JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan Emosional (EQ) dengan Kinerja Perawat pada Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta-Selatan Meta Nurita D.S Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma Februari 2012 ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya pengendalian emosi bagi perawat khususnya perawat rawat inap, dikarenakan kesulitan yang dihadapi dalam melaksanakan pekerjaan serta kemampuannya dalam menyesuaikan diri dengan tempat pekerjaannya. Dengan kemampuan tersebut individu akan lebih mampu mengatasi berbagai masalah yang timbul selama dalam proses menuju manusia dewasa sehingga mereka akan lebih mampu mengatasi tantangan-tantangan emosional dalam kehidupan modern yang semakin kompleks. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional (EQ) dengan kinerja perawat pada Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta-Selatan, dengan subjek penelitian yang digunakan sebanyak 85 sampel. Adapun pengambilan sampel menggunakan teknik Purposive Sampling. Untuk mengukur kecerdasan emosional dengan menggunakan skala yang didasarkan dari komponen-komponen kecerdasan emosional, sedangkan untuk mengukur kinerja perawat menggunakan hasil berupa data kinerja perawat pada Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta-Selatan. Hasil analisis validitas item dalam penelitian ini untuk skala kecerdasan emosional bergerak dari 0,362 sampai 0,861 dengan reliabilitas sebesar 0,965. Sedangkan untuk pengujian reliabilitas kinerja perawat, dilakukan dengan jalan atau mengkonsultasikan data dengan ahli dalam bentuk penilaian. Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi pearson (1 – tailed) diketahui bahwa nilai koefisien korelasi antara kecerdasan emosional (EQ) dengan kinerja perawat menghasilkan nilai r sebesar 0.229 dengan p sebesar 0.046 (p<0,05). Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan anatara kecerdasan emosional (EQ) dengan kinerja perawat. Semakin tinggi tingkat kecerdasan emosional (EQ) yang dimiliki subjek, maka semakin tinggi pula tingkat kinerja perawatnya. Sebaliknya semakin rendah kecerdasan emosional (EQ) yang dimiliki subjek maka akan semakin rendah pula kinerja perawatnya. Adapun saran yang diajukan berdasarkan hasil penelitian ini agar para perawat dapat menentukan keberhasilan diri sendiri sehingga dapat meningkatkan kinerjanya. Kata kunci : Kecerdasan Emosional (EQ), Kinerja, Kinerja Perawat BAB I ternyata banyak yang gagal mencapai PENDAHULUAN puncak prestasi sewaktu menempuh karir profesional, penelitian Daniel A. Latar Belakang Masalah Goleman menunjukkan bahwa kecerdasan emosional adalah ini Kinerja sumber daya manusia kemampuan yang sangat dibutuhkan yang baik merupakan hal terpenting dalam dunia kerja saat ini yaitu sekitar bagi kelangsungan hidup perusahaan. 75-96 persen. Sedangkan peran IQ Bila atau sebuah perusahaan ingin keterampilan kognitif dalam berkembang dengan pesat, perusahaan keberhasilan di dunia kerja hanya tersebut haruslah memiliki sumber menempati daya kecerdasan emosi dalam menentukan manusia menampilkan yang kinerja mampu yang baik. Padahal kinerja seseorang dipengaruhi oleh berbagai keterampilan hal antara kognitif, peraihan prestasi kedua sesudah puncak dalam pekerjaan, yaitu sekitar 4-25 persen. lain kemampuan posisi Kecerdasan sangat emosional mempengaruhi ini kehidupan teknis, dan kecerdasan emosional. Di seseorang secara keseluruhan mulai antara dari kemampuan-kemampuan kehidupan dalam keluarga, tersebut hanya kecerdasan emosional pekerjaan, sampai interaksi dengan yang tidak didapatkan dari bangku lingkungan sosialnya. Oleh karena itu pendidikan kecerdasan semua formal orang sehingga emosional berpengaruh mempunyai pada cara seseorang menyelesaikan keterampilan kognitif dan kemampuan masalah dalam kehidupan sehari-hari, teknis baik memiliki yang tidak juga kecerdasan emosional ini. Berangkat dalam kehidupan keluarga, pekerjaan, maupun interaksi dengan dari pengamatan lingkungan sosialnya. Goleman (1995) Goleman (1999) bahwa orang yang menyebutkan bahwa seseorang yang pandai atau berhasil dalam prestasi mempunyai kecerdasan emosi yang akademik sewaktu pendidikan formal tinggi adalah mereka yang mampu administrasi kesehatan pasien dan mengelola emosinya dengan baik. keluarga pasien. Pekerjaan seperti Menurut (dalam perawat yang harus selalu berinteraksi Setiadi, 1999) kemampuan mengatur langsung dengan pasien, diperlukan perasaan mampu kemampuan mengenali emosi, memotivasi diri sendiri, berempati, kemampuan mengelola emosi, ketika menghadapi gejolak emosi dari kemampuan memotivasi diri sendiri, diri maupun dari orang lain. Manusia kemampuan mengenali emosi orang juga harus dapat memecahkan suatu lain masalah, fleksibel dalam situasi dan hubungan dengan orang lain, sehingga kondisi yang kerap berubah (Setiadi, akan terjalin hubungan saling percaya 1999). Hal ini merupakan kemampuan dan saling membantu antara perawat yang seharusnya dimiliki oleh setiap dengan sumber daya manusia untuk dapat keluarga, berprestasi di bidang pekerjaannya. perawat dengan tim kesehatan yang dengan Pada tertentu, Bar-On baik, pekerjaan-pekerjaan sifat-sifat dan kemampuan pasien, membina perawat perawat dengan dengan dokter, lainnya. kepribadian Menurut Prawirosentono seseorang sangat berhubungan dengan (dalam kesuksesan dalam