the nest - Nestlé Nutrition Institute

advertisement
the
nest
No. 36 / Juni 2014
© 2014, Nestlé Nutrition Institute
CH–1800 Vevey
Switzerland
Printed in Switzerland
INFORMASI HANYA UNTUK
TENAGA KESEHATAN
© 2014,
Ne stlé
te
Ins titu
Nu trit ion 00 Vevey
CH –18
rlan d
Sw itze
rlan d
in Sw itze
Pri nte d
No. 36
2014
/ June
Buklet ini dilindungi oleh hak cipta.
Namun dimungkinkan untuk diproduksi
tanpa ijin tertulis sebelumnya dari Nestlé
Nutrition Institute atau S. Karger AG, tapi
mendapat pengakuan terhadap publikasi
asli.
Material yang terdapat dalam buklet ini
diajukan sebagai bahan yang belum
dipublikasikan sebelumnya, kecuali dalam
kasus dimana ijin telah diberikan ke sumber
dimana beberapa bahan ilustrasi berasal.
ce
Eviden
-Based
n in
h
ild
on A
h
and C
Infancy
ma by
ic Ecze
ce
tio
� Scienllergy Preven ood
Infancy
Atop
during
tion of
Preven l Intervention
any)
na
(Germ
Nutritio
Munich
Si bylle
Kolet zk
o,
gies
n Strate
)
Nutritio t Food Allergy
us tralia
en
W.A . (A
aw ley,
to Prev
lmer, Cr
Pa
J.
De bra
pacts of
Im
ic
om
atitis
d Econ
ic Derm
alth an
The He ention of Atop witzerland)
(S
ev
usanne
Early Pr
nner, La
Jörg Sp
ielde
Sumber ilustrasi:
Nestlé Nutrition Collection
Perhatian besar diberikan untuk menjaga
akurasi isi informasi dalam buklet ini.
Namun, baik dari Nestlé Nutrition Institute
maupun S. Karger AG bertanggung jawab
terhadap kesalahan atau konsekuensi
apapun yang timbul dari penggunaan
informasi dalam buklet ini.
M Pencegahan Alergi pada
Bayi dan Anak-Anak;
Science Based Evidence
Pencegahan Eksim Atopik Melalui
Intervensi Nutrisi Selama Masa Bayi
Sibylle Koletzko, Munich (Germany)
Dipublikasi oleh: S. Karger AG, Switzerland,
untuk Nestlé Nutrition Institute
Avenue Reller 22
CH–1800 Vevey
Switzerland
© Hak cipta 2013 oleh
Nestlé Nutrition Institute, Switzerland
Strategi Nutrisi untuk Mencegah
Alergi Makanan
Debra J. Palmer, Crawley, W.A. (Australia)
Dampak Kesehatan dan Ekonomi
pada Pencegahan Dini Dermatitis
Atopi
Jörg Spieldenner, Lausanne (Switzerland)
ISSN 1270 –9743
the
nest
Pencegahan Eksim Atopik Melalui
Intervensi Nutrisi Selama Masa Bayi
S
l lX
e XKXoXl eXt z k o
X iXbXy X
45
40
Division
of Pediatric Gastroenterology
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
Dr. von Hauner Children’s Hospital
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
Ludwig Maximilians-University, Munich, Germany
[email protected]
35
CMF
pHF-W
eHF-W
eHF-C
30
25
20
15
10
Pesan Utama
1 dari 3 anak dengan riwayat
eksim pada keluarga akan terkena
eksim atopik, dimana berkisar
setengah dari mereka mengalami lesi
kulit saat masa bayi.
Risiko eksim dapat berkurang
secara signifikan dengan pemberian
formula bayi terhidrolisis selama 4
bulan pertama bila ASI tidak dapat
diberikan atas indikasi medis.
Eksim atopik adalah manifestasi alergi
yang paling umum terjadi pada dekade
pertama kehidupan dengan insiden
yang terus meningkat di seluruh dunia.
