INFORMASI APBN APBNP BUDGET IN BRIEF 2015 2016 MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT PONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS REPUBLIK INDONESIA asdasda INFORMASI APBN 2016 kas kas INFORMASI APBN 2016 Disusun oleh Direktorat Penyusunan APBN, Direktorat Jenderal Anggaran Penanggung jawab: Direktur Jenderal Anggaran Editor: Direktur Penyusunan APBN Kontributor: Pejabat dan pegawai Direktorat Penyusunan APBN KATA PENGANTAR Menteri Keuangan Republik Indonesia Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya, RUU APBN tahun 2016 yang diajukan Pemerintah telah disetujui oleh DPR pada Sidang Paripurna tanggal 30 Oktober 2015. Tahun 2016 merupakan tahun pertama bagi Pemerintahan Kabinet Kerja bersama dengan DPR RI yang baru merumuskan dan menyusun APBN secara utuh, sehingga anggaran tahun 2016 diupayakan untuk menampung secara utuh kebijakan dan program dari Pemerintahan Kabinet Kerja. Kebijakan dan program tersebut tercermin dalam RKP tahun 2016 yang kemudian ditindaklanjuti dengan penetapan arah kebijakan fiskal yang mengusung tema “Penguatan Pengelolaan Fiskal Dalam Rangka Memperkokoh Fundamental Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi yang berkualitas”. Arah kebijakan fiskal tersebut akan ditempuh melalui pengendalian Menteri Keuangan Republik Indonesia Bambang P. S. Brodjonegoro defisit anggaran pada tingkat yang berkelanjutan dengan tetap menjaga keseimbangan peran APBN dalam perekonomian, menghimpun pendapatan negara secara optimal, serta meningkatkan efisiensi dan kualitas belanja negara termasuk dengan melanjutkan dan mempertajam program-program prioritas di tahun 2015. Kebijakan dalam peningkatan pendapatan negara antara lain dengan menggulirkan kebijakan-kebijakan terkait dengan optimalisai perpajakan, peningkatan lifting, penyesuaian target dividen Pemerintah atas laba BUMN, perbaikan pengawasan pengelolaan sumberdaya alam dan penyesuaian tarif pengenaan PNBP. Sedangkan kebijakan pada sisi belanja negara diarahkan agar semakin efisien, produktif, dan berkualitas, serta memperkuat pelaksanaan desentralisasi fiskal. Sejalan dengan rencana kebijakan pendapatan negara dan belanja negara, maka kebijakan pembiayaan anggaran diarahkan antara lain dengan menyempurnakan kualitas perencanaan investasi Pemerintah, mengendalikan rasio utang dalam batas yang aman, membuka akses pembiayaan pembangunan dan investasi kepada masyarakat secara lebih luas, memprioritaskan skema Kerjasama Pemerintah Badan Usaha (KPBU) dan memberikan penjaminan untuk mendukung dan mempercepat pembangunan infrastruktur. Sebagai upaya penyampaian informasi yang ringkas dan mudah dipahami terkait APBN 2016 kepada masyarakat luas serta untuk menciptakan transparansi anggaran, maka disusunlah Informasi APBN 2016 ini. Kepada para tim penyusun dan para pihak yang telah menyampaikan masukan yang konstruktif hingga terbitnya Informasi APBN 2016 ini kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya. Harapan kami semoga Informasi APBN 2016 ini dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman yang lebih luas kepada para pembacanya dan dapat memberikan masukan yang konstruktif bagi penyusunan APBN yang lebih berkualitas. Terima Kasih INFORMASI INFORMASI APBN 2016 1APBN 2016 APBN 2016 Penguatan pengelolaan fiskal dalam rangka memperkokoh fundamental pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas STRATEGI YANG DITEMPUH - Memperkuat stimulus yang diarahkan untuk meningkatkan kapasitas produksi dan penguatan daya saing - Meningkatkan ketahanan fiskal dan menjaga terlaksananya programprogram prioritas di tengah tantangan perekonomian global 1 - Mengendalikan risiko dan menjaga kesinambungan fiskal dalam jangka menengah dan panjang INFORMASI APBN 2016 INFORMASI 2 APBN 2016 FOKUS APBN 2016 PENDAPATAN Target penerimaan perpajakan direncanakan secara realistis dengan mendasarkan pada kondisi perekonomian terkini dan dukungan pelaksanaan kebijakan dan langkah administratif perpajakan yang komprehensif serta extra effort dalam upaya memperkecil kesenjangan antara potensi penerimaan perpajakan dengan realisasinya Mengoptimalkan PNBP K/L dalam rangka mengurangi ketergantungan PNBP terhadap faktor eksternal (ICP, kurs, dan harga komoditas) BELANJA NEGARA Melanjutkan program prioritas nasional (antara lain infrastruktur konektivitas, kedaulatan pangan dan energi, kemaritiman, pariwisata, pengurangan kesenjangan serta pertahanan ) untuk memperbaiki kualitas pembangunan Mempertahankan pemenuhan anggaran pendidikan sebesar 20% dari APBN dan pertama kali memenuhi anggaran kesehatan sebesar 5% dari APBN Menyelaraskan kebijakan desentralisasi fiskal, melalui pengalihan belanja K/L ke DAK diikuti dengan peningkatan Transfer ke Daerah dan Dana Desa yang signifikan PEMBIAYAAN ANGGARAN Mendukung pembangunan infrastruktur untuk transportasi, pemukiman untuk MBR, air bersih dan sanitasi, serta infrastruktur energi Mengendalikan rasio utang pemerintah dalam batas yang aman 2 INFORMASI APBN 2016 PROSES PENYUSUNAN APBN 2016 Pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat RI telah membahas dan menyepakati Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun 2016 dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah RI Januari-Maret 2015 Penyusunan Kapasitas Fiskal 15 April 2015 SB Pagu Indikatif Menteri Keuangan dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas 20 Mei 2015 Penyampaian KEM PPKF ke DPR 28 Mei-6 Juli 2015 Pembicaraan Pendahuluan RAPBN TA 2016 7 Juli 2015 Keputusan Menteri Keuangan tentang Pagu Anggaran K/L 14 Agustus 2015 Pidato Presiden Penyampaian Nota Keuangan & RAPBN 2016 Agustus-Oktober Pembahasan dengan DPR 30 Oktober 2015 Sidang Paripurna Penetapan RUU APBN Tahun 2016 November 2015 UU Nomor 14 tahun 2015 tentang APBN 2016 November 2015 Peraturan Presiden Nomor 137 Tahun 2015 tentang Rincian APBN tahun 2016 Desember 2015 Penyerahan DIPA Januari-Desember 2016 Pelaksanaan APBN 3 INFORMASI APBN 2016 HAL-HAL BARU APBN 2016 Pertama kali pemenuhan anggaran kesehatan sebesar 5% dari belanja negara serta mempertahankan pemenuhan anggaran pendidikan sebesar 20% dari belanja negara Percepatan pelaksanaan proyek-proyek pembangunan infrastruktur. Percepatan pengurangan kesenjangan antara lain melalui perluasan coverage program keluarga harapan Menjaga kesejahteraan aparatur negara: THR dan gaji 13 Alokasi anggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa dalam APBN 2016 mendekati anggaran Kementerian/ Lembaga (Belanja K/L). Meningkatkan besaran dan memperbaiki formula alokasi DAU guna meningkatkan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah. Rp Meningkatkan besaran serta memperbaiki dan memperkuat kebijakan DAK untuk mendukung implementasi nawacita dan pencapaian prioritas nasional Meningkatkan alokasi Dana Desa hingga 6% dari dan diluar transfer ke daerah sesuai Road Map Dana Desa 2015-2019 4 Mempertajam alokasi PMN melalui peningkatan peran BUMN dan penyediaan dukungan untuk pembangunan infrastruktur (listrik, jalan, bandara dan pelabuhan). INFORMASI APBN 2016 2015 APBNP 5,7 5,0 ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO % 6,2 2016 APBN Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,3 Inflasi (%,yoy) 4,7 Tingkat bunga SPN 3 bulan (%) IDR % 5,5 IDR USD USD 12.500 Nilai Tukar (Rp/US$) 13.900 60 Harga Minyak (USD/barel) 50 825 Lifting Minyak Minyak Lifting (ribu barel/hari) 830 1.221 Lifting Gas Lifting Gas (MBOEPD) 1.155 55 INFORMASI APBN 2016 INDIKATOR KESEJAHTERAAN DAN TARGET PEMBANGUNAN 10,3 5,6 9,0-10,0 Tingkat Kemiskinan (%) 0,40 Tingkat Pengangguran (%) 69,4 0,39 Gini Ratio 5,2-5,5 70,1 Indeks Pembangunan Manusia (indeks) APBNP 2015 APBN 2016 66 BUDGET IN BRIEF APBNP 2015 I AC APB (TTr Pajak Bumi Pajak Bumi dan Bangunan dan Bangunan Pajak Pajak Pertambahan Pertambahan Nilai Nilai Pajak Pajak Penghasilan Penghasilan 715,8 715,8 PPh PPh Non Migas Non Migas 571,7 571,7 19,4 19,4 Cukai Cukai 146,4 146,4 Pajak Pajak Lainnya Lainn ya 11,8 11,8 757,2 757,2 BeaMasuk Masuk Bea 37,2 37,2 2,9 2,9 41,4 41,4 Tax a Ratio ati Tax Ratio PendapatanPajak Pajak Pendapatan PerdaganganInInternasional Perdagangan