LAPORAN PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS JUDUL PROGRAM Pelatihan Membuat Kompos dan Kerajinan Tangan dari Sampah Rumah Tangga Untuk Kelompok Pemungut Sampah di Banjar Tegal Bingin Desa Mas Kecamatan Ubud Oleh: Ni Made Wiratini, S.Pd., M.Sc. NIP: 198306272006042002 Dr. Siti Maryam, M.Kes. NIP: 196202211986012001 Ni Nyoman Sri Witari, S.Sn., M.Ds. NIP: 197405042006042001 Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha Dengan SPK Nomor: 155/UN48.15/LPM/2014 tanggal 5 Maret 2015 JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM Universitas Pendidikan Ganesha Tahun 2015 i ii PRAKATA Puji syukur kehadapan Hyang Widhi Wasa karena berkat rakhmatNya,P2M ini dapat terlaksana sesuai rencana. P2M yang berjudul “P2M pelatihan membuat kompos dan kerajinan tangan dari sampah rumah tangga untuk kelompok pemungut sampah di Banjar Tegalbingin Desa Mas Kecamatan Ubud” merupakan upaya untuk melatih kelompok pemungut sampah agar dapat meningkatkan taraf hidupnya. P2M ini terlaksana atas dukungan beberapa pihak. Untuk itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih setulus-tulusnya kepada. a. Rektor Universitas Pendidikan Ganesha b. Ketua Lembaga Pengabdian Masyarakat Universitas Pendidikan Ganesha yang telah mengusulkan proposal ini ke Dikti sehingga penelitian ini dapat terlaksana c. Ketua Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA yang telah memfasilitasi alat dan intrumen dalam penelitian d. Semua pihak yang tidak tersebutkan namanya yang telah menyukseskan penelitian ini Akhirnya kami berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat. Saran dan kritik juga kami sangat harapkan untuk kesempurnaan laporan ini. Singaraja, 8 Oktober 2015 Tim Pelaksana iii DAFTAR ISI Sampul …………………… Halaman Pengesahan …………………… Kata pengantar …………………… Daftar Isi …………………… Daftar Tabel …………………… Daftar Gambar …………………… BAB I. PENDAHULUAN …………………… 1.1 Analisis situasi …………………… 1.2 Identifikasi dan perumusan masalah …………………… 1.3 Tujuan kegiatan …………………… 1.4 Manfaat kegiatan …………………… BAB II. METODE PELAKSANAAN …………………… BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN …………………… BAB IV. PENUTUP …………………… 4.1 Simpulan …………………… 4.2 Saran …………………… DAFTAR PUSTAKA …………………… Lampiran-lampiran …………………… 1. Absensi peserta …………………… 2. Foto-foto kegiatan …………………… 3. Peta lokasi …………………… iv I ii iii iv v vi 1 2 4 4 5 7 9 12 12 12 13 14 14 15 16 DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Keterkaitan masalah metode, dan …………………… bentuk kegiatan Tabel 2.2. Rancangan evaluasi …………………… v 7 8 Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar DAFTAR GAMBAR 1.1. Aset kelompok pemungut sampah …………………… rumah tangga 1. 2. Jenis sampah yang dapat dijual …………………… oleh kelompok pemungut sampah rumah tangga 1.3. Mekasnisme pengelolaan sampah: …………………… sampah rumah tangga (a), dikumpulkan dan dipilah (b), dibakar (c), dan dibawa ke tempat pembuangan akhir (d) 1.4 Kotoran ternak belum …………………… termanfaatkan 3.1 Pelatihan cara pengelompokan …………………… sampah 3.2 Mitra mengamati mikrobia (a), …………………… pembuatan kompos tanpa mikrobia (b), dengan mikrobi, molase dan kotoran sapi (c,d), pembukusan untuk fermentasi (f) 3.3 Pelatihan pembuatan kerajinan …………………… tangan dari sampah tempurung kelapa (a), tangkai es krim (b), dan tutup botol bekas (c) 3.4 Produk mitra kompos (a), tempat …………………… buah dan tempat lilin (b) vi 2 3 4 4 10 10 11 BAB I PENDAHULUAN Sampah merupakan sisa benda atau barang manusia yang telah digunakan dan merupakan konsekuensi dari adanya aktivitas manusia. Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari masalah sampah, fakta menunjukkan bahwa potensi sampah terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Pada umumnya, sebagian besar sampah yang dihasilkan di tempat pembuangan akhir (TPA) merupakan sampah organik yang mudah terurai dan sampah anorganik. Sampah organik adalah sampah yang terbentuk dari zat-zat organik dan dapat diuraikan. Contoh sampah organik adalah daun,sisa sayuran dll. Sedangkan sampah Anorganik adalah sampah yang berasal dari benda-benda yang tidak dapat diuraikan, contohnya: Plastik, Kaleng, dan lain-lain (Devi Dekawati, 2011). Masalah sampah saat ini termasuk masalah yang mudah. Tetapi, jika kita sadari bahwa setiap orang mengeluarkan sampah dan akhirnya sampah tersebut akan menggunung. Sampah juga menjadi masalah di Banjar Tegal Bingin Mas. Selama ini kelompok pemungut sampah yang ada di Banjar Tegal Bingin hanya memilih sampah yang bisa dijual seperti botol air mineral, kaleng, kertas, dan kardus. Sedangkan jenis sampah yang lain hanya dibuang di tempat pembuangan akhir sampah. Akibatnya sampah di tempat pembuangan akhir semakin menupuk dan menimbulkan bau busuk. Penumpukan sampah terutama terjadi ketika ada upacara ngaben, odalan, dan manusia yadnya, sehingga sampahsampah tersebut dibakar untuk mencegah penumpukan sampah. Padahal sampah bisa diolah menjadi produk yang bisa dipasarkan sehingga menambah pendapatan masyarakat (Alamendah, 2014). Selama ini kelompok pemungut sampah di Banjar Tegal Bingin Mas masih memandang sampah sebagai barang sisa yang tidak berguna, bukan sebagai sumberdaya yang perlu dimanfaatkan. Paradigma baru memandang sampah sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan, misalnya untuk energi, kompos, pupuk ataupun untuk bahan baku industri. Pengelolaan sampah dengan paradigma baru tersebut dilakukan dengan kegiatan pengurangan dan penanganan sampah. Masyarakat awam biasanya berpikir bahwa sampah rumah tangga yang di hasilkan tidak akan bermanfaat bagi mereka. Sampah yang di hasilkan tadi di biarkan menuju TPA (Tempat Pembuangan Akhir) tanpa menyadari bahwa sampah tersebut bisa sangat berguna bagi pendapatan mereka. Untuk menanggulangi masalah sampah yang semakin banyak, orang-orang mulai memikirkan banyak cara. Mulai dari memisahkan sampah organik dan anorganik, dengan membuat tempat sampah yang khusus untuk sampah organik dan anorganik pada setiap rumah warga. Dengan terlebih dahulu menyampaikan apa saja jenis sampah organik dan anorganik rumah tangga. Sampah organik bisa diolah menjadi pupuk kompos organik. Keunggulan mengolah sampah menjadi kompos antara lain: menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah, mengurangi volume/ukuran limbah, memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya, mengurangi polusi udara karena 1 pembakaran limbah dan pelepasan gas metana dari sampah organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di tempat pembuangan sampah, mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan, meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki struktur dan karakteristik tanah, meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah, meningkatkan aktivitas mikroba tanah, meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen), menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman, menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman, meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah (Ayu Artiningsih, 2008) Penimbunan sampah juga bisa ditanggulangi dengan mengurangi pemakaian barang atau benda yang tidak terlalu kita butuhkan, Misalnya : Kurangi pemakaian kantong plastic. Biasanya sampah rumah tangga yang paling sering di jumpai adala sampah dari kantong plastic yang dipakai sekali lalu dibuang. Padahal, plastic adalah sampah yang perlu ratusan