Terutama dalam tingkatan penyakit sedang dan berat akan mempengaruhi
kualitas hidup anak dan keluarganya
(gambar.1). Lebih dari 50% anak yang
terkena eksim atopik ini akan timbul
pada masa bayi. Risiko akan berlipat
ganda pada anak dengan riwayat alergi
pada keluarga dibandingkan dengan
anak tanpa faktor genetik yang diketahui. Hal ini berlaku baik pada bayi yang
mendapatkan ASI eksklusif selama 4
bulan pertama kehidupan dan mereka
yang mendapatkan formula. Semenjak
d i ket a h u i ny a b a hw a ko nt a k d i n i
dengan alergen makanan memiliki peranan dalam perkembangan toleransi
oral dan juga sensitisasi terhadap anti-
5
0
Intention to
treat (n=1,615)
Per protocol
(n=988)
Gambar 2.Insiden kumulatif eksim atopik pada tahun ke 10 pada
keempat kelompok studi. Analisis intention-to-treat, termasuk
semua anak kecuali mereka yang mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan. Analisis per-protocol, termasuk 988
anak yang diikuti oleh protocol studi dan mendapatkan satu dari
formula studi dengan atau tanpa ASI.Tanda bintang mengindikasikan penurunan risiko signifikan dibandingkan dengan CMF.
Gambar 1.Gatal yang parah: dermatitis atopik pada bayi usia 9
gen makanan, strategi intervensi nutrisi untuk pencegahan primer alergi
sangat disarankan. Sebagian besar uji
coba intervensi nutrisi terhadap pencegahan alergi dilakukan pada bayi dengan risiko tinggi berdasarkan riwayat
alergi keluarga.
Sejauh ini terdapat uji coba terbesar,
studi German Infant Nutritional Intervention (GINI), melibatkan 5,991 anak.
Pada sisi non-intervensi (n=3,739)
diikuti oleh anak dengan atau tanpa
adanya predisposisi alergi pada ke-
2
luarga. Anak dari keluarga dengan alergi yang telah disetujui oleh orang
tuanya untuk berpartisipasi pada studi
intervensi double blind ini secara acak
diberikan satu dari empat formula saat
lahir. Penggunaan ASI tetap dianjurkan,
tetapi bila tidak memadai, bayi akan
mendapatkan satu jenis formula studi,
yang dikemas dalam kaleng serupa sebagai blinding. Terdapat dua formula
dengan rasa “normal”, yaitu formula
susu sapi standar (cow’s milk formula
(CMF) dan formula terhidrolisis parsial
(partially hydrolyzed whey (pHF-W)),
dan juga dua formula dengan rasa pahit, yaitu formula terhidrolisis ekstensif (extensively hydrolyzed formula)
baik whey (eHF-W) maupun kasein
(eHF - C) [1- 3]. Anak dinilai melalui
kuesioner dasar, pemeriksaan fisik dan
uji darah.Setelah tindak lanjut selama
10 tahun, pengaruh proteksi dari formula terhidrolisis terhadap dermatitis
atopik terlihat jelas [4].Dibandingkan
dengan CMF, formula terhidrolisis
menurunkan dermatitis atopik, baik
pada analisa per protocol dan analisa
intention-to-treat termasuk semua
anak yang diuji secara acak kecuali
mereka yang mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan.
Pengaruh ini terlihat signifikan pada
pHF-W dan eHF-C, sementara eHF-W
memperlihatkan hasil yang mendekati
garis batas (gambar.2). Pengaruh
pencegahan pada intervensi nutrisi
dini dikembangkan selama masa bayi
dapat bertahan sampai usia 10 tahun.
Selama tindak lanjut selama 10 tahun,
tidak terdapat pengaruh signifikan
yang diamati pada asma atau rhinitis
alergi.
