BAB II TINJAUAN PUSTAKA Topik inti dalam penilitian ini adalah penentuan dan perancangan pembiayaan kerjasama operasi. Agar analisis yang dilakukan terhadap permasalahan-permasalahan dapat dilakukan secara mendalam, diperlukan grand theory ataupun tinjauan pustaka yang tepat; Tinjauan pustaka yang menjadi dasar teori dalam penyelesaian penelitian ini antara lain mencakup teori mengenai aset, investasi, keuangan, kerjasama operasi (KSO), studi kelayakan, risiko, dan landasan normatif. Berikut adalah gambaran mengenai teori-teori yang digunakan: Penelitian terdahulu; Used it to develop evaluation criteria and assign rating to vendors, Application with Benefits, Opportunities, Cost and Risks. Pembiayaan Investasi Output penelitian Informasi bagi Perusahaan • Sebagai dasar acuan teori & normatif KSO yang akan dilakukan Keuangan Analytical Hierarchy Process Indikator terpenting dalam investasi Metode pengambilan keputusan dari beberapa alternatif pembiayaan Modal alat analisis investasi Studi Kelayakan Alat analisis kelayakan investasi Mengkaji 6 (enam) aspek Kerjasama Operasi Bentuk investasi yang akan dilakukan Acuan proyeksi dan skema investasi Sumber: Hasil olah data penulis 2012 Gambar 2.1 Tinjauan Pustaka 12 Penggunaan landasan teori tersebut bertujuan agar penelitian yang dilakukan didukung oleh landasan-landasan teori yang sesuai, sehingga diperoleh alat analisis yang dapat membuahkan hasil yang optimal. Oleh karena itu, diharapkan dengan kesesuaian tersebut, akan memperlihatkan alur benang merah penelitian dengan jelas dan output penilitian yang dihasilkan sesuai dengan tujuan dan harapan penelitian. 2.1 Pembiayaan Kerjasama Operasi di Beberapa Negara Pembiayaan kerjasama operasi khususnya pabrik di beberapa negara dilaksanakan dengan melibatkan sponsor swasta, umummnya konsorsium perusahaan swasta untuk membiayai, merencanakan, membangun, mengoperasikan, dan memelihara pabrik, serta memperoleh pendapatan dari operasi pabri tersebut selama periode tertentu. Beberapa negara sudah melaksanakan kerjasama operasi dengan melibatkan peran serta swasta. Bentuk kerjasama antara satu negara dan negara lainnya dan model pembiayaan yang diterapkan memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya, tetapi pada dasarnya melibatkan peran swasta dalam porsi yang lebih besar (financial today. 2012) Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa, kerjasama operasi di beberapa sudah lumrah terjadi. Adapun pembiayaan tersebut didasarkan pada tiga konsep, yaitu penyertaan modal investasi, bantuan atau subsidi dari pemerintah, dan dana pinjaman. Tarif atupun harga produk dari kerjasama operasi dihitung untuk menutupi biaya investasi dan pengeluaran biaya operasional selama masa konsesi. 2.2 Investasi Menurut kamus besar bahasa Indonesia, investasi adalah penanaman uang atau modal di suatu Perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan. Adapun Haming dan Basamalah (2010) mendefinisikan bahwa investasi adalah keputusan mengeluarkan dana pada saat ini untuk membeli aktiva 13 riil atau aktiva keuangan, dengan tujuan untuk mendaptakan penghasilan yang lebih besar di masa yang akan datang. Dapat disimpulkan bahwa investasi adalah pengeluaran sumber daya untuk membeli aktiva riil atau keuangan, dalam mengadakan barang atau jasa modal pada saat ini, dengan tujuan untuk menghasilkan barang atau jasa dengan manfaat yang lebih besar di masa yang akan datang. 2.2.1 Kebutuhan Dana Dana investasi berdasarkan jenis penggunaannya dibedakan atas initial investment dan working capital. Inital investement adalah dana investasi yang diperlukan untuk mengadakan barang modal Haming dan Basamalah (2010). Sedangkan modal kerja (working capital) adalah dana yang diperlukan untuk membayar aktivitas operasi sesudah proyek memasuki fase operasi komersial. Berdasarkan definisi tersebut, sebuah kerjasama operasi aset pabrik sudah tentu hanya memerlukan pengeluaran operasi (working capital). Untuk menghitung kebutuhan akan modal kerja (working capital) suatu kerjasama operasi, perlu melakukan kalkulasi pada beberapa hal, adapun menurut Haming dan Basamalah (2010) bahwa faktor-faktor yang perlu diperhitungkan dalam menghitung kebutuhan modal kerja, meliputi; 1. Volume dan target pengadaan bahan baku dan bahan per tahun; 2. Perkiraan biaya tenaga kerja langsung per tahun; 3. Perkiraan biaya energi dan biaya jasa-jasa pihak ketiga per tahun; 4. Proyeksi biaya gaji dan biaya umum per tahun; 5. Biaya-biaya tunai selama satu tahun; 6. Taksiran kas minimun yang disyaratkan selalu ada; 7. Biaya pemasaran; 8. Target volume dan nilai penjualan yang dianggarkan per tahun. Dalam menghitung jumlah dana modal kerja yang dibutuhkan dalam kerjasama operasi, lebih baik didefinisikan terlebih dahulu semua elemen dalam kerjasama operasi yang memerlukan biaya. Adapun elemen operasi tersebut 14 antara lain meliputi; pengadaan bahan baku, pengolahan, sampai selesai diolah, hingga selanjutnya siap diserahkan kepada pelanggan. 2.2.2 Haming dan Basamalah (2010) menyebutkan bahwa secara umum Sumber Pendanaan dan Struktur Modal kebutuhan dana investasi dapat dipenuhi melalui 3 (tiga) sumber, yaitu: 1. Dana sendiri dari pengusaha (investor, self financing); 2. Dana sendiri dan dana pinjaman investasi (leverage fianancing); 3. Dana sendiri dan pinjaman atau kerja sama asing (joint venture). Adapun komposisi struktur modal dapat di ukur melalui proyeksi laba operasi (Earning Before Interest and Taxes, EBIT). Hal tersebut dilakukan untuk melihat tingkat pengembalian modal investasi yang dikeluarkan. Dengan demikian, penilaian investasi dapat dilihat dari sisi prospek pendapatan, biaya modal dan nilai Perusahaan atau nilai intrinsik saham Perusahaan, sehingga akan diketahui alternatif struktur modal yang paling baik. 2.2.3 Aliran Kas Mardiyanto (2009) menegaskan bahwa arus kas adalah laba ditambah penyusutan. Dalam analisis investasi, arus kas merupakan unsur analisis yang sangat penting kedudukannya, karena kelayakan finansial sebuah usulan rencana investasi diukur pada nilai sekarang arus kasnya. Adapun menurut Haming dan Basamalah (2010) jika nilai sekarang arus kas masuk lebih besar daripada nilai sekarang arus kas keluar, maka rencana investasi itu dari sudut aspek finansial adalah layak dilaksanakan, demikian pula jika terjadi sebaliknya. Arus kas memiliki kemampuan untuk memikul beban-beban investasi seperti depresiasi, dividen, bunga kreditor, dan selebihnya. Oleh karena itu, arus kas menjadi indikator penilaian kinerja finansial proyek. Kondisi demikian dicapai dengan mendiskonto NICF sebesar tingkat bunga yang berlaku atau diperhitungkan dan kemudian diperoleh nilai sekarang dari NICF. Nilai sekarang arus kas itu kemudian dibandingkan dengan nilai sekarang pengeluaran investasi 15 inisial (Io ). Jika nilai sekarang NICF > nilai sekarang I o , proyek dipandang layak kerena mampu memikul beban yang ada, sekaligus membentuk laba bagi investor. Jika kedua besaran arus kas itu dikurangkan, akan diperoleh nilai sekarang bersih atau NPV (Net Present Value) dari proyek. Jika NPV > 0 atau positif, berarti proyek layak dan jika NPV < 0 atau negatif berarti proyek tidak layak. Berdasarkan definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa arus kas merupakan indikator utama dalam suatu analisis investasi. Hal tersebut dikarenakan bahwa arus kas merupakan inti dari akumulasi perhitungan proyek secara finansial, arus kas dapat mendeskripsikan depresiasi, biaya, pendapatan, bunga kreditor, hingga deviden. Oleh kerena itu, diperlukan analisis mendalam mengenai arus kas kerjasama operasi sehingga diperoleh tingkat kelayakan secara menyeluruh dan akurat. 