1 Kode/Rumpun Ilmu : 351/ Kesehatan Masyarakat

advertisement
Kode/Rumpun Ilmu : 351/ Kesehatan Masyarakat
LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN
DOSEN MADYA
ANALISIS DAMPAK PAPARAN KEBISINGAN TERHADAP STRESS KERJA
DAN TEKANAN DARAH PENGRAJIN BORDIR
Ketua/anggota:
SRI MAYWATI, SKM., M.Kes (NIDN 0402077701)
LILIK HIDAYANTI, SKM., M.Si (NIDN 0411037701)
UNIVERSITAS SILIWANGI TASIKMALAYA
Juli, 2017
1
RINGKASAN
Analisis Dampak Paparan Kebisingan Terhadap Stress Kerja Dan
Tekanan Darah Pengrajin Bordir
Sri Maywati; Lilik Hidayanti
Kebisingan merupakan kondisi lingkungan berupa suara yang tidak
menyenangkan yang mengganggu manusia secara fisik maupun psikologis. Salah satu
pekerjaan yang terpapar oleh bising di sektor informal adalah bordir yang sumber
bisingnya adalah mesin bordir modern (komputerize) maupun mesin bordir manual
dengan intensitas yan berbeda. Efek auditori adalah gangguan dan kerusakan pada
sistem organ pendengaran. Kebisingan memberikan efek terhadap mental psikososial
berupa gangguan (annoyance), stress, marah, dan kesulitan istirahat dan persepsi.
Selain itu juga menyebabkan gangguan pada fungsi fisiologis seperti peningkatan
tekanan darah, peningkatan denyut jantung, gerak refleks otot, dan gangguan tidur
yang juga dianggap sebagai efek psikologis.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak paparan kebisingan
terhadap stress kerja dan tekanan darah pengrajin bordir. Sampel sebanyak 59 orang
dari 520 populasi dipilih secara random. Paparan kebisingan merupakan besarnya
intensitas suara dan durasi paparan yang dialami oleh pengrajin bordir. Stress kerja
diukur menggunakan kuesioner sedangkan tekanan darah pengrajin diukur
menggunakan sfigmomanometer. Data yang terkumpul dianalisis dengan uji korelasi
pada taraf signifikansi 0,05.
Hasil penelitian menunjukkan paparan bising yang diterima oleh pekerja bordir
rata-rata sebesar 85,62 dengan intensitas bising minimal 80,1 dan maksimal 90,0.
Sebanyak 39% responden memiliki tekanan darah yang termasuk kategori tinggi
(sistole > 140). Stress kerja diidentifikasi melalui gejala pada aspek emosional yang
sering terjadi adalah merasa takut/panik dan merasa lelah mental dengan presentasi
masing-masing 28,8%. Gejala stress kerja aspek perilaku yang banyak terjadi adalah
berupa gangguan tidur sebesar 40,7%. Sedangkan gejala stress kerja secara fisiologis
paling banyak ditunjukkan berupa tegang otot leher (45,8%) dan berkeringat (37,3%).
Luaran dari penelitian ini adalah artikel ilmiah yang akan diterbitkan pada
jurnal nasional mempunyai ISSN dan bahan pengayaan dalam pembelajaran mata
kuliah kesehatan kerja.
Kata kunci : bising, stress kerja, tekanan darah
2
DAFTAR ISI
Halaman judul
...................................................................................................
i
........................................................................................
ii
............................................................................................................
iii
Daftar Isi .....................................................................................................................
iv
BAB I Pendahuluan
1
Lembar pengesahan
Ringkasan
.........................................................................................
BAB II Tinjauan Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
..................
4
BAB III Tujuan, Manfaat, Luaran ........................................................................
11
BAB IV Metode Penelitian ....................................................................................
12
BAB V Hasil dan Pembahasan ............................................................................
16
BAB VI Rencana Tindak Lanjut ............................................................................
21
BAB VII Simpulan dan saran ................................................................................
21
Daftar Pustaka
Lampiran
1. Justifikasi Anggaran
2. Susunan organisasi tim peneliti dan pembagian tugas
3. Biodata ketua dan anggota
4. Surat pernyataan ketua peneliti
3
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Penelitian
Salah satu bahaya yang diakibatkan oleh proses pekerjaan di suatu
industri adalah kebisingan. Kebisingan merupakan kondisi lingkungan berupa
suara yang tidak menyenangkan yang mengganggu manusia secara fisik maupun
psikologis (Melnick 1979 dalam Atmaca, 2005). Gangguan kebisingan yang
berpotensi mempengaruhi kenyamanan dan kesehatan terutama berasal dari
kegiatan operasional peralatan pabrik, sedangkan operator merupakan
komponen lingkungan yang terkena pengaruh yang diakibatkan adanya
peningkatan kebisingan (Sasongko, dkk, 2000).
Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No 51/Men/1999, Nilai
Ambang Batas (NAB) kebisingan sebesar 85 dB (A) untuk pemaparan 8 jam
sehari dan 40 jam seminggu. Seseorang hanya boleh bekerja selama 8 jam di
tempat dengan intensitas kebisingan 85 dBA. Kryter (1985) dalam Stanfeld
(2003) menyebutkan paparan kontinyu pada 85-90 dbA terutama bila melebihi
waktu paparan di industri dapat menyebabkan kehilangan pendengaran secara
progresif dengan meningkatnya sensitifitas ambang pendengaran. Kehilangan
pendengaran dapat dikategorikan menjadi trauma akustik, kehilangan
pendengaran sementara dan permanen (Melamed; Fried; Froom 2001).
Kebisingan juga menimbulkan gangguan emosional yang memicu
meningkatnya tekanan darah. Energi kebisingan yang tinggi mampu juga
menimbulkan efek visceral, seperti perubahan, frekuensi jantung, perubahan
tekanan darah dan tingkat pengeluaran keringat, dapat juga terjadi efek
psikososial dan psikomotor ringan jika seorang berada dilingkungan yang bising
(Harrington dan Gill, 2005).
Pada beberapa kasus, gangguan (annoyance) dapat memicu respon
stress, kemudian gejala dan kemungkinan terjadinya penyakit (Van Dijk 1987
dalam Stanfeld, 2003). Respon stress adalah mekanisme tiruan (coping) atau
adaptasi yang terjadi ketika otak merasakan pengalaman atau tantangan sebagai
5
ancaman.
ini berhubungan dengan pengeluaran hormon stress seperti
epinephrine, norepinephrine dan cortisol, dan perubahan pada detak jantung dan
tekanan darah (Bly, at all 2002 dalam Hastuti dkk 2005).
Atmaca (2005) meringkas dari beberapa sumber (Cheung, 2004;
Ohstrom, 1989; Finegold, 1994), menyebutkan kebisingan juga dapat
memberikan efek terhadap mental psikososial berupa gangguan (annoyance),
stress, marah, dan kesulitan istirahat dan persepsi, selain dampak pada sistem
pendengaran, kebisingan juga menyebabkan gangguan pada fungsi fisiologis
lainnya seperti peningkatan tekanan darah, peningkatan denyut jantung, gerak
refleks otot, dan gangguan tidur yang juga dianggap sebagai efek psikologis.
Aktivitas pada industri bordir tidak dapat dipisahkan dari bising.
