JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS

advertisement
LAPORAN PROGRAM P2M
PENERAPAN IPTEKS
JUDUL PROGRAM
Pelatihan Membuat Kompos dan Kerajinan Tangan dari Sampah Rumah Tangga
Untuk Kelompok Pemungut Sampah di Banjar Tegal Bingin
Desa Mas Kecamatan Ubud
Oleh:
Ni Made Wiratini, S.Pd., M.Sc.
NIP: 198306272006042002
Dr. Siti Maryam, M.Kes.
NIP: 196202211986012001
Ni Nyoman Sri Witari, S.Sn., M.Ds.
NIP: 197405042006042001
Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha
Dengan SPK Nomor: 155/UN48.15/LPM/2014 tanggal 5 Maret 2015
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Universitas Pendidikan Ganesha
Tahun 2015
i
ii
PRAKATA
Puji syukur kehadapan Hyang Widhi Wasa karena berkat rakhmatNya,P2M ini dapat
terlaksana sesuai rencana. P2M yang berjudul “P2M pelatihan membuat kompos dan
kerajinan tangan dari sampah rumah tangga untuk kelompok pemungut sampah di
Banjar Tegalbingin Desa Mas Kecamatan Ubud” merupakan upaya untuk melatih
kelompok pemungut sampah agar dapat meningkatkan taraf hidupnya.
P2M ini terlaksana atas dukungan beberapa pihak. Untuk itu pada kesempatan ini
peneliti mengucapkan terimakasih setulus-tulusnya kepada.
a. Rektor Universitas Pendidikan Ganesha
b. Ketua Lembaga Pengabdian Masyarakat Universitas Pendidikan Ganesha yang
telah mengusulkan proposal ini ke Dikti sehingga penelitian ini dapat terlaksana
c. Ketua Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA yang telah memfasilitasi alat dan
intrumen dalam penelitian
d. Semua pihak yang tidak tersebutkan namanya yang telah menyukseskan
penelitian ini
Akhirnya kami berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat. Saran dan kritik juga kami
sangat harapkan untuk kesempurnaan laporan ini.
Singaraja, 8 Oktober 2015
Tim Pelaksana
iii
DAFTAR ISI
Sampul
……………………
Halaman Pengesahan
……………………
Kata pengantar
……………………
Daftar Isi
……………………
Daftar Tabel
……………………
Daftar Gambar
……………………
BAB I. PENDAHULUAN
……………………
1.1 Analisis situasi
……………………
1.2 Identifikasi dan perumusan masalah
……………………
1.3 Tujuan kegiatan
……………………
1.4 Manfaat kegiatan
……………………
BAB II. METODE PELAKSANAAN
……………………
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN
……………………
BAB IV. PENUTUP
……………………
4.1 Simpulan
……………………
4.2 Saran
……………………
DAFTAR PUSTAKA
……………………
Lampiran-lampiran
……………………
1. Absensi peserta
……………………
2. Foto-foto kegiatan
……………………
3. Peta lokasi
……………………
iv
I
ii
iii
iv
v
vi
1
2
4
4
5
7
9
12
12
12
13
14
14
15
16
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Keterkaitan masalah metode, dan ……………………
bentuk kegiatan
Tabel 2.2. Rancangan evaluasi
……………………
v
7
8
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
DAFTAR GAMBAR
1.1. Aset kelompok pemungut sampah ……………………
rumah tangga
1. 2. Jenis sampah yang dapat dijual ……………………
oleh kelompok pemungut sampah
rumah tangga
1.3. Mekasnisme pengelolaan sampah: ……………………
sampah rumah tangga (a),
dikumpulkan dan dipilah (b),
dibakar (c), dan dibawa ke tempat
pembuangan akhir (d)
1.4
Kotoran
ternak
belum ……………………
termanfaatkan
3.1 Pelatihan cara pengelompokan ……………………
sampah
3.2 Mitra mengamati mikrobia (a), ……………………