ternasional 1.506,6 1.506,6 PPh PPh Migas Migas BeaKeluar Keluar Bea 13% 13,11 13% 40,1 40,1 PendapatanPajak Pajak Pendapatan Dalam Negeri Dalam Negeri 1.546,7 1.546,7 1.820,5 1.820,5 Penerimaan Penerimaan Perpajakan Perpajakan Pendapatan SDA Pendapatan SDA Pendapatan Pendapatan Dalam Negeri Dalam Negeri 124,9 124,9 273,8 273,8 Pendapatan Pendapatan Bagian Bagian Laba BUMN Laba BUMN 34,2 34,2 Penerimaan Penerimaan Negara Nega ra Bukan Pajak Bukan Pajak PNBP PNBP Lainnya Lainn 79,4ya 79,4 Pendapatan Pendapatan BLU BLU 35,4 35,4 77 8 2,0 2,0 Penerimaan Penerimaan Hibah Hibah 1.822,5 Pendapatan Pendapatan Negara Negara INFORMASI APBN 2016 CCOUNT CCOUNT BN 2016 Triliun Triliun Rupiah) upiah Belanja 201,6 201,6Belanja Modal Modal Belanja Belanja 323,9 323,9 325,4 Barang Barang Belanja 50,4 Belanja 50,4 54,9 Sosial Sosial 784,1 784,1 Belanja Belanja 208,2 347,5 208,2 Pegawai Pega wai 139,3 139,3 Belanja Belanja Pegawai Pega wai Belanja K/L Belanja K/L Keseimbangan Keseimbangan Primer Primer 1.325,6 1.325,6 -88,2 -88,2 Defisit -273,2 -273,2 Pembiayaan Pembiayaan Anggaran Anggaran 272,8 272,8 Belanja Belanja Pemerintah Pusat Pemerintah Pusat Subsidi Subsidi 182,1 182,6 182,6 Belanja Belanja Belanja Belanja Lain- lain Lain-lain Hibah 24,7 Bantuan Hibah 24,7 Bantuan 4,0 4,0 Sosial Sosial Penanggulangan Penanggulangan Ben ana Bencana 4,5 4,5 Dana Dana BagiHasil Hasil Bagi 106,1 106,1 Transfer Trans fer Ke daerah Ke dae rah 273,2 273,2 Pembiayaan Pembiayaan Dalam Pembia yaan Dalam Negeri Negeri Neto Dalam Negeri Pembayaran Pemba yaran BungaUtang Utang Bunga 184,9 168,5 184,9 541,4 Belanja 541,4 Belanja NonK/L K/L Non 2.095,7 2.095,7 Defisit e isit Belanja Belanja Barang Barang 1,4 1,4 Pembiayaan Pembiayaan Luar Pembia yaan Negeri Neto Luar Negeri 0,4Luar Negeri 0,4 0,4 Belanja Belanja Negara Negara 723,2 723,2 700,4 700,4 Transfer Ke daerah Trans fer Ke dae rah dan Dana Desa dan Dana Desa 770,2 770,2 Dana Dana Dana Dana Alokasi Umum Transfer Umum Alokasi Umum Trans fer Umum 385,4 491,5 385,4 491,5 Dana Dana Transfer Khusus Trans fer Khusus 208,9 208,9 Dana Dana Desa 47,0 Desa 47,0 47,0 888 9 Dana Otonomi Khusus & Dana O tonomi Khusus DIY & Dana Keistimewaan Dana 17,8Keistime waan DIY 17,8 Dana Dana Insentif Daerah Insentif Dae rah 5,0 5,0 Dana Alokasi Dana Alokasi Khusus Fisik Khusus Fisik 88,5 85,4 85,4 Dana Alokasi Dana Alokasi Khusus Non Fisik Khusus 123,5 Non Fisik 123,5 INFORMASI APBN 2016 PENDAPATAN NEGARA Pajak Rp1.360,2 T 74% 75% PENDAPATAN NEGARA Rp1.822,5 T 15% 11% 10% Kepabeanan dan Cukai Rp186,5 T PNBP Rp273,8 T Penerimaan Hibah Rp2,0 T Target Pendapatan Negara naik Rp60,9 T dari APBNP 2015 atau tumbuh sebesar 3,5%. Kenaikan tersebut terutama bersumber dari meningkatnya penerimaan perpajakan sebesar Rp57,4 T Masih lemahnya ICP dan harga komoditas menyebabkan pendapatan yang bersumber dari SDA mengalami penurunan dari target APBNP 2015 9 INFORMASI APBN 2016 PENDAPATAN NEGARA 2005-2016 ,3 Rp403,4 T 2004 TRILIUN RUPIAH 238,6 41,9 122,5 1,3 Rp495,2 T 2005 298,5 48,5 146,9 1,8 Rp638,0 T 2006 358,2 Pajak 227,0 51,0 1,7 Kepabeanan dan Cukai Rp707,8 T 2007 425,4 215,1 65,6 Hibah 2,3 Rp981,6 T 2008 571,1 PNBP 320,6 87,6 1,7 Rp848,8 T 2009 544,5 75,4 227,2 3,0 Rp995,3 T 2010 2011 268,9 95,1 628,2 5,3 628,2 Rp1.210,6 T 742,7 331,5 131,1 5,8 Rp1.338,1 T 2012 835,8 351,8 144,7 6,8 Rp1.438,9 T 2013 921,4 354,8 156,0 5,1 Rp1.550,6 T 2014 2014 985,1 161,7 398,7 3,3 APBNP 2015 Rp1.761,6 T 195,0 1.294,3 269,1 2,0 APBN 2016 Rp1.822,5 T 1.360,2 186,5 10 273,8 INFORMASI APBN 2016 PENERIMAAN PERPAJAKAN Rata-rata pertumbuhan Penerimaan Perpajakan 2010 – 2016 adalah sebesar 13,5 % Triliun Rupiah 29,9% 3,9% 41,4 49,5 186,5 195,0 9,9% 12,2% 83,5 16,7% 73,1 58,9 1.318,7 87,4 88,7 20,8% 6,5% 1.244,7 161,7 155,9 144,7 131,1 897,7 832,7 95,1 752,4 669,6 569,4 2010 2011 2012 Pertumbuhan Perpajakan 2013 PPh Migas 2014 Kepabeanan & Cukai 2015 APBNP 2016 APBN Pajak Nonmigas Target penerimaan perpajakan direncanakan secara realistis dengan mendasarkan pada kondisi perekonomian terkini dan dukungan pelaksanaan kebijakan dan administrasi perpajakan yang komprehensif. Selain itu, Pemerintah juga mempertimbangkan upaya untuk mengoptimalkan potensi pajak yang ada dalam perekonomian dengan tetap memerhatikan iklim investasi. 11 INFORMASI APBN 2016 PENERIMAAN PERPAJAKAN 12 % Pajak Kepabeanan dan Cukai Rp186,5 T 88 % Rp1.360,2 T 53 % 42 % Pajak Rp1.360,2 T 13 % % PPh Non Migas Rp715,8 T Kepabeanan dan Cukai Rp186,5 T 78 % PPN Rp571,7 T 20 % Bea Masuk Rp37,2 T Cukai Rp146,4 T 1% 1% Pajak Lainnya PPh Migas PBB Rp41,4 T Rp19,4 T Rp11,8 T 2% Bea Keluar Rp2,9 T Target Penerimaan Perpajakan naik Rp57,4 T dari APBNP 2015 atau tumbuh sebesar 3,9%, yang terdiri dari: • Penerimaan Pajak naik Rp 65,9 T atau tumbuh sebesar 5,1% dari APBNP 2015, terutama dipengaruhi oleh perbaikan pertumbuhan ekonomi dan extra effort di bidang perpajakan tahun 2016 • Kepabeanan dan Cukai turun Rp8,5 T atau sebesar 4,3% dari APBNP 2015, terutama disebabkan turunnya tarif bea keluar CPO beserta turunannya sebagai dampak dari kebijakan pembentukan Badan Penghimpun Dana Perkebunan Kelapa Sawit 12 INFORMASI APBN 2016 Extra Effort Pengamanan Target Penerimaan Perpajakan 2016 TAX Pajak Optimalisasi pemeriksaan a.l. fokus sektor unggulan masingmasing Kanwil, transfer pricing, dan fraud; Ekstensifikasi dan Intensifikasi WP a.l. data matching, optimalisasi IT, e-tax invoice, perbaikan regulasi Implementasi tahun 2016 sebagai tahun Penegakan Hukum (law enforcement) a.l. melalui penagihan aktif, pemeriksaan dan penyidikan Meningkatkan kinerja audit memperbaiki targeting obyek audit. Meningkatkan pengawasan, penindakan, dan penyidikan Peningkatan operasi peredaran dan pengawasan Barang Kena Cukai CUSTOMS Kepabeanan dan cukai Tax Ratio Tax ratio untuk tahun 2016 ditargetkan sebesar 12,2% (definisi sempit). 12,9 13,8 10,5 11,2 Rp723,3 T 2010 14,0 13,6 Rp873,9 T 2011 Rp980,5 T 2012 12,7 11,3 11,4 13,7 13,1 arti luas 12,2 10,9 Rp1.077,3 T Rp1.146,9T 2013 13,1 2014 Rp1.489,3 T Rp1.546,7 T 2015 2016 arti sempit (penerimaan perpajakan + SDA Migas + pertambangan umum/PDB) (penerimaan perpajakan/PDB) PERBANDINGAN TAX RATIO 10 NEGARA 2013 36,7% 34,7% Jerman Jepang 32,9% ratio definisi luas 24,3% 19,7% Amerika Serikat Korea Selatan Meksiko 19,4% 14,3% * 14,3% China Indonesia Filipina 10,3% Inggris Sumber: OECD, CIA 2013 *) tax 25,4% 13 India INFORMASI APBN 2016 PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK Rp46,3 T SDA Non Migas 17% Rp35,4 T Rp78,6 T Pendapatan BLU 13% SDA Migas 28 % Rp34,2 T Bagian Laba BUMN 13 % Rp79,4 T PNBP Lainnya 29% Target PNBP naik Rp4,8 T atau tumbuh sebesar 1,8% dari APBNP 2015, antara lain disebabkan oleh: PNBP SDA Migas turun Rp2,7 T antara lain dipengaruhi melemahnya harga minyak mentah (ICP) PNBP Minerba naik Rp9,1 T antara lain dipengaruhi oleh naiknya tarif royalti mineral, logam dan batubara. Kebijakan Penerimaan Negara Bukan Pajak Optimalisasi penerimaan migas (merealisasikan produksi sumur minyak baru, menahan penurunan alamiah lifting migas, dan pengendalian cost recovery). Peningkatan pengawasan dan pelaporan PNBP. Penyesuaian tarif PNBP dan ekstensifikasi. Perbaikan regulasi PNBP. Perbaikan administrasi dan sistem PNBP. Peningkatan kinerja BUMN. 14 INFORMASI APBN 2016 PERKEMBANGAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK 2005-2016 TRILIUN RUPIAH 2004 2005 9,8 12,8 91,5 110,5 Rp122,5 T 21,2 Rp146,9 T Rp227,0 T 167,5 21,5 Rp215,1 T Rp320,6 T 224,5 29,1 2009 26,0 53,8 - 8.939 9.705 64 959 - 9.164 70 899 - 9.140 97 931 - 9.691 62 944 - 10.408 79 954 - 9.087 112 898 - 8.779 113 863 - 9.400 106 825 1.213 10.460 97 794 1.224 11.878 60 825 1.221 12.500 50 830 1.155 13.900 8,4 Rp268,9 T 2010 30,1 168,8 10,6 59,4 2011 Rp331,5 T 28,2 213,8 20,1 69,4 Rp351,8 T 2012 225,8 73,5 30,8 21,7 Rp354,8 T 2013 34,0 226,4 69,7 24,6 REALISASI 2014 Rp398,7 T LKPP 2014 40,3 242,9 29,6 85,8 Rp269,1 T 37, 0 90,1 23,1 APBN 2016 Rp273,8 T 124,9 1040 999 3,7 63,3 Rp227,2 T 118,9 37 52 nilai tukar (Rp/USD 1) 2,1 23,2 56,9 2008 APBNP 2015 lifting gas (MBOEDP) 38,0 2007 139,0 lifting minyak (MBDP) 23,6 2006 132,9 hargaminya minyakk