Kecamatan Kawalu merupakan industri Bordir terbesar di Kota Tasikmalaya,
survey di Kelurahan Tanjung memiliki industri bordir terbanyak yaitu 179
Industri Bordir dengan rata rata pekerja 2-3 orang pekerja (Profil Kecamatan
Kawalu, 2015). Data awal yang dikumpulkan dari 10 pekerja di beberapa
industri bordir di Kelurahan Tanjung Kecamatan Kawalu, diperoleh 7 dari 10
mengalami gejala Hipertensi dengan gejala yang dirasakan pekerja meliputi :
pusing 80%, pandangan mata menjadi kabur atau tidak jelas 50%, nafas pendek
40%, sulit berkonsentrasi 70%, cepat lelah 40% dan mudah marah 50%. Secara
obyektif juga dilakukan pengukuran tekanan darah didapatkan hasil sebanyak
70% pekerja memiliki tekanan darah 140/100 mmHg yang merupakan indikasi
tekanan darah tinggi.
Perkembangan saat ini, sebagian kegiatan bordir beralih menggunakan
mesin bordir (komputerize) yang meghasilkan intensitas suara lebih besar
dibanding mesin bordir manual. Hasil pengukuran intensitas bising diperoleh
kisaran bising dari bordir komputerize adalah 88,3 db sampai 91,4 db.
Sedangkan biisng pada bordir mannual berkisar antara 75,3 db sampai 78,2 db.
Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis tertarik untuk meneliti analisis
dampak paparan kebisingan terhadap stress kerja dan tekanan darah pengrajin
bordir di Tasikmalaya.
1.2 Perumusan masalah/ Identifikasi Masalah
a. Bagaimana gambaran kebisingan di lingkungan kerja bordir?
6
b. Bagaimana gambaran stress kerja pengrajin bordir ?
c. Bagaimana gambaran tekanan darah pengrajin bordir ?
d. Adakah korelasi paparan kebisingan terhadap stress kerja pengrajin bordir?
e. Adakah korelasi paparan kebisingan terhadap tekanan darah pengrajin
bordir ?
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
a. Kebisingan di Tempat Kerja
Kebisingan didefiniskan sebagai suara yang tidak diinginkan atau tidak
menyenangkan di lingkungan yang bersumber dari aktifitas manusia yang
merusak atau berbahaya pada kualitas hidup manusia (Gupta, 2011). Bising
adalah bunyi yang ditimbulkan oleh gelombang suara dengan intensitas dan
frekuensi yang tidak menentu. Di sektor industri, bising berarti bunyi yang
sangat mengganggu dan menjengkelkan serta sangat membuang energi
(Harrianto, 2012:130). Kebisingan juga dapat diartikan bunyi yang tidak
diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan
(KepMenLH No.48 Tahun 1996).
Menurut Sasongko, dkk (2000:11), sumber kebisingan diberbagai
perindustrian dan tempat kerja dapat berasal dari mesin-mesin produksi, mesin
kompresor, genset atau mesin diesel. Selain itu dapat juga berasal dari
percakapan para pekerja dilingkungan industri tersebut. Reaksi orang terhadap
kebisingan tergantung beberapa faktor, salah satunya adalah interaksi
kebisingan dengan sumber bising.
Sementara kebisingan dari segi jenisnya dikategorikan menjadi
kebisingan kontinyu atau terus- menerus, kebisingan intermitten (terputusputus) dan kebisingan impulsif yang datang tiba-tiba dengan suara sangat keras.
Jenis kebisingan akan berkaitan dengan dampak yang terjadi. Paparan melebihi
ambang batas yang terjadi secara terus lebih berbahaya dari pada paparan bising
yan terjadi secara terputus-putus. Paparan kebisingan yang intermitten
(terputus) memiliki bahaya yan lebih rendah dari pada paparan kebisingan yang
menetap (steady noise). Sedangkan paparan kebisingan dengan jenis impulsif
dapat menyebabkan kerusakan secara langsung pada organ pendengaran dan
bersifat permanen (NIOSH, 1973).
Intensitas kebisingan menggambarkan berapa tingkat kuatnya suara
yang terukur. Pengukuran intensitas kebisingan pada lingkungan menggunakan
8
alat sound level meter. Sedangkan alat ukur dosimeter digunakan untuk
menggambarkan besarnya paparan kebisingan yang diterima oleh pekerja
selama waktu kerjanya. Jenis pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui
rerata intensitas suara yang diterima oleh pekerja selama jam kerja. Pada jenis
pengukuran ini digunakan alat “Dosimeter” (Tarwaka, dkk, 2004:39).
b. Faktor yang mempengaruhi pemaparan kebisingan
Beberapa faktor kebisingan yang memepengaruhi tidur adalah tingkat
kebisingan, fluktuasi, banyaknya paparan, jenis bising, waktu atau durasi
paparan (Gupta, 2011). NIOSH (1973) menyebutkan bahwa kebisingan dengan
frekuensi tinggi lebih berbahaya dari pada kebisingan frekuensi rendah.
Kryter (1985) dalam Stanfeld (2003) menyebutkan paparan kontinyu
pada 85-90 dbA terutama bila melebihi waktu paparan di industri dapat
menyebabkan kehilangan pendengaran secara progresif dengan meningkatnya
sensitifitas ambang pendengaran. NIOSH (1973), menyebutkan kerusakan
pendengaran oleh bising tergantung pada beberapa hal antara lain tingkat
kuatnya suara, durasi paparan, berapa kali terpapar sehari, berapa lama paparan
berulang dalam tahun, kondisi kesehatan telinga dari individu.
c. Dampak Kebisingan Terhadap Tubuh
Kebisingan tingkat tinggi dapat menyebabkan efek jangka pendek dan
jangka panjang pada pendengaran. Semakin tinggi intensitas dari kebisingan,
potensi untuk menimbulkan gangguan semakin besar. Termasuk termasuk
gangguan akibat bising seain pada pendengaran antara lain : pusing,
mengantuk, tekanan darah tinggi, stress emosional yang diikuti sakit maag,
sulit tidur, dan sakit jantung, serta kerhilangan konsentrasi (waldron, 1990;
Anies, 2004 dalam Anies, 2014)
Menurut Shahid (2013), kebisingan tidak hanya menyebabkan
gangguan pendengaran tetapi juga dapat menimbulkan gangguan fisiologis
tubuh lainnya. Efek merugikan dari kebisingan terhadap tubuh termasuk sistem
cardiovaskular. Dalam sistem ini irama jantung menjadi lebih cepat dan dilatasi
pembuluh darah. Gupta (2011), menyebutkan survey sosial menunjukkan
9
bahwa gangguan (annoyance), gangguan tidur dan masalah kardiovaskular
dipertimbangkan sebagai efek kebisingan yang paling penting (Ouis 1982;
Langdon 1976 dalam Gupta 2011).
Secara psikologis, Kebisingan akan mengganggu pembicaraan,
konsentrasi, istirahat dan tidur yang akan berakibat pada kelelahan, stress dan
perilaku negatif (Meidema, 2001).
d. Stress kerja
Abraham dan Sakkir (2002) stress kerja merupakan sindroma adaptasi
umum yang ditampilkan organisme dalam menghadapi tuntutan atau tantangan.
Lingkungan kerja akan memberikan berbagai stimulus terhadap manusia yang
ada didalamnya, stimulus ini dapat berupa kondisi fisik maupun psikososial.
Cooper, 1983 dalam Anies (2014), beberapa kondisi yang menjadi sumber stress
kerja antara lain fisik :
1 Lingkungan kerja : kondisi kerja yan gburuk menyebakan pekerja mudah
sakit, mengalami stress psikologik dan menurunkan produkstifitas kerja.
