ilmu pengetahuan dalam perspektif al-qur`an - e

advertisement
4
KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PAI DALAM
MEMOTIVASI BELAJAR SISWA
Benny Prasetiya*
* STAI Muhammadiyah Probolinggo
[email protected]
Abstract
Personality of a teacher should be a role model for students. This
is because the personality of the teacher have direct and
cumulative effect on student behavior. Behavior of the teacher in
teaching directly or indirectly have an influence on student’s
motivation either positive or negative in nature, means that, if the
teacher's personality displayed in accordance with the expectations
of student teaching, students will be motivated to learn well.
Kata Kunci: Kompetensi, Kepribadian, Motivasi Belajar.
Pendahuluan
Tinggi rendahnya kebudayaan masyarakat, maju atau mundurnya tingkat
budaya suatu bangsa sangat bergantung pada pendidikan dan pengajaran oleh
guru. Paradigma ini yang memberikan sebuah isyarat bahwa peran guru pada
masa pembangunan sangat penting dalam rangka membentuk integritas bangsa.
Karena bagaimanapun juga pendidikan yang menjadi pengabdian para guru sangat
menentukan keberhasilan pembangunan. Tanpa pendidikan yang baik tidak akan
mungkin tumbuh bangsa yang baik atau yang cerdas sesuai dengan harapan
bangsa yang tertuang dalam tujuan pendidikan nasional Indonesia.
Profesi guru meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti
meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup, mengajar berarti meneruskan
dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknlogi, sedangkan melatih berarti
226
Edukasi, Volume 01, Nomor 02, Nov 2013: 225-238
mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa
1
Mengemban misi
tersebut jelas bukan tugas yang ringan. Selain harus memiliki bekal integritas
kepribadian yang tinggi dan keterampilan mengajar yang dapat diandalkan, guru
diharapkan mampu menciptakan iklim belajar mengajar yang kondusif, sehat dan
menyenangkan. Sehingga berangkat dari profesionalisme ini guru akan tampil
sebagai figure yang benar-benar mumpuni, wibawa, disegani dan memiliki
integritas yang tinggi.
Upaya guru dalam mempersiapkan anak didiknya terasa lebih penting
ketika dihadapkan pada sebuah realitas kehidupan saat ini yang syarat dengan
kompetitif dan budaya konsumtif. Untuk menghadapi tantangan tersebut seorang
guru harus mampu mencari terobosan dalam membina dan mengajar anak
didiknya guna menghadapi tantangan zaman yang sudah ada di depan mata.
Mengembangkan kreativitas mengajar merupakan salah satu terobosan yang
cukup besar, karena kreativitas sangat besar pengaruhnya dalam kemajuan hidup.
Orang yang mempunyai kreativitas berarti ia harus lincah, kuat mental, dapat
berpikir dari segala arah. Dan yang terpenting mempunyai keluwesan
konsepsional (berdasarakan konsep, pikiran dan cita-cita), orisinalitas (keaslian)
dan menyukai kompleksitas (kerumitan).
Ciri-ciri tersebut masih harus ditambah lagi dengan sifat mau bekerja
keras, mandiri, pantang menyerah, dan lebih tertarik pada konsep yang besar,
punya selera humor dan fantasi serta tidak menolak ide-ide baru yang
menghadang di depannya. Begitu banyak syarat yang harus dipenuhi bagi orang
yang mau melakukan kreativitas dalam hidupnya. Alangkah
indahnya jika
kreativitas dengan berbagai syarat di atas diterapkan dalam proses pembelajaran
di setiap bidang ilmu di sekolah yang hanya mencakup beberapa persen saja dari
kreativitas yang ada. Dengan demikian bukan mustahil apabila pelajaran yang
selama ini dianggap sulit akan menjadi favorit siswa.
Namun dambaan seperti itu hingga saat ini masih jauh dari harapan.