Sebagai kesimpulan, data tindak
lanjut selama 10 tahun dari studi GINI
mendukung penggunaan formula terhidrolisis pada bayi berisiko tinggi selama 4 bulan pertama kehidupan bila
ASI tidak dapat diberikan atas indikasi
medis untuk membantu menurunkan
risiko eksim pada anak.
3
Referesi
1. von Berg A, Koletzko S, Grübl A, FilipiakPittroff B, Wichmann HE, Bauer CP, et al:
The effect of hydrolyzed cow’s milk formula
for allergy prevention in the first year of life:
the German Infant Nutritional Intervention
Study, a randomized double-blind trial. J
Allergy Clin Immunol 2003;111:533–540.
2. von Berg A, Koletzko S, Filipiak-Pittroff B,
Laubereau B, Grübl A, Wichmann HE, et al:
Certain hydrolyzed formulas reduce the
incidence of atopic dermatitis but not that of
asthma: three-year results of the German
Infant Nutritional Intervention Study. J
Allergy Clin Immunol 2007;119:718–725.
3. von Berg A, Filipiak-Pittroff B, Krämer U, Link
E, Bollrath C, Brockow I, et al: Preventive
effect of hydrolyzed infant formulas persists
until age 6 years: long-term results from the
German Infant Nutritional Intervention Study
(GINI). J Allergy Clin Immunol
2008;121:1442–1447.
4. von Berg A, Filipiak-Pittroff B, Krämer U,
Hoffmann B, Link E, Beckmann C, et al:
Allergies in high-risk schoolchildren after
early intervention with cow milk protein
hydrolysates: 10-year results from the
German Infant Nutritional Intervention (GINI)
study. J Allergy Clin Immunol
the
nest
Strategi Nutrisi untuk
Mencegah Alergi Makanan
Debra J. Palmer
School of Paediatrics and Child Health
The University of Western Australia
Crawley, W.A., Australia
[email protected]
Pesan Utama
Diperlukan perhatian lebih saat
bayi dengan eksim akan pertama kali
mengkonsumsi telur atau makanan
mengandung telur.
Penelitian terbaru menunjukkan
penurunan insiden alergi telur dapat
diraih dengan paparan dini dan rutin
telur secara oral pada bayi dengan
eksim, asalkan bayi sudah toleransi
terhadap telur pada beberapa pajanan
awal.
Penelitian saat ini melanjutkan investigasi rentang usia ideal selama
masa bayi mengenai kapan alergen
makanan dapat mulai diperkenalkan
pada diet bayi untuk menurunkan
perkembangan alergi makanan
Insiden alergi makanan, terutama
pada beberapa tahun pertama kehidupan, telah meningkat secara dramatis.
Di Australia, anak prasekolah telah
mengalami peningkatan 5 kali lipat
dalam hal terjadinya reaksi anafilaksis
karena makanan [1], dengan lebih dari
10% anak usia 1 tahun sekarang ini
memiliki alergi makanan secara klinis
[2]. Paparan dini maupun lambat terhadap alergen makanan pada bayi telah
diidentifikasi sebagai kemungkinan
strategi pencegahan alergi makanan.
Pada tahun 2000, telah direkomenda-
sikan bahwa pada bayi dengan risiko
alergi lebih tinggi (berdasarkan riwayat
keluarga), pengenalan makanan alergenik pada diet mereka harus ditunda,
termasuk penghindaran telur sampai
usia 2 tahun dan kacang sampai usia 3
tahun [3]. Sebaliknya, selama dekade
terakhir, studi observasional terbaru
menemukan bahwa pengenalan beberapa makanan yang ditunda sampai
diatas 6-10 bulan berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit alergi. Khususnya, pada satu studi kohort
[4] menemukan penundaan pengenalan telur sampai usia 10-12 bulan
(disesuaikan OR 1.6, 95% CI 1.0-2.6)
berhubungan dengan risiko alergi telur
yang lebih tinggi dibandingkan dengan
pengenalan lebih dini pada usia 4-6
bulan. Sebagai respon terhadap observasi baru ini, terdapat perubahan dalam
pendekatan, komite ahli secara mendunia menarik kembali rekomendasi
mereka sebelumnya untuk menunda
pengenalan terhadap makanan alergenik [5-8]. Bagaimanapun, telah dikenal
bahwa tetap dibutuhkan bukti dari randomized controlled trial (RCTs) untuk
menetapkan apakah paparan dini terhadap alergen makanan dapat menurunkan risiko alergi makanan.