bekerja. Hampir kinerja atau performance adalah hasil semua interaksi antarmanusia yang kerja yang dapat dicapai seseorang dimulai sejak kanak-kanak hingga atau kelompok dalam suatu organisasi, dewasa, individu selalu dianjurkan sesuai wewenang dan tanggung jawab untuk dapat mengontrol emosinya. masing-masing dalam rangka upaya Konteks kesehatan adalah konteks untuk yang bersangkutan sangat dipengaruhi oleh Hermawan, mencapai 2003) tujuan secara bahwa organisasi legal, tidak kecerdasan emosi para pelakunya. melanggar hukum dan sesuai dengan Pelaku dalam hal kesehatan yang moral dan etika. dimaksud adalah para eksekutif dalam Menurut kesehatan, dokter, perawat dan petugas Karsinah (dalam Wirawan, 1998) perawat adalah salah satu unsur vital dalam rumah sakit, emosi yang tinggi untuk memenuhi perawat, dokter, dan pasien merupakan kebutuhan pasien yang mencakup satu kebutuhan kesatuan membutuhkan dipisahkan. yang dan Tanpa paling biologis, psikologis, tidak dapat sosiologis dan spiritual (Rudyanto, perawat tugas 2010). dokter akan semakin berat dalam Masalah yang dihadapi menangani pasien. Tanpa perawat, seseorang, termasuk yang dihadapi kesejahteraan pasien juga terabaikan seorang perawat, biasanya disertai oleh karena perawat adalah penjalin kontak emosi-emosi negatif. Perawat yang pertama dan terlama dengan pasien secara cerdas emosional akan cepat mengingat keperawatan mendapatkan insight mengenai emosi berlangsung terus menerus selama 24 yang dialaminya dan dengan segera jam sehari dan 7 hari dalam seminggu dapat mengelola emosi yang muncul. untuk Keberhasilan mengelola emosi ini pelayanan merawat dan melayani masyarakat (Hamid, 2008). Perawat dalam akan pekerjaan membuat perawat yang bersangkutan menjadi lebih fokus sehari-hari hampir selalu melibatkan dalam perasaan dan emosi, sehingga setiap tanggung jawabnya (Rudyanto, 2010). memberikan perawatan kepada pasien menjalankan Menurut tugas Gillies dan (dalam dituntut untuk memiliki kecerdasan Armiyanti, emosi yang tinggi. Seorang perawat dilakukan di Rumah Sakit terutama di yang tidak mempunyai kecerdasan perawatan intensif termasuk rawat inap emosi yang tinggi dapat ditandai adalah pekerjaan yang membutuhkan dengan sikap emosi yang tinggi, cepat kemampuan bertindak berdasarkan emosinya, dan merawat pasien. tidak sensitif dengan perasaan dan Soejitno, 2002) kondisi bahwa orang lain. Pelayanan 2001) pekerjaan yang perawat yang tinggi untuk Scheier (dalam mengungkapkan yang mengalami keperawatan sangat memerlukan sosok tingkat stres paling tinggi adalah perawat yang memiliki kecerdasan perawat bagian rawat inap dan unit gawat darurat. Tingkat stres yang tersebut (bio, psiko, sosio, spiritual, tinggi tersebut timbul karena keadaan dan kultural). Asuhan yang dilakukan pekerjaan yang mengharuskan perawat perawat adalah melakukan tindakan terhadap pasien perawatan. Perawat yang dan ditugaskan secara bergiliran di ruangan dilakukan secara tepat dan cepat lain dan dalam shift kerja yang karena tingkat kesibukan yang tinggi berbeda. dan harus segera keadaan dibuat sering pula darurat Selain harus memiliki sikap menyangkut kehidupan dan kematian telaten serta penuh perhatian, perawat pasien harus selalu bersedia menolong dengan dan diri gawat memberikan mereka sendiri (Sarafino, 2002). penuh semangat, maka diperlukan pula Seorang perawat adalah profesi kesediaan untuk selalu mengikuti yang diharapkan selalu care (peduli) segala yang ada hubungannya dengan terhadap pasiennya (pasien yang tidak masalah pelayanan kesehatan pada hanya sebagai objek, tapi juga subjek umumnya. Menurut Perawat Klinik St yang ikut menentukan keputusan akan Carolus (dalam Ali, 1999) perawat pengobatan atau terapi atau perawatan berfungsi untuk membantu individu, terhadap dirinya dan terlibat secara keluarga dan masyarakat baik sehat aktif). Seorang perawat memandang maupun sakit dalam melaksanakan seseorang pasien secara holistic atau kegiatan yang menunjang kesehatan, menyeluruh. penyembuhan Perawat tidak atau menghadapi memandang pasien hanya sebagai kematian. individu yang sedang sakit secara fisik intensi untuk memberikan pelayanan atau bio, tetapi juga memperhatikan kepada pasien dengan baik, maka hal kondisi atau ini akan berdampak pada kinerjanya kejiwaan, sosial, spiritual, dan kultural. yang tinggi. Sebaliknya, jika perawat Oleh karena itu, untuk memberikan tidak memiliki intensi atau niat untuk asuhan keperawatan, seorang perawat memberikan pelayanan kepada pasien, harus mengkaji aspek yang holistic maka kinerja yang mereka tampilkan mental atau psikis Jika perawat memiliki cenderung rendah. Kecerdasan 1. Manfaat Teoritis emosional ini jelas sangat dibutuhkan Hasil penelitian ini oleh perawat sebab, perawat selalu diharapkan berhubungan dengan pasien yang latar masukan yang bermanfaat untuk belakang budaya dan sifatnya berbeda. perkembangan Perbedaan ini menuntut perawat untuk khususnya psikologi sosial tentang mengenali perasaan dirinya maupun kecerdasan orang lain dalam hal ini pasien dan psikologi industri dan organisasi keluarganya. Sehingga perawat secara tentang kinerja, dan biopsikologi profesional akan tentang perawat. (ketegasan, keberanian bersikap asertif dapat ilmu emosional diharapkan B. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran mengenai perawat. Di samping itu penelitian ini juga bertujuan untuk hubungan antara kecerdasan emosional (EQ) dengan kinerja perawat pada RSUP Fatmawati Jakarta-Selatan. penelitian dapat ini memberikan informasi serta gambaran kepada perawat mengenai pentingnya mengenali emosi diri sendiri dan orang lain, mampu mengendalikan emosi yang mempengaruhi keharmonisan dengan lingkungan dan dapat menentukan keberhasilan diri sendiri sehingga dapat meningkatkan kinerja yang C. Manfaat Penelitian Penelitian (EQ), 2. Manfaat Praktis Hasil mengetahui psikologi, menyatakan pendapat). kinerja memberikan ini diharapkan memiliki dua manfaat, yaitu: lebih baik serta berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti lain yang mengembangkan ingin lebih mengenai pembahasan penelitian ini. menerima atas penjelasan delegasi BAB II tugas, TINJAUAN PUSTAKA tingkat Sedangkan motivasi Irawan kerja. (dalam Hermawan, 2003) dalam buku A. Kinerja Perawat Analisi Kerja mendefinisikan kerja 1. Pengertian Kinerja Perawat Menurut definisi sebagai hasil kerja seorang pekerja, yang sebuah proses manajemen, atau diberikan Prawirosentono (dalam suatu Hermawan, yang dimana hasil kerja harus dapat mengatakan bahwa kinerja atau ditunjukkan bukti secara konkret performance adalah hasil kerja dan dapat diukur dengan tolak ukur yang dapat dicapai seseorang atau yang telah ditentukan. 2003) organisasi keseluruhan, kelompok dalam suatu organisasi, Dari berbagai definisi yang sesuai wewenang dan tanggung diuraikan sebelumnya dapat ditarik jawab masing-masing dalam upaya beberapa kata kunci, yaitu hasil untuk mencapai tujuan organisasi kerja, bersangkutan secara legal, tidak organisasi, terbukti secara konkret, melanggar dapat diukur, dibandingkan dengan hukum dan sesuai dengan moral dan etika. pekerja, standar yang Hasibuan (1994) mengatakan proses telah atau ditentukan. Namun tidak semua kinerja mudah bahwa prestasi kerja adalah suatu diukur, hasil kerja yang dicapai seseorang dengan standar atau dibuktikan dalam secara konkret. atas melaksanakan kecakapan, pekerjaan mudah dibandingkan pengalaman, Selanjutnya Irawan (dalam kesungguhan dan waktu, dimana Hermawan, 2003) membagi kinerja prestasi kerja merupakan gabungan dalam organisasi menjadi 3 (tiga dari 3 (tiga) faktor penting, yaitu: macam), yaitu: kinerja organisasi, kemampuan dan minat pekerja, kinerja proses (proses manajemen kemampuan administrasi) dan kinerja pegawai. member dan Ketiga macam kinerja itu tidak seseorang karena sakit, injury dan dapat dipisahkan satu dengan yang proses lain. Kinerja organisasi tergantung profesional adalah perawat yang pada kinerja proses dalam tiap-tiap bertanggung unit kinerja mempunyai wewenang proses tergantung pada baik atau memberikan pelayanan tidaknya kinerja orang-orang yang keperawatan secara mandiri dan menggerakkan proses tersebut. atau berkolaborasi dengan tenaga kerja, sedangkan Heresy dan Blanchard (dalam penuaan. kesehatan Perawat jawab lain dan sesuai dengan Hermawan, 2003) mendefinisikan kewenangannya kinerja sebagai hasil-hasil yang Kesehatan R.I, 2002). Perawat telah dicapai seseorang dengan menurut Handerson (dalam Ali, menggunakan 1999) Pengertian media ini tertentu. menggambarkan (Departemen adalah membantu seseorang individu yang baik yang bahwa seorang pegawai tidak dapat sehat maupun yang sakit, dari lahir sukses mencapai kerjanya tanpa hingga bantuan suatu media berupa sarana melaksanakan aktivitas sehari-hari lainnya yang berpengaruh kepada secara dirinya, baik ekstrinsik maupun menggunakan kekuatan, kemauan, intrinsik. atau pengetahuan yang dimiliki. Perawat atau nurse berasal dari bahasa latin yaitu dari kata Nutrix yang berarti merawat atau memelihara. (1997) dasar Menurut menjelaskan seorang Harlley pengertian perawat yaitu seseorang yang berperan dalam merawat membantu atau dan memelihara, melindungi meninggal agar mandiri, dapat dengan Berdasarkan sebelumnya, uraian bahwa kinerja perawat adalah hasil yang dicapai oleh seseorang yang berperan dalam merawat atau memelihara, membantu dan melindungi kepada individu yang sehat maupun yang sakit untuk berkembang dan mendorong kearah hidup yang standar profesi dan kode etik sehat profesi. sesuai tanggung wewenang jawab dan masing-masing sebagai upaya untuk mencapai Berikut adalah kewajiban dari tujuan organisasi bersangkutan seorang perawat, yaitu: secara legal, melanggar b. Kewajiban perawat: tidak hukum dan sesuai dengan moral dan etika. RS dengan hubungan hukum antara perawat dan bidan 2. Hak dan Kewajiban Perawat Dalam melakukan tugasnya, seorang perawat mempunyai hak dan kewajiban (Surat Keputusan Dirjen Pelayanan Medik No. 00.03.2.6.951, 1997) diantaranya yaitu: 1) Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan sesuai dengan profesinya. 2) Mengembangkan melalui spesialisasi dengan pihak RS. 2) Mengadakan diri kemampuan sesuai latar perjanjian tertulis dengan pihak rumah sakit 3) Memenuhi telah hal-hal yang disepakati perjanjian a. Hak-hak perawat: tugas 1) Mematuhi semua peraturan atau yang telah dibuatnya. 4) Memberikan pelayanan atau asuhan keperawatan kebidanan sesuai atau dengan standar profesi dan batas kewenangannya atau otonomi profesi. belakang pendidikannya. 