Pengembangan kreativitas masih menunggu penggarapan. Apalagi didukung oleh
langkahnya literatur yang membahas tentang kreativitas mengajar serta motivasi
1
hlm. 139.
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999),
Kompetensi Kepribadian Guru PAI… – Benny Prasetiya
227
kepada para guru agar lebih kreatif semakin melemahkan kreativitas guru karena
kurangnya pengalaman dalam penerapannya.
Pada satu sisi kepribadian seorang guru harus menjadi teladan bagi siswa.
Hal ini di karenakan
kepribadian
guru mempunyai pengaruh langsung dan
2
komulatif terhadap perilaku siswa. Perilaku yang terpengaruh itu antara lain:
kebiasaan belajar, disiplin, hasrat belajar, dan motivasi belajar. Yang dimaksud
dengan kepribadian di sini meliputi pengetahuan, keterampilan, sikap.
Kepribadian yang ditampilkan guru dalam PBM akan selalu dilihat, diamati, dan
dinilai oleh siswa sehingga timbul dalam diri siswa persepsi tertentu tentang
kepribadian guru.
Kepribadian adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap seorang guru.
Kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia akan menjadi pendidik dan
pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau
penghancur bagi masa depan anak didiknya.3Perilaku guru dalam mengajar secara
langsung atau tidak langsung mempunyai pengaruh terhadap motivasi belajar
siswa baik yang sifatnya positif maupun negatif, Artinya, jika kepribadian yang
ditampilkan guru dalam mengajar sesuai dengan harapan siswa, maka siswa akan
termotivasi untuk belajar dengan baik.
Guru pula yang memberi dorongan agar peserta didik berani berbuat
benar, dan membiasakan mereka untuk bertanggung jawab terhadap setiap
perbuatannya. Guru juga bertindak sebagai pembantu ketika ada peserta didik
yang buang air kecil, atau muntah di kelas, bahkan ketika ada yang buang air
besar di celana. Guru yang menggendong peserta didik ketika jatuh atau berkelahi
dengan temannya, menjadi perawat, dan lain-lain yang sangat menuntut
kesabaran, kreatifitas dan profesionalisme 4
Tuntutan kompetensi guru pada dasarnya berlaku untuk semua guru
bidang studi di semua jurusan/tingkat pendidikan, termasuk juga guru Pendidikan
Agama Islam (PAI). Namun demikian, berbeda dengan satuan pelajaran lainnya
2
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar (Bandung: Sinar baru Algensindo,
2000), hlm. 34-35.
3
Muhibbin Syah, Psikologi pendidikan (Bandung: Rosdakarya, 1996), hlm. 226.
4
E Mulyasa, Menjadi guru Profesional (Bandung: Rosdakarya, 2005), hlm. 36.
228
Edukasi, Volume 01, Nomor 02, Nov 2013: 225-238
yang cenderung menekankan kompetensi kognitif, guru PAI ditutut tidak saja
mumpuni dalam pengajaran, tapi juga harus mampu melakukan pendidikan dan
pembinaan bagi siswanya sehingga materi yang disampaikan tersebut dapat
terinternalisasi dalam kehidupan nyata sehari–hari, baik oleh guru tersebut secara
pribadi, terlebih lagi bari peserta didik.
Memahami uraian di atas, betapa besar jasa guru khususnya guru PAI
dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan para peserta didik. Mereka
memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian
anak, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM), serta
mensejahterakan masyarakat, kemajuan negara, dan bangsa.
