BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 1.1 State of The Art Untuk menambah informasi di dalam penelitian ini, berikut jurnal-jurnal yang membahas mengenai komunikasi persuasif yang dapat menambah informasi untuk penelitian. Berikut jurnal-jurnal tersebut: Judul Jurnal Bridging the intention– behavior gap: Inducing implementation intentions through persuasive appeals Tahun 2011 Nama peneliti Bob Fennis Metodelogi Kuantitatif Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi komunikasi persuasif penelitian mempengaruhi perilaku secara aktual, dan juga mempengaruhi respon perilaku yang sesuai gambaran. Tabel 2.1 Dalam membuat strategi persuasif, harus membutuhkan rencana yang matang dan bagaimana pelaksanaan yang memang sesuai dengan perencanaan menuju tujuan perikaku yang diinginkan. Di dalam pelaksanaan strategi tersebut, tidak bisa langsung terlihat hasil dari apa yang direncanakan. Dari strategi persuasif menghasilkan sebuah strategi mempengaruhi perilaku secara aktual dan sesuai gambaran yang memang diharapkan. Strategi komunikasi persuasif sangat berpengaruh terhadap respon perilaku yang diinginkan oleh seorang komunikator. Begitu juga halnya dengan Hotel Grand Tjokro Jakarta. Di dalam pembentukan sebuah strategi, pada awalnya harus direncanakan sangat matang dan mendetail. Pertama bisa dilihat target dari hotel Grand Tjokro itu sendiri. Selanjunya adalah bagaimana implementasi dari rencana awal tersebut dalam bentuk tindakan yang memang sesuai. Diakhiri dengan tujuan yang memang menjadi sebuah keinginan yang ingin dicapai oleh hotel Grand Tjokro. Strategi komunikasi persuasif sangat penting dilakukan untuk menciptakan respon perilaku yang positif terhadap adanya hotel Grand Tjokro. Judul Jurnal Changing prejudice attitudes by thinking about persuasive message: implications for resistance Tahun 2014 Nama peneliti Miguel Cardaba Metodelogi Kualitatif Hasil Penelitian ini menunjukan bahwa pesan komunikasi persuasif dapat penelitian mengubah sikap berfikir yang berprasangka yang ada di dalam pikiran seseorang atau kelompok. Tabel 2.2 Di dalam penelitian ini dijelaskan bahwa perubahan sikap terhadap sekelompok masyarakat membutuhkan pemikiran yang lebih besar. Dalam hal ini bagaimana sebuah sikap persuasi dapat menjadikan sebuah pesan di dalam sebuah proses komunikasi menjadi hal yang diinginkan dan sesuai dengan tujuan komunikasi tersebut. Hal ini menjadikan sebuah prasangka menjadi netral karena pesan dalam proses komunikasi sesuai dengan apa yang diinginkan. Berhubungan dengan keadaan Hotel Grand Tjokro Jakarta yang baru beroperasi, memungkinkan banyak prasangka mengenai keadaan hotel. Apalagi, hotel sebelum Grand Tjokro mengalami keadaan yang kurang baik pada saat beroperasi sehingga membuat sulit menerima kembali adanya hotel baru. Dengan adanya komunikasi persuasif, dapat menciptkan pesan yang berisikan hal-hal psotif mengenai Hotel yang dapat menangkal prasangka negative. Judul Jurnal How to Communicate With People in Any Situation: The art of Effective Persuasive Communication Tahun 2013 Nama peneliti Harold J. Winfrey Metodelogi Kualitatif Hasil Orang yang paling mendapat perhatian dan yang paling persuasif penelitian mengetahui bahwa tekhnologi canggih tidak dapat menggantikan proses komunikasi yang tradisional (dengan bertemu satu sama lain secara langsung tanpa perantara). Ketika melakukan komunikasi langsung, anda akan mendapatkan manfaat dari melihat wajah/mimic muka komunikator (sebagai bentuk komunikasi nonverbal), mengetahui nada suara. Ketika seseorang melihat komunikasi persuasif secara langsung, maka akan lebih mudah memilih apakah pesan diterima atau tidak. Tabel 2.3 Di dalam sebuah proses komunikasi pada masa modern ini, menggunakan berbagai macam tekhnologi adalah sebuah hal yang sudah biasa dilakukan. Dengan menggunakan tekhnologi, proses komunikasi tetap bisa berjalan dimana saja dan kapan saja. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa komunikasi dengan gaya lama atau bisa dibilang komunikasi secara langsung adalah hal yang sangat sesuai dengan komunikasi persuasif. Dengan komunikasi langsung, komunikator bisa melihat langsung respon apa yang dihasilkan oleh komunikan. Judul Jurnal Designing Effective Persuasive System Utilizing the Power of Entanglement Communication Channel, Strategy, and Affect Tahun 2010 Nama peneliti Haiging Li Metodelogi Kualitatif Hasil Strategi persuasif adalah bagaimana membuat pesan menarik dan penelitian dapat diterima dengan baik dengan beberapa startegi yang ada. Menggunakan rayuan atau bujukan yang ada di pesan komunikasi dengan tujuan merubah perilaku seseirang. Tabel 2.4 Sebagai industry hospitality, hotel Grand Tjokro juga mengutamakan komunikasi yang memiliki kekuatan untuk menarik simpati dari pelanggan. Dengan mengutamakan komunikasi langsung, grooming dan gesture bicara yang sesuai denga standar, diharapkan dapat menumbuhkan rasa kenyamanan dan simpati dari pengunjung hotel. Dalam pembentukan sebuah strategi komunikasi persuasif, harus memiliki keunggulan di dalam formulasi pesan yang memang harus memiliki unsur menarik bagi komunikan. Hal itu bisa membentuk sebuah pesan semakin mudah untuk menarik perhatian seseorang. Dalam komunikasi persuasif yang dilakukan didalam hotel Grand Tjokro strategi yang sudah dipakai sangat beragam. Mulai dari startegi persuasif di dalam pelayanan setiap harinya yang memang menyangkut dari hospitality hotel tersebut, sepeti memberikan salam sapa setiap saat, membuat treatment khusus untuk tamu yang memang penting, sampai dengan strategi persuasif yang dilakukan dalam bentuk kalimat ajakan, informasi yang informative bagi tamu serta bagaimana komunikasi di dalam media online yang memang memiliki pengaruh yang banyak bagi sebuah proses komunikasi persuasif. Judul Jurnal Organizational Internal Communication As A Means Of Improving Efficiency. Tahun 2010 Nama Eva Tarizka peneliti Metodelogi Kualitatif Hasil Fungsi dari sistem komunikasi yang terutama dan sistematis untuk penelitian memberikan informasi secara memadai dan terintegrasi dalam suatu organisasi. Tabel 2.5 Dalam sebuah tingkat komunikasi di dalam organisasi menentukan efisiensi organisasi. Perhatian telah berubah ke arah studi berbagai bidang komunikasi organisasi. Di dalam organisasi yang baik, dalam sebuah kinerja di dalamnya akan mementukan bagaiamana sebuah komunikasi bisa berjalan dengan baik. Ketika di dalam organisasi tersebut bisa berjalan baik, maka komunikasi yang lain pun akan sejalan lurus dengan hal tersebut. Dalam sebuah organisasi, komunikasi yang sistematis menyebabkan komunikasi berjalan efektif. Begitu juga dalam komunikasi yang ada di Hotel Grand Tjokro dalam membangun komunikasi yang baik tentu harus ada pengorganisasian yang jelas. Hal tersebut dilakukan agar tidak ada komunikasi yang tidak merata. 2.2 Landasan Konseptual Skripsi ini akan membahas landasan konseptual dari beberapa teori dan konsep yang terkait dengan bidang kajian komunikasi. Dalam hal ini, yang akan dikaji adalah ilmu komunikasi persuasif. 2.2.1 Model Komunikasi AIDDA Formula AIDDA merupakan kesatuan singkatan dari tahapan komunikasi persuasif. Penjelasannya sebagai berikut: A - Attention (Perhatian) I – Interest (Minat) D – Desire (Hasrat) D – Decision (Keputusan) A – Action (Aksi) Formula AIDDA merupakan kesatuan singkatan dari tahap komunikasi persuasive. Berdasarkan rumusan AIDDA, komunikasi persuasive dapat diuraikan sebagai berikut (Effendy,2007) : Attention Interest Desire Decision Action Gambar 2.1 Model Teori AIDDA a. Attention Dalam hal ini komunikasi persuasive diawali dengan membangkitkan perhatian komunikan terhadap suatu produk. Banyak cara yang dapat dilakukan komunikan. Misalnya dengan mengiklankan suatu produk maupun layanan jasa pada beberapa media. b. Interest Setelah komunikasi telah berhasil membangkitkan perhatian komunikan, selanjutnya perlu dilakukan penumbuhan minat. Misalnya dalam mengiklankan suatu produk perlu diberi penjelasan tentang iklan atau mengungkapkan hal-hal yang menyangkut kebutuhan komunikasi. c. Desire Pada tahap ini komunikan perlu memunculkan hasrat. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh komunikator adalah dengan membujuk komunikan. d. Decision Setelah mendapatkan hasrat, diharapkan komunikan dapat mengambil keputusan untuk melakukan kegiatan yang diharapkan. e. Action Tahapan terakhir dimana komunikan sudah melakukan tindakan sesuai dengan keinginan komunikator. Teori AIDDA disebut A-A Procedure atau From Attention to Action Procedure dikemukakan oleh Wilbur Schramm. Menurut Effendy, “AIDDA adalah akronim dari katakata Attention (perhatian), Interest (minat), Desire (hasrat), Decision (keputusan), dan Action (tindakan)”. 16 Konsep AIDDA menjelaskan proses psikologis yang terjadi pada diri khalayak dalam menerima pesan. Para ahli komunikasi berpendapat bahwa dalam melancarkan komunikasi sebaiknya menggunakan pendekatan AIDDA. Berdasarkan konsep AIDDA, agar komunikan membaca dan melakukan tindakan yang dianjurkan komunikator, maka pertama-tama mereka harus dibangkitkan perhatiannya. (Effendy, 2008) Namun, di dalam teori AIDDA ini, ada penambahan S sebagai satisfaction atau kepuasan. Dapat dijabarkan melalui penjelasan sebagai berikut: A : Attention (Perhatian) I : Interest (Minat) D : Desire (Hasrat) D : Decision (Keputusan) A : Action (Tindakan) S : Satisfaction (Kepuasan) Dengan penambahan kepuasan pada teori AIDDA menunjukan bahwa di dalam komunikasi persuasif diharapkan setelah ada tindakan yang dipilih, akan menimbulkan sebuah kepuasan yang akan menjadikan sebuah penguatan terhadap strategi komunikasi persuasif itu sendiri (Mangkunegara, 2013) 2.2.2 Komunikasi Menurut Harold Laswell, komunikasi adalah who, says what, in which channel, to whom, with what effect dimana memiliki pengertian bahwa komunikasi itu bergantung pada siapa yang menjadi komunikator, informasi apa yang disampaikan, melalui media apa penyampaiannya, siapa komunikannya dan efek apa yang didapat pada hasil akhirnya. Komunikasi memiliki beberapa tujuan yaitu untuk memberikan informasi, mempersuasi, memotivasi, atau mencapai kesamaan pemahaman. (Wilcox, Camerondan Shin, 2013). Menurut Bernard Berelson dan Gary A. Stainar, komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, figur, grafik, dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi tersebut biasanya disebut komunikasi. (Mulyana, 2013) Fungsi komunikasi berdasarka pengamatan para pakar komunikasi memiliki perbadaan, tapi juga memiliki kesamaan. Menurut Willian I. Gorden, komunikasi memiliki 4 fungsi yaitu: 1. Fungsi komunikasi sosial: mengisyaratkan bahwa komunikas penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri untuk kebahagiaan hidup. 2. Fungsi komunikasi ekspresi: komunikasi tidka langsung yang bertujuan untuk mempengaruhi orang lain, namun dapat digunakan sebagai instrumen pencapaian emosi kita. 3. Fungsi komunikasi ritual: berfungsi untuk menjaga komitmen pada tradisi, keluarga, komunitas, suku, dll. 4. Fungsi komunikasi instrumental: bertujuan untuk menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan, dan menghibur. 2.2.3 Komunikasi Persuasif Persuasi adalah kegiatan atau proses dimana komunikator berusaha untuk mendorong perubahan keyakinan, sikap, atau perilaku seseorang atau sekelompok orang lain melalui transmisi pesan dalam konteks dimana target persuasi memiliki pilihan bebas ( Richard Perloff, 2010). Dikatakan bahwa menurut Richard Perloff, persuasi adalah sebuah kegiatan atau proses yang menyangkut apa yang dikatakan komunikator, yang memiliki unsur kepercayaan, sikap dalam penyampaian pesan yang dapat mempengaruhi pilihan seseorang. Menurut Aristoteles, komunikasi dibangun oleh tiga unsur yang fundamental, yaitu orang yang berbicara, materi pembicaraan yang dihasilkan, dan orang yang mendengarkannya. Aspek pertama disebut komunikator atau persuader, yang merupakan sumber komunikasi. Aspek kedua adalah pesan. Aspek ketiga disebut komunikan atau persuade, yang merupakan penerima komunikasi. Persuader adalah orang atau sekelompok orang yang menyampaikan pesan dengan tujuan untuk mempengaruhi sikap, pendapa dan perilaku orang lain, baik secara verbal maupun nonverbal. Dalam komunikasi persuasif, eksistensi persuader