Lingkungan yang kurang nyaman seperti berisik (bising), panas, sirkulasi
udara kurang, membuat pekerja mudah stress
2 Overload beban kerja baik secara kualitatif maupun kuantitaif. Misalnya
target yang harus dipenuhi melebihi kemampuan dari pekerja, atau tipe
pekerjaan memiliki tingkat kesulitan dan kerumitan yang tinggi.
3 Deprivational stress. Yaitu pekerjaan yang tidak lagi menantang atau menarik
bagi pekerja sehingga terjadi keluhan pekerja mengalami kebosanan
danketidakpuasan.
4 Pekerjaan beresiko tinggi seperti situasi tempat kerja yang berbahaya,
misalnya di pertambangan, di lepas pantai dan lain sebagianya.
Selanjutnya manusia akan berusaha menyesuaikan dirinya baik secara
fisiologis maupun psikologis. Apabila proses penyesuaian ini tidak ‘fit’, akan
muncul berbagai reaksi yang sifatnya individual dan menimbulkan mekanisme
patogenik yang berbeda-beda.
Reaksi tubuh terhadap stimulus di lingkungan kerja dapat bersift kognitif,
berbebtuk emosi, perubahan perilaku, dan atau perubahan fisiologis. Kondisi ini
secara umum dinamakan stress, contohnya adalah tidak konsentrasi (wujud
10
kognitif), cemas (wujud emosi), merokok (wujud perilaku) dan hiperdrosis
(fisiologis) (abraham dan Sakkir, 2002). Sress akibat kerja mempunyai dampak
yang tidak diinginkan seperti memicu kecelakaan kerja, penyakit yang
berhubungan dengan pekerjaan dan kesehatan mental.
Menurut Beehr dan Newman (1978) dalam Anies (2014), gejala stress
kerja dibagi dalam tiga aspek yaitu gejala psikologis, gejala fisik dan gejala
perilaku. Gejala psikologis berupa kecemasan dan ketegangan, bingung, marah
dan mudah tersinggung, yang dipengaruhi oleh sistem hormon adrenalin dan
nor-adrenalin. Gejala fisik berupa peningkatan denyut jantung dan tekanan
darah, dada berdebar, sakit kepala, mual dan sebagainya. Sedangkan perilaku
antara lain penurunan kualitas hubungan sosial dengan sekitarnya, minum
alkohol, perubahan pola makan, peningkatan agresifitas.
Respon tubuh terhadap stress dipengaruhi oleh beberapa hal seperti
intensitas, frekuensi dan lamanya, serta ada tidaknya variabel lain yang
berinteraksi, keadaan ini dapat mencetuskan ‘precursor of desease’ yang
merupakan keadaan mal-fungsi fisik dan mental. Selain itu, faktor individu
dankarakteristik pribadi menjadi hal penting dalam mepercepat atau
menghambat terjadinya stress. Faktor manusia tersebut meliputi genetik,
demografi (umur, pendidikan, agama), tipe individu (Abraham dan Sakkir,
2002).
Selanjutnya masih menurut Anies (2014), upaya mengatasi stress kerja
dapat dilakukan mencakup tiga srtategi yaitu 1) Mengubah lingkungan kerja atau
memanipulasi sedemiakian rupa sehingga nyaman bagi pekerja. 2) Mengubah
lingkungan kerja melalui persepsi tenaga kerja misalnya dengan meyakinkan
pekerja bahwa ancaman itu tidak ada. 3) Meningkatkan daya tahan mental tenaga
kerja terhadap stress.
e. Tekanan darah
Tekanan darah adalah menunjukkan keadaan di mana tekanan yang
dikenakan oleh darah pada pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh jantung
ke seluruh anggota tubuh, dengan kata lain tekanan darah juga berarti kekuatan
yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh
11
(Guyton dan Hall, 1997). Alat ukur yang digunakan hingga sekarang dan akurat
adalah sphygmomanometer air raksa. Satuan tekanan darah standar, tekanan
darah hampir selalu dinyatakan dalam milimeter air raksa (mmHg) karena
manometer air raksa telah dipakai sebagai rujukan baku untuk pengukuran
tekanan darah (Singgih, 1995).
Tekanan darah dapat dibedakan atas 2 yaitu: (Janne Baba, 2007) yaitu :
1). Tekanan Darah Sistolik, adalah tekanan pada pembuluh darah yang lebih
besar ketika jantung berkontraksi.(Beevers,2002). Tekanan sistolik menyatakan
puncak tekanan yang dicapai selama jantung menguncup. Tekanan yang terjadi
bila otot jantung berdenyut memompa untuk mendorong darah keluar melalui
arteri. Dimana tekanan ini berkisar antara 95 - 140 mmHg. (Vitahealt, 2000).
2).Tekanan Darah Diastolik, adalah tekanan yang terjadi ketika jantung rileks di
antara tiap denyutan. (Beevers, 2002) Tekanan diastolik menyatakan tekanan
terendah selama jantung mengembang. Dimana tekanan ini berkisar antara 60 95 mmHg. (Vitahealt, 2000).
Klasifikasi tekanan darah sebagai berikut :
a.
Tekanan Darah Normal, jika tekanan darah untuk sistolik < 140 mmHg dan
diastole < 90 mmHg (Guyton dan Hill, 1997 : 219). Nilai tekanan darah
normal (dalam mmHg) : pada usia 15-20 tahun keatas = 90-120/60-80
mmHg, usia 30-40 tahun = 110-140/70-90 mmHg, dan usia 50 tahun = 120150/70-90 mmHg (Oktia Waro, 1999: 7).
b. Tekanan Darah rendah, jika tekanan darah terukur di bawah 100/60 mmHg,
tekanan sistolik <100 mmHg dan diastole < 60 mmHg (Watson, 2002:265).
c. Tekanan Darah Tinggi, jika catatatan tekanan darah untuk yang normal tetap
diatas 100/90 mmHg, tekanan sistol > 140 mmHg dan diastole > 90 mmHg
(Watson, 2002 : 265). Beberapa gejala klinis hipertensi antara lain 1).
Pusing, mudah marah, telinga berdengung, mimisan (jaringan), sukar tidur,
sesak nafas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang,
sakit kepala dan pendarahan dari hidung. 2)Terengah-engah pada waktu
latihan jasmani dengan rasa sakit pada dada yang menjalar ke rahang,
lengan, punggung, perut bagian atas. 3)Susah bernafas, sehingga merasa
lebih mudah bernapas jika tidak berbaring datar, dengan gembung pada
12
kaki, dapat menjadi tanda lain yang berkaitan dengan tekanan darah tinggi,
kegagalan jantung. 4)Sering bangun tiap malam untuk buang air kecil dan
lebih banyak, serta sering mengeluarkan urin selama siang hari (Smith,
1991)
Beberapa faktor yang mempengaruhi tekanan darah antara lain :
a. Usia. Tekanan darah cenderung meningkat seiring bertambahnya usia,
kemungkinan seseorang menderita hipertensi juga semakin besar. Pada
umumnya penderita hipertensi adalah orang-orang yang berusia 40 tahun
namun saat ini tidak menutup kemungkinan diderita oleh orang berusia
muda. Dari berbagai penelitian yang dilakukan di Indonesia menunjukan
bahwa 1.8% - 28.6 % penduduk yang berusia diatas 20 tahun adalah
penderita hipertensi. (Soeharto, 2004).
