M ODUL VALUES, ETHIC, MORAL IN NURSING Etik sebagai bagian utama dari filosofi, modul ini menggambarkan bagaimana dalam lahan perawatan kesehatan secara umum dan dalam keperawatan khususnya, hampir tiap keputusan dan tindakan memiliki pertimbangan etik dan moral. Modul ini menjelaskan secara detail teori-teori etik dan filosofi moral dan aplikasinya dalam praktik keperawatan. Perluasan tema care dan caring dipertimbangkan dalam modul ini. Materi ini menyimpulkan secara jelas tentang etik dari care. Hal ini disarankan bahwa kebaikan moral adalah elemen pokok dalam perawatan, tindakan caring berada dalam definisi secara etik dan moral. Hal ini mencerminkan dasar pemikiran bahwa jika kita merawat dan bertindak dalam pakaian caring, keputusan kita ada dalam definisi baik dan benar. (Basford, 2006) TUJUAN PEMBELJARAN Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa mampu: 1. Menjelaskan pengaruh perkembangan kognitif, nilai, kerangka moral, dan kode etik terhadap keputusan moral. 2. Menjelaskan bagaimana perawat menggunakan pengetahuan mengenai transmisi nilai dan klarifikasi nilai untuk mengambil keputusan etik dan memfasilitasi pembuatan keputusan etik oleh klien. 3. Mengidentifikasi issue moral dan prinsip terkait saat dihadapkan pada satu situasi etik. 4. Menjelaskan manfaat dan batasan kode etik profesi. 5. Mendiskusikan isu etik umum yang saat ini dihadapi oleh tenaga kesehatan professional. 6. Menguraikan beberapa cara yang dapat dilakukan perawat untuk meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan dan praktik berdasarkan etik. 7. Mendiskusikan peran advoksi perawat Dalam keseharian kerjanya, perawat menghadapi kejadian yang amat personal dan mendalam seputar manusia, seperti kelahiran, kematian, dan penderitaan. Mereka harus memutuskan moralitas semua tindakan yang mereka lakukan saat mereka dihadapkan pada banyak isu etik seputar berbagai area sensitive tersebut. Karena hubungan khusus yang terjalin antara perawat – klien, perawat adalah pihak yang mendukung dan menjadi advokat bagi klien dan keluarganya yang sedang dihadapkan pada berbagai pilihan yang sulit dan bagi mereka yang tidak dapat membuat pilihan sehingga membutuhkan orang lain untuk membuat keputusan bagi mereka. Adanya tatanan asuhan terpadu yang bergantung pada biaya cenderung mengutamakan nilai bisnis. Hal ini menimbulkan masalah moral baru dan memperberat 1 | Modul Values, Ethic , Moral In Nursing 2014 By : Anastasia Maratning, SPC. MAN masalah terhadulu, hingga perawat dituntut untuk membuat keputusan moral yang lebih baik dari sebelumnya. Oleh karena itu, perawat perlu (a) membangun kepekaan terhadap dimensi etik praktik keperawatan, (b) mengkaji nilai diri dan klien, (c) memahami pengaruh nilai terhadap keputusan mereka, dan (d) berpikir satu langkah lebih maju mengenai jenis masalah moral yang kemungkinan akan mereka hadapi. Bab ini memaparkan pengaruh nilai dan kerangka moral terhadap dimensi etik praktik keperawatan dan terhadap peran perawat sebagai advokat klien. VALUES (NILAI-NILAI) Values (nilai-nilai) adalah ideals atau idam-idaman, atau konsep-konsep yang sangat berharga bagi seseorang sehingga dapat memberikan arti dalam hidupnya. Values dapat pula diartikan sebagai sesuatu yang berharga bagi seseorang dan bisa mempengaruhi persepsinya, motivasinya, keputusannya, atau pilihannya. Values bisa menjadi dasar dalam pengambilan keputusan. Values juga bisa mempengaruhi tingkah seseorang sehari- hari . Values diperoleh atau ditanggap seseorang sejak masa kecilnya, terutama dari orang tuanya kemudian orientasi keluarganya, dan masyarakat sekitarnya. Values dapat diperoleh dari orang-orang yang berharga dalam hidupnya; mungkin seorang guru, tokoh agama, tokoh politik, bintang film, dst. Maka values memerlukan “role model” atau social models”. Values bisa dikembangkan seumur hidup. Misalnya, orang tua secara consisten berlaku jujur, besar kemungkinan anak mereka akan menghargai kejujuran. Values diperoleh atau ditangkap melalui observasi dan pengalaman, maka values dari seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan sociocultural. Misalnya, individu yang dibesarkan dalam kebudayaan yang menghargai obat-obat tradisional dari pada obat-obat yang diberikan dokter, akan memakai obat-obat tradisional apabila dia sakit. Values yang dipilih secara bebas hanya karena values tersebut adalah : 1. Berarti dan berharga baginya, 2. adalah values yang disadari. Values yang disadari menjadi pengendali internal (internal control) dari seseorang dalam dia bertingkah, atau dalam membuat keputusan, atau pilihan (Salay & MacDonnel 1989). Ada manfaat apabila perawat menjadi sadar akan valuesnya, mencatat dan memprioritaskannya. Konflik values seringkali timbul dalam hidupnya sehari-hari dan memaksa individu untuk memilih value yang lebih tinggi prioritasnya. Misalnya, seorang perawat yang menghargai keluarga dan kariernya. Dia harus memilih antara dua….pergi atau dinas, atau tinggal dirumah untuk merawat anaknya yang sakit. 2 | Modul Values, Ethic , Moral In Nursing 2014 By : Anastasia Maratning, SPC. MAN PERSONAL VALUES (NILAI-NILAI PRIBADI) Personal values adalah nilai-nilai yang telah diabsorbsi dan diinternalisasi seseorang dan dianggapnya sebagai nilai-nilai pribadinya. PROFESIONAL VALUES (NILAI-NILAI PROFESI) Professional values dari profesi keperawatan bisa diperoleh melalui socialisasi dan mahasiswa dapat memperoleh melalui pengalaman-pengalaman dari perawat dilingkungan keperawatan, dari guru-gurunya, kakak-kakak kelasnya, para staff keperawatan di rumah sakit, puskesmas, dst. Watson (1981) memberikan 4 garis besar values yang paling penting dalam profesi keperawatan: 1. Strong commitment to service (komitment yang tinggi pada pelayanan). Nursing adalah profesi yang sifat dasarnya adalah melayani/ menolong sesama manusia (helping Profession). Profesi keperawatan adalah juga “altruistic” yaitu mengutamakan kebutuhan orang lain dari pada diri sendiri. Selain altruistic, value yang juga melekat pada profesi keperawatan adalah “ CARING “. 2. Belief in the dignity and worth of each person . (keyakinan akan martabat dan harga diri tiap individu), Nilai profesi keperawatan ini mendorong perawat untuk memilih yang terbaik bagi klienya tanpa melihat kebangsaannya, sukunya, warna kulitnya, agamanya, status socio-politiknya, dan seterusnya. 3. Commitment to education. (komitmen pada pendidikan) Value ini memberi harga yang tinggi pada pendidikan. Perawat yakin bahwa pendidikan tidak berhenti setelah dia memperoleh gelarnya, tetapi berlangsung seumur hidupnya. Pendidikan berkelanjutan mempunyai peran penting dalam meningkatkan kompetensi perawat profesional secara terus menerus. Termasuk dalam kompetensi profesional dan pengetahuan (knowledge), ketrampilan (skill) , dan sikap (attitude) 4. Autonomy (Otonomy) Perawat harus lebih berani meningkatkan asuhan keperawatan dan kemampuannya melaksanakan fungsinya yang independent. Setiap individu mempunyai hak mempertahankan nilai-nilai pribadinya dan nilai-nilai profesinya. Akan tetapi, tidak benar apabila dia memaksakan nilai-nilainya kepada orang lain, atau menganggap bahwa nilai-nilainya adalah lebih baik dari pada nilainilai orang lain. 3 | Modul Values, Ethic , Moral In Nursing 2014 By : Anastasia Maratning, SPC. MAN VALUES CLARIFICATION (KLARIFIKASI NILAI-NILAI) Klarifikasi nilai-nilai adalah suatu proses dimana individu mengidentifikasi, memeriksa, dan mengembangkan nilai-nilainya. Klarifikasi nilai-nilai dapat menumbuhkan kesadaran, emphaty, dan “insight”, maka bisa membantu dalam perkembangan kepribadian. Proses klarifikasi nilai-nilai dapat pula membantu individu menjadi sadar akan nilai-nilainya dan merasa bebas mempertahankannya atau merubahnya. Teori yang dipakai dalam klarifikasi nilai-nilai adalah yang dikembangkan oleh Ruth, Harmon, dan Simon pada tahun 1966. Termasuk dalam klarifikasi nilai-nilai adalah aspek cognitive, affective, dan behavior. Cognitive - Mengidentifikasi Mempertimbangkan Memprioritaskan nilai-nilai Mempertimbangkan akibat-akibat dari nilai-nilai yang telah dipilih secara bebas. Affective - Menghargai dan menyayangi pilihannya. Dia juga merasa bangga atas nilainilai yang dililihnya. Behavioral - Nilai-nilainya di integrasikan dalam tingkah lakunya dan diulang-ulang secara konsisten dalam hidupnya. IDENTIFYING PRIBADI) PERSONAL VALUES (MENGIDENTIFIKASI NILAI-NILAI Para perawat harus mengenal secara specific nilai-nilai mereka akan hidup, kematian, kesehatan, sakit, penderitaan, karena semua ini adalah kenyataan hidup yang mereka hadapi sehari-hari. Para mahasiswa keperawatan juga harus memeriksa perasaan-perasaan tentang : 1. Hak setiap individu membuat keputusan untuk dirinya. 2. Aborsi 3. Euthanasia : passive dan active Dari Sudut Cara/Bentuk. Dari sudut cara atau bentuk, eutanasia dapat dibedakan dalam dua hal yaitu: eutanasia aktif dan pasif. Eutanasia dikatakan bersifat aktif berarti mengambil keputusan untuk melaksanakan: misalnya terapi tertentu seperti memakai injeksi yang mematikan. Bentuk aktif ini juga dapat berarti sekedar melanjutkan terapi. 4 | Modul Values, Ethic , Moral In Nursing 2014 By : Anastasia Maratning, SPC. MAN Eutanasia bersifat pasif berarti memutuskan untuk tidak mengambil tindakan misalnya terapi tertentu atau tidak melanjutkan tindakan, dengan kata lain menghentikan tindakan yang telah dimulai dan sedang berlangsung. 