BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Miopia atau rabun jauh merupakan keadaan di mana penglihatan seseorang menjadi rabun untuk melihat benda yang jaraknya jauh, hal ini terjadi karena bayangan benda yang jauh jatuh di depan retina (Schmid, 2015). Menurut survei yang dilakukan oleh DEPKES RI tahun 2001, angka kejadian kelainan refraksi sebesar 24,1 % dan menempati urutan pertama dari 10 penyakit mata lainnya (DEPKES, 2001), sedangkan Saw menemukan angka kejadian miopia sendiri di Sumatera tahun 2001 sebesar 26,1% (Saw et al., 2002). Miopia merupakan kelainan mata yang menjadi masalah global karena angka kejadiannya yang terus meningkat (Saw, 2003). Pada era globalisasi di mana terdapat banyak perubahan pada segi lingkungan kerja dan gaya hidup membuat banyak orang menderita miopia meskipun tidak memiliki riwayat keturunan miopia (Schmid, 2015). Faktor resiko miopia dibagi menjadi 2, yakni internal dan eksternal (Hilda, 1997). Faktor resiko internal (genetik) yakni : riwayat miopia orang tua, apabila kedua orang tua menderita miopia, maka kemungkinan anaknya menderita miopia meningkat sampai 7 kali lipatnya. Kelainan jaringan ikat seperti pada sindroma Marfan, dan pertumbuhan bola mata berlebihan pada saat emmetropisasi (proses adaptasi mata untuk mencapai keadaan emmetrop). Faktor eksternal (lingkungan) yakni : akomodasi berkepanjangan karena pekerjaan 1 2 melihat dekat dalam waktu lama (Schmid, 2015), kebiasaan membaca, dan aktivitas di luar ruangan (Scheiman et al., 2014). Jane menemukan bahwa pada populasi berpendidikan tinggi lebih banyak menderita miopia dibandingkan yang lebih rendah, hal ini berhubungan dengan aktifitas membaca dekat seperti membaca dan belajar (Gwiazda et al., 2011). Beberapa literatur mengatakan aktifitas melihat dekat berkepanjangan menjadi faktor resiko penting terjadinya miopia (Gwiazda et al., 2011;Saw, 2003), sehingga adaptasi kebiasaan melihat dekat (menambah aktifitas di luar ruangan dan frekuensi istirahat) (Scheiman et al., 2014) menjadi salah satu langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya miopia (Sirlan, 2005) Miopia memiliki hubungan kuat dengan pekerjaan melihat dekat (Ip et al., 2008). Penelitian Scheiman mengatakan 40,3 % anak usia <15 tahun yang memiliki aktifitas melihat dekat >21 jam/minggu cenderung memiliki miopia yang tidak stabil(Scheiman et al., 2014). Pekerjaan melihat dekat yang mengandalkan gerakan simultan dari kedua mata seperti membaca memiliki efek penyebab miopia yang berbeda dengan gerakan yang tidak simultan seperti menjahit (Saw, 2015). Miopia ditemukan lebih tinggi pada beberapa pekerjaan yang mengharuskan pekerjanya untuk melihat dekat dalam waktu yang lama, seperti bagian quality control, pembuat peta dan bagan, pekerjaan dengan mikroskop, mekanik yang membutuhkan presisi dalam pekerjaannya, dan operator komputer. Simensen dan Thorud menemukan pekerja yang mengontrol tekstur produk tekstil 90% menderita miopia, dibandingkan pekerja yang melakukan pekerjaan lain di pabrik yang sama (Simensen & Thorud, 1994). 3 Penelitian tentang peran aktifitas melihat dekat dengan progresifitas miopia, hubungan antara miopia dengan pendidikan dan pekerjaan, hubungan aktifitas visual dengan stabilisasi miopia sudah ada. Berdasarkan hasil wawancara dengan bagian Sumber Daya Manusia pabrik obat PT Konimex, didapatkan bahwa pekerja pabrik rutin melakukan pemeriksaan mata setiap 2 tahun sekali. Dari hasil pemeriksaan mata tersebut, didapatkan cukup banyak pekerja yang mengalami kelainan refraksi dan membutuhkan kacamata. Pekerja pabrik khususnya bagian produksi lebih lama bekerja di dalam ruangan setiap harinya sehingga cenderung lebih sering melakukan aktifitas melihat dekat yang merupakan faktor resiko terjadinya miopia. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk meneliti derajat miopia pada berbagai durasi melihat dekat pada pekerja di bagian produksi pabrik obat PT Konimex. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut, “Bagaimanakah derajat miopia pada berbagai durasi melihat dekat pada pekerja di pabrik obat PT Konimex di Sukoharjo tahun 2016 ?” C. Tujuan a. Tujuan Umum Mengetahui derajat miopia karyawan pabrik obat PT Konimex di Sukoharjo tahun 2016 berdasarkan durasi aktifitas melihat dekat. b. Tujuan Khusus Mengetahui prevalensi miopia dan distribusi derajat miopia pada karyawan pabrik obat PT konimex. 4 Mengetahui gambaran nilai sferis pada karyawan dengan miopia. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang derajat miopia pada berbagai durasi aktifitas melihat dekat pada karyawan pabrik obat PT Konimex di Sukoharjo tahun 2016. Bagi Pabrik obat PT Konimex di Sukoharjo, penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang prevalensi miopia pekerja serta pemeriksaan mata yang meliputi visus, kekuatan refraksi, pemeriksaan mata anterior dan tekanan intraokuler. Bagi peneliti yang lain, penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan tentang derajat miopia pada berbagai durasi melihat dekat terutama pada pekerja pabrik dan mendorong peneliti lain untuk mencari hubungan durasi aktifitas melihat dekat dengan derajat miopia. E. Keaslian Penelitian Chen-Wei Pan (2012) mengkaji prevalensi miopia di dunia dengan sampel beberapa negara, di Asia, dan di negara barat. Chen juga mengkaji faktor resiko miopia seperti melihat dekat, tingkat edukasi, riwayat orang tua miopia, dan refraksi perifer, juga penelitian miopia pada hewan. Jenny M. Ip (2008) meneliti tentang hubungan waktu yang dihabiskan untuk melihat dekat dan membaca dengan Spherical Equivalent Refraction (SER) dalam populasi anak sekolah umur 12 tahun di Australia. Betina Kinge, Anna Midelfart, Geir Jacobsen, dan Jaran Rystad (2000) melakukan studi longitudional selama tiga tahun tentang pengaruh melihat dekat 5 dengan munculnya miopia pada mahasiswa teknik. Betina dkk. meneliti hubungan pekerjaan melihat dekat seperti menghadiri kuliah, tugas perhitungan, membaca literatur, melihat monitor, televisi, dan pekerjaan melihat dekat lainnya dengan perubahan kekuatan refraksi mata. Indah Nurkasih (2010) meneliti prevalensi miopia pada penjahit sepatu. Selain mengetahui prevalensi miopia pada pekerja yang melihat dekat, Indah juga mencari faktor-faktor resiko miopia dan hubungan antara melihat dekat dengan miopia. Mutia Maulud Fauziah, M. Hidayat, dan Julizar (2014) meneliti tentang hubungan durasi melihat dekat dengan derajat miopia. Subjek penelitiannya adalah mahasiswa Pendidikan Dokter. Mutia dkk. mengkaji tentang lama aktivitas membaca dengan derajat miopia subjek.