bab iv metodologi penelitian - Repository | UNHAS

advertisement
EFEKTIFITAS EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava)
TERHADAP BAKTERI Enterococcus faecalis SEBAGAI SALAH SATU
BAHAN ALTERNATIF IRIGASI SALURAN AKAR
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh
ANDI ASRWARWADI
J 111 08 265
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
BAGIAN KONSERVASI GIGI
MAKASSAR
2012
HALAMAN PENGESAHAN
Judul
: Efektifitas ekstrak Daun jambu
biji (psidium guajava)
terhadap bakteri
entrococcus faecalis sebagai salah satu bahan alternatif irigasi saluran akar.
Oleh
:
Andi Aswarwadi / J 111 08 265
Telah Diperiksa dan Disahkan
Pada Tanggal ……………. 2012
Oleh
Pembimbing
Drg. Aries Chandra Trilaksana . Sp. KG
NIP : 197603272002121001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Hasanuddin
Prof. drg. H. Mansjur Nasir, Ph.D
NIP. 19540625 198403 1 001
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena hanyalah dengan
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang
berjudul Efektifitas ekstrak Daun jambu
biji (psidium guajava)
terhadap bakteri
entrococcus faecalis sebagai salah satu bahan alternatif irigasi saluran akar. Penulisan
skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana
Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin. Selain itu skripsi ini
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan peneliti lainnya untuk
menambah pengetahuan dalam bidang ilmu kedokteran gigi bagian bedah gigi dan mulut.
Dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak hambatan yang penulis hadapi, namun
berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga akhirnya, penulisan skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, dengan segala
kerendahan hati penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. drg. H. Mansjur Nasir, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Hasanuddin.
2. Drg. Aries Chandra Trilaksana. Sp. KG selaku dosen pembimbing penulisan skripsi
ini yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan arahan, petunjuk,
serta bimbingan bagi penulis selama penyusunan skripsi ini.
3. Drg. Hafsah Katu M.Kes sebagai penasehat akademik yang senantiasa memberikan
dukungan,
nasihat,
motivasi
dan
semangat,
sehingga
penulis
berhasil
menyelesaikan jenjang perkuliahan dengan baik.
4. Ayahandaku, H. Baso sumardi dan Ibundaku, Hj. Andi Patiware, beserta kakak dan
adik - adikku, Andi Ritnasari dan Andi sangratu Edi. Terima kasih dan penghargaan
yang terdalam dari lubuk hati, penulis berikan kepada mereka semua yang
senantiasa telah memberikan doa, dukungan, bantuan, didikan, nasihat, perhatian,
semangat, motivasi, dan cinta kasih yang tak ada habis-habisnya. Tak ada kata atau
kalimat yang mampu mengekspresikan besarnya rasa terima kasihku. Yang pasti,
saya sungguh bersyukur dan bahagia memiliki kalian semua berada disisiku. Tiada
apapun atau siapapun di dunia ini yang dapat menggantikan kalian. Sekali lagi,
terima kasih.
5. Seluruh dosen yang telah bersedia memberikan ilmu, serta staf karyawan FKG
Universitas Hasanuddin.
6. Segenap keluarga besar Halitosis 08, terima kasih untuk kekompakan dan rasa
persaudaraan yang telah kalian tunjukkan, khususnya untuk seluruh teman-teman
Halitosis Boy, yang senangtiasa membantuku dan memberikan semangat. Sangat
bangga bisa menjadi bagian dari kalian.
7. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini yang
namanya tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Penulis berharap kiranya Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan dari
segala pihak yang telah bersedia membantu penulis. Akhirnya dengan segenap kerendahan
hati, penulis mengharapkan agar kiranya tulisan ini dapat menjadi salah satu bahan
pembelajaran dan peningkatan kualitas pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi ke
depannya, juga dalam usaha peningkatan perbaikan kualitas kesehatan Gigi dan Mulut
masyarakat. Amin.
Makassar, ……………….2012
Andi Aswarwadi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ········································································································
i
LEMBAR PENGESAHAN ·······························································································
ii
KATA PENGANTAR·······································································································
iii
DAFTAR ISI···················································································································
vi
DAFTAR TABEL ············································································································
ix
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………….. ···········································
x
BAB
I.
II.
PENDAHULUAN
I.1
LATAR BELAKANG··················································································
1
I.2
RUMUSAN MASALAH ············································································
3
I.3
TUJUAN PENELITIAN ·············································································
3
I.4
MANFAAT PENELITIAN ··········································································
3
TINJAUAN PUSTAKA
II.1
DAUN JAMBU BIJI (psidium guajava) ···················································
4
II.1.1 SEJARAH SINGKAT DAUN JAMBU BIJI ···································
6
II.1.2
KLASIFIKASI DAUN JAMBU BIJI ·············································
6
II.1.3
MORFOLOGI DAUN JAMBU BIJI ············································
7
II.1.4
CIRI-CIRI ANATOMI ·······························································
7
II.1.5
KANDUNGAN DAUN JAMBU BIJI···········································
9
II.2 IRIGASI SALURAN AKAR ·········································································
9
III.
IV.
II.2.1
PERAWATAN SALURAN AKAR···············································
9
II.2.2
PEREVALENSI SEKUNDER ·····················································
10
II.2.3
LARUTAN YANG DIGUNAKAN ···············································
11
II.3 BAKTERI Enterococcus faecalis ···························································
12
II.3.1
SEJARAH SINGKAT ································································
12
II.3.2
KLASIFIKASI BAKTERI Enterococcus faecalis ·························
13
II.3.3
Enterococcus faecalis TERDAPAT DI SALURAN AKAR ···········
13
II.3.4 KETAHANAN DAN VIRULENSI ················································
18
KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP ···············································
20
III.1 KERANGKA TEORI ·················································································
20
III.2 KERANGKA KONSEP ·············································································
21
METODOLOGI PENELITIAN ·········································································
22
IV.1 JENIS PENELITIAN ··············································································
22
IV.2 DESIGN PENELITIAN ··········································································
22
IV.3 LOKASI PENELITIAN ···········································································
22
IV.4 SUBJEK PENELITIAN ··········································································
22
IV.5 VARIABEL PENELITIAN ······································································
22
IV.6 DEFINISI OPERASIONAL ·····································································
23
IV.7 DATA ··································································································
23
IV.8 ALAT DAN BAHAN ··············································································
24
IV.9 PROSEDUR PENELITIAN ·····································································
24
IV.10 HIPOTESIS ··························································································
26
IV.11 ALUR PENELITIAN ··············································································
27
V.
HASIL PENELITIAN ·······················································································
28
VI.