4. Kehamilan diluar pernikahan 5. AIDS 6. Perbedaan kebudayaan, agama, keyakinan. Satu strategi yang bisa membantu menjadi sadar akan nilai-nilai pribadinya, perawat perlu memeriksa sikap dan perasaanya mengenai issues yang dicantumkan diatas (corey, et al 1984). Perawat bisa juga mencoba menjawab dengan jujur pertanyaan-pertanyaan dibawah ini: Pertanyaan : 1. Apakah saya bisa menerima itu? 2. Kenapa saya tidak merasa tenang dengan hal ini? 3. Apa yang saya bisa lakukan dalam situasi ini? IDENTIFYING CLIENT VALUES (MENGIDENTIFIKASI NILAI-NILAI KLIEN) Perawat harus juga mengidentifikasi nilai-nilai dari klien karena nilai-nilai tersebut bisa mempengaruhi masalah-masalah kesehatan mereka tanpa disadari. Misalnya seorang pasien yang mengalami gangguan penglihatan; atau seorang pasien yang menderita rasa nyeri yang chronis akan memberi nilai yang tinggi pada rasa nyamannya. Konflik nilai bisa juga dialami pasien, maka perlu klarifikasi nilai-nilai agar kesehatan dapat dipertahankan, ditingkatkannya, atau dipulihkan. Misalnya, seorang pasien yang sangat mengahargai kebersamaan dengan teman-temannya, maka dia akan merokok sekalipun dokter sudah melarangnya (non-comliance). Atau seorang ibu yang sangat menghargai kebebasannya, maka akan tetap tidak menyusui bayinya sekalipun dia sudah tahu keuntungan - keuntungan dari ASI . Latihan Reflektif Proses dibawah ini bisa membantu klien (perawat) mengidentifikasi nilai-nilainya: 1. Catat semua yang bernilai atau pilihan-pilihanmu Anda harus sadar akan alternatif-alternatif atau pilihan – pilihan anda. Pertimbangkanlah akibat-akibat dari setiap pilihan anda. Anda bisa juga menanyakan diri: - Apakah saya masih punya pilihan-pilihan yang lain? 2. Periksa akibat-akibat yang mungkin bisa timbul dari pilihanmu. Tanyakan diri : - Apakah keuntungan yang saya bisa peroleh dari pilihan-pilihan saya? - Apa kesulitan-kesulitan atau kerugian- kerugian yang saya bisa alami dari pilihan-pilihanku? 5 | Modul Values, Ethic , Moral In Nursing 2014 By : Anastasia Maratning, SPC. MAN 3. Pilih secara bebas Agar anda bisa merasa yakin bahwa anda memilih secara bebas, coba tanyakn diri: - Apa yang mempengaruhi saya dalam mengambil pilihan saya. - Seandainya ada kemungkinan yang lain, apakah saya tetap pada pilihan saya. 4. Merasa senang dengan pilihanmu - Setelah memilih atau mengambil keptusan, bagaimana perasaan saya 5. Nyatakan atau tegaskan pilihanmu. - Apakah saya bisa menyatakan pilihan atau keputusan saya kepada keluarga saya, atau teman-teman saya. 6. Bertindak sesuai pilihan anda Apakah sulit bagi saya untuk mengungkapkan pilihan atau keputusan saya kepada orang- orang yang berarti dalam hidup saya.....orang tua, keluarga, teman-teman. 7. Bertindak secara konsisten dan berpola - Sudah berapa kali saya bertindak sesuai pilihan saya? - Apakah saya tetap bertindak sesuai pilihan saya apabila ada kesempatan? ETHICS IN NURSING Karena perawat sering menghadapi peristiwa-peristiwa hidup yang sangat fundamental seperti kelahiran, kematian, penderitaan, dan seterusnya maka perawat juga sering menangani masalah-masalah ethical/ moral yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa tersebut. Sebagai advocate dari klien dan pemberi asuhan keperawatannya, perawat perlu mendampingi kliennya serta keluarganya yang sedang menghadapi pilihan yang mengandung masalah ethical/moral. Perawat yang sadar akan nilai- nilai hidupnya, keyakinannya, nilainilai profesinya akan lebih mampu mengambil sikap dan menyumbangkan pikiran-pikirannya terhadap issue-issue ethical /moral. Semakin canggih tehnologi-tehnologi kesehatan, semakin rumit pula dilemmadilemma ethical/moral yang dihadapi perawat. Juga perubahan-perubahan cepat dan mendasar dari nilai-nilai dan norma-norma kebudayaan dari masyarakat membuat system kesehatan kurang mampu mengahadapi dilemma-dilemma tersebut. Suatu keputusan ethical/moral yang baik harus berdasarkan atas pengertian akan: 1. Prinsip – prinsip ethical/moral yang mendasari keputusan. 2. Teori-teori ethical/moral yang dipakai 3. Kode Ethic Profesi Keperawatan. Etics adalah pernyataan-pernyataan apa yang benar, atau apa yang salah, dan apa yang seharusnya. Seringkali ethics ditampilkan sebagai suatu standard tingkahlaku dan keyakinan yang dianggap bernilai oleh seseorang atau kelompok-kelompok tertentu seperti kelompok para dokter, kelompok para perawat, kelompok para guru, dst. Biasanya standard ini dituangkan dalam kode ethics profesi seperti Kode Ethik Keperawatan ICN (International Council of Nurses), Kode ethics Keperwatan ANA (American Nurses Association), Kode Ethic PPNI, dst. 6 | Modul Values, Ethic , Moral In Nursing 2014 By : Anastasia Maratning, SPC. MAN Tujuan ethics adalah sama dengan tujuan hukum (mengatur tingkah laku manusia agar hak setiap individu dihargai), hanya tidak ada suatu sistem legal yang memberlakukan ethics. Hukum diberlakukan oleh suatu sistem legal yang disebut polisi (kebijakan). Ethical system bisa melebihi legal system. Dalam kenyataan, bisa ada hukum yang tidak ethical (unethical). Sekarang banyak diperdebatkan masalah-masalah legal dan ethical dari kematian, kelahiran, aborsi, “quality of life” pelanggaran hak orang lain, dst. Perawat perlu ingat bahwa setiap interaksi dengan pasien bisa menimbulkan situasi ethical atau legal. Orang siapapun bisa saja membuat kesalahan, akan tetapi seorang perawat yang telah mempelajari kode ethics profesinya dan “Nursing Law” yang berlaku harus melakukan praktek keperawatan sesuai dengan sandard praktek keperawatan dan hukum keperawatan yang berlaku. Dengan demikian, perawat bisa menghindari perkara hukum dalam melakukan praktek keperawatan. MORALITAS Moralitas menyangkut apa yang benar dan apa yang salah pada perbuatan, sikap, dan sifat. Tanda pertama adanya masalah moral, adalah bisikan hati nurani, atau timbulnya perasaan bersalah, malu, tidak tenang, dan tidak ada damai di hati. Standar moral diperoleh dan di internalisasi seseorang sejak masa kecilnya. Maka standard moral seseorang dipengaruhi oleh ajaran agamanya, tradisi, norma-norma kelompok atau norma-norma masyarakat dimana ia dibesarkan. Sama seperti nilai-nilai pribadi, moral juga diperoleh melalui socialisasi (observasi dan pengalaman-pengalaman) pertama-tama dengan orang tua, keluarga, kelompok-kelompok tertentu dan masyarakat sekitarnya. Para perawat harus memperoleh skill yang perlu supaya mereka bisa berfungsi sebagai “moral agents” yaitu bisa berpartisipasi aktive dalam pengambilan keputusan yang mengadung masalah ethical/moral. Perawat profesional mempunyai tanggung jawab mengembangkan skill ini melalui pendidikan dasar keperawatan dan pendidikan keperawatan berkelanjutan. Secara tradisional, para perawat membiarkan masalah-masalah ethical moral untuk ditangani dokter. Akan tetapi zaman sekarang masalah-malasah ethical/moral dalam kesehatan sudah menjadi lebih rumit sehingga memerlukan penanganan multidisiplinary yaitu, tidak dibatasi hanya pada satu disiplin seperti dokter tetapi disiplin-disiplin lain yang terkait perlu diikut sertakan seperti perawat, pastor, pendeta, ulama, psikolog, dst. 7 | Modul Values, Ethic , Moral In Nursing 2014 By : Anastasia Maratning, SPC. MAN Persamaan dan Perbedaan Moral dan Etik ASPEK PERBEDAAN MORAL ETIK Asal Kata Moralis (Latin) Ethos (Yunani) Arti kata Kebiasaan, Cara Karakter Implikasi Individu yang terikat dengan Individu yang bertanggung jawab , transparan, dogma agama serta berani menentang issue di masyarakat Standar dasar untuk Pernyataan benar dan salah serta apa yang harus menentukan hal yang benar dilakukan atau salah untuk dipelajari dan diinternalisasi PERSAMAAN 1. Perkembangannya, keduanya dipelajari saat usia kanak-kanak 2. Tujuannya, yaitu untuk mendapatkan batasan antara perilaku yang benar dan salah. FACTORS AFFECTING ETHICAL/MORAL DECISIONS (Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan –Keputusan Ethic / Moral) A. Persepsi akan peranan dan tanggung jawab perawat. Perawat bertanggung jawab atas perbuatannya dan menyokong klienya yang sedang mempertimbangkan keputusan ethical/moral atau kliennya yang sedang menghadapi akibat-akibat dari keputusan yang dibuat orang lain. Suatu keputusan dianggap baik apabila keputusan itu memberikan yang terbaik pada klien dan sekaligus dapat mempertahankan harga diri setiap orang yang terkait. B. Teori – Teori moral Ada 4 pendekatan umum pada teroi –teori moral yang bisa memengaruhi keputusan ethical/moral: 1) 2) 3) 4) Teori Teleologi Teori Dentology Teori Intuitionism Dan teori CARING. 1. Toeri Teleologi Terkenal sebagai teori yang bermanfaat (Utilitarian) dari ethic. Hal ini melibatkan pemutusan apakah sesuatu hal adalah benar atau salah, baik atau buruk yang berdasar pada konsekuensinya. Hal ini melibatkan pertimbangan konsekuensi dari beberapa tindakan apakah menyeimbangkan dua hal lebih baik dari pada melakukan salah satunya, dalam hal hasil tindakan yang akan diperoleh. Hal ini kadang-kadang dibagi menjadi dua bentuk: 8 | Modul Values, Ethic , Moral In Nursing 2014 By : Anastasia Maratning, SPC. MAN a. Egoisme teleologis. Disini keputusan dibuat berdasarkan pada apakah tindakan yang dilakukan untuk memenuhi seluruh keinginan akan menghasilkan kebaikan yang paling besar bagi individu. Hal ini meliputi memutuskan apakah melakukan satu hal akan, secara seimbang, menjadi lebih baik untuk individu dalam menjalaninya daripada bila mereka melakukan hal lain. Apa yang dikatakan disini adalah bahwa tindakan baik atau buruk, benar atau salah berdasarkan pada saat sekarang (aktual) atau hasil yang diantisipasi. Hal ini adalah akibat atau konsekuensi dari banyak tindakan yang menentukan apakah tindakan tersebut baik atau buruk, benar atau salah untuk melakukan tindakan tersebut. b. Universalisme teleologis atau utilitarianisme Di sini adalah tipe yang sama dari keputusan yang dibuat. Bahwa, prinsip yang penting adalah apakah satu tindakan akan menghasilkan kebaikan yang lebih besar daripada tindakan yang lain. Keputusan disini bagaimanapun, dibuat berdasarkan pada apakah tindakan akan menghasilkan kebaikan yang secara umum lebih besar. Moto dari Utilitarianisme adalah “ kebaikan yang terbesar adalah kebaikan yang paling besar bagi sekumlah masyarakat”. Ide ini, pertama kali dijelaskan pada abad ke 18 dan 19 oleh ahli filosofi seperti David Hume, Jeremy Bentham dan Jonh Stewart Mill, yang berorintasi pada etik-masyarakat daripada etik yang berorientasi pada individu, dan adalah prinsip penting yang mendasari sistem legal masyarakat.(Basford, 2006) Dalam menilai apakah perbuatan itu salah atau benar, teori teleology melihat akibat-akibat dari perbuatan itu. Pendekatan teleology diringkas dalam paham : “The end justice the means” : artinya tujuan bisa membenarkan cara-cara yang dipakai untuk mancapai tujuan. Sebagai contoh, Membantu orang miskin dengan cara mencuri atau merampok. 