Pembahasan
Kepribadian adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
seorang guru sebagai pengembang sumber daya manusia, maka setiap calon guru
dan guru professional sangat diharapkan memahami bagaimana karakteristik (ciri
khas) kepribadian dirinya yang diperlukan sebagai panutan para siswanya. Secara
konstitusional, guru hendaknya berkepribadian Pancasila dan UUD 1945 yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, disamping ia harus
memiliki kualifikasi (keahlian yang diperlukan) sebagai tenaga pengajar (Pasal 28
ayat (2) UUSPN/1989).5
Kepribadian guru mempunyai pengaruh langsung dan kumulatif terhadap
hidup dan kebiasaan-kebiasaan belajar para siswa. Yang dimaksud dengan
kepribadian di sini meliputi: pengetahuan, keterampilan, ideal, sikap, dan juga
persepsi yang dimiliki guru tentang orang lain. Lebih lanjut, Hamalik
mengemukakan sejumlah karakteristik guru yang disenangi oleh para siswa adalah
guru-guru yang: demokratis, suka bekerja sama (kooperatif), baik hati, sabar, adil,
konsisten, bersifat terbuka, suka menolong, ramah tamah, suka humor, memiliki
5
E. Mulyasa, Menjadi guru…, hlm. 227.
Kompetensi Kepribadian Guru PAI… – Benny Prasetiya
229
bermacam ragam minat, menguasai bahan pelajaran, fleksibel, dan menaruh minat
yang baik terhadap siswa.6
Wijaya mengemukakan bahwa" keberhasilan seorang guru dalam PBM
harus didukung oleh kemampuan pribadinya". Kemampuan pribadi guru dalam
PBM tersebut secara rinci sebagai berikut7:
a. Kemantapan dan Integritas Pribadi
Seorang guru dituntut untuk dapat bekerja teratur dan konsisten, tetapi
kreatif dalam menghadapi pekerjaannya sebagai guru. Menurut Hamalik
kemantapannya dalam bekerja, hendaknya merupakan karakteristik
pribadinya sehingga pola hidup seperti ini terhayati pula oleh siswa
sebagai terdidik. Kemantapan dan integritas pribadi ini tidak terjadi
dengan sendirinya, melainkan tumbuh melalui suatu proses belajar yang
sengaja diciptakan. Dengan kemantapan dan integritas pribadi yang tinggi,
maka setiap permasalahan yang dihadapi akan terpecahkan dan akan
berpengaruh terhadap ketenangan PBM.
b. Peka terhadap Perubahan dan Pembaruan
Guru harus peka baik terhadap apa yang sedang berlangsung di sekolah
maupun yang sedang berlangsung di sekitarnya. Ini dimaksudkan agar apa
yang dilakukan di sekolah tetap konsisten dengan kebutuhan dan tidak
ketinggalan zaman. Pembaruan dalam pengertian kependidikan merupakan
suatu upaya lembaga pendidikan untuk menjembatani masa sekarang dan
masa yang akan datang dengan jalan memperkenalkan program kurikulum
atau metodologi pengajaran yang baru.
c. Berpikir Alternatif
Guru harus mampu berpikir dan mampu memecahkan masalah yang
dihadapi dalam PBM. Mampu memberikan berbagai alternatif jawaban
dan memilih salah satu alternatif untuk kelancaran PBM.
6
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar (Bandung: Sinar baru Algensindo,
2000), hlm. 34-39.
7
Cece Wijaya, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung:
Rosdakarya, 1994), hlm. 13-21.
230
Edukasi, Volume 01, Nomor 02, Nov 2013: 225-238
d. Adil, Jujur, dan Objektif
Adil, jujur, dan objektif dalam memperlakukan dan juga menilai siswa
dalam PBM merupakan hal yang harus dilaksanakan oleh guru. Adil
artinya menempatkan sesuatu pada tempatnya, sedangkan jujur adalan
tulus ikhlas dan menjalankan fungsinya sebagai guru, sesuai dengan
peraturan dan norma-norma yang berlaku. Objektif artinya benar-benar
menjalankan aturan dan kriteria yang telah ditetapkan, tidak pilih kasih
dan lain sebagainya.