PEMBAHASAN······························································································
33
VII. PENUTUP
VII.1 PENUTUP ···························································································
35
VII.2 SARAN ································································································
35
DAFTAR PUSTAKA ··································································································
LAMPIRAN
36
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Hasil uji KHM Ekstrak Dmbu biji (Psidium guajava) terha
dap E. Faecalis…………………………………………………
28
Hasil uji KHM Ekstrak Dmbu biji (Psidium guajava) terha
dap E. Faecalis…………………………………………………
29
Uji stastitik perbedaan diameter zona daya hambat antara
konsentrasi ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava) terh
adap E. faecalis dengan kontrol positif dan kontrol negati
ve ··································································································
Tabel 4
30
Uji stastitik lanjutan mengenai perbedaan diameter zona daya
hambat antara konsentrasi ekstrak daun jambu biji (Psidium
guajava) terhadap E. faecalis dengan kontrol positif dan kont
rol negative.··················································································
31
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1
Gambar 2
Daun jambu biji (Psidium guajava)……………………...
8
Scanning electron microscopy (a,b) Saluran akar tertutup
oleh biofilm E.faecalisAgregasi sel bakteri ke tubulus dent
Gambar 3
in. ························································································
15
Biokompatibilitas larutan saluran akar. ······························
16
Gambar 4
KHM Ekstrak kitosan (Chitosan) terhadap E. faecalis…..
28
Gambar 5
Zona daya hambat ekstrak daun jambu biji(Psidiumguajava)
terhadap E. faecalis (replikasi pertama)…………………
29
Gambar 6
Zona daya hambat ekstrak aun jambu biji(Daunj jambu biji)
terhadap E. faecalis (replikasi kedua)…………………….
30
LAMPIRAN
1.
Surat Izin Penelitian
2.
Surat Pernyataan dari Perpustakaan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Hasanuddin
EFEKTIFITAS EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava)
TERHADAP BAKTERI Enterococcus faecalis SEBAGAI SALAH SATU
BAHAN ALTERNATIF IRIGASI SALURAN AKAR
Oleh
Andi Aswarwadi
ABSTRAK
Dalam penelitian ini daun jambu biji yang digunakan berasal dari jenis jambu biji
lokal yang berdaging buah putih dan merah. Pemilihan jenis jambu biji lokal didasarkan
pada kebiasaan masyarakat yang lebih banyak menggunakan jarnbu biji lokal untuk obat
tradisional. Daun diperoleh dari pohon jambu biji yang ada di pekarangan rumah dalam
keadaan basah. Daun yang terkumpul kemudian dibersihkan dan dikeringkan dengan
pengeringan konvensional yaitu dengan dijemur di bawah sinar matahari selama 2 hari
sehingga diperoleh simplisia daun jarnbu biji yang siap diekstraksi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak daun jambu biji
(Psidium guajava) terhadap bakteri Entrococcus faecalis sebagai salah satu alternatif
bahan irigasi saluran akar.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah Eksprimen laboratorium, lokasi
penelitian dilakukan di Laboratorium mikrobiologi fakultas farmasi universitas
hasanuddin untuk pengekstraksian daun jambu biji dan pengukuran zona daya hambat
larutan ekstrak daun jambu biji. Jenis data adalah Data primer dan pengolahan data
SPSS 16.0 for windows serta penyajian data dicantumkan dalam gambar dan table.
Hasil dari penelitian ini: Ekstrak Daun jambu biji (Psidium guajava) memiliki
efekstifitas daya hambat terhadap enterococcus faecalis secara invintro dan KHM
(Konsentrasi Hambat Minimal) ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava) adalah
0,7%
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Jambu biji (Psidium guajava) adalah berasal dari Amerika Tengah. Tanaman
ini dapat tumbuh baik didataran rendah maupun didataran tinggi. Umumnya ditanam
di pekarangan dan diladang-ladang. Pohon jambu biji merupakan tanaman perdu
yang bercabang banyak, tingginya dapat mencapai 12 m. Besarnya buah bervariasi
dari yang berdiameter 2,5 cm sampai lebih dari 10 cm.4 Dalam penelitian ini daun
jambu biji yang digunakan berasal dari jenis jambu biji lokal yang berdaging buah
putih dan merah. Pemilihan jenis jambu biji lokal didasarkan pada kebiasaan
masyarakat yang lebih banyak menggunakan jarnbu biji lokal untuk obat tradisional.
Daun diperoleh dari pohon jambu biji yang ada di pekarangan rumah dalam keadaan
basah. Daun yang terkumpul kemudian dibersihkan dan dikeringkan dengan
pengeringan konvensional yaitu dengan dijemur di bawah sinar matahari selama 2
hari sehingga diperoleh simplisia daun jarnbu biji yang siap diekstraksi.1
Penelitian tentang
analisa daun jambu biji (Psidium guajva) dengan ekstraksi
menggunakan etanol 80% kemudian dilanjutkan dengan eter lalu diteliti
kandungannya melalui prosedur kimia ECP (exhaustive chemical procedur)
menunjukkan bahwa jambu biji mengandung zat-zat kimia seperti tanin, minyak
asiri, keursetine, 3-arabinopiranoside, guayaverine, leukosianidin, amritosidase,
avikularine, dan asam galat. Tanin yang berfungsi sebagai penghambat pertumbuhan
bakteri bersifat astringen atau penyegar, sedangkan kandungan minyak asiri dari
bahan aktif lain sebagai ramuan anti bakteri.3
Dalam usaha mempertahankan gigi tetap berada dalam lengkungnya dan
berfungsi dengan baik, salah satu perawatan yang dilakukan adalah perawatan
saluran akar. Perawatan ini terdiri dari tiga tahapan yaitu preparasi, strerilisasi, dan
pengisian saluran akar (obturasi). Salah satu tahapan penting dari tahapan preparasi
adalah tindakan pembersihan dan pembentukan (cleaning dan shaping) saluran akar.
Irigasi saluran akar adalah tahapan penting menunjang keberhasilan perawatan
saluran
akar
karena
irigasi
memudahkan
pengeluaran
jaringan
nekrotik,
mikroorganisme dan serpihan dentin dari saluran akar terinfeksi dengan aksi bilasan
larutan irigasi. Hal ini merupakan salah satu dari prinsip perawatan endodontik, yaitu
triad endodontic treatment.6,
7
Enterococcus faecalis merupakan fakultatif anaerob. Ditemukan
secara
normal pada saluran pencernaan dan genital wanita. Enterococcus faecalis
merupakan genus enterococcus dan spesies faecalis. Bakteri ini tumbuh dengan baik
pada medium diferensial, seperti blood agar. Berdasarkan penelitian ditemukan
bahwa Enterococcus faecalis resisten terhadap antibiotik, diduga karena adanya
pengaruh gen pada DNA bakteri.10
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan uji
efektifitas daun jambu biji (Psidium guajava) terhadap bakteri Enterococcus faecalis
jika digunakan sebagai salah satu bahan alternatif larutan irigasi saluran akar.
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diambil suatu rumusan masalah, yaitu:
“Bagaimana efektifitas daya hambat daun jambu biji (Psidium guajava) terhadap
bakteri Entrococcus faecalis jika digunakan sebagai salah satu bahan alternatif
larutan irigasi saluran akar?”
I.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak daun jambu biji
(Psidium guajava) terhadap bakteri Entrococcus faecalis sebagai salah satu alternatif
bahan irigasi saluran akar.