pembuatan
kompos
tanpa
mikrobia (b), dengan mikrobi,
molase dan kotoran sapi (c,d),
pembukusan untuk fermentasi (f)
3.3 Pelatihan pembuatan kerajinan ……………………
tangan dari sampah tempurung
kelapa (a), tangkai es krim (b),
dan tutup botol bekas (c)
3.4 Produk mitra kompos (a), tempat ……………………
buah dan tempat lilin (b)
vi
2
3
4
4
10
10
11
BAB I
PENDAHULUAN
Sampah merupakan sisa benda atau barang manusia yang telah digunakan dan merupakan
konsekuensi dari adanya aktivitas manusia. Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari masalah sampah,
fakta menunjukkan bahwa potensi sampah terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah
penduduk. Pada umumnya, sebagian besar sampah yang dihasilkan di tempat pembuangan akhir (TPA)
merupakan sampah organik yang mudah terurai dan sampah anorganik. Sampah organik adalah sampah
yang terbentuk dari zat-zat organik dan dapat diuraikan. Contoh sampah organik adalah daun,sisa sayuran
dll. Sedangkan sampah Anorganik adalah sampah yang berasal dari benda-benda yang tidak dapat
diuraikan, contohnya: Plastik, Kaleng, dan lain-lain (Devi Dekawati, 2011).
Masalah sampah saat ini termasuk masalah yang mudah. Tetapi, jika kita sadari bahwa setiap
orang mengeluarkan sampah dan akhirnya sampah tersebut akan menggunung. Sampah juga menjadi
masalah di Banjar Tegal Bingin Mas. Selama ini kelompok pemungut sampah yang ada di Banjar Tegal
Bingin hanya memilih sampah yang bisa dijual seperti botol air mineral, kaleng, kertas, dan kardus.
Sedangkan jenis sampah yang lain hanya dibuang di tempat pembuangan akhir sampah. Akibatnya
sampah di tempat pembuangan akhir semakin menupuk dan menimbulkan bau busuk. Penumpukan
sampah terutama terjadi ketika ada upacara ngaben, odalan, dan manusia yadnya, sehingga sampahsampah tersebut dibakar untuk mencegah penumpukan sampah. Padahal sampah bisa diolah menjadi
produk yang bisa dipasarkan sehingga menambah pendapatan masyarakat (Alamendah, 2014).
Selama ini kelompok pemungut sampah di Banjar Tegal Bingin Mas masih memandang sampah
sebagai barang sisa yang tidak berguna, bukan sebagai sumberdaya yang perlu dimanfaatkan. Paradigma
baru memandang sampah sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan,
misalnya untuk energi, kompos, pupuk ataupun untuk bahan baku industri. Pengelolaan sampah dengan
paradigma baru tersebut dilakukan dengan kegiatan pengurangan dan penanganan sampah. Masyarakat
awam biasanya berpikir bahwa sampah rumah tangga yang di hasilkan tidak akan bermanfaat bagi
mereka. Sampah yang di hasilkan tadi di biarkan menuju TPA (Tempat Pembuangan Akhir) tanpa
menyadari bahwa sampah tersebut bisa sangat berguna bagi pendapatan mereka.
Untuk menanggulangi masalah sampah yang semakin banyak, orang-orang mulai memikirkan
banyak cara. Mulai dari memisahkan sampah organik dan anorganik, dengan membuat tempat sampah
yang khusus untuk sampah organik dan anorganik pada setiap rumah warga. Dengan terlebih dahulu
menyampaikan apa saja jenis sampah organik dan anorganik rumah tangga. Sampah organik bisa diolah
menjadi
pupuk kompos organik.