harga (USD/barrel) (USD/bar 34,2 SDA Migas & Non Migas 79,4 35,4 Bagian Laba BUMN PNBP Lainnya 15 Badan Layanan Umum INFORMASI APBN 2016 PERKEMBANGAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK LAINNYA 2010-2016 TRILIUN RUPIAH 2010 Rp59,4 T 9,2 5,9 5,8 20,8 17,7 2011 Rp69,4 T 11,8 7,9 8,0 24,2 17,5 2012 Rp73,5 T 12,3 8,1 4,7 29,9 18,4 2013 Rp69,7 T 12,9 9,8 5,2 21,4 20,3 2014 Rp85,8 T 15,5 APBNP 2015 APBN 2016 14,1 28,9 23,0 Rp90,1 T 8,5 20,5 14,6 25,8 20,7 Rp79,4 T 6,0 7,5 6,7 Domestic Market Obligation (DMO) 5 4,3 KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA PENYUMBANG PNBP TERBESAR 37,0 22,2 Penjualan Hasil Tambang Pendapatan dari Penerimaan Kembali Belanja TAYL Kementerian Komunikasi dan Informatika Pendapatan 5 K/L Besar Kementerian Perhubungan Rp9,1 T Rp14,0 T Kementerian Hukum dan HAM Rp3,6 T 16 Kepolisian Negara Republik Indonesia Rp8,0 T Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Rp2,3 T Lainnya INFORMASI APBN 2016 BELANJA NEGARA Belanja K/L Rp784,1 T 37% BELANJA NEGARA Rp2.095,7 T 26% 26% 37% Rp770,2 T Transfer ke Daerah dan Dana Desa Transfer Ke Daerah Belanja Rp541,4 T Non K/L Program Pengelolaan Utang Negara Rp723,2 T Program Pengelolaan Subsidi Dana Desa Rp184,9 T Rp182,6 T Program Pengelolaan Hibah Negara Rp47,0 T Rp4,0 T Program Pengelolaan Belanja Lainnya Rp59,9 T Program Pengelolaan Transaksi Khusus Rp110,0 T 17 INFORMASI APBN 2016 BELANJA PEMERINTAH PUSAT MENURUT FUNGSI Perlindungan Sosial Rp158,1 T 12% 24% Pendidikan Rp150,1 T Pelayanan Umum Rp316,5 T 11% 1% 1% Agama Rp9,8T Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Rp7,4 T Kesehatan Rp67,2 T 3% Perumahan dan Fasilitas Umum Rp34,7 T T Rp34,6 Lingkungan 1% Hidup Rp12,1 T BELANJA NEGARA 5% Rp1.325,5 Rp1.325,6TT 8% Pertahanan Rp99,6 T 8% 27% Ketertiban dan Keamanan Rp109,8 T Ekonomi Rp360,2 T BELANJA PEMERINTAH PUSAT MENURUT JENIS 26% Belanja Pegawai Rp347,5 T* Rp325,4 T ** 14% 0,3% Rp182,6 T Rp4,0 T Subsidi 15% 25% Belanja Barang Belanja Modal Rp201,6 T 4% Belanja Bantuan Sosial Belanja Hibah Rp54,9 T 14% Pembayaran Bunga Utang Rp184,9 T 2% Belanja Lain Lain Rp24,7 T * termasuk kewajiban Pemerintah untuk pensiunan dan kontribusi jaminan kesehatan PNS ** termasuk belanja barang berkarakteristik belanja modal sekitar Rp60 T 18 INFORMASI APBN 2016 BELAN JA PEMERINTAH PUSAT MENURUT ORGANISASI APBNP 2015 Rp101,4 T 8% 4% 5% Rp212,1 T Rp182,6 T 60% 12% Rp110,0 T Rp59,9 T Rp50,2 1T 16% Rp.795,5 T APBN 2016 Rp4,6 T Rp155,7 T 14% Rp4,0 T Program Pengelolaan Belanja Lain nya 59% Rp784,1 T 14% Rp184,9 T Rp1.319,5 T Belanja K/L 8% Rp1.325,6 T Program Pengelolaan Transaksi Khusus Program Pengelolaan Subsidi Program Pengelolaan Hibah Nega ra FOKUS BELANJA PEMERINTAH PUSAT DALAM APBN 2016 Dimensi Pembangunan Manusia Dimensi Pembangunan Sektor Unggulan Dimensi Pemerataan dan Kewilayahan Kondisi Perlu 19 Program Pengelolaan Utang Nega ra INFORMASI APBN 2016 i 10 KEMENTERIAN/LEMBAGA DENGAN ANGGARAN TERBESAR TRILIUN RUPIAH 118,5 KEMENPUPR 104,1 102,3 99,5 KEMENHAN 57,1 POLRI 51,3 KEMENKES 73,0 63,5 60,3 KEMENAG 57,1 53,3 KEMENDIKBUD 49,2 65,0 KEMENHUB 48,5 43,6 KEMENRISTEK &DIKTI APBNP 2015 -- Rp 795 T 40,6 APBN 2016 -- Rp 784 T 25,7 KEMENKEU 39,3 32,8 31,5 KEMENTAN 185,7 177,9 K/L LAINNYA Perkembangan Belanja K/L 795,5 TRILIUN RUPIAH 582,9 784,1 577,2 489,4 417,6 332,9 2010 2011 2012 2013 20 2014 APBNP 2015 APBN 2016 INFORMASI APBN 2016 Dimensi Pembangunan Manusia Dimensi Pembangunan Manusia merupakan Pemenuhan kewajiban dasar, antara lain: Pemenuhan anggaran Pendidikan 20 persen dari APBN untuk peningkatan akses dan kualitas pendidikan Pemenuhan anggaran Kesehatan sebesar 5 persen dari APBN, dengan didukung program yang lebih efektif dan luas. Penyediaan kebutuhan pokok Perumahan melalui program Sejuta Rumah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) melalui dukungan pembangunan rumah, subsidi bunga kredit, bantuan uang muka, dan FLPP Mengarahkan subsidi yang lebih tepat sasaran Arah Kebijakan: Bidang Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan: APBNP 2015 --Rp53,3 triliun APBN 2016 --Rp49,2 triliun Kementerian Agama: APBNP 2015 --Rp60,3 triliun APBN 2016 --Rp57,1 triliun Pemenuhan anggaran pendidikan 20% dari APBN untuk peningkatan akses dan kualitas pendidikan, a.l melalui: Wajib belajar 12 tahun melalui Program Indonesia Pintar dengan pemberian Kartu Indonesia Pintar (KIP) Meningkatkan kualitas pembelajaran Meningkatkan pengelolaan dan penempatan guru Meningkatkan pemerataan akses dan kualitas serta relevansi dan daya saing pendidikan tinggi Kartu Indonesia Pintar sebanyak 19,54 juta siswa Peningkatan Kompetensi Tenaga Pendidik dengan target 497,6 ribu Beasiswa bidik misi dan bantuan siswa miskin sebanyak 306 ribu mahasiswa Pembangunan unit: 981 unit sekolah baru 14.566 ruang kelas baru 11.625 rehabilitasi ruang kelas Kemenristek Dikti APBNP 2015 --Rp43,6 triliun APBN 2016 --Rp40,6 triliun Bidang Perumahan, Air Minum, Sanitasi Kemen PU&PR APBNP 2015 --Rp118,5 triliun APBN 2016 --Rp104,1 triliun Pemberian Bantuan Operasional Sekolah (melalui Kementerian Agama): MI/Ula -- 3,6 juta santri MTs/Wustha -- 3,4 juta santri MA/Ulya -- 1,3 juta santri Arah Kebijakan: Pemenuhan kebutuhan masyarakat atas akses air minum dan dukungan bagi pelaksanaan Program Sejuta Rumah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah Pembangunan 11.642 unit rusun; 21 Penyediaan fasilitas untuk rumah swadaya sebanyak 94.000 unit INFORMASI APBN 2016 Arah Kebijakan: Pemenuhan anggaran kesehatan sebesar 5% dari APBN, dengan didukung program yang lebih efektif dan luas, untuk mencapai: Meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak Meningkatnya pengendalian penyakit Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, terutama di daerah terpencil, tertinggal, dan perbatasan Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat (KIS) serta kualitas dan keberlanjutan pengelolaan SJSN kesehatan (dari sisi demand dan supply), termasuk perbaikan kebijakan dan regulasinya Bidang Kesehatan Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin secara merata Kementerian Kesehatan APBNP 2015 --Rp51,3 triliun APBN 2016 --Rp63,5 triliun Jumlah puskesmas yang minimal memiliki 5 jenis tenaga kesehatan di 2000 puskesmas Meningkatkan persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan dengan target 77% BPOM APBNP 2015 APBN 2016 --Rp1,2 triliun --Rp1,6 triliun Meningkatkan persentase anak usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap dengan target 91,5% BKKBN APBNP 2015 APBN 2016 --Rp3,3 triliun --Rp3,9 triliun Menurunkan prevalensi kekurangan gizi (underweight) pada anak balita hingga 18,3% JKN Jumlah penduduk miskin dan tidak mampu yang terdaftar sebagai peserta PBI melalui JKN/Kartu Indonesia Sehat (KIS) sebanyak 92,4 juta jiwa Persentase obat yang memenuhi syarat sebesar 92,5% Jumlah kecamatan yang memiliki minimal satu puskesmas yang tersertifikasi akreditasi dengan target 700 kecamatan Dimensi Pembangunan Sektor Unggulan Melanjutkan program prioritas pembangunan untuk memperbaiki kualitas pembangunan. Arah Kebijakan: Bidang Kedaulatan Energi Kementerian ESDM APBNP 2015 --Rp15,1 triliun APBN 2016 --Rp8,6 triliun Meningkatkan produksi energi primer terutama minyak dan gas bumi Meningkatkan pemanfaatan gas bumi dan batubara nasional Meningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan energi dan ketenagalistrikan Meningkatkan peranan Energi Baru Terbarukan dalam Bauran Energi Rasio elektrifikasi diharapkan mencapai 90,15 % 121 ribu sambungan rumah tangga yang tersambung jaringan gas Kapasitas terpasang kilang LPG sebesar 4,62 juta ton Kapasitas terpasang PLT Bioenergi sebesar 2.069,4 MW Kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi, Air, Surya, dan Angin masing-masing sebesar 1.712,5 MW, 5.534 MW, 92,1 MW, dan 11,2 MW Peningkatan pengembangan infrastruktur ruas transmisi dan/atau wilayah jaringan distribusi gas bumi melalui pipa sepanjang 10.296 km 22 INFORMASI APBN 2016 Arah Kebijakan: Bidang Kedaulatan Pangan Kementerian Pertanian APBNP 2015 --Rp32,8 triliun APBN 2016 --Rp31,5 triliun Kementerian Kelautan dan Perikanan APBNP 2015 --Rp10,6 