BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Promiskuitas

advertisement
1
BAB I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Promiskuitas merupakan aktifitas seksual yang dilakukan dengan banyak
atau lebih dari satu pasangan yang telah dikenal ataupun baru dikenal. Dampak
perilaku promiskuitas adalah peningkatan penyebaran penyakit menular seksual,
kehamilan tidak diinginkan dan meningkatnya jumlah pengidap Human
Immunodeficiency Virus (HIV) / Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)
(Stumpf dan Boesch, 2003).
Fenomena promiskuitas pada sebagian remaja seperti yang terjadi pada
akhir-akhir ini, tidak terlepas dari minimnya pendidikan seks yang diterima
remaja di lingkungan keluarga maupun di sekolah. Masyarakat masih
menganggap bahwa membicarakan seks pada anak merupakan sesuatu hal yang
tabu dan tidak layak dibicarakan. Kurangnya pendidikan seks yang diterima
remaja, mengakibatkan remaja mencari informasi tentang hal yang berhubungan
dengan seks dengan orang lain di luar rumah seperti pada teman (Babakhani,
2011).
Pemahaman seks yang kurang tepat oleh remaja, mengakibatkan mereka
mudah terjerumus pada perilaku seks seperti berpegangan tangan, berciuman,
berpelukan, dan hubungan seks sebelum menikah (sexual intercouse pre-marital)
(Desmita, 2006). Pemahaman yang keliru mengenai seks mendorong remaja
terjerumus pada perilaku seks bebas terutama mereka yang tinggal di kota-kota
besar. Bagi sebagian remaja menganggap virginitas bukan lagi sesuatu yang
penting dijaga atau dipertahankan seorang perempuan, akibatnya banyak remaja
yang terjerumus pada perilaku seksual pranikah (Sudarmi, 2008).
Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012
menyatakan bahwa remaja berusia 15-19 tahun di Indonesia sebanyak 4,5% dari
6.825 remaja laki-laki dan 0,7% dari 6.018 remaja perempuan pernah melakukan
hubungan seks pranikah (Kemenkes RI, 2013). Sebanyak 10.3% dari 3,594 remaja
di 12 kota besar di Indonesia telah melakukan hubungan seks bebas (Creagh,
1
2
2004). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2010) mengungkapkan
bahwa dari 1189 remaja atau 7% remaja belum menikah di Jawa Barat dan 922
remaja atau 5% remaja belum menikah di Bali mengakui pernah mengalami
kehamilan. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) tahun 2010 sebanyak 30% siswa sekolah menengah pertama (SMP)
dan sekolah menengah atas (SMA) di Indonesia melakukan seks secara aktif.
Syarif (2010) menyatakan bahwa di Yogyakarta dari 1.660 mahasiswi,
sekitar 37% mengaku sudah kehilangan kegadisannya. Hubungan seks pranikah
dilakukan dengan pacar maupun dengan laki-laki yang sudah beristri. Menurut
Musthofa et al., (2009) seseorang yang memiliki sikap lebih permisif terhadap
masalah seksualitas akan cenderung melakukan hubungan seksual pranikah. Hal
ini dapat dicegah dengan meningkatkan self efficacy sebagai wujud kemampuan
menentukan perilaku seks pranikah berisiko. Pendidikan seks dibutuhkan untuk
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman remaja tentang seks, sehingga remaja
mampu mengambil keputusan yang tepat.
Pacaran menjadi suatu kebiasaan di kalangan remaja. Remaja yang tidak
memiliki pacar akan dikatakan ketinggalan jaman oleh teman sebayanya. Perilaku
tersebut disebabkan persepsi remaja bahwa hubungan seks pranikah merupakan
cara mengungkapkan cinta. Faktor lingkungan, pergaulan, kurangnya bimbingan
orang tua terutama ajaran agama sangat mempengaruhi (Al-Ghifari, 2002;
Hermawan, 2003; Hurlock, 1993). Tempat yang paling sering untuk melakukan
hubungan seks adalah di rumah kos, rumah pribadi, hotel atau wisma, taman
luas, tempat rekreasi dan bersantai, ruangan kelas di kampus, dalam mobil goyang
dan lain-lain. Responden mengaku bahwa perilaku seksual ini terjadi tanpa
paksaan dan didasari rasa kebutuhan, responden telah aktif melakukan hubungan
seksual lebih dari satu orang pasangan (Mutiara et al., 2013).
Adanya anggapan tabu dalam membicarakan perilaku seksualitas dan
kurangnya pendididkan seksualitas, menyebabkan merebaknya penyimpangan
seksual seperti seks berganti pasangan maupun melakukan hubungan seksual
dengan lebih dari satu orang dalam sekali aktifitas seks. Menurut Mutiara et al.
(2013), perlu dilakukan partisipasi oleh semua pihak dan kesadaran remaja
3
tentang norma keagamaan dan norma kesusilaan yang ada di masyarakat untuk
menanggulangi maraknya promiskuitas dikalangan remaja.