2.3 Kerjasama Operasi Secara umum, kerjasama operasi merupakan suatu bentuk kerjasama diantara dua pihak atau lebih dalam menjalankan usaha. Oleh karena itu, diperlukan definisi-definisi yang rinci mengenai KSO. Adapun menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2008) bahwa definisi-definisi dasar dalam KSO adalah: 1. Kerja sama operasi (KSO) adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih dimana masing-masing sepakat untuk melakukan suatu usaha bersama dengan menggunakan aset dan/atau hak usaha yang dimiliki dan secara bersama menanggung risiko usaha tersebut. 2. Pemilik aset adalah pihak yang memiliki aset atau hak penyelenggaraan usaha tertentu yang dipakai sebagai objek atau sarana KSO. 3. Investor adalah pihak yang menyediakan dana, baik seluruh atau sebagian, untuk memungkinkan aset atau hak usaha pemilik aset diberdayakan atau dimanfaatkan dalam KSO. 4. Aset KSO adalah aset tetap yang dibangun atau yang digunakan untuk menyelenggarakan kegiatan KSO. 16 5. Pengelola KSO adalah pihak yang mengoperasikan aset KSO. Pengelola KSO dimungkinkan merupakan pemilik aset, investor atau pihak yang ditunjuk. 6. Masa konsesi adalah jangka waktu dimana investor dan pemilik aset masih terikat dengan perjanjian bagi hasil atau bagi pendapatan atau bentuk pembiayaan lain yang tercantum dalam perjanjian KSO. Dapat diambil kesimpulan bahwa KSO merupakan suatu bentuk perjanjian diantara para pihak untuk melakukan usaha bersama dengan menggunakan aset ataupun hak usaha yang dimiliki. Adapun pihak yang memiliki aset ataupun hak usaha disebut Pemilik Aset. Untuk menjalankan usaha secara bersama dengan menggunakan aset ataupun hak usaha Pemilik Aset, dibutuhkan pihak investor sebagai partner dalam menjalankan kerjasama. Setelah terdapat kesepakatan diantara para pihak, selanjutnya ditentukan mengenai Aset KSO, Pengelola KSO, dan Masa Konsesi KSO. Terdapat dua pola dasar dalam KSO, pola KSO ini selanjutnya akan menjadi acuan dalam menentukan kewajiban dan hak dari para pihak dalam KSO, adapun dua pola dasar KSO adalah: 1. Pola Bangun, Kelola, Serah (BKS) atau disebut juga Build, Operate, Transfer (BOT). Dalam pola ini, Aset KSO dikelola oleh investor yang mendanai pembangunan sampai berakhir masa konsesi. Di akhir masa konsesi investor akan menyerahkan aset KSO dan pengelolaannya kepada pemilik aset. 2. Pola Bangun, Serah, Kelola (BSK) atau disebut juga Build, Transfer, Operate (BTO). Dalam pola ini Investor mendanai pembangunan aset KSO sampai siap dioperasikan dan jika siap dioperasikan, aset tersebut diserahkan kepada pemilik aset untuk dikelola. Berdasarkan dua penjelasan pola KSO tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa pola KSO pada dasarnya disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi pada masing-masing pihak. Pada dasarnya KSO dengan pola BKS ataupun BSK dapat mengungtungkan pihak KSO apabila ditentukan dengan 17 pertimbangan yang matang, sehingga diperoleh hak dan kewajiban para partisipan KSO secara seimbang. Berbeda dengan pola KSO, terdapat bentuk bentuk KSO yang terus berkembang dengan berbagai variasi. Adapun bentuk dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu: KSO 1. KSO dengan entitas hukum yang terpisah (separate legal entity) dari entitas hukum para partisipan KSO; 2. KSO tanpa pembentukan entitas hukum yang terpisah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa KSO merupakan suatu usaha bersama antara satu pihak dan pihak lainnya yang berlandas pada kesepakatan kedua belah pihak, dengan memperhatikan tujuan dan maksud kerjasama serta aturan hukum yang berlaku, sehingga kerjasama operasi mempunyai konsekuensi pengungkapan yang sama diantara kedua belah pihak 2.4 Pembiayaan Kerjasama Operasi Pembiayaan dalam suatu kerjasama merupakan elemen yang penting bagi berbagai pihak untuk mewujudkan tujuan dari persetujuan yang telah disepakati. Menurut Yasin (2003) dasar pengertian mengenai pembiayaan mencakup hal-hal yang berkaitan dengan proses pembentukan pembiayaan, proses dan prosedur pelaksanaan pembiayaan, pelanggaran pembiayaan, serta hubungan dalam konteks pembiayaan kerjasama. 2.4.1 Kerjasama Berdasarkan Pembagian Tugasnya Yasin (2003) mengungkapakan bahwa kerjasama berdasarkan pembagian tugasnya dibagi menjadi 3 (tiga) model yaitu konvensional, spesialis, dan kontrak rancang bangun. Adapun untuk lebih jelasnya yaitu sebagai berikut; 1. Kerjasama Konvensional Pembagian tugasnya sederhana saja, yaitu Pengguna Jasa menugaskan Penyedia Jasa untuk melaksanakan suatu pekerjaan. Pekerjaan tersebut sudah dibuat rencananya oleh pihak lain, tinggal melaksanakan nya sesuai kontrak kerjasama. 18 2. Kerjasama Spesialis Kerjasama yang diberikan oleh Pengguna Jasa kepada Penyedia Jasa berdasarkan keahlian dari Penyedia Jasa. Dalam kerjasama spesialis tidak ada Penyedia Jasa Utama, semua sama-sama sebagai Penyedia Jasa yang masing-masing punya keahlian khusus. Karena itulah disebut Kontrak Kerjasama Spesialis. 3. Kerjasama Rancang Bangun (Design Contract/Build) Dalam Kerjasama Rancang Bangun, Penyedia Jasa bertugas membuat suatu perencanaan proyek yang lengkap dan sekaligus melaksanakannya dalam satu Kontrak Kerjasama Konstruksi. Jadi, Penyedia Jasa tersebut selain mendapat pembiayaanatas pekerjaan konstruksi, dia mendapatkan pula imbalan jasa atas pembuatan rencana/design proyek tersebut. Berdasarkan penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kerjasama konvensional adalah suatu kerjasama yang hanya menugaskan pihak lain untuk membuat atupun merancang proyek sesuai dengan permintaan. Adapun kerjasama spesialis merupakan suatu kerjasama yang menonjolkan spesialisasi ataupun keahlian dari pihak-pihak yang ikut serta dalam kerjasama suatu proyek. Selain itu, kerjasama rancang bangun adalah suatu kerjasama dimana penyedia jasa ditugaskan untuk merancang bangun suatu proyek. 2.4.2 Kerjasama Berdasarkan Cara Perhitungan Biaya Perhitungan biaya dalam suatu kerjasama umumnya ditentukan berdasarkan kesepakatan diantara kedua belah pihak. Yasin (2003) menegaskan bahwa terdapat dua bentuk cara penghitungan biaya, yaitu fixed lump sum price dan unit price, apabila terdapat kebutuhan khusus kedua cara penghitungan kontrak ini dapat digabungkan. Untuk lebih jelasnya berikut adalah penjelasannya. 1. Fixed Lump Sum Price Fixed Lump Sum Price adalah suatu kontrak kerjasama di mana volume pekerjaan yang tercantum dalam kontrak tidak boleh diukur ulang. Fixed 19 Lump Sum secara lebih jelas yaitu suatu kerjasama atas atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam jangka waktu tertentu dengan jumlah harga yang pasti dan tetap serta semua risiko yang mungkin terjadi dalam proses penyelesaian pekerjaan yang sepenuhnya ditanggung oleh penyedia jasa sepanjang gambar dan spesifikasi tidak berubah. Pada pekerjaan dalam bentuk Lump Sum, dalam hal terjadi pembetulan perhitungan perincian harga penawaran karena adanya kesalahan, harga penawaran total tidak boleh diubah. 