BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam pembangunan ekonomi suatu negara diperlukan adanya pengaturan mengenai pengelolaan sumber-sumber ekonomi yang tersedia secara terarah dan terpadu serta dimanfaatkan secara maksimal bagi peningkatan kesejahteraan rakyat. Untuk itu, lembaga-lembaga keuangan dalam hal ini lembaga keuangan bank haruslah mengelola dan menggerakkan semua potensi ekonomi agar berdaya guna dan berhasil guna. 1 Peranannya sebagai salah satu pilar ekonomi yang utama tersebut, lembaga perbankan dituntut untuk mampu mewujudkan tujuan perbankan nasional sebagaimana terkandung dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, yaitu menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Tentu saja tujuan tersebut hanya akan terwujud apabila didukung oleh sistem perbankan yang sehat dan stabil. Berbagai lembaga keuangan terutama bank konvensional, telah membantu pemenuhan kebutuhan dana bagi kegiatan perekonomian dengan memberikan pinjaman uang antara lain dalam bentuk kredit perbankan. Kredit 1 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana, Jakarta, 2005, hlm. 7. Universitas Sumatera Utara perbankanmerupakan salah satu usaha bank konvensional yang telah banyak dimanfaatkan oleh anggota masyarakat yang memerlukan dana. Dapat diketahui bahwa hampir semua masyarakat telah menjadikan kegiatan pinjam-meminjam uang sebagai sesuatu yang sangat diperlukan untuk mendukung perkembangan kegiatan perekonomiannya dan untuk meningkatkan taraf kehidupannya. Dengan demikian, kegiatan pinjam-meminjam uang sudah merupakan bagian dari kehidupan masyarakat saat ini. Selanjutnya, dalam kegiatan pinjam-meminjam uang yang terjadi di masyarakat dapat diperhatikan bahwa umumnya sering dipersyaratkan adanya penyerahan jaminan utang oleh pihak peminjam kepada pihak pemberi pinjaman. Jaminan utang dapat berupa barang (benda) sehingga merupakan jaminan kebendaan dan atau berupa janji penanggungan utang sehingga merupakan jaminan perorangan. Jaminan kebendaan memberikan hak kebendaan kepada pemegang jaminan. Pelaksanaan pemberian kredit dari bank (kreditur) kepada debitur dilakukan dengan mengadakan perjanjian yang disebut dengan perjanjian kredit. Perjanjian kredit merupakan ikatan antara bank dengan debitur yang isinya menentukan dan mengatur hak dan kewajiban kedua belah pihak sehubungan dengan pemberian atau pinjaman kredit. Perjanjian kredit biasanya diikuti dengan perjanjian jaminan sehingga perjanjian kredit adalah pokok atau prinsip sedangkan perjanjian jaminan adalah perjanjian ikutan atau accessoir, artinya Universitas Sumatera Utara adadan berakhirnya perjanjian jaminan tergantung dari perjanjian pokok (perjanjian kredit). 2 Kewajiban untuk menyerahkan jaminan utang oleh pihak peminjam dalam rangka pinjaman uang sangat terkait dengan kesepakatan diantara pihak-pihak yang melakukan pinjam-meminjam uang. Pada umumnya pihak pemberi pinjaman mensyaratkan adanya jaminan utang sebelum memberikan pinjaman uang kepada pihak peminjam. Sementara itu, keharusan penyerahan jaminan utang tersebut sering pula diatur dan disyaratkan oleh peraturan intern pihak pemberi pinjaman dan atau oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bank dalam memberikan kredit sudah seyogianya harus memperhatikan jaminan pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, dalam arti keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi kewajibannya sesuai dengan yang diperjanjikan. Dengan adanya keyakinan tersebut, bank berharap banyak agar kredit yang diberikannya kepada nasabah debitur tidak menjadi kredit yang macet (bermasalah) di kemudian hari. Oleh karena itu, sebelum memberikan kredit bank harus mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan. Dalam hal ini bank harus melakukan penelitian secara seksama terhadap berbagai aspek. Selain itu bank juga diwajibkan untuk memiliki dan menerapkan pedoman perkreditan atau 2 Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, CV. Alfabeta, Bandung, 2003, hlm. 98. Universitas Sumatera Utara pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Umumnya dalam rangka mengamankan pemberian kredit, bank menuntut nasabah debitur untuk memberikan jaminan kebendaan (agunan). Jaminan kebendaan (agunan) pemberian kredit bank tersebut pada hakikatnya berfungsi untuk menjamin kepastian akan pelunasan utang debitur bila debitur cidera janji atau dinyatakan pailit. 