e. Berdisiplin dalam Melaksanakan Tugas
Dalam pendidikan yang dimaksudkan dengan disiplin adalah keadaan
tenang atau keteraturan sikap atau keteraturan tindakan. Disiplin
merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Agar
disiplin dapat dilaksanakan dalam proses pendidikan maka perlu
melaksanakan tata tertib dengan baik oleh guru maupun siswa, taat
terhadap kebijakan dan kebijaksanaan yang berlaku, serta menguasai diri
dan instropeksi.
f. Diet dan Tekun Bekerja
Keuletan dan ketekunan bekerja tanpa mengenal lelah dan tanpa pamrih
merupakan hal yang harus dimiliki oleh guru. Guru tidak akan berputus
asa apabila menghadapi kegagalan dan akan terus berusaha mengatasinya.
g. Berusaha Memperoleh Hasil Kerja Yang Sebaik-baiknya
Dalam mencapai hasil kerja, guru diharapkan akan selalu meningkatkan
diri, mencari cara-cara baru, menjaga semangat kerja, mempertahankan
dedikasi dan loyalitas yang tinggi agar mutu pendidikan selalu meningkat,
pengetahuan umum yang dimilikinya selalu bertambah.
h. Simpatik, Luwes, Bijaksana dan Sederhana dalam Bertindak
Guru harus simpatik dan menarik karena dengan sifat ini akan disenangi
oleh para siswa. Keluwesan juga harus dimiliki oleh guru karena dengan
sifat ini guru akan mampu bergaul dan berkomunikasi dengan baik.
Kebijaksanaan dan kesederhanaan akan menjalin keterkaitan batin antara
guru dengan siswa. Dengan adanya keterkaitan tersebut, guru akan mampu
mengendalikan PBM yang diselenggarakannya.
Kompetensi Kepribadian Guru PAI… – Benny Prasetiya
231
i. Bersifat Terbuka
Kesiapan mendiskusikan apapun dengan lingkungan tempat ia bekerja,
baik dengan murid, orang tua, teman sekerja, ataupun dengan masyarakat
sekitar sekolah, merupakan salah satu tuntutan terhadap guru, la
diharapkan mampu menampung aspirasi berbagai pihak, bersedia menjadi
pendukung, dan terus berusaha meningkatkan serta memperbaiki suasana
kehidupan sekolah berdasarkan kebutuhan dan tuntutan berbagai pihak.
j. Kreatif
Guru harus kreatif, dan untuk memperoleh kreativitas yang tinggi sudah
barang tentu guru harus banyak bertanya, banyak belajar, dan berdedikasi
tinggi.
k. Berwibawa
Kewibawaan harus dimiliki oleh guru, sebab dengan kewibawaan, PBM
akan terlaksana dengan baik, berdisiplin, dan tertib. Dengan demikian,
siswa akan taat dan patuh pada peraturan yang berlaku sesuai dengan apa
yang dijelaskan oleh guru.
Syah mengemukakan dua karakteristik kepribadian yang berkaitan dengan
keberhasilan guru dalam menggeluti profesinya sebagai berikut: Pertama
Fleksibilitas kognitif guru. Fleksibilitas kognitif (keluwesan ranah cipta)
merupakan kemampuan berpikir yang diikuti dengan tindakan secara simultan dan
memadai dalam situasi tertentu. Guru yang fleksibel pada umumnya ditandai
dengan keterbukaan berpikir dan beradaptasi, memiliki resistensi (daya tahan)
terhadap ketertutupan ranah cipta yang premature (terlalu dini) dalam pengamatan
dan pengenalan, berpikir kritis. Dalam PBM, flesibilitas kognitif guru terdiri atas
tiga dimensi, yakni: (a) dimensi karakteristik pribadi guru, (b) dimensi sikap
kognitif guru terhadap siswa, dan (c) dimensi sikap kognitif guru terhadap materi
pelajaran dan metode mengajar; kedua keterbukaan psikologis pribadi guru.