3) Menolak klien/pasien bertentangan keinginan yang dengan peraturan perundangan serta 3. Fungsi Perawat Perawat menurut Phaneuf (dalam Ali, 1999) memiliki tujuh fungsi yaitu sebagai berikut: a) Melaksanakan instruksi dokter. b) Observasi gejala dan respon pasien yang dengan berhubungan penyakit dan penyebabnya. memperbaiki keperawatan menerus rencana secara terus- berdasarkan pada kondisi dan kemampuan pasien. d) Supervisi semua pihak yang ikut terlibat seorang pegawai negeri sipil, yaitu: a. Kesetiaan; mengandung muatan kesetiaan, c) Memantau pasien, menyusun dan digunakan untuk mengatur kinerja dalam keperawatan pasien. kesetiaan, dan pengabdian kepada pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, negara dan pemerintah. b. Prestasi kerja, adalah hasil kerja yang dicapai oleh seorang Pegawai Negeri sipil dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. e) Mencatat dan melaporkan keadaan pasien. f) Melaksanakan c. Tanggung jawab, adalah kesanggupan seorang Pegawai prosedur dan teknik keperawatan. Negeri Sipil pekerjaan g) Memberikan pengarahan dan menyelesaikan yang kepadanya diserahkan dengan penyuluhan untuk meningkatkan baiknya kesehatan fisik dan mental. waktunya serta berani memikul resiko Dalam Peraturan Pemerintah pada keputusan yang d. Ketaatan, adalah kesanggupan Daftar seseorang Pegawai Negeri Sipil Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan untuk mentaati segala peraturan (DP3) Pegawai Negeri Sipil seperti perundang-undangan dikutip peraturan 1979 nomor dilakukannya. 10 tahun Indonesia atas tepat diambilnya atau tindakan yang 4. Faktor-fakor Kinerja Republik dan sebaik- tentang Suprihanto (1998), disebutkan ada 7 faktor yang berlaku, kedinasan mentaati dan yang perintah kedinasan yang diberikan oleh atasan yang berwenang, serta keberhasilan seseorang dalam kesanggupan tidak melanggar menyelesaikan larangan yang ditentukan. disebut “level of performance”. pekerjaannya e. Kejujuran, adalah ketulusan hati Biasanya individu yang memiliki seorang Pegawai Negeri Sipil level of performance tinggi disebut dalam melaksanakan tugas dan sebagai individu yang memiliki kemampuan level untuk menyalahgunakan tidak wewenang yang diberikan kepadanya. of standar dikatakan sebagai individu yang tidak produktif atau memiliki f. Kerjasama, adalah kemampuan kinerja yang rendah. seorang Pegawai Negeri Sipil Schermerhorn untuk dengan bekerja orang bersama-sama lain dibawah performance dalam (1993) menyatakan bahwa “performance appraisal is a process of formally menyelesaikan suatu tindakan evaluating yang dalam providing pokok performance adjustments can be diperlukan melaksanakan tugas performance feedback on Penilaian and which kinerja tanpa menunggu perintah dari mode”. atasan. merupakan proses penilaian yang adalah dilakukan organisasi terhadap para kemampuan seorang Pegawai pegawai yang dapat memberikan Negeri Sipil untuk meyakinkan umpan balik, sehingga organisasi orang dapat dapat mengidentifikasi secara tegas maksimal perbaikan atau penyesuaian yang g. Kepemimpinan, lain dikerahkan untuk sehingga secara melaksanakan tugas pokok. diperlukan dalam rangka perbaikan kinerja pegawai. Teknik penilaian kinerja yang berorientasi 5. Penilaian Kinerja Menurut Vroom (dalam As’ad, 1995), tingkat sejauh mana diantaranya pada dapat masa lalu dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut dikualifikasikan sehingga nilai (Suprihanto, 1998): secara 1) Rating scales ditentukan. Metode ini memerlukan penilai untuk memberikan evaluasi yang suatu subjektif keseluruhan dapat 3) Critical incident method Metode ini mengarahkan pembuat perbandingan untuk mengenai penampilan individu mencatat pada skala dari rendah sampai menggambarkan tingkah laku tinggi. karyawan Formulir dilengkapi pernyataan baik yang dan buruk dengan mengecek tanggapan dihubungkan dengan cara kerja yang paling tepat untuk setiap mereka. Pernyataan-pernyataan penampilan. Tanggapan dapat tersebut diberi kejadian kritis. Kejadian ini nilai menarik memungkinkan nilai untuk dihitungnya rata-rata biasanya biasanya disebut dicatat oleh dan supervisor atau penyelia selama diperbandingkan bagi setiap periode evaluasi untuk masing- pekerja. masing pekerja bawahan. 2) Checklist Metode 4) Performance penilaian dengan test and observation checklist memerlukan penilai Test ini mungkin variasi kertas untuk menseleksi pernyataan dan pensil (tertulis) atau suatu yang menjelaskan karakteristik demonstrasi keterampilan atau karyawan. Penilaian biasanya keahlian yang sebenarnya. Tes merupakan pengawas dekat. tersebut harus benar-benar dan Tetapi tanpa diketahui penilai, valid supaya berguna. bagian personalia dapat 5) Field review method memberi bobot pada daftar Dalam metode ini seorang yang wakil berbeda. Bobot ini memungkinkan penilai tersebut yang departemen ahli personalia dari ke lapangan dan membantu supervisor mengenal khusus tentang prestasi 6. Manfaat Penilaian Kinerja kerja Penilaian kerja merupakan Kemudian salah satu tugas penting untuk menyiapkan suatu informasi dilakukan oleh seorang manajer berdasarkan informasi tersebut. atau Informasi selanjutnya dikirim demikian, ke yang objektif bukanlah tugas yang karyawan. supervisor pengulasan, untuk perubahan dan pimpinan. Walaupun pelaksanaan sederhana. kinerja Penilaian berdiskusi dengan para pekerja dihindarkan yang diperbandingkan. dislike” adanya dari harus “like penilai, dan agar objektifitas penilai dapat terjaga. 