Keunggulan mengolah sampah menjadi kompos antara lain:
menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah, mengurangi volume/ukuran limbah,
memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya, mengurangi polusi udara karena
1
pembakaran limbah dan pelepasan gas metana dari sampah organik yang membusuk akibat bakteri
metanogen di tempat pembuangan sampah, mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan,
meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki struktur dan karakteristik tanah, meningkatkan kapasitas
penyerapan air oleh tanah, meningkatkan aktivitas mikroba tanah, meningkatkan kualitas hasil panen
(rasa, nilai gizi, dan jumlah panen), menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman, menekan
pertumbuhan/serangan penyakit tanaman, meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah (Ayu
Artiningsih, 2008)
Penimbunan sampah juga bisa ditanggulangi dengan mengurangi pemakaian barang atau benda
yang tidak terlalu kita butuhkan, Misalnya : Kurangi pemakaian kantong plastic. Biasanya sampah rumah
tangga yang paling sering di jumpai adala sampah dari kantong plastic yang dipakai sekali lalu dibuang.
Padahal, plastic adalah sampah yang perlu ratusan tahun (200-300 tahun) untuk terurai kembali. Karena
itu, pakailah tas kain yang awet dan bisa dipakai berulang-ulang. Sampah rumah tangga seperti: koran
bekas, kardus bekas susu, kaleng susu, wadah sabun lulur, dsb. Barang-barang tersebut dapat
dimanfaatkan sebaik mungkin misalnya diolah menjadi tempat untuk menyimpan tusuk gigi atau
cottonbut dan kerajinan tangan seperti tas cantik, dompet, bunga, dan lain-lain (Isroi, 2009). Dengan
mengolah sampah rumah tangga terasebut dapat menghemat energi, mengurangi polusi, mengurang
kerusakan lahan dan emisi gas rumah kaca.
Berdasarkan uraian diatas maka sangat perlu memberdayaan kelompom pemungut sampah rumah
tangga Banjar Tegal Bingin melalui pelatihan pembuatan kompos dan kerajinan tangan dari sampah
rumah tangga.
1.1 Analisis Situasi
Kelompok pengumpul sampah rumah tangga terdapat di Banjar Tegalbingin Desa Mas Kecamatan
Ubud Kabupaten Gianyar. Kelompok pengumpul sampah rumah tangga tersebut adalah kelompok
Pemungut Sampah Rumah Tangga Bumi Sari memiliki anggota 10 orang. Aset total kelompok Pemungut
Sampah Rumah Tangga tersebut Rp. 2.000.000. Aset tersebut berupa gerobak sampah, sekop cangkul,
serok, sapu, dan ember (Gambar 1.1)
Gambar 1.1. Aset kelompok pemungut sampah rumah tangga (dokumen Wiratini, 2014)
2
Sumber pendapatan utama kelompok tersebut dari rekening sampah yang dipungut di setiap
rumah tangga, dan hasil penjualan barang bekas (kaleng, kardus dan kertas). Kelompok Pemungut
Sampah Rumah Tangga Bumi Sari memiliki pelanggan rumah tangga 75 kepala keluarga per Juli 2014.
Biaya pemungutan sampah setiap kepala keluarga Rp. 15.000 per bulan. Sampah dipungut setiap 2 hari
sekali pada jam 07.00-10.00 atau pukul 16.00-19.00. Berdasarkan hasil pemungutan sampah tersebut
diperoleh pendapatan tambahan dari penjualan barang bekas (keleng, kardus dan kertas) rata-rata Rp.
25.000-50.000 per bulan (Gambar 1.2).
Gambar 1. 2. Jenis sampah yang dapat dijual oleh kelompok pemungut sampah rumah tangga (dokumen
Wiratini 2014)
Pendapatan tambahan juga diperoleh apabila ada warga yang mengadakan upacara sehingga sampah yang
dihasilkan melebihi volume sampah rumah tangga rata-rata. Pendapatan tersebut antara Rp. 15.00030.000/pungut.