3 Dengan adanya jaminan pemberian kredit tersebut, akan memberikan jaminan perlindungan, baik bagi keamanan dan kepastian hukum kreditur bahwa kreditnya akan tetap kembali walaupun mungkin nasabah debiturnya cidera janji, yakni dengan cara mengeksekusi benda yang menjadi objek jaminan kredit bank yang bersangkutan. Selain itu, bank dituntut untuk dapat membuat suatu desain hubungan hukum yang baik dengan (calon) nasabah debiturnya, sehingga tercipta sinergi kerja yang baik antara kreditur (bank) dan nasabah debiturnya. Apabila nasabah debiturnya dinyatakan cidera janji, bank dengan mudah mengeksekusi objek benda yang menjadi jaminan yang telah diberikan nasabah debitur berdasarkan desain hubungan hukum yang telah dibuat sebelumnya. Dengan demikian, jaminan kebendaan (agunan) dalam pemberian kredit ini menjadi sarana yang “ampuh” untuk mengamankan pemberian kredit. Untuk itulah diadakan ketentuan hukum jaminan. Kegiatan pinjam-meminjam uang yang dikaitkan dengan persyaratan penyerahan jaminan utang banyak dilakukan oleh perorangan dan berbagai badan 3 Rachmadi Usman (1), Hukum Jaminan Keperdataan, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hlm. 10. Universitas Sumatera Utara usaha. Badan usaha umumnya secara tegas mensyaratkan kepada pihak peminjam untuk menyerahkan suatu barang (benda) sebagai objek jaminan utang pihak peminjam. Jaminan utang yang ditawarkan (diajukan) oleh pihak peminjam umumnya akan di nilai oleh badan usaha tersebut sebelum diterima sebagai objek jaminan atas pinjaman yang diberikan. Penilaian yang seharusnya dilakukan sebagaimana yang biasa terjadi di bidang perbankan meliputi penilaian dari segi hukum dan dari segi ekonomi. Berdasarkan penilaian dari kedua segi tersebut diharapkan akan dapat disimpulkan kelayakannya sebagai jaminan utang yang baik dan berharga. 4 Pelaksanaan penilaian jaminan utang dari segi hukum, pihak pemberi pinjaman seharusnya melakukannya menurut (berdasarkan) ketentuan hukum yang berkaitan dengan objek jaminan utang dan ketentuan hukum tentang penjaminan utang yang disebut dengan hukum jaminan. Hukum jaminan merupakan himpunan ketentuan yang mengatur atau berkaitan dengan penjaminan dalam rangka utang piutang (pinjaman uang) yang terdapat dalam berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini. Pinjam-meminjam uang dalam kegiatan perbankan di Indonesia disebut kredit. Salah satu kegiatan usaha yang pokok bagi bank konvensional adalah berupa pemberian kredit dan dikenal dengan sebutan kredit perbankan. Kredit perbankan disalurkan bank kepada masyarakat sesuai dengan fungsi utamanya menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. Dalam pelaksanaan pemberian kredit perbankan tersebut biasanya dikaitkan dengan berbagai persyaratan, antara lain mengenai jumlah maksimal kredit, jangka waktu kredit, tujuan penggunaan 4 M. Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hlm. 2. Universitas Sumatera Utara kredit, suku bunga kredit, cara penarikan dana kredit, jadwal pelunasan kredit, dan jaminan kredit. 5 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas UndangUndang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan Pasal 1 angka 2, menyebutkan bahwa “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.” 