6) Group evaluation method Metode ini digunakan untuk Kegiatan penilaian ini penting, memutuskan pembayaran karena dapat digunakan untuk kenaikan kompensasi, memperbaiki keputusan-keputusan menaikkan jabatan pangkat dan pemberian atau mengatur penghargaan personalia rangking dari yang sampai yang terbaik terburuk. Ada beberapa teknik dalam metode Rangking ini, Method, memberikan umpan balik kepada para karyawan tentang kinerja mereka. Handoko lainnya, karena metode ini menghasilkan dalam (1992) mengemukakan manfaat penilaian kinerja, diantaranya: a. Perbaikan prestasi kerja atau seperti kinerja Forced Umpan balik pelaksanaan kerja memungkinkan Allocation Method dan Paired karyawan, manajer Comparison. departemen personalia dapat Distribution Method, Point memperbaiki dan kegiatan- kegiatan mereka untuk meningkatkan prestasi. keputusan- jalur karir tertentu yang harus Evaluasi prestasi membantu para kerja upah, diteliti. pengambil keputusan dalam menentukan pemberian bonus, dan bentuk kompensasi lainnya. B. Kecerdasan Emosional 1. Pengertian Kecerdasan Emosional Istilah kecerdasan emosional Keputusan-keputusan penempatan pertama Promosi dan transfer biasanya psikolog didasarkan atas prestasi kerja Harvard atau kinerja masa lalu atau Mayer dari University of New antisipasinya. Hampshire pada tahun 1990 untuk d. Perencanaan kebutuhan kali Peter diucapkan oleh Salovey dari University menerangkan dan John kualitas-kualitas latihan dan pengembangan emosional yang tampaknya penting Prestasi kerja atau kinerja bagi keberhasilan. Salovey dan yang mungkin Mayer mula-mula mendefinisikan perlunya kecerdasan jelek menunjukkan latihan. Demikian pula emosional sebagai himpunan bagian dari kecerdasan sebaliknya, kinerja yang baik sosial mungkin kemampuan memantau perasaan potensi mencerminkan yang harus Perencanaan pengembangan karir yang melibatkan dan emosi baik pada diri sendiri maupun pada orang lain (dalam dikembangkan. e. prestasi keputusan karir, yaitu tentang kompensasi c. balik mengarahkan b. Penyesuaian-penyesuaian kenaikan Umpan dan Saphiro, 1997). Menurut Goleman (dalam Melianawati, Prihanto, dan Tjahjoanggoro, 2001) kecerdasan mengenal emosi yang dialaminya emosional adalah kecakapan dan dapat mengekspresikan sesuai emosional yang meliputi dengan aturan yang berlaku di kemampuan untuk mengendalikan lingkungannya diri sendiri dan memiliki daya Armiyanti, 2008). tahan ketika menghadapi (Martani, Reuven Bar-On dalam (dalam rintangan, mampu mengendalikan Armiyanti, impuls dan tidak cepat merasa bahwa puas, mampu mengatur suasana adalah serangkaian kemampuan, hati kompetensi, dan kecakapan non- dan mampu mengelola 2008) kecerdasaan kecemasan agar tidak mengganggu kognitif, kemampuan kemampuan berempati berpikir, serta mampu berharap. Di menyatakan yang emosional mempengaruhi seseorang untuk berhasil mengatasi tuntutan dan samping itu individu juga mampu tekanan membina hubungan yang baik menurut Patton (2000) kecerdasan dengan orang lain dan mudah emosi mengenali emosi orang lain dan pembentukan penuh perhatian. mencakup Cooper dan Sawaf (dalam Melianawati, adalah Sedangkan dasar-dasar emosi yang keterampilan- keterampilan seseorang untuk dan mengadakan impuls-impuls dan Tjahjoanggoro, 2001) berpendapat menyalurkan emosi yang kuat bahwa kecerdasan emosional secara efektif. adalah kemampuan merasakan, memahami, Prihanto, lingkungan. dan secara efektif Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan menerapkan daya dan kepekaan emosional emosi sebagai sumber energy, pembentukan informasi, koneksi, dan pengaruh mencakup serangkain keterampilan yang manusiawi. Karena orang atau yang kecakapan sehat biasanya mampu adalah dasar-dasar emosi kemampuan yang kompetensi, non-kognitif seperti kemampuan memahami, merasakan, dan secara dimiliki anak pemberani dan efektif periang. Temperamen atau pola menerapkan daya dan kepekaan emosi bawaan lai1nnya dapat emosi untuk dapat mengendalikan dirubah sampai tingkat tertentu diri sendiri dan memiliki daya melalui pengalaman, terutama tahan mengahadapi pengalaman pada masa kanak- rintangan, mampu mengendalikan kanak. Otak dapat dibentuk impuls dan tidak cepat puas serta melalui mampu mengatur suasana hati, dapat belajar membiasakan diri mengelola kecemasan agar tidak secara mengganggu kemampuan berpikir. kesempatan untuk menghadapi ketika tepat sendiri 2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional Menurut Goleman (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional meliputi : 1) Faktor yang bersifat bawaan pengalaman untuk (anak masalah diberi yang kemudian ada, dibimbing menangani kekecewaannya sendiri mengendalikan dan dorongan hatinya dan berlatih empati. 2) Faktor yang berasal dari lingkungan genetik Kehidupan Faktor yang bersifat bawaan merupakan genetik misalnya temperamen. kita untuk mempelajari emosi, Ada dalam lingkungan yang akrab 4 temperamen, yaitu keluarga sekolah pertama penakut, pemberani, periang, ini pemurung. Anak yang penakut merasakan perasaan kita sendiri dan dan pemurung mempunyai kita belajar bagaimana sirkuit emosi yang lebih mudah menanggapi dibangkitkan bagaimana dibandingkan dengan sirkuit emosi yang begaimana orang perasaan berfikir lain kita, tentang perasaan ini dan pilihan-pilihan apa yang kita miliki untuk bereaksi, serta membaca dan harapan dan Pembelajaran bagaimana Menurut Goleman (2009) kecerdasan emosional terdiri dari mengungkap lima komponen utama yaitu : rasa takut. 