I.4 Manfaat Penelitian
I.4.1 Manfaat Umum
Mengembangkan pengetahuan terhadap bahan-bahan alami yang dapat
dimanfaatkan dalam bidang kedokteran gigi.
I.4.2 Manfaat Khusus
1. Sebagai dasar penelitian lebih lanjut mengenai efektifitas daun jambu biji
(Psidium guajava) dalam menghambat dan membunuh bakteri Entrococcus
faecalis.
2. Sebagai informasi ilmiah mengenai manfaat daun jambu biji (Psidium
guajava) dalam bidang kedokteran gigi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Daun Jambu Biji (psidiumguajava)
II.1.1 Sejarah Jambu Biji (Psidium guajava)
Jambu biji adalah salah satu tanaman buah jenis perdu, dalam bahasa
Inggris disebut lambo guava, tanaman ini berasal dari Brazil Amerika
Tengah, menyebar ke Thailand kemudian ke negara asia lainnya seperti di
Indonesia. Tanaman jambu biji terdiri dari beberapa jenis, diantaranya jambu
biji local dan jambu biji Bangkok selain itu Jambu biji (Psidium guajava)
memiliki varietas antara lain yang berdaging-buah warna putih dan yang
berwarna merah20. Penggunaan dan khasiat daun jambu biji (Psidium
guajava) telah dikenal oleh masyarakat Indonesia yaitu sebagai obat kumur
untuk sakit gigi. Hingga saat ini telah dibudidayakan dan menyebar luas di
daerah-daerah jawa. Jambu biji (Psidium guajava) sering disebut juga jambu
klutuk, jambu siki, atau jambu batu. Jambu tersebut kemudian dilakukan
persilangan melalui stek atau oklusi dengan jenis yang lain, sehingga
akhirnya mendapatkan hasil yang lebih besar dengan keadaan biji yang lebih
sedikit bahkan tidak berbiji yang diberi nama jambu Bangkok karena proses
terjadinya dari Bangkok.2
Penelitian tentang
analisa daun jambu biji dengan ekstraksi
menggunakan etanol 80% kemudian dilanjutkan dengan eter lalu diteliti
kandungannya melalui prosedur kimia ECP (exhaustive chemical procedur)
menunjukkan bahwa jambu biji mengandung zat-zat kimia seperti tanin,
minyak asiri, keursetine, 3arabinopiranoside, guayaverine, leukosianidin,
amritosidase, avikularine, dan asam galat.
Tanin yang berfungsi sebagai penghambat pertumbuhan bakteri
bersifat astringen atau penyegar, sedangkan kandungan minyak asiri dari
bahan aktif lain sebagai ramuan anti bakteri.3
II.1.2 Klasifikasi Tumbuhan Daun Jambu Biji (Psidiumguajava)
Adapun klasifikasi dari daun jambu (Psidium guajava), yaitu :1
Kingdom
: Plantae
Subkingdom
: Tracheobionta
Superdivision
: Spermatophyta
Division
: Magnoliophyta
Class
: Magnoliopsida
Subclass
: Rosidae
Ordo
: Myrtales
Family
: Myrtaceae
Genus
: Psidium
Species
: Psidium guajava
II.1.3 Morfologi
Jambu biji (Psidium guajava) merupakan tanaman perdu atau pohon
kecil dengan tinggi sekitar 4-10 meter. Batang berkayu, bulat, kulit terkelupas
dalam potongan, licin, bercabang, berwarna coklat kehijauan. Ruas tangkai
teratas segi empat tajam.
Percabangan batang termasuk percabangan
simpodial. Arah tumbuh cabang tegak (fastigiatus).3 Tanaman jambu biji
(Psidium guajava) dapat berbuah dan berbunga sepanjang tahun, bunga keluar
dari ketiak daun. Kelopak dan mahkota masing-masing terdiri dari lima helai.
Benang sari banyak dengan tangkai sari berwarna putih. Bunganya ada yang
sempurna (hermaprodit) sehingga pembuahannya akan terbentuk bila terjadi
penyerbukan. Namun ada juga yang terbentuk tanpa penyerbukan sehingga
terbentuk buah jambu biji (Psidium gujava) tanpa biji. Jumlah bunga setiap
tangkai 1-3 bunga. Buah jambu biji (Psidium guajava) terbentuk bulat atau
bulat lonjong dengan kulit buah berwarna hijau saat muda dan berubah
kuning muda mengilap setelah matang. Warna buah pada umumnya putih
biasa, putih susu, merah muda, merah menyala, serta merah tua. Aroma buah
biasanya harum saat buah matang.5
II.1.4 Ciri-ciri Anatomi
1. Baik akar maupun batang mempunyai cambium, hingga akar
maupun batangnya memperlihatkan pertumbuhan skunder.
2.
Pada akar, sifat radial pengangkutnya hanya pada akar yang
belum mengadakan pertumbuhan sekunder.
3. Pada batang, berkas pengangkutan tersusun dalam lingkaran
dengan xylem di sebelah dalam dan floem disebelah luar,
diantaranya terdapat cambium. Jadi berkas pengangkutan bersifat
kolateral terbuka. Anatomi yang khas adalah terdapatnya floem
dalam kayu (floemintraxiler).5
Anatomi Daun
Gambar 1. Daun jambu biji (Psidium guajava)
(Sumber:www.Indonetwork.co.id/jamuherbalco/.html.september 2011).1
Epidermis atas: terdiri dari satu lapis sel, pipih, terentang
tangensial, bentuk polygonal, dinding antiklinal lurus, tidak terdapat
stomata. Epidermis bawah : sel lebih kecil, pipih, terentang tangensial,
bentuk polygonal, dinding antiklinal lurus. Stomata : tipe anomositik,
banyak terdapat pada permukaan bawah. Rambut penutup : terdapat
pada kedua permukaan, lebih banyak pada permukaan bawah, bentuk
kerucut ramping yang umumnya agak bengkok, terdiri dari 1 sel.
Berdinding tebal, jernih, panjang rambut 150 mm, pangkal rambut
kadang-kadang
mengandung
agak
membengkok,
lumen
kadang-kadang
zat warna kuning kecoklatan. Jaringan air: Terdapat
dibawah epidermis atas, terdiri dari dua sampai tiga lapis sel yang
besar, jernih dan tersusun rapat tanpa ruang antar sel. Idioblast:
terdapat dibeberapa tempat, berisi hablur kalsium oksalat berbentuk
roset yang besar dan bentuk prisma. Kelenjar minyak: Rongga minyak
bentuk lisigen besar, terdapat lebih benyak di bagian bawah dari pada
di bagian atas. Jaringan palisade: Terdiri dari 5 sampai 6 lapis sel,
terletak di bawah jaringan air 2 lapis sel yang pertama lebih besar dan
mengandung lebih banyak zat hijau daun, lapisan-lapisan berikutnya
berongga lebih banyak.5
II.1.5 Kandungan Daun Jambu Biji
Jambu
biji
(Psidium
guajava)
mengandung
zat-zat
kimia
arabinopiranosida, guayaverin, leukosianidin, amritosida, avikularin, asam
galat. Tanin yang berfungsi sebagai penghambat pertumbuhan bakteri
bersifat astringen atau penyegar, sedangkan kandungan minyak asiri dari
bahan aktif lain sebagai ramuan anti bakteri. Hasil percobaan farmakologi
menunjukkan bahwa daun jambu biji (Psidium guajava) mempunyai efek anti
bakteri. Setiap bahan zat kimia yang merupakan obat atau makanan harus
diteliti sifat toksiknya sebelum diperbolehkan penggunaannya secara luas.2,3
II.2 Irigasi Saluran Akar
II.2.1 Perawatan Saluran Akar
Dalam usaha mempertahankan gigi tetap berada dalam lengkungnya
dan berfungsi dengan baik, salah satu perawatan yang dilakukan adalah
perawatan saluran akar. Perawatan ini terdiri dari tiga tahapan yaitu preparasi,
strerilisasi, dan pengisian saluran akar (obturasi). Salah satu tindakan dalam
preparasi adalah tindakan pembersihan dan pembentukan (cleaning dan
shaping) saluran akar. Cleaning adalah tindakan pengambilan dan
pembersihan seluruh jaringan pulpa serta jaringan nekrotik yang dapat
memberi
kesempatan
tumbuhnya
kuman.