2. Deontology Pandangan Deontologis adalah salah satu pandangan yang secara tegas melarang masuk gagasan konsekuensi dari keputusan etis. Hal ini berarti deontologist memandang bahwa tindakan adalah secara intrinsic baik atau buruk, benar atau salah terlepas dari hasil atau konsekuensinya. Hal tersebut adalah saat kita mempertimbangkan sebuah fenomena, sebuah keputusan atau tindakan, kita harus secara instrinsik dan dengan intuisi dapat melihat kebaikan dan keburukan fenomena tersebut. Evaluasi disini adalah tindakan dalam membuat keputusan yang berdasar pada pengetahuan sebelumnya. Hal tersebut berarti, bahwa kita tidak dapat menentukan sebuah tindakan sebagai benar atau baik dengan mencoba untuk memprediksikan konsekuensi dari tindakan. 9 | Modul Values, Ethic , Moral In Nursing 2014 By : Anastasia Maratning, SPC. MAN Deontology menekankan pada kewajiban, ratio, dan kepatuhan pada aturan. Sebagai contoh, seorang perawat berkeyakinan untuk mengungkapkan yang benar tanpa peduli akibat-akibat dari ungkapanya itu. Kita tidak boleh berbohong, akan tetapi kita tidak berkewajiban mengungkapkan yang benar kepada orang-orang yang tidak punya hak untuk mengetahuinya. Perbedaan antara teleology dan dentology bisa dipahami dengan jelas apabila dipakai dalam issue Abortus. Sebgai Contoh, dalam issue abortus, Perawat yang memakai pendekatan teleology akan mengatakan bahwa, bila tujuannya untuk menyelamatkan nyawa ibu, maka ia membenarkan cara dengan tindakan aborsi. Sedangkan perawat yang memakai pendekatan deontology, mengatakan bahwa menggugurkan buah kandungan melanggar aturan … (kerena ada aturan bahwa “Tidak boleh membunuh.” Maka, perawat ini tidak akan melakukan aborsi, tanpa menghiraukan atau memikirkan keselamat ibu. 3. Intuitionism Intuitionism mengatakan bahwa setiap orang mempunyai intuisi untuk tahu apa yang benar dan apa yang salah; bahwa untuk menentukan apa yang benar dan apa yang salah tidak memerlukan pikiran yang rasional. Sebagai contoh, seseorang sudah mempunyai intuisi bahwa memukul orang lain itu dalah salah. Maka untuk hal ini tidak perlu dipelajari atau tidak memerlukan pikiran yang rasional. 4. Caring Berner &Wrubel (1989) mengajukan CARING sebagai tujuan utama dari keperawatan dan sebagai dasar dari etika keperawatan. Dasar dari 3 teori sebelumnya yaitu teleologi, deontology, dan Intuitionism adalah konsep keadilan, sedangkan CARING adalah relasi dengan klien. Teori Caring menekankan: - keberanian, - kebesaran hati - komitmen - tanggung jawab. Caring adalah suatu kekuatan melindungi dan meningkatkan martabat dan harga diri dari klien. Care adalah semangat, tindakan penting dari inti keperawatan, kekuatan yang menyatukan, proses dinamik dan intisari structural. Budaya keperawatan memiliki 10 | Modul Values, Ethic , Moral In Nursing 2014 By : Anastasia Maratning, SPC. MAN aktualisasi martabat, integritas, autonomi, kebebasan dan realisasi diri yang merupakan isi pokok keperawatan untuk meerawat sebagai sumbernya. Ini adalah sebuah budaya yang dibangun berdasarkan integritas moral, kebijakan, tanggung jawab dan realisasi diri seseorang yang merawat. Perbedaan dan contoh masing-masing dari : a. Utilitarian ethic b. Deontological ethic Aspek Tokoh Teori Contoh Utilitarian Ethic Deontological Ethic Jeremy Bentham Immanuael Kant John Stuart Mill Jameton Perbuatan yang baik adalah sesuai dengan Teori non konsekuensialism yaitu teori tentang hak dan prinsip kebahagiaan untuk orang banyak. kewajiban atau apa yang pasti benar dan salah. Penggunaan obat analgesik dapat Pekerjaan yang dilakukan karena adanya keterpaksaan mengakibatkan ketergantungan dan atau karena keinginan dan kemampuan akan penurunan respirasi rate dan disatu sisi menghasilkan hasil yang berbeda. dapat menghilangkan atau menurunkan tingkat nyeri. ETHICAL DILEMMA Ethikal dilemma adalah suatu situasi dimana seseorang harus memilih atas dua pilihan yang sama-sama tidak menguntungkan. Ethikal dilemma tidak memberikan solusi yang baik. Ada beberapa prinsip ethikal/moral yang universal yang dapat dipakai dalam menghadapi ethical dilemma. AUTONOMY Autonomy adalah hak setiap orang untuk menentukan sendiri (self-determination), mandiri (independence), dan bebas (freedom), yang terkandung dalam pengertian ini adalah haknya untuk membuat keputusan. Prinsip Autonomy mengharuskan pertugas kesehatan untuk menghargai keputusan sekalipun keputusan tersebut berlawanan dengan apa yang diharapkan oleh petugas kesehatan. Akan tetapi, seperti hak-hak yang lain autonomy bukan hak absolute atau mutlak. Dalam beberapa situasi hak dapat dibatasi. Misalnya, autonomy seseorang bisa mengganggu kesehatan atau kesejahteraan orang lain, atau melanggar hak orang lain. Pada umumnya pasien mempunyai hak untuk menolak satu atau semua pengobatan. Akan tetapi, apabila dia menderita suatu penyakit yang menular (TB terbuka, SARS, AIDS, dst, secara legal dia bisa dipaksa untuk mendapat pengobatan. Orang tersebut dapat pula dipaksa secara legal untuk diisolasikan agar orang-orang lain dapat dilindungi. Juga setiap orang memiliki ”INWARD OUTONOMY” apabila dia mempunyai kemampuan mental untuk membuat keputusan (untuk pasien yang sadar penuh dan pasien dewasa) ; 11 | Modul Values, Ethic , Moral In Nursing 2014 By : Anastasia Maratning, SPC. MAN (”OUTWARD AUTONOMY”) apabila keputusannya tidak dibatasi atau dipaksakan orang lain (Untuk pasien anak, pasien yang coma, atau pasien yang tidak bisa mengambil keputusan) . Termasuk dalam pengertian autonomy adalah menghargai klien sebagai individu ynag unik. Prinsip ini bisa dilanggar setiap kali perawat mengabaikan keluhan-keluhan subjektif dari pasien seperti rasa nyeri, rasa cemas, dan seterusnya, juga pasien tidak boleh diperlakukan sebagai onjek atau cara untuk mencapai tujuan dari petugas kesehatan. Pelanggaran hak ini bisa nampak setiap klai dilakukan tindakan medis yang beresiko tanpa adanya ”INFROMED CONSENT”. 2. Prinsip atau azas etik menurut Beauchamp dan Childress (1981) dan contoh dari masingmasing: No. a. b. Prinsip Beneficence Penjelasan Contoh Menyeimbangkan hal-hal yang menguntungkan dan Setiap perawat harus dapat merawat dan merugikan(membahayakan) dari tindakan yang dilakukan. memperlakukan klien dengan baik dan Melakukan hal-hal yang baik untuk orang lain benar. Non Kebutuhan pelayanan kesehatan yang diberikan tidak Pemasangan kateter pada klien yang tidak maleficience melukai baik secara invasive maupun tidak. sadar Respect for Menghormati seseorang yang didasari pada suatu Keinginan membela seseorang anak yang Outonomy keinginan agar orang lain tidak menderita, tetapi bila dihukum orang tuanya dengan dikurung di dilakukan dengan tepat justru akan mengganggu kamar mandi, bila orang lain berusaha kebebasan seseorang. untuk membebaskannya akan menggangu autonomi keluarga tersebut c Justice Suatu kewajiban untuk bersikap adil kepada setiap orang Setiap orang berhak menggunakan fasilitas tanpa membedakan ras, jenis kelamin, status pernikahan, kesehatan yang sama diagnosa medis, status sosial, tingkat ekonomi dan keyakinan agama 3. Prinsip etik yang lain No. a. Prinsip Fidelity Penjelasan Adalah kewajiban seseorang untuk setia terhadap Contoh Seorang perawat yang telah diri sendiri dan orang lain, mencakup kesetiaan menyelesaikan shif 12 jam akan terhadap profesi atau loyal thd kesepakatan dan mengalami konflik saat diminta kepala tanggung jawab yang diterima sebagai bagian rungan untuk menambah jam kerja praktik keperawatan Konflik bisa muncul bila fidelity di anggap hutang oleh orang lain. b. Veracity Melakukan kegiatan/tindakan sesuai dengan nilai- Misalnya: penjelasan tentang prognosis (truthfull nilai moral dan etika yang tidak bertentangan (tepat, pasien yang buruk dapat menyebabkan ness) lengkap) motivasi pasien untuk sembuh menurun Menjelaskan dengan jujur meskipun kadang dapat berdampak negatif bagi pasien c Standard Petugas kesehatan (dokter/perawat) dalam 12 | Modul Values, Ethic , Moral In Nursing 2014 By : Anastasia Maratning, SPC. MAN Misalnya dalam keadaan gawat darurat Of The mengambil tindakan suatu keputusan atau pasien tidak sadar dan tidak ada keluarga. Best tindakan, selalu memilih apa yang terbaik untuk Petugas kesehatan harus segera memberi Interest pasien apa lagi pada saat – saat dimana pasien maupun keluarganya tidak bisa mengambil tindakan darurat untuk menyelamatkan nyawa pasien. keputusan atau pilihan OBLIGATIONS (KEWAJIBAN) Obligations dalam tuntutan-tuntutan kepada orang-orang yang berkewajiban untuk memenuhi dan menghargai hak-hak orang lain. Obligations dibagi atas dua kategori : 1. Legal obligations (Kewajiban legal) Legal obligations adalah kewajiban yang tercantum dalam hukum dan diberlakukan sesuai hukum. Misalnya, perawat mempunyai kewajiban legal memberi perawatan yang aman dan adequate. 2. Moral obligations (kewajiban moral) Kewajiban moral adalah kewajiban yang berdasarkan atas prinsip-prinsip moral/ethical. Misalnya, seorang perawat yang sedang melakukan perjalanan, tidak mempunyai kewajiban legal untuk memberi bantuan kepada orang-orang korban kecelakaan akan tetapi dia mempunyai kewajiban moral/ethical. NURSING CODE OF ETHICS Code of ethics (Kode Ethic)adalah suatu pernyataan formal dan tertulis mengenai nilai-nilai dan keyakinan dari kelompok atau profesi tertentu. Kode Ethic ini mengandung: 1. Seperangkat prinsip yang diikuti anggota-anggota kelompok atau profesi. 2. Pertimbangan moral dari kelompok atau profesi. 3. Standar-standar tingkahlaku profesional dari anggota-anggota. Kode ethic dapat memberi petunjuk secara umum kepada angota-anggota profesi dalam pembuatan keputusan. Kode ethic tidak diberlakukan oleh hukum akan tetapi pelanggaran kode ethics yang konsisten menunjukkan bahwa anggota pelanggar tidak mempunyai keinginan untuk bertingkah sesuai kode ethics profesinya. Dalam hal ini, profesi bisa mengambil tindakan seperti memberi peringatan atau mencabut lisensinya. Perawat profesional perlu mempelajari kode ethics keperawatan yang berlaku di negaranya atau dinegara dimana dia bekerja. Profesi kepererawatan telah membentuk kode ethic keperawatan. - Kode ethic keperawatan International Council of Nurses (ICN) dirumuskan pertama kali pada tahun 1953, kemudian direvisi pada tahun 1965 dan 1973. - Kode ethic ANA dirumuskan pertama kali pada tahun 1950, dan direvisi pada tahun 1968, 1976, dan 1985. 