tahun (200-300 tahun) untuk terurai kembali. Karena itu, pakailah tas kain yang awet dan bisa dipakai berulang-ulang. Sampah rumah tangga seperti: koran bekas, kardus bekas susu, kaleng susu, wadah sabun lulur, dsb. Barang-barang tersebut dapat dimanfaatkan sebaik mungkin misalnya diolah menjadi tempat untuk menyimpan tusuk gigi atau cottonbut dan kerajinan tangan seperti tas cantik, dompet, bunga, dan lain-lain (Isroi, 2009). Dengan mengolah sampah rumah tangga terasebut dapat menghemat energi, mengurangi polusi, mengurang kerusakan lahan dan emisi gas rumah kaca. Berdasarkan uraian diatas maka sangat perlu memberdayaan kelompom pemungut sampah rumah tangga Banjar Tegal Bingin melalui pelatihan pembuatan kompos dan kerajinan tangan dari sampah rumah tangga. 1.1 Analisis Situasi Kelompok pengumpul sampah rumah tangga terdapat di Banjar Tegalbingin Desa Mas Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar. Kelompok pengumpul sampah rumah tangga tersebut adalah kelompok Pemungut Sampah Rumah Tangga Bumi Sari memiliki anggota 10 orang. Aset total kelompok Pemungut Sampah Rumah Tangga tersebut Rp. 2.000.000. Aset tersebut berupa gerobak sampah, sekop cangkul, serok, sapu, dan ember (Gambar 1.1) Gambar 1.1. Aset kelompok pemungut sampah rumah tangga (dokumen Wiratini, 2014) 2 Sumber pendapatan utama kelompok tersebut dari rekening sampah yang dipungut di setiap rumah tangga, dan hasil penjualan barang bekas (kaleng, kardus dan kertas). Kelompok Pemungut Sampah Rumah Tangga Bumi Sari memiliki pelanggan rumah tangga 75 kepala keluarga per Juli 2014. Biaya pemungutan sampah setiap kepala keluarga Rp. 15.000 per bulan. Sampah dipungut setiap 2 hari sekali pada jam 07.00-10.00 atau pukul 16.00-19.00. Berdasarkan hasil pemungutan sampah tersebut diperoleh pendapatan tambahan dari penjualan barang bekas (keleng, kardus dan kertas) rata-rata Rp. 25.000-50.000 per bulan (Gambar 1.2). Gambar 1. 2. Jenis sampah yang dapat dijual oleh kelompok pemungut sampah rumah tangga (dokumen Wiratini 2014) Pendapatan tambahan juga diperoleh apabila ada warga yang mengadakan upacara sehingga sampah yang dihasilkan melebihi volume sampah rumah tangga rata-rata. Pendapatan tersebut antara Rp. 15.00030.000/pungut. Mekanisme pengelolaan sampah yang dilakukan kelompok pemungut sampah tersebut adalah pengambilan sampah di rumah tangga, ditampung sementara untuk dipilih sampah yang bisa dijual kemudian di bawa ketempat pembuangan akhir sampah (Gambar 3). Apabila dikalkulasi penghasilan kelompok pengumpul sampah adalah Rp. 150.000-200.000/bulan. Volume sampah yang dihasilkan setiap rumah tangga rata-rata 5-10 kg/hari. Jenis sampah rumah tangga yang dikumpulkan oleh kelompok pengumpul sampah tersebut rata-rata 8-10 % plastik dan kertas, 88-90 % organik, 1-2 % logam. Berdasarkan jenis sampah tersebut, sampah organik yang plaing banyak dihasilkan di Banjar Tegal Bingin. Sehingga sampah organik sangat banyak menumpuk dan memenuhi lahan penampungan sampah sementara. Mengatasi hal tersebut, terpaksa sampah dibakar. Disisi lain, mereka juga ingin mengolah kaleng, kardus, dan lainnya untuk menjadi barang jadi yang dapat dipasarkan. Akan tetapi mereka tidak memiliki keterampilan untuk mengolahnya. Permasalahan yang dihadapi oleh kelompok pemungut sampah rumah tangga tersebut tidak terlepas dari pendidikan mereka, yaitu 50 % SD, 40 % SMP dan 10% SMA. Tawaran untuk memungut sampat rumah tangga terus berdatangan, akan tetapi tetapi terbentur dengan jumlah gerobak dan luas penampungan sementara sampah yang terbatas. 