b. Aktivitas Fisik. Orang yang kurang aktivitas fisik cenderung memiliki
curah jantung yang lebih tinggi. Semakin tinggi curah jantung maka
semakin keras kerja setiap kontraksi sehingga semakin besar oksigen yang
dibutuhkan oleh sel-sel tubuh. Kurang aktivitas fisik juga risiko
meningkatkan kelebihan berat badan (Suiraoka, 2012).
c. Stres. Menurut Suyono (2004), stres dapat meningkatkan darah secara
intermiten apabila stres berlangsung lama dapat mengakibatkan
peningkatan takanan darah (Hipertensi) yang menetap. Emosi, kecemasan,
rasa takut, stres fisik dan rasa sakit dapat meningkatkan tekanan darah oleh
karena rangsangan terhadap saraf simpatis menghasilkan peningkatan
cardiac output dan vasokonstruksi arteri.
d. Obesitas. Keadaan obesitas merupakan gambaran status gizi berlebihan
yang akan meningkatkan kebutuhan metabolik dan konsumsi oksigen
secara menyeluruh sehingga curah jantung bertambah untuk memenuhi
kebutuhan metabolik yang lebih tinggi, berat badan yang semakin tinggi
akan mempunyai kecenderungan tekanan darahnya semakin tinggi juga
(Basha, 1994).
e. Merokok juga merupakan faktor risiko tekanan darah tinggi karena nikotin
menyebabkan kenaikan tekanan arteri dan denyut jantung oleh beberapa
mekanisme merangsang pelepasan epinetrin lokal dari saraf adrenergik
13
dan meningkat sekresi katekolamin dari modula adrenalis dan dari jaringan
kromafin di jantung.yaitu (Kaplan dan Norman, 1996). Menurut pendapat
Singgih (1995) nikotin dalam merokok dapat mengakibatkan jantung
berdenyut lebih cepat dan penyempitan saluransaluran nadi sehingga
menyebabkan jantung terpaksa memompa dengan lebih kuat untuk
memenuhi kebutuhan darah ke seluruh tubuh.
f. Konsumsi alkohol dalam jumlah besar dapat meningkatkan tekanan darah.
(Riyadina, 2002).
g. Kebisingan.
Pada
umumnya
kebisingan
bernada
tinggi
sangat
mengganggu, lebih-lebih yang terputus-putus / yang datangnya secara
tiba-tiba dan tidak terduga (Suma’mur, 1994:57).
2.2 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
Tipe kepribadian
Intensitas
Bising
Gangguan auditory
Beban kerja
Jenis bising
Ganguan
non-auditory
Stress kerja
Frekuensi
Durasi
Usia
Tekanan darah
Status gizi
Obesitas
Konsumsi alkohol
Aktifitas fisik
Gb. 1 kerangka pemikiran
Hipotesis :
Ada korelasi intensitas kebisingan dengan tekanan darah pengrajin bordir
Ada korelasi intensitas kebisingan dengan stress kerja pengrajin bordir
14
BAB III
3.1 Tujuan Penelitian
a. Mengukur intensitas kebisingan di lingkungan kerja bordir?
b. Mengukur tekanan darah pekerja bordir
c. Mengidentifikasi keadaan stress kerja pekerja bordir
f. Menganalisis korelasi intensitas kebisingan terhadap tekanan darah pekerja
bordir
g. Menganalisis korelasi intensitas kebisingan terhadap stress kerja pekerja
bordir?
3.2 Manfaat
a. Mendapat informasi paparan kebisingan yang diterima pekerja bordir
b. Mendapat informasi tekanan daarah pekerja
c. Mendapat informasi kejadian stress kerja
d. Menyusun rencana rekomendasi dari kondisi tempat kerja bordir
3.3 Target Luaran Penelitian
Luaran yang akan dihasilkan dari penelitian ini antara lain :
1. Publikasi dalam jurnal nasional yang mempunyai ISSN
2. Artikel ilmiah dimuat dalam prosiding seminar nasional
15
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Tahapan Penelitian
Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi :
1. Survei awal dilakukan untuk mendapatkan data gambaran kondisi fisik
lingkungan kerja meliputi pengukuran intensitas kebisingan pada beberapa
lokasi bordir meliputi bordir tradisional yang dikerjakan secara manual dan
bordir yang lebih modern menggunakan mesin bordir dan komputer.
Gambaran dampak kebisingan dilakukan dengan pengukuran tekanan darah
pengrajin dan kondisi stress psikologi melalui wawancara tentang keluhan
subyektif yang dialami oleh pengrajin selama mengalami pemaparan
kebisingan.
2. Penentuan populasi dan sampel
Populasi adalah semua pekerja bordir sektor informal di Kelurahan Tanjung
Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya sebanyak 520 pekerja. Sampel
adalah sebagian dari populasi yang dipilih menggunakan teknik perhitungan
dengan rumus dan diperoleh jumlah sampel sebanyak 59 orang yang
memeuhi syarat meliputi usia kurang dari 40 tahun, status gizi baik, tidak
menderita hipertensi sebelum bekerja pada industri bordir, merokok kurang
dari 10 btg/hari dan tidak mengkonsumsi alkohol.
4.2 Objek Penelitian
Objek penelitian adalah pengrajin bordir di wilayah Kel.Tanjung Kec. Kawalu
Kota Tasikmalaya, terdiri dari pengrajin bordir secara manual dan secara
komputerize.
4.3 Rancangan Penelitian
Rancangan yang akan digunakan adalah pendekatan belah lintang (cross
sectional).
4.4 Peubah yang diamati
Peubah (variabel) dalam penelitian ini meliputi Variabel bebas (Independen)
yaitu intensitas kebisingan, variabel terikat (Dependent) yaitu tekanan darah
16
dan stress kerja. Variabel pengganggu meliputi usia, status gizi, riwayat
hipertensi, kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol.
Tabel 4.1
Definisi Oprasional
Variabel
Intensitas kebisingan
Definisi Operasional
Besarnya suara yang terukur di tempat
kerja yang bersumber dari aktivitas dan
proses kerja. Alat ukur soundlevel meter
dengan satuan dBA
Untuk keperluan deskripsi data, maka
dikelompokan menjadi kategori diatas/
dibawah NAB (NAB= 85 dBA)
Sejumlah cairan darah yang melewati
pembuluh darah yang terdengar sebagai
detak pertama saat tekanan tertinggi
(sistole) dan detak kedua saat tekanan
terendah (diastole) yang terukur
menggunakan sfigmomanometer.
Untuk deskrisi data maka tekanan
darah dikategorikan sebagai berikut :
0. Tekanan darah tinggi, (tekanan
darah sistol ≥140 mmHg dan diastol
≥90 mmHg)
1. Tekanan darah rendah, (tekanan
darah sistol <140 mmHg dan diastol
<90 mmHg)
Skala
Rasio
Stress kerja
Gambaran respon tubuh terhadap faktor
paparan lingkungan. Stress diukur
menggunakan
kuesioner
yang
menggambarkan respon internal tubuh
melalui gejala fisiologi, psikologi dan
perilaku.