dipertaruhkan. Oleh karena itu, persuader harus memiliki etos yang tinggi. Etos adalah nilai diri seseorang yang merupakan aspek kognisi, afeksi, dan konasi (Suryanto,2015) Menurut buku Thinking Public Relation: “Pesuasi dapat digunakan untuk mengubah atau menetralisir opini atau pendapat yang berbeda (bertolak belakang), mengkristalkan pendapat dan sikap yang positif dan menyimpan opini yang baik dan menguntungkan”. (Wilcox, Cameron dan Shin, 2013:149). Persuasi menurut Suzzane C.De Janasz, Karen O. Dowd&Beth Z. Schheider (2006), persuasif memiliki 3 karakter: 1. Kesesuaian: “ Hal yang benar dilakukan, biasanya berdasarkan standar atau normanorma yang berlaku di masyarakat. Aturan hukum dan moralitas menjadi salah satu pertimbangan yang harus dilakukan dalam melakukan persuasi. Dengan begitu, masyarakat yang menjadi target persuasi dapat menerima informasi dan mungkin dapat melakukan apa yang diharapkan oleh persuader. 2. Konsistensi: “Sejauh mana tindakan atau keyakinan yang diusulkan dan dibandingkan dengan orang lain yang sama atau sesuai dengan masa lalu mereka atau ditambah dengan dukungan keyakinan. Pembujuk akan memahami dengan lebih dekat tentang kehidupan orang lain dan dapat langsung memberikan infromasi yang tepat sasaran. 3. Efektivitas : " Sejauh mana tindakan atau ide mengarah ke keadaan yang diinginkan atau hasil . Dengan mengetahui apa yang penonton inginkan , pembujuk dapat menunjukkan bagaimana adaptasi sebuah ide yang diusulkan membantu kebutuhan mereka " Persuasi digunakan untuk mengubah atau menetralisir pendapat yang betolak belakang , mengkristalkan atau mematenkan sikap positif dan mempertahankan pendapat yang menguntungkan. Persuasi dapat pula mengontrol informasi negatif yang dapat merugikan suatu pihak, dengan menggantinya menjadi informasi yang netral dan dapat diterima oleh banyak orang. (Wilcox, Cameron dan Shin, 2013). Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi sebuah komunikasi persuasif. Faktor tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Analisis penonton/target Sebagai komunikator, kita harus mengetahui karakteristik apa yang ada di dalam diri penonton atau target komunikan. Mengetahui kepercayaan, perilaku, nilai, dan gaya hidup menjadi hal yang dapat memudahkan seorang komunikator untuk menyampaikan informasi tepat sasaran. Sehingga, komunikasi persuasif yang berjalan dapat berjalan dengan baik. 2. Menarik untuk diri sendiri Maksud dari menarik untuk diri sendiri adalah, seorang pembujuk harus mengetahui apa yang menjadi ketertarikan target komunikan, dnegan mengetahui latar belakang ekonomi, kebutuhhan bahkan kondisi psikologisnya. Partisipasi penonton/target Sebuah perilaku atau kepercayaan tidak cukup untuk mempengaruhi seseorang atau kelompok, melainkan keikutsertaan dan pastisipasi penonton atau target di dalam proses akan menimbulkan pemahaman yang lebih besar 3. Saran untuk tindakan Prinsip utama persuasi adalah bahwa orang mendukung ide-ide dan mengambil tindakan jika mereka disertai apa yang diusulkan. 4. Kredibilitas Sumber Pesan yang persusasif akan lebih mudah diterima jika memiliki kredibilitas sumber yang diapat dinilai melalaui 3 faktor; 1. Ahli: Sebuah pesan jika disampaikan oleh seseorang yang sudah memiliki pengalaman dan ahli dibidangnya, maka pesan akan lebih mudah diterima oleh target komunikan. 2. Ketulusan: Dengan penyampaian pesan yang tulus, memudahkan target komunikan mengingat pesan yang disampaikan. 3. Karisma: Karisma adalah sebuah daya tarik personal yang terpancar ketika sedang melakukan komunikasi. Hal tersebut tentu sangat mempengaruhi dalam penyampaian pesan kepada target komunikan. 5. Kejelasan pesan Pesan yang persuasif adalah pesan yang langsung, tidak berbelit, disampaikan dengan megutamakan ide utama dari pesan. Semakin rumit pesan, semakin hilang sisi persuasifnya. 6. Media Penggunaan media yang berbeda menyebabkan sebuah pesan harus sesuai dengan media yang digunakan. 