triliun APBN 2016 --Rp13,8 triliun Kementerian PU & PR APBNP 2015 --Rp118,5 triliun APBN 2016 --Rp104,1 triliun Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai untuk Mencapai Swasembada dan Peningkatan Produksi Protein Hewani Daging dan Gula Penguatan Stabilisasi Harga dan Pasokan Pangan Perbaikan Kualitas Konsumsi Pangan dan Gizi Masyarakat Penanganan Gangguan Ketahanan Pangan Produksi padi 76,2 juta ton, Produksi jagung 21,4 juta ton Produksi kedelai 1,82 juta ton Produksi daging sapi/kerbau 588,56 ribu ton Produksi telur 3.393,36 ribu ton Produksi susu 850,77 ribu ton Embung dan penampung air lainnya 387 buah Bendungan baru 8 buah Normalisasi sungai dan pembangunan/ peningkatan tanggul 184,9 km Penambahan luas tanam padi 60 ribu ha, Penambahan luas baku lahan padi 200,6 ribu ha, Pengembangan/perbaikan jaringan irigasi dan optimasi air seluas 400 ribu ha Produksi perikanan tangkap sebanyak 6,45 juta ton; Penyediaan dana cadangan stabilisasi harga pangan Penyediaan dana cadangan beras pemerintah Arah Kebijakan: Kemaritiman dan Kelautan Meningkatkan pengawasan dan penjagaan serta penegakan hukum di laut dan daerah perbatasan; Percepatan pembangunan transportasi yang mendorong penguatan industri nasional Pemberantasan tindakan perikanan liar Pengembangan ekonomi maritim dan kelautan Kementerian Kelautan dan Perikanan APBNP 2015 --Rp10,6 triliun APBN 2016 --Rp13,8 triliun Kementerian Perhubungan APBNP 2015 --Rp65,0 triliun APBN 2016 --Rp48,5 triliun Bakamla APBN 2016 --Rp0,3 triliun Pembangunan kapal perintis penumpang dan barang sebanyak 100 unit Produksi perikanan budidaya 8,35 juta ton ikan, 11,11 juta ton rumput laut, 1,9 miliar ekor ikan hias, dan produksi garam 3,6 juta ton Kepatuhan (compliance) pelaku usaha kelautan dan perikanan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebesar 73% Cakupan WPP-NRI yang diawasi dari IUU fishing dan kegiatan yang merusak sumber daya kelautan dan perikanan (11 WPP-NRI) sebesar 65% 23 25 Pulau-Pulau Kecil Terluar (PPKT) yang difasilitasi pengembangan ekonominya Penyelesaian perkara/kasus tindak pidana di wilayah perairan Indonesia dan wilayah yuridiksi Indonesia yang ditangani/ diproses (P21) sebesar 80% Menurunnya tingkat gangguan keamanan dan pelanggaran hukum yang terjadi di wilayah perairan Indonesia dan wilayah yurisdiksi Indonesia sebesar 80% INFORMASI APBN 2016 Pariwisata dan Industri Kementerian Pariwisata APBNP 2015 --Rp2,4 triliun APBN 2016 --Rp5,4 triliun Kementerian Perindustrian APBNP 2015 --Rp4,5 triliun APBN 2016 --Rp3,3 triliun Arah Kebijakan: Pembangunan Destinasi Pariwisata Pemasaran Pariwisata Nasional Pembangunan Industri Pariwisata Pembangunan Kelembagaan Pariwisata fasilitasi peningkatan destinasi wisata, budaya, alam dan buatan di 15 lokasi Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional 3,7% Terevitalisasinya industri galangan kapal di 9 lokasi Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia 12 juta orang passport Jumlah perjalanan wisatawan nusantara 260 juta perjalanan Pengembangan 10 kawasan industri di Sumatera dan Kalimantan Dimensi Pemerataan dan Kewilayahan Menyelaraskan kebijakan Desentralisasi Fiskal dengan mengalihkan alokasi Dana Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan (Dekon/TP) di K/L ke DAK. Peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin dan tidak mampu melalui program bantuan sosial yang lebih berkesinambungan Perluasan cakupan penerima Bantuan Tunai Bersyarat menjadi 6 juta KSM. Perluasan dan penajaman program KUR (coverage dan subsidi bunga) yang sudah dimulai tahun 2015 Arah Kebijakan: Peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin dan tidak mampu Ketimpangan Antarkelompok Masyarakat Kementerian Sosial APBNP 2015 --Rp22,4 triliun APBN 2016 --Rp14,7 triliun melalui program bantuan sosial yang lebih berkesinambungan (KIP, KIS), termasuk perluasan cakupan penerima Bantuan Tunai Bersyarat Perluasan dan penajaman program KUR (coverage dan subsidi bunga) yang sudah dimulai tahun 2015 Perluasan cakupan perluasan cakupan penerima Bantuan Tunai Bersyarat 6 juta KSM Tingkat kemiskinan 9-10% Tingkat pengangguran terbuka 5,2-5,5% 24 Kepesertaan program SJSN Ketenagakerjaan kumulatif 40 juta pekerja formal dan 3,2 juta pekerja informal Subsidi pangan/raskin 15,5 juta RTS dengan harga jual Rp1.600/kg INFORMASI APBN 2016 Arah Kebijakan: Percepatan pembangunan infrastruktur yang efektif dan efisien untuk mendukung kegiatan sektor-sektor strategis ekonomi serta mengurangi kesenjangan ekonomi dan spasial. Antar Wilayah Pembangunan jalan dan jembatan sepanjang 768,7 km dan 8.051,7 m; Kementerian PU & PR APBNP 2015 --Rp118,5 triliun APBN 2016 --Rp104,1 triliun Pemeliharaan jalan dan jembatan sepanjang 44.570,2 Km dan 378.310 m; Pembangunan 28,95 km ruas jalan tol. Kementerian Perhubungan APBNP 2015 --Rp65,0 triliun APBN 2016 --Rp48,5 triliun Pembangunan jalur kereta api sepanjang 142,12 km sp; Pembangunan jembatan/ underpass/flyover KA sebanyak 33 unit Kementerian Pertanian APBNP 2015 --Rp32,8 triliun APBN 2016 --Rp31,5 triliun Pengembangan/perbaikan jaringan irigasi dan optimasi air seluas 400.000 ha Pembangunan 11.642 unit rusun; Penyediaan fasilitas untuk rumah swadaya sebanyak 94.000 RT; 26 dan 59 lokasi bandar udara yang dikembangkan di daerah perbatasan dan rawan bencana; 15 lokasi bandar udara baru yang dibangun. Pembangunan sarana bantu navigasi pelayaran sebanyak 221 unit dan 96 trayek perintis Bus Rapid Transit (BRT) sebanyak 813 unit; Lokasi pembangunan jembatan timbang sebanyak 1 lokasi; Pembangunan dermaga sungai dan danau baru sebanyak 7 dan 1 dermaga Kondisi Perlu Arah Kebijakan: Memperkuat kepastian dan penegakan hukum, stabilitas pertahanan dan keamanan, serta politik dan demokrasi Penataan/restrukturisasi kelembagaan birokrasi pemerintah agar efektif, efisien, dan sinergis. Komisi Pemberantasan Korupsi APBNP 2015 --Rp0,9 triliun APBN 2016 --Rp1,1 triliun Mahkamah Agung APBNP 2015 --Rp8,6 triliun APBN 2016 --Rp9.0 triliun Polri APBNP 2015 APBN 2016 Kepastian dan Penegakan Hukum Efektivitas penanganan kasus/perkara tindak pidana korupsi (conviction rate) sebesar 95%; Terselenggaranya pelayanan peradilan umum (165.900 perkara), peradilan agama (10.815 perkara), peradilan militer dan peradilan TUN (56 perkara) Keamanan dan Ketertiban Persentase penambahan Almatsus Polri sebesar 13%; Berkurangnya daerah rawan kejahatan dan kegiatan premanisme sebesar 15%; Penambahan alutsista dan non alutsista fasilitas serta Sarpras 20% dan pengadaan 143 unit Rantis (matra darat); Pengadaan 130 unit KRI, KAL, Alpung, Ranpur, Rantis (matra laut); Pesawat yang siap operasional sebanyak 150 unit (matra udara) --Rp57,1 triliun --Rp73,0 triliun Kementerian Pertahanan APBNP 2015 --Rp102,3 triliun APBN 2016 --Rp99,5 triliun Kementerian Dalam Negeri APBNP 2015 --Rp6,1 triliun APBN 2016 --Rp5,1 triliun Komisi Pemilihan Umum APBNP 2015 --Rp1,6 triliun APBN 2016 --Rp1,6 triliun Kementerian PAN & RB APBNP 2015 --Rp0,2 triliun APBN 2016 --Rp0,2 triliun Meningkatnya pemanfaatan NIK, database kependudukan, dan KTP-el oleh lembaga pengguna pusat pada 25 K/L; Politik dan Demokrasi Tata Kelola dan Reformasi Birokrasi Terfasilitasinya penyelenggaraan tahapan pilkada provinsi dan kabupaten/kota pada 102 satker Indeks pelayanan publik nasional sebesar 2,5; Persentase instansi pemerintah yang memiliki nilai indeks RB baik (Kategori B ke atas) sebesar 54% (KL); 30% (Prov), dan 15% Kab/Kota 25 INFORMASI APBN 2016 Perbandingan Subsidi Energi, Anggaran Pendidikan, Infrastruktur dan Kesehatan 2010-2016 triliun rupiah 500 Kebijakan pengalihan subsidi energi untuk belanja yang lebih produktif seperti belanja infrastruktur 400 300 200 100 0 2010 2012 2011 Subsidi Energi 2013 2014 Anggaran Infrastruktur Anggaran Pendidikan Mempertahankan pemenuhan anggaran pendidikan sebesar 20% dari Belanja Negara 125 400 100 300 75 200 50 100 25 2011 2012 2013 2014 Anggaran Kesehatan Pemenuhan pertama kali anggaran kesehatan sebesar 5% dari Belanja Negara 500 2010 APBN 2016 Anggaran Kesehatan Anggaran Pendidikan 0 APBNP 2015 0 APBNP 2015 APBN 2016 2010 Anggaran Infrastruktur 2011 2012 2013 2014 APBNP 2015 APBN 2016 Anggaran Kedaulatan Pangan Meningkatkan alokasi pembangunan infrastruktur untuk meningkatkan produktivitas Peningkatan produksi untuk mencapai swasembada pangan dan ketersediaan pasokan 375 100 160 300 80 120 225 60 80 150 40 40 75 0 0 2010 2011 2012 2013 2014 APBNP 2015 Belanja Pemerintah Pusat 2010 APBN 2016 Transfer Ke Daerah 26 2011 2012 Pembiayaan 2013 2014 APBNP 2015 APBN 2016 INFORMASI APBN 2016 SUBSIDI APBN 2016 Arah Kebijakan Subsidi Tahun 2016 Stabilitas harga kebutuhan pokok Daya beli masyarakat tetap terjaga terutama masyarakat miskin Ketersediaan pasokan kebutuhan pokok dan peningkatan produktivitas Daya saing produksi dan akses permodalan UMKM makin meningkat 56% 44% % Subsidi SubsdiEnergi Energi Rp102,1 T Subsidi Nonenergi Subsdi Non energi Rp80,5 T Subsidi Energi Alokasi anggaran yang disalurkan melalui perusahaan/lembaga yang menyediakan dan mendistribusikan BBM, LPG tabung 3 kg, LGV, dan tenaga listrik sehingga harga jualnya terjangkau oleh masyarakat. % Subsidi Nonenergi Alokasi anggaran yang disalurkan melalui perusahaan/lembaga yang memproduksi dan/atau menjual barang dan/atau jasa tertentu yang ditetapkan oleh Pemerintah selain produk energi. 