Untuk
deskripsi
data
dikategorikan sebagai berikut :
0. Stres berat ≥ 31
1. Stres sedang 21-30
2. Stres ringan 10-20
3. Tidak stres ≤10 (Rahmawaty,
2016)
Rasio
Masa kerja
Waktu yang telah ditempuh oleh pekerja
sejak mulai kerja sampai dilaksanakan
penelitian dalam satuan tahun
Lama waktu terpapar oleh bising dalam
hitungan jam/hari
Rasio
Tekanan darah
Durasi paparan
Rasio
Rasio
17
Status gizi
Suhu lingkungan kerja
Keadaan gizi setiap responden yang
diukur menggunakan indikator IMT
dengan satuan m/kg2
Derajat panas lingkungan yang diukur
menggunakan thermohyrometer dalam
satuan derajat celcius
Rasio
Rasio
4.5 Teknik Pengumpulan Data
a. Jenis Data
Data yang dikumpulkan meliputi data primer variabel penelitian dan data
sekunder meliputi kegiatan di tempat kerja.
b. Instrumen penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian antara lain :
1) Soundlevel meter untuk mengukur intensitas kebisingan di area
kerja dengan satuan dbA
2) Thermohyrometer untuk mengukur suhu lingkungan kerja
3) Sfigmomanometer untuk mengukur tekanan darah pengrajin bordir
dengan satuan mmhg
4) Quesioner untuk mengidentifkasi stress kerja pengrajin bordir.
a. Prosedur Pengumpulan data
1. Data intensitas kebisingan diukur di tempat kerja pada saat pekerja
melakukan aktivitas bordir. Pengukuran dilakukan pada beberapa titik
dalam ruangan kemudian dihitung rata-ratanya. Prosedur meliputi
menentukan
titik
pengukuran
pada
ruang
kerja
kemudian
menghidupkan tombol power, arahkan sensor penangkap suara ke
sumber bising dan catat data yang tertera pada monitor sound level
meter.
2. Data Tekanan darah diukur menggunakan sfigmomanometer setelah
pekerja mengalami kontak dengan lingkungan dan melakukan aktivitas
kerja kurang lebih 4 jam. Prosedur pengukuran dengan cara
mengikatkan manset pada lengan kemudian memompa udara ke manset,
catat detak yang pertama kali terdengar sebagai tekanan sistole dan
detak yang terdengar kedua sebagai tekanan diastole.
18
3. Data stress diukur menggunakan quesioner stress kerja yang valid.
4. Data status gizi diperoleh dengan menghitung perbandingan berat badan
dalam kg dengan tinggi badan dalam meter kuadrat. Berat badan diukur
dengan timbangan dalam keadaan berdiri tanpa benda yang meberatkan
tubuh,
dan tinggi badan diukur pada posisi berdiri tegak dengan
microtoise dalam keadaan tanpa menggunakan alas kaki.
5. Data intensitas pencahayaan diukur dengan alat lux meter. Prosedur
meliputi menentukan titik pengukuran pada area kerja lokal.
Menghidupkan tombol power, letakan sensor penangkap cahaya pada
area kerja dan catat data yang tertera pada monitor lux meter.
4.6 Analisis Data
a. Analisis Univariat, digunakan dengan cara menjabarkan secara deskriftif
untuk melihat distribusi dari variabel-variabel yang diteliti baik variabel
terikat maupun variabel bebas dengan cara membuat table distribusi dan
melakukan penghitungan nilai-nilai statistik.
b. Analisis Bivariat. Tujuan analisis ini adalah untuk mengetahui pengaruh
intensitas kebisingan terhadap tekanan darah dan menganalisis pengaruh
intensitas kebisingan terhadap stress kerja. Tingkat kemaknaan yang
digunakan CI 95% dengan alpha 0,05.
19
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden
1. Deskripsi umur responden
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur pada pekerja
Bordir di Kelurahan Tanjung Kecamatan KawaluKota
Tasikmalaya Tahun 2017
Statistik
Frekuensi
Max
39
Min
20
Mean
26,76
Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa responden yang
berumur paling muda adalah umur 20 tahun, responden yang berumur
paling tua adalah umur 39 tahun, rata-rata umur responden adalah 26,76
tahun.
2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin dapat
dilihat pada tabel 4.2 berikut :
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Pada Pekerja Bordir Kelurahan Tanjung Kecamatan
Kawalu Kota Tasikmalaya Tahun 2017
Frekuensi
No
Jenis Kelamin
N
Persentase (%)
1
Laki-Laki
41
69,5
2
Perempuan
18
30,5
Jumlah
59
100
Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa responden laki-laki lebih
banyak yaitu 41 orang responden (69,5%), dibandingkan responden
perempuan yaitu 18 orang responden (30,5%).
20
3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lama Kerja Perhari
Distribusi frekuensi responden berdasarkan lama kerja perhari
dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut :
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Kerja
Perhari Pada Pekerja Bordir Kelurahan Tanjung Kecamatan
Kawalu Kota Tasikmalaya Tahun 2017
Frekuensi
Lama kerja
No
perhari
N
Persentase (%)
1
12 jam
31
52,5
2
8 jam
28
47,5
Jumlah
59
100
Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui bahwa responden yang bekerja 12
jam perhari lebih banyak yaitu 31 orang responden (52,5%), dibandingkan
responden yang bekerja 8 jam perhari yaitu 28 orang responden (47,5%).
B. Deskripsi Variabel Penelitian
1. Deskripsi Intensitas Bising
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Intensitas Bising
Pada Pekerja Bordir di Kelurahan Tanjung Kecamatan Kawalu
Kota Tasikmalaya Tahun 2017
Statistik
Frekuensi
Max
90,0
Min
80,1
Mean
85,62
Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui bahwa intensitas kebisingan
yang paling tinggi intensitasnya adalah 90,0 dBA, intensitas yang
paling rendah adalah 80,1 dBA, rata-rata intensitas kebisingan adalah
85,62 dBA.
21
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Intensitas
kebisingan Pada Pekerja Bordir di Kelurahan Tanjung Kecamatan
Kawalu Kota Tasikmalaya Tahun 2017
No Kebisingan
f
%
1.
>NAB
34
57,6
2.
≤NAB
25
42,4
59
100,0
Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa sebbagian besar
responden terpapar kebisingan dengan intensitas yang lebih dari NAB
sebanyak 57,6 %.
2. Deskripsi Tekanan Darah
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tekanan Darah
Pada Pekerja Bordir di Kelurahan Tanjung Kecamatan
Kawalu Kota Tasikmalaya Tahun 2017
Kategori tekanan darah
Statistik
Sistol
Diastol
Max
160
100
Min
100
70
Mean
128,31
81,53
Berdasarkan Tabel 4.6 diketahui rata-rata tekanan darah sistol
128,31 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastol 81,53 mmHg
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan kategori
Tekanan Darah Pekerja Bordir di Kelurahan Tanjung
Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya Tahun 2016
No Kategori Tekanan Darah menurut sistol F
%
1.
Tekanan darah tinggi (> 140 mmhg)
23
39,0
2.
Tekanan darah normal (< 140 mmgh)
36
61,0
Jumlah
59
100
Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa sebagian besar responden
termasuk dalam kategori tekanan darah normal sebanyak 61,0 %.