Keterbukaan psikologi guru merupakan dasar kompetensi profesional
(kemampuan dan kewenangan melaksanakan tugas) keguruan yang harus dimiliki
oleh setiap guru, sebab: pertama, keterbukaan psikologis merupakan prakondisi
232
Edukasi, Volume 01, Nomor 02, Nov 2013: 225-238
atau prasyarat penting yang perlu dimiliki guru untuk memahami pikiran dan
perasaan orang lain. Kedua, keterbukaan psikologis diperlukan untuk menciptakan
suasana hubungan antarpribadi guru dan pribadi siswa yang harmonis, sehingga
mendorong siswa untuk mengembangkan dirinya secara bebas dan tanpa ganjalan.
Guru yang terbuka secara psikologis ditandai dengan kesediaannya yang relatif
tinggi untuk mengkomunikasikan dirinya dengan faktor-faktor ekstern antara lain
siswa, teman sejawat, dan lingkungan pendidikan tempatnya bekerja, mau
menerima kritik secara ikhlas, memiliki empati (emphaty), yakni respons afektif
terhadap pengalaman emosional dan perasaan tertentu orang lain.8 Begitu penting
peran guru di masyarakat, sehingga dalam mengajar murid-muridnya guru harus
berusaha dengan sungguh-sungguh agar tujuan untuk menghasilkan lulusan yang
bermutu dapat tercapai.
Untuk mencapai tujuan akhir dari proses mengajar yaitu menghasilkan
lulusan yang bermutu diperlukan langkah-langkah mengajar yang tepat dan sesuai
dengan sasaran yang ingin dicapai. Salah satu cara yang bisa ditempuh adalah
dengan menerapkan cara mengajar yang efektif. Mengajar yang efektif ialah
mengajar yang dapat membawa belajar anak yang efektif pula. Belajar disini
adalah suatu aktifitas mencari, menemukan dan melihat pokok masalah. Anak
berusaha memecahkan masalah termasuk pendapat bahwa pendapat bahwa bila
seseorang memiliki kemampuan, dapat menciptakan puisi atau suatu sympony,
maka dia telah menghasilkan masalah dan menemukan kesimpulan.
Kompetensi Guru PAI
Guru PAI dituntut memiliki kompetensi yang tidak hanya ditunjukkan di
kelas dan sekolah, tapi juga dalam menerapkan materi ajar dalam kehidupan
mereka. Lebih tajam lagi, Zakiah Darajat menekankan guru PAI disamping wajib
melaksanakan tugas pengajaran, yaitu memberitahukan pengetahuan keagamaan,
ia juga melaksanakan tugas pengajaran dan pembinaan bagi peserta didik, ia
membantu pembentukan kepribadian, pembinaan akhlak, menumbuh kembangkan
8
Muhibbin Syah, Psikologi pendidikan…, hlm. 227-230.
Kompetensi Kepribadian Guru PAI… – Benny Prasetiya
keimanan dan ketakwaan para peserta didik.
9
233
Intinya, tuntutan terhadap
kemampuan guru PAI tidak hanya memiliki keunggulan pribadi yang dijiwai oleh
keutamaan hidup dan nilai-nilai luhur yang dihayati serta diamalkan, namun
seorang guru PAI hendaknya memiliki kemampuan paedagogis atau hal-hal
mengenai tugas-tugas kependidikan sebagai seorang guru PAI tersebut.
Guru PAI mempunyai tugas yang sama dengan tugas guru pada mata
pelajaran selain PAI, hanya saja selain tugas menyampaikan materi (transfer of
knowledge) kepada peserta didik guru PAI juga bertugas untuk menyampaikan
nilai (transfer of value) kepada peserta didik. Menurut Zakiah Darajat (1995)
tugas utama guru adalah sebagai pengajar dan pendidik serta agen pembaharu
dalam kehidupan masyarakat10. Perbedaan peran guru PAI dengan guru mata
pelajaran lain sebagaimana tergambarkan di atas sebenarnya berangkat dari materi
pembelajaran. Materi pembelajaran PAI lebih banyak pada persoalan keimanan,
aturan yang bersifat dogmatis serta akhlak yang harus tercermin dalam sebuah
kebiasaan. Materi pembelajaran seperti ini yang menggiring guru PAI dituntut
tidak hanya kompeten dalam penguasaan dan penyampain materi kepada peserta
didik, tetapi lebih dari itu, yaitu sebagai pelaksana dari semua materi yang telah
disampaikannya.