7. Waktu dan konteks Pesan akan terasa lebih persuasif jika memperhatikan faktor lingkungan dan faktor dimana target komunikan merasa familiar dengan situasi yang ada. 8. Penguatan Untuk mencapai pesan yang persuasif, komunikator dan komunikan harus memiliki keyakinan atau pemahaman terhadap nilai yang kuat, untuk menghalangi pesan negative yang ada. (Wilcox, Cameron dan Shin, 2013). Kebanyakan komunikator menggunakan komunikasi persuasif untuk mempengaruhi public atau seseorang. Komunikasi persuasif harus dilakukan secara etis. Diperlukan kejujuran, kebenaran dan keterusterangan. (Wilcox, Cameron dan Shin, 2013). Komunikasi persuasif memiliki beberapa strategi yang dapat kita jabarkan menjadi 4 bagian, yaitu: 1. Strategi Brutal Strategi ini bersifat keras dengan menggunakan metode palu, dimana seorang pembujuk tidak memberikan pilihan lain kepada target yang dibujuk. Informasi yang dijelaskan harus sangat mudah dipahami dan tidak menimbulkan pertanyaan diakhirnya. 2. Strategi Rasional Strategi ini lebih memahami posisi target yang dibujuk untuk dapat memikirkan alternatif setelah diberikan pesan oleh pembujuk. Setelah memikirkan alternatif, barulah bisa memikirkan kesimpulan apa yang akhirnya akan diambil. 3. Strategi Rasional/Emosional Strategi ini biasa digunakan untuk menarik perhatian massa dalam jumlah yang tidak sedikit. Dalam strategi ini, harus memiliki pembujuk yang mempunyai pemikiran yang logis. Tujuan dari strategi ini adalah untuk dapat langsung menentukan tindakan apa yang harus dilakukan. 4. Strategi Sadar Strategi ini menjelaskan bagaimana kelompok kecil dan besar bisa menerima informasi pembujuk dengan baik. Pembujuk harus memiliki kredibilitas yang tinggi serta memiliki rasa empati yang besar, sehingga dapat melahirkan komitmen. (Goodhall Jr, Goodhal, dan Schiefelbein:244-254) 2.2.4 Komunikasi Organisasi Komunikasi organisasi sebagai salah satu bidang kajian ilmu komunikasi, selalu menjadi fenomena yang senantiasa actual untuk didiskusikan, sejalan dengan semakin banyaknnya tantangan dan persoalan organisasi itu sendiri. Globalisasi yang sedang melanda seluruh aspek kehidupan akhir-akhir ini, telah mengharuskan setiap manusia (termasuk lembaga/organisasi) lebih mempersiapkan diri, agar tidak ‘tereliminasi’ oleh kompetisi global yang maha ketat. Lebih dari itu, perkembangan peradaban dunia yang begitu cepat ‘mengharuskan’ setiap organisasi lebih jeli memilih paradigm yang tepat dalam merespon perkembangan yang ada (Syaipul,2009). Untuk itu, untuk menghadapi globalisasi yang sangat besar, dibutuhkannya pengetahuan yang besar di dalam sebuah organisasi. Wiryanto mengungkapkan bahwa komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi (Romli,2014). Komunikasi organisasi tidak hanya proses penyampaian informasi semata, namun juga bagaimana komunikasi bisa berjalan sesuai dengan struktur yang ada di organisasi. Dalam komunikasi organisasi di lembaga komersial atau tidak komersial, tentu akan melibatkan 4 fungsi, yaitu: 1. Fungsi Informatif Organisasi dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi, dimana seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. 2. Fungsi Regulatif Fungsi ini berhubungan dengan semua peraturan-peraturan yang ada di dalam organisasi. Ada dua hal yang berpengaruh dalam fungsi ini; pertama, adalah orangorang yang memiliki tatanan di dalam manajemen. Mereka memiliki hak untuk mengendalikan semua informasi yang mereka sampaikan dan memiliki wewenang untuk dapat mengambil keputusan. Kedua, adalah pesan-pesan regulative, dimana bawahan harus mengetahui kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak untuk dikerjakan. 3. Fungsi Persuasif Pimpinan lebih menyukai untuk mempersuasif bawahannya daripada memberikan perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan dengan sukarela akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibandingkan ketika pemimpin memperlihatkan kekuasaannya. 