22
3. Deskripsi Stres Kerja
Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Gejala Stres Aspek Emosional Pada Pekerja
Bordir di Kelurahan Tanjung Kecamatan Kawalu Kota
Tasikmalaya Tahun 2017
Frekuensi
Tidak
KadangSering
Gejala Stres aspek
Pernah
kadang
emosional
N
%
N
%
N
%
1
Lemas/takut/panik
7
11,9 35
59,3 17
28,8
2
Cepat marah dan
19 32,2 24
40,7 16
27,1
sering murung
3
Emosi yang
26 44,1 22
37,3 11
18,6
berlebihan
4
Tertawa gelisah
14 23,7 33
55,9 12
20,3
5
Merasa tidak berdaya 23 39,0 31
52,5 5
8,5
6
Selalu mengkritik
32 54,2 21
35,6 6
10,2
diri sendiri dan orang
lain
7
Mudah tersinggung
24 40,7 24
40,7 11
18,6
8
Merasa diabaikan
27 45,8 19
32,2 13
22,0
9
Letih/lelah mental
8
13,6 34
28,8
57,6 17
Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Gejala Stres Aspek Perilaku sosial Pada
Pekerja Bordir di Kelurahan Tanjung Kecamatan Kawalu Kota
Tasikmalaya Tahun 2017
Frekuensi
Tidak
KadangSering
Gejala Stres aspek
Pernah
kadang
perilaku
N
%
N
%
N
%
1
Menurun gairah
8
13,6 35
59,3 16
27,1
(tidak semangat)
2
Gangguan tidur
11 18,6 24
40,7 24
40,7
3
Kecenderungan
27 45,8 23
39,0 9
15,3
menyendiri
4
Sering absen
23 39,0 34
57,6 2
3,4
ditempat kerja
5
Mudah mendapat
39 66,1 19
32,2 1
1,7
kecelakaan
6
Sering berlaku
39 66,1 20
33,9 0
0
agresif
23
Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Gejala Stres Aspek fisiologis Pada Pekerja
Bordir di Kelurahan Tanjung Kecamatan Kawalu Kota
Tasikmalaya Tahun 2017
Frekuensi
Tidak
KadangSering
Gejala
Stres
aspek
Pernah
kadang
fisiologia
N
%
N
%
N
%
1
Sakit kepala, pusing,
22 37,3 29
49,2 8
13,6
pening
2
Jantung berdebar
9
15,3 30
50,8 20
33,9
3
diare/gangguan BAK
27 45,8 21
35,6 11
18,6
4
Tenggorokan kering
35 59,3 18
30,5 6
10,2
5
Sering buang air kecil
24 40,7 24
40,7 11
18,6
6
Perubahan pola makan
24 40,7 20
33,9 15
25,4
7
Mudah kaget
20 33,9 27
45,8 12
20,3
8
Gatal-gatal/ gangguan
23 39,0 23
39,0 13
22,0
kulit
9
Tegang otot leher
5
8,5
27
45,8 27
45,8
10 Mudah berkeringat
3
5,1
34
57,6 22
37,3
banyak
Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi kategori tingkat Stres Kerja Pada Pekerja
Bordir di Kelurahan Tanjung Kecamatan Kawalu Kota
Tasikmalaya Tahun 2017
No Kategori stress kerja
f
%
1.
Stress tingkat berat
5
8,5
2.
Stress tingkt sedang
25
42,4
3.
Stress tingkat ringan
28
47,5
4.
Tidak stress
1
1,7
Jumlah
59
100,0
4. Analisis hubungan paparan kebisingan dengan tekanan darah
Tabel 4.12. Tabulasi silang hubungan paparan kebisingan dengan tekanan
darah pekerja bordir di Kelurahan Tanjung Kecamatan Kawalu
Kota Tasikmalaya Tahun 2017
Tekanan darah
Total
Paparan kebisingan
Tinggi
Normal
Kebisingan > NAB
21
13
34
61,8 %
38,2 %
100,0 %
Kebisingan < NAB
2
23
25
8,0 %
92,0 %
100,0 %
Jumlah
23
36
59
39,0 %
61,0 %
100,0 %
P value 0,0001 OR 18,577 CI 95 % (3,743 – 92, 190)
24
5. Analisis hubungan paparan kebisingan dengan stress kerja
BAB VI
RENCANA TINDAK LANJUT
Rencana tindakan selanjutnya adalah :
a. Melakukan analisis data dan uji statistik
b. Menyusun pembahasan data
c. Menyusun laporan dan artikel final
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Paparan bisinng dengan intensitas yang tinggi dihasilkan dari bordir menggunakan
mesin komputer. Sebanyak 39 % responden memiliki tekanan darah yang termasuk
kategori tinggi. Gejala stress kerja di tunjukkan dalam aspek emosional, aspek
perilaku dan fisiologis.
25
DAFTAR PUSTAKA
Abraham dan Sakkir. 2002. Penanganan Kesehatan Jiwa di Tempat Kerja. Penerbit
Yayasan Pembangunan Indonesia Sehat. Jakarta
Anies. 2014. Kedokteran Okupasi. Ar-Ruzz Media. Yogyakarta.
Atmaca, E; Peker, I; Altin, A. 2005. Industrial Noise and Its Effects on Human.
Polish Journal of Environmental Studies Vol. 14, No 6, 721-726
Babba, Janni. 2007. Hubungan Intensitas Kebisingan Lingkungan Kerja dengan
Peningkatan Tekanan Darah (Penelitian pada Karyawan PT. Semen
Tonasa di Kabupaten Pankep Sulawesi Selatan [Tesis]). Universitas
Diponorogo. Semarang.
Beevers. 2002. Tekanan Darah. Jakarta : Dian Rakyat
Dwi P. Sasongko, dkk. 2000. Kebisingan lingkungan. Badan Penerbit Universitas
Diponorogo, Semarang
Gupta, Srimanta; Gathak, Citralekha. 2011. Environmental Noise Assesment and
Its Effect on Human Health in Urban urban Area. International Journal of
Environment Science. Vol 1 No 7.
Guyton A. C., Hall J. E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta :
EGC
Harrington, J. M., dan Gill, F.S. 2003. Buku Saku Kesehatan Kerja. Jakarta : EGC
Hastuti, Eny; Setiani, Onny; Nurjazuli. 2005. Faktor-faktor Risiko Kenaikan
Tekanan Darah pada Pekerja yang Terpajan Kebisingan di Bandara Ahmad
Yani Semarang. J Kesehatan Lingkungan Indonesia. Vol 4 no 2.
Melamed, Samuel; Fried, Yitzhak; Froo, Paul. 2001. The Interactive Effect of
Chronic Exposure to Noise and Job Complexity on Change in Blood
Pressure and Job Satisfaction: A Longitudinal Study of Industrial
Employees. Journal of Occupational Health Psychology. Vol 6 no 3. 182195
NIOSH. 1997. The Industrial Environment- Its Evaluation and Control. U.S
Departement of Health and Human Services. Washington DC.
Shahid, muhammad Attique Khan; Bashir,
Huma. 2013. Psychological and
Physiological Effects of Noise Pollution on The Residents of Major Cities
26
of Punjab (Pakistan). Peak Journal of Physical and Environment Science
Research. Vo 1 (4). Pp 41-50.
Soeharto, Imam. 2004. Serangan Jantung dan Sroke Hubungannya dengan Lemak
dan Kolesterol. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Stanfeld, Stephen ; Matheson, Mark. 2003. Noise Pollutin : No-Auditory Effect On
Health. British Medical Bulletin. 68: 243-257
Suiraoka, IP. 2012. Penyakit Degeneratif Mengenal Mencegah dan mengurangi
faktor resiko. Yogyakarta : NuhaMedika
Suma’mur, P.K. 1996. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT.
