MEDIA SOSIAL DAN PENGEMBANGAN HUBUNGAN

advertisement
MEDIA SOSIAL DAN PENGEMBANGAN HUBUNGAN
INTERPERSONAL REMAJA DI SIDOARJO
Totok Wahyu Abadi
Fandrian Sukmawan
Dian Asha Utari
(Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Muhammadiyah
Sidoarjo, Jalan Majapahit 666 B Sidoarjo, email: [email protected]
hp 081332293708; [email protected] 085755465646)
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis dan menjelaskan penggunaan media
sosial di kalangan remaja, pengembangan hubungan interpersonal, dan pengaruh
media sosial terhadap pengembangan hubungan interpersonal remaja Sidoarjo.
Penelitian dengan seratus siswa SLTA sebagai responden ini menggunakan
pendekatan eksplanatif. Melalui pengumpulan data secara random sampling, data
dianalisis dengan menggunakan teknik penganalisisan statistik deskriptif dan
regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan situs jejaring
sosial oleh remaja banyak dimotivasi untuk 1) mendapatkan berbagai informasi,
2) memperkuat hubungan di antara sesama pengguna situs, 3) melepaskan
ketegangan, 4) memenuhi kebutuhan emosional, dan 5) meningkatkan rasa
percaya diri. Pengembangan hubungan yang dilakukan oleh remaja lebih
dominan pada pencarian informasi identitas diri, ide-ide ataupun pemikiran, serta
alamat akun pengguna. Tingkat pengembangan hubungan interpersonal
(pertemanan) melalui jejaring sosial sebesar 68,7%. Penggunaan situs jejaring
sosial berpengaruh terhadap pengembangan hubungan interpersonal remaja di
Sidoarjo sebesar 43,4%.
Keywords: komunikasi bermedia komputer, media sosial, dan penetrasi sosial.
96
KANAL, Vol. 2, No. 1, September 2013, Hal. 1 - 106.
SOCIAL MEDIA AND DEVELOPMENT OF ADOLESCENT INTERPERSONAL
RELATIONSHIPS IN SIDOARJO
ABSTRACT
The purpose of this study is to analyze and explain the use of social media among
teenagers, the development of interpersonal relationships, and the influence of
social media on the development of adolescent interpersonal relationships in
Sidoarjo. This research, which involves a hundred high school students as the
respondents, uses explanative approach. Through random sampling of data
collection, the data were analyzed using descriptive statistics analyzing
techniques and multiple regression. The results showed that the use of social
networking sites by teenagers is much motivatedly aimed to 1 ) obtain a variety of
information, 2 ) strengthen relationships among users of the site , 3 ) release
tension, 4 ) meet emotional needs , and 5 ) improve self-confidence. The
development of relationship made by teenagers is dominantly aimed to search
identity information, ideas or thoughts, as well as the address of the user account.
The level of development of interpersonal relationships ( friendships ) through
social networking is at 68.7 %. The use of social networking sites which affect the
development of adolescent interpersonal relationships in Sidoarjo is at 43.4 % .
Keywords: computer mediated communication, social media, and social
penetration
PENDAHULUAN
Computer Mediated Comunication (CMC) merupakan transaksi komunikasi
yang terjadi antara dua orang atau lebih melalui jaringan komputer. Di awal
kemunculannya, penggunaan konvergensi teknologi komunikasi informasi ini
hanya sebatas sebagai alat untuk pengolahan data dan penyebaran informasi. Hal
ini karena masih terbatasnya fitur komunikasi yang ditawarkan dan tingginya
biaya untuk mengakses informasi yang ada.
Hingga kini internet sebagai media komunikasi baru telah berkembang
dengan pesat bahkan menjadi semakin populer sejak dilaunchingnya situs jejaring
sosial seperti friendster, facebook, twitter, maupun linkdln in. Kehadirannya
mampu menawarkan kepada pelaku komunikasi sebagai media alternatif.
Dampak yang diakibatkan sungguh luar biasa karena secara mendasar mampu
Totok Wahyu A, Fandrian Sukmawan dan Dian Asha U, Media Sosial...