4. Fungsi Integratif Setiap organisasi menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan bekerja dengan baik. Ada dua saluran yang ada. Pertama adalah komunikasi formal, seperti adanya newsletter, bulletin dan laporan kemajuan organisasi. Kedua adalah komunikasi informal, dimana adanya perbincangan antarpribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga maupun pekerjaan darmawisata. (Syaipul, 2009:113114) Fungsi dari sistem komunikasi yang terutama dan sistematis untuk memberikan informasi secara memadai dan terintegrasi dalam suatu organisasi. Dengan mengutamakan komunikasi yang sistematis, segala bentuk informasi akan tersampaikan dengan baik dan merata. Tidak akan terjadi kesalahpahaman di dalam organisasi (Eva:2010) Komunikasi organisasi dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Komunikasi Internal Komunikasi intrenal organisasi adalah proses penyampaian pesan antara anggotaanggota organisasi yang terjadi untuk kepentingan organisasi, seperti komunikasi antar pimpinan ke bawahan, antara sesama bawahan, dsb. Proses komunikasi internal ini bisa berwujud komunikasi pribadi dan komunikasi kelompok. Komunikasi internal dibedakan menjadi 2 yaitu; 1. Komunikasi vertikal; komunikasi yang dilakukan dari atas kebawah. Komunikasi ini dilakukan oleh pemimpin untuk memberikan instruksi dan bawahan memberikan laporan kepada atasannya. 2. Komunikasi horizontal; komunikasi antar sesama seperti karyawan dengan karyawan, manajer dengan manajer dsb. Komunikasi ini mengalir pada bagian yang sama di dalam organisasi atar dari antar bagian. Hal ini membantu untuk menghindari beberapa masalah serta membangun semangat kerja. 2. Komunikasi Eksternal: komunikasi eksternal organisasi adalah komunikasi antara pimpinan organisasi dengan khalayak luar. Pada organisasi besar, komunikasi ini lebih banyak dilakukan oleh kepala humas perusahaan daripada pimpinan sendiri. Ada 2 macam komunikasi eksternal; komunikasi organisasi pada khalayak dan komunikasi khalayak dengan organisasi (Romli, 2014). 2.2.5 Strategi Strategi adalah pola, sebuah konsistensi dalam perilaku dari waktu ke waktu dengan mencari tahu cara apa yang lebih baik membantu mengembangkan dan mengungkapkan pola dalam organisasi dan menyelidiki asal-usul mereka. (Mintzberg, 2008). Pengertian strategi menurut Stephanie K.Marus, strategi di definisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara/upaya bagaimana tujuan tersebut dapat dicapai. Pengertian lain dari startegi menurut Hamel dan Prahalad (1995), strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang ditetapkan oleh para pelanggan di masa depan. (Umar, 2001) 2.2.6 Startegi Komunikasi Strategi komunikasi pada hakikatnya adalah perencanaan dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan. Bisa diklatakan pula sebagai panduan perencanaan komunikasi (Effendy, 2003). Komponen strategi komunikasi menurut Harold Laswell adalah; who, says what, in whhich channel, to whom, dan with what effect. Faktor pendukung strategi komunikasi: 1. Mengenali sasaran komunikasi 2. Faktor situasi dan kondisi 3. Pemilihan media komunikasi 4. Pengkajian tujuan pesan komunikasi 5. Peranan komunikator dalam komunikasi 6. Daya tarik sumber 7. Kredibilitas sumber Sebuah strategi komunikasi yang dirancang untuk membantu organisasi anda dalam berkomunikasi yang efektif. Disini dapat dilihat bahwa elemen kunci dari strategi komunikasi serta bagaimana rencana PR, strategi web dan rencana pemasaran masuk ke dalam strategi organisasi anda. Berikut cara menulis startegi komunikasi: 1. Pernyataan Tujuan Hal ini berguna untuk menyatakan mengapa anda mengembangkan strategi komunikasi dan apa yang anda ingin capai dengan tidakan tersebut. 2. Situasi anda saat ini Pengantar bagian dari strategi komunikasi harus secara singkat menjelaskan apa organisasi yang anda lakukan dan di bagian ia beroperasi. Hal ini dapat menentukan kuatnya komunikasi organisasi anda. 3. Tujuan organisasi dan tujuan komunikasi Setiap strategi harus dapat mencerminkan sebuah rencana organisasi secara keseluruhan. Pada saat ini, anda harus dapat melihat visi dan inti maksud dan tujuan organisasi anda. Paling penting yang harus ditetapkan adalah bagaimana tujuan strategi komunikasi tersebut dapat memberikan kontribusi dalam pencapaian organisasi secara menyeluruh. 