perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada didalamnya. Belajar matematika pada hakekatnya merupakan belajar konsep, struktur konsep dan mencari hubungan antar konsep dan strukturnya sehingga siswa diarahkan untuk benar-benar memahami konsep yang diajarkan. Namun, selama ini pada kenyataannya hal tersebut tidak didukung oleh situasi dan kondisi pembelajaran matematika di kelas, dimana pembelajaran diawali dengan guru menjelaskan konsep dan dilanjutkan dengan pemberian contoh-contoh soal sehingga siswa kurang mendapat kesempatan untuk berpikir aktif saat pembelajaran. Hal tersebut mengakibatkan siswa hanya mendengarkan ceramah dari guru dan guru juga tidak mempedulikan sebagian siswa yang pemahamannya kurang. Jika seorang guru lebih sering ceramah dan hanya beberapa siswa saja yang memahami maka hal tersebut membuat matematika menjadi kurang bermakna dan membosankan bagi siswa. Kidman (2004) menyampaikan bahwa A teacher must know the students, collectively if not individually. Seorang guru harus mengetahui siswanya secara keseluruhan bukan individu. Seorang guru harus mengetahui tingkat pemahaman seluruh siswa terhadap materi yang dipelajari. Seperti yang diungkapkan oleh Mulyasa (2006) tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas pada penyampaian informasi. Pembelajaran matematika hendaknya memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk terlibat aktif sehingga konsep materi yang dipelajari benar-benar tertanam dan dikuasai oleh siswa dengan baik. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu pendekatan matematika yang dapat membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran sehingga siswa tidak cepat merasa bosan dan pembelajaran menjadi lebih bermakna. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat membuat siswa lebih aktif, tidak cepat merasa bosan dan lebih bermakna adalah pendekatan Contextual commit to user CTL merupakan pendekatan Teaching and Learning (CTL). Pendekatan 1 2 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id pembelajaran yang menghubungan antara aktivitas sehari-hari dengan materi pelajaran matematika. Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, siswa secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Selanjutnya, siswa diharapkan mampu menerapkan konsep matematika yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari atau pada bidang lain. Sesuai dengan pendapat Putnam dan Lynn (dalam Putnam) Connecting content with context is important to bring meaning to the learning process. For that connection to take place, a variety of contextual teaching approaches may be used. Menghubungkan isi materi dengan kehidupan sehari-hari sangat berperan penting dalam suatu pembelajaran. Untuk menghubungkan isi materi dengan kehidupan sehari-hari dapat menggunakan pembelajaran dengan pendekatan CTL. Pendekatan CTL pertama kali dikembangkan di Amerika Serikat yang diawali dengan dibentuknya Washington State Consortium for Contextual oleh Departemen Pendidikan Amerika Serikat. Menurut The Washington State Consortium for Contextual (dalam Nurhadi, dkk., 2004) pengajaran dengan pendekatan CTL adalah pengajaran yang memungkinkan siswa memperkuat dan memperluas dalam menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademiknya di berbagai latar sekolah dan di luar sekolah untuk memecahkan masalah di dunia nyata. Seperti yang dikemukakan oleh Satriani, dkk. (2012) pendekatan CTL membantu siswa untuk memecahkan masalah. CTL mempunyai tujuh komponen, yaitu konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment). Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan CTL jika menerapkan komponenkomponen CTL dalam pembelajaran (Trianto, 2008). Agar pembelajaran dengan pendekatan CTL bisa terlaksana dengan baik diperlukan perangkat pembelajaran, diantaranya yaitu Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), dan Tes Hasil Belajar commit to user (THB). RPP digunakan guru agar dapat mengajar dengan sistematis, tanpa perpustakaan.uns.ac.id 3 digilib.uns.ac.id khawatir keluar dari tujuan, ruang lingkup materi, strategi belajar mengajar keluar dari sistem evaluasi yang seharusnya, serta dapat membantu guru dalam mengorganisasikan materi standar dan mengantisipasi siswa jika timbul masalahmasalah pada saat pembelajaran. LKS memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran, membantu siswa dalam belajar dan memahami materi pembelajaran (Depdiknas, 2004). LKS dapat dipergunakan secara langsung oleh siswa, siswa mendapatkan kesempatan untuk belajar secara mandiri atau kelompok sesuai dengan tugas-tugas yang ada pada LKS. THB berfungsi untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mempelajari materi tertentu, Untuk keterlaksanaan pembelajaran dengan pendekatan CTL dengan baik diperlukan perangkat pembelajaran dengan pendekatan CTL yang meliputi RPP, LKS, dan THB. Materi yang dipilih pada penelitian ini adalah teorema Pythagoras yang merupakan materi kelas VIII semester ganjil pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Menurut peneliti materi ini dapat diajarkan menggunakan pendekatan CTL. Dari segi waktu, materi teorema Pythagoras diajarkan di semester ganjil. Dari segi materi, konsep teorema Pythagoras telah dikenal siswa sejak SD, namun materi tersebut sering kurang bermakna. Sofan dan Khoiru (2010) menyatakan bahwa aktivitas guru di kelas lebih menonjol daripada siswa dan terbatas pada hafalan. Hal ini termasuk ketika mempelajari konsep teorema Pythagoras sehingga ketika menghadapi penerapan teorema Pythagoras pada soal yang lebih kompleks, siswa mengalami kesulitan. Selain itu, konsep teorema Pythagoras dapat dipelajari melalui kejadian-kejadian yang penyelesaiannya menggunakan teorema Pythagoras yang sudah banyak dikenal oleh siswa, seperti tangga yang disandarkan pada dinding yang membentuk segitiga siku-siku. Johnson (2002) menyatakan bahwa CTL merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan konteks kehidupan mereka sehari-hari, yaitu dengan konteks lingkungan pribadi sosial dan budayanya untuk menemukan makna. Selanjutnya, melalui penggunaan permasalahan kontekstual tersebut siswa diarahkan untuk mengembangkan model commit to user 4 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id sendiri untuk menemukan konsep yang dipelajarinya sehingga diharapkan siswa dapat lebih mudah dalam memahami materi yang diajarkan. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa guru Matematika SMP di Kabupaten Madiun untuk memberikan masalah yang kontekstual pada siswa yang sesuai dengan materi yang dipelajari tidak mudah karena sumber belajar masih terbatas dan sulit untuk mengemas dalam proses pembelajaran. Selain itu, membutuhkan waktu yang lebih banyak, sedangkan materi yang dipelajari cukup banyak. Akibatnya, selama ini guru lebih memilih untuk mengajarkan matematika dengan pendekatan konvensional dan kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil dokumentasi perangkat pembelajaran matematika di SMP 2 Dolopo diperoleh bahwa perangkat pembelajaran yang digunakan oleh guru pada saat mengajar merupakan hasil dari MGMP di wilayah Kabupaten Madiun. Dalam perangkat pembelajaran tersebut masih terdapat banyak kekurangan. Komponen-komponen yang ada di RPP masih belum lengkap. Dalam RPP tersebut tidak ada komponen pendekatan pembelajaran, tidak ada motivasi pada saat kegiatan pendahuluan, dan tidak ada penguatan dari guru. Padahal, tiga komponen tersebut sangat penting dalam pembelajaran. Pendekatan pembelajaran berfungsi sebagai pedoman dalam menyusun metode pembelajaran yang digunakan sehingga mempermudah guru dalam menyampaikan materi yang dipelajari dan mempermudah siswa dalam memahami materi yang dipelajari. Pendekatan pembelajaran juga berfungsi untuk mengetahui permasalahan-permasalahan dalam belajar. Motivasi pada kegiatan pendahuluan berfungsi untuk memusatkan perhatian siswa pada saat pembelajaran. Dengan terpusatnya perhatian siswa pada pembelajaran membuat kegiatan belajar mengajar akan lebih maksimal. Motivasi menjadikan