3 b a c d Gambar 1.3. Mekasnisme pengelolaan sampah: sampah rumah tangga (a), dikumpulkan dan dipilah (b), dibakar (c), dan dibawa ke tempat pembuangan akhir (d) (dokumen Wiratini, 2014) Selain sebagai pemungut sampah rumah tangga, kelompok pemungut sampah rumah tangga juga memelihara babi, sapi, dan ayam. Kotoran babi dan sapi sering menjadi permasalahan kelompok pemungut sampah (Gambar1. 4), karena volume kotoran ternak-ternak tersebut berbau dan berlimpah, sehingga mencemari lingkungan. Gambar 1.4 Kotoran ternak belum termanfaatkan (dokumen Wiratini, 2014) Berdasarkan uraian tersebut, maka sangat perlu pemberdayaan kelompok pemungut sampah di Banjar Tegal Bingin Desa Mas Kecamatan Ubud melalui pelatihan pembuatan pupuk kompos dari sampah organik dan kotoran ternak, serta membuat kerajinan tangan dari barang-barang bekas seperti plastik, botol, kertas, dll. 1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah Berdasarkan latar bekalang dan analisi situasi di atas, maka dapat diidentifikasi permasalah kelompok pemungut sampah di Banjar Tegal Bingin Desa Mas Ubud sebagai berikut. a. TPS sementara cepat penuh dan kurang teratur b. sampah organik rumah tangga dibakar atau dibuang c. kotoran ternak belum dimanfaatkan secara maksimal 4 d. belum mampu mengolah sampah organik dan kotoran ternak menjadi pupuk kompos e. belum mampu mendisain sampah plastik, kaleng, dan kardus menjadi barang bernilai ekonomis f. Belum mampu memasarkan produk pengolahan sampah rumah tangga Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan yang diajukan dalam pengabdian masayarakat ini adalah. a. Upaya apa yang dapat dilakukan untuk mengurangi penumpukan sampah di tempat pembuangan sampah sementara Banjar Tegal Bingin Desa Mas? b. Upaya apa yang dapat dilakukan agar sampah dan kotoran ternak bermanfaat di Banjar Tegal Bingin Desa Mas? c. Upaya apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pendapatan kelompok pengumpul sampah Banjar Tegal Bingin Desa Mas? d. Upaya apa yang dapat dilakukan agar produk hasil pengolahan sampah rumah tangga laku di pasaran? 1.3 Tujuan Kegiatan Tujuan kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah. a. Mengurangi penumpukan sampah di tempat pembuangan sampah sementara b. Memberikan informasi dampak negatif penunpukan sampah dan kotoran ternak bagi lingkungan c. Melatih pemungut sampah agar dapat mengolah sampah menjadi pupuk kompos dan kerajinan tangan d. Melatih memasarkan produk pengolahan sampah rumah tangga e. Meningkatkan pendapatan kelompok pengumpul sampah rumah tangga 1.3 Manfaat Kegiatan Manfaat yang diharapkan dari pengabdian masyarakat ini adalah. a. Bagi Kelompok Pemungut Sampah Memiliki pengetahuan dampak negatif penumpukan sampah bagi lingkungan Memiliki keterampilan tentang cara membuat pupuk kompos dan kerajinan dari sampah rumah tangga Memiliki pengetahuan tentang cara memasarkan produk pengolahan sampah rumah tangga b. Bagi Pemerintah Membantu menanggulangi masalah sampah Membantu menyediakan pupuk kompos bagi para petani 5 Membantu meningkatkan pendapatan masyarakat c. Bagi Undiksha Ilmu pengetahuan yang dimiliki teraplikasikan dimasyarakat Undiksha semakin dikenal dimasyarakat 6 BAB II METODE PELAKSANAAN Metode yang digunakan untuk memecahkan masalah adalah metode praktek dan diskusi. Gabungan dari kedua metode tersebut diharapkan semua anggota kelompok pengumpul sampah bisa mengolah sampah dan kotoran sapi menjadi pupuk kompos, serta mampu membuat kerajinan tangan dari barang-barang bekas. Dengan demikian dapat mengurangi pencemaran lingkungan dan meningkatkan pendapatan kelompok pengumpul sampah rumah tangga di Banjar Tegal Bingin Desa Mas. Keterkaitan masalah, metode, dan bentuk kegiatan, disajikan pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Keterkaitan masalah metode, dan bentuk kegiatan