Karena itu, guru PAI dituntut untuk menguasai ilmu pengetahuan PAI
yang diajarkanya dan bagaimana mentrasfer ilmu tersebut kepada peserta didik,
menguasai cara belajar materi PAI, mengadministrasikanya dan mengevaluasinya,
sedangkan tugas guru sebagai pembaharu menuntutnya guru mempunyai sikap
dan prinsip yang mantap berdasarkan pengetahuan PAI, pengetahuan negara dan
masyarakat setempat, sehingga berwibawa dan dapat menjadi contoh bagi peserta
didik, teman sejawat dan masyarakat pada umumnya. 11
Karena itu,
profesionalisme guru PAI terkesan lebih lengkap, ketimbang guru mata pelajaran
lain. Guru PAI yang profesional harus mampu menciptakan pembelajaran yang
9
Zakiah Darajat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah (Jakarta: Ruhama, 1995),
hlm. 99.
10
Ibid, hlm. 106.
Lihat UU Sikdikas no 20 tahun 2003, UU No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
Permen PAN No 16 Tahun 2009, lihat juga PP No 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan semua menjelasakan tentang tugas utama guru yaitu mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik.
11
234
Edukasi, Volume 01, Nomor 02, Nov 2013: 225-238
efektif, efesien, kondusif dan menyenangkan, sehingga tercapai tujuan
pembelajaran, yaitu perubahan peserta didik pada aspek pengetahuan, keahlihan
dan kemantapan dalam menjalankan ibadah kepada sang pencipta. Materi
pembelajaran PAI islam merupakan pengetahuan intisari islam, sehingga
pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah proses interaksi antara guru dan
peserta didik dalam suatu sistem edukatif yang menimbulkan hubungan timbal
balik antara keduanya (guru dan peserta didik). Proses timbal balik yang ada
bertujuan untuk selalu mengembangkan potensi peserta didik secara optimal baik
pada aspek keimanan, penghayatan serta etika/moral, dimana siswa dituntut tidak
hanya memahami aspek-aspek tersebut tetapi lebih jauh yaitu adanya penerapan
pada kehidupan sehari, sehingga menjadi sebuah karakter. 12
Peran dan fungsi guru PAI sebagaimana digambarakan di atas
menuntutnya guru bertindak sebagai pendidik yang tidak hanya mentrasfer
pengetahuan kepada peserta didiknya, tetapi guru PAI harus bisa mentrasfer nilai
kepada peserta didik. Peran penting guru PAI ini menjadikannya tidak bisa
tergantikan oleh komponen pendidikan lain, seperti sarana, media, metode
ataupun strategi pembelajaran yang ada, artinya keberadaan guru PAI adalah
sebuah keniscayaan yang harus terpenuhi pada semua level pendidikan. Peran
sentral guru PAI dalam menghantarkan peningkatan kualitas peserta didik
tersebut, mutlak membutuhkan guru PAI profesional, karena guru profesional ini
yang mampu merubah tingkah laku peserta didik menuju tingkah laku yang baik
menurut ajaran islam yang sempurna.
Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
Mengingat demikian pentingnya peranan motivasi bagi siswa dalam
belajar, maka guru PAI diharapkan dapat membangkitkan dan meningkatkan
motivasi belajar siswa-siswanya. Agar siswa dapat mencapai hasil belajar yang
optimal, maka siswa harus memiliki motivasi belajar yang tinggi, namun pada
kenyataannya tidak semua siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi dalam
12
Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi Cet.4 (Jakarta:
Bumi Aksara, 2006), hlm. 36.