1) Mengenali Emosi Diri emosi bukan Mengenali emosi diri hanya melalui hal-hal yang merupakan suatu kemampuan diucapkan dan dilakukan oleh untuk orang tua secara langsung pada sewaktu perasaan itu terjadi. anak-anaknya, melainkan juga Kemampuan melalui dasar contoh-contoh mereka ini dari perasaan merupakan kecerdasan sewaktu emosional, para ahli psikologi menangani perassaan mereka menyebutkan kesadaran diri sendiri atau perasaan yang sebagai biasa muncul antara suami dan kesadaran istri. Ada ratusan penelitian emosinya sendiri. Kesadaran yang memperhatikan bahwa diri adalah waspada terhadap cara orang tua memperlakukan suasana hati maupun pikiran anak-anaknya dengan tentang atau kurang disiplin berikan yang mengenali entah yang pemahaman keras yang empatik, yakni metamood, seseorang suasana akan hati, wasapada bila maka individu menjadi mudah larut entah dengan ketidakpedulian dalam atau dan dikuasai oleh emosi. Kesadaran berakibat diri memang belum menjamin kehangatan, sebagainya aliran emosi dan mendalam dan permanen bagi penguasaan kehidupan emosional anak. merupakan salah satu prasyarat emosi, namun penting untuk mengendalikan 3. Komponen-komponen Kecerdasan Emosional emosi sehingga individu mudah menguasai emosi. 2) Mengelola Emosi Mengelola emosi merupakan kemampuan kemampuan memiliki kepercayaan diri yang individu dalam ini menangani perasaan agar dapat tinggi, terungkap dengan tepat atau mengahadapi selaras, sulit, sehingga keseimbangan tercapai dalam adalah optimis dalam keadaan cukup yang terampil dan diri fleksibel dalam menemukan individu. Menjaga agar emosi cara alternative agar sasaran yang tetap tercapai, serta cukup mampu kunci memecahkan tugas yang berat merisaukan terkendali merupakan menuju kesejahteraan emosi. menjadi Emosi mudah berlebihan yang tugas kecil dijalankan. yang Individu meningkat dengan intensitas yang memiliki keterampilan ini terlampau lama akan mengoyak cenderung jauh lebih produktif kestabilan kita. Kemampuan ini dan efektif dalam hal apapun mencakup kemampuan untuk yang mereka kerjakan. menghibur diri sendiri, 4) Mengenali Emosi Orang Lain melepaskan kecemasan, Kemampuan untuk mengenali kemurungan atau emosi orang lain disebut juga ketersinggungan dan akibat- empati. Kemampuan seseorang akibat untuk mengenali orang lain yang ditimbulkannya serta kemampuan utuk bangkit atau dari perasaan-perasaan yang kemampuan empati seseorang. menekan. Inidividu 3) Memotivasi Diri peduli, menunjukkan yang kemampuan memiliki empati lebih Kemampuan untuk bertahan mampu dan terus menerus berusaha sinyal sosial yang tersembunyi menemukan banyak cara demi yang mengisyaratkan apa-apa mencapai tujuan. yang dibutuhkan orang lain individu yang Ciri-ciri memiliki sehingga menangkap ia lebih sinyal- mampu menerima sudut pandang orang 4. Ciri-ciri Individu Yang Memiliki lain, peka terhadap perasaan Kecerdasan Emosi Tinggi orang lain dan lebih mampu Goleman untuk mendengarkan orang lain. (2009) mengemukakan ciri-ciri individu yang memiliki kecerdasan emosi tinggi, 5) Membina Hubungan Dengan Orang Lain Mampu yaitu : a. Memiliki kemampuan untuk menangani emosi memotivasi diri sendiri dan orang lain merupakan inti dari dapat membina menghadapi frustrasi. hubungan dengan orang lain yang merupakan salah satu kecerdasan aspek emosi. dari Untuk bertahan b. Dapat dalam mengendalikan dorongan-dorongan sehingga hati tidak melebih- mengatasi emosi orang lain lebihkan suatu kesenangan. dibutuhkan dua keterampilan c. Mampu mengatur suasana hati emosi yaitu menegemen diri dan dapat menjaganya agar dan empati. Dengan landasan beban ini, keterampilan berhubungan melumpuhkan dengan berpikir seseorang. orang lain akan menjadi matang. Kemampuan seseorang seperti memungkinkan ini seseorang d. Mampu stress untuk tidak kemampuan berempati terhadap orang lain dan tidak lupa berdoa. membentuk suatu hubungan untuk menggerakkan mengilhami orang dan lain, membina kedekatan hubungan, meyakinkan, dan membuat merasa nyaman. mempengaruhi orang lain C. Hubungan Antara Kecerdasan Emosional (EQ) dengan Kinerja Perawat pada Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta-Selatan Kecerdasan emosional tantangan. Pada keadaan normal adalah kecakapan emosional yang seseorang yang memiliki IQ dan meliputi untuk kecerdasan emosional yang tinggi dan mungkin dapat tetap bertahan dan ketika berprestasi. Namun ketika menghadapi mampu masalah, misalnya kegagalan dalam mengendalikan impuls dan tidak cepat mendapatkan nilai yang maksimal atau merasa mengatur kehilangan seseorang yang sangat suasana hati dan mampu mengelola berarti, tidak semua orang dapat kecemasan agar tidak mengganggu bertahan kemampuan dirinya kembali. kemampuan mengendalikan memiliki diri daya menghadapi sendiri tahan rintangan, puas, mampu berpikir, mampu dan mengaktualisasikan berempati serta berharap. Di samping Hasibuan (1994) mengatakan itu individu juga mampu membina bahwa prestasi kerja adalah suatu hasil hubungan yang baik dengan orang lain kerja yang dicapai seseorang dalam dan mudah mengenali emosi orang lain melaksanakan dan penuh perhatian. kecakapan, pengalaman, kesungguhan Seseorang yang mempunyai kecerdasan emosional atas dan waktu, dimana prestasi kerja lebih merupakan gabungan dari 3 (tiga) tinggi lebih