4. Identifikasi stakeholder Harus dapat menjelaskan secara rinci tentang khalayak utama anda, baik internal dan eksternal yang ikut terpengaruh. Strategi dapat berjalan dengan baik jika adanya saling keterkaitan dan hubungan sehingga dapat mengetahui strategi apa yang harus diprioritaskan. 5. Pesan Setelah mengidentifikasi penonton, kita harus bisa memecahkan tujuan anda dalam pesan yang relevan dan mudah diterima sesuai dengan masing-masing penonton. Paling penting adalah kesinambungan pesan, dimana semua lapisan stakeholder dapat memahami pesan anda. 6. Metode kunci komunikasi Harus mencari tahu saluran apa yang paling tepat untuk berkomunikasi dengan penonton. Mungkin dengan menggunakan alat-alat seperti brosur, acara, media dan website. Adanya perbedaan pendapat (pro kontra) terhadap adanya saluran ini, namun yang paling penting adalah bagaimana sebuah komunikasi tersebut dapat tersalurkan sesuai dengan kondisi organisasi. 7. Rencana bekerja Rencana harus mencakup rentang waktu yang diusulkan dan mengidentifikasi tonggak tertentu dalam strategi. Ini ditujukan untuk dapat mengukur langkah-langkah yang jelas menuju tujuan akhir. 8. Evaluasi keberhasilan Strategi komunikasi anda harus dapat diakhiri dengan evaluasi. Evaluasi tersebut dapat berisikan bagimana tujuan anda tercapai, kapan tujuan anda tercapai dan sebagainya. Hal ini digunakan untuk dapat menentukan keberhasilan strategi anda.(www.knowhownonprofit.org) 2.2.7 Strategi Komunikasi Persuasif Sebagai komunikator dalam melakukan komunikasi persuasif, perlu dipertimbangkan prinsip-prinsip berikut (DeVito, 2010): 1. Perkiraan dengan cermat bagaimana sikap atau kepercayaan komunikan. Melihat bagaimana sikap dan kepercayaan para komunikan, apabila berbeda belum sependapat dengan komunikator, harus bisa dicari alasannya yang kuat. 2. Ketika menginginkan perunajan, upayakan sedikit demi sedikit. Bila berbicara dengan komunikan tidak sesuai dengan kepercayaan kita, batasi mereka dengan perubahan kecil yang bertahap. 3. Berikan alasan yang meyakinkan untuk membuat khalayak mempercayai apa yang komunikator inginkan dan percayai. Tambahkan dengan fakta pendukung Dalam sebuah strategi komunikasi persuasif, terdiri unsure-unsur yang terdiri didalamnya, yaitu: 1. Perencanaan komunikasi persuasif. Agar komunikasi persuasif mencapai tujuan dan sasarannya maka perlu dilakukan perencanaan yang matang. Perencanaan dilakukan berdasarkan komponen-komponen proses komunikasi sebagaimana diutarakan di muka, seperti : komunikator, pesan, media, dan komunikan. Apabila semua komponen tersebut sudah ditetapkan, maka tahapan selanjutnya adalah menata pesan. Teknik-teknik komunikasi yang dapat dipilih. Teknik-teknik tersebut adalah (Effendy,2008): a. Teknik asosiasi: Teknik asosiasi adalah penyajian pesan komunikasi dengan cara menumpangkannya pada suatu objek atau peristiwa yang sedang menarik perhatian khalayak. b. Teknik integrasi: Teknik integrasi adalah kemampuan komunikator untuk menyatukan diri secara komunikatif dengan komunikan. c. Teknik ganjaran: Teknik ganjaran adalah kegiatan untuk mengetahui orang lain dengan cara mengiming-iming hal yang menguntungkan atau yang menjanjikan harapan. d. Teknik tataan: Teknik tataan adalah upaya menyusun pesan komunikasi sedemikian rupa, sehingga enak didengar atau dibaca serta termotivasikan untuk melakukan sebagaimana disarankan oleh pesan tersebut. e. Teknik Red-Hearing: Teknik ini adalah seni seorang komunikator untuk meraih kemenangan dalam perdebatan dengan mengelakkan argumentasi yang lemah untuk kemudian mengalihkannya sedikit demi sedikit ke aspek yang dikuasainya guna dijadikan senjata ampuh dalam menyerang lawan. Jadi tekhnik ini dilakukan pada saat komunikator berada dalam posisi terdesak. 2. Pentahapan Komunikasi Persuasif Formula AIDDA merupakan kesatuan singkatan dari tahap komunikasi persuasive. Berdasarkan rumusan AIDDA, komunikasi persuasive dapat diuraikan sebagai berikut (Effendy,2003) : Attention Dalam hal ini komunikasi persuasive diawali dengan membangkitkan perhatian komunikan terhadap suatu produk. Banyak cara yang dapat dilakukan komunikan. Misalnya dengan mengiklankan suatu produk maupun layanan jasa pada beberapa media. Interest Setelah komunikasi telah berhasil membangkitkan perhatian komunikan, selanjutnya perlu dilakukan penumbuhan minat. Misalnya dalam mengiklankan suatu produk perlu diberi penjelasan tentang iklan atau mengungkapkan hal-hal yang menyangkut kebutuhan komunikasi. Desire Pada tahap ini komunikan perlu memunculkan hasrat. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh komunikator adalah dengan membujuk komunikan. Decision Setelah mendapatkan hasrat, diharapkan komunikan dapat mengambil keputusan untuk melakukan kegiatan yang diharapkan. Action Tahapan terakhir dimana komunikan sudah melakukan tindakan sesuai dengan keinginan komunikator. Berbagai kondisi dapat menyebabkan sebuah informasi di dalam komunikasi tidak sampai dengan baik. Terdapat beberapa macam hambatan yang dapat terjadi di dalam komunikasi. Hambatan tersebut dijabarkan sebagai berikut: 1. Hambatan Tekhnis/Mekanis Hambatan ini merupakan gangguan yang timpul pada alat penyampaiannya (medium) komunikasi. Hambatan ini dapat dijumpai pada media yang dipergunakan dalam melancarkan komunikasi. Banyak contohnya seperti suara radio yang samar, telepon terganggu, gambar televise tidak jelas dan sebagainya. 2. Hambatan Psikologis Hambatan ini bersifat kejiwaan yang cenderung negatif. Dalam proses komunikasi, aktivitas manusia ketika berkomunikasi didasari pada proses berfikir sehingga berfikir merupakan dasar dalam tindakan komunikasi. Hambatan ini sering terjadi karena komunikator sebelum melakukan komunikasinya tidak mengkaji diri komunikan sehingga komunikasi gagal. Selain itu, prasangka adalah hambatan yang paling berat yang ada di dalam kegiatan komunikasi. Pada umumnya, komunikan selalu berprasangka terhadap komunikator dan mereka lebih menggunakan sisi emosional mereka. Hal ini berdampak pada penarikan kesimpulan yang cepat. Prasangka dapat disebabkan berbagai aspek, seperti antropologis, sosiologis dan pengalaman masa lalu yang meninggalkan kesan negatif. 3. Hambatan Biogenetis Hambatan ini disebabkan karena beberapa faktor seperti: 1. Pancaindera. Setiap manusia memiliki indra yang kemampuannya berbeda dalam menerima stimulus dari luar. Jika indra tidak baik dapat mengakibatkan komunikasi yang tidak sempurna. 2. Faktor Naluri Menurut Sergey Chakotin (Jalaludin Rakhmat,1982) ada empat naluri manusia: naluri berjuang, makan minum, seksualitas, dan keibubapakan. Perbedaan naluri akan membedakan proses komunikasi. 3. Sistem Syaraf Terdiri dari saraf pusat otak (besar dan kecil), saraf tepi (urat syaraf dari pancaindra ke otak), dan syaraf simpatis (yang mengatur jasmani). 4. Hambatan Sosiologis Ferdinand Tonies (Onong Uchyana Effendy, 1986) mengkasifikasikan kehidupan manusia dalam masyarakat menjadi dua jenis pergaulan yang dinamakan gemeinschaft dan gesellschaft. Gemeinschaft adalah pergaulan hidup yang bersifat pribadi, statis, dan tidak rasional seperti kehidupan rumah tangga, sedangkan gesellschaft adalah pergaulan hidup yang berkebalikan dengan gemeinschaft . seperti dalam pergaulan di masyarakat, kantor, organisasi dan lain-lain. 5. Hambatan Antropologis Komunikator tidak akan berhasil apabila tidak mengenal komunikan yang dijadikan sasarannya. Pemahaman tentang latar belakang sasaran komunikasi sangat berpengaruh terhadap keefektifan proses komunikasi. Jika tidak, akan menambah besar hambatan di dalam komunikasi. 6. Hambatan Ekologis Hambatan ini dapat disebabkan kondisi lingkungan yang ada pada saat terjadinya proses komunikasi. Misalnya suara bising, gangguang pesawat terbang, petir dan sebagainya. (Suryanto, 2015) 2.3 Kerangka pemikiran Terlihat pada kerangka pemikiran bahwa penulis ingin meneliti bagaimana komunikasi organisasi yang setalah itu dihubungkan kepada komunikasi persuasif. Setelah dihubungkan dengan komunikasi persuasif ini, terbentuklah sebuah strategi komunikasi persuasif, yang di dalam strategi komunikasi persuasif itu terdapat tekhnik komunikasi persuasif dan tahapan di dalam komunikasi persuasif, yang pada akhirnya akan mendukung strategi komunikasi persuasif tersebut.