Tok0 Gunung Agung
Suyono, Slamet. 2004. Buku Ajar Penyakit dalam Jilid II FKUI. Jakarta : Balai
Pustaka
Tawarka, S., dkk. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan Kesehatan Kerja dan
Produktivitas. Surakarta UNIBA pers
Vitahealth. 2000. Heperkes. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Watson, roger. 2002. Anatomi dan fisiologi untuk perawat edisi 10. Jakarta : EGC
27
Draft jurnal
ANALISIS DAMPAK PAPARAN KEBISINGAN TERHADAP
TEKANAN DARAH PENGRAJIN BORDIR
Sri Maywati dan Lilik Hidayanti
ABSTRAK
Kebisingan merupakan kondisi lingkungan berupa suara yang tidak menyenangkan
yang mengganggu manusia secara fisik maupun psikologis. Energi kebisingan yang
tinggi mampu juga menimbulkan efek visceral, seperti perubahan, frekuensi
jantung, perubahan tekanan darah dan tingkat pengeluaran keringat. Tujuan
penelitian adalah untuk menganalisis dampak paparan kebisingan terhadap tekanan
darah pengrajin bordir. Sampel sebanyak 59 orang yang memenuhi syarat dipilih
sesuai kriteria dari populasi sebanyak 520 orang. Data dianalisis menggunakan uji
chi square pada alpha 0,05. Data menunjukkan intensitas paparan kebisingan diatas
NAB (>85 db) sebanyak 57,6%. Responden yang memiliki kategori tekanan darah
tinggi (sistole > 140 mmhg) sebanyak 39,0 %. Analisis tabulasi silang menunjukkan
ada hubungan signifikan antara paparan kebisingan dengan tekanan darah (p
0,0001) dengan OR sebesar 18,01. Disarankan kepada pengrajin bordir untuk
mengontrol tekanan darah secara rutin dan meningkatkan aktifitas fisik yang sehat
dengan berolahraga.
ABSTRACT
Noise is unhappy environmental condition that causing human phisicaly and
pshiclogy annoyance. The high noise energy can cause vicerall effect like heart
rate and sweat. The goal of the research is analysis noise effect to heart rate of
bordery worker. Sampel as 59 are chosen from 520 . the analysis using chi square
test. Data shown noise exposure 57,6% are excessive from TLV 85 db. The
respondent have sistole’s heart rate over 140 are 39,0%. Analysis data shown there
is significantly correlation among noise exposure with heart rate with p 0,0001 and
OR 18,01. The advise for worker to routine controlling heart rate and phisically
activity by sport.
PENDAHULUAN
Salah satu bahaya yang diakibatkan oleh proses pekerjaan di suatu
industri adalah kebisingan. Kebisingan merupakan kondisi lingkungan berupa
suara yang tidak menyenangkan yang mengganggu manusia secara fisik maupun
psikologis (Melnick 1979 dalam Atmaca, 2005). Gangguan kebisingan yang
berpotensi mempengaruhi kenyamanan dan kesehatan terutama berasal dari
kegiatan operasional peralatan pabrik, sedangkan operator merupakan
komponen lingkungan yang terkena pengaruh yang diakibatkan adanya
peningkatan kebisingan (Sasongko, dkk, 2000).
28
Kebisingan juga menimbulkan gangguan emosional yang memicu
meningkatnya tekanan darah. Energi kebisingan yang tinggi mampu juga
menimbulkan efek visceral, seperti perubahan, frekuensi jantung, perubahan
tekanan darah dan tingkat pengeluaran keringat, dapat juga terjadi efek
psikososial dan psikomotor ringan jika seorang berada dilingkungan yang bising
(Harrington dan Gill, 2005).
Atmaca (2005) meringkas dari beberapa sumber (Cheung, 2004;
Ohstrom, 1989; Finegold, 1994), menyebutkan kebisingan juga dapat
memberikan efek terhadap mental psikososial berupa gangguan (annoyance),
stress, marah, dan kesulitan istirahat dan persepsi, selain dampak pada sistem
pendengaran, kebisingan juga menyebabkan gangguan pada fungsi fisiologis
lainnya seperti peningkatan tekanan darah, peningkatan denyut jantung, gerak
refleks otot, dan gangguan tidur yang juga dianggap sebagai efek psikologis.
Aktivitas pada industri bordir tidak dapat dipisahkan dari bising. Data
awal yang dikumpulkan dari 10 pekerja di beberapa industri bordir di Kelurahan
Tanjung Kecamatan Kawalu, diperoleh 7 dari 10 mengalami gejala Hipertensi
dengan gejala yang dirasakan pekerja meliputi : pusing 80%, pandangan mata
menjadi kabur atau tidak jelas 50%, nafas pendek 40%, sulit berkonsentrasi 70%,
cepat lelah 40% dan mudah marah 50%. Secara obyektif juga dilakukan
pengukuran tekanan darah didapatkan hasil sebanyak 70% pekerja memiliki
tekanan darah 140/100 mmHg yang merupakan indikasi tekanan darah tinggi.
Perkembangan saat ini, sebagian kegiatan bordir beralih menggunakan
mesin bordir (komputerize) yang meghasilkan intensitas suara lebih besar
dibanding mesin bordir manual. Hasil pengukuran intensitas bising diperoleh
kisaran bising dari bordir komputerize adalah 88,3 db sampai 91,4 db.
Sedangkan biisng pada bordir mannual berkisar antara 75,3 db sampai 78,2 db.
Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis tertarik untuk meneliti analisis dampak
paparan kebisingan terhadap tekanan darah pengrajin bordir di Tasikmalaya.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan pada tahun 2017 dengan menggunakan metode survei
dan pendekatan cross sectional. Populasi adalah pengrajin bordir di kelurahan
29
Tanjung kecamatan Kawalu yang terdiri dari bordir manual dan bordir komputer.
Sampel diambil secara acak sebanyak 59 orang dari 520 populasi yang telah
memenuhi syarat sampel meliputi usia kurang dari 40 tahun, status gizi baik, tidak
menderita hipertensi sebelum bekerja pada industri bordir, merokok kurang dari 10
btg/hari dan tidak mengkonsumsi alkohol.
Variabel bebas intensitas kebisingan adalah Besarnya suara yang terukur
di tempat kerja yang bersumber dari aktivitas dan proses kerja. Alat ukur soundlevel
meter dengan satuan dBA. Pengukuran dilakukan pada beberapa titik dalam
ruangan kemudian dihitung rata-ratanya.Variabel terikat adalah tekanan darah
pengrajin bordir yang merupakan Sejumlah cairan darah yang melewati pembuluh
darah yang terdengar sebagai detak pertama saat tekanan tertinggi (sistole) dan
detak kedua saat tekanan terendah (diastole) yang terukur menggunakan
sfigmomanometer setelah pekerja mengalami kontak dengan lingkungan dan
melakukan aktivitas kerja kurang lebih 4 jam.
Data yang terkumpul dianalisis secara univariat dan bivariat. Analisis
menggunakan uji statistik pearson pada tingkat error alpha 0,05.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Deskripsi umur responden
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur pada pekerja
Bordir di Kelurahan Tanjung Kecamatan KawaluKota
Tasikmalaya Tahun 2017
Statistik
Frekuensi
Max
39
Min
20
Mean
26,76
Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa responden yang
berumur paling muda adalah umur 20 tahun, responden yang berumur
paling tua adalah umur 39 tahun, rata-rata umur responden adalah 26,76
tahun.
30
4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin dapat
dilihat pada tabel 4.2 berikut :
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Pada Pekerja Bordir Kelurahan Tanjung Kecamatan
Kawalu Kota Tasikmalaya Tahun 2017
No
Jenis Kelamin
N
Persentase (%)
1
Laki-laki
41
69,5
2
Perempuan
18
30,5
Jumlah
59
100
Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa responden laki-laki lebih
banyak yaitu 41 orang responden (69,5%), dibandingkan responden
perempuan yaitu 18 orang responden (30,5%).