2. Unit Price Secara umum, kontrak kerjasama unit price adalah kontrak kerjasama di mana volume pekerjaan yang tercantum dalam kontrak hanya merupakan perkiraan dan akan diukur ulang untuk menentukan volume pekerjaan yang benar-benar dilaksanakan. Secara lebih jelasnya Unit Price adalah kontrak kerjasama jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan harga satuan yang pasti dan tetap untuk setiap satuan/unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu yang volume pekerjaannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas volume pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan penyedia jasa. Berdasarkan kedua penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa penghitungan secara fixed lump sum adalah metode penghitungan biaya yang tidak bisa dirubah apabila kerjasama telah berjalan. Adapun metode penghitungan unit price adalah metode penghitungan yang dapat sesuai dengan perubahan yang terjadi pada saat kerjasama berlangsung. Namun pada kenyataannya, kedua metode penghitungan biaya dapat digabungkan dalam suatu kerjasama sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang ada. 2.4.3 Kerjasama Berdasarkan Segi/Cara Pembayaran Selain pembagian pembiayaan berdasarkan pembagian tugasnya, terdapat pula pembagian kontrak kerjasama berdasarkan segi/cara pembayarannya. Yasin (2003) membagi cara pembiayaan kedalam 3 cara yaitu cara pembiayaan bulanan, cara pembiayaan atas prestasi, dan pra pendanaan penuh dari penyedia jasa. 20 Adapun untuk lebih jelasnya mengenai pembagian kontrak berdasarkan segi/cara pembayarannya yaitu; 1. Cara PembiayaanBulanan (Monthly Payment). Dalam sistem/cara seperti ini, prestasi Penyedia jasa dihitung setiap akhir bulan. Setelah prestasi tersebut diakui Pengguna Jasa, Penyedia Jasa dibayar sesuai prestasi tersebut. Kelemahan cara ini adalah berapa pun kecilnya prestasi Penyedia Jasa pada suatu bulan tertentu dia tetap harus dibayar. Cara pembiayaan seperti ini menuntut persyaratan kontrak yang jelas dan ketat, karena kecenderungan Penyedia Jasa untuk menuntut sebesar-besarnya pembiayaantanpa terlalu memikirkan kemajuan pekerjaan. 2. Cara Pembiayaanatas Prestasi (Stage Payment). Dalam sistem/cara seperti ini, pembiayaan kepada Penyedia Jasa dilakukan atas dasar prestasi/kemajuan pekerjaan yang telah dicapai sesuai dengan ketentuan dalam kontrak. Jadi tidak atas dasar prestasi yang dicapai dalam satuan waktu (bulanan). Biasanya besarnya prestasi dinyatakan dalam persentase. 3. Pra Pendanaan Penuh dari Penyedia Jasa (Contractor’s Full Prefinancing). Dalam sistem/cara seperti ini, Penyedia jasa harus mendanai dahulu seluruh pekerjaan sesuai kontrak. Setelah pekerjaan selesai 100% dan diterima baik Pengguna Jasa barulah Penyedia Jasa mendapatkan pembiayaan sekaligus. Tetapi Penyedia Jasa yang harus menanggung biaya uang (cost of money) ini tentunya dapat mencantumkan interest during of construction pada nilai kontrak. Oleh karena seluruh pekerjaan dibiayai terlebih dahulu oleh Penyedia Jasa, untuk menjamin Penyedia Jasa mendapatkan pembiayaan atas pekerjaannya, Pengguna Jasa harus memberikan jaminan kepada Penyedia Jasa. Jaminan itu bisa berupa jaminan Bank yang diberikan pada saat mulai pekerjaan dan jaminan tersebut harus tetap berlaku selama masa pelaksanaan pekerjaan. 21 Berdasarkan ketiga cara pembiayaan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa metode monthly payment adalah metode pembiayaan perbulan. Adapun metode stage payment adalah metode pembiayaan per prestasi atas suatu pekerjaan. Kemudian yang terakhir yaitu metode contractor’s full pre financing adalah metode pembiayaan penuh pada awal kerjasama oleh penyedia jasa dengan jaminan bank yang diberikan oleh pengguna jasa. 2.5 Studi Kelayakan Menurut Deanta (2006) studi kelayakan proyek adalah suatu studi mengenai investasi atau proyek yang apabila dilakukan apakah akan berhasil atau tidak. Sedangkan menurut Subagyo (2008) studi kelayakan bisnis merupakan serangkaian analisis dengan perhitungan secara tepat dan akurat dari suatu investasi modal, dengan membandingkan aliran biaya dan kemanfaatan dengan menggunakan berbagai kriteria investasi. Berikut ini adalah beberapa kegunaaan dilakukannya studi kelayakan: 1. Memandu pemilik dana (investor) untuk mengoptimalkan penggunaan dana yang dimilikinya; 2. Memperkecil risiko kegagalan investasi, dan pada saat yang sama memperbesar peluang keberhasilan investasi yang bersangkutan; 3. Alternatif investasi teridentifikasi secara objektif dan teruji secara kuantitatif sehingga pimpinan mudah mengambil keputusan invetasi yang objektif; 4. Setiap aspek dalam kelayakan ivestasi terungkap secara keseluruhan dan lengkap, sehingga penerimaan dan/atau penolakan terhadap alternatif investasi, didasarkan atas pertimbangan terhadap semua aspek, dan bukan hanya pada aspek finansial saja. Apabila berdasarkan studi tersebut segala persyaratan ternyata dapat dipenuhi, berarti gagasan atau usulan atas proyek tersebut layak dijalankan (feasible), sedangkan apabila berdasarkan analisis itu ternyata tidak memenuhi 22 persyaratan, berarti usulan proyek tersebut tidak layak untuk dijalankan (not feasible). 2.5.1 Semua aspek yang terkait dengan investasi harus melewati tahapan dalam Aspek-Aspek Studi Kelayakan Investasi analisis investasti, sehingga keptusan investasi yang dilakukan berdasarkan atas penilaian dari semua aspek yang terkait, dan tidak hanya karena aspek finansialnya saja. Menurut Haming dan Basamalah (2010) berikut ini merupakan aspek-aspek yang harus di uji dalam studi kelayakan investasi. 1. Aspek Hukum; Studi aspek hukum harus mampu menjelaskan berbagai hal yang berkaitan dengan masalah ligitasi, kesepakatan, hubungan industrial, perizinan, statuta Perusahaan, desain mengenai hak dan kewajiban pendiri, pemegang saham dan karyawan. Tujuan analisis dari aspek hukum pada dasarnya adalah untuk mengetahui kesesuaian rencana investasi dengan maksud dan tujuan Perusahaan. Suatu usaha dikatakan legal jika telah mendapatkan kesesuaian dengan aspek-aspek legal lainnya yang berhubungan dengan Perusahaan. Adapun item-item indikator dalam aspek hukum mencakup: a. Kesesuaian proyek; b. Badan hukum proyek; c. Kepatuhan proyek; d. Hubungan industrial. 2. Aspek Pasar dan Pemasaran; Studi aspek pasar dan pemasaran dalam analisis kelayakan investasi bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai intensitas persaingan, informasi tentang kebutuhan dan keinginan konsumen, pendapatan ratarata calon kunsumen, ketersediaan saluran distribusi, dan kondisi sarana angkutan. Aspek pasar dan pemasaran penting dalam analisis investasi, karena akan merinci potensi penerimaan (arus kas masuk) selama usia ekonomi proyek (masa konsesi). Pemasaran bermanfaat untuk menentukan dan menilai apakah produk yang akan dihasilkan dapat diserap/diterima 23 oleh pasar (marketable) atau tidak. Adapun di dalam aspek pasar dan pemasaran mencakup item-item sebagai berikut: a. Taksiran atas volume permintaan pasar mencakup permintaan kumulatif dan keluaran proyek yang dikaji selama usia ekonomis proyek; b. Taksiran permintaan secara regional selama usia ekonomis proyek disertai studi mengenai pangsa pasar (market share); c. Kajian mengenai persaingan; d. Studi mengenai siklus hidup produk (product life cycle analysis); e. Gambaran mengenai bauran pemasaran 3. Aspek Organisasi dan Manajemen; Analisa mengenai aspek organisasi dan manajemen sangat penting dalam analisis investasi. Aspek organisasi dan manajemen dalam suatu usaha sangat signifikan peranannya, karena organisasi dan manajemen merupakan suatu bentuk implementasi dari rencana strategis Perusahaan. Melalui organisasi dan manajemen yang efektif, Perusahaan akan mampu mencapai target dan tujuan yang ditetapkan. Adapun item-item indikator dalam aspek organisasi dan manajemen meliputi: a. Visi; b. Misi; c. Strategi; d. Objektifitas; e. Struktur. 4. Aspek Teknik dan Produksi; Analisa mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, karena hal ini berkaitan dengan kapasitas proyek, bahan baku, desain produk, dan analisis biaya produksi. Manajemen operasi dan produksi dalam suatu aktivitas usaha merupakan sebuah tolak ukur untuk menilai apakah kegiatan produksi dilakukan secara efisien dan efektif. Adapun 24 item-item indikator dalam aspek teknis dan produksi meliputi sebagai berikut: a. Berapa besar kapasitas produksi pabrik; b. Bagaimanakah pasokan bahan baku, berapa jumlahnya, dan berapa besar kemampuan pasokannya. apakah pasokan bahan baku terjamin kesinambungannya, dan apakah terdapat sumber bahan baku alternatif; c. Studi alternatif lokasi dan usulan lokasi yang representatif; d. Desain produk; e. Desain arus pengerjaan (assembling or flow process chart), apakah sistem produksi merupakan integrated production system atau nonintegrated production system; f. Bagaimana keberadaan tenaga ahli yang diperlukan; g. Studi dampak lingkungan. 