memungkinkan untuk faktor penting, yaitu: kemampuan dan sukses yang minat pekerja, kemampuan member relevan dan menerima atas penjelasan delegasi daripada mempunyai yang pekerjaan mereka pengalaman ataupun IQ yang tinggi. Dengan kata tugas, lain kecerdasan emosional merupakan Schemerhorn predictor bahwa penilaian kinerja merupakan yang kesuksesan relevan lebih daripada ataupun IQ baik dalam pengalaman yang tinggi. tingkat proses motivasi (1993) penilaian kerja. menyatakan yang dilakukan organisasi terhadap para pegawai yang Disadari bahwa kehidupan seseorang dapat tidak pernah statis melainkan selalu sehingga dinamis dan diwarnai oleh tekanan dan mengidentifikasi memberikan umpan organisasi secara balik, dapat tegas perbaikan atau penyesuaian yang serta pengaruh orang lain, dengan diperlukan dalam rangka perbaikan mempunyai ciri-ciri sebagai seorang kinerja pegawai. perawat adalah ramah, mudah kerja Menurut Harlley (1997) sama, pandai menimbang perasaan, menjelaskan pengertian dasar seorang dan perawat yaitu seseorang yang berperan menunjukkan dalam pertolongan merawat atau memelihara, membantu dan melindungi seseorang pandai bergaul perilaku dengan dengan memberi memberikan layanan yang baik pada pasien. karena sakit, pencegahan cidera dan proses penuaan. Namun dalam proses menjalankan setiap D. Hipotesis kewajiban- Berdasarkan kewajibannya sebagai perawat terdapat masalah yang seorang perawat dapat merintangi pustaka dari hasil tinjauan penelitian meraih sebelumnya maka diajukan hipotesis kesuksesan di dalam pekerjaannya. yaitu ada hubungan positif antara Rintangan tersebut sangat beraneka kecerdasan emosional dengan kinerja ragam, baik dari dalam diri perawat itu perawat pada Rumah Sakit Umum sendiri seperti motivasi, dan kesehatan, Pusat ataupun dari luar diri perawat seperti Semakin masalah emosional perawat, maka hal ini rumah dalam tangga, ataupun Gunarsa dan Gunarsa (1995) keberhasilan Jakarta-Selatan. tinggi kecerdasan akan berdampak pada kinerjanya masalah keuangan. menyatakan Fatmawati seorang yang tinggi. Sebaliknya, semakin rendah kecerdasan emosional perawat tergantung pada pemahaman perawat, maka kinerja yang mereka diri sendiri, kekuatan dan kelemahan tampilkan juga cenderung rendah. mengendalikan BAB III dan tidak cepat puas serta mampu METODOLOGI PENELITIAN A. Identifikasi impuls Variabel-Variabel mengatur suasana hati, mengelola kecemasan agar Penelitian tidak mengganggu kemampuan Dalam penelitian ini variabel yang berpikir. Item diperoleh responden akan diteliti adalah : a. Variabel Bebas atau Prediktor : Kecerdasan Emosional tersebut dinamika dari kecerdasan emosional yang dikembangkan b. Variabel Terikat atau Kriterium : Kinerja Perawat dari skala Emosional Kecerdasan yang disusun berdasarkan B. Definisi Operasional Variabel komponen kecerdasan Penelitian Goleman 1. Kecerdasan Emosional mengenali emosi (2009) emosi dari yaitu: diri, Kecerdasan emosional mengelola emosi, memotivasi dasar-dasar diri, mengenali emosi orang adalah pembentukan emosi mencakup yang lain, dan membina hubungan serangkain dengan orang lain. keterampilan atau kemampuan 2. Kinerja Perawat kompetensi, kecakapan nonkognitif seperti merasakan, kemampuan memahami, dan Kinerja perawat adalah hasil yang dicapai oleh seseorang yang berperan dalam secara efektif menerapkan daya merawat dan kepekaan emosi untuk membantu dapat mengendalikan kepada individu yang sehat sendiri dan tahan ketika rintangan, memiliki diri daya maupun atau dan yang memelihara, melindungi sakit untuk mengahadapi berkembang dan mendorong mampu kearah hidup yang sehat sesuai wewenang dan tanggung jawab penelitian ini terdiri atas 85 masing-masing sebagai upaya perawat Rumah Sakit Umum untuk Pusat Fatmawati Jakarta-Selatan mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum D. Teknik Pengumpulan Data dan sesuai dengan moral dan Untuk mengumpulkan data etika. Skala Kinerja Perawat yang diperlukan dalam penelitian disusun berdasarkan Formulir ini digunakan kuesioner berbentuk Penilaian Perawat skala Likert yaitu Skala Kinerja RSUP. Fatmawati yang terdiri Perawat dan Skala Kecerdasan dari: kemampuan profesional, Emosional. sikap atau perilaku, disiplin 1. Skala Kecerdasan Emosional kerja, Kinerja dan kemampuan managerial. Skala kecerdasan emosional disusun berdasarkan komponen kecerdasan emosi C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi yaitu mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi Populasi dalam penelitian diri, mengenali emosi orang ini adalah keseluruhan perawat lain, Rumah dengan orang lain. Skala ini Sakit Umum Pusat membina Fatmawati Jakarta-Selatan yang disusun berjumlah 459 perawat rawat Likert, inap. pernyataan hubungan berdasarkan item skala terdiri yang atas bersifat favourable dan unfavourable, 2. Sampel dengan menggunakan kategori Teknik sampel pada pengambilan penelitian ini respon tingkat kesesuaian yang mempunyai variasi jawaban menggunakan teknik Purposive sebagai berikut : sangat sesuai Sampling. Adapun sampel pada (SS), sesuai (S), agak sesuai (AS), agak tidak sesuai (ATS), umum adalah mengukur apa yang tidak sesuai (TS), sangat tidak harus diukur. Validitas berasal dari sesuai (STS). kata validity yang mempunyai arti sejauh 2. Skala Kinerja Perawat Skala kinerja perawat disusun berdasarkan Formulir Penilaian Kinerja Perawat RSUP