GPAI Penentu Perubahan Pendidikan Agama Islam

advertisement
GPAI Penentu Perubahan Pendidikan Agama Islam
Dalam upaya mencapai pendidikan agama Islam berkualitas, harus dimulai dengan guru
pendidikan agama Islam (GPAI) yang berkualitas. Upaya meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam
tanpa memperhitungkan guru agama Islam secara nyata, hanya akan menghasilkan satu fatamorgana
atau sesuatu yang semu dan puan belaka.
Guru pendidikan agama Islam (GPAI) merupakan unsur utama dalam keseluruhan proses pendidikan
agama Islam. Tanpa guru, pendidikan hanya akan menjadi slogan muluk karena segala bentuk kebijakan
dan program pada akhirnya akan ditentukan oleh kinerja pihak yang berada di garis terdepan yaitu guru.
Menurut Ki Hajar dewantara, seorang guru harus ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso,
tutwuri Handayani berar seorang guru yang baik disamping menjadi suri tauladan, tetapi juga harus
mampu menggugah semangat dan memberikan dorongan morol dari belakang agar orang-orang
disekitarnya dapat merasa situasi yang baik dan bersahabat yang pada akhrirnya akan terbentuk karakter
pada anak.
Peran serta guru pendidikan agama Islam dalam kaitan dengan mutu pendidikan agama Islam, sekurangkurangnya dapat dilihat dari empat dimensi yaitu guru pendidikan agama Islam sebagai pribadi, guru
pendidikan agama Islam sebagai unsur keluarga, guru pendidikan agama Islam sebagai unsur pendidikan,
dan guru pendidikan agama Islam sebagai unsur masyarakat.
Peran guru pendidikan agama Islam dalam kaitan dengan mutu pendidikan harus dimulai dengan dirinya
sendiri. Sebagai pribadi, GPAI merupakan perwujudan diri dengan seluruh keunikan karakteris k yang
sesuai dengan posisinya sebagai pemangku profesi keguruan. Kepribadian merupakan landasan utama
bagi perwujudan diri sebagai GPAI yang efek f baik dalam melaksanakan tugas profesionalnya di
lingkungan pendidikan dan di lingkungan kehidupan lainnya. Hal ini mengandung makna bahwa GPAI
harus mampu mewujudkan pribadi yang efek f untuk dapat melaksanakan fungsi dan tanggung
jawabnya sebagai guru.
Dalam kaitan dengan keluarga, GPAI merupakan unsur keluarga sebagai pengelola (suami atau isteri),
sebagai anak, dan sebagai pendidik dalam keluarga. Hal ini mengandung makna bahwa guru sebagai
unsur keluarga berperan untuk membangun keluarga yang kokoh sehingga menjadi fondasi bagi
kinerjanya dalam melaksanakan fungsi GPAI sebagai unsur pendidikan. Untuk mewujudkan kehidupan
keluarga yang kokoh perlu ditopang antara lain oleh: landasan keagamaan yang kokoh, penyesuaian
pernikahan yang sehat, suasana hubungan inter dan antar keluarga yang harmonis, kesejahteraan
ekonomi yang memadai, dan pola-pola pendidikan keluarga yang efek f.
Dalam keseluruhan kegiatan pendidikan agama Islam di ngkat operasional, GPAI merupakan penentu
keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya pada ngkat ins tusional, instruksional, dan eksperiensial..
Sejalan dengan tugas utamanya sebagai pendidik di sekolah, GPAI melakukan tugas-tugas kinerja
pendidikan dalam bimbingan, pengajaran, dan la han. Semua kegiatan itu sangat terkait dengan upaya
pengembangan para peserta didik melalui keteladanan, penciptaan lingkungan pendidikan yang
kondusif, membimbing, mengajar, dan mela h peserta didik. Dengan perkembangan dan tuntutan yang
berkembang dewasa ini, peran-peran guru mengalami perluasan yaitu sebagai: pela h (coaches),
konselor, manajer pembelajaran, par sipan, pemimpin, pembelajar, pengarang, dan contoh baik (suri
tauladan).
Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara keseluruhan, GPAI merupakan unsur
strategis sebagai anggota, agen, dan pendidik masyarakat. Sebagai anggota masyarakat, GPAI berperan
sebagai teladan bagi bagi masyarakat di sekitarnya baik kehidupan pribadinya maupun kehidupan
keluarganya. Sebagai agen masyarakat, GPAI berperan sebagai mediator (penengah) antara masyarakat
dengan dunia pendidikan khususnya di sekolah. Dalam kaitan ini, GPAI akan membawa dan
mengembangkan berbagai upaya pendidikan di sekolah ke dalam kehidupan di masyarakat, dan juga
membawa kehidupan di masyarakat ke sekolah. Selanjutnya sebagai pendidik masyarakat, bersama
unsur masyarakat lainnya, GPAI berperan mengembangkan berbagai upaya pendidikan yang dapat
menunjang pencapaian hasil pendidikan yang bermutu.
Empat dimensi tersebut sesungguhnya pengembangan dari kompetensi yang telah digariskan oleh
pemerintah dalam kebijakan pendidikan nasional yang telah merumuskan bahwa seorang guru harus
memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan social. Dalam konteks Guru Pendidikan
Agama Islam kompetensi yang ada di gali lebih dalam lagi sehingga melahirkan kompetensi tambahan
yakni spiritual dan leadership.
Guru Pendidikan Agama Islam harus memiliki kedalaman spiritual hal ini karena pendidikan agama Islam
menekankan aspek kecerdasan spiritual yang memiliki format pemeliharaan, pemanfaatan, dan
pengembangan fitrah kemanusian terlebih era globalisasi yang telah mengikis spiritualitas generasi
bangsa kita. Selain itu, guru pendidikan agama Islam harus memiliki kompetensi leadership. Kompetensi
leadersip ini sangat pen ng dimiliki karena guru agama Islam dituntut untuk menunjukkan keterampilan
kepemimpinannya, bukan hanya membantu siswa agar dapat mengembangkan segenap potensi yang
dimilikinya. Akan tetapi kemampuannya dalam memimpin juga sangat pen ng agar mampu melakukan
komunikasi kepada seluruh stakeholders yang ada. Seorang guru agama Islam adalah pemimpin, baik
bagi siswa, guru, maupun masyarakat.
Kompetensi Guru Pasca Ser fikasi
Ser fikasi pendidik yang telah dilaksanakan dalam beberapa tahun terakhir membuka peluang upaya
peningkatan kesejahteraan guru. Pemberian tunjangan ser fikasi/profesi bagi pendidik juga diharapkan
mampu meningkatkan kompetensi dan menjadikanya sebagai guru yang peifesional.
Sudahkah tujuan tersebut tercapai? Benarkah Guru PAI yang sudah diser fikasi tadi sudah profesional?
Download