5. Aspek Ekonomi dan Sosial; Analisa aspek ekonomi dan sosial dalam suatu analisi kelayakan investasi bertujuan untuk mengemukakan pengaruh positif proyek terhadap perekonomian dan masyarakat sekitar proyek. Melalui analisis aspek ekonomi dan sosial, analis mampu menilai dampak pencemaran dan pengaruh investasi atau bisnis terhadap kondisi sosial masyarakat. Adapun kajian dalam aspek ekonomi dan sosial meliputi hal-hal sebagai berikut. a. Pengaruh proyek terhadap penerimaan negara, anatara lain mencakup Pajak Pertambahan Nilai (PPn), Pajak Penghasilan (PPh), pajak impor, dan pajak ekspor; b. Jasa-jasa umum yang dapat dinikmati manfaatnya oleh masyarakat, seperti sarana jalan, tenaga listrik, pemeliharaan kesehatan, olahraga, pelatihan, dan pendidikan; c. Kontribusi proyek terhadap perluasan kesempatan kerja dan alih teknologi, serta pembinaan usaha kecil dalam bentuk Perusahaan mitra binaan; d. Kontribusi proyek terhadap proyek lainnya dalam pola hubungan input-output, serta manfaat proyek untuk mengurangi ketergantungan 25 kepada impor. Dalam hal ini perlu dikaji kemampuan keluaran proyek untuk dipakai sebagai bahan baku oleh Perusahaan lainnya (dalam pola hubungan hulu-hilir), atau daya serap proyek terhadap produk lokal- domestik untuk dijadikan bahan baku atau bahan penolong (dalam pola hubungan hulu-hilir). 6. Aspek Finansial. Studi terhadap aspek finansial merupakan aspek kunci dari suatu analisis investasi, karena sekalipun aspek lain tergolong layak, jika analisa aspek finansial memberikan hasil yang tidak layak, usulan proyek akan ditolak kerena tidak akan memberikan manfaat ekonomi. Berikut ini item-item indikator dalam analisa aspek finansial: a. Kajian terhadap jumlah dana yang diperlukan, baik untuk untuk keperluan investasi awal maupun untuk kebutuhan modal kerja; b. Kajian terhadap sumber dana, sekaligus perhitungan mengenai biaya atas modal yang direncanakan akan ditarik, termasuk perkiraan terhadap struktur modal yang tergolong layak; c. Proyeksi arus kas yang merinci prospek arus kas masuk dan keluar. Proyeksi arus kas berguna sebagai landasan analisis kelayakan finansial dengan menggunakan metode yang lazim, seperti Payback Period, Net Present Value (NPV), Profitability Index (PI), Internal Rate Of Return (IRR), dan Average Rate of Return (ARR). d. Penyusunan proforma laporan keuangan yang dilengkapi dengan analisis sumber dan titik impas (Break Event Point); e. Kajian pengaruh indikator ekonomi makro terhadap kelayakan keuangan proyek. Indikator ekonomi makro meliputi perubahan tingkat bunga, inflasi, perubahan nilai tukar rupiah, dan berbagai kebijakan ekonomi pemerintah. Memperhatikan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa sangat diperlukan untuk melakukan analisa terhadap semua aspek yang berkaitan dengan proyek. Analisa terhadap semua aspek kelayakan bertujuan untuk memberikan 26 penilaian terhadap suatu usulan investasi. Meskipun pada akhirnya pengambilan keputusan investasi bertitik berat pada analisis aspek finansial, namun analisis pada aspek-aspek lainnya harus tetap dilakukan agar memberikan tingkat penilaian yang akurat terhadap suatu usulan investasi. 2.5.2 Peralatan Analisis Kelayakan Invesasi Menurut Haming dan Basamalah (2010) alat analisis kelayakan investasi pada dasarnya dapat dibedakan ke dalam dua golongan besar, yaitu metode konvensional dan metode analisis riset operasional. Metode analisis kelayakan konvensional adalah metode analisis yang selama ini menjadi bagian dari capital budgeting, yaitu metode pengembalian investasi (payback period), metode tingkat balikan rata-rata akunttansi (average accounting rate of return), metode nilai sekarang (present value method), indeks kemampulabaan (profitability index), dan metode tingkat balikan internal (internal rate of return). Berikut adalah penjelasan mengenai metode-metode konvensional: 1. Metode Pemulihan Investasi Metode pemulihan investasi (payback method) adalah metode analisis kelayakan investasi yang berusaha untuk menilai persoalan kelayakan investasi menurut jangka waktu pemulihan modal yang diinvestasikan. Dapat disimpulkan bahwa payback period adalah suatu periode atau jangka waktu yang diperlukan untuk dapat menutup kembali investasi menggunakan aliran kas neto atau proceed. Adapun kriteria kelayakan metode pemulihan investasi, meliputi: a. Proyek dikategorikan layak jika masa pemulihan modal lebih pendek daripada usia ekonomis proyek; b. Proyek dikategorikan tidak layak jika masa pemulihan modal lebih lama daripada usia ekonomis proyek. Dengan penjelasan seperti diatas, dapat disimpulkan bahwa payback method ataupun disebut payback period adalah metode penghitungan investasi dengan indikator jangka waktu balik modal investasi, dimana 27 periode tersebut merupakan periode pemulihan investasi. Semakin cepat periode tersebut terpenuhi, semakin baik pula proyek tersebut, begitupun apabila sebaliknya. Namun tak cukup hanya menggunakan metode payback method, karena simulasi yang digunakan kurang menyeluruh pada kondisi keberlangsungan usaha. 2. Metode Tingkat Laba Rata Rata Akuntansi Average rate of return (ARR) adalah metode yang dipakai untuk menilai kelayakan investasi berdasarkan tingkat balikan investasi. Arifin dan Syukuri (2006) menyatakan bahwa average rate of return dapat menunjukan persentase neto setelah pajak yang dihitung dari investasi rata-rata (average investement) atau dari initial investment. Sedangkan Santosa (2009) menyatakan bahwa return on investment adalah rata-rata profit tahunan dibandingkan dengan jumlah yang diinvestasikan. Adapun John J. Clark (2001) dalam Haming dan Basamalah (2010) merinci jenis peralatan analisis ini ke dalam lima metode, yaitu: a. ROI (Return on Investment): 𝐴𝑛𝑛𝑢𝑎𝑙 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 𝐴𝑛𝑛𝑢𝑎𝑙 𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑚𝑒𝑛𝑡 = 𝑂𝑟𝑖𝑔𝑖𝑛𝑎𝑙 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑚𝑒𝑛𝑡 × 100 b. ARR (Average Return on Average Investment): 𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑚𝑒𝑛𝑡 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒−𝑂𝑟𝑖𝑔𝑖𝑛𝑎𝑙 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑚𝑒𝑛𝑡 𝑂𝑟𝑖𝑔𝑖𝑛𝑎𝑙 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑚𝑒𝑛𝑡 2 c. Average Book Return on Investment: × 100 𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝐵𝑜𝑜𝑘 𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑚𝑒𝑛𝑡 = Ketarangan: 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑚𝑒𝑛𝑡−𝑂𝑟𝑖𝑔𝑖𝑛𝑎𝑙 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑚𝑒𝑛𝑡 𝑊𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡𝑒𝑑 𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑚𝑒𝑛𝑡 Weighted Average Investment = (n) � N = ∑𝒏 𝒊=𝒍 𝑩𝑽𝒊 𝒏 jumlah periode atau tahun � BVi = book value, nilai buku tahun ke-1 i 1, 2, ..., n. = × 100 d. ROA (Return on Asset), dengan rumus sebagai berikut: 28 𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑂𝑛 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 = 𝑃𝑀 × 𝑇𝐴𝑇𝑂 �𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 = 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 Keterangan: 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 ROA = Return on asset PM = Profit margin � 𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 × TATO = Total asset turnover ROA menunjukan keputusan investasi, kemudian PM mencerminkan kemampuan