97
mengubah sikap dan perilaku bahkan norma-norma dalam kehidupan sosial
manusia.
Meningkatnya penggunaan internet ini mengindikasikan bahwa komunikasi
bermedia komputer khususnya melalui media situs jejaring sosial telah menjadi
sebuah trend baru di masyarakat khususnya remaja. Wahyudiono (2012)
menyatakan bahwa pengguna internet di Jawa Timur lebih banyak berusia muda
yaitu dalam kelompok umur 15 tahun sampai dengan 24 tahun. Fasilitas yang
biasa digunakan untuk berkomunikasi secara online adalah instant message, emails, chat room, text messaging, social networking. Aktivitas penggunaan
internet yang paling tinggi yaitu membuka jejaring sosial dan mengirim atau
menerima email. Tidak jarang pula remaja melakukan aktivitas komunikasi
dengan menulis di dinding, update status, update comment, upload foto dan
video,maupun game online.
Data dari Dirjen Sumberdaya Perangkat Pos dan Informatika Kemen
Kominfo menyatakan bahwa jumlah pengguna internet di Indonesia menguasai
Asia sebesar 22,4 persen. Indonesia merupakan negara peringkat ketiga di Asia
untuk jumlah pengguna internet. Penggunanya sebanyak 55 juta orang dari 245
juta penduduk Indonesia. Jumlah pengguna ini semakin meningkat terutama pada
usia muda mulai dari 15-20 tahun dan 10-14 tahun. Indonesia juga tercatat sebagai
negara kelima terbesar pengguna Twitter di bawah Inggris. Untuk situs jejaring
tercatat sebanyak 44,6 juta pengguna Facebook dan sebanyak 19,5 juta pengguna
Twitter di Indonesia (http://tekno.kompas.com/read/xml/2012/11/01).
Relasi sosial melalui CMC tidak selamanya berjalan sesuai dengan harapan.
Tentu ada dampak positif dan negatif. Salah satu dampak positifnya adalah kisah
sukses seorang remaja bernama Habibie Afsyah, yaitu difable yang berhasil
sukses menjadi entreprenuer marketer di dunia maya. Sedangkan dampak
negatifnya seperti kasus penipuan gadis remaja yang berujung pada pemerkosaan
dan human traficking serta kasus penculikan dan perkosaan terhadap korban oleh
sindikat penjual gadis untuk keperluan seks komersial melalui media sosial
facebook di Depok (http://edukasi.kompas.com/read/2012/10/11).
Fenomena ini mengindikasikan bahwa hubungan sosial yang dibangun pada
dunia maya turut mewarnai hubungan interpersonal remaja di dunia nyata. Secara
positif, fenomena yang muncul menandakan bahwa komunikasi bermedia
komputer dapat membantu meningkatkan hubungan sosial penggunanya baik itu
di dunia maya ataupun di dunia nyata. Secara negatif fenomena yang muncul
menandakan bahwa komunikasi bermedia komputer mengurangi tingkat
keintiman hubungan sosial di dunia nyata. Bahkan relasi sosial melalui media
internet, netizen sulit untuk mendapatkan dan menafsirkan petunjuk kontekstual
98
KANAL, Vol. 2, No. 1, September 2013, Hal. 1 - 106.
dari penggunanya baik identitas diri, ekspresi wajah, gerak-gerik, intonasi suara,
tampilan, atau fisik orang yang diajak berkomunikasi.
Berdasarkan uraian tersebut, perumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “bagaimana penggunaan situs jejaring sosial dalam pengembangan relasi
sosial remaja di Sidoarjo?”
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis dan menjelaskan penggunaan
situs jejaring sosial di kalangan remaja, pengembangan hubungan
interpersonalnya, dan pengaruh penggunaan situs jejaring sosial terhadap
pengembangan hubungan interpersonal remaja di Sidoarjo.