Sebuah RCTs menyelidiki waktu
paparan telur pada bayi dengan eksim,
4
Gambar 1. Waktu pengenalan telur pada diet bayi dengan eksim: ringkasan dari uji coba
yang cenderung memiliki kemungkin
an lebih besar terkena alergi makanan,
sekarang telah dipublikasi [9]. Satu kelompok bayi (n=49) diperkenalkan terhadap bubuk beras sejak usia 4 bulan
(gambar.1). Keluarga mencampur 1
sendok teh bubuk pada makanan padat bayi mereka setiap hari sampai
usia 8 bulan, saat telur matang diperkenalkan pada kedua kelompok bayi.
Pada usai 12 bulan, tantangan telur
yang diobservasi secara medis ini
ditetapkan bayi mana yang mengalami
alergi telur. Secara keseluruhan, 33%
bayi yang diperkenalkan telur dari usia
4 bulan mengalami alergi makanan
dibandingkan dengan 51% bayi yang
diperkenalkan telur sejak usia 8 bulan.
Sayangnya, hasil dari uji coba ini tidak
sampai menunjukkan perbedaan secara signifikan karena jumlah sampel
yang kecil. Penelitian dilanjutkan dengan setidaknya 7 RCTs baru di seluruh dunia.Penyelidikan baik paparan
alergi makanan dini pada masa bayi
dapat mencegah alergi makanan.
Referensi
1. Mullins RJ: Paediatric food allergy trends in a
community-based specialist allergy practice,
1995-2006. Med J Aust 2007;186:618– 621.
2. Osborne NJ, Koplin JJ, Martin PE, Gurrin LC,
Lowe AJ, Matheson MC, et al: Prevalence of
challenge-proven IgE-mediated food allergy
using population-based sampling and
predetermined challenge criteria in infants.
J Allergy Clin Immunol 2011;127:
668– 676 e1–e2.
3. American Academy of Pediatrics. Committee
on Nutrition. Hypoallergenic infant formulas.
Pediatrics 2000;106:346–349.
4. Koplin JJ, Osborne NJ, Wake M, Martin PE,
Gurrin LC, Robinson MN, et al: Can early
introduction of egg prevent egg allergy in
infants? A population-based study. J Allergy
Clin Immunol 2010;126:807–813.
5. Agostoni C, Decsi T, Fewtrell M, Goulet O,
Kolacek S, Koletzko B, et al: Complementary
feeding: a commentary by the ESPGHAN
committee on nutrition. J Pediatr Gastro­
enterol Nutr 2008;46:99 –110.
5
6. Greer FR, Sicherer SH, Burks AW: Effects
of early nutritional interventions on the
development of atopic disease in infants
and children: the role of maternal dietary
restriction, breastfeeding, timing of
introduction of complementary foods and
hydrolyzed formulas. Pediatrics
2008;121:183–191.
7. Host A, Halken S, Muraro A, Dreborg S,
Niggemann B, Aalberse R, et al: Dietary
prevention of allergic diseases in infants and
small children. Pediatr Allergy Immunol
2008;19:1–4.
8. Prescott SL, Smith P, Tang M, Palmer DJ,
Sinn J, Huntley SJ, et al: The importance of
early complementary feeding in the
development of oral tolerance: concerns and
controversies. Pediatr Allergy Immunol
2008;19:375–380.