6 Berdasarkan bunyi dari Undang-Undang diatas, maka dapat dikatakan bahwa usaha dari bank meliputi kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan kegiatan menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya. Kegiatan menghimpun dana dan menyalurkan dana kepada masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup rakyat. Pengertian Kredit menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan Pasal 1 angka 11, “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan peminjam untukmelunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, 5 Ibid, hlm. 73. Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang “Perbankan”, Pasal 1 angka 2. 6 Universitas Sumatera Utara imbalan atau pembagian hasil keuntungan. 7Dalam melaksanakan kredit, kedua belah pihak yaitu kreditur dan debitur harus melaksanakan hak dan kewajibannya masing-masing sesuai dengan isi yang telah ditetapkan didalam perjanjian. Hal ini untuk menghindari kemungkinan terjadinya masalah-masalah di kemudian hari. Misalnya, terjadinya wanprestasi (cidera janji) dari salah satu pihak dalam bentuk kredit macet. Untuk menghindari terjadinya masalah-masalah yang mungkin akan muncul di kemudian hari, diperlukan adanya jaminan dalam pemberian kredit tersebut. Ketentuan Pasal 2 ayat (1) Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 23/69/KEP/DIR tanggal 28 Februari 1991 tentang Jaminan Pemberian Kredit, menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan jaminan adalah suatu keyakinan bank atas kesanggupan debitur untuk melunasi kredit sesuai dengan yang diperjanjikan. 8 Pihak kreditur cenderung untuk meminta jaminan hutang baik jaminan umum yang didasarkan atas Pasal 1131 KUH Perdata maupun jaminan khusus (yang bersifat kebendaan) misalnya berupa hipotik, fidusia, hak tanggungan atau gadai. Jaminan yang dapat diberikan oleh pihak debitur tidak hanya dalam bentuk kebendaan saja, jaminan pribadi juga dapat diberikan oleh pihak debitur. Jaminan kebendaan adalah jaminan yang berupa hak mutlak atas suatu benda, yang mempunyai ciri-ciri yaitu mempunyai hubungan langsung atas benda tertentu dari debitur, dapat dipertahankan terhadap siapa pun, selalu mengikuti bendanya, dan 7 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang “Perbankan”, Pasal 1 angka (11). 8 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 23/69/KEP/DIR tanggal 28 Februari 1991 Tentang Jaminan Pemberian Kredit, Pasal 2 angka (1). Universitas Sumatera Utara dapat diperalihkan. 9 Jaminan pribadi (borghtocht) atau juga dikenal jaminan perorangan adalah jaminan seorang pihak ketiga yang bertindak untuk menjamin dipenuhinya kewajiban-kewajiban dari debitur. Berdasarkan uraian diatas, maka penting sekali untuk menganalisis lebih mendalam terhadap pelaksanaan pemberian kredit yang diberikan oleh pihak bank terhadap pihak peminjam kredit (debitur) yang dilihat dari segi aspek hukum jaminannya. Untuk itulah dipilih judul “Aspek Hukum Jaminan Dalam Pemberian Kredit Pada Bank Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan (Studi Pada PT. Bank SUMUT Cabang Pembantu Pasar Sidikalang). Maksudnya adalah terhadap semua hal yang berkaitan dengan keabsahan dokumen dan kebenaran data yang tercantum didalam dokumen (jaminan), dilakukan penilaiannya terutama dari segi hukumnya, yang nantinya akan diketahui legalitasnya. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dirumuskan permasalahan yang akan dibahas didalam skripsi ini yaitu sebagai berikut: 1. Apa Jenis Jaminan/Pengikatan Jaminan yang Dibebankan Atas Benda Jaminan pada PT. Bank Sumut Cabang Pembantu Pasar Sidikalang? 2. Bagaimana prosedur pemberian kredit dengan jaminan pada PT. Bank SUMUT Cabang Pembantu Pasar Sidikalang? 9 Rachmadi Usman (2), Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakrta, 2001, hlm. 289. Universitas Sumatera Utara 3. Apa upaya yang dapat dilakukan PT. Bank SUMUT Cabang Pembantu Pasar Sidikalang apabila terjadi wanprestasi (cidera janji) dalam pelaksanaan perjanjian pemberian kredit? C. Tujuan Penulisan Dalam rangka penyusunan dan penulisan skripsi ini, ada beberapa tujuan yang hendak dicapai. Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penulisan skripsi ini adalah: 1. Untuk mengetahui dan menganalisa jenis jaminan/pengikatan jaminan yang dibebankan atas benda jaminan pada PT. Bank Sumut Cabang Pembantu Pasar Sidikalang. 