5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lama Kerja Perhari
Distribusi frekuensi responden berdasarkan lama kerja perhari
dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut :
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Kerja
Perhari Pada Pekerja Bordir Kelurahan Tanjung Kecamatan
Kawalu Kota Tasikmalaya Tahun 2017
Lama kerja
No
N
Persentase (%)
perhari
1
12 jam
31
52,5
2
8 jam
28
47,5
Jumlah
59
100
Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui bahwa responden yang bekerja 12
jam perhari lebih banyak yaitu 31 orang responden (52,5%), dibandingkan
responden yang bekerja 8 jam perhari yaitu 28 orang responden (47,5%).
31
1. Deskripsi Intensitas Bising
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Intensitas Bising
Pada Pekerja Bordir di Kelurahan Tanjung Kecamatan Kawalu
Kota Tasikmalaya Tahun 2017
Statistik
Frekuensi
Max
90,0
Min
80,1
Mean
85,62
Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui bahwa intensitas kebisingan
yang paling tinggi intensitasnya adalah 90,0 dBA, intensitas yang
paling rendah adalah 80,1 dBA, rata-rata intensitas kebisingan adalah
85,62 dBA.
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Intensitas
kebisingan Pada Pekerja Bordir di Kelurahan Tanjung Kecamatan
Kawalu Kota Tasikmalaya Tahun 2017
No Kebisingan
f
%
1.
>NAB
34
57,6
2.
≤NAB
25
42,4
59
100,0
Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa sebbagian besar
responden terpapar kebisingan dengan intensitas yang lebih dari NAB
sebanyak 57,6 %.
2. Deskripsi Tekanan Darah
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tekanan Darah
Pada Pekerja Bordir di Kelurahan Tanjung Kecamatan
Kawalu Kota Tasikmalaya Tahun 2017
Kategori tekanan darah
Statistik
Sistol
Diastol
Max
160
100
Min
100
70
Mean
128,31
81,53
Berdasarkan Tabel 4.6 diketahui rata-rata tekanan darah sistol
128,31 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastol 81,53 mmHg
32
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan kategori
Tekanan Darah Pekerja Bordir di Kelurahan Tanjung
Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya Tahun 2016
No Kategori Tekanan Darah menurut sistol F
%
1.
Tekanan darah tinggi (> 140 mmhg)
23
39,0
2.
Tekanan darah normal (< 140 mmgh)
36
61,0
Jumlah
59
100
Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa sebagian besar responden
termasuk dalam kategori tekanan darah normal sebanyak 61,0 %.
Tabel 4.8. Tabulasi silang hubungan paparan kebisingan dengan tekanan darah
pekerja bordir di Kelurahan Tanjung Kecamatan Kawalu Kota
Tasikmalaya Tahun 2017
Tekanan darah
Total
Paparan kebisingan
Tinggi
Normal
Kebisingan > NAB
21
13
34
61,8 %
38,2 %
100,0 %
Kebisingan < NAB
2
23
25
8,0 %
92,0 %
100,0 %
Jumlah
23
36
59
39,0 %
61,0 %
100,0 %
P value 0,0001 OR 18,577 CI 95 % (3,743 – 92, 190)
Pembahasan
Intensitas kebisingan menggambarkan berapa tingkat kuatnya suara
yang terukur. Pengukuran intensitas kebisingan pada lingkungan menggunakan
alat sound level meter. Sedangkan alat ukur dosimeter digunakan untuk
menggambarkan besarnya paparan kebisingan yang diterima oleh pekerja
selama waktu kerjanya. Jenis pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui
rerata intensitas suara yang diterima oleh pekerja selama jam kerja. Pada jenis
pengukuran ini digunakan alat “Dosimeter” (Tarwaka, dkk, 2004:39).
Beberapa faktor kebisingan yang memepengaruhi tidur adalah tingkat
kebisingan, fluktuasi, banyaknya paparan, jenis bising, waktu atau durasi
paparan (Gupta, 2011). NIOSH (1973) menyebutkan bahwa kebisingan dengan
frekuensi tinggi lebih berbahaya dari pada kebisingan frekuensi rendah.
Kebisingan tingkat tinggi dapat menyebabkan efek jangka pendek dan
jangka panjang pada pendengaran. Semakin tinggi intensitas dari kebisingan,
33
potensi untuk menimbulkan gangguan semakin besar. Termasuk termasuk
gangguan akibat bising seain pada pendengaran antara lain : pusing,
mengantuk, tekanan darah tinggi, stress emosional yang diikuti sakit maag,
sulit tidur, dan sakit jantung, serta kerhilangan konsentrasi (waldron, 1990;
Anies, 2004 dalam Anies, 2014)
Menurut Shahid (2013), kebisingan tidak hanya menyebabkan
gangguan pendengaran tetapi juga dapat menimbulkan gangguan fisiologis
tubuh lainnya. Efek merugikan dari kebisingan terhadap tubuh termasuk sistem
cardiovaskular. Dalam sistem ini irama jantung menjadi lebih cepat dan dilatasi
pembuluh darah. Gupta (2011), menyebutkan survey sosial menunjukkan
bahwa gangguan (annoyance), gangguan tidur dan masalah kardiovaskular
dipertimbangkan sebagai efek kebisingan yang paling penting (Ouis 1982;
Langdon 1976 dalam Gupta 2011).
Kaitan paparan kebisingan terhadap tekanan darah antara lain karena
pada umumnya kebisingan bernada tinggi sangat mengganggu, lebih-lebih
yang terputus-putus / yang datangnya secara tiba-tiba dan tidak terduga
(Suma’mur, 1994:57).
DAFTAR PUSTAKA
Anies. 2014. Kedokteran Okupasi. Ar-Ruzz Media. Yogyakarta.
Atmaca, E; Peker, I; Altin, A. 2005. Industrial Noise and Its Effects on Human.
Polish Journal of Environmental Studies Vol. 14, No 6, 721-726
Babba, Janni. 2007. Hubungan Intensitas Kebisingan Lingkungan Kerja dengan
Peningkatan Tekanan Darah (Penelitian pada Karyawan PT. Semen
Tonasa di Kabupaten Pankep Sulawesi Selatan [Tesis]). Universitas
Diponorogo. Semarang.
Beevers. 2002. Tekanan Darah. Jakarta : Dian Rakyat
34
Dwi P. Sasongko, dkk. 2000. Kebisingan lingkungan. Badan Penerbit Universitas
Diponorogo, Semarang
Gupta, Srimanta; Gathak, Citralekha. 2011. Environmental Noise Assesment and
Its Effect on Human Health in Urban urban Area. International Journal of
Environment Science. Vol 1 No 7.
Harrington, J. M., dan Gill, F.S. 2003. Buku Saku Kesehatan Kerja. Jakarta : EGC
Hastuti, Eny; Setiani, Onny; Nurjazuli. 2005. Faktor-faktor Risiko Kenaikan
Tekanan Darah pada Pekerja yang Terpajan Kebisingan di Bandara Ahmad
Yani Semarang. J Kesehatan Lingkungan Indonesia. Vol 4 no 2.
Melamed, Samuel; Fried, Yitzhak; Froo, Paul. 2001. The Interactive Effect of
Chronic Exposure to Noise and Job Complexity on Change in Blood
Pressure and Job Satisfaction: A Longitudinal Study of Industrial
Employees. Journal of Occupational Health Psychology. Vol 6 no 3. 182195
Suma’mur, P.K. 1996. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT.
Tok0 Gunung Agung
Tawarka, S., dkk. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan Kesehatan Kerja dan
Produktivitas. Surakarta UNIBA pers
35
Download