siswa lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran karena guru menceritakan beberapa manfaat dalam kehidupan sehari-hari dari materi yang dipelajari. Penguatan merupakan penghargaan yang dapat menimbulkan dorongan atau motivasi siswa dalam belajar. Melalui kegiatan penguatan, guru dapat meningkatkan perhatian siswa, membangkitkan motivasi siswa untuk belajar, dan menumbuhkan rasa commit to user LKS yang digunakan guru masih percaya diri pada siswa. Selanjutnya, perangkat 5 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id kurang baik. Judul yang terdapat dalam LKS belum menggambarkan materi yang akan dipelajari oleh siswa, langkah-langkah kerja dalam LKS terlalu banyak titiktitik termasuk rumus yang seharusnya ditemukan oleh siswa sehingga kurang melatih siswa untuk berpikir kreatif. LKS juga kurang membimbing siswa untuk memahami materi yang dipelajari karena LKS berupa soal-soal yang harus diselesaikan oleh siswa. Perangkat THB yang digunakan hanya terdiri dari soal mudah dan sedang. Selain itu, soal-soal untuk aplikasi dalam kehidupan seharihari masih sedikit. Fakta menunjukkan adanya tingkat penguasaan dan pemahaman yang rendah pada materi teorema Pythagoras. Data yang disajikan pada Tabel 1.1 menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa pada materi teorema Pythagoras di SMP N 2 Dolopo selama tiga tahun berturut-turut, yaitu tahun pelajaran 2012/2013, 2013/2014, 2014/2015 masih rendah, masih banyak siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM yang ditentukan. Hal ini ditunjukkan oleh ketuntasan klasikal yang masih rendah. Data pada Tabel 1.1 menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang selama ini terjadi belum mencapai keberhasilan sesuai yang diharapkan. Data nilai rerata dan persentase ketuntasan belajar siswa pada materi teorema Pythagoras ditunjukkan pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Data Nilai Rerata dan Persentase Ketuntasan Belajar Siswa pada Materi Teorema Pythagoras Tahun Pelajaran Rerata Ulangan Harian Ketuntasan Klasikal Jumlah Siswa 2012/2013 67,92 41,90% 160 2013/2014 64,57 36,11% 144 2014/2015 61,93 30,30% 165 Berdasarkan uraian sebelumnya diperoleh permasalahan komponen perangkat pembelajaran RPP dan LKS yang masih belum lengkap, THB yang hanya terdiri dari soal mudah dan sedang, serta Tabel 1.1 menunjukkan ketuntasan klasikal yang masih rendah. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan perangkat pembelajaran dengan pendekatan CTL pada materi to user teorema Pythgoras yang meliputicommit RPP, LKS, dan THB. Perangkat pembelajaran 6 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id ini memuat tujuh komponen pendekatan CTL. Melalui perangkat pembelajaran dengan pendekatan CTL yang menekankan keaktifan siswa dan membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Perangkat pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan model pengembangan Plomp. Model pengembangan Plomp terdiri dari fase investigasi awal (preliminary investigation), fase desain (design), fase realisasi/konstruksi (realization/ construction), fase tes evaluasi dan revisi (tes evaluation and revision), serta fase implementasi (implementation). Pada fase investigasi awal dilakukan analisis masalah, analisis teori, analisis kurikulum, analisis materi, dan analisis siswa. Model Plomp dipilih karena menurut peneliti model pengembangan Plomp lebih sistematis, terarah, sesuai dengan perangkat pembelajaran yang dikembangkan dan siklus dari fase pengembangannya sesuai dengan kebutuhan pengembangan perangkat pembelajaran yang diinginkan oleh peneliti. Perangkat pembelajaran layak digunakan apabila memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif. perangkat pembelajaran dikatakan valid menurut ahli/validator. Perangkat pembelajaran dikatakan praktis jika secara teori, praktisi menyatakan bahwa perangkat pembelajaran tersebut dapat digunakan dengan revisi kecil atau tanpa revisi dan secara teori perangkat pembelajaran tersebut memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditentukan. Perangkat pembelajaran dikatakan efektif jika perangkat pembelajaran yang dikembangkan mencapai indikator-indikator efektivitas pembelajaran, yaitu aktivitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran, keterlaksanaan sintaks pembelajaran, respon siswa terhadap pembelajaran, dan ketuntasan hasil belajar siswa. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Suhartini (2014) yang mengembangkan perangkat pembelajaran matematika dengan pendekatan pembelajaran CTL untuk siswa SMK jurusan akuntansi. Pada penelitian tersebut, pendekatan CTL didefinisikan sebagai pendekatan yang berpusat pada siswa, pembelajaran dilaksanakan dengan memperhatikan potensi siswa, sarana pembelajaran, situasi, dan kondisi serta memperhatikan tujuan yang ingin dicapai. Padahal secara teori, pendekatan CTL harus memuat tujuh komponen pendekatan to useroleh Tati, dkk. (2009) yang CTL. Penelitian yang serupacommit dilakukan perpustakaan.uns.ac.id 7 digilib.uns.ac.id mengembangkan perangkat pembelajaran berbasis kontekstual pada pokok bahasan turunan. Pada penelitian tersebut masih terdapat kekurangan diantaranya, LKS yang dikembangkan hanya memuat komponen refleksi sehingga perangkat yang dikembangkan belum memuat tujuh komponen CTL, sedangkan dalam penelitian ini, perangkat pembelajaran pendekatan CTL adalah perangkat pembelajaran yang mendorong siswa untuk mengaitkan materi yang dipelajari dengan konteks kehidupan nyata, selanjutnya siswa diharapkan mampu menerapkan konsep matematika yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari atau pada bidang lain. Perangkat pembelajaran dalam penelitian ini memuat tujuh komponen pendekatan CTL, yaitu konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian sebenarnya. Berdasarkan uraian sebelumnya, berdasarkan hasil wawancara, pengamatan, dan dokumentasi di SMP N 2 Dolopo terdapat beberapa permasalahan pada saat proses pembelajaran matematika di kelas yang mengakibatkan rendahnya prestasi belajar matematika siswa terutama pada materi Teorema Pythagoras. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan perangkat pembelajaran dengan pendekatan CTL pada materi teorema Pythagoras di kelas VIII Sekolah Menengah Pertama. Hasil perangkat pembelajaran ini diharapkan nantinya dapat diterapkan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, berikut rumusan masalah dalam penelitian ini. 1. Bagaimana proses dan hasil pengembangan perangkat pembelajaran dengan Pendekatan CTL pada Materi teorema Pythagoras yang memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif? 2. Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik pada pembelajaran matematika dengan perangkat pembelajaran CTL atau pembelajaran matematika dengan perangkat pembelajaran konvensional pada materi teorema Pythagoras? commit to user 8 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id C. Tujuan Penelitian Sejalan dengan perumusan masalah, berikut tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini. 1. Menghasilkan perangkat pembelajaran dengan pendekatan CTL pada materi teorema Pythagoras yang memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif. 2. Mengetahui prestasi belajar matematika yang lebih baik antara pembelajaran matematika dengan perangkat pembelajaran CTL atau pembelajaran matematika dengan perangkat pembelajaran konvensional pada materi teorema Pythagoras. D. Manfaat Penelitian Berikut manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini. 1. Manfaat penelitian ini untuk guru dan siswa sebagai alternatif perangkat pembelajaran yang dapat digunakan dalam kegiatan belajar mengajar materi teorema Pythagoras. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan yaitu RPP, LKS, dan THB dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran di kelas. 2. Manfaat penelitian ini untuk peneliti yang lain sebagai motivasi untuk menemukan sesuatu yang baru. Peneliti ini dapat digunakan sebagai referensi untuk melakukan penelitian yang lebih baik. commit to user