Kompetensi Kepribadian Guru PAI… – Benny Prasetiya
235
belajar. Di sekolah tidak sedikit siswa yang memiliki motivasi belajar rendah.
Untuk membanntu siswa yang memiliki motivasi belajar rendah perlu dilakukan
suatu upaya dan guru agar siswa yang bersangkutan dapat meningkatkan
motivasi belajarnya.
Dalam rangka mengupayakan agar motivasi belajar siswa tinggi, seorang
guru menurut Dimyati hendaknya selalu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Seorang guru hendaknya mampu mengoptimalisasikan penerapan prinsip
belajar. Guru pada prinsipnya harus memandang bahwa dengan kehadiran
siswa di kelas merupakan suatu motivasi belajar yang datang dari siswa.
Sehingga dengan adanya prinsip seperti itu, ia akan menganggap siswa
sebagai seorang yang harus dihormati dan dihargai. Dengan perlakuan
semacam itu, siswa tentunya akan mampu memberi makna terhadap
pelajaran yang dihadapinya;
b. Guru hendaknya mampu mengoptimalisasikan unsur-unsur dinamis dalam
pembelajaran. Dalam proses belajar, seorang siswa terkadang dapat
terhambat oleh adanya berbagai permasalahan. Hal ini dapat disebabkan
oleh karena kelelahan jasmani ataupun mental siswa. 13
Untuk itu upaya yang dapat dilakukan seorang guru adalah dengan cara:
a. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan hambatan
belajar yang dialaminya,
b. Meminta kesempatan kepada orang tua siswa agar memberikan
kesempatan kepada siswa untuk beraktualisasi diri dalam belajar,
c. Memanfaatkan unsur-unsur lingkungan yang mendorong belajar,
d. Menggunakan waktu secara tertib, penguat dan suasana gembira terpusat
pada perilaku belajar. Pada tingkat ini guru memperlakukan upaya belajar
merupakan aktualisasi diri siswa,
e. Merangsang siswa dengan penguat memberi rasa percaya diri bahwa ia
dapat mengatasi segala hambatan dan pasti berhasil;
f. Guru mengoptimalisasikan pemanfaatan pengalaman dan kemampuan
siswa. Perilaku belajar yang ditunjukkan siswa merupakan suatu
rangkaian perilaku yang ditunjukan pada kesehariannya.
13
Mudjiono, Dimyanti. Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Depdikbud, 1994), hlm. 85.
236
Edukasi, Volume 01, Nomor 02, Nov 2013: 225-238
Untuk itu, maka pengalaman yang diberikan oleh guru terhadap siswa
dalam meningkatkan motivasi belajar adalah dengan cara:
a. siswa ditugasi membaca bahan belajar sebelumnya, tiap membaca hal-hal
terpenting dari bahan tersebut dicatat,
b. guru
memecahkan
hal
yang
sukar
bagi
siswa
dengan
cara
memecahkannya,
c. guru mengajarkan cara memecahkan dan mendidik keberanian kepada
siswa dalam mengatasi kesukaran,
d. guru mengajak serta siswa mengalami dan mengatasi kesukaran,
e. guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mampu memecahkan
masalah dan mungkin akan membantu rekannya yang mengalami
kesulitan,
f. guru memberi penguatan pada siswa yang berhasil mengatasi kesukaran
belajarnya sendiri,
g. guru menghargai pengalaman dan kemampuan siswa agar belajar secara
mandiri.14
Profesionalisme guru PAI dalam mentrasnformasikan bentuk pengajaran
pada siswa akan berpengaruh pada prestasi siswa. Dengan demikian sudah
menjadikan suatu kewajiban bagi setiap guru untuk meningkatkan personality atau
kepribadian untuk bisa dijadikan cermin bagi siswa dalam bersikap dan
bertingkah laku. Adalah hal yang sangat esensi sekali manakala kepribadian guru
itu baik maka akan memiliki dampak yang cukup besar dalam meningkatkan
motivasi belajar siswa.