Shaping
adalah
tindakan
pembentukan saluran akar untuk persiapan pengisian.7
Tindakan irigasi saluran akar merupakan salah satu tahap perawatan
endodontik yang penting sebab jika diabaikan dapat menyebabkan kegagalan
perawatan. Dinding saluran yang tidak bersih dapat menjadi tempat
persembunyian bakteri, mengurangi perlekatan bahan pengisian saluran akar
dan meningkatkan celah apikal.7
II.2.2 Prevalensi infeksi sekunder pada saluran akar
E. faecalis merupakan flora normal dalam mulut, namun hanya
beberapa peneliti yang tertarik akan hal tersebut. Prevalensinya pada pasien
yang dirawat endodontik jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan pasien
yang tidak dirawat endodontik. E. faecalis mengasosiasi berbagai bentuk
penyakit periradikuler meliputi infeksi endodontik primer dan infeksi yang
persisten. Beberapa infeksi endodontik primer meliputi lesi periradikuler
kronis asimtomatik dan lesi periradikuler akut atau lesi periradikuler abses.
Pada infeksi endodontik, ada 4 dari 40% infeksi tersebut merupakan lesi
yang diakibatkan olehnya. E. faecalis memiliki prevalensi yang sangat tinggi
pada infeksi endodontik yang persisten. Beberapa penelitian melaporkan
bahwa sekitar 24% dari 70% kasus diakibatkan karena persistensi E. faecalis.
Pada kasus lainnya dilaporkan bahwa bakteri ini satu-satunya bakteri yang
ditemukan pada lesi periradikuler yang dirawat endodontik. Penelitian yang
melaporkan bahwa dari 70% infeksi endodontik yang persisten terdapat 27%
kasus disebabkan oleh Enterococcus faecalis dianggap kurang akurat karena
adanya kelemahan pada metode identifikasinya. Namun, setelah diteliti
kembali menggunakan polymerase chain reactions (PCR) ternyata hampir
67% dari 70% kasus disebabkan karena resistensi E. faecalis.24 Penelitian lain
melaporkan bahwa E. faecalis tidak hanya merupakan bakteri yang sering
ditemukan pada infeksi sekunder saluran akar, namun merupakan bakteri
yang predominan pada saluran akar.15
II.2.3 Larutan yang Digunakan untuk Irigasi Saluran Akar
Larutan yang digunakan untuk irigasi antara lain NaOCl 3%, EDTA
15%, Chlorhexidine, dan akuades.
1. Golongan Halogen
Bahan irigasi mengandung klorin yang bersifat oksidator dan dianggap
paling efektif adalah larutan NaOCl karena bersifat lubrikan, pelarut jaringan
pulpa, pemutih dan antiseptik yang kuat.8
1. Chelating solution
Chelating solution adalah bahan yang dipakai untuk mendekalsifikasi
saluran akar yang sempit. Larutan yang biasa dipakai bersifat asam seperti
EDTA, asam sitrat, asam laktat, asam sulfat, dan asam lanat. Pemakaian
kombinasi larutan NaOCl dengan EDTA akan membuang semua debris
organik dan sisa jaringan keras gigi serta membuka tubulus dentin.8
II.3 Bakteri Enterococcus faecalis
II.3.1 Sejarah Singkat Bakteri Enterococcus faecalis
Nama ”Enterocoque” pertama kali digunakan oleh Thiercelin pada
surat kabar di Prancis pada tahun 1899 untuk mengidentifikasi organisme
pada saluran intestinal. Pada tahun 1930, Lancefield mengelompokkan
Enterococci sebagai Streptococci grup D. Kemudian pada tahun 1937,
Sherman mengajukan skema klasifikasi dimana nama enterococci hanya
digunakan untuk streptococci yang dapat tumbuh pada 10°C dan 45°C, pada
pH 9.6, dan dalam 6.5 % NaCl dapat bertahan pada suhu 60°C selama 30
menit. Akhirnya pada tahun 1980-an, berdasarkan perbedaan genetik,
enterococci dipindahkan dari genus Streptococcus dan ditempatkan di
genusnya sendiri yaitu Enterococcus.9
Secara etimiologi nama genus E. faecalis adalah Cocci saluran cerna.
E. faecalis merupakan nama spesiesnya untuk saat ini. Dulunya dikenal
dengan spesies Streptococcus faecalis seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya. Secara taxonomy E. faecalis masuk ke dalam filum Firmicutes,
kelas Bacilli, ordo Lactobacillales, famili Enterococcaceae, dan merupakan
genus Enterococcus. Merupakan gram positif dengan jenis enzim esculinase,
α galactosidase, β galactosidase, dan hippuricase. E. faecalis mampu untuk
memfermentasi berbagai macam karbohidrat seperti D-glukosa, laktosa,
maltosa, sukrosa, D-manitol, gliserol, dan berbagai macam karbohidrat
lainnya.18
E. faecalis adalah gram positif cocci yang dapat berdiri sendiri,
berpasangan, atau berbentuk rantai pendek. Merupakan bakteri fakultatif
anaerob, dapat hidup meski tanpa adanya oksigen.9 E. faecalis memiliki
berbagai macam strain yang berbeda. Misalnya E. faecalis yang diperoleh
dari susu fermentasi memiliki ATCC 376, dari daging memiliki ATCC 7080,
dan dari saluran akar ATCC 4083.10 Pada beberapa penelitian mengenai
Enterococcus faecalis pada saluran akar, ada beberapa strain yang dapat
digunakan sebagai bakteri coba. Adapaun strainnya antara lain ATCC 4082,
49532, 49383, 49452, 49477, 10541, 19433, dan 14506.12,13
II.3.2 Klasifikasi Enterococcus faecalis9
Kingdom
:
Bacteria
Division
:
Firmicitus
Ordo
:
Lactobacillales
Family
:
Enterococcaceae
Genus
:
Enterococcus
Species
:
Enterococcus faecalis
II.3.3 Enterococcus faecalis Sebagai Salah Satu Bakteri yang Terdapat
Pada Infeksi Saluran Akar
Enterococcus faecalis merupakan genus enterococcus dan spesies
faecalis. Enterococcus faecalis adalah spesies yang paling umum ditemukan
diAkar gigi lesi peradiculer sebagai penyebabnya21.