menghasilkan laba dari aktivitas operasi (penjualan), dan TATO mengungkapkan produktivitas aktiva Perusahaan dalam menghasilkan pendapatan. e. ROE 𝒍𝒂𝒃𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒔𝒊𝒉 𝑅𝑂𝐸 = 𝑅𝑂𝐴 × 𝐹𝐿𝑀 � Keterangan: 𝒆𝒌𝒖𝒊𝒕𝒂𝒔 𝒍𝒂𝒃𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒔𝒊𝒉 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒂𝒌𝒕𝒊𝒗𝒂 = 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒂𝒌𝒕𝒊𝒗𝒂 × 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒆𝒌𝒖𝒊𝒕𝒂𝒔� ROE = Return on equity FLM = Financial leverage multiplier Sumber: Haming dan Basamalah (2010) Berdasarkan lima penjelasan mengenai Average rate of return dapat ditarik kesimpulan bahwa, ROI yaitu indikator analisis investasi yang menitik beratkan pada tingkat hasil dari nilai yang diinvestasikan. Sedangkan ARR yaitu indikator analisis investasi yang focus pada membandingkan rata-rata hasil pendapatan dengan nilai investasi awal. Berbeda halnya dengan ROA yaitu sebagai analisis yang mendeskripsikan hasil pendapatatan dibandingkan dengan nilai aset yang dimiliki. Sedangkan ROE adalah indikator analisis investasi yang mengungkapkan kekayaan pemegang saham ataupun pemilik ekuitas. Dengan semakin banyaknya alat analisis yang menggambarkan keseluruhan indikator peniliaian, diharapkan hasil analisis investai kerjasama operasi aset pabrik dapat diperoleh secara komprehensif dan akurat. 29 3. Metode Nilai Sekarang Metode nilai sekarang (present value method) adalah metode penilaian kelayakan investasi yang menyelaraskan nilai yang akan datang arus kas, menjadi nilai sekarang melalui pemotongan arus kas dengan memakai faktor pengurang (diskon), pada tingkat biaya modal tertentu yang diperhitungkan. Berikut adalah perhitungan mengenai metode nilai sekarang: 𝑛 𝑁𝑃𝑉 = � 𝑖=1 Sumber: Haming dan Basamalah (2010) 𝐶𝐹𝑛 − 𝐼0 (1 + 𝑘)𝑛 Keterangan: CF n = Arus kas masuk (cash inflow) tahun ke-n I0 = Arus kas keluar (cash outflow/initial investment/initial outlay) K = Biaya modal (cost of capital) atau imbal hasil (rate of return) N = Umur proyek Berdasarkan penjelasan berikut, dapat ditarik kesimpulan bahwa NPV merupakan alat analisis investasi yang fokus pada berapa nilai investasi yang diperoleh dimasa mendatang (akhir proyek) apabila di peroleh pada masa sekarang (diskonto). Dengan analisis teersebut, dapat diperoleh hasil nilai investasi yang diperoleh pada saat dengan cara mendiskon bunga sesuai dengan nilai suku bunga yang berlaku. 4. Profitability Index Method Profitability index adalah metode penilaian kelayakan investasi yang mengukur tingkat kelayakan investasi berdasarkan rasio antara nilai sekarang total arus kas masuk (TPV) dengan nilai sekarang investasi inisial (I)o. Berikut ini adalah rumus dari PI: 𝐴𝑦 PI = ∑𝑛𝑡=1 (1+𝑖)𝑡 Sumber: Haming dan Basamalah (2010) 30 Dimana: PI = indeks kemampulabaan TPV = nilai sekarang arus kas masuk total Io = nilai sekarang pengeluaran investasi inisial Berikut adalah kriteria kelayakan metode PI; a. Proyek dikategorikan sebagai proyek yang layak, jika PI lebih besar daripada satu (PI > 1). b. Proyek dikategorikan sebagai proyek yang tidak layak, jika PI kurang daripada satu (PI < 1). Jika TPV > Io, hasil 𝑁𝑃𝑉 𝐼𝑜 > dari 1, s ehingga PI juga akan lebih besar daripada 1 (PI > 1). Apabila proyek bertanda negatif h asi dari 𝑁𝑃𝑉 𝐼𝑜 juga negatif, sehingga PI akan lebih kecil daripada 1 (PI < 1). Pada umumnya, kesimpulan analisis dari aplikasi metode PI akan selalu sama dengan kesimpulan yang diperoleh dari aplikasi metode NPV. Dari hasil penjelasan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa PI merupakan alat analisis investasi yang menindikasikan indeks keuntungan. Hal tersebut dapat diperoleh dengan membandingkan total arus kas masuk dengan total investasi. 5. Metode Tingkat Kemampulabaan Internal Metode tingkat kemampulabaan internal adalah metode analisis kelayakan yang bersasaran atau bermaksud untuk mengetahui tingkat balikan internal sewaktu nilai sekarang arus kas masuk (TPV), sama dengan nilai sekarang pengeluaran investasi (Io), atau sewaktu NPV = 0. B erikut adalah cara praktis perhitungan IRR. 𝐼𝑅𝑅 = 𝐼𝑟 + 𝑁𝑃𝑉 𝐼𝑟 𝑥(𝐼𝑟 − 𝐼𝑡) 𝑁𝑃𝑉 𝐼𝑟 − 𝑁𝑃𝑉 𝐼𝑡 Sumber: Haming dan Basamalah (2010) Dapat disimpulkan bahwa IRR merupakan indikator dari tingkat efisiensi suatu investasi. IRR digunakan dalam menentukan apakah investasi dapat dilaksanakan atau tidak, untuk itu digunakan acuan bahwa investasi yang 31 dialakukan harus lebih tinggi dari minimum acceptable rate of return atau minimum attractive rate of return. Minimum acceptable rate of return adalah laju pengembalian minimum dari suatu investasi yang berani dilakukan investor. 2.5.3 Proyeksi Biaya dan Manfaat Membuat proyeksi dengan metode kuantitatif dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya adalah regresi sederhana, regresi berganda, dan analisis time Berikut adalah penjelasan mengenai proyeksi dengan metode time series. series. Deanta (2009) menyatakan bahwa teknik proyeksi dengan analisis time series ini digunakan untuk membuat proyeksi masa depan, berdasarkan pada data masa lalu dan sekarang. Pada analisis ini, faktor-faktor dari sekumpulan data masa lalu cenderung tidak banyak berubah. Dengan demikian, faktor-faktor tersebut dapat diidentifikasi dan kemudian digunakan untuk membuat proyeksi masa depan. Adapun metode-metode dalam analasis time series terdiri dari: 1. Metode moving average Metode moving average termasuk salah satu metode smoothing. Metode ini dilakukan dengan mengambil sekelompok hasil pengamatan untuk mencari rata-ratanya dan kemudian menggunakan rata-rata tersebut sebagai ramalan untuk periode yang akan datang. 2. Metode exsponential smoothing Teknik proyeksi dengan exponential smoothing dilakukan dengan perhitungan terus-menerus dengan menggunakan data terbaru. Setiap data diberi bobot dan data yang lebih aktual diberi bobot yang lebih besar. 3. Metode auto regresi Dalam metode ini, forecast dipengaruhi oleh data sebelumnya. Variabel independen merupakan data yang terlebih dahulu, dan variabel dependennya adalah data yang terjadi berikutnya. Dari penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa, dalam memproyeksikan biaya ataupun manfaat dapat dilakukan dengan metode time 32 series yang terdiri dari moving average, exponential smoothing, dan auto regresi. Adapun dalam analisis kelayakan investasi KSO aset pabrik akan digunakan metode proyeksi dengan menggunakan metode time series exponential smoothing. 2.5.4 Jenis dan Klasifikasi Risiko Griffin dan Elbert (2000) dalam Djohanputro (2004) menegaskan bahwa risiko adalah adalah uncertainty about future events. Risiko dapat diartikan sebagai bentuk keadaan ketidakpastian tentang suatu keadaan yang akan terjadi nantinya dengan keputusan yang diambil berdasarkan berbagai pertimbangan pada saat ini. Sedangkan Djohanputro (2004) menyatakan bahwa risiko keuangan terdiri dari; risiko pasar yang meliputi risiko nilai tukar, komoditas, dan ekuitas. Kemudian risiko operasional yang terdiri dari risiko SDM, produktivitias, teknologi, inovasi, sistem, dan proses. Kemudian risiko strategis terdiri dari risiko bisnis, laverage operasi, dan transaksi strategis. Kemudian yang terakhir yaitu risiko eksternalitas terdiri dari risiko lingkungan, regulasi, hukum, dan sosial. Berikut gambaran klasifikasi risiko; Risiko Pasar Risiko Nilai Tukar Risiko Likuiditas Risiko Komoditas Risiko Permodalan Risiko Ekuitas Risiko Keuangan Risiko Kredit Risiko SDM Risiko Produktivitas Risiko Teknologi Risiko Operasional Risiko Inovasi Risiko Sistem Risiko Korporat Risiko Proses Risiko Bisnis Risiko Leverage Operasi Risiko Transaksi Strategis Risiko Strategis Risiko Lingkungan Risiko Reputasi Risiko Eksternalitas Risiko Hukum Risiko Sosial Sumber: Djohanputro (2004) Gambar 2.2 Klasifikasi Risiko 33 Dalam penelitian yang dilakukan, analis tidak bermaksud untuk membahas risiko secara menyeluruh, namun identifikasi risiko berdasarkan pengklasifikasian risiko akan dilakukan secara sederhana. Penulis akan membahas secara rinci mengenai pengukuran risiko permodalan dan risiko bisnis. 