Mekanisme pengelolaan sampah yang dilakukan kelompok pemungut sampah tersebut adalah
pengambilan sampah di rumah tangga, ditampung sementara untuk dipilih sampah yang bisa dijual
kemudian di bawa ketempat pembuangan akhir sampah (Gambar 3). Apabila dikalkulasi penghasilan
kelompok pengumpul sampah adalah Rp. 150.000-200.000/bulan.
Volume sampah yang dihasilkan setiap rumah tangga rata-rata 5-10 kg/hari. Jenis sampah rumah
tangga yang dikumpulkan oleh kelompok pengumpul sampah tersebut rata-rata 8-10 % plastik dan kertas,
88-90 % organik, 1-2 % logam. Berdasarkan jenis sampah tersebut, sampah organik yang plaing banyak
dihasilkan di Banjar Tegal Bingin. Sehingga sampah organik sangat banyak menumpuk dan memenuhi
lahan penampungan sampah sementara. Mengatasi hal tersebut, terpaksa sampah dibakar. Disisi lain,
mereka juga ingin mengolah kaleng, kardus, dan lainnya untuk menjadi barang jadi yang dapat
dipasarkan. Akan tetapi mereka tidak memiliki keterampilan untuk mengolahnya. Permasalahan yang
dihadapi oleh kelompok pemungut sampah rumah tangga tersebut tidak terlepas dari pendidikan mereka,
yaitu 50 % SD, 40 % SMP dan 10% SMA.
Tawaran untuk memungut sampat rumah tangga terus berdatangan, akan tetapi tetapi terbentur
dengan jumlah gerobak dan luas penampungan sementara sampah yang terbatas.
3
b
a
c
d
Gambar 1.3. Mekasnisme pengelolaan sampah: sampah rumah tangga (a), dikumpulkan dan dipilah (b),
dibakar (c), dan dibawa ke tempat pembuangan akhir (d) (dokumen Wiratini, 2014)
Selain sebagai pemungut sampah rumah tangga, kelompok pemungut sampah rumah tangga juga
memelihara babi, sapi, dan ayam. Kotoran babi dan sapi sering menjadi permasalahan kelompok
pemungut sampah (Gambar1. 4), karena volume kotoran ternak-ternak tersebut berbau dan berlimpah,
sehingga mencemari lingkungan.
Gambar 1.4 Kotoran ternak belum termanfaatkan (dokumen Wiratini, 2014)
Berdasarkan uraian tersebut, maka sangat perlu pemberdayaan kelompok pemungut sampah di
Banjar Tegal Bingin Desa Mas Kecamatan Ubud melalui pelatihan pembuatan pupuk kompos dari
sampah organik dan kotoran ternak, serta membuat kerajinan tangan dari barang-barang bekas seperti
plastik, botol, kertas, dll.
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar bekalang dan analisi situasi di atas, maka dapat diidentifikasi permasalah
kelompok pemungut sampah di Banjar Tegal Bingin Desa Mas Ubud sebagai berikut.
a. TPS sementara cepat penuh dan kurang teratur
b. sampah organik rumah tangga dibakar atau dibuang
c. kotoran ternak belum dimanfaatkan secara maksimal
4
d. belum mampu mengolah sampah organik dan kotoran ternak menjadi pupuk kompos
e. belum mampu mendisain sampah plastik, kaleng, dan kardus menjadi barang bernilai
ekonomis
f. Belum mampu memasarkan produk pengolahan sampah rumah tangga
Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan yang diajukan dalam pengabdian masayarakat ini
adalah.
a. Upaya apa yang dapat dilakukan untuk mengurangi penumpukan sampah di tempat
pembuangan sampah sementara Banjar Tegal Bingin Desa Mas?
b. Upaya apa yang dapat dilakukan agar sampah dan kotoran ternak bermanfaat di Banjar Tegal
Bingin Desa Mas?
c. Upaya apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pendapatan kelompok pengumpul
sampah Banjar Tegal Bingin Desa Mas?
d. Upaya apa yang dapat dilakukan agar produk hasil pengolahan sampah rumah tangga laku di
pasaran?