LANDASAN TEORETIS
Kehadiran situs jejaring sosial telah menjadi sebuah media alternatif bagi
individu dalam mengembangkan hubungan dengan siapa saja yang menaruh minat
yang sama. Sebagaimana halnya hubungan interpersonal yang dibangun melalui
komunikasi tatap muka atau face to face, hubungan yang dibangun melalui situs
jejaring sosial juga bisa menjadi sebuah hubungan yang berawal dari tahap
perkenalan basa basi hingga pengembangan hubungan yang lebih akrab di dunia
maya bahkan ada beberapa yang diantaranya dirasionalisasikan dalam sebuah
hubungan di dunia nyata termasuk di dalamnya proses depenetrasi. Semua ini
tergantung dari keinginan individu pengguna situs jejaring dalam
mengembangkan hubungannya dan dipengaruhi juga oleh proses pengungkapan
diri (self disclosure) kepada individu lain.
Hubungan interpersonal remaja yang dilakukan melalui situs jejaring sosial
ini tentunya memberikan pengaruh pada hubungan interpersonal remaja baik itu di
dunia maya maupun di dunia nyata. Karenanya, penjelasan permasalahan tersebut
akan dipaparkan landasan teoretisnya yang terkait dengan dengan variabel
penelitian, yaitu Computer Mediated Communication, Hubungan Interpersonal,
dan Self Identity.
1. Computer Mediated Communication dan Media Social
Penelitian Parse dan Dunn yang dikutip Saverin dan Tankard (2005)
menjelaskan bahwa komputer dapat digunakan sebagai media lain untuk
memenuhi berbagai kebutuhan. Penggunaannya antara lain sebagai media
pembelajaran untuk mengakses berbagai informasi dimana pun berada, hiburan,
relaksasi, melupakan masalah, menghilangkan kesepian, mengisi waktu, sebagai
kebiasaan, melakukan sesuatu dengan teman atau keluarga. Kecuali itu,
komunikasi bermedia komputer dapat meningkatkan hubungan emosional serta
kesan antarpribadi (Walter, 2006).
Totok Wahyu A, Fandrian Sukmawan dan Dian Asha U, Media Sosial...
99
Dari perspektif uses and gratification, fungsi media internet sebagai media
baru dapat digolongkan dalam lima kategori kebutuhan Severin dan Tankard
(2005: 357). Pertama, fungsi kognitif, memperoleh informasi, pengetahuan, dan
pemahaman. Kedua, fungsi afektif, untuk memenuhi kebutuhan emosional,
pengalaman menyenangkan, atau estetis. Ketiga, fungsi integratif personal –
memperkuat kredibilitas, rasa percaya diri, stabilitas, dan status. Keempat,
integratif sosial – memperkuat hubungan dengan keluarga, teman, dan lain-lain.
Kelima, pelepasan ketegangan, yakni fungsi kebutuhan untuk mencari hiburan,
relaksasi, menghilangkan kesepian, mengisi waktu luang, dan melupakan masalah
rutinitas sehari – hari yang memenatkan pikiran. Aktivitas penggunaan internet di
usia remaja menurut hasil kajian Wahyudiono (2012) diantaranya adalah bermain
game, mengunduh film/musik/gambar/video, dan aktivitas belajar.
Terdapat perbedaan antara komunikasi bermedia komputer dengan
komunikasi langsung (face to face). Walter dalam teori Proses Informasi Sosial
menyatakan bahwa hubungan diantara individu dalam interaksi komunikasi
informasi terdapat hubungan yang berkembang sehingga membentuk kesan
antarpribadi. Isyarat non-verbal seperti ekspresi wajah, nada suara, jarak sosial,
posisi tubuh, sentuhan, dan bau dalam komunikasi langsung dapat diamati,
dirasakan, dan didengar oleh sesama pelaku komunikasi. Berbeda halnya dalam
komunikasi bermedia komputer, bahasa isyarat tersebut tidak terkirim ataupun
diterima diantara pelaku komunikasi. Kelemahan itulah yang menyebabkan
pengembangan hubungan melalui CMC kurang berkembang ke arah interaksi
yang lebih akrab dan acapkali mengalami kebuntuan. Rentang pengiriman pesan
yang disampaikan melalui CMC juga berkontribusi dalam pengembangan
hubungan. Semakin sering dan cepat pengiriman pesan, semakin berkembang
proses hubungan sosial diantara pelaku komunikasi.