27 INFORMASI APBN 2016 PERKEMBANGAN SUBSIDI 2005-2016 200 TRILIUN 4 RUPIAH 71,3 Rp91,5 T 20,2 Rp120,8 T 2005 104,4 24% 16,3 Rp107,4 T 2006 94,6 16% 12,8 Rp150,2 T 2007 116,9 20% 33,3 Rp275,3 T 2008 Rp138,1 T 2009 94,6 15% 43,5 Rp192,7 T 2010 18% 52,8 140,0 Rp295,4 T 2011 255,6 23% 39,7 Rp346,4 T 2012 23% 39,9 306,5 Rp355,0 T 2013 310,0 22% 45,1 Rp392,0 T APBNP 2014 2014 341,8 Rp212,1 T 137,8 11% 74,3 Rp182,6 T 102,1 21% 50,2 52,7 APBNP 2015 APBN 2016 28% 52,3 223,0 9% 80,5 Subsidi Energi Subsidi Nonenergi Persentase terhadap Belanja Negara 28 INFORMASI APBN 2016 SUBSIDI ENERGI APBN 2016 Volume LPG Tabung 3 KG: 6,6 metrik ton 56% Volume Minyak Tanah: 0,69 juta KL 44% Subsidi listrik terutama untuk golongan pelanggan 450-900 VA Subsdi BBM Volume Minyak Solar: 16,0 juta KL Rp63,7 T Subsidi BBM, LPG tabung 3 kg, LGV terutama untuk rumah tangga, usaha mikro, usaha perikanan dan transportasi Subsdi Listrik Rp38,4 T Kebijakan Subsidi BBM Melanjutkan pemberian subsidi tetap untuk BBM jenis minyak solar dan subsidi (selisih harga) untuk minyak tanah dan LPG tabung 3 kg; Melaksanakan efisiensi dan efektivitas subsidi LPG tabung 3 kg; Meningkatkan penggunaan energi baru dan terbarukan untuk transportasi Meningkatkan dan mengembangkan pembangunan jaringan gas kota untuk rumah tangga Meningkatkan pengawasan penyaluran BBM bersubsidi dan dan LPG tabung 3 kg antara lain melalui penggunaan data dan teknologi, dan Meningkatkan peranan pemerintah daerah dalam pengendalian dan pengawasan BBM bersubsidi dan LPG tabung 3kg Kebijakan Subsidi Listrik Meningkatkan rasio elektrifikasi Meningkatkan efisiensi penyediaan tenaga listrik Memberikan subsidi untuk pelanggan rumah tangga miskin dan rentan dengan daya 450 VA dan 900 VA Mengembangkan energi baru dan terbarukan Meningkatkan pengawasan terhadap kegiatan investasi pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan 29 INFORMASI APBN 2016 PERKEMBANGAN SUBSIDI ENERGI 2005-2016 Rp71,3 T 2004 TRILIUN RUPIAH 2,3 69,0 2005 95,6 8,9 2006 64,2 30,4 Rp94,6 TT Rp94,6 2007 33,1 83,8 Rp104,4 Rp104,4 T T Rp116,9 T T Rp116,9 Rp223,0 Rp233,0 TT 2008 139,1 BBM, LPG Tabung 3kg, dan LGV 83,9 Rp94,6 T Rp94,6 T 2009 45,0 Listrik 49,5 Rp140,0 T T Rp140,0 2010 82,4 57,6 Rp255,6 Rp255,6 T T 2011 165,2 90,4 Rp306,5 Rp306,5 T T 2012 211,9 94,6 Rp310,0 T T Rp310,0 2013 100,0 210,0 Rp341,8 T REALISASI 2014 2014 101,8 240,0 APBNP 2015 Rp137,8 T 64,7 73,1 Rp102,1T APBN 2016 63,7 38,4 Volume Konsumsi BBM Bersubsidi 2005-2016 JUTA KILO LITER 59,7 2005 45,0 37,5 2006 38,7 2007 38,1 2008 37,0 2009 38,2 2010 41,8 2011 2012 46,2 46,0 2013 2014 17,9 2015 30 16,7 2016 INFORMASI APBN 2016 SUBSIDI NONENERGI APBN 2016 Rp % Subsidi Bunga Kredit Program Rp16,5 T Mendukung program pengembangan UMKM, peningkatan ketahanan pangan, dan program diversifikasi energi. Subsidi Pangan Rp21,0 T Penyediaan beras dengan harga tebus/ jual Rp1.600/Kg bagi 15,5 juta RTS @15 Kg/ RTS selama 12 bulan. Subsidi Benih Rp1,0 T Membantu petani memenuhi kebutuhan benih dengan harga terjangkau, serta mendukung upaya peningkatan ketahanan pangan. 21% 26% 1% 5% Subsidi PSO Rp3,8 T 10% Diberikan untuk penumpang angkutan kereta api, penumpang angkutan kapal laut kelas ekonomi, dan penyediaan informasi publik. Subsidi Nonenergi Rp80,5 T 37% Subsidi Pajak Rp8,2 T Mendukung program stabilitas harga kebutuhan pokok dan pengembangan industri strategis. Subsidi Pupuk Rp30,1 T Membantu petani memenuhi kebutuhan pupuk dengan harga terjangkau, serta mendukung upaya peningkatan ketahanan pangan. 31 INFORMASI APBN 2016 PERKEMBANGAN SUBSIDI NONENERGI 2005-2016 TRILIUN RUPIAH 1,3 0,10,1 2004 Rp20,2 T TRILIUN RUPIAH 4,8 1,2 0,7 12,0 Rp16,3 T 2005 6,4 2,5 0,9 6,2 0,10,3 Rp12,8 T 2006 5,3 3,2 6,2 0,9 0,3 0,5 1,5 Rp33,3 T 2007 6,6 6,3 1,0 0,3 17,1 1,0 0,3 2008 12,1 15,2 21,0 1,7 0,9 Rp52,3 T 1,6 Rp43,5 T 2009 13,0 18,3 8,2 1,3 1,1 2,2 Rp52,8 T 2010 15,2 18,4 14,8 1,4 0,8 0,1 Rp39,7 T 2011 16,5 16,3 3,4 1,8 1,5 0,1 Rp39,9 T 2012 14,0 19,1 3,8 1,9 1,1 0,4 Rp45,1 T 2013 17,6 20,3 4,1 1,5 1,1 0,3 REALISASI 2014 2014 18,2 21,0 5,8 2,1 2, 2,8 Rp50,2 T 0,9 APBNP 2015 18,9 39,5 9,2 3,3 2,5 Rp74,3 T 1,0 APBN 2016 Subsidi Pangan 8,2 30,1 21,0 Subsidi Pupuk Subsidi Bunga Kredit Program Subsidi Pajak Subsidi PSO Subsidi Lainnya 32 3,8 16,5 Subsidi Benih Rp80,5 T INFORMASI APBN 2016 PEMBAYARAN BUNGA UTANG APBN 2016 91% Pembayaran Bunga Utang Dalam Negeri Rp168,5 T 9% Pembayaran Bunga Utang Luar Negeri Rp16,4 T KEBIJAKAN PEMBAYARAN BUNGA UTANG 2016 Memenuhi kewajiban Pemerintah untuk menjaga kredibilitas dan kesinambungan pembiayaan 33 Menjaga efisiensi pembayaran bunga utang, antara lain melalui pemilihan komposisi instrumen utang dan melaksanakan transaksi lindung nilai. INFORMASI APBN 2016 TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA Dana Desa Rp47,0 T 1% Dana Insentif Daerah Rp5,0 T Dana Keistimewaan DIY Rp0,5 T 6% Transfer ke Daerah dan Dana Desa Rp770,2 T 2% Dana Otonomi Khusus Rp17,2 T 91% Dana Bagi Hasil Rp106,1 T Dana Alokasi Umum Rp385,4 T 56% Dana Transfer Umum Rp491,5 T 44% Dana Perimbangan Rp700,4 T 70% 30% 30% Dana Transfer Umum 34 Dana Transfer Khusus Dana Nonfisik Rp123,5 T 59% Dana Transfer Khusus Rp208,9 T 41% Dana Fisik Rp85,5 T INFORMASI APBN 2016 PERKEMBANGAN TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA 2005-2016 5,2 2004 Rp129,7 T TRILIUN RUPIAH 122,9 1,6 5,5 2005 Rp150,5 T 143,2 1,8 0,6 2006 Rp226,2 T 222,1 3,5 5,3 2007 Rp253,3 T 244,0 4,0 6,2 2008 Rp292,4 T 278,7 7,5 11,8 Rp308,6 T 2009 287,3 9,5 18,9 Rp344,7 T 2010 316,7 9,1 53,7 Rp411,3 T 2011 347,2 10,4 57,4 Rp480,6 T 2012 411,3 12,0 0,1 Rp511,3 T 2013 430,4 2014 APBNP 2014 13,4 477,1 491,9 69,3 0,5 0,4 Rp573,7 Rp596,5TT 80,1 87,9 0,5 16,1 APBNP 2015 Rp664,6 T 17,1 516,4 104,4 20,8 5,0 0,5 APBN 2016 Rp770,2 T 700,4 17,2 Dana Perimbangan Dana Transfer Lainnya Dana Desa Dana Otonomi Khusus Dana Keistimewaan DIY Dana Insentif Daerah 35 47,0 INFORMASI APBN 2016 PERUBAHAN POSTUR TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA Postur Transfer ke Daerah dan Dana Desa Postur Transfer ke Daerah dan Dana Desa 2015 2016 Transfer ke Daerah Transfer ke Daerah Dana Perimbangan Dana Perimbangan DBH DAU DAK Dana Transfer Umum DBH DAU Dana Transfer Khusus DAK Fisik DAK Nonfisik Dana Transfer Lainnya Dana Insentif Daerah Dana Otonomi Khusus Dana Otonomi Khusus Dana Keistimewaan DIY Dana Keistimewaan DIY Dana Desa Dana Desa Kebijakan Transfer Ke Daerah dan Dana Desa Meningkatkan alokasi anggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa, agar dapat mempercepat penguatan peran daerah dalam penyediaan pelayanan publik dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang merupakan perwujudan dari ciri Indonesia sebagai negara desentralisasi fiskal Melakukan perubahan struktur dan ruang lingkup Transfer ke Daerah dan Dana Desa agar lebih sesuai dengan pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah serta kebutuhan pendanaan daerah