1.3 Tujuan Kegiatan
Tujuan kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah.
a. Mengurangi penumpukan sampah di tempat pembuangan sampah sementara
b. Memberikan informasi dampak negatif penunpukan sampah dan kotoran ternak bagi lingkungan
c. Melatih pemungut sampah agar dapat mengolah sampah menjadi pupuk kompos dan kerajinan
tangan
d. Melatih memasarkan produk pengolahan sampah rumah tangga
e. Meningkatkan pendapatan kelompok pengumpul sampah rumah tangga
1.3 Manfaat Kegiatan
Manfaat yang diharapkan dari pengabdian masyarakat ini adalah.
a. Bagi Kelompok Pemungut Sampah

Memiliki pengetahuan dampak negatif penumpukan sampah bagi lingkungan

Memiliki keterampilan tentang cara membuat pupuk kompos dan kerajinan dari sampah
rumah tangga

Memiliki pengetahuan tentang cara memasarkan produk pengolahan sampah rumah tangga
b. Bagi Pemerintah

Membantu menanggulangi masalah sampah

Membantu menyediakan pupuk kompos bagi para petani
5

Membantu meningkatkan pendapatan masyarakat
c. Bagi Undiksha

Ilmu pengetahuan yang dimiliki teraplikasikan dimasyarakat

Undiksha semakin dikenal dimasyarakat
6
BAB II
METODE PELAKSANAAN
Metode yang digunakan untuk memecahkan masalah adalah metode praktek dan diskusi.
Gabungan dari kedua metode tersebut diharapkan semua anggota kelompok pengumpul sampah bisa
mengolah sampah dan kotoran sapi menjadi pupuk kompos, serta mampu membuat kerajinan tangan dari
barang-barang bekas. Dengan demikian dapat mengurangi pencemaran lingkungan dan meningkatkan
pendapatan kelompok pengumpul sampah rumah tangga di Banjar Tegal Bingin Desa Mas. Keterkaitan
masalah, metode, dan bentuk kegiatan, disajikan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Keterkaitan masalah metode, dan bentuk kegiatan
No
Masalah
1
Sampah belum
terkelompokkan dari
sumber pertama
3
Sampah organik
dibakar atau dibuang
4
Kotoran ternak belum
dimanfaatkan secara
maksimal
5
6
7
Kardus, kaleng bekas,
plastik minuman
mineral belum diolah
(harga masih rendah)
Hasil kerajinan tangan
agar laku dipasaran
Metode
Diskusi dan
Praktek
Kompos agar laku
dipasaran
Bentuk kegiatan
Memberi pelatihan cara mengelola sampah agar
terpisahkan dari sumber pertama dengan
mengelompokkan jenis sampah
Diskusi tentang dampak negatif pembakaran sampah
secara berkesinambungan
Memperkenalkan pupuk kompos, serta
keunggulannya
Praktek membuat pupuk kompos dengan
menggunakan sampah organik dan kotoran ternak
Pelatihan cara mendisain Kardus, kaleng bekas,
plastik minuman mineral menjadi produk yang
artistik
1. Memberi pelatihan cara mengkemas produk
menjadi produk yang artistik, dan komonikatif
2. Memberikan pelatihan cara mendisain kerajinan
barang bekas
1. Memberi pelatihan cara mengkemas produk
menjadi produk yang artistik, dan komonikatif
2. Pelatihan tentang managemen pemasaran
Untuk mengetahui keberhasilan program pengabdian pada masyarakat, setelah pelaksanaan
pengabdian ± 1-2 bulan, para pengumpul sampah di Banjat Tegal Bingin di evaluasi tentang pupuk
kompos yang dihasilkan, kualitas kompos yang dihasilkan, jumlah kompos yang dihasilkan, cara
pemasaran pupuk kompos, kerajinan tangan yang dihasilkan, dan cara pemasaran kerajinan tangan.