Tingkat keakraban hubungan dalam komunikasi berbasis CMC terdapat dua
hal. Pertama, anticipated future interaction merupakan proses pengurangan
ketidakpastian dengan mencari informasi mengenai individu lain. Faktor ini
secara psikologis dapat mengurangi ketidakpastian seseorang dalam membangun
komunikasi tatap muka atau virtual. Kedua, Crhonemic adalah komunikasi nonverbal yang digunakan untuk menggambarkan bagaimana individu melihat,
menggunakan, dan menanggapi masalah waktu dalam berinteraksi dengan orang
lain.
2. Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal adalah hubungan antar pribadi yang terjadi diantara
dua atau lebih individu. Hubungan interpersonal terbina melalui beberapa tahap,
yakni 1) kontak, 2) keterlibatan, 3) keakraban, 4) perusakan, dan 5) pemutusan
(Devito 1997: 233-235). Pada tahap pertama, individu membuat kontak dengan
100
KANAL, Vol. 2, No. 1, September 2013, Hal. 1 - 106.
membuat persepsi terhadap individu lain melalui persepsi alat indra baik itu
melihat, mendengar, dan membau. Pada tahap awal ini individu akan memberikan
persepsinya dan akan memtuskan apakah hubungan akan berlanjut atau tidak.
Tahap kedua adalah keterlibatan, yakni tahap pengenalan yang melibatkan di
antara individu mengikatkan diri untuk mengenal lebih jauh melalui
pengungkapan diri (self disclosure). Pengungkapan diri merupakan inti dari
perkembangan hubungan (Altman & Taylor, 2006). Melalui tahapan ini, pelaku
komunikasi berusaha untuk mengurangi ketidakpastian terhadap individu lain.
Tahap ini direalisasikan melalui aktivitas yang dilakukan bersama seperti makan
bersama, pergi ke bioskop, dan sebagainya.
Ketiga adalah keakraban. Pada tahap ini individu mengikatkan diri lebih
jauh lagi pada individu lain melalui hubungan persahabatan, jalinan asmara, atau
pernikahan. Keempat yaitu perusakan. Tahap perusakan merupakan tahap
penurunan hubungan ketika ikatan di antara individu melemah. Pada tahap
perusakan ini masing-masing individu merasa hubungan yang ada tidak sepenting
yang dipikirkan sebelumnya. Masing-masing individu menjadi semakin jauh,
semakin sedikit waktu luang yang dilalui bersama, dan bila bertemu akan saling
berdiam diri serta tidak banyak mengungkapkan diri. Kelima, yaitu pemutusan.
Tahap pemutusan ikatan ditandai dengan dengan perpisahan ataupun perceraian
(dalam pernikahan).
Salah satu cara terpenting untuk membangun hubungan interpersonal adalah
melalui komunikasi. Bentuk komunikasi yang sering dilakukan oleh manusia
untuk berinteraksi antara satu dengan yang lain adalah komunikasi interpersonal
baik secara pasif, aktif, maupun interaktif (Berger dalam Little John, 2009) .
Komunikasi interpersonal merupakan interaksi tatap muka antara dua orang atau
lebih dimana pelaku komunikasi dapat menyampaikan pesan secara langsung dan
penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung isi pesan yang
dimaksud. Komunikasi interpersonal dibangun atas dasar pemenuhan kebutuhan
manusia sebagai mahluk sosial seperti kebutuhan untuk menjalin hubungan dan
ikatan emosional (afektif eksploaratif) dengan yang lain, kebutuhan untuk
pengakuan atas keberadaan dan kemampuannya, kebutuhan untuk dukungan dan
persetujuan atas perilaku dan hidupnya, kebutuhan untuk bekerjasama dan saling
membantu satu sama lain.