Bakteri ini tumbuh
dengan baik pada medium diferensial, seperti blood agar. Berdasarkan
penelitian ditemukan bahwa Enterococcus faecalis resisten terhadap
antibiotik, diduga karena adanya pengaruh gen pada DNA bakteri.11
Enterococcus faecalis merupakan gram positif, sehingga dinding sel
mengandung peptidoglikan berbobot kering kira-kira 40-90%. Terdiri dari
selapis sel yang sangat tebal (10-50 nm). Peptidoglikan ini terdiri atas dua
gula amino, yaitu N- asetilglukosamin (NAG) dan N-asetilmuramat (NAM)
yang berikatan antar satu sama lain membentuk uraian glikan secara
bergantian dalam ikatan β-1,4 glikosida dan merupakan pembentuk tulang
punggung dinding sel. Rantai tetrapeptida yang berikatan dengan muramat
adalah L-alanin, D-glutamat, gugus R (merupakan asam amino yang
bervariasi) dan D-alanin.11
Dinding sel bakteri ini terdiri dari peptidoglikan 40 %, sisanya
merupakan teichoic acid dan polisakarida. Sintesis peptidoglikan dihasilkan
oleh keseimbangan antara enzim polimerisasi dan hidrolitik. Peptidoglikan
merupakan makromolekul utama yang terlibat dalam penentuan bentuk sel
dan pemeliharaannya. Zat ini juga berguna sebagai lapisan pelindung dari
kerusakan oleh tekanan osmotik sitoplasma yang tinggi.Virulensi bakteri ini
disebabkan kemampuannya dalam pembentukan kolonisasi pada host, dapat
bersaing dengan bakteri lain, resisten terhadap mekanisme pertahanan host,
menghasilkan perubahan patogen baik secara langsung melalui produksi
toksin atau secara tidak langsung melalui rangsangan terhadap mediator
inflamasi.
Gambar 2.Scanning electron microscopy (a,b) Saluran akar
tertutup oleh biofilm E.faecalisAgregasi sel bakteri ke
tubulus dentin.8
(Sumber :Yanti N,September 2011)
E.faecalis dapat berkolonisasi di saluran akar dan bertahan tanpa
bantuan dari bakteri lain. Gambar 2 menunjukkan bakteri mengkontaminasi
saluran akar dan membentuk koloni di permukaan dentin dengan bantuan
LTA, sedangkan AS dan surface adhesion lainnya berperan pada perlekatan
di kolagen. Cytolysin, AS-48, dan bacteriosin menghambat pertumbuhan
bakteri lain. Hal ini menjelaskan rendahnya jumlah bakteri lain pada infeksi
endodontik yang persisten sehingga E. faecalis menjadi mikroorganisme
dominan pada saluran akar.9
Gambar 3.Sebuah model penyakit endodontik terkait dengan faktor-faktor virulensiE.
faecalis.Faktor-faktor virulensi bakteri dalam tubulus dentin dan saluran akar yang dilepas
menuju daerah periradikular sehingga merangsang leukosit untuk menghasilkan mediator
inflamasi
atau
enzim
litik.Beberapa
bakteri
dapat
berpindah
ke
lesiperiradikular.Faktorfaktorvirulensi yang merugikan dan produk leukosit ditampilkan pada
zona antara garis potong.Pada gambar yang diperbesar, perlekatan bakteri ke berbagai
elemen dari dentin digambarkan. Produk bakteri melawan bakteri lain juga dimasukkan.
Perhatikan bahwa nama dalam kotak hitam adalah produk dari bakteri. Singkatan: Adh
(surface adhesions);AS (agregation substance); Bact (bacteriocins); BS (binding substance);
CP (collagenpeptides); Cyl (cytolysin); Ef (Enterococcus Faecalis); Elas (elastase); Gel
(gelatinase);Hya (hyaluronidase); H2O2 (hidrogen peroksida); IFN- (gamma interferon);
IL(interleukin); LE (lysosomal enzyme); LTA (lipoteichoic acid); NO (nitrat oxide); O2.(superoxide anion); PGE2 (prostaglandin E2); SP (sex pheromones); dan TNF
(tumornecrosis factor).8
(Sumber :Biokompatibilitas larutan saluran akar. Universitas
sumatra utara Yanti N, mei 2011)
Gambar 3 menunjukkan sebuah model penyakit endodontik
terkait
dengan
faktor-faktor
virulensi
E.
faecalis.
Bakteri
ini
menghasilkan perubahan patogen baik secara langsung melalui produksi
toksin atau secara tidak langsung dengan cara menginduksi proses
inflamasi. Tujuh belas sex pheromones, lipoteichoic acid (LTA), dan
peptide correspondinginhibitor memodulasi proses inflamasi lokal
dengan cara menstimulasi leukosit untuk melepas beberapa mediator
yang ikut berperan dalam kerusakan periradikular. Lipoteichoic acid
(LTA) menstimulasi leukosit untuk melepas beberapa mediator inflamasi
berupa TNF- , interleukin 1 beta (IL-1β), interleukin 6 (IL-6), interleukin
8 (IL-8) dan superoxideanion yang dikultur dari monosit dan leukosit
manusia, sedangkan pelepasan prostaglandin E2 (PGE2) dan enzim
lisosomal pada makrofag peritoneal tikus. Faktor-faktor ini ditemukan di
sampel periapikal dan diketahui dapat merusak serta menarik leukosit.
Hal ini menyebabkan apoptosis pada sel-sel (osteoblast, osteoklast,
jaringan ikat ligamen periodontal, makrofag dan neutrofil) sehingga
berakibat terjadinya lesi periradikular. Delapan belas faktor virulensi
yang menyebabkan perubahan patogen secara langsung adalah gelatin,
hyalurodinase, cytolysin, dan extracelullar superoxide anion. Gelatin
berkontribusi terhadap resorpsi tulang dan degradasi dentin matriks
organik. Hal ini berperan penting terhadap timbulnya inflamasi
periapikal. Hyaluronidase membantu degradasi hyaluronan yang berada
di dentin untuk menghasikan energi untuk organisme, sedangkan
extracellular superoxide anion dan cytolysin berperan aktif terhadap
kerusakan jaringan.9
II.3.4 Ketahanan dan virulensi E. faecalis
E. faecalis memiliki faktor virulensi yang pasti meliputi enzim litik,
sitotoksin, substansi agregat, pheromones, dan asam lipoteik. mampu untuk
melakukan perlekatan pada hostnya dengan mengekspresikan protein dan
berkompetisi dengan bakteri lainnya sehingga menimbulkan respon dari host.