No Masalah 1 Sampah belum terkelompokkan dari sumber pertama 3 Sampah organik dibakar atau dibuang 4 Kotoran ternak belum dimanfaatkan secara maksimal 5 6 7 Kardus, kaleng bekas, plastik minuman mineral belum diolah (harga masih rendah) Hasil kerajinan tangan agar laku dipasaran Metode Diskusi dan Praktek Kompos agar laku dipasaran Bentuk kegiatan Memberi pelatihan cara mengelola sampah agar terpisahkan dari sumber pertama dengan mengelompokkan jenis sampah Diskusi tentang dampak negatif pembakaran sampah secara berkesinambungan Memperkenalkan pupuk kompos, serta keunggulannya Praktek membuat pupuk kompos dengan menggunakan sampah organik dan kotoran ternak Pelatihan cara mendisain Kardus, kaleng bekas, plastik minuman mineral menjadi produk yang artistik 1. Memberi pelatihan cara mengkemas produk menjadi produk yang artistik, dan komonikatif 2. Memberikan pelatihan cara mendisain kerajinan barang bekas 1. Memberi pelatihan cara mengkemas produk menjadi produk yang artistik, dan komonikatif 2. Pelatihan tentang managemen pemasaran Untuk mengetahui keberhasilan program pengabdian pada masyarakat, setelah pelaksanaan pengabdian ± 1-2 bulan, para pengumpul sampah di Banjat Tegal Bingin di evaluasi tentang pupuk kompos yang dihasilkan, kualitas kompos yang dihasilkan, jumlah kompos yang dihasilkan, cara pemasaran pupuk kompos, kerajinan tangan yang dihasilkan, dan cara pemasaran kerajinan tangan. Rancangan evaluasi dibuat seperti Tabel 2.2. 7 Tabel 2.2. Rancangan evaluasi No Tujuan Indikator 1 Mengurangi penumpukan Para pemungut sampah di tempat pembuangan sampah mengurangi sampah (TPS) sementara penumpukan sampah di TPS sementara 2 Memberikan informasi dampak negatif penunpukan sampah dan kotoran ternak bagi lingkungan 3 Melatih mengolah sampah Pengumpul sampah menjadi pupuk kompos dapat membuat kompos dan kerajinan tangan dari sampah rumah tangga Melatih mengolah sampah Pengumpul sampah menjadi kerajinan tangan dapat membuat kerajinan tangan dari sampah rumah tangga 5 Melatih memasarkan produk Dapat memasarkan pengolahan sampah rumah pupuk kompos dan tangga kerajinan tangan 8 Cara pengukuran Setiap pengumpul sampah minimal mengurangi penumpukan sampah 50 kg dan mengolah sampah menjadi pupuk kompos dan kerajinan tangan Kompos rumah tangga padi : berwarna coklat gelap sampai hitam, remah/gembur,bersuhu dingin, tidak berbau atau berbau daun lapuk Kerajian tangan yang dihasilkan menarik dan bernilai ekonomis Pendapatan para pengumpul sampah meningkat sebesar 200.000 per bulan BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil yang telah dicapai dalam kegiatan P2M ini adalah: mitra dilatih untuk mengelompokkan sampah, mitra dilatih cara membuat kompos dari sampah organik, kotoran ternak, molase, dan mikrobia. Anggota kelompok pemungut sampah juga dilatih membuat kerajinan tangan dari sampah rumah tangga . 3.1 Pelatihan Cara Pengelompokan Sampah Pelatihan pengelompokkan sampah difokuskan pada cara pengelompokkan sampah organik, plastik, dan anorganik. Pengelompokkan dilakukan sejak awal penampungan dikonsumen I agar lebih efektif dan efisien dari sisi waktu. Suasana pelatihan sangat hangat, banyak diskusi dilakukan. Hal ini menunjukkan keseriuasan para peserta dalam melakukan pelatihan. Kegiatan pengelompokan sampah ditampilkan dalam Gambar 3.1 Gambar 3.1 Pelatihan cara pengelompokan sampah 3.2 Pelatihan Cara Membuat Kompos Pelatihan membuat kompos menggunakan bahan organik, kotoran ternak dan mikrobia. Kegiatan dimulai dengan pemberian bantuan mikrobia dan molase. Kompos dibuat dengan memotong bahan /sampah menjadi kecil, kemudian material dicampur secara merata. Campuran tersebut kemudian dibasahi agak lembab dan ditutup secara merata. Kegiatan pelatihan membuat kompos dapat dilihat pada Gambar 3.2. 