Melalui komunikasi interpersonal individu membangun hubungan sosial
dengan sesamanya baik itu dengan anggota keluarga, teman sejawat, teman
profesi, atau dengan orang-orang yang dianggap penting dan berpengaruh dalam
hidupnya. Dibalik hubungan interpersonal yang dibangun ada motif-motif yang
melatarbelakanginya.
Totok Wahyu A, Fandrian Sukmawan dan Dian Asha U, Media Sosial...
101
Pengembangan hubungan sosial melalui komunikasi di dunia maya hampir
memiliki kesamaan tahapan hubungan sosial sebagaimana mestinya dunia nyata.
Meski ada perbedaan – perbedaan, tahapan-tahapan di media sosial ini diwakili
oleh beberapa sistem media yang menggantikan peran komunikasi verbal dan
non-verbal, yakni teks, grafik, image, audio, dan video. Hal ini dikarenakan tidak
adanya petunjuk langsung yang berkaitan dengan diri pengguna internet seperti
ekspresi wajah, gerak-gerik, intonasi suara, tampilan, atau fisik dari pengguna lain
yang diajak berkomunikasi sehingga sulit untuk menafsirkan pernyataan dan
tanggapan pengguna lain (Walther, 2006).
Untuk itu kemudian pengungkapan identitas menjadi hal yang sangat
penting dalam pengembangan hubungan di dunia maya. Hal ini terkait dengan
tingkat kepercayaan dan kedekatan yang hendak dibangun oleh masing-masing
individu.
3. Identitas Diri
Identitas diri merupakan susunan gambaran diri individu sebagai seseorang.
Menurut Michael Hecth dan koleganya (dalam Little John : 131) pada teori
komunikasi tentang identitas, identitas adalah sebuah penghubung utama antara
individu dan masyarakat serta komunikasi merupakan mata rantai yang
memperbolehkan hubungan ini terjadi. Identitas yang ada adalah kode yang
mendefinisikan keanggotan individu dalam komunitas yang beragam. Kode yang
terdiri dari simbol, seperti bentuk pakaian dan kepemilikan; dan kata-kata, seperti
deskprisi diri atau benda yang biasanya individu katakan; dan makna yang
individu dan orang lain hubungkan terhadap benda-benda atau atribut-aribut
tersebut.
Pada komunikasi yang dibangun melalui situs jejaring sosial, identitas ini
ditunjukan dengan menggunakan simbol, kata-kata dan makna yang ditampilkan
melalui teks, grafik, image, audio, dan video. Identitas diri yang disampaikan
meliputi dimensi identitas diri yang bersifat umum berupa identitas fisik individu
maupun dimensi identitas khusus berupa pengungkapan perasaan (dimensi
afektif), pemikiran (dimensi kognitif), tindakan (behavior), dan transeden
(spiritual). Identitas fisik diungkapkan melalui profil diri, foto, dan video yang
dapat menimbulkan daya tarik kepada individu lain. Identitas khusus berupa
pengungkapan perasaan dan pemikiran disampaikan melalui pesan teks yang
dikirim dari dan pada individu lain. Melalui identitas dan proses pembukaan diri
inilah masing-masing individu mencoba untuk mengembangkan hubungannya
dengan individu lain melalui daya tarik fisik dan kepribadian sehingga masingmasing individu bisa mendapatkan pandangan dan persepsi terhadap individu lain.
102
KANAL, Vol. 2, No. 1, September 2013, Hal. 1 - 106.
Pada proses komunikasi interpersonal melalui situs jejaring sosial,
hubungan interpersonal yang dibangun dengan individu baru bisa berkembang
sebagaimana hubungan interpersonal di dunia nyata meskipun masing-masing
individu belum pernah berjumpa secara tatap muka sekalipun. Pengguna situs
jejaring dapat membangun pertemanan, persahabatan bahkan percintaan dengan
bahasa verbal yang dikirimkan melalui situs jejaring. Melalui kedekatan yang
dibangun dengan bahasa verbal, individu seolah-olah dapat merasakan interaksi
secara langsung dengan teman komunikasinya. Bahkan saat ini sudah jamak
dijumpai beberapa hubungan perkenalan di dunia maya berkembang pada
hubungan percintaan yang dirasionalisasikan dalam dunia nyata sampai dengan
hubungan pernikahan meskipun masing-masing individu belum pernah mengenal
sebelumnya.