Meningkatkan kualitas penganggaran dan penyaluran DBH guna meningkatkan kepastian jumlah dan ketepatan waktu penyaluran Reformulasi alokasi DAU guna meningkatkan pemerataan kemampuan keuangan antardaerah 36 Reformulasi dan penguatan DAK untuk mendukung Nawacita dan pencapaian prioritas nasional Meningkatkan kualitas pengelolaan Dana Otsus dan Dana Keistimewaan DIY Reformulasi DID untuk memberikan penghargaan yang lebih besar kepada daerah yang berkinerja baik dalam pengelolaan keuangan, perekonomian, dan kesejahteraan daerah Peningkatan alokasi Dana Desa minimal 6 persen dari dan di luar Transfer ke Daerah sesuai Road Map Dana Desa tahun 2015-2019 Rp13,0 T 37 Rp6,3 T Bengkulu Sumatera Barat Rp14,1 T Rp23,3 T Sumatera Utara Nanggroe Aceh Darussala m Rp4,2 T Rp12,5 T Lampung Rp8,0 T Rp35,9 T Jawa Tengah Rp11,7 T Sumatera Selatan Bangka Belitung Rp7,7 T Jambi Rp3,8 T Kepulauan Riau Banten Rp7,0 T Riau Rp385,4 T Jawa Barat Rp33,1 T DI Yogyakarta Rp10,0 T Kalimantan Tengah Rp11,7 T Kalimantan Barat Dana Alokasi Umum Jawa Timur Rp38,3 T Rp6,8 T Bali Kalimantan Selatan Rp7,7 T Rp8,2 T Nusa Tenggara Barat Rp17,3 T Sulawesi Selatan Rp4,2 T Sulawesi Barat Rp4,3 T Kalimantan Timur Rp3,3 T Kalimantan Utara Rp9,2 T Rp13,0 T Nusa Tenggara Timu r Rp9,5 T Rp4,0 T Gorontalo Rp8,2 T Sulawesi Utara Sulawesi Tenggara Sulawesi Tengah Rp7,5 T Maluku Rp6,1 T Maluku Utar a Papua Rp22,5 T Papua Barat Rp7,9 T INFORMASI APBN 2016 INFORMASI APBN 2016 Dana Bagi Hasil Rp106,1 T Dialokasikan kepada daerah bersumber dari pendapatan APBN berdasarkan persentase tertentu guna mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. DBH Pajak: APBN 2016 Rp51,5 T DBH Sumber Daya Alam: APBN 2016 Rp54,6 T Dana Transfer Khusus Rp208,9 T DAK FISIK DAK NONFISIK Rp123,5 T Rp85,4 T DAK Reguler Pendidikan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Rp43,9 T Rp55,1 T Rp2,7 T Bantuan Operasional Penyelenggaraan Rp2,3 T PAUD (BOP) Kesehatan dan KB Rp16,4 T Perumahan, Permukiman, Air Minum & Sanitasi Rp0,8 T Tunjangan Profesi Guru PNSD Rp71,0 T Kedaulatan Pangan Rp8,3 T Lingkungan Hidup dan Kehutanan Rp1,6 T Tambahan Penghasilan Guru PNSD Rp1,0 T Energi Skala Kecil Rp0,7 T Kelautan dan Perikanan Rp1,3 T Dana Proyek Pemerintah Daerah dan Rp0,4 T Desentralisasi Prasarana Pemerintahan Daerah Rp0,3 T Transportasi Rp21,6 T Sarana Perdagangan, Industri Kecil Menengah & Pariwisata Rp1,5 T DAK Infrastruktur dan Publik Daerah Rp27,5 T DAK Afirmasi BOK dan BOKB Rp4,6 T Dana Peningkatan Kapasitas Koperasi, Rp0,3 T UKM, dan Ketenagakerjaan Rp2,8 T 38 INFORMASI APBN 2016 Dana Otonomi Khusus Rp17,2 T Dana Otsus Provinsi Papua dan Papua Barat terutama ditujukan untuk pembiayaan Pendidikan dan Kesehatan. Dana Otsus Provinsi Aceh terutama ditujukan untuk pembiayaan pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur, pemberdayaan ekonomi rakyat, pengentasan kemiskinan, serta pendanaan pendidikan, sosial, dan kesehatan. Selanjutnya Dana Tambahan Infrastruktur Provinsi Papua dan Papua Barat ditujukan untuk mempercepat pembangunan infrastruktur, seperti jalan, jembatan, dermaga, sarana transportasi darat, sungai maupun laut dalam rangka mengatasi keterisolasian dan kesenjangan penyediaan infrastruktur antara Papua dan Papua Barat dengan daerah lainnya Alokasi Otsus Rp7,7 T Provinsi Aceh Alokasi Otsus Rp2,3 T Provinsi Papua Barat Alokasi Tambahan Rp0,6 T Infrastruktur Provinsi Papua Barat Alokasi Otsus Rp5,4 T Provinsi Papua Alokasi Tambahan Rp1,2 T Infrastruktur Provinsi Papua Dana Insentif Daerah Rp5,0 T Kriteria: Dialokasikan kepada Provinsi, Kabupaten, dan Kota berdasarkan kriteria utama dan kriteria kinerja Tujuan: Memberikan penghargaan (reward) kepada daerah yang mempunyai kinerja baik dalam: - Kesehatan Fiskal dan Pengelolaan Keuangan Daerah - Pelayanan Dasar Publik - Perekonomian dan kesejahteraan (termasuk pengendalian tingkat inflasi) Dana Keistimewaan DIY Rp0,5 T Dialokasikan untuk mendanai urusan Keistimewaan DIY, meliputi: a) tata cara pengisian jabatan, kedudukan, tugas, dan wewenang Gubernur dan Wakil Gubernur; b) kelembagaan Pemerintah Daerah DIY; c) kebudayaan; d) pertanahan; dan e) tata ruang Dana Desa Rp47,0 T Dana Desa diperuntukkan antara lain bagi: (1) mendanai penyelenggaraan pemerintahan, (2) pelaksanaan pembangunan, dan (3) pemberdayaan masyarakat desa. Anggaran Dana Desa dihitung berdasarkan jumlah desa dan dialokasikan dengan memerhatikan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat kesulitan geografis dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan pemerataan pembangunan desa. Besaran anggaran Dana Desa yang bersumber dari APBN ditentukan sebesar 10 % dari dan di luar dana Transfer ke Daerah (on top) secara bertahap. Untuk itu, kebijakan Dana Desa pada tahun 2016 salah satunya diarahkan untuk meningkatkan pagu anggaran Dana Desa yang bersumber dari APBN, yakni minimal sebesar 6 persen dari anggaran Transfer ke Daerah. 39 INFORMASI APBN 2016 PERKEMBANGAN DEFISIT ANGGARAN 2005-2016 Kebijakan Defisit Anggaran diarahkan untuk memperkuat stimulus fiskal yang diarahkan untuk meningkatkan kapasitas produksi dan penguatan daya saing dengan tetap mengendalikan risiko dan menjaga kesinambungan fiskal dalam jangka menengah dan panjang TRILIUN RUPIAH 20, 3 2005 0,52 Langkah-langkah yang dilakukan dalam menjaga kesinambungan fiskal adalah dengan mengendalikan defisit dalam batas aman, mengendalikan rasio utang terhadap PDB, dan mengendalikan keseimbangan primer 40,0 2006 1,28 0,87 29,1 58,3 2007 2008 0,77 14,4 1,55 1,26 49,8 94,5 4,1 2,11 0,08 Defisit APBN (triliun Rupiah) 129,8 1,58 2009 2,40 Defisit LKPP (triliun Rupiah) 88,6 Defisit LKPP (% terhadap PDB) 2010 2011 2012 133,7 46,8 150,8 84,4 Defisit APBN (% terhadap PDB) 2,14 0,73 2,09 1,14 153,3 190,1 1,86 2,23 224,2 2013 2,38 2,24 209,5 241,5 2014 2,30 2,40 216,7 APBNP 2015 2015 222,5 1,90 APBN 2016 2016 273,2 2,15 40 INFORMASI APBN 2016 PEMBIAYAAN ANGGARAN PEMBIAYAAN Rp273,2 T Rp Rp Utang Rp330,9 T Rp Penerbitan SBN Neto Rp327,2 T Pinjaman Dalam Negeri Neto Rp3,3 T Non Utang -Rp57,7 T Perbankan Dalam Negeri Rp5,5 T Non Perbankan Dalam Negeri -Rp63,2 T Pinjaman Luar Negeri Neto Rp0,4 T Pinjaman luar negeri neto direncanakan positif dengan maksud untuk 1. Mengurangi beban biaya penarikan utang (cost of borrowing) secara keseluruhan 2. Mengurangi risiko pasar dari pengelolaan SBN 3. Diversifikasi portofolio utang Pemerintah 4. Mendukung cadangan devisa Angka negatif pada nonutang dan nonperbankan dalam negeri menunjukkan nilai komponen pengeluaran pembiayaan di dalamnya lebih besar dari pada komponen penerimaannya. 41 INFORMASI APBN 2016 PERKEMBANGAN PEMBIAYAAN ANGGARAN 2005-2016 TRILIUN RUPIAH (1,2) 2005 Rp8,9 T 10,1 20,0 2006 Rp29,4 T 9,4 11,9 Penurunan pembiayaan anggaran pada tahun 2010 karena menyesuaikan dengan menurunnya realisasi defisit APBN dari target yang ditetapkan Rp42,5 T 2007 30,6 16,6 Rp84,1 T 2008 Nonutang 67,5 Utang 28,7 2009 83,9 4,6 Pembiayaan Anggaran Rp112,6 T Rp91,6 T 2010 86,9 28,3 2011 Rp130,9 T 102,7 38,1 2012 Rp175,2 T 137,0 18,1 Rp237,4 T 2013 (, ) (4,3) (3,4) 219,3 Rp248,9 Rp246,6 T APBNP 2014 2014 250,0 3,2 (56,9) APBNP 2015 Rp222,5 T (57,7) 279,4 Rp273,2 T APBN 2016 42 330,9 INFORMASI APBN 2016 Kebijakan Pembiayaan Anggaran APBN 2016 Menyempurnakan kualitas perencanaan investasi Pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah BUMN sebagai agen pembangunan antara lain untuk mendukung pembangunan infrastruktur, kedaulatan pangan, dan kemaritiman Mengendalikan rasio utang pemerintah dalam batas yang aman Membuka akses pembiayaan pembangunan dan investasi kepada masyarakat secara lebih luas antara lain melalui penerbitan obligasi ritel Mengoptimalkan dana kelolaan BLU dalam rangka pembiayaan pembangunan termasuk memperluas akses sektor UMKM, perumahan murah dan pendidikan Memprioritaskan skema Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) untuk mendukung pembangunan infrastruktur Memberikan penjaminan dalam rangka percepatan pembangunan infrastruktur Mendukung program peningkatan akses terhadap pendidikan dan penyediaan kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) Kebijakan