9 a b c d f Gambar 3.2 Mitra mengamati mikrobia (a), pembuatan kompos tanpa mikrobia (b), dengan mikrobi, molase dan kotoran sapi (c,d), pembukusan untuk fermentasi (f) 3.3 Pelatihan Membuat Kerajinan Tangan dari Sampah Rumah Tangga Anggota kelompok pemungut sampah dilatih membuat kerajinan tangan dari sampah rumah tangga yang bernilai ekonomis. Sampah rumah tangga seperti tempurung kalapa bisa dijadikan tempat sabun, cangkir, gayung, dan tempat lilin. Stik es cream bisa dijadikan tempat buah sedangkan tutup botol bisa dijadikan tempat sampah. a b c Gambar 3.3 Pelatihan pembuatan kerajinan tangan dari sampah tempurung kelapa (a), stik es krim (b), dan tutup botol bekas (c) 10 Produk yang telah dihasilkan oleh mitra selama pelatihan meliputi kerajinan sampah berbahan tempurung kelapa, pupuk organic, dan kerajinan tangan dari tangkai es krim bekas. Produk-produk mitra terebut disajikan dalam Gambar 3.4. a b Gambar 3.4 Produk mitra kompos (a), tempat buah, sendok sayur, dan tempat lilin (b) 11 BAB IV PENUTUP 4.1 Simpulan Program kegiatan P2M ini telah terlaksana dengan baik dan mendapat sambutan sangat baik dari mitra. Hasil penelitian ini adalah mitra telah mampu membuat kompos berbahan sampah dan kotoran sapi; serta mampu membuat kerajinan tangan dari sampah, seperti tempat buah, tempat lilin dan peralatan dapur. 4.2 Saran Kegiatan P2M ini sangat dirasakan manfaatnya oleh mitra, sehingga mitra sangat mengharapkan kegiatan ini berkelanjutan. Untuk itu memenuhi keinginan mitra, maka diperlukan dana operasional yang lebih tinggi dan pencairan dana lebih cepat. 12 DAFTAR PUSTAKA Alamendah. 2014. Cara Sederhana Membuat Kompos Skala Rumah Tangga. Erlangga: Surabaya. Ayu Artiningsih Ni Komang. 2008. Peran serta Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (Studi Kasus di Sampangan dan Jombang Kota Semarang. Tesis. Pascasarjana Universitas Diponogoro. Devi Dekawati. 2011. Pengolahan Sampah Rumah Tangga. Sumbawa Barat Post tanggal 28 Nopember 2011. Gaur, D.C. 1980. Present Status of Composting and Agricultural Aspect. In : Hesse, P.R. (ed) Improving Soil fertility Through Organic Recycling, Compost Technology. FAO Og United Nation. New Delhi. Isroi. 2009. Hasil Analisa Kompos Jerami dan Nilai Haranya. http:isroi.wordpress.com. Dikunjungi 2 Desember 2010. Kpgsja. 2013. Pemanfaatan Limbah Kotoran Ternak Babi menjadi Energi Biogas. Kupang: kpgs. LPM Undiksha. 2014. Statistic LPM tahun 2014. www.lpm/undiksha.ac.id Rohendi, E. 2005. Lokakarya Sehari Pengelolaan Sampah Pasar DKI Jakarta. Prosedding: Bogor, 17 Februari 205 Borobudur Wordpress. Toharisman, A. 1991. Potensi dan Pemanfaatan Limbah Industri Gula sebagai Sumber Organik Tanah. Tempo 17 Agustus 1991 Warasfarm. 2012. Manfaat Pupuk Organik bagi Pertanian. http.warasfarm.wordpress. diunduh 1 Januari 2013 13 Lampiran-lampiran a. Absensi peserta kegiatan 14 b. Foto-foto kegiatan Kegiatan Foto kegiatan Memberi pelatihan cara mengelola sampah agar terpisahkan dari sumber pertama dengan mengelompokkan jenis sampah Memberi bantuan EM unggul dalam pengomposan Pelatihan cara membuat kompos yang cepat menggunakan EM unggul Pelatihan mengintegrasikan kotoran ternak dalam pembuatan kompos Produk kompos Memberi bantuan alat bor, gerinda, sikat mesin dan latihan mrnggunakannya Pelatihan cara mendisain sampah menjadi produk yang artistik(bahan tempurung kelapa(a), tangkai es krim (b), tutup botol minuman (c) a Produk sampah menjadi kerajinan 15 b c c. Lokasi kegiatan U Universitas Pendidikan Ganesha S Singaraja 50 KM Desa Mas Kec. Ubud Kab. Gianyar Gambar Peta Lokasi Kedua Mitra 16 Lokasi IbM