9. Palmer DJ, Metcalfe J, Makrides M, Gold
MS, Quinn P, West CE, et al: Early regular
egg exposure in infants with eczema: a
randomized controlled trial. J Allergy Clin
Immunol 2013;132:387–392.e1.
the
nest
Dampak Kesehatan dan Ekonomi
pada Pencegahan Dini Dermatitis Atopi
Jörg Spieldenner
Public Health Nutrition Department
Nestlé Research Center
Lausanne, Switzerland
[email protected]
Pesan Kunci
Dermatitis atopik merupakan
gangguan peradangan dan alergi kronis berulang, yang memberikan beban
ekonomi secara signifikan pada keluarga dengan anak yang menderita
dermatitis atopik, pada sistem kesehatan dan masyarakat secara keseluruhan.
Insiden dermatitis atopik secara
signifikan berkurang bila bayi (yang tidak mengkonsumsi ASI) diberi makan
secara spesifik dengan susu formula
berbahan dasar 100% protein whey
yang terhidrolisa sebagian, dalam 4 bulan pertama kehidupan.
Pencegahan alergi sejak dini akan
bermanfaat secara signifikan bagi kesehatan dan kualitas hidup anak-anak
dan keluarga mereka serta hemat secara ekonomi. Keuntungan pencegahan alergi dari segi kesehatan dan ekonomi harus dipertimbangkan untuk
sistem kesehatan publik dan lembaga
asuransi.
Prevalensi alergi pada bayi dan anakanak di seluruh dunia, terus meningkat
dalam 50 tahun terakhir [1]. Salah satu
alergi yang paling umum pada bayi dan
anak-anak adalah, gejala alergi pada
kulit kronis yang berulang, yang disebut dermatitisatopik (DA). DA sering
dikaitkan dengan perkembangan gangguan atopik lainnya [2].
Prevalensi DA telah meningkat di
negara berkembang selama beberapa
dekade terakhir dan kejadian pertama,
biasanya terjadi pada tahun pertama
kehidupan [2]. Di Eropa, prevalensi DA
di kalangan anak-anak diperkirakan antara 10 dan 20%, sementara prevalensi di Amerika Latin dan Asia relatif
tinggi [3].
Mengingat sifat kronik pada keadaan
ini, DA memberikan sebuah beban
ekonomi yang signifikan pada keluarga
dengan anak yang menderita DA, pada
sistem kesehatan dan masyarakat
secara keseluruhan [2].
ASI eksklusif selama 3 bulan pertama kehidupan, dikaitkan dengan efek
perlindungan terhadap penyakit atopik
pada anak-anak dengan riwayat atopi
pada keluarganya [4]. Disarankan
untuk melakukan ASI eksklusif selama
4 - 6 bulan pertama kehidupan anak;
namun, jika tidak memungkinkan, bayi
dapat diberi susu formula sebagai
pengganti atau pendamping ASI. Susu
formula standar berbahan dasar susu
sapi, telah diamati hubungannya dalam
peningkatan risiko DA[4, 5].
6
Percobaan The German Infant Nutritional Intervention (GINI), meneliti efek
dari susu formula terhidrolisis dibandingkan dengan formula standar pada
bayi yang tidak diberi ASI eksklusif
yang berisiko tinggi terhadap DA. Studi
ini membuktikan bahwa kejadian atopi
menurun secara signifikan saat bayi
diberi makan susu formula berbahan
dasar 100% protein whey yang terhid ro lisis sel am a 4 bul an p er t a m a kehidupan. Efek pencegahan ini
berlangsung hingga anak berusia 6
tahun [4].
Mengingat beban ekonomi dari alergi (di Jerman, biaya tahunan total
akibat DA adalah EUR1,2-3,5 miliar),
ekonom kesehatan telah mulai
mengeksplorasi efektivitas dari segi
biaya daripenggunaan formula yang
dihidrolisasi untuk pencegahan DA.