METODE PENELITIAN
Penelitian eksplanatif ini menggunakan sampel sebanyak
seratus
responden. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket yang
didistribusikan ke siswa – siswa SMA Sidoarjo di empat lokasi, yakni SMA
Negeri 3, SMA Negeri 4, SMA Muhammadiyah 2, dan SMA Kemala 3
Bhayangkari Porong. Pemilihan responden didasarkan pada hasil survei awal
yang menunjukkan bahwa 90% siswa – siswa di masing-masing sekolah tersebut
termasuk pengguna aktif situs jejaring sosial dalam tiga bulan terakhir. Data yang
terhimpun dikoding dan dianalisis dengan statistik deskriptif dan regresi linear.
Hipotesis penelitian ini menyatakan bahwa “penggunaan situs jejaring sosial
yang meliputi motivasi mengakses, intensitas mengakses, ketersediaan media,
waktu mengakses, dan tempat mengakses) secara simultan dan partial
berpengaruh positif terhadap hubungan interpersonal remaja di Sidoarjo.
HASIL PENELITIAN
1. Penggunaan Media Sosial
Responden penelitian ini adalah seratus siswa SLTA di Kabupaten Sidoarjo.
Responden berjenis kelamin laki-laki berjumlah 44 siswa dan perempuan
berjumlah 56 siswa. Adapun dari segi umur, responden berumur 15 tahun
berjumlah 8 siswa, 16 tahun berjumlah 37 siswa, 17 tahun 46 siswa, dan 18 tahun
9 siswa (Tabel 1).
Totok Wahyu A, Fandrian Sukmawan dan Dian Asha U, Media Sosial...
Tabel 1: Karakteristik Responden
JenisKelamin
F
%
Laki-laki
44
44%
Perempuan
56
56%
TOTAL
100
100
Usia
15 Tahun
16 Tahun
17 Tahun
18 Tahun
TOTAL
F
8
37
46
9
100
103
%
8%
37%
46%
9%
100
Media jejaring sosial yang acapkali digunakan oleh responden adalah
facebook (46%), facebook dan twitter (29%), twitter (15%) dan lainnya seperti
line, we chat, instagram, dan whats up sebesar 10%.
Gambar 2:
Media Jejaring Sosial Yang
Digunakan oleh Remaja
Gambar 3. Motif Mengakses Situs Jejaring
Sosial oleh Remaja di Sidoarjo
Motivasi utama responden menggunakan media sosial tersebut diantaranya
adalah untuk mendapatkan informasi mengenai mengenai individu lain
(pertemanan) sebesar 78% dan memperkuat hubungan di antara sesama pengguna
situs jejaring sosial (76%). Berikutnya adalah melepaskan ketegangan sebesar
70%, memenuhi kebutuhan emosional (68%), dan terakhir meningkatkan rasa
percaya diri sebesar 62%. Faktor lain yang memotivasi remaja untuk mengakses
media sosial adalah pengembangan hubungan interpersonal. Pengembangan
hubungan melalui media sosial menurut mereka adalah 1) relatif lebih mudah
dalam pencarian informasi (82%), 2) tidak terbatas oleh ruang dan waktu (81%),
3) penggunaannya yang mudah (75%), 4) tidak adanya batasan status sosial
(70%), dan terakhir adalah biaya yang relatif murah (67%).
Intensitas penggunaan situs jejaring sosial oleh remaja yang termasuk
kategori jarang sebesar 59%, sering atau tiap hari (25%), dua sampai tiga kali
dalam sehari (sangat sering/13%), dan lainnya sebesar 3% menyatakan sangat
jarang. Alasan responden jarang berkomunikasi melalui media sosial karena
berkomunikasi langsung lebih menarik (52%) daripada lewat jejaring sosial
(13%).
