangunan bergantung pada golongan ini. Oleh karena itu program pendidikan seumur hidup sangat penting bagi mereka, agar mereka selalu menambah pengetahuan dan keterampilan. e. Para pemimpin masyarakat Hendaknya mereka harus mampu mensintesakan pengetahuan dari berbagai macam keahlian dan selalu memperbaiki sikap dan gagasan yang sesuai dengan kemajuan dan pembangunan yang tidak mereka peroleh dari pendidikan formal. f. Para anggota masyarakat yang sudah tua Karena pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, banyak pengetahuan yang belum mereka ketahui pada waktu masih muda. E. PENUTUP Konsep pendidikan seumur hidup merupakan usaha memberdayakan, mengembangkan dan memanusiakan manusia. Dalam Islam, konsep pendidikan ini telah lama diperkenalkan pendidikan dan Islam. dijadikan Pada salah tahun satu 1970 azas Paul dalam Lenglard memperkenalkan konsep pendidikan seumur hidup di Eropa yang kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh UNESCO. Di Indonesia konsep pendidikan seumur hidup mulai dimasyarakatkan oleh pemerintah melalui TAP MPR No. IV/MPR/1973 jo. TAP No. IV/MPR/1978 tentang GBHN. Pendidikan seumur hidup didasarkan pada pemikiran yang ditinjau atas beberapa aspek yang meliputi: aspek 111 Jurnal PILAR, Vol. 2, No. 2, Juli-Des’, 2013 filosofis, aspek psikofisis, aspek sosio budaya, aspek ekonomis, aspek politis, dan aspek tekonologis. Dengan melalui dasar pemikiran tersebut pendidikan seumur hidup menjadi urgen untuk diimplementasikan dalam kehidupan manusia. Pendidikan pendidikan baca profesional, pembangunan seumur tulis, pendidikan serta hidup kejuruan ke pendidikan berimplikasi teknologi, arah pada pendidikan perubahan kewarganegaraan dan dan kedewasaan politik. Pendidikan seumur hidup secara umum berlaku untuk semua manusia. *** DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2001. Hasan, Fuad. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 1991. Rahman, Abdul. Dasar-dasar Walisongo Press, 2009. Munir, Pendidikan, Semarang: Muhammad Mursa, Kapita Selekta Pendidikan, Yogyakarta: Yayasan Pendidikan Paramita, 1999. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia., 2002. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, Citra Umbara. Bandung. 2003. *** 112