Dalam studi GINI, efektivitas-biaya
dari susu formula berbahan dasar
100% protein whey yang terhidrolisa
sebagian untuk pencegahan DA pada
bayi, turut dinilai. Hasilpenelitian
menunjukkan bahwa penggunaan
secara konsisten dari formula yang
dihidrolisis tersebut hingga anak berusia 4 bulan dapat menghemat biaya
bagi keluarga Jerman hingga EUR 14
juta (selama lebih dari 6 tahun) [4].
Selain itu, pendekatan ekonomi kesehatan digunakan untuk memperkirakan efektivitas dari segi biaya bagi
pencegahan DA di negara-negara lain
di seluruh dunia. Pencegahan alergi
Tabel1. Biaya yang berkaitan denganDAdarisudut
pandangsistem kesehatanpublik (Depkes),
keluarga dan masyarakat
Tabel2. Kejadian DA pada anak
yang minum susu formula dengan
whey yang terhidrolisa sebagian
vs formula standar dan kaitannya
dengan penghematan biaya
sejak dini bermanfaat secara signifikan
dalam hal kesehatan dan kualitas hidup bagi anak-anak dan keluarga mereka serta dalam hal penghematan
ekonomi. Keuntungan dari pencegahan alergi harus dipertimbangkan untuk
sistem kesehatan publik dan lembaga
asuransi/ reimburstment untuk memberikan rekomendasi dan insentif ekonomi bagi penggunaan susu formula
terhidrolisis yang terbukti memiliki
efek pencegahan sehingga me ngurangi insiden DA.
Referensi
1. Pawankar R, Canonica GW, Holgate ST,
Lockey RF: WAO White Book on Allergy
2.
3.
4.
5.
6.
2011-2012: Executive Summary. World
Allergy Organization.
Spieldenner J, Belli D, Dupont C, et al: Partially
hydrolysed 100% whey-based infant formula
and the prevention of atopic dermatitis:
comparative pharmacoeconomic analyses.
Ann Nutr Metab 2011;59(suppl 1):44–52.
Odhiambo JA, Williams HC, Clayton TO, et
al: Global variations in prevalence of eczema
symptoms in children from ISAAC Phase
Three. J Allergy Clin Immunol 2009;124:
1251.e23–1258.e23.
Mertens J, Stock S, Lüngen M, et al: Is
prevention of atopic eczema with hydrolyzed
formulas cost-effective? A health economic
evaluation from Germany. Pediatr Allergy
Immunol 2012;23:597– 604.
Novembre E, Vierucci A: Milk allergy/
intolerance and atopic dermatitis in infancy
and childhood. Allergy 2001:56(suppl 67):
105–108.
Iskedjian M, Dupont C , Spieldenner J, et al:
Economic evaluation of a 100% whey-based,
7
partially hydrolysed formula in the prevention
of atopic dermatitis among French children.
Curr Med Res Opin 2010;26:2607–2626.
7. Iskedjian M, Nevoc Falco S, Spieldenner J, et
al: Abstract and poster presented at the 13 th
Annual European Congress of the International Society for Pharmacoeconomics and
Outcomes Research, Prague, November 6–9,
2010.
8. Iskedjian M, Belli D, Farah B, et al: Economic
evaluation of a 100% whey-based partially
hydrolyzed formula in the prevention of
atopic dermatitis among Swiss children.
J Med Econ 2012;15:378–393.
9. Ngamphaiboon J, Kongnakom T, Detzel P,
et al: Direct medical costs associated with
atopic diseases among young children in
Thailand. J Med Econ 2012;15:1025–1035.
10.Su J, Prescott S, Sinn J, et al: Cost-effectiveness of partially-hydrolyzed formula for
prevention of atopic dermatitis in Australia.
J Med Econ 2012;15:1064–1077.
Download