2.5.5 Mengukur Risiko Dalam menjalankan bisnis kerjasama operasi aset pabrik terdapat risiko akan mempengaruhi kinerja, oleh karena itu diperlukan pengukuran risiko yang yang akurat mengenai kaitan langsung dengan invesatasi yang akan dijalankan. Adapun untuk lebih jelasnya yaitu. 1. Risiko Permodalan Ukuran risiko permodalan disebut dengan tingkat leverage keuangan (TLK) atau degree of financial leverage (DFL) yaitu rasio antara perubahan laba bersih dengan EBIT. Berikut adalah rumusan DFL: 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ1 − 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ0 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ0 𝐷𝐹𝐿 = 𝐸𝐵𝐼𝑇 1 − 𝐸𝐵𝐼𝑇 0 𝐸𝐵𝐼𝑇 0 Sumber: Djohanputro (2004) 2. Mengukur Risiko Bisnis Besaran yang sering digunakan untuk mengukur risiko bisnis disebut dengan tingkat ungkitan operasi, atau degree of operating leverage (DOL). (Djohanputro, 2004) 𝐸𝐵𝐼𝑇 1 − 𝐸𝐵𝐼𝑇 0 𝐸𝐵𝐼𝑇 0 𝐷𝑂𝐿 = 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛1 − 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛0 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛0 Dari hasil penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa risiko permodalan merupakan analisis pengukuran risiko yang menitik beratkan pada modal investasi, hal ini dapat diperoleh dengan membagi laba bersih dengan laba sebelum bunga dan pajak, nilai hasil perhitungan tersebut menunjukan apabila 34 setiap kenaikan laba bersih maka akan selalu bersamaan dengan kenaikan pendapatan sebelum bunga dan pajak. Adapun mengenai risiko bisnis yaitu rasio antara perubahan laba operasi dengan perubahan penjualan. 2.6 Analitik Hirarki Proses (AHP) Metoda Analytical Hierrchy Process digunakan untuk mencari rangking atau urutan prioritas dari berbagai alternatif dalam pemecahan suatu permasalahan. Disini diperlukan penentuan prioritas dan uji konsistensi terhadap pilihan-pilihan yang telah dilakukan. Dalam situasi yang kompleks, pengambilan keputusan tidak dipengaruhi oleh satu faktor saja melainkan multifaktor dan mencakup berbagai jenjang maupun kepentingan. Menurut Thomas Lorie Saaty (2000) AHP adalah suatu teori umum tentang pengukuran yang digunakan untuk menemukan skala rasio, baik dari perbandingan berpasangan yang diskrit maupun kontinu. Perbandingan-perbandingan ini dapat diambil dari ukuran aktual atau skala dasar yang mencerminkan kekuatan perasaan dan preferensi relatif. AHP dapat menyederhanakan masalah yang kompleks dan tidak terstruktur, strategik dan dinamik menjadi bagiannya, serta menjadikan variabel dalam suatu hirarki (tingkatan). Masalah yang kompleks dapat diartikan bahwa kriteria dari suatu masalah yang begitu banyak (multikriteria), struktur masalah yang belum jelas, ketidakpastian pendapat dari pengambil keputusan, pengambil keputusan lebih dari satu orang, serta ketidakakuratan data yang tersedia. Dengan kata lain AHP adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian-bagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. 35 Dari penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa AHP adalah suatu metode pemilihan beberapa alternatif berdasarkan beberapa faktor yang mempengaruhingan dengan cara membagi-bagi kedalam bentuk terstruktur sehingga mudah untuk diambil kesimpulan secara konsisten dan teruji. Menurut Saaty (2000) AHP mempunyai landasan-landasarn aksiomatik yang terdiri dari: 1. Resiprocal Comparison, yang mengandung arti bahwa matriks perbandingan berpasangan yang terbentuk harus bersifat berkebalikan. 2. Homogenity, yaitu mengandung arti kesamaan dalam melakukan perbandingan. 3. Dependence, yang berarti setiap level mempunyai kaitan (complete hierarchy) walaupun mungkin saja terjadi hubungan yang tidak sempurna (incomplete hierarchy). 4. Expectation, yang berarti menonjolkon penilaian yang bersifat ekspektasi dan preferensi dari pengambilan keputusan. Penilaian dapat merupakan data kuantitatif maupun yang bersifat kualitatif. Dari penjelasan mengenai landasan aksiomatik tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa AHP merupakan suatu metode pemilihan yang berlandaskan pada resiprocal comparison, homogenity, dependence, dan expectation. Hal tersebut berarti bahwa hasil pilihan yang diperoleh pasti telah lulus uji konsistensi dan validitas sehingga diperoleh hasil yang ilmiah. Adapun langkah-langkah dalam pengambilan keputusan dengan metode AHP menurut Saaty (2000) yaitu: 1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan 2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan kriteria–kriteria dan alternaif–alternatif pilihan yang ingin di rangking. 3. Membentuk matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing–masing tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan pilihan atau judgement dari pembuat keputusan dengan 36 menilai tingkat tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. 4. Menormalkan data yaitu dengan membagi nilai dari setiap elemen di dalam matriks yang berpasangan dengan nilai total dari setiap kolom. 5. Menghitung nilai eigen vector dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten pengambilan data (preferensi) perlu diulangi. Nilai eigen vector yang dimaksud adalah nilai eigen vector maksimum yang diperoleh dengan menggunakan matlab maupun dengan manual. 6. Mengulangi langkah 3, 4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki. 7. Menghitung eigen vector dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai eigen vector merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk mensintesis pilihan dalam penentuan prioritas elemen–elemen pada tingkat hirarki terendah sampai pencapaian tujuan. 8. Menguji konsistensi hirarki. Jika tidak memenuhi dengan CR < 0, 100; maka penilaian harus diulang kembali. Rasio Konsistensi (CR) dirumuskan sebagai perbandingan indeks konsistensi (RI). Angka pembanding pada perbandingan berpasangan adalah skala 1 sampai 9, dimana: a. Skala 1 = setara antara kepentingan yang satu dengan kepentingan yang Lainnya b. Skala 3 = kategori sedang dibandingkan dengan kepentingan lainnya c. Skala 7 = kategori amat kuat dibandingkan dengan kepentingan lainnya d. Skala 9 = kepentingan satu secara ekstrim lebih kuat dari kepentingan lainnya. Sehingga diperoleh prioritas alternatif terbaik dari total rangking yang diperoleh merupakan rangking yang dicari dalam AHP. Berdasarkan penjelasan mengenai langkah-langkah pengambilan keputusan dalam AHP dapat ditarik kesimpulan bahwa, proses decision making dalam AHP sangat bersifat sistematis dan teruji akurasinya. Sehingga hasil yang diperoleh pun telah melawati setiap ujian dalam tahapan-tahapan yang dilalui, 37 tentunya hasil yang diperoleh pun a kan sesuai dengan prioritas rangking dari setiap alternatif. 2.5.1 Menurut Saaty (2000) terdapat prinsip-prinsip dasar dalam menyelesaikan Prinsip-Prinsip dasar Analitik Hirarki Proses persoalan dengan metode AHP, antara lain: 1. Decomposition Pengertian decomposition adalah memecahkan atau membagi problema yang utuh menjadi unsur–unsurnya ke bentuk hirarki proses pengambilan keputusan, dimana setiap unsur atau elemen saling berhubungan. Bentuk struktur decomposition yakni : a. Tingkat pertama : Tujuan keputusan b. Tingkata kedua : Kriteria – kriteria c. Tingkat ketiga : Alternatif – alternatif Untuk lebih jelasnya, berikut ini tergambar struktur decomposition: Tujuan Kriteria 1 Alternatif 1 Kriteria 2 Kriteria 3 Kriteria 2 Kriteria N Kriteria N Sumber: Saaty, 2000 Gambar 2.3 Struktur Hirarki yang Lengkap Struktur hirarki keputusan tersebut dapat dikategorikan sebagai complete dan incomplete. Suatu hirarki keputusan disebut complete jika semua elemen pada suatu tingkat memiliki hubungan terhadap semua elemen yang ada pada tingkat berikutnya, sementara hirarki keputusan incomplete kebalikan dari hirarki yang complete yakni tidak semua unsur pada 38 masing-masing jenjang mempunyai hubungan. Pada umumnya problem nyata mempunyai karakteristik struktur yang incomplete. 