13 | Modul Values, Ethic , Moral In Nursing 2014 By : Anastasia Maratning, SPC. MAN - Kode ethic keperawatan CNA dirumuskan pertama kali pada tahun 1980 dan direvisi pada tahun 1991. Dalam rumusan standard of Professional Performance yang dibuat oleh ANA, standard V dikhususkan untuk ethics. Standard V: keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan perawat untuk kepentingan klienya harus sesuai dengan ethic. Measurement Criteria (Ukuran Kriterinya): 1. Praktek perawat harus sesuai kode ethics keperawatan. 2. Perawat mempetahankan kerahasiaan klien. 3. Perawat bertingkah sebagai advokat klien. 4. Perawat memberi perawatan dengan tidak menilai, tidak membeda-bedakan dan menghargai perbedan kliennya. 5. Perawat memberi perawatan sedemikian rupa sehingga autonomy, martabat, dan hak klien terlindungi dan diperhatikan. 6. Perawat mencari nara sumber untuk membantunya dalam mengambil keputusan ethical. FUNGSI DARI KODE ETHICS KEPERAWATAN 1. Menyebarkan informasi-informasi kepada masyarakat tentang sandard-standard profesi keperawatan dan membantu masyarakat mengenal tingkah profesional keperawatan. 2. Memberi tanda komitmen/kesetiaan kepada masyarakat yang dilayani. 3. Memberi garis besar tentang pertimbangan-pertimbangan ethical yang dibuat profesi keperawatan. 4. Memberi petunjuk umum mengenai tingkahlaku profesional. 5. Membantu profesi mengatur diri. 6. Mengingatkan para perawat akan tanggung jawab khas mereka dalam merawat klien. KODE ETHIC KEPERAWATAN ANA: 1. Dalam memberi pelayanan, perawat menghormati martabat dan keunikan klien: tidak membatasi pelayanannya pada status social dan ekonomi dari klien, maupun sifat-sifat pribadinya, dan sifat-sifat masalah kesehatannya. 2. Perawat melindungi hak klien akan privacinya dan melindungi dengan bijaksana informsi-informasi yang dipercayakan kepadanya. 3. Perawat melindungi klien dan masyarakat apabila pelayanan kesehatan dan kesejahteraan mereka terancam oleh praktek orang-orang yang tidak etis, tidak legal, dan tidak kompeten. 4. Perawat bertanggung jawab dan akontabel (tanggung gugat) atas pertimbangan dan tindakan keperawatan yang dibuatnya sendiri. 5. Perawat mempertahankan kompetensinya dalam keperawatan. 14 | Modul Values, Ethic , Moral In Nursing 2014 By : Anastasia Maratning, SPC. MAN 6. Perawat menggunakan ” informed judgment” dan memakai kompetensi dan kualifikasi individu sebagai criteria dalam mencari konsultan, menerima tanggung jawab, dan dalam mendelegasikan tindakan-tindakan keperawatan ke orang lian. 7. Perawat berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang bisa membantu mengembangkan pengetahuan profesi. 8. Perawat berpartisipasi dalam usaha profesi memajukan standard-standard praktek keperawatan 9. Perawat berpartisipasi dalam usaha profesi memajukan kondisi kerja yang menunjang mutu pelayanan keperawatan. 10. Perawat berpartisipasi dalam usaha profesi untuk melindungi masyarakat dari informasi-informasi yang tidak benar dan mempertahankan integritas dari profesi keperawatan. 11. Perawat berkolaborasi dengan anggota-anggota profesi kesehatan yang lain, dan para penduduk dalam usaha komunitas dan negara untuk memenuhi kebutuhan kesehatan dari setiap warganya. KODE ETHIC KEPERAWATAN ICN (International Council of Nurses) Perawat mempunyai empat tanggung jawab fundamental : 1. Meningkatkan kesehatan (promotion) 2. Mencegah penyakit (Preventive) 3. Memulihkan kesehatan (rehabilitative) 4. Meringankan penderitaan. (curative) Kebutuhan akan perawatan adalah universal. Ada hal-hal yang tidak terpisahkan dari keperawatan yaitu : - Penghargaan akan hidup, - Penghargaan akan martabat - Penghargaan akan hak manusia. Keperawatan tidak dibatasi oleh suku, bangsa, warna kulit, umur, jenis kelamanin, status politik atau status social. Perawat memberikan pelayanan kepeawatan kepada individu, keluarga, an komunitas, dan mengkoordinasi pelayanan keperwatan dengan kelompokkelompok yang terkait. NURSE AND PEOPLE (PERAWATAN DAN RAKYAT) Tanggung jawab utama dari perawat adalah orang-orang yang memerlukan asuhan keperawatan. Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat menciptakan suasana dimana nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan dan keyakinan spiritual dari individu dihormati. Perawatan merahasiakan informasi-informasi pribadi yang dipercayakan dan harus bijaksana dalam membagikan informasi-informasi tertebut. 15 | Modul Values, Ethic , Moral In Nursing 2014 By : Anastasia Maratning, SPC. MAN NURSE AND PRACTICE (PERAWAT DAN PRAKTEK KEPERAWATAN) Perawat bertanggung jawab atas prakek keperawatannya dan mempertahankan kompetensinya melalui pendidikan berkelanjutan. Perawat mempertahankan standar asuhan keperawatan yang tinggi sebisa mungkin dengan mempertimbangkan kenyataan situasi. Perawat memakai pertimbangan yang arif akan kompetensi individu dalam menerima dan mendelegasikan tanggungjawab. Perawat selalu mempertahankan standar tingkahlaku yang bisa membawa kebanggaan untuk profesinya. NURSE AND SOCIATY (PERAWAT DAN MASYARAKAT) Perawat membagikan dengan para warga yang lain tanggung jawab untuk memulai dan menyokong tindakan-tindakan yang bisa memenuhi kebutuhan kesehatan dan kebutuhan social dari masyarakat. NURSE AND COWORKERS (PERAWAT DAN TEMAN-TEMAN SEJAWAT) Perawat mempertahankan hubungan kerjasama dengan teman-teman sejawat dalam bidang keperawatan maupun dalam bidang-bidang yang lain. Perawat mengambil tindakan yang tepat dalam melindungi individu apabila asuhan keperawatannya terancam oleh teman-teman sejawat atau oleh orang-orang lain. NURSE AND PROFESSION (PERAWAT DAN PROFESI) Perawat mempunyai peranan penting dalam menentukan dan mengimplementasikan standard-standard praktek keperawatan dan pendidikan keperawatan yang di kehendaki. Perawat aktif dalam mengembangkan inti dari pengetahuan professional. Melalui organisasi profesional, perawat berpartisipasi dalam memajukan keadaan social dan economy yang wajar di lingkungan kerjanya. KODE ETHICS KEPERAWATAN INDONESIA (PPNI) PERAWAT DAN KLIEN 1. Perawat dalam memberi pelayanan keperawatan menghargai harkat dan martabat manusia, keunikan klien, dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, serta kedudukan social. 2. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara suasana lingkungan yang menghormati nialai-nilai budaya, adat-istiadat, dan kelangsungan hidup beragama klien. 3. Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan asuhan keperawatan. 16 | Modul Values, Ethic , Moral In Nursing 2014 By : Anastasia Maratning, SPC. MAN 4. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. PERAWAT DAN PRAKTEK 1. Perawat memelihara dan miningkatkan kompetensi di bidang keperawatan melalui belajar terus-menerus. 2. Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai dengan kejujuran professional dalam menerapkan pengetahuan seerta ketrampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien. 3. Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang adekuat dan mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang bila melakukan konsultasi, menerima delegasi, dan memberikan delegasi kepada orang lain. 4. Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan selalu menunjukkan perilaku professional. PERAWAT DAN MASYARAKAT Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai dan mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat. PERAWAT DAN TEMAN-TEMAN SEJAWAT 1. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama perawat maupun tenaga kesehatan lainya, dan dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh. 2. Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan tidak legal. PERAWAT DAN PROFESI 1. Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan dan pelayanan keperawatan serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan pendidikan keperawatan. 2. Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi keperawatan. 3. Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan memelihara kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan keperawatan yang bermutu. 17 | Modul Values, Ethic , Moral In Nursing 2014 By : Anastasia Maratning, SPC. MAN COGNITIVE MORAL DEVELOPMENT Masalah-masalah ethical/moral menuntut agar seorang perawat berpikir dan mempertimbangkan keputusannya, atau pilihannya. Berpikir, mempertimbangkan, membuat keputusan adalah fungsi cognitve maka fungsi ini dapat dikembangkan seumur hidup individu. Dalam menyelesaikan masalah ethical/moral, sering kali timbul kesulitan karena orang-orang yang terkait berpikir pada tingkat cognitive yang tidak sama, serta perbedaan latar belakang moral dan nilai-nilai. Misalnya, apakah benar memberi resusitasi kepada seorang pasien terminal yang sedang menghadapi ajalnya, apabila dia mengalami respiratory atau cardiac arrest ? bagi perawat yang dasar keputusannya adalah aturan atau policy (deontology), akan melakukan resusitasi karena tidak ada policy atau order dari dokter untuk melakukan resusitasi (DNR – Do Not Resuscitate). Akan tetapi, bagi perawat yang dasar keputusannya adalah prinsip “tidak menyakiti”, dia tidak akan meresusitasi pasien ini karena dia tidak mau menambah penderitaan dari pasien. Maka dalam mengambil konsensus, perawat perlu memperhatikan perbedaan pikiran, dan latarbelakang nilai-nilai dan moral dari setiap orang yang terkait. Tidak cukup untuk menanyakan apa yang benar; tetapi akan menjadi lebih baik apabila ditanya setiap orang yang terkait proses dia berpikir sehingga dia bisa memutuskannya. NILAI-NILAI, KEYAKINAN DAN SIKAP Nilai-nilai adalah suatu aspek yang penting dalam mengambil keputusan karena nilai-nilai mempengaruhi persepsi dan motivasi seseorang, maka penting bagi perawat untuk menjadi sadar akan nilai-nilainya dan nilai-nliai orang lain yang terkait dalam situasi. Keyakinan adalah interpretasi atau keputusan yang kita terima sebagai yang benar (Chaffe, 1990). Keyakinan lebih banyak didasari dengan iman atau