Rancangan evaluasi dibuat seperti Tabel 2.2.
7
Tabel 2.2. Rancangan evaluasi
No
Tujuan
Indikator
1
Mengurangi
penumpukan Para pemungut
sampah di tempat pembuangan sampah mengurangi
sampah (TPS) sementara
penumpukan sampah
di TPS sementara
2
Memberikan informasi dampak
negatif penunpukan sampah dan
kotoran ternak bagi lingkungan
3
Melatih
mengolah
sampah Pengumpul sampah
menjadi pupuk kompos
dapat membuat
kompos dan
kerajinan tangan dari
sampah rumah
tangga
Melatih
mengolah
sampah Pengumpul sampah
menjadi kerajinan tangan
dapat membuat
kerajinan tangan dari
sampah rumah
tangga
5
Melatih memasarkan produk Dapat memasarkan
pengolahan
sampah
rumah pupuk kompos dan
tangga
kerajinan tangan
8
Cara pengukuran
Setiap pengumpul sampah minimal
mengurangi penumpukan sampah 50
kg dan mengolah sampah menjadi
pupuk kompos dan kerajinan tangan
Kompos rumah tangga padi : berwarna
coklat gelap sampai hitam,
remah/gembur,bersuhu dingin, tidak
berbau atau berbau daun lapuk
Kerajian tangan yang dihasilkan
menarik dan bernilai ekonomis
Pendapatan para pengumpul sampah
meningkat sebesar 200.000 per bulan
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil yang telah dicapai dalam kegiatan P2M ini adalah: mitra dilatih untuk mengelompokkan
sampah, mitra dilatih cara membuat kompos dari sampah organik, kotoran ternak, molase, dan mikrobia.
Anggota kelompok pemungut sampah juga dilatih membuat kerajinan tangan dari sampah rumah tangga .
3.1 Pelatihan Cara Pengelompokan Sampah
Pelatihan pengelompokkan sampah difokuskan pada cara pengelompokkan sampah organik,
plastik, dan anorganik. Pengelompokkan dilakukan sejak awal penampungan dikonsumen I agar lebih
efektif dan efisien dari sisi waktu. Suasana pelatihan sangat hangat, banyak diskusi dilakukan. Hal ini
menunjukkan keseriuasan para peserta dalam melakukan pelatihan. Kegiatan pengelompokan sampah
ditampilkan dalam Gambar 3.1
Gambar 3.1 Pelatihan cara pengelompokan sampah
3.2 Pelatihan Cara Membuat Kompos
Pelatihan membuat kompos menggunakan bahan organik, kotoran ternak dan mikrobia. Kegiatan
dimulai dengan pemberian bantuan mikrobia dan molase. Kompos dibuat dengan memotong bahan
/sampah menjadi kecil, kemudian material dicampur secara merata. Campuran tersebut kemudian
dibasahi agak lembab dan ditutup secara merata. Kegiatan pelatihan membuat kompos dapat dilihat pada
Gambar 3.2.
9
a
b
c
d
f
Gambar 3.2 Mitra mengamati mikrobia (a), pembuatan kompos tanpa mikrobia (b), dengan mikrobi,
molase dan kotoran sapi (c,d), pembukusan untuk fermentasi (f)
3.3 Pelatihan Membuat Kerajinan Tangan dari Sampah Rumah Tangga
Anggota kelompok pemungut sampah dilatih membuat kerajinan tangan dari sampah rumah
tangga yang bernilai ekonomis. Sampah rumah tangga seperti tempurung kalapa bisa dijadikan tempat
sabun, cangkir, gayung, dan tempat lilin. Stik es cream bisa dijadikan tempat buah sedangkan tutup botol
bisa dijadikan tempat sampah.