104
KANAL, Vol. 2, No. 1, September 2013, Hal. 1 - 106.
Gambar 4: perbandingan penggunaan media
sosial dan F2F
Gambar 5: identitas sosial yang terdisplay di
media sosial
Identitas merupakan gambaran individu seseorang yang disampaikan ke
masyarakat melalui simbol – simbol. Simbol – simbol tersebut dapat berupa profil
diri; foto; usia; bentuk pakaian dan kepemilikannya; kata – kata dan makna yang
ditampilkan dalam teks, grafik, image, audio, maupun video. Identitas remaja
yang ditampilkan di media sosial pada penelitian ini selain usia (90%), juga
identitas fisik seperti foto diri, upload kegiatan, dan biodata diri (83%), dan
kondisi psikis – emosional saat berkomunikasi sebesar (77%).
Eksplorasi identitas diri dalam penelitian ini berupa foto (77%), ide-ide
pemikiran yang ditulis di media sosial (66%), pencarian informasi alamat account
dengan (63%). Self disclosure di media sosial dapat memberikan informasi sosial
kepada individu lain untuk dapat mengembangkan hubungan lebih lanjut hingga
pada pertemanan intim yang dirasionalisasikan di dunia nyata (atau mungkin
putusnya relasi). Altman dan Taylor (2004) menyebut pengembangan hubungan
yang dimulai dari awal basa-basi hingga persahabatan yang akrab dengan istilah
penetrasi sosial. Penetrasi sosial adalah proses pengembangan hubungan di antara
individu secara bertahap. Hal tersebut diawali dari perkenalan, pengungkapan diri,
hingga pada level keakraban di antara keduanya atau bahkan gagalnya relasi yang
dikembangkan.
Beberapa faktor penyebab pengembangan hubungan di antara remaja
netizen adalah ketertarikan ide-ide dan pemikiran (71%), keinginan untuk
menyambung hubungan dengan teman lama (68%), ketertarikan identitas fisik
berupa foto diri (66%), dan terakhir sekedar iseng-iseng (60%).
Pada proses pengembangan hubungan, 68% responden melakukan pencarian
informasi tentang identitas pengguna lain yang akan dikenalnya. Selanjutnya 59%
responden menyatakan bahwa hubungan mereka berkembang menjadi lebih akrab
dengan tingkat intensitas hubungan yang lebih sering dilakukan dengan bahasa
Totok Wahyu A, Fandrian Sukmawan dan Dian Asha U, Media Sosial...
105
yang lebih akrab. Pada proses paling akhir, 50% responden mengaku
merasionalisasikan hubungan mereka ke dunia nyata sebagai sahabat (33%),
teman curhat (52%), dan kekasih (15%). Proses relasi sosial remaja dari dunia
maya berlanjut ke dunia nyata sebesar 18%. Sisanya hanya cukup menjalin
pertemanan lewat dunai maya sebesar 82%.
2. Media Sosial dan Pengaruhnya Terhadap Hubungan Interpersonal
Hipotesis penelitian ini menyatakan bahwa penggunaan media sosial yang
meliputi motivasi mengakses, intensitas mengakses, ketersediaan media, waktu
mengakses, dan tempat mengakses secara simultan dan partial berpengaruh
positif terhadap hubungan interpersonal remaja di Sidoarjo.
Tabel 2: Model Summaryb
Model
1
R
R Square
.680a
.463
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
.434
DurbinWatson
10.31333
1.767
a. Predictors: (Constant), Tempat, Akses Media, Motif, Intensitas, Waktu
b. Dependent Variable: Hub Interpersonal
Berdasarkan Tabel 2 dapat dinyatakan bahwa motivasi, intensitas
mengakses, ketersediaan media, waktu, dan tempat mengakses secara simultan
berpengaruh terhadap hubungan interpersonal di antara remaja sebesar 43,4%.