2. Untuk mengetahui prosedur pemberian kredit dengan jaminan pada PT. Bank SUMUT Cabang Pembantu Pasar Sidikalang. 3. Untuk mengetahui dan memahami upaya-upaya yang dilakukan PT. Bank SUMUT Cabang Pembantu Pasar Sidikalang apabila terjadi wanprestasi (cidera janji) dalam pelaksanaan perjanjian pemberian kredit. D. Manfaat Penulisan Dari pembahasan skripsi ini, diharapkan juga dapat memberikan manfaat antara lain: 1. Secara Teoritis Skripsi ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi ilmu pengetahuan, memberikan sumbangan pemikiran, serta memberikan tambahan dokumentasi karya tulis, literatur, dan bahan-bahan informasi ilmiah lainnya didalam bidang hukum perdata pada umumnya. Secara Universitas Sumatera Utara khusus, skripsi ini juga diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang pelaksanaan dari suatu pemberian kredit yang dilakukan oleh pihak bank kepada nasabah ditinjau dari segi aspek hukum jaminannya. 2. Secara Praktis Penulisan skripsi ini merupakan salah satu bentuk latihan dalam menyusun suatu karya ilmiah meskipun masih sederhana. Pelaksanaan hasil dari penelitian yang dilakukan juga dapat memberikan tambahan pengetahuan serta pengalaman didalam bidang perbankan. Skripsi ini ditujukan kepada kalangan praktisi dan penegak hukum serta masyarakat untuk lebih mengetahui bagaimana pelaksanaan dari pemberian kredit yang harus dilakukan berdasarkan hukum jaminan serta memberikan pengetahuan dan informasi kepada para praktisi hukum, civitas akademik, dan pemerintah sendiri mengenai fungsi jaminan dalam pemberian kredit didalam sebuah bank. E. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan hal yang penting dalam upaya mencapai tujuan tertentu didalam penulisan skripsi. Hal ini agar terhindar dari suatu kesan dan penilaian bahwa penulisan skripsi dibuat tanpa didukung dengan data yang lengkap. Oleh karena itulah, maka dalam melakukan penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 1. Jenis Penelitian dan Metode Pendekatan Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini adalah penelitian yuridis normatif. Penelitian yuridis normatif yaitu penelitian yang membahas doktrin-doktrin atau asas-asas hukum. 10 Untuk metode pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi yaitu metode pendekatan deskriptif analitis. Metode pendekatan deskriptif analitis adalah metode pendekatan yang mengungkapkan peraturan perundangundangan yang berkaitan dengan teori-teori hukum yang menjadi objek penelitian. Demikian juga hukum dalam pelaksanaan didalam masyarakat yang berkenaan dengan objek penelitian. 11 2. Sumber Data Data dapat dibagi kedalam 2 (dua) jenis berdasarkan sumber data yang diperoleh, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh oleh peneliti secara langsung dari sumber pertama yaitu individu atau masyarakat. Untuk memperoleh data primer, peneliti melakukan pengumpulan data secara langsung kepada masyarakat. Misalnya: melalui wawancara, pengamatan secara partisipatif maupun non partisipatif. Data sekunder adalah data yang tidak diperoleh dari sumber pertama, melainkan diperoleh dari bahan pustaka. Misalnya: data yang diperoleh dari dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil penelitian, 10 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika,Jakarta, 2009, hlm. 12. Ibid., hlm. 10. 11 Universitas Sumatera Utara laporan, buku harian, surat kabar, makalah dan lain sebagainya. 