2. Comparative Judgement Comparative Judgement dilakukan dengan penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkatan di atasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP karena akan berpengaruh terhadap urutan prioritas dari elemen–elemennya. Skala preferensi yang digunakan yaitu skala 1 yang menunjukkan tingkat yang paling rendah (equal importance) sampai dengan skala 9 yang menunjukkan tingkatan yang paling tinggi (extreme importance). 3. Synthesis of Priority Synthesis of Priority dilakukan dengan menggunakan eigen vektor method untuk mendapatkan bobot relatif bagi unsur – unsur pengambilan keputusan. Hal ini dilakukan guna memperoleh bobot bagi setiap unsur dalam pengambilan keputusan. 4. Logical Consistency Logical Consistency merupakan karakteristik penting AHP. Hal ini dicapai dengan mengagresikan seluruh eigen vektor yang diperoleh dari berbagai tingkatan hirarki dan selanjutnya diperoleh suatu vektor composite tertimbang yang menghasilkan urutan pengambilan keputusan. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa, prinsipprinsip dasar AHP yang dimulai dari decomposition, comparative judgement, synthesis of priority, dan logical consistency menunjukan prinsip yang baik dalam pengambilan keputusan. Hal ini berarti setiap unsur akan diberi bobot sesuai dengan porsinya, kemudian dilakukan uji konsistensi, hingga di komparasikan. 2.6.2 Penyusunan Prioritas Menentukan susunan prioritas elemen adalah dengan menyusun perbandingan berpasangan yaitu membandingkan dalam bentuk berpasangan seluruh elemen untuk setiap sub hirarki. Perbandingan tersebut ditransformasikan dalam bentuk matriks sebagai berikut. Terdapat n objek yang dinotasikan dengan 39 (A 1 , A 2 , …, A n ) yang akan dinilai berdasarkan pada nilai tingkat kepentingannya antara lain A i dan A j dipresentasikan dalam matriks Pair-wise Comparison. Sumber : Sinaga, 2009 Gambar 2.4 Matriks Pair-wise Comparison Nilai a 11 adalah nilai perbandingan elemen A 1 (baris) terhadap A 1 (kolom) yang menyatakan hubungan : 1. Seberapa jauh tingkat kepentingan A1 (baris) terhadap kriteria C dibandingkan dengan A1 (kolom) atau 2. Seberapa jauh dominasi Ai (baris) terhadap Ai (kolom) atau 3. Seberapa banyak sifat kriteria C terdapat pada A1 (baris) dibandingkan dengan A1 (kolom). Nilai numerik yang dikenakan untuk seluruh perbandingan diperoleh dari skala perbandingan 1 sampai 9, seperti pada tabel berikut ini. Tabel 2.1 The Fundamental Scale of Absolute Numbers Tingkat Kepentingan 1 Definisi Equal importance (sama penting) Weak importance of one 3 over another (sedikit lebih penting) 5 Essential or strong Importance Keterangan Kedua elemen mempunyai pengaruh yang sama Pengalaman dan penilaian sangat memihak satu elemen dibandingkan dengan pasangannya Satu elemen sangat disukai dan secara praktis dominasinya 40 sangat nyata, dibandingkan (lebih penting) 7 Demonstrated importance (sangat penting) Extreme importance 9 (mutlak lebih penting) 2, 4, 6, 8 Intermediate values between the two adjacent judgments dengan elemen pasangannya Satu elemen terbukti sangat disukai dan secara praktis dominasinya sangat, dibandingkan dengan elemen pasangannya Satu elemen mutlak lebih disukai dibandingkan dengan pasangannya, pada tingkat keyakinan tertinggi Nilai diantara dua pilihan yang berdekatan Jika elemen i memiliki salah satu angka diatas Resiprokal Kebalikan ketika dibandingkan elemen j, maka j memiliki kebalikannya ketika dibanding elemen i Sumber: Saaty, 2000 Model dalam AHP didasarkan pada pair-wise comparison matrix, dimana elemen-elemen pada matriks tersebut merupakan judgement dari decision maker. Seorang decision maker akan memberikan penilaian, mempersepsikan, ataupun memperkirakan kemungkinan dari suatu hal/peristiwa yang dihadapi. Matriks tersebut terdapat pada setiap level of hierarchy dari suatu struktur model AHP yang membagi habis suatu persoalan. Dari penjelasan mengenai penyusunan prioritas tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap prioritas disusun dan diberikan bobot serta diberikan garis tengah sebagai uji pembanding diantara unsur yang diberikan bobot dan dilakukan dalam bentuk matriks. 2.6.3 Uji Konsistensi Indeks dan Rasio Uji konsistensi dalam metode AHP ditentukan dengan pengukuran indeks dan rasio. Sebelum menguji indeks dan rasio konsistensi, dilalukan terlebih dahulu pengumpulan pendapat setiap faktor dari para responden. Pengumpulan pendapat antara satu faktor dengan yang lain adalah bebas satu sama lain, dan hal ini dapat mengarah pada ketidakkonsistenan jawaban yang diberikan responden. Namun, terlalu banyak ketidakkonsistenan juga tidak diinginkan. Pengulangan wawancara pada sejumlah responden yang sama kadang diperlukan apabila 41 derajat tidak konsistensinya besar. Adapun rumus untuk membuktikan bahwa Indeks Konsistensi dari matriks berordo n yaitu: 𝐶𝐼 = Keterangan : CI = (𝜆𝑚𝑎𝑥 − 𝑛) (𝑛 − 1) Rasio penyimpangan (deviasi) konsistensi (consistency index) λ max = Nilai eigen terbesar dari matriks berordo n N = Orde matriks Apabila CI bernilai nol, pair wise comparison matrix tersebut konsisten. Batas ketidakkonsistenan (inconsistency) ditentukan dengan menggunakan Rasio Konsistensi (CR), yaitu perbandingan indeks konsistensi dengan nilai random indeks (RI). Nilai ini bergantung pada ordo matriks n. Dengan demikian, Rasio Konsistensi dapat dirumuskan sebagai berikut : 𝐶𝐼 𝑅𝐼 Keterangan : 𝐶𝑅 = Persamaan (16) CR = rasio konsistensi RI = indeks random Tabel 2.2 Nilai Random Indeks (RI) n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 RI 0,000 0,000 0,580 0,900 1,120 1,240 1,320 1,410 1,450 1,490 1,510 1,480 1,560 1,570 1,590 Sumber: Saaty, 2000 Bila matriks pair–wise comparison dengan nilai CR lebih kecil dari 0,100 maka ketidakkonsistenan pendapat dari decision maker masih dapat diterima jika tidak maka penilaian perlu diulang. Berdasarkan pemasaran tersebut dapat disimpulkan bahwa metode pengambilan keputusan alternatif terbaik menggunakan AHP terbuki konsisten dan valid. 2.7 Landasan Normatif Dalam suatu penelitian terapan, diperlukan landasan normatif sebagai acuan pengerjaan demi kesusuaian antara kebutuhan rill yang diharapkan dengan kepentingan akademis. Adapun landasan normatif yang menjadi dasar hukum 42 dalam penyelesaian masalah yang dibahas pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Aset Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), bahwa aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah s ebagai akibat Berdasasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 T ahun 2005 t entang dari peristiwa masa lalu dan manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan, yang diharapkan dapat diperoleh baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Berdasarkan dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa aset adalah sumber daya ekonomi berupa barang atau jasa yang dimiliki oleh perorangan atau suatu badan yang mempunyai potensi serta dapat memberikan manfaat di masa yang akan datang. Berdasarkan Peraturan 96/PMK.06/2007, berikut ini akan dijelaskan mengenai bentuk-bentuk pemanfaatan asset: a. Sewa Sewa adalah pemanfaatan Barang Milik Negara oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dan menerima imbalan berupa uang tunai. b. Pinjam Pakai Pinjam pakai Barang Milik Negara adalah penyerahan penggunaan Barang Milik Negara antara pemerintah pusat, dengan pemerintah daerah dalam jangka waktu tertentu, tanpa menerima imbalan dan setelah jangka waktu berakhir, barang milik negara tersebut diserahkan kembali kepada pemerintah pusat. c. Kerjasama Pemanfaatan Kerjasama pemanfaatan adalah pendayagunaan Barang Milik Negara oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu, dalam rangka peningkatan pendapatan dan sumber pembiayaan lainnya. 