kepercayaan dari pada fakta. Keyainan bisa mengandung atau tidak bisa mengandung nilai-nilai. Misalnya, seorang mahasiswa mengatakan, “saya yakin, saya akan memperoleh prestasi belajar yang tinggi apabila saya belajar keras”. Mahasiswa ini hanya mengungkapkan keyakinannya. Pernyataan yang kedua ini yang mengandung nilai,” prestasi belajar yang tinggi berharga bagi saya maka saya belajar keras”. Sikap adalah pendirian mental atau perasaan- perasaan yang berasal dari bermacam-macam keyakinan yang ditujukan kepada seseorang, barang atau ide. Sikap seringkali dinilai sebagai “baik, atau “buruk”; “negative” atau “positive”. Sedangkan keyakinan dinilai sebagi “benar” atau “ tidak benar”. unsur affective dari sikap adalah perasaan dan merupakan unsur paling penting dari sikap, karena bisa mendorong seseorang untuk bertindak. Unsur cognitive dari sikap adalah keyakinan dan informasi-informasi berdasarkan fakta. Untuk behavioral dari sikap adalah kecenderungan untuk mengambil tindakan karena sikapnya itu. 18 | Modul Values, Ethic , Moral In Nursing 2014 By : Anastasia Maratning, SPC. MAN TYPES OF ETHICAL PROBLEMS (MACAM-MACAM ETHICAL Seringkali perawat menemukan 2 macam masalah ethical : 1) Decision-focused problem (masalah yang berfokus pada keputusan), dan 2) Action-focused problem (masalah yang berfokus pada tindakan). DECISION-FOCUSED PROBLEM (Masalah Yang Berfokus Pada Keputusan) Letak masalah ada pada pengambilan keputusan...”apakah yang saya harus lakukan?” contoh Seorang perawat sangat menghargai hidup. Untuk mempertahankan nyawa klien yang menderita kanker terminal, dia harus melakukan resustasi. Akan tetapi dia juga berkeyakinan bahwa penderitaan pasien harus diringankan. Maka ia mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan – memberi resusitasi dan memperpanjang penderitaan klien atau tidak memberi resusitasi dan membiarkan klien meninggal. Dalam contoh ini ada konflik atas 2 nilai. Kedua-duanya tidak dapat dilaksanakan, maka salah satu harus dikorbankan. Konflik atas 2 nilai ini disebut MORAL DILEMA, dan tidak ada penyelesaian yang mudah. ACTION-FOCUSED PROBLEM (MASALAH YANG BERFOKUS PADA TINDAKAN). Letaknya masalah bukan pada pengambilan keputusan, tetapi pada implementasi keputusan. Perawat percaya bahwa pertimbangannya atau keputusannya adalah benar, tetapi kalau dilaksanakan ada resiko pada dirinya. Ada pula masalah-masalah lain yang masih digolongkan dalam Action-Focused Problem yaitu “MORAL DISTRESS. Perawat yakin bahwa tindakannya benar, akan tetapi ada policy atau kebijaksanaan rumah sakit yang tidak menyetujui tindakan tersebut. (Jameton, 1984). Sebagai akibatnya perawat merasa frustasi, merasa bersalah dan tidak berdaya. Research menunjukkan bahwa seringkali tindakan-tindakan yang dibuat perawat dipengaruhi oleh ancaman-ancaman verbal, takut akan kehilangan pekerjaan, takut akan dibawa kepengadilan, takut akan kehilangan lisence, takut pada dokter, tidak ada sokongan dari teman-teman sekerja dan atasan. (Wilkenson, 1988). Action-focused problem memerlukan pengetahuan, pengalaman, komunikasi yang effective, dan kemampuan untuk melakukan kompromi tanpa kehilangan harga diri. DECISION-MAKING PROCESS IN ETHICS (PROSES MEMBUAT KEPUTUSAN YANG MENYANGKUT ETHICS Dikatakan bahwa perawat-perawat adalah “problem solver” (orang-orang pemecah masalah). Focus utama dari pendidikan keperawatan adalah mempelajari memecahkan masalahmasalah keperawatan dari klien. Salah satu alat penting dalam memecahkan masalah-masalah 19 | Modul Values, Ethic , Moral In Nursing 2014 By : Anastasia Maratning, SPC. MAN keperawatan adalah Nursing Prosess. Akan tetapi, masih banyak perawat yang mengalami kesulitan apabila berhadapan dengan ethical dilemma yang menyangkut perawatan klien. Kesulitan-kesulitan akan banyak dibantu apabila perawat memperoleh ketrampilan dalam proses membuat keputusan yang menyangkut moral/ethical. Tujuan utama dari proses membuat keputusan yang menyangkut ethics, adalah menentukan yang benar dari yang salah. Perawat yang membuat keputusan harus sadar bahwa ada prinsipprinsip ethical universal yang bisa membantunya. Disamping itu, dia perlu juga mengklarifikasi nilai-nilainya (values) karena bisa mempengaruhi persepsinya, motivasinya, dan pilihannya atau keputusannya. FIVESTEP ETHICAL DECISION MAKING PROCESS STEP 1 : Kumpulkan data, buat analisa, dan interpretasi data. Kumpulkan sebanyak mungkin data yang terkait dengan ethical dilemma yang sering dihadapi, termasuk keinginan pasien, keinginan keluarga dan luasnya masalah fisik dan emosional, yang menyebabkan ethical dilemma. Situasi ethical yang sering dihadapi perawat adalah: melakukan resusitasi atau tidak melakukan resusitasi pada pasien dengan pengakit termina. Seringkali dokter memberi order/instruksi untuk tidak melakukan resusitasi; hanya berpura-pura melakukan resusitasi untuk menghibur keluarga. Perawat bisa merasa tidak enak karena merasa menipu keluarga. Dilemma perawat adalah: sungguh melakukan resusitasi ketika pasien mengalami cardiac/respiratory arrest. Ada pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab perawat: Apa keinginan pasien? apakah pasien kompeten secara mentl untuk membuat keputusan? Apakah keinginan keluarga ? apakah keinginan kelurga sama dengan keinginan pasien? Apakah dokter memperhatikan keinginan pasien dan keluarga? Apkah insitusi mempunyai policy/kebijakan mengenai “No Resuscitation ?” Data yang telah dikumpulkan harus disusun agar dapat memberi focus yang jelas pada dilemma. STEP 2 : Nyatakan dilemma Setelah data dikumpulkan dan dianalisa, perawat harus menyatakan dilemma secara jelas. Dilemma bisa dirumuskan dalam satu atau dua pernyataan yang mengandung pertentangan atas hak atau prinsip-prinsip ethical universal 20 | Modul Values, Ethic , Moral In Nursing 2014 By : Anastasia Maratning, SPC. MAN Kembali pada kasus resusitasi, dimana masalah yang timbul adalah tidak memberikan atau memberikan resusitasi. Ethical dilemma bisa diungkapkan; “hak individu untuk meninggal dengan hormat versus kewajiban perawat untuk mempertahankan nyawa dan tidak merugikan klien (princip maleficence). Pada umumnya, prinsip bahwa keinginan pasien yang kompeten untuk mengambil keputusan tidak boleh diabaikan. Apabila pasien mengalami disorientasi atau menjadi tidak sadar, dan tidak sempat mengungkapkan keinginannya, keinginan keluarga harus diperhatikan. Masalah bisa timbul apabila keinginan keluarga bertentangan dengan keinginan klien. STEP 3 : Buat tindakan atau Intervensi. Setelah dilemma sudah diungkapkan dengan jelas, buat daftar semua kemungkinan tindakan atau semua intervensi yang bisa menyelesaikan dilemma tanpa mempetimbangkan akibat-akibat dari tindakan-tindakan tersebut…ini adalah BRAIN STORMING yang dipakai pada STEP 3. Perawat dapat dibantu oleh teman-teman sejawat, supervisornya, dan ahli-ahli dalam bidang medical ethic. Mengenai masalah resusitasi ada beberapa pilihan tindakan yang bisa membantu: 1. Memberikan resusitasi sungguhan atas larangan dokter. 2. Pura-pura memberi resusitasi 3. Minta pada supervisor agar anda dipindahkan ke unit yang lain untuk menghindari situasi. 4. Laporkan situasi ke supervisor. 5. Bicarakan masalah dengan keluarga STEP 4 : Pertimbangkan untung / rugi setiap intervensi / tindakan. Ada beberapa intervensi yang lebih realistis dibandingkan dengan yang lain. Akibatakibat dari setiap intervensi perlu dipertimbangkan. Misalnya : Memberi resusitasi penuh atas larangan dokter bisa membuat dokter marah. Membicarakan masalah dengan supervisor yang berpihak pada dokter, dapat menambah frustasi perawat. Resusitasi sungguhan dan berhasil adalah bertentngan dengan order dokter dan bisa mengakibatkan perawat ditegur. Tidak memberi resusitasi tanpa order tertulis atau tanpa persetujuan dari keluarga, dapat mengakibatkan perkara hokum. Dengan mempertimbangkan untung/ruginya dari setiap intervensi, perawat dapat mengurangi intervensi-intervensi yang tidak realistis. STEP 5: Buatlah Keputusan. Bagian yang paling sulit adalah pengambilan keputusan dan menanggung akibatakibat dari keputusan tersebut seumur hidup. Tidak semua pihak akan merasa puas dengan keputusan ethical dilemma pada sifat dasarnya menimbulkan pendapat21 | Modul Values, Ethic , Moral In Nursing 2014 By : Anastasia Maratning, SPC. MAN pendapat yang berlainan. Yang penting adalah keinginan klien selalu dihormati dan diutamakan. Kolaborasi dalam pengambilan keputusan dengan pasien, keluarga, dokter, perawat-perawat yang lain bisa banyak menyurangi kesulitan. Beberapa hal penting yang perlu diingat: Ethic menyangkut benarnya atau salahnya suatu situasi dan tidak ada hukum yang bisa memberlakunannya; sedangkan hukum adalah aturan-aturan yang dibuat manusia untuk kesejahteraan masyarakat dan diberlakukan oleh suatu system yang disebut kebijakan. Ethical dilemma tidak mempunyai solusi yang jelas atau solusi yang ideal dan seringkali menimbulkan pendapat-pendapat yang berlainan. Autonomy adalah hak seseorang untuk menentukan pelayanan kesehatannya dan adalah prinsip yang paling penting dalam mengambil suatu keputusan yang mengandung ethical dilemma. Bioethics adalah ethics yang menyangkut hidup dan kematian. Bioethics sering juga disamakan dengan health care ethics dan termasuk dalam pengertian ini adalah pertanyaan –pertanyaan yang menyangkut mengenai: - “Qulaity of Life” - Tindakan-tindakan “Life – Sustaining” - Teknologi-Teknologi medis yang canggih. DECISION MAKING MODEL Ada Macam-Macam Model yang bisa dipakai untuk membantu perawat mengambil keputusan ethical / moral. Contoh dibawah ini memakai Bioethical Decision Model (Cassel & Redman, 1989). Kasus / Situasi : Ibu Diana, seorang isteri umur 67 tahun dirawat di rumah sakit dengan fraktura multiple disebabkan karena kecelakaan mobil. Suami yang bersama dengan dia didalam mobil, juga dibawa ke rumah sakit yang sama tetapi meninggal. Ibu Diana yang menyetir mobil, selalu menanyakan kepada perawat yang bernama Rosa tentang keadaan suaminya. Akan tetapi dokter asnan yang membedah ibu Diana, mengintruksikan perawat Rosa untuk tidak member tahu pasien tentnag tentang kematian suaminya. Dokter tidak menjelaskan pada perawat Rosa alas an-alasannya atas larangan untuk tidak memberitahu pada isterinya tentang kematian suaminya. Instruksi diberitaukan secara lisan dan tidak tertulis. Perawat Rosa tidak merasa enak dengan instruksi yang diberikan dokter seccra lisan dan tidak tertulis. Karena Rosa tidak merasa enak dengan instruksi dokter maka masalah ini ia bicakan dengan Headnurse. headnurse menyuruh Rosa untuk melaksakan instruksi dokter . hal ini membuat Rosa bertambah bingung dan bertanya-tanya pada dirinya apa yang dia harus lakukan. 