Pembiayaan Utang Kebijakan Pembiayaan Non Utang Mengendalikan rasio utang terhadap PDB Mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam rangka pemenuhan kebutuhan pembiayaan dan melakukan pendalaman pasar obligasi domestik Mengarahkan pemanfaatan utang untuk kegiatan produktif antara lain melalui penerbitan sukuk yang berbasis proyek Memanfaatkan pinjaman luar negeri secara selektif, terutama untuk bidang infrastruktur dan energi Meningkatkan pemanfaatan fasilitas pinjaman sebagai alternatif instrumen pembiayaan Melakukan pengelolaan utang secara aktif dalam kerangka asset liabilities management (ALM) 43 Mendukung pembangunan infrastruktur baik sarana dan prasarana transportasi, pemukiman, air bersih dan sanitasi, serta infrastruktur energi melalui alokasi dana investasi pemerintah, dan kewajiban penjaminan Mendukung peningkatan ekspor melalui alokasi PMN Mendukung pemenuhan kewajiban negara sebagai anggota organisasi/lembaga keuangan internasional serta mempertahankan persentase kepemilikan modal melalui alokasi PMN Mendukung pemenuhan ketersediaan rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) baik melalui program PMN, maupun dana bergulir serta melakukan pengawasan terhadap pelaksanaannya agar tepat sasaran Mendukung peningkatan kapasitas dana pengembangan pendidikan nasional untuk meningkatkan akses terhadap pendidikan tinggi, peningkatan kualitas riset, dan mendukung usaha pemerintah dalam melakukan perbaikan fasilitas pendidikan yang rusak akibat bencana alam INFORMASI APBN 2016 Pengeluaran Pembiayaan APBN 2016 Pengeluaran pembiayaan anggaran 2016 terutama dialokasikan untuk PMN kepada BUMN/ lembaga, antara lain guna mendukung agenda program prioritas Pemerintah yang tertuang dalam Nawacita Dana PMN digunakan untuk melakukan investasi dalam rangka pelaksanaan program prioritas Pemerintah, sekaligus untuk memperbaiki dan memperkuat struktur permodalan BUMN/ lembaga Dana PMN diharapkan dapat meningkatkan kemampuan BUMN/lembaga untuk me-leverage pendanaan yang selanjutnya akan digunakan untuk meningkatkan kapasitas usaha dan/atau percepatan pelaksanaan program prioritas Pemerintah. Rapat Paripurna DPR RI memutuskan bahwa PMN dikembalikan lagi pada komisi-komisi terkait yang akan dibahas dalam RAPBN Perubahan tahun 2016 Pengeluaran pembiayaan 2016 juga dialokasikan untuk PMN kepada organisasi/lembaga keuangan internasional, dana bergulir Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan, Kewajiban Penjaminan, Dana Pengembangan Pendidikan Nasional, Penerusan Pinjaman kepada BUMN/Pemda. Penerusan Pinjaman kepada BUMN/Pemda Rp5,9 T PT PLN Rp4,0 T digunakan untuk mendukung pembangunan infrastruktur energi melalui pembangunan/ restrukturisasi pembangkit listrik (PLTU, PLTA, dan PLTG) PT Pertamina Rp1,6 T digunakan untuk pembangunan geothermal sebagai sumber energi listrik yang ramah lingkungan PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia Rp15,0 M digunakan untuk fasilitas penjaminan proyek infrastruktur dalam rangka mendorong dan mempercepat pembangunan proyek-proyek infrastruktur Pemprov DKI Jakarta Rp184,7 M digunakan untuk pengendalian banjir Jakarta melalui pengerukan dan rehabilitasi sungai, kanal dan waduk, serta rehabilitasi/penguatan tanggul PMN kepada BUMN Menurut Prioritas Kemandirian Ekonomi Nasional Rp1,5 T Pengembangan Industri Strategis Rp3,9 T 4% Kedaulatan Pangan Rp4,2 T 10% 10% 51% Kedaulatan Energi Rp10,0 T 25% 44 Infrastruktur dan Maritim Rp20,7 T INFORMASI APBN 2016 Kebijakan PMN BUMN yang melaksanakan kebijakan/program Pemerintah dalam rangka menyelenggarakan kemanfaatan umum bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak Peningkatan kapasitas usaha BUMN antara lain dalam rangka peningkatan kualitas infrastruktur, kedaulatan pangan dan energi dengan memperhatikan kemampuan keuangan negara Mempertahankan porsi kepemilikan, sehingga Pemerintah masih dapat mengendalikan BUMN yang bersangkutan PMN pada Organisasi/Lembaga keuangan internasional dan badan usaha lain, bertujuan untuk: Memenuhi kewajiban Indonesia sebagai anggota serta mempertahankan proporsi kepemilikan saham (shares) dan hak suara (voting rights). Memperoleh manfaat yang maksimal bagi kepentingan nasional, didasarkan pada peraturan perundangan yang berlaku dan memperhatikan efisiensi penggunaan anggaran dan kemampuan keuangan negara. Mempertimbangkan efek pengganda bagi pertumbuhan ekonomi; Rincian PMN Mendukung Program Kedaulatan Pangan Perum Bulog Rp2,0 T, untuk mempercepat pembangunan unit-unit modern rice milling plant, drying centre beserta SILO dan Cold Storage, guna mempercepat proses pengeringan, pengolahan, dan meningkatkan kapasitas penyimpanan gabah/beras, jagung, produk hortikultura dan daging PT Rajawali Nusantara Indonesia Rp692,5 M (konversi utang pokok RDI), untuk revitalisasi pabrik gula, pengembangan bisnis sawit, dan pengembangan bisnis properti yang dimiliki perseroan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia Rp1,0 T, untuk mendukung penugasan sebagai stabilisator harga gula PT Perikanan Nusantara Rp29,4 M, PMN (konversi Piutang SLA/RDI) untuk memperbaiki struktur permodalan perseroan sehingga kinerja keuangan perseroan akan semakin baik PT Pertani Rp500,0 M untuk peningkatan kuantitas benih padi, jagung hibrida, kedelai, gabah, dan beras 45 Mendukung Program Kedaulatan Energi PT PLN Rp10,0 T, untuk mendukung pendanaan proyek 35.000 MW sampai dengan tahun 2019 serta membiayai pembangunan infrastruktur kelistrikan. Mendukung Program Pengembangan Industri Strategis PT Krakatau Steel Rp1,5 T (tunai) dan Rp956,5 M (non tunai), untuk mendukung pembiayaan pembangunan Hot Strip Mill (HSM) #2 dan pembangunan pembangkit listrik. PT Industri Kereta Api Rp1,0 T, untuk mendukung proyek KRL Airport Link Bandara Soekarno-Hatta, serta pembangunan workshop di Gresik. PT Barata Indonesia Rp500,0 M, untuk pengembangan pabrik pengecoran (foundry), pembangunan pabrik pusat penempaan (forging) dan permesinan (machining center), serta pengembangan pabrik industri agro. INFORMASI APBN 2016 Mendukung Program Kemandirian Ekonomi Nasional PT Asuransi Kredit Indonesia, dan Perum Jamkrindo, masing-masing Rp500,0 M, dalam rangka pelaksanaan penjaminan KUR bagi KUMKM. PT BPUI Rp500,0 M, untuk meningkatkan kapasitas perusahaan dalam melakukan penyaluran kredit kepada KUMKM. Mendukung Program Pembangunan Infrastruktur dan Maritim PT Sarana Multi Infrastruktur Rp4,2, T, untuk berpartisipasi dalam pembiayaan proyek-proyek infrastruktur strategis. PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia Rp1,0 T, untuk memperkuat struktur permodalan dan peningkatan kapasitas usaha PT PII untuk melakukan penjaminan dalam proyek infrastruktur. PT Sarana Multigriya Finansial Rp1,0 T, untuk memperbaiki struktur permodalan dan meningkatkan kapasitas usaha dalam rangka pengembangan pasar pembiayaan sekunder perumahan. PT Jasa Marga Rp1,3 T, untuk melaksanakan pembangunan proyek jalan tol baru. PT Hutama Karya Rp3,0 T, untuk melaksanakan penugasan Pemerintah dalam melakukan pengusahaan jalan tol di Sumatera PT Wijaya Karya Rp4,0 T, untuk melaksanakan proyek infrastruktur antara lain pembangkit listrik, Kawasan Industri Kuala Tanjung, Pembangunan Water Treatment Plant serta jalan tol. PT Pembangunan Perumahan Rp2,3 T, untuk melaksanakan proyek di bidang infrastruktur berupa pelabuhan dan kawasan industri pelabuhan serta jalan tol. 46 Perum Perumnas Rp250 M (tunai) dan Rp235,4 M (konversi utang pokok RDI), untuk mempercepat pengadaan lahan dan penyediaan rumah, baik rumah tapak maupun rumah susun untuk masyarakat menengah ke bawah. PT Pelni Rp564,8 M (konversi utang pokok SLA) untuk meningkatkan kemampuan perseroan dalam pendanaan investasinya. PT Angkasa Pura II Rp2,0 T, digunakan dalam rangka pembebasan lahan untuk pembangunan runway 3 Bandara Soekarno-Hatta PT Amarta Karya Rp32,1 M (konversi utang pokok SLA) untuk meningkatkan kapasitas usaha dan percepatan program prioritas Pemerintah terkait infrastruktur energi. PT Pelindo III Rp1,0 T, untuk melaksanakan program pembangunan dan pengembangan aksesibilitas laut; pengembangan pelabuhan di Kawasan Timur