Disinilah proses interaksi edukatif yang positif bisa terwujud. Disamping
itu guru hendaklah lebih banyak mempelajari teori-teori tentang psikologi anak,
sehingga akan lebih mudah dalam membimbing anak, dan mendorongnya dalam
proses belajar.
14
Ibid.
Kompetensi Kepribadian Guru PAI… – Benny Prasetiya
237
Kesimpulan
Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, guru PAI juga mempunyai
peranan yang sangat penting dalam merealisasikan tujuan pendidikan nasional.
Guru PAI juga merupakan ujung tombak kegiatan pengajaran di sekolah yang
langsung berhadapan dengan peserta didik khususnya pendidikan agama Islam.
Tanpa adanya peranan guru maka kegiatan belajar mengajar tidak bisa berjalan
dengan semestinya.
Seorang guru PAI seharusnya memiliki pemahaman-pemahaman yang
dalam tentang pengajaran. Mengajar bukanlah kegiatan yang mudah melainkan
suatu kegiatan dan tugas yang berat dan penuh dengan permasalahan.
Kemampuan dan kecakapan sangat dituntut bagi seorang guru PAI. Karena itu
seorang guru PAI juga harus memilki kecakapan dan keahlian tentang keguruan.
Kemampuan dan kecakapan merupakan modal dasar bagi seorang guru dalam
melakukan kegiatan atau tugasnya. Perencanaan pengajaran, pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar dan kegiatan evaluasi pengajaran merupakan serangkaian
kegiatan dalam mengelola pembelajaran yang dikuasai dan dimilki oleh seorang
guru PAI merupakan bagian dari kompetisi guru itu sendiri.
Beranjak dari kompetensi inilah guru PAI akan mengetahui apa yang
harus dijalankannya, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi
berdasarkan teori yang diperoleh dari lembaga pendidikan yang pernah
ditempuhnya. Oleh karena itu, kompetensi sesuatu yang mutlak dimliki oleh
setiap guru dalam kegiatan pengelolaan pembelajaran.
Dalam kenyataan guru yang mempunyai kompetensi mengajar yang baik
dalam proses pembelajaran tidaklah mudah ditemukan, disamping itu kompetensi
mengajar guru bukanlah persoalan yang berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya faktor latar belakang pendidikan, pengalaman
mengajar dan training keguruan yang pernah diikuti.
Dengan demikian guru yang mempunyai kompetensi mengajar akan
mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan menyenangkan serta
akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada
tingkat optimal.
238
Edukasi, Volume 01, Nomor 02, Nov 2013: 225-238
DAFTAR PUSTAKA
Darajat, Zakiah, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Jakarta:
Ruhama, 1995.
Hamalik, Oemar, Psikologi belajar dan mengajar, Bandung: Sinar baru
Algensindo, 2000.
__________, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, Jakarta:
Bumi Aksara, 2006.
Mudjiono, Dimyati, Belajar dan pembelajaran, Jakarta : Depdikbud, 1994.
Mulyasa, E., Menjadi guru Profesional, Bandung: Rosdakarya, 2005.
Peraturan Menteri Pendayaan Aparatur Negara (PAN) Nomor 16 Tahun 2009
tentang Jabatan Fungsional Guru, 2009.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan. 2005.
Syah, Muhibbin, Psikologi pendidikan, Bandung: Rosdakarya, 1996.
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia (UUD RI) Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, 2003.
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia (UUD RI) Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen, 2005.
Usman, Uzer, Moh., Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1999.
Wijaya, Cece, kemampuan dasar guru dalam dalam proses belajar mengajar,
Bandung : Rosdakarya, 1994.
Download