22 | Modul Values, Ethic , Moral In Nursing 2014 By : Anastasia Maratning, SPC. MAN 1. Di identifikasi aspek ethical/moral dari asuhan keperawatan atau dari situasi. Tidak semua masalah mengandung unsur moral/ethical. Misalnya, keputusan untuk memberikan Ibu Diana obat analgesic apabila perlu. Hal ini memerlukan pertimbangan ilmiah dan bukan pertimbangan moral/ethical. Kriteria dibawah ini bisa dipakai untuk menentukan apakah ada masalah moral/etical. a). Perlunya memilih antara dua tindakan yang bertentangan dengan kebutuhan atau kesejahteraan orang. Konflik yang dialami Rosa adalah memilih antara mempertahankan kejujuran kepada pasien tanpa menjadi tidak setia pada dokter dan Headnurse. b). Pilihan yang diambil harus didasari atas prinsip moral/ethical. c). Keputusan yang diambil harus dibuat dengan penuh kesadaran dan secara bebas. 2. Kumpulkan data-data atau fakta yang terkait dengan maslah. Termasuk dalam data ini adalah keadaan fisik dan psikologis dari pasien. Tentukan orang-orang siapa yang terkait, sifat keterlibatan mereka, dan motivasi mereka. Dalam kasus ini, orang-orang yang terkait adalah pasien yang cemas akan suaminya, suami yang sudah meninggal, dokter, Headnurse dan perawat Rosa. Perawat rosa mungkin termotivasi untuk mempertahankan hubungan therapeutis dengan pasien, dan dokter mungkin mau melindungi pasien dari trauma psychologis yang bisa memperberat keadaan fisiknya. Motivasi dari Headnurse mungkin kesetiaannya pada aturan dan dokter. 3. Tentukan siapa yang harus mengambil keputusan. Pertanyaan-pertanyaan dibawah ini mungkin bisa membantu siapa yang harus mengambil keputusan (Davis & Aroskar, 1983) a) Keputusan ini dibuat untuk siapa? b) Siapa-siapa yang harus dilibatkan dalam pengambilan keputusan, dan mengapa? c) Kriteria apakah (social, economic, psycologis, fisiologis, legal) yang harus diapakai dalam menentukan siapakah yang harus membuat keputusan. Akan banyak membantu apabila ada consensus dari dokter. Headnurse dan perawat tentang siapa yang harus mengambil keputusan. 4. Laksanakan klarifikasi nilai-nilai pribadi. Dari situasi ini kelihatan bahwa: a) Pasien menghargai kesejahteraan suaminya. b) Headnurse menghargai policy dan aturan. c) Perawat Rosa menghargai hak pasien untuk diberitahu. 5. Tentukan prinsip-prinsip ethical/moral a) Tidak memberitahu pasien melanggar hak otonominya. b) Peinsip-prinsip beneficence dan maleficence perlu juga dipertimbangkan karena bisa mempengaruhi keadaan fisik dan psychologis pasien. 23 | Modul Values, Ethic , Moral In Nursing 2014 By : Anastasia Maratning, SPC. MAN 6. Tentuan hukum, policy, atau aturan yang terkait. a) Apakah rumah sakit mempunyai policy bahwa instruksi dokter harus tertulis, dan dalam kasus ini instruksi dokter tidak tertulis, maka perawat Rosa bisa tidak melakukan instruksi dokter. Perawat harus juga tahu hukum Praktek Keperawatan yang berlaku. 7. Memanfaatkan nara sumber yang kompeten Perawat bisa dibantu oleh orang-orang yang kompeten dalam menyelesaikan masalahmasalah moral/ethical seperti pendeta, pastor, ulama, psycholog, dsb. 8. Kembangkan tindakan-tindakan yang lain dan pertimbangkan efeknya pada klien dan keluarganya. Bisanay perawatan pasien di rumah sakit adalah relatip singkat sehingga masalah ethical/moral dipertimbangkan dan diputuskan dalam waktu yang juga relatif singkat. Maka yang sering terjadi adalah memilih saja dari 2 pilihan yaitu: memberitahu atau tidak. Dibawah ini adalah contoh dua tindakan lain dan efek yang mungkin bisa timbul: a) Laksanakan apa yang diminta Headnurse dan instruksi dokter akibat yang mingkin timbul: 1) Ibu menjadi sangat cemas dan marah ketika ia tau bahwa kematian suaminya tidak disampaikan kepadanya sekalipun dia sudah berulang menanyakan. 2) Dengan menunggu keadaan ibu Diana sudah membaik, Ibu Diana akan lebih kuat untuk menerima kematian suaminya. b) Bahas lebih lanjut situasi Ibu Diana dengan dokter dan Headnurse terutama yang menyangkut hak otonominya dan atas informasi yang benar tentang suaminya. Akibat-akibat yang mungkin bisa timbul: 1) Dokter mengakui hak pasien untuk diberitahu. 2) Dokter menegaskan keadaan pasien yan masih labil dan beresiko untuk diberitahu; dokter meminta agar menunggu samapi keadaan pasien telah membaik. Perlu juga disadari bahwa dalam pengambilan keputusan yang diutamkan adalah kesejahteraan klien dan bukan niali-nilai pribadi dari orang-orang yang terkait. 9. Gunakan kode ethic keperawatan sebagai petunjuk Biasanya, Kode Ethic Keperawatan mendukung hak otonomi klien dan peranan perawat sebagi advokat (pembela) klien. Apabila perawat rosa sangat yakin bahwa pasien mempunyai hak untuk diberitahu, sebagai advokat dari klien, dia bisa mencoba lagi bicara dengan dokter dan Headnurse. 24 | Modul Values, Ethic , Moral In Nursing 2014 By : Anastasia Maratning, SPC. MAN 10. Pertimbangan resiko dan kerugian yang bisa dialami perawat. Perawat tidak selalu bisa mengimplementasikan keputusannya yang mengandung unsur ethical/moral. Apabila Rosa memberitahu Ibu Diana tentang suaminya tanpa persetujuan dokter dan Headnurse, dia bisa kena marah dokter dan dipersalahkan oleh Headnurse. Dokter dan Headnurse bisa senang dengan dia apabila dia melakukan apa yang dikehendaki mereka, akan tetapi dia bisa merasa tidak enak karena dia tidak setia pada nilai pribadinya yaitu kejujuran. 11. Lalukan evaluasi terhadap tindakan-tindakan yang dilaksanakan. Dalam melakukan evaluasi, setakan klien dan keluarga. Beberapa pertanyaan yang bisa membantu: 1. Apakah keputusan yang saya buat itu benar? 2. Apakah efeknya kepada klien, keluarganya, teman-teman sekerja saya? 3. Apakah saya merasa tenang dan damai dengan keputusan yang saya buat? 4. Apabila saya berhadapan lagi dengan situasi yang sama, apakah saya tetap mengambil keputusan yang sama? SPECIFIC ETHICAL ISSUE (Issue Ethical Yang Spesifik) ACQUIRED IMUNE DEFICIENCY SYNDROME (AIDS) Karena kaitan AIDS dengan tingkah homoseksual, biseksual, pelacuran, penyalahgunaan obat-obat terlarang, dan penurunan kesehatan dan kematian yang tidak terkendalikan, maka AIDS mendapat “stigma social”. Penelitian yang telah dilakukan pada perawat-perawat yang merawat pasien-pasien dengan AIDS, menyatakan bahwa mereka mengalami konflik perasaan: rasa marah, rasa takut, rasa emphaty pada pasien-pasien, rasa letih, rasa tak berdaya, rasa menjadi lebih dewasa (Breault & Polifroni, 1992). Menurut ANA, kewajiban moral untuk merawat pasien dengan AIDS tidak dapat dihindari kecuali apabila resiko untuk diri melebihi kewajiban. ANA (1988) menegaskan: “pelayanan perawatan harus diberikan…. Akan tetapi perawat harus juga tahu tentang resiko dan tanggungjawab yang dia hadapi dalam merawat pasien”. Menerima resiko untuk dirinya melebihi kewajiban, bukan lagi kewajiban moral tetapi pilihan moral (moral option). ABORTION Abortion (menggugurkan kehamilan) meruapakan issue yang sudah banyak dipublikasikan dan menimbulkan macam-macam perasaan dan pendapat. Banyak diskusi seru tentang prinsip nilai-nilai dan kesucian hidup, lawan otonomy dan hak wanita atas tubuhnya, berlangsung cukup lama namun belum ada consensus yang dicapai. Dibeberapa Negara ada undang-undang yang mendukung pengertian bahwa dokter, perawat, dan institusi tidak dapat dipaksa melakukan tindakan yang berlawanan dengan hati nuraninya 25 | Modul Values, Ethic , Moral In Nursing 2014 By : Anastasia Maratning, SPC. MAN (conscience clause) atau berlawanan dengan ajaran agamanya. Namun mereka tidak boleh memaksakan nilai-nilai dan keyakinan mereka kepada klien. Malahan, mereka berkewajiban untuk memberikan informasi yang diperlukan klien. Kode ethics keperawatan mendukung hak klien untuk memperoleh informasi dan aborsion counseling (CAN, 1991) CONFIDENTIALITY ( Kerahasiaan) Sesuai prinsip otonomi, perawat berkewajiban menghormati privacy dan kerahasiaan dari klien. Klien harus bisa percaya bahwa perawatnya tidak akan membicarkan apa yang diketahuinya selama dia merawat klien dan membahas hanya hal-hal yang bisa membantu meningkatkan mutu perawatannya. Computerized information bisa memungkinkan orangorang lain yang tidak berhak atas informasi-informasi tersebut untuk memperolehnya. Maka harus ada usaha seperti “access codes” untuk melindungi informasi-informasi tersebut. WITHHOKDING OR WITHDRAWING FOOD AND FLUIDS Memberikan makann atau minuman kepada klien, adalah kewajiban moral dari perawat. Akan tetapi perawat juga mempunyai kewajiban moral untuk tidak memberikan makanan / minuman atau menghentikan pemberiannya apabila makanan/minuman membawa kerugian kepada klien (ANA, 1988). Misalnya pasien yang sedang mengalami onstruksi G.I. Peritonitis, atau pasien yang akan dibedah dengan memakai anesthesia general, dst. Kadang-kadang ada pasien yang menolak makan/minum atau mogok makan. Secara legal dan moral, perawat izinkan untuk menghormati keinginan pasien tersebut. (ANA, 1988). TERMINATION OF LIFE-SUSTAINING TREAMENT Antibiotic, transplantasi organ, pemakaian alat canggih (ventilator), dst sudah banyak membantu mempertahankan hidup. Sayangnya karena kemajuan – kemajuan untuk mempertahankan nyawa tidak seimbang dengan kemampuan untuk memulihkan kesehatan. Ada pasien-pasien yang secara tertulis meminta agar therapy Life Sustaining dihentikan pada saat yang ditentukannya. Ada pula yang menunjuk keluarga untuk mengambil keputusan kapan therapy life sustaining dihentikan. Therapy life sustaining tidak sama dengan therapy life-saving untuk menyelamatkan nyawa. Permintaan untuk menghentikan therapy life-sustaining dari pasien atau keluarganya yang ditunjukkan harus dihargai. Sekalipun sudah ada keputusan untuk menghentikan therapy lifesustaining, perawat tetap mempunyai kewajiban moral untuk memberikan perawatan yang diperlukan pasien. Misalnya, membuat pasien merasa nyaman, mengurangi rasa nyerinya, personal hygiene, memberi sokongan psychologis maupun spiritual, dst. Keputusan untuk menghentikan therapy life sustaining tidak berati menghentikan perawatan klien. 