Indonesia; serta pengembangan terminal penumpang, pelayaran rakyat dan fasilitas penunjang pelabuhan. INFORMASI APBN 2016 GLOSSARY Keseimbangan primer menggambarkan kemampuan Pemerintah membayar pokok dan bunga utang dengan menggunakan pendapatan negara. Keseimbangan primer merupakan total pendapatan negara dikurangi belanja negara di luar pembayaran bunga utang. Apabila nilai keseimbangan primer negatif, maka Pemerintah harus menerbitkan utang baru untuk membayar pokok dan bunga utang. Sebaliknya apabila nilai keseimbangan primer positif, maka Pemerintah bisa menggunakan sumber pendapatan negara untuk membayar sebagian atau seluruh pokok dan bunga utang. Pajak Terdiri atas penerimaan PPh Migas, PPh Nonmigas, PPN, PBB, dan pajak lainnya. Kepabeanan dan Cukai Terdiri atas penerimaan cukai (hasil tembakau, etil alkohol, dan minuman mengandung etil alkohol), bea masuk, dan bea keluar. PNBP Terdiri atas penerimaan SDA Migas, SDA Nonmigas (pertambangan mineral dan batubara, kehutanan, perikanan, dan panas bumi), bagian laba BUMN, PNBP lainnya (PNBP yang dipungut oleh K/L), serta Pendapatan BLU. Penerimaan Hibah Terdiri atas penerimaan hibah yang berasal dari dalam negeri dan luar negeri. Tax ratio dalam definisi luas membandingkan total nilai penerimaan perpajakan (pajak pusat), penerimaan SDA migas dan pertambangan minerba dengan PDB nominal. Sedangkan tax ratio dalam definisi sempit membandingkan total nilai penerimaan perpajakan (pajak pusat) dengan PDB nominal. Pembayaran Bunga Utang Belanja Pemerintah Pusat atas penggunaan utang dalam dan luar negeri. Dihitung dari utang yang sudah ada dan perkiraan utang baru, termasuk biaya yang timbul terkait pengelolaan utang. Transfer ke Daerah Dialokasikan untuk mengurangi ketimpangan sumber pendanaan antara pusat dan daerah, mengurangi kesenjangan pendanaan urusan pemerintahan antar daerah, mengurangi kesenjangan layanan publik antardaerah, mendanai pelaksanaan otonomi khusus dan keistimewaan daerah. Belanja Kementerian Negara/Lembaga Anggaran belanja yang dialokasikan melalui Kementerian Negara/ Lembaga untuk membiayai urusan tertentu dalam pemerintahan. Belanja lainnya Pengeluaran negara untuk pembayaran atas kewajiban Pemerintah yang tidak masuk dalam kategori belanja Kementerian Negara/Lembaga, transfer daerah, subsidi, pembayaran bunga utang, dan dana desa, antara lain untuk pembayaran pensiun PNS dan TNI/Polri. Dana Desa Dana yang bersumber dari APBN yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui APBD kabupaten/ kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Subsidi Pemberian dukungan dalam bentuk alokasi anggaran kepada perusahaan negara, lembaga pemerintah, atau pihak ketiga berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk menyediakan barang atau jasa yang bersifat strategis atau menguasai hajat hidup orang banyak sesuai kemampuan keuangan negara. 47 INFORMASI APBN 2016 GLOSSARY Belanja Menurut Fungsi, terdiri dari: Fungsi Pelayanan Umum a.l. terdiri atas Pembinaan, Pengembangan Pembiayaan dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (Anggaran PBI Jamkes), Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan Lainnya, Pengelolaan dan Konservasi Waduk, Embung, Situ serta Bangunan Penampung Air Lainnya, Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku dan seluruh Belanja Non K/L (Subsidi, Pembayaran Bunga Utang, Belanja Lain-lain); Fungsi Pertahanan a.l. terdiri atas Pengadaan Barang dan Jasa Militer, Produksi Alutsista Industri dalam Negeri dan Pengembangan Pinak Industri Pertahanan, Penyelenggaraan Perawatan Personel Matra Darat, Laut dan Udara; Fungsi Ketertiban dan Keamanan a.l. terdiri atas Penyelenggaraan Pemasyarakatan di Wilayah, Pengembangan Peralatan Polri, Peningkatan Pelayanan Keamanan dan Keselamatan Masyarakat di Bidang Lantas; Fungsi Ekonomi a.l. terdiri atas Perluasan Areal dan Pengelolaan Lahan Pertanian, Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Bandar Udara, Pembangunan dan Pengelolaan Prasarana dan Fasilitas Pendukung Kereta Api, Pembangunan dan Pengelolaan Prasarana dan Fasilitas Lalu Lintas Angkutan Jalan, Pelaksanaan Preservasi dan Peningkatan Kapasitas Jalan Nasional; Fungsi Lingkungan Hidup a.l. terdiri atas Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, dan Pelaksanaan Pengembangan Sanitasi dan Persampahan, dan Pengelolaan Pertanahan Provinsi; Fungsi Perumahan dan Fasilitas Umum a.l. terdiri atas Fasilitasi Pemberdayaan Adat dan Sosial Budaya Masyarakat, Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, dan Pelaksanaan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum; Fungsi Kesehatan a.l. terdiri atas Pembinaan Upaya Kesehatan Rujukan, Peningkatan Ketersediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan; Fungsi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif a.l. terdiri atas Pemberdayaan Masyarakat di Destinasi Pariwisata, Peningkatan Promosi Pariwisata Luar Negeri; Fungsi Agama a.l. terdiri atas Pengelolaan Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, Pengelolaan dan Pembinaan Urusan Agama Kristen, Katolik, Hindu, Budha; Fungsi Pendidikan a.l. terdiri atas Penjaminan Kepastian Layanan Pendidikan SD, SMP, dan Peningkatan Penjaminan Mutu Pendidikan; Fungsi Perlindungan Sosial a.l. terdiri atas Jaminan Kesejahteraan Sosial (Bantuan Tunai Bersyarat/Program Keluarga Harapan). Subsidi Energi Alokasi anggaran yang disalurkan melalui perusahaan/lembaga yang menyediakan dan mendistribusikan BBM, BBN,LPG tabung 3 kg, LGV, dan tenaga listrik sehingga harga jualnya terjangkau oleh masyarakat. Subsidi Nonenergi Alokasi anggaran yang disalurkan melalui perusahaan/lembaga yang memproduksi dan/atau menjual barang dan/ atau jasa tertentu yang ditetapkan oleh Pemerintah selain produk energi. Dana Perimbangan merupakan dana yang bersumber dari pendapatan dalam APBN yang dialokasikan untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Otonomi Khusus diberikan kepada daerah-daerah yang menjalankan otonomi khusus, yaitu Provinsi Papua, Provinsi Papua Barat, dan Provinsi Aceh Dana Transfer Lainnya merupakan dana yang dialokasikan kepada daerah untuk melaksanakan kebijakan tertentu berdasarkan undangundang. 48 INFORMASI APBN 2016 GLOSSARY Dana Alokasi Umum dialokasikan sebagai alat pemerataan kemampuan keuangan antardaerah dan mengurangi kesenjangan fiskal antardaerah. Dana Bagi Hasil Dialokasikan kepada daerah bersumber dari pendapatan APBN berdasarkan persentase tertentu guna mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Insentif Daerah diberikan kepada daerah berprestasi. DID diberikan agar daerah berupaya untuk mengelola keuangannya dengan lebih baik yang ditunjukkan dengan perolehan opini WTP/WDP Badan Pemeriksa Keuangan atas laporan keuangan pemerintah daerah dan menetapkan APBD secara tepat waktu. Dana Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta adalah dana yang dialokasikan untuk penyelenggaraan urusan keistimewaaan Daerah Istimewa Yogyakarta, meliputi: a) tata cara pengisian jabatan, kedudukan, tugas, dan wewenang Gubernur dan Wakil Gubernur; b) kelembagaan Pemerintah Daerah DIY; c) kebudayaan; d) pertanahan; dan e) tata ruang SBN meliputi surat utang negara (SUN) dan surat berharga syariah negara (SBSN) Pinjaman dalam negeri neto merupakan semua penarikan pinjaman dari pemberi pinjaman dalam negeri dikurangi dengan pembayaran cicilan pokok pinjaman dalam negeri Pinjaman luar negeri neto merupakan semua penarikan pinjaman luar negeri berupa pinjaman program dan pinjaman proyek dikurangi dengan penerusan pinjaman dan pembayaran cicilan pokok utang luar negeri. Pembiayaan nonutang dari perbankan dalam negeri berasal dari penerimaan cicilan pengembalian penerusan pinjaman. Pembiayaan nonutang dari non perbankan dalam negeri terdiri atas penerimaan dari hasil pengelolaan aset dan penerimaan kembali investasi, dikurangi pengeluaran pembiayaan untuk penyertaan modal negara, dana bergulir, dan kewajiban penjaminan. 49 INFORMASI APBN 2016 dddddd 50 INFORMASI APBN 2016 KEMENTERIAN KEUANGAN Direktorat Jenderal Anggaran Gedung Sutikno Slamet Lantai 4 Jalan Dr Wahidin Raya No.1 www.anggaran.depkeu.go.id 51