Selain itu, bakteri ini juga mampu menekan aksi limfosit sehingga sangat
berpotensi sebagai salah satu penyebab kegagalan pada perawatan
endodontik. Faktor virulensi yang dimiliki olehnya bukan faktor virulensi
yang independen, namun sedikit dependen. E. faecalis mampu untuk
membagi faktor virulensi yang ia miliki kepada spesies lain. Mungkin faktor
inilah yang mengakibatkan ia memiliki ketahanan dan resisten terhadap
perawatan endodontik dan menyebabkan penyakit. E. faecalis menguasai
setiap saluran atau ruangan yang ada di dalam saluran akar. Memilki serine
protease, gelatin, dan protein pengikat kolagen yang dapat membantu
perlekatan pada dentin. Selain itu, ia dapat hidup dengan merampas makanan
dari spesies lain atau dari serum hostnya. Serum yang dijadikan sumber
makanan berasal dari tulang alveolar dan ligamentum periodontal dan
membantunya untuk melakukan perlekatan pada kolagen tipe 1.16
Penelitian lain melaporkan bahwa
resistensi E. faecalis terhadap
beberapa antibiotik diduga karena bakteri ini memiliki kemampuan untuk
melakukan pertukaran DNA dengan cepat pada saat diberi perlakuan
antibiotik. Pada saat kita ingin mengidentifikasinya di laboratorium, ada
beberapa karakteristik yang dimiliki olehnya, yaitu:17
1. Koloni besar berwarna putih.
2. Menyerupai S. pneumonia pada pewarnaan gram
3. Resisten terhadap panas pada temperatur 600C selama 30 menit
4. Sangat baik tumbuh pada temperatur 100C hingga 450C;
pertumbuhan optimal pada temperatur 350C pada agar nonselektif
(blood atau chocolate agar).
BAB III
KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP
III.1 Kerangka Teori
TANIN
Minyak asiri
3-arabino
piranosida
guayaverine
DAUN JAMBU BIJI
(Psidium guajava)
Pelarut etanol 96%
kuersetin
akuavarium
Media cair BHIB 0,5 ml
leukosianidi
amritosida
Asam galat
waktu
Cara
inkubasi
medium
mm
suhu
Enterococcus faecalis
Lisis (kematian bakteri )
III.2 Kerangka Konsep
DAUN JAMBU BIJI
Tanin dan minyak astringen
MEDIUM
WAKTU
GANGGUAN
METABOLISME
SEL BAKTERI
CARA INKUBASI
SUHU
Enterococcus
faecalis
LISIS (KEMATIAN
BAKTERI
KETERANGAN :
: variabel Bebas
: variabel akibat
: variabel kendali
: variabl antara
: Hubungan variabel
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
IV.1 Jenis Penelitian
: Eksprimen laboratorium
IV.2 Design Penelitian
: The post test only control grup design
IV.3 Lokasi Penelitian
:
1. Pengekstraksian daun jambu biji dilakukan di Laboratorium mikrobiologi
fakultas farmasi universitas hasanuddin.
2. Pengukuran zona daya hambat larutan ekstrak daun jambu biji dilakukan di
laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
IV.4 Subjek penelitian
:
Semua bakteri Enterecoccus faecalis Strain ATCC 14506 yang dibiakkan
dalam MHA (Medium Hinton Agar).
IV.5 Variabel Penelitian
:
1. Variabel bebas
: Ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava)
2. Variabel terikat
: Lisisnya Enterococcus faecalis
3. Variabel kendali
: Cara inkubasi, waktu, suhu, dan medium
4. Variabel antara
: Gangguan metabolisme sel bakteri
IV.6 Definisi Operasional
1. Ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava) adalah zat daun jambu biji
yang di gunakan sebagai sampel untuk menghambat pertumbuhan bakteri
Enterococcus faecalis.
2.
Enterococcus faecalis adalah bakteri yang terdapat dalam saluran akar
dan telah tersedia di balai besar laboratorium riset kesehatan Makassar.
3. Efektivitas daya hambat adalah apabila terdapat zona bening didaerah
sekitar pencadang.
4. Konsentrasi hambat minimal (KHM) adalah konsentrasi terendah ekstrak
daun jambu biji (Psidium guajava) dalam medium yang tidak mengalami
kekeruhan.
IV.7 Data
IV.7.1
Jenis data
: Data primer
IV.7.2
Pengolahan data
: SPSS 16.0 for windows
IV.7.3
Analisis data
: Uji t berpasangan
IV.7.7
Penyajian data
: Dalam bentuk table dan gambar
IV.8 Alat dan Bahan
a. Alat
1. Alat penghancur(blender)
7. Tabung reaksi
2. pencadang
8. Desikator
3. Timbangan digital
9. Syringe
4. Toples
10. Spidol dan Label
5. Corong Bucher
11. Cawan petri
6. Rak tabung
12. Kaliper
b. Bahan
1. Daun jambu biji 1000 gr
2. Enterococcus faecalis
3. Etanol 96%
4. BHIB 0,5 ml
5. MHA (Muller Hinton Agar)
6. NaOCl 5.25%
IV.9 Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan
a. Petik daun jambu biji segar
b. Siapkan etanol 96% sebanyak 2000ml
c. Persiapan ekstrak daun jambu biji
d. Tabung disiapkan sebanyak 7 buah
2. Tahap Pelaksanaan
a. Keringkan daun jambu biji dalam ruangan
b.Haluskan daun jambu biji dengan blender
c. Dilakukan penimbangan sebanyak 1000 gr
d.Dimasukkan dalam toples dan diberi etanol 96% sebanyak 2000 ml
e. Maserasi selama 72 jam kemudian disaring dengan corong buchner
f. Filtrat hasil jaringan diuapkan dalam vakuum evaporator, lalu dihasilkan
sebanyak 15gr.
g.Kemudian dilakukan pengenceran sehingga didapatkan konsentrasi
25%,12,5%,6,25%,3,125%,1,5%,0,7%,0,3%.
h.Selanjutnya siapkan 7 buah tabung
kemudian diberikan tanda setiap
tabung diisi BHIB 0,5ml
i. Tabung B tidak diberi ekstrak daun jambu biji, ditambah Enterococcus
faecalis, BHIB, dan NaOCl 5.25% (kontrol positif), sedangkan tabung A
diberi ekstrak daun jambu biji, ditambah Enterococcus faecalis dan BHIB
sebagai kontrol negatif dan tabung yang lain diberi ekstrak daun jambu
biji dan Enterococcus faecalis masing-masing sebanyak 0.5ml dengan
ekstrak daun jambu biji konsentrasi 25%, 12.5%, 6,25%, 3,125, 1,5, 0,7, 0
dan 0,3%.
j. Setelah itu baru didinginkan lalu dimasukkan ke desikator dan di inkubasi
dalam inkubator dengan suhu 37º C selama 24 jam.
k.Melakukan pengamatan dengan melihat kekeruhan untuk menentukan
KHM.
3.
Tahap Pengamatan
a. Siapkan cawan petri.
b. Isi cawan petri dengan 3 buah pencadang.
c. Pencadang pertama diisi dengan konsentrasi daun jambu biji (Psidium
guajava) yang diperoleh dari KHM.
d. Pencadang kedua diisi dengan akuades sebagai kontrol negatif.
e. Pencadang ketiga diisi dengan NaOCl 5,25% sebagai kontrol positif.
f. Inkubasi selama 48 jam pada suhu 370C.
g. Amati zona bening disekitar pencadang dan ukur dengan kaliper.