26 | Modul Values, Ethic , Moral In Nursing 2014 By : Anastasia Maratning, SPC. MAN ADVOCACY Seorang advokat adalah seorang individu yang menyokong kepentinagn kliennya atau yang membela hak kliennya. JCAHO menegaskan bahwa staff keperawatan perlu mempunyai mekanisme yang jelas dalam menangani issue-issue ethical dalam merawat pasien. Apabila rumah sakit mempunyai Komite Ethic , staff keperawatan perlu berpartisipasi active dalam membahas issue-issue ethical/moral dalam perawatan pasien (ANA, 1992). Focus dari peranan perawat sebagai advokat adalah menghormati keputusan kliennya dan mempertahankan hak otonominya. Seorang advokat menyokong dan memberi informasi kepada klien tentang haknya dalam situasi tertentu. Disamping itu, seorang advokat juga memberi informasi – informasi yang relevant kepada kliennya agar dia bisa membuat keputusan arif (informed decision. (Kohnke, 1982). Perawat sebagai advokat klien, menerima dan menghargai keputusan kliennya sekalipun keputusan tersebut tidak sesuai dengan harapan perawat. Perawat tidak membuat keputusan untuk kliennya. Klien harus bebas untuk membuat keputusannya. Misalnya: setelah perawat memberi informasi tentang chemotherapy, kemudian pasien dengan penyakit kanker menolak chemotherapy. Perawat harus tetap menyokong klien dalam keputusan yang dibuatnya. ETHICS COMMITTE Karena para perawat mempunyai lebih banyak kontak dengan klien dari pada petugaspetugas kesehatan lain, maka mereka lebih mengenal klien dan mempunyai access pada informasi-informasi yang mungkin tidak diketahui oleh petugas-petugas yang lain. (Mahon, 1990). Maka perawat bisa memberikan perspektif yang unik yang dapat membantu dalam pembuatan keputusan yang arif. Ada baiknya apabila perawat-perawat diberi kesempatan menjadi anggota komite ethics. Selain mempelajari dan membahas kasus-kasus ethical/moral, komite ethic juga merumuskan polycy (kebijakan), petunjuk-petunjuk yang terkait dalam situasi moral/ethical. Menurut Hasford (1986) adanya komite ethics dapat memberi beberapa keuntungan; 1. Dapat memfasilitasi pengumpulan semua data yang relevant 2. Ada forum dimana semua anggota bisa mengemukakan pendapat-pendapat yang berbeda-beda. 3. Mengurangi stress dari pemberi perawatan 4. Bisa mengurangi resiko legal. 27 | Modul Values, Ethic , Moral In Nursing 2014 By : Anastasia Maratning, SPC. MAN NURSE AS A MORAL AGENT (Perawat Sebagai Perantara Moral) Perawat perlu mengembangkan ketrampilan untuk berfungsi sebagai perantara ethical/moral melalui partisipasinya secara active dalam pembuatan keputusan ethical/moral, (Cassles & Redman 1989). Perawat profesional mempunyai tanggungjawab untuk memperoleh ketrampilan ini melalui pendidikan formal atau pendidikan berkelanjutan. Secara historis para perawat menganggap pengambilan keputusan ethical/moral sebagai tanggungjawab dokter. Akan tetapi pada jaman sekarang banyak sekali perubahan-perubahan yang berlangsung sangat cepat (perubahan-perubahan nilai-nilai, moral, ethical, political, meledaknya pengetahuan dan informasi, alat-alat medis yang canggih, dst sehingga tidak ada satu profesi yang bisa mengatakan bahwa dia yang adil mengambil keputusan ethical/moral. Maka, makin kompleknya situasi, makin diperlukan masukan-masukan interdicsilplinary. Termasuk dalam pengertian moral adalah asumsi bahwa orang mempunyai pilihan dan bertanggung jawab atas pilihannya. Sekalipun Kode Ethics Keperawatan mengatakan, bahwa perawat adalah advokat klien, akan tetapi dalam kenyataan, para perawat tidak mendapat dukungan dalam melaksanakan otonomi dan wewenang sebagai advokat klien dan perantara moral/ethical. Disarankan agar ethica keperawatan bisa menjadi kenyataan yang berarti, perlu adanya reformasi sosio-politik yang bisa memperdayakan perawat profesional untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan moral/ethical (Parker, 1990). MASALAH DALAM BIOETIK Anda akan menghadapi masalah etika profesi dalam semua jenis tempat kerja sepanjang karier anda. Masalah berubah sesuai dengan perubahan social dan tehnologi, tetapi denominasi umum yang tetap ada adalah proses dasar digunakan untuk mendiskusikan masalah dan tanggung jawab anda untuk menjaga ketrampilan dan kesabaran dalam menangani masalah. Bagian berikut menggambarkan masalah terkini di mana masalah etik terjadi. 1. Kualitas Hidup Kualitas hidup akan mewakili kedalaman pribadi seseorang. Dalam pelayanan kesehatan, peneliti mencoba membuat ukuran kualitas hidup untuk menjelaskan secara ilmiah nilai dan keuntungan dari intervensi medis terkini. Ilmuwan social telah mengajukan formula atau ukuran objektif lainnya yang sesuai dengan situasi klien (Fallowwfield, 1990; Levine dan Ganz, 2002). Semua formula tersebut diperhitungkan ke dalam usia klien, kemampuan klien untuk hidup tanpa ketergantungan, dan kemampuan klien dalam beradaptasi dengan masyarakat dalam berbagai cara. Suatu ukuran kualitas hidup membantu klien dan keluarga dalam memutuskan keuntungan yang didapat dari intervensi berisiko terkini, seperti transplantasi organ atau managemen obat-obatan eksperimental. Pertanyaan mengeanai kualitas hidup berfokus pada diskusi seperti tentang pelayanan yang sia-sia, terapi kanker, bunuh diri dengan bantuan dokter, dan diskusi DNR . 28 | Modul Values, Ethic , Moral In Nursing 2014 By : Anastasia Maratning, SPC. MAN Populasi penyandang cacat di Amerika dan dimanapun juga telah mendfinisi ulang kualitas. Pergerakan masyarakat menghargai kemampuan “penyandang cacat” menumbuhkan kenyataan tentang masalah kualitas hidup dan mendorong rekonsiderasi dari definisi kulaitas. Banyak sekolah setempat, sebagai contoh, tidak memisahkan anak-anak dengan gangguan fisik atau mental, tetapi menggabungkan anak-anak tersebut dalam kelas “khusus”. Masyarakat menempatkan rumah makan dan kendaraan umum yang menyediakan fasilitas bagi pengguna kursi roda. Hokum anti diskriminasi meningkatkan keamanan ekonomi bagi individu dengan gangguan fisik, mental, atau emosional. Perubahan ini meningkatkan integrasi penyandang cacat ke dalam masyarakat umum. Mereka mengingatkan masyarakat umum dan pekerja pelayanan kesehatan secara khusus bahwa definisi kualitas dimulai dengan definisi individu. Masyarakat akan mendapat keuntungan dari pesan moral ini. 2. Skrining Genetik Pemeriksaan genetic mempersiapkan klien pada kondisi yang masih belum jelas, tetapi merupakan kepastian yang akan terjadi pada masa depan. Apa resiko dan keuntungan yang dapat dipelajari dari penyakit yang ada tetapi belum menyebabkan gejala? Sebagai contoh, gen yang menunjukkan adanya penyakit Huntington, sekarang bisa terdeteksi. Penyakit Huntingoton merupakan penyakit syaraf degenerative yang diturunkan dan masih belum ada obatnya. Penyakit ini memengaruhi fungsi kognitif dan emosional, begitu juga dengan fungsi fisik. Gejala biasanya tidak terlihat samapi decade kehidupan ketiga dan keempat. Jika orang tua atau kakek – nenek memiliki penyakit tersebut, maka anaanak juga akan mempunyai resiko menderita penykit tersebut. Sebagian orang yang mempunyai kemungkinan menderita penyakit tersebut biasanya sangat berminat untuk mempelajari, sehingga nantinya mereka dapat membuat keputusan tentang rencana memiliki anak, karier, dan masa pensiun. Sebagian lain menolak mempelajari pengetahuan sebelum gejala timbul dan memilih menjalani kehidupan dengan ketidakpastian. Salah seorang yang ibunya meninggal karena penyakit Huntington menjelaskan, “Prediksi menyenangkan yang digunakan orang untuk membuat pilihan kehidupan yang rasional dengan menggunakan diagnosis positif membingungkan saya…….saya ragu apakah saya dapat terus bertahan. Membayangkan bahwa otak saya akan mati perlahan-lahan, tidak pernah tahu bahwa pikiran atau perasaan telah menjadi artifak dari gangguan otak- bagaimana untuk hidup dengan semua itu dan tetap bekerja?’ (Wexler , 1996). 3. Perawatan yang sia-sia Sia-sia (futile) merujuk kepada sesuatu yang “tidak bermanfaat; tidak mempunyai harapan; pelayanan yang tidak mempunyai tujuan yang berguna” (Merriam Webster, 2006). Dalam diskusi pelayana kesehatan, istilah ini merujuk kepada intervensi yang tidak menghasilkan manfaat bagi klien. Istilah ini bersifat licin. Prediksi tentang kesehatan tidak selalu bersifat akurat. Meskipun demikian, pendapat tentang nilai atau kegunaan hasil dapat berbeda. 