Sedangkan sisanya sebesar 56,6% dipengaruhi faktor lain yang tidak menjadi
fokus dalam kajian ini. Pengaruh kelima faktor tersebut diperkuat oleh hasil Uji F
yang menunjukkan signifikansi F sebesar 0,000 (0,000 < 0,05).
Sedangkan secara partial, faktor yang paling berpengaruh terhadap
hubungan interpersonal adalah motivasi dengan signifikansi t sebesar 0,001 dan
keteraksesan media oleh remaja dengan signifikansi t sebesar 0,098. Faktor lain
seperti intensitas/frekuensi mengakses (0,435), waktu pengaksesan (0,120), dan
tempat mengakses (0,266) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap hubungan
interpersonal remaja di Sidoarjo.
PENUTUP
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan situs jejaring sosial oleh
remaja banyak dimotivasi untuk 1) mendapatkan berbagai informasi (78%), 2)
memperkuat hubungan di antara sesama pengguna situs (76%), 3) melepaskan
ketegangan (70%), 4) memenuhi kebutuhan emosional (68%), dan 5)
meningkatkan rasa percaya diri (62%). Pengembangan hubungan yang dilakukan
106
KANAL, Vol. 2, No. 1, September 2013, Hal. 1 - 106.
remaja lebih dominan pada pencarian informasi identitas diri (77%), ide-ide
ataupun pemikiran (66%), serta alamat akun pengguna (63%).
Pengembangan hubungan interpersonal remaja melalui media sosial
hingga pada tingkat pertemanan yang akrab di dunia nyata hanya sebesar 18%.
Sedangkan pertemanan di dunia maya sebesar 82%. Penggunaan media sosial
yang meliputi motivasi dan keteraksesan media oleh remaja berpengaruh terhadap
pengembangan hubungan interpersonal remaja di Sidoarjo sebesar 43,4%.
Sedangkan intensitas, waktu, dan tempat mengakses tidak berpengaruh terhadap
hubungan interpersonal remaja.
DAFTAR RUJUKAN
Abadi,
Totok Wahyu. “CMC Sebagai Cyberspace”.
www.scribd.com/doc/ (diakses pada 19 Februari 2013)
dalam
http://.
Altman, Irwin & Dalmas Taylor. 2004. “Social Penetration Theory.” dalam EM
Griffin. A First Look at Communication Theory. Mc Graw Hill
International Edition. Sixth edition.
Devito, Joseph A. 1997. Komunikasi Antarmanusia. Edisi Ke-5. Jakarta:
Professional Books.
Juditha, Cristiany. 2011. “Hubungan Penggunaan Situs Jejaring Sosial Facebook
Terhadap Perilaku Remaja di Kota Makassar”. Jurnal Penelitian IPTEKKOM. (On line). http:// isjd.pdii.lipi.go.id.pdf. (diakses tanggal 23
Januari 2013)
Littlejohn, Stephen W, Karen A. Foss. 2009. Teori Komunikasi. Jakarta: Salemba
Humanika
Severin, Werner & James W. Tankard, Jr. 2005. Teori Komunikasi: Sejarah,
Metode, & Terapan di Dalam Media Massa. Edisi Ke-5. Jakarta:
Kencana.
Wahyudiono. 2012: 1. “Aktivitas Penggunaan Internet Berdasar Usia”. Komunika.
Jurnal Komunikasi, Media, dan Informatika. Volume 1, No 1/ April
2012.
Walther, Joseph. 2006. “Social Information Processing Theory”. dalam EM
Griffin. A First Look at Communication Theory. Mc Graw Hill
International Edition. Sixth edition.
http://tekno.kompas.com/read/xml/2012/11/01/1110452/Pengguna.Internet.id.Ind
onesia.Capai.55.Juta. (diakses tanggal 11 Januari 2013)
http://edukasi.kompas.com/read/2012/10/11/00510559/Sekolah.Perlu.Antisipasi.P
enculikan.Lewat.Dunia.Maya. (diakses tanggal 11 Januari 2013)
Download