Menurut Soetjiningsih (2004), perilaku seksual promiskuitas pada remaja
didasari banyak faktor yang mempengaruhi (internal dan eksternal). Menurut
Ghifari (2003), perilaku seks bebas menimbulkan pengaruh buruk untuk masa
depan remaja. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) (2008), perilaku seks bebas pada remaja akan menimbulkan beberapa
manifestasi, khususnya di kalangan remaja itu sendiri. Dampak yang berkaitan
dengan perilaku seks bebas ini meliputi; masalah penyakit menular seksual
termasuk HIV/AIDS, kehamilan yang tidak diinginkan, putus sekolah, kanker,
kemandulan.
Menurut Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta (2013) jumlah
kasus penderita Human Immunodeficiency Virus (HIV) sebanyak 1.941 kasus
yang terdiri dari 831 kasus Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) dan
sebanyak 1.110 kasus HIV. Distribusi kasus HIV dan AIDS berdasarkan jenis
kelamin, laki-laki lebih banyak yaitu 1.231 kasus dibandingkan perempuan 645
kasus dan tidak diketahui 64 kasus. Presentase kasus HIV tertinggi pada
kelompok usia produktif yaitu 20- 29 tahun sebanyak 696 kasus (35%) dan
presentase faktor risiko HIV tertinggi, yaitu hubungan sex tidak aman pada
kelompok heterosexual sebesar 51,4% dan faktor risiko penularan dari ibu ke anak
sebesar 2,9%.
Menurut Dinas Pemerintah Kota Yogyakarta (2012) Wirobrajan
merupakan kecamatan dengan urutan kelima terbanyak dengan penderita HIV dan
AIDS setelah Gedongtengen, Gondokusuman, Jetis dan Umbulharjo. Menurut
Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Yogyakarta (2016) Di Kota Yogyakarta jumlah
penderita HIV-AIDS mengalami kenaikan yang signifikan dalam kurun waktu 5
tahun terakhir. Tahun 2014 jumlah penderita HIV mencapai 131 orang. Jumlah
penderita HIV baru yang ditemukan di tahun 2015 sampai dengan bulan
September sejumlah 59 kasus.
4
Melihat letak Kecamatan Wirobrajan yang berdekatan dengan universitas
dan Malioboro sebagai tempat perbelanjaan, bekerja dan wisata menjadikan
Wirobrajan menjadi tempat pilihan untuk bertempat tinggal sehingga masyarakat
menjadi majemuk. Masyarakat Wirobrajan yang majemuk dengan banyak
masyarakat pendatang untuk bekerja maupun kuliah memberikan dampak. Disisi
lain masyarakat Wirobrajan yang majemuk menjadi tempat dengan banyak
kebudayaan dan perilaku.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan pada latar belakang di atas, penulis bermaksud
membahas dan meneliti perilaku seksual promiskuitas pada remaja laki – laki di
Kecamatan Wirobrajan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.
C. Tujuan Penelitian
Memperoleh gambaran tentang perilaku seksual promiskuitas pada
remaja laki – laki di Kecamatan Wirobrajan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa
Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat:
1. Manfaat penelitian bagi remaja
Memberikan informasi bagi remaja bahwa perilaku promiskuitas
membawa dampak negatif secara mental dan psikis pada masa depan remaja
yang perilaku promiskuitas.
2. Manfaat penelitian bagi masyarakat
Memberikan informasi bagi orangtua, pemilik kos, pemilik kontrakan
dan masyarakat agar dapat mengarahkan remaja dalam memanfaatkan
menerapkan aturan pergaulan yang benar dan bertanggung jawab.
3. Manfaat penelitian bagi instansi
Memberikan masukan pada instansi terkait tentang penyebaran
penyakit menular seksual remaja dalam merancang dan mengembangkan
program pencegahan penyakit menular seksual (PMS).
5
4. Manfaat penelitian bagi ilmu pengetahuan
Memberikan masukan bagi peneliti lain sehingga penelitian ini dapat
sebagai bahan referensi atau pertimbangan penelitian yang sejenis.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian yang dilakukan Prakash (2003) merupakan penelitian kualitatif
yang meneliti kesadaran memakai kondom pada pengguna alkohol dan obatobatan terlarang saat melakukan hubungan seksual promiskuitas. Mayoritas
responden sebanyak 63% tidak menggunakan kondom saat melakukan hubungan
seksual. Penelitian berfokus pada alasan kesadaran dan kemauan penggunaan
kondom dalam melakukan seksual promiskuitas
Penelitian Patrick dan Charlotte (2007) merupakan penelitian kuantitatif
dengan responden sebanyak 210 responden. Penelitian tentang makna melakukan
hubungan seksual. Kategori individu yang dingin dan hangat mempunyai
kecenderungan melakukan seksual promiskuitas yang lebih banyak dari kategori
lain. Metode yang dipakai dalam penelitian ini yaitu dengan pengambilan dan
analis data
Penelitian kualitatif yang dilakukan Mancini (2010) ini meneliti tentang
peran seorang ayah bagi anak perempuannya. Ketidakhadiran ayah akan
memberikan dampak negatif kepada anak perempuannya seperti kehamilan tidak
diinginkan, rendah diri dan terjerumus dalam seksual promiskuitas.
Cooper (2002) Penelitian kualitatif tentang perilaku seksual remaja dalam
keadaan mengkomsumsi alkohol. Konsumsi alkohol akan menurunkan kesadaran
responden dalam melakukan seksual promiskuitas. Permasalahan yang diteliti
tentang aktivitas seksual termasuk seksual promiskuitas
Download