IV.10 Hipotesis
Ada efektifitas daya hambat ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava)
terhadap bakteri Entrococcus faecalis jika digunakan sebagai salah satu
alternatif bahan iragasi saluran akar.
BAB V
HASIL
Dari hasil percobaan diperoleh bahwa ekstrak daun jambu biji dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Entrococcus faecalis sebagai salah satu alternatif
bahan irigasi saluran akar. Jumlah koloni bakteri pada percobaan bisa dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 1. Hasil uji KHM Ekstrak Dmbu biji (Psidium guajava) terhadap E. faecalis
Tabung
yang Telah
di Inkubasi
24 jam
Ekstrak Daun jambu biji(Psidium guajava) (%)
0,3
0,7
1,5
+
-
-
3,125
-
6,25
-
12,5
25
-
-
Kontrol
K+ K- KK
-
-
+
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa seluruh konsentrasi yang dicoba tidak
mengalami kekeruhan. Namun pada tabung dengan konsentrasi terkecil, yaitu 0,3%
mengalami kekeruhan. Berikut gambar dari KHM ekstrak Daun jambu biji (Psidium
guajava) terhadap E. faecalis.
Gambar 4: KHM Ekstrak kitosan (Chitosan)
terhadap E. faecalis.
(Sumber: Data primer, Agustus 2011)
Tabel 2. Hasil uji ANOVA ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava) terhadap E.
faecalis
Replikas
i
I
II
0.30
%
27
16
Ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava)
(mm)
0.70
1.50
3.13
6.25
12.50
%
%
%
%
%
29
30
35
36
38
29
33
35
36
35
25
%
39
37
K+
K(mm)
(mm)
5.25 Aquade
%
s
18
0
0
0
Sumber: Data primer, Agustus 2011
Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa zona daya hambat yang diperoleh
memuaskan karena diameternya lebih besar dari 20 mm, kecuali pada replikasi
kedua 0,7% dan kontrol positif yang diameter zona daya hambatnya kurang dari 20
mm. Berikut gambar cawan petri pada replikasi pertama dan kedua.
Gambar 5: Zona daya hambat ekstrak daun jambu biji
(Psidiumguajava) terhadap E. faecalis (replikasi pertama)
(Sumber: Data primer, Agustus 2011)
Gambar 6: Zona daya hambat ekstrak aun jambu biji(Daunj
jambu biji) terhadap E. faecalis (replikasi kedua)
(Sumber: Data primer, Agustus 2011)
Setelah dilakukan pengujian secara statistic menggunakan uji t berpasangan
di peroleh hasil bahwa perbedaan diameter zona daya hambat konsentrasi ekstrak
daun jambu biji (Psidium guajava) pada replikasi pertama dengan kedua
menunjukkan hasil tidak signifikan (P> 0,05), artinya tidak terdapat perbedaan yang
bermakna antar replikasi.
Tabel 3. Uji stastitik perbedaan diameter zona daya hambat antara konsentrasi ekstrak
daun jambu biji (Psidium guajava) terhadap E. faecalis dengan kontrol positif dan
kontrol negative.
Sum of Squares df
Ms
F
Sig.
225.132
.000
Between Groups 1134.595
2
567.298
Within Groups
45.357
18
2.520
Total
1179.952
20
Perbedaan konsentrasi ekstrak Daun jambu biji (Psidium guajava) dengan
kontrol positif dan negatif diuji menggunakan uji Anova one way dan diperoleh hasil
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (p < 0,05). Hal ini berarti perbedaan
diameter zona daya hambat berbeda secara bermakna,
Untuk mengetahui secara detail hasil bahwa kelompok mana yang terdapat
perbedaan yang bermakna maka, pengujian mengenai perbedaan diameter zona daya
hambat antara konsentrasi ekstrak daun jambu biji terhadap enterococcus faecalis
dengan control positif dan negative dengan menggunakan uji LSD.berikut table uji
LSD,
Tabel 4. Uji stastitik lanjutan mengenai perbedaan diameter zona daya hambat
antara konsentrasi ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava) terhadap E. faecalis
dengan kontrol positif dan kontrol negative.
(I) kelompok (J) kelompok
Mean Difference (I-J) Std. Error
Sig.
2
-8.64286*
.84850
.000
3
9.35714*
.84850
.000
1
8.64286*
.84850
.000
3
18.00000*
.84850
.000
1
-9.35714*
.84850
.000
2
-18.00000*
.84850
.000
1
2
3
Sig.*p<0,05
Pada table diatas terlihat bahwa hasil pengujian LSD diperoleh hasil bahwa antara
diameter zona daya hambat konsentrasi ekstrak Daun jambu biji (Psidium guajava)
dengan kontrol positif maupun negatif dan perbedaan zona daya hambat antar kontrol
positif dan negatif berbeda secara bermakana (p < 0,05).
BAB VI
PEMBAHASAN
Ekstrak daun Jambu biji mempunyai daya hambat terhadap pertumbuhan
bakteri saluran akar pada gigi nekrosis atau disebut antimikroba. Antimikroba
merupakan suatu zat yang dapat menghambat atau menghentikan pertumbuhan
kuman dengan toksisitas rendah sehingga dapat langsung digunakan pada kulit,
jaringan ataupun luka. Aktivitas suatu antimikroba selain dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, seperti suhu, pH dan keberadaan bahan-bahan organic, kemampuannya
dalam menghambat pertumbuhan kuman juga dipengaruhi oleh konsentrasi dan
waktu kontak. Jika konsentrasi antimikroba semakin tinggi dan waktu kontaknya
dengan bakteri semakin lama, maka aktifitas antibakterinya juga akan semakin besar
tetapi toksisitasnya juga akan meningkat. Oleh karena itu, perlu ditentukan
konsentrasi dan waktu kontak yang paling efektif dan efisien dalam menghambat
pertumbuhan bakteri.
Pada penelitian ini bakteri Enetrococcus faecalis diuji dengan mengacu pada
beberapa waktu kontak dan dengan berbagai konsentrasi. Hasil penelitian ini
menemukan bahwa kombinasi waktu kontak dan konsentrasi dapat mempengaruhi
aktifitas ekstrak Daun jambu biji terhadap bakteri Enterococcus faecalis pada irigasi
saluran akar. Hal ini dikarenakan dengan meningkatnya konsentrasi maka kadar
bahan aktifnya akan semakin besar. Sementara, peningkatan waktu kontak akan
meningkatkan reaksi kimia antimikroba sehingga bakteri yang mati akan semakin
banyak.
Uji KHM yang dilakukan memperlihatkan bahwa Daun jambu biji pada
konsentrasi terkecil, yaitu 0,3% menunjukkan hasil positif terhadap pertumbuhan
bakteri E. faecalis setelah di inkubasi selama 24 jam. Hal ini menunjukkan bahwa
KHM dari ekstrak Daun jambu biji (Psidium guajava) adalah 0,7%.