a
b
c
Gambar 3.3 Pelatihan pembuatan kerajinan tangan dari sampah tempurung kelapa (a), stik es krim (b),
dan tutup botol bekas (c)
10
Produk yang telah dihasilkan oleh mitra selama pelatihan meliputi kerajinan sampah berbahan
tempurung kelapa, pupuk organic, dan kerajinan tangan dari tangkai es krim bekas. Produk-produk mitra
terebut disajikan dalam Gambar 3.4.
a
b
Gambar 3.4 Produk mitra kompos (a), tempat buah, sendok sayur, dan tempat lilin (b)
11
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Program kegiatan P2M ini telah terlaksana dengan baik dan mendapat sambutan sangat baik dari
mitra. Hasil penelitian ini adalah mitra telah mampu membuat kompos berbahan sampah dan kotoran
sapi; serta mampu membuat kerajinan tangan dari sampah, seperti tempat buah, tempat lilin dan peralatan
dapur.
4.2 Saran
Kegiatan P2M ini sangat dirasakan manfaatnya oleh mitra, sehingga mitra sangat mengharapkan
kegiatan ini berkelanjutan. Untuk itu memenuhi keinginan mitra, maka diperlukan dana operasional yang
lebih tinggi dan pencairan dana lebih cepat.
12
DAFTAR PUSTAKA
Alamendah. 2014. Cara Sederhana Membuat Kompos Skala Rumah Tangga. Erlangga: Surabaya.
Ayu Artiningsih Ni Komang. 2008. Peran serta Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
(Studi Kasus di Sampangan dan Jombang Kota Semarang. Tesis. Pascasarjana Universitas
Diponogoro.
Devi Dekawati. 2011. Pengolahan Sampah Rumah Tangga. Sumbawa Barat Post tanggal 28 Nopember
2011.
Gaur, D.C. 1980. Present Status of Composting and Agricultural Aspect. In : Hesse, P.R. (ed) Improving
Soil fertility Through Organic Recycling, Compost Technology. FAO Og United Nation. New
Delhi.
Isroi. 2009. Hasil Analisa Kompos Jerami dan Nilai Haranya. http:isroi.wordpress.com. Dikunjungi 2
Desember 2010.
Kpgsja. 2013. Pemanfaatan Limbah Kotoran Ternak Babi menjadi Energi Biogas. Kupang: kpgs.
LPM Undiksha. 2014. Statistic LPM tahun 2014. www.lpm/undiksha.ac.id
Rohendi, E. 2005. Lokakarya Sehari Pengelolaan Sampah Pasar DKI Jakarta. Prosedding: Bogor, 17
Februari 205 Borobudur Wordpress.
Toharisman, A. 1991. Potensi dan Pemanfaatan Limbah Industri Gula sebagai Sumber Organik Tanah.
Tempo 17 Agustus 1991
Warasfarm. 2012. Manfaat Pupuk Organik bagi Pertanian. http.warasfarm.wordpress. diunduh 1 Januari
2013
13
Lampiran-lampiran
a. Absensi peserta kegiatan
14
b. Foto-foto kegiatan
Kegiatan
Foto kegiatan
Memberi pelatihan cara mengelola sampah
agar terpisahkan dari sumber pertama
dengan mengelompokkan jenis sampah
Memberi bantuan EM unggul dalam
pengomposan
Pelatihan cara membuat kompos yang cepat
menggunakan EM unggul
Pelatihan mengintegrasikan kotoran ternak
dalam pembuatan kompos
Produk kompos
Memberi bantuan alat bor, gerinda, sikat
mesin dan latihan mrnggunakannya
Pelatihan cara mendisain sampah menjadi
produk yang artistik(bahan tempurung
kelapa(a), tangkai es krim (b), tutup botol
minuman (c)
a
Produk sampah menjadi kerajinan
15
b
c
c. Lokasi kegiatan
U
Universitas Pendidikan Ganesha
S
Singaraja
50 KM
Desa Mas Kec. Ubud Kab. Gianyar
Gambar Peta Lokasi Kedua Mitra
16
Lokasi IbM
Download