29 | Modul Values, Ethic , Moral In Nursing 2014 By : Anastasia Maratning, SPC. MAN Sebagai contoh, seorang klien minta dilakukan mastektomi sebelum ada gejala penyakit payudara, karena ketakutan karena riwayat keluarga, dan berpikir bahwa hal tersebut akan mencegah penderitaan nantinya. Berdasarkan pengetahuan tentang factor resiko, dokter menolak melakukan intervensi tersebut. Menurut pendapat dokter, intervensi tersebut sia-sia: lebih banyak kerugian disbanding manfaatnya. Klien tidak setuju. Pada situasi lain, dokter ingin klien untuk menjalani transplantasi hati karena penyakit hati stadium akhir. Keberhasilan pengobatan ini masih belum jelas, tetapi tanpa transplantasi bisa terjadi kematian. Klien berpendapat bahwa transplantasi tidak berguna: tidak menghasilkan manfaat yang sepadan. Kesepakatan tentang apa yang terbaik merupakan hal yang sulit. Saat klien dalam keadaan sekarat, kondisi dengan sedikit atau tidak ad harapan untuk sembuh, maka hamper semua intervensi selain mengatasi rasa sakit dan memberikan rasa nyaman akan terlihat tidak berguna. Pada situasi ini, kesepakatan unutk menamakan sebuah intervensi adalah sia-sia akan membantu penyelenggara, keluarga, dan klien untuk menghindari keadaan sekarat yang panjang. Pada keadaan lainnya, tim membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk menggunakan intervensi terkini, seperti dialisis karena gagal ginjal, meskipun kanker telah bermetastasis dan tidak berespons terhadap segala pengobatan. Penggunaan intervensi ini, meskipun tidak bermanfaat secara klinis, tetapi bisa menjadi suatu cara untuk memberikan waktu bagi orang yang kita sayangi mempersiapkan perpisahaan terakhir, mengijinkan keluarga yang berada jauh supaya bisa datang, dan untuk menyelesaikan masalah legalitas personal seperti surat wasiat atau persoalan keuangan. Pada kasus ini, intervensi tidak berguna secara klinis, tetapi bermanfaat dalam hal lain. 4. Alokasi Kelangkaan Sumber Daya: Akses Ke Pelayanan Jumlah individu yang tidak memiliki asuransi di Amerika terus bertambah. Dari 39 juta orang pada tahun 2000 menjadi lebih dari 45,5 juta orang pada tahun 2004. Sebagian besar adalah wanita atau anak-anak. Meskipun dua pertiganya adalah orang miskin, tetapi lebih dari 80% berasal dari keluarga yang bekerja. Amerika telah mencoba berbagai strategi untuk mengatasi masalah tersebut melalui pelayanan terpadu, subsidi Negara untuk asuransi, dan mewajibkan asuransi kesehatan bagi pegawainya. Semua ini mewakili usaha untuk mengatasi kesulitan akses ke palayanan. Namun, jumlah tersebut terus bertambah (henry J. Kaiser Family Foundation, 2005). Meskipun akses ke pelayanan terlihat lebih baik dibandingkan dengan hubungan dengan pekerjaan anda atau klien, anda cenderung menemukan masalah tentang akses ini dalam keseharian kehidupan pekerrjaan anda. Anda akan menemukan klien yang direncakan keluar dari rumah sakit, tetapi tidak mampu untuk membeli resep. Atau anda menerima klien yang tidak memiliki asuransi dengan penyakit kronis dan tidak memiliki dokter khusus untuk menangani penyakit kronis. Klien tersebut akan menghabiskan waktu di rumah sakit samapi penyakit kronisnya ditangani, yang berarti akan meningkatkan biaya pelayanan kesehatan. menangani situasi seperti ini meruapakan tantangan dan akan melibatkan keseimbangan antara prinsip dan nilai-nilai. Haruskah sumber daya terfokus pada penelitian tentang pengobatan penyakit, atau apakah uang lebih baik dibahiskan untuk usaha pencegahan penyakit? Kegiatan mana yang lebih berguna, penelitian atau pemberian perawatan? Jika 30 | Modul Values, Ethic , Moral In Nursing 2014 By : Anastasia Maratning, SPC. MAN keterbatasan dana dipakai untuk invervensi yang mahal, maka hanya sedikit orang yang mampu memakainya. Dapatkah dana yang kurang tersebut dipakai untuk pelayanan dasar/ penyeleesaian dari semua pertanyaan tadi menjadi bersifat politis. Keterikatan anda dengan masalah membutuhkan suatu kesepakatan terdadap profesi anda dan etika personal. 5. Alokasi Kelangkaan Sumber Daya: Kekurangan Tenaga Perawat. Menurut The Federal Bureau of Health Professions, kebutuhan perawat pada tahun 2000 adalah 2 juta. Tetapi hanya tersedia 1,89 juta di AS, berarti masih kekurangan 6 %. Saat peneliti melakukan prediksi awal, tidak diperkirakan terjadinya kesenjangan yang besar samapi tahun 2007 (Bureau of Health Professions, 2002), kekurangan tenaga perawat menyebabkan kondisi pekerjaan yang sulit dan memengaruhi hasil klien. Laporan The Institute of Medicine tentang besarnya kesalahan pengobatan merujuk pada jumlah staf yang tidak cukup (Kohn, Corrigan, dan Donaldson, 2000). Kekurangan ini juga melibatkan masalah etik. Bagaimana seorang perawat memutuskan pilihan apa yang diambil jika tugas pelayanan yang harus diselesaikan sangat banyak? California merupakan Negara bagian pertama yang memberlakukan peraturan yang mewajibkan penetapan rasio staf. Kemudian beberapa jumlah rumah sakit di California memiliki angka kesempatan kerja sebesar 25 5. Hokum menetapkan pengurangan jumlah temapat tidur klien jika rumah sakit tidak memiliki staf perawat yang cukup. Klien dapat pergi ke tempat lain. Masalah professional tentang dukungan dan penelantaran klien berkompetisi dengan masalah etik tentang kebaikan, tidak mencederai, dan keadilan. Partisipasi dalam solusi politik memegang peranan penting dalam negosiasi masalah personal. Dorongan dan intelegensi untuk bertindak, baik secara advokat klien dan sebagai anggota tim pelayanan kesehatan professional, berasal dari keinginan untuk mempelajari dan memahami prinsip etik. Sebagai perawat professional, anda memiliki cara pandang tertentu terhadap klien, system pelayanan kesehatan yang mendukung klien, dan institusi yang memiliki system pelayanan kesehatan. anda memiliki hak dan kewajiban untuk menggunakan cara pandang tersebut. Mempelajari bahasa yang digunakan dala pembicaraan tentang etik meruapakan bagian dari ketrampilan yang diperlukan untuk mempraktikan hak tersebut. Memperhatikan dan mempertimbangkan prinsip etik yang berbeda akan membantu anda dalam membentuksudut pandang pribadi; yang meruapakan factor penting dalam menanggulangi situasi etik yang sulit. Konsep Penting Etik merupakan studi tentang perilaku dan karakter. Hal ini mambahas penentuan tindakan yang baik bagi individu dan masyarakat luas. Kode etik The American Nurses Assosiation membangun suatu dasar untuk keperawatan professional. Keperawatan professional melakukan promosi akuntabilitas, tanggung jawab, advokasi, dan kerahasiaan. 31 | Modul Values, Ethic , Moral In Nursing 2014 By : Anastasia Maratning, SPC. MAN Standar etik dalam pelayanan kesehatan meliputi: otonomi, kebaikan, tidak mencederai, keadilan, dan kesetiaan. Proses klarifikasi nilai akan membantu anda untuk menggali nilai-nilai dan perasaan serta untuk memutuskan bagaimana bersikap terhadap kepercayaan personal. Masalah etika berasal dari perbedaan dalam nilai-nilai, perubahan peran professional, kemajuan teknologi, dan masalah social yang memengaruhi kulaitas hidup. Suatu proses standar-standar terhadap pemikiran tentang dilemma etik membantu penyelenggara pelayanan kesehatan menyelesaikan konflik tentang tindakan yang benar. Pandangan perawat merupakan suara khusus dalam penyelesaian dilemma etik. Rangkuman Nilai memberikan arahan dan makna serta memandu perilaku seseorang. Nilai bebas pilihan, dihargai, dan dibagi, ditegaskan kepada orang lain, selalu diintegrasikan kedalam perilaku seseorang. Klarifikasi nilai adalah proses saat orang mengidentifikasi, mengakaji, dan mengembangkan nilai personal mereka Etika peerawatan mrujuk pada masalah moral yang muncul dalam praktek keperawatan dan pada keputusan etik yang ibuat oleh perawata. Moralitas merujuk pada benar –salah tingkah laku, karakter atau sikap. Isu moral adalah isu yang menimbulkan kesadaran, berhubungan erat dengan nilai dan norma yang penting, dan menghasilkan kata-kata, seperti baik, buruk, benar, salah, sebaiknya, dan seharusnya. Tiga kerangka kerja (pendekatan) moral yang umum digunakan adalah teori berbasis konsekuensi (teleologis), teori berbasis prinsip (deontology), dan teori berbasis hubungan (caring). Prinsip moral (mis, otonomi, beneficence, nonmaleficence, justice, fidelity, dan vracity) merupakan konsep filosofis umum dan luas yang dapat digunakan untuk membuat dan menjelaskan pilihan moral. Kode etik profesi adalah pernyataan formal ieal dan nilai kelompok yang dijadikan sebagai standard dan panduan tindakan professional kelompok tersebut dan menginformasikan kepada public tentang komitmenya. Masalah etik timbul sebagai hasil perubahan dalam masyarakat, kemajuan teknologi, konflik internal disiplin keperawatan, dan bantuan antara loyalitas dankewajiban peerawat (mis. Terhadap klien, keluarga, atasan, dokter, dan perawat lain). Keputuan etik perawat dipengaruhi oleh teori dan prinsip moral mereka, tingkat prkembangan kognitif, nilai pribadi dan professional, dan koe etik kperawatan. Tujuan penalaran etik, dalam konteks keperawatan, adalah mencapai kesepakatan bersama dan demi kebaikan klien, kesepakatan dapat dicapai mlalui kompromi. 32 | Modul Values, Ethic , Moral In Nursing 2014 By : Anastasia Maratning, SPC. MAN Perawat bertanggungjawab menentukan tindakan yang mereka lakukan dan untuk mendukung klien yang akan membuat keputusan moral atau klien yang tidak dapat membuat keputusan mandiri sehingga keputusannya dibuat oleh orang lain. Perawat dapat meningkatkan etik meeka dan advokasi klien engan melakukan klarifikasi nilai pribadi mereka, memahami nilai professional kesehatan, dan berpartisipasi dalam komite dan perrtemuan etik. Advokasi klien melibatkan perhatian dan tindakan atas nama orang lain atau organissi lain atau organisasi untuk membawa perubahan Fungsi peran advokasi adalah menginformasikan, mendukung, dan mediasi. AKHIR AKTIVITAS MODUL Pertanyaan Refleksi Tiap-tiap pertanyaan atau pernyataan berikut ini menuntut mahasiswa memberikan jawaban Ya atau Tidak (Benar Atau Salah), atau menulis dalam sebuah kata atau kalimat. 1. Etik adalah suatu cabang yang membentuk filosofi yang dikenal sebagai epistemology. 2. Tik peduli engan pemikiran dan tindakan moral 3. Utilitarianisme adalah teori teleologis tentang ethic 4. Konsekuentialisme adalah teori tentang etik. 5. Etik deontologis menuntut bahwa konsekuensi moal dari keputusan kita diperhitungkan. Topik Seminar Berikut ini adalah daftar topic yang digunakan sebagai judul seminar atau sebagai dasar untuk diskusi kelompok kecil bagi mhasisw dengan atau tanpa dosen. 1. Ada pendapat teleologis atau utilitarian yang akan membenarkan euthanasia jika dapat ditunjukkan untuk memenuhi The Greatest Happiness Principle. Buatlah dua panel, satu pendapat mendukung dan yang lain melawan sudut pandang ini. 33 | Modul Values, Ethic , Moral In Nursing 2014 By : Anastasia Maratning, SPC. MAN Referensi Lynn Basford & Oliver Slevin (2006). Teori & Praktik Keperawatan: pendekatan Integral pada Asugan Pasien. EGC. Jakarta. Delaune Sue & Ladner K ( 2002). Fundamentals of Nursing : Standards & Practice. Thomson Learning Asia; Singapore. Kozier . Erb. Berman. Synder (2010). Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, & Praktik. 7th. Ed. EGC. Jakarta. Monge & Michael (1991. Ethical Practice In Health & Disease. Sinag-tla Publishers, Inc. Manila. O’Rourke (1986). Ethics of Health Care. USA, The Catholic Health Association of the United States . Potter dan Perry, (2010). Fundalmental Keperawatan, 7th.ed. Salemba Medika. Jakarta 34 | Modul Values, Ethic , Moral In Nursing 2014 By : Anastasia Maratning, SPC. MAN