43 d. Bangun Guna Serah dan Bangun Serah Guna Bangun Guna Serah (BGS) adalah pemanfaatan tanah milik pemerintah pusat oleh pihak lain dengan mendirikan bangunan dan/atau sarana, berikut fasilitasnya, kemudian didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati. Berikut adalah bagan mengenai bentuk pemanfaatan aset: Sewa Pinjam Pakai Bentuk Pemanfaatan Aset Kerjasama Pemanfaatan Bangun Guna Serah dan Bangun Serah Guna Sumber: Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96 Tahun 2007. Gambar 2.5 Bentuk Pemanfaatan Aset Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa, bentuk-bentuk pemanfaatan aset dapat dilakukan dengan bentuk sewa, pinjam pakai, kerjasama pemanfaatan, dan bangun guna serah dan bangun serah guna. Hal ini menunjukan adanya kesesuain antara landasan normatif yang berlaku dengan kebutuhan penelitian. Oleh karena itu diharapkan penelitian mengenai kerjasama opearasi aset pabrik dapat berjalan dengan baik dan memperoleh hasil yang optimal. 2. Investasi Kemudian menurut Peraturan Pemerintah No 61 Tahun 2008 ba hwa kegiatan investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, terdiri dari: a. Investasi langsung maupun tidak langsung; Dijelaskan lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2008 bahwa investasi langsung adalah penyertaan modal dan/atau pemberian 44 pinjaman oleh badan investasi pemerintah untuk membiayai kegiatan usaha. Sedangkan menurut PMK No 181/PMK.05/2008 investasi langsung adalah penyertaan modal dan/atau pemberian pinjaman oleh badan investasi pemerintah untuk membiayai kegiatan usaha. b. Investasi dalam bentuk instrumen surat berharga termasuk ekuitas. Terlepas dari Peraturan Pemerintah No.61 Tahun 2008, A nggaran dasar PT PPA menjelaskan bahwa untuk mencapai maksud dan tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c pasal ini, perseroan melaksanakan kegiatan sebagai berikut: a. Investasi langsung maupun tidak langsung; b. Investasi dalam bentuk instrumen surat berharga termasuk kuasi ekuitas. Dijelaskan lebih lanjut bahwa menurut Keputusan RUPS PT PPA No 155/MBU/2010 yang dimaksud dengan kegiatan Investasi PPA adalah sebagai berikut: a. Investasi secara langsung atau penyertaan modal pada perseroan lain atau penyertaan modal pada Perusahaan baru; b. Investasi secara tidak langsung pada: 1) Saham yang tercatat di bursa; 2) Saham Perusahaan tertutup. c. Investasi pada: 1) Surat berharga yang diperdagangkan di bursa 2) Surat berharga yang tidak diperdagangkan di bursa Berdasarkan penjelasan tersebut, menunjukan kesesuaian bentuk investasi secara normatif dengan rencana kerjasama operasi yang akan berlangsung. Dengan adanya kesesuai ini, diharapkan penelitian mengenai investasi kerjasama operasi dapat berjalan dengan lancar serta tidak keluar dari bentuk investasi yang diizinkan, sehingga akan diperoleh hasil penelitian yang informatif. 45 2.7 Kerangka Berpikir Penyelesaian Masalah Definisi kerangka berpikir menurut Uma Sekaran dalam (Sugiyono, 2008) adalah model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kemudian (Sugiama, 2008) menegaskan bahwa kerangka berpikir teoritikal model konseptual yang ditujukan untuk menggambarkan kompleksitas hubungan antara faktor-faktor atau variabel-variabel yang diidentifikasi penting dalam suatu permasalahan. Kerangka berpikir dalam penelitian ini mengkaitkan masing masing variabel dengan teori yang ada. Berikut ini rangkaian langkah dalam kerangka berfikir Studi Kelayakan Investasi Kerjasama Operasi (KSO); 1. Input Input dari kerangka berfikir ini adalah hasil dari identifikasi masalah mengenai kelayakan investasi kerjasama operasi (KSO). Input dalam proses ini adalah data primer yang didapatkan melalui tinjauan lapangan pada saat akan melakukan penelitian dan data awal dari pengelola aset. Pertanyaan penelitian ini ada 2 yaitu; bagaimanakah tingkat kelayakan investasi kerjasama operasi aset pabrik polypropylene berdasarkan aspekaspek kelayakan bisnis, serta skema pembiayaan apakah yang paling tepat untuk menjalankan kerjasama operasi aset pabrik polypropylene. 2. Proses dan Metode Proses yang digunakan adalah dengan cara studi dokumentasi, melakukan interview pada pengelola KSO dan observasi terhadap aset yang akan di kaji. S etelah data terkumpul, kemudian data tersebut di analisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan penghitungan rasio-rasio keuangan. Hal-hal Yang termasuk analisis deskriptif adalah penyajian data melalui tabel, grafik, diagram, dan perhitungan persentase. Agar penelitian berjalan secara terarah dan fokus pada ruang lingkup yang dikaji, penulis selalu menggunakan landasan normatif dan teori yang berkaitan dengan penelitian. 46 3. Output Output adalah hasil yang ingin di capai dalam melakukan penelitian ini. Output ini bisa menjawab identifikasi masalah yang sudah dibuat di dalam input. Output yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis tingkat kelayakan investasi, serta skema pembiayaan apakah yang paling tepat untuk menjalankan kerjasama operasi aset pabrik polypropylene, adapun gambaran kerangka berfikir seperti berikut ini; 47 INPUT PROSES OUTPUT Fenomena 1. Gangguan keuangan pada tahun 2008 akibat krisis 2. Ketidamampuan membayar hutang sebesar USD 21.500.000 3. Terhentinya supply 4. Berhenti beroperasi 5. Adanya kebijakan M-BUMN kepada PT PPA 6. Proposal KSO PT PPA kepada PT Polytama Metode Penelitian Metode Deskriptif Kuantitatif dengan pendekatan Studi Kasus Sumber Data 1. Data Primer 2. Data Sekunder Landasan Teori Landasan Nofmatif Lulus Uji Aspek Hukum Tereliminasi Lulus Uji Aspek Pasar dan Pemasaran Tereliminasi Lulus Uji Aspek Teknik dan Produksi Tereliminasi Lulus Uji Aspek Organisasi dan Manajemen Tereliminasi Lulus Uji Aspek Sosial dan Ekonomi Tereliminasi Lulus Uji Aspek-aspek Finansial Tereliminasi “ANALISIS INVESTASI DAN PERANCANGAN PEMBIAYAAN KERJASAMA OPERASI ASET PABRIK” Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah tingkat kelayakan investasi kerjasama operasi aset pabrik polypropylene, berdasarkan aspek-aspek kelayakan bisnis, meliputi; a. Aspek hukum? b. Aspek pasar dan pemasaran? c. Aspek teknik dan produksi? d. Aspek organisasi dan manajemen? e. Aspek Sosial dan Ekonomi? f. Aspek Finansial 2. Skema pembiayaan apakah yang paling tepat untuk menjalankan kerjasama operasi aset pabrik polypropylene.. Analisis Kelayakan Investasi Prediksi ∆P Investasi Bebas Risiko Risiko Bisnis Pembiayaan Kerjasama Operasi yang Paling Tepat Hukum Paaar & Pemasaran Monthly Payment Teknik & Produksi Keuangan Stage Payment Organisasi & Manajemen Gambar 2.6 Kerangka Berfikir Penyelesaian Masalah 48 Rekomendasi Kelayakan dan skema Investasi Kerjasma Operasi Sosial & Ekonomi Contractor’s Full PreFinancing Sumber: Hasil olah data penulis (2012) Tujuan Penelitian 1. Untuk mendapatkan gambaran yang sangat rinci mengenai tingkat kelayakan investasi kerjasama operasi, meliputi; aspek hukum, aspek pasar dan pemasaran, aspek teknik dan produksi, aspek organisasi dan manajemen, aspek sosial dan ekonomi, dan aspek finansial. 2. Untuk memperoleh gambaran yang sangat rinci mengenai pembiayaan yang paling tepat bagi kerjasama operasi.