12 Didalam penulisan skripsi ini, data sekunder yang digunakan berupa: a. Bahan hukum primer, adalah bahan-bahan hukum yang mengikat. Yaitu dokumen peraturan mengikat yang telah ditetapkan oleh pemerintah, antara lain Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang “Perbankan”, dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer yang digunakan. Yaitu hasil kajian terhadap perjanjian kredit yang berasal dari buku-buku, literatur yang berkaitan dengan kredit dan jaminan, makalah, jurnal dan hasil karya dari kalangan hukum. c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberi petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang digunakan. Yaitu kamus, website resmi dalam internet serta bahan lainnya yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini. 3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah cara atau teknik untuk memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Dalam penulisan skripsi ini, digunakan teknik pengumpulan data melalui studi pustaka. Teknik pengumpulan data dengan cara ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data sekunder yang diperoleh dari bahan pustaka. Yaitu Undang12 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta, 2005, hlm. 52. Universitas Sumatera Utara Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang “Perbankan”, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, buku-buku, literatur, makalah dan lain sebagainya. Selain itu dilakukan juga wawancara terstuktur dengan pegawai bagian perkreditan pada PT. Bank Sumut Cabang Pembantu Pasar Sidikalang. 4. Analisis Data Penelitian pada penulisan skripsi ini menggunakan teknik analisis data kualitatif. Penelitian dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif adalah penelitian yang mengacu pada norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan, putusan pengadilan, norma-norma yang hidup dan berkembang dalam masyarakat serta melihat sinkronisasi suatu peraturan dengan peraturan lainnya secara bertingkat (hierarki). Teknik analisis data kualitatif ini tidak membutuhkan populasi dan sampel. Teknik analisis data kualitatif ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data sekunder yang dibutuhkan baik itu berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, maupun bahan hukum tersier yang berhubungan dengan penulisan skripsi. 13 5. Penarikan Kesimpulan Guna memperjelas suatu hasil penelitian, maka akan diberikan penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan dimaksudkan untuk menjelaskan hasil dari analisa dan pengumpulan data yang telah dilakukan. Ada dua jenis dari 13 Zainuddin Ali, Op.cit., hlm. 105. Universitas Sumatera Utara penarikan kesimpulan, yaitu penarikan kesimpulan secara induktif dan penarikan kesimpulan secara deduktif. Proses penarikan kesimpulan secara induktif adalah proses berfikir untuk menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat khusus. Proses penarikan kesimpulan secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataanpernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum. Sedangkan proses penarikan kesimpulan secara deduktif adalah proses berpikir dengan menggunakan pola pikir yang disusun dari dua buah pernyataan serta sebuah kesimpulan. Pada proses penarikan kesimpulan secara deduktif ini, akan memperhatikan hal-hal khusus yang terjadi didalam kehidupan masyarakat atas adanya suatau pernyataan umum yang telah dinyatakan. Pada penulisan skripsi mengenai “Aspek Hukum Jaminan dalam Pemberian Kredit pada Bank Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 (Studi pada PT. Bank Sumut Cabang Pembantu Pasar Sidikalang)”, digunakan penarikan kesimpulan secara deduktif. Hal ini dikarenakan melihat dan membandingkan apakah suatu peraturan mengenai perjanjian pemberian kredit telah sesuai dilaksanakan oleh pihak bank kepada nasabah. F. Keaslian Penulisan Penulisan skripsi ini adalah merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum dari Fakultas Hukum Universitas Sumatera Universitas Sumatera Utara Utara. Selain itu melalui penulisan skripsi ini juga menambah pengetahuan dan wawasan kita akan hukum jaminan dalam pemberian kredit pada Bank. Berdasarkan informasi yang diketahui dan penelusuran kepustakaan yang dilakukan khususnya dilingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, penulisan skripsi terkait hukum jaminan dalam pemberian kredit yang diberikan oleh pihak bank kepada nasabah telah dituliskan sebelumnya oleh beberapa penulis. Diantaranya adalah: 1. Natalia Gracia, dengan Nim 090200331. Menulis skripsi yang berjudul “Aspek Hukum yang Harus Dipenuhi dalam Perjanjian Kredit Bank dengan Jaminan Hak Tanggungan (Studi pada Bank Danamon Simpan Pinjam Unit Petisah). 