Berdasarkan Tabel 2 terlihat jelas bahwa zona daya hambat ekstak Daun
jambu biji (Psidium guajava) jauh lebih baik dibandingkan dengan sodium hipoklorit
(5,25%) yang digunakan sebagai kontrol. Hal ini membuktikan bahwa ekstrak daun
jambu biji (Psidium guajava) jauh lebih baik dibandingkan sodium hipoklorit dalam
menghambat pertumbuhan E. faecalis. Semakin tinggi konsentrasi, maka zona daya
hambat semakin besar. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh
Pelzcar dan Chan bahwa semakin tinggi konsentrasi suatu bahan antibakteri, maka
aktivitas antibakterinya akan semakin kuat pula. Hal ini sesuai juga dengan uji
statistik yang dilakukan bahwa terdapat perbedaan diameter zona daya hambat yang
bermakana (p < 0,05) antar konsentrasi ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava).
NaOCl (sodium hipoklorit) mampu menhambat pertumbuhan e.faecalis
karena adanya unsur Cl. Unsur ini merupakan elemen yang tidak berdiri sendiri,
namun berikatan pada unsure lainnya membentuk senyawa, misalnya berikatan pada
natrium (Na) membentuk senyawa natrium klorida (NaCl).unsur Cl merupakan suatu
unsure yan dihasilkan oleh neutrofil yang merupakan imun nonspesifik pada tubuh
manusia. Hal inilah yang mengakibatkan NaOCl mampu menghambat pertumbuhan
E.faecalis.
BAB VII
PENUTUP
VII.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa :
a.
Ekstrak Daun jambu biji (Psidium guajava) memiliki efekstifitas daya
hambat terhadap enterococcus faecalis secara invintro.
b.
KHM (Konsentrasi Hambat Minimal) ekstrak daun jambu biji (Psidium
guajava) adalah 0,7%.
VII.2 SARAN
1. Perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh ekstrak daun jambu
biji(Psidium guajava) terhadap pertumbuhan bakteri lain yang terdapat
pada rongga mulut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Oktavianto
E.
Daun
jambu
biji
[internet]
2011.
Available
from
http://indonetwork.co.id/jamuherbalco [accessed May 20, 2011]
2. Indriani S. Aktivitas anti oksidan ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava L.).
J.II. Pert. Indon. [serial online] 2008; 11(1):13: [internet]. Available from:
http://www.scribd.com [accessed May 22, 2011]
3. Kantor deputi menegristek bidang pendayagunaan dan pemasyarakatan ilmu
pengetahuan dan pertanian. Jambu biji/ jambu batu [internet]. Available from
www.scrib.com [accessed May 23, 2011]
4. NainiA. Uji toksisitas ekstrak daun Psidium guajavalinn ( daun jambu biji)
terhadap mencit (musculus). Indonesian journal of dentistry: 2005:63
5. NN.
Sehat
secara
alami
[internet].
Available
from:
http
//wowox.wordpress/jambu-biji.html [accessed Agustus 16, 2011]
6. Parimin SP. Jambu biji budidaya dan ragam pemanfataannya; mengenal tanaman
jambu biji. Bogor: Sagung Seto; 2005.p.12
7. Tanuhamirjam. Larutan irigasi saluran akar [internet]. Availabe from:
http//larutan-irigasi-saluran-akar.html. [accessed Mei 23, 2011]
8. Yanti N. Biokompatibilitas larutan saluran akar [skripsi] 2004. e-USU
Respiratory, Universitas Sumatra Utara [internet]. Available from www.pdf.com
[accesed Mei 23, 2011]
9. Dian AW. Perbedaan khasiat antibakteri bahan irigasi antara hidrogen peroksida
3% dan infusumdaun sirih 20% terhadap bakteri mix [tesis] 2005. Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Airlangga [internet]. Available from www.pdf.com
[accessed Mei 22, 2011]
10. Ingle II, Backland LK. Enterococcusfaecalis. Universitas sumatra utara.
11. Alasalvar C., Taylor T. Seafoods-quality, technology and nutraceutical
applications. Philadelpia: Springer; 2002.p.211
12. Glick W. E-faecalis [internet] 2005. Available from: http://www.mst.edu/mikrobio/bio221.com [accessed at Mei 18, 2011]
13. Stuart CH., Schawartz SA., Beeson TJ., Owatz BC. Enterococcus faecalis: its
role in root canal treatment failure current concepts in retreatment. J Endod
[serial
online]
2006;32(2):93-4:
[internet].
Available
from:
http://www.endoexperience.comEnterococcusfaecalisItsRoleinRootCanalTreatm
ent.pdf.pdf [accessed April 30, 2011]
14. Huth KC., Quirling M., Meier S., Kamereck K., Alkhayer M., Paschos E., et al.
Effectiveness of ozone againts endodontopathogenic microorganism in a root
canal biofilm model. Int Endod J [serial online] 2009;42:3-4: [internet].
Available from: www.endoexperience.com [accessed April 30, 2011]
15. Newberry BM., Shabahang S., Johson N., Aprecio MR., Torabinejad M. The
antimicrobial effect of bipure MTAD on eight strain of Enterococcus faecalis: an
in vitro investigation. J Endod [serial online] 2007;33(11):1352: [internet].
Available from: http://www.endoexperience.comdocuments.pdf [accessed at 30
April 2011]
16. Peciuline V., Balciuniene I., Haapasalo M. Electrophoresis of whole-cell soluble
proteins of Enterococcus faecalis and yeast isolated in the root canals of
previously root-filled teeth. Stomatologija [serial online] 2003;5(1):9: [internet].
Avilable from: http://www.sbdmj.com031031-02.pdf [accessed at 30 April
2011]
17. Rollins DM., Joseph S.W. Enterococcus faecalis pathogenic microbiology
[internet] Agustus 2000. Available from: http://life.umd.edu/classroom/bsci424
[accessed at 15 Desember 2011]
18. Vet Bact Home. Enterococcus faecalis [internet] 2011. Available from:
http://www.vetbact.org/vetbact/?LANG=en&artid=124&PHPSESSI
[accessed
at 15 Desember 2011]
19. EBI. Bakteria Genomes-Enterococcus faecalis. 2003: [internet]. Available from:
http://www.ebi.ac.uk/group [accessed at 15 Desember 2011]
20. Adnyana IK, Yulinah E, Josep I, Sigit, Fhisri N, Insanu M. Efek Ekstrak Daun
Jambu Biji Daging Buah Putih dan Jambu Biji Daging Buah Merah Sebagai
Antidiare
[internet]
April
2004.
Availeblefrom:
http://www.issue_29_031123.pdf [accessed at 23 Desember 2011]
21. Zoletti GO, Siquera JF, Santos KRN, Identification of Enterococcus faecalis in
Root-filled
Teeth
With
or
Without
Periradicular
Lesions
by
Culturedependentand—Independent Approaches [internet] Agustus 2006l.
Available from: : http://www.Efaecalis in LEOS. Pdf [accessed at 23 Desember
2011]
Download