2. E. Daylon Sitanggang, dengan Nim 070200374. Menulis skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Pemberian Kredit dengan Jaminan Hak Tanggungan pada Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Badan Kredit Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. 3. Novia Andrina, dengan Nim 090200035. Menulis skripsi yang berjudul “Aspek Hukum Perjanjian Terhadap Pemberian Kredit Usaha Mikro Oleh Pihak Bank Kepada Nasabah (Studi Pada PT. Bank Pundi Indonesia, Tbk). Memang telah ada beberapa skripsi yang mengangkat dan membahasnya, tetapi ditinjau dari segi yang berbeda. Namun penulisan skripsi mengenai “Aspek Hukum Jaminan Dalam Pemberian Kredit Pada Bank Ditinjau Dari UndangUndang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan (Studi Pada PT. Bank Universitas Sumatera Utara SUMUT Cabang Pembantu Pasar Sidikalang) belum pernah diangkat dan dibahas dalam skripsi. Akan tetapi apabila skripsi ini ada persamaan dengan milik orang lain, maka bukanlah suatu kesengajaan dan pastinya memiliki isi, pembahasan, dan permasalahan yang berbeda pula. Dengan demikian penulisan skripsi ini tidaklah sama dengan penulisan skripsi yang pernah ada, karena skripsi ini dibuat sendiri dengan menggunakan berbagai literatur, sehingga penulisan skripsi ini masih asli dan dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan akademik. G. Sistematika Penulisan Didalam penulisan skripsi, diperlukan susunan dari sistematika penulisan. Hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam melakukan penulisan skripsi, dan juga untuk memudahkan pembaca dalam memahami isi dari skripsi ini. Penulisan skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab, dimana masing-masing bab dibagi atas beberapa sub bab yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Uraian singkat atas bab-bab dan sub-sub bab tersebut akan diuraikan sebagai berikut: BAB I Pendahuluan. Dalam bab ini penulis akan menguraikan latar belakang masalah yang menjadi dasar dari penulisan, lalu berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dibuatlah suatu perumusan masalah dan tujuan serta manfaat dari penulisan skripsi ini. Pada bab ini juga menerangkan tentang metode penelitian yang digunakan, keaslian dari penulisan skripsi ini serta sistematika dari penulisan skripsi. Universitas Sumatera Utara BAB II Tinjauan Umum Kredit dan Perjanjian Kredit Bank. Dalam bab ini penulis akan menjelaskan secara teoritis mengenai pengertian dan dasar hukum kredit, jenis-jenis kredit, perjanjian kredit bank, prinsip-prinsip dan analisis kredit. BAB III Tinjauan Umum Jaminan. Dalam bab ini penulis akan menjelaskan mengenai pengertian dan dasar hukum jaminan, jenis-jenis jaminan dalam perjanjian kredit bank, fungsi jaminan dalam perjanjian kredit bank, serta tata cara penilaian jaminan kredit bank. BAB IV Aspek Hukum Jaminan Dalam Pemberian Kredit Pada PT. Bank SUMUT Cabang Pembantu Pasar Sidikalang Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai jenis Lembaga Jaminan/pengikatan Jaminan yang Dibebankan Atas Benda Jaminan pada PT. Bank Sumut Cabang Pembantu Pasar Sidikalang, prosedur pemberian kredit dengan jaminan pada PT. Bank SUMUT Cabang Pembantu Pasar Sidikalang, serta upaya yang dilakukan oleh PT. Bank SUMUT Cabang Pembantu Pasar Sidikalang apabila terjadi wanprestasi (cidera janji) dalam pelaksanaan perjanjian pemberian kredit. BAB V Kesimpulan dan Saran. Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang kesimpulan terhadap penulisan skripsi dan saran-saran terhadap pelaksanaan pemberian kredit yang dilakukan oleh pihak bank yang harus diperhatikan dari segi aspek hukum jaminannya. Universitas Sumatera Utara