Fatmawati yang terdiri dari kemampuan pprofessional, sikap atau perilaku, disiplin kerja, managerial. dan Skala kemampuan ini disusun berdasarkan skala Likert dengan menggunakan kategori respon tingkat kesesuaian yang mempunyai variasi jawaban sebagai berikut : sangat baik, baik, cukup, dan kurang. E. Validitas kecermatan Reliabilitas Instrumen Pengumpulan Data 1. Validitas Validitas tes menyangkut apa yang diukur tes dan seberapa baik tes tersebut dapat mengukur apa yang harus diukur dari tes berikut. Validitas tes memberi informasi tentang apa yang bisa disimpulkan dari skor-skor tes. Validitas secara ketepatan suatu dan instrumen pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 1997). Menurut Azwar (1997), suatu item dikatakan valid apabila nilai koefisiennya (pada output SPSS, dapat dilihat pada kolom Corrected Item-Total Correlation ≥ 0,300. 2. Reliabilitas Reliabilitas diterjemahkan dari kata reliability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggi maksudnya adalah pengukuran yang dapat dan mana menghasilkan data yang reliabel. Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil ukur dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, jika aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah. Reliabilitas sangat erat kaitannya dengan ketepatan dan ketelitian pengukuran. Pengukuran dikatakan stabil jika pengukuran pada sebuah obyek F. Teknik Analisis Data dilakukan Pengolahan data dalam adalah dengan berulang-ulang pada waktu yang penelitian berbeda, menunjukkan hasil yang melakukan analisis deskriptif dan sama, korelasional. dikatakan ekivalen jika pengukuran menunjukkan pengukuran yang sama jika korelasional peneliti lain atau dengan dilakukan hasil ini Menurut Maman (dalam Ridwan, 2001) penelitian adalah penelitian melakukan analisis memakai contoh item lain, serta deskriptif untuk menganalisis data dikatakan konsisten internal jika mengenai gambaran kinerja item-item yang perawat. Selanjutnya untuk digunakan adalah konsisten satu menguji sama atau lain. reliabilitas, indikator hipotesis Tinggi rendahnya analisis korelasional. secara empirik statistik yang dilakukan dipakai Teknik untuk ditunjukkan oleh suatu angka yang menguji hipotesis dalam penelitian disebut nilai koefisien reliabilitas. ini adalah teknik korelasi product Kesepakatan moment secara umum, dari Pearson dengan reliabilitas yang dianggap sudah menggunakan program SPSS versi cukup memuaskan jika ≥ 0,700 17. (pada output SPSS, dapat dilihat pada nilai Alpha) (Azwar, 2008). dengan BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN Persiapan dalam penelitian ini persiapan alat ukur pengambilan hipotesis. data Proses penelitian berlangsung pada tanggal 01 – 15 September 2011 bertempat di daerah A. Persiapan Penelitian adalah uji yang Jakarta Selatan. Untuk pengambilan data penelitian, peneliti meminta meliputi penyusunan skala kecerdasan bantuan kepada staff Rumah Sakit emosinal yang yang berdasarkan dikembangkan dinamika kecerdasan sudah diberi penjelasan bagaimana cara untuk mengisi angket emosional, sedangkan skala kinerja tersebut, perawat yang berdasarkan dinamika sebanyak 85 angket semua kembali kinerja perawat. Untuk mendapatkan dan terisi dengan lengkap. Pelaksanaan subjek penelitian seperti yang telah pengumpulan data penelitian pada direncanakan peneliti umumnya berjalan dengan lancar. kepada Namun demikian terdapat beberapa perawat di lingkungan Rumah Sakit kendala seperti keengganan subjek Umum Jakarta untuk mengisi angket dikarenakan untuk banyaknya jumlah item yang harus mendapatkan subjek secara cepat, diisi dan subjek sedang terburu-buru dengan tetap berpedoman pada kriteria sehingga tidak memiliki banyak waktu subjek untuk mengisinya. menyebarkan Pusat Selatan, (bab III), kuesioner Fatmawati dengan maksud penelitian yang sudah ditentukan sebelumnya. peneliti menyebarkan C. Hasil Penelitian B. Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini menggunakan try 1. Hasil Uji Validitas dan out terpakai, hal ini dilakukan untuk Reliabilitas karakteristik pekerja atau responden, a. Skala Kecerdasan serta untuk mendapatkan kesesuaian data uji validitas dan reliabilitas Emosional Reliabilitas alat pengumpul (1) Uji Validitas Uji validitas untuk skala kecerdasan emosional dalam penelitian ini menggunakan teknik item – total yaitu corelation mengkorelasikan skor item dengan skor total dengan korelasi Pearson moment item product dan dibantu dengan program SPSS versi 17. Untuk ambang validitas item yang data dalam penelitian ini diuji dengan Koefisien dengan Alpha Cronbach kesepakatan secara umum, reliabilitas yang dianggap sudah cukup memuaskan jika > 0.700. Dari hasil uji reliabilitas tersebut, alat ukur diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0.965. b. Skala Kinerja Perawat (1) Uji Validitas digunakan dalam penelitian Uji validitas untuk ini menggunakan koefisien validitas sebesar ≥ 0.300 Azwar (1997). Pada kecerdasan emosional dari 50 item yang dianalisis diperoleh 43 item yang valid. Korelasi skor total pada bergerak item-item valid antara 0.362 skala kinerja perawat dalam penelitian ini menggunakan teknik item – total yaitu corelation mengkorelasikan skor item dengan skor dengan korelasi moment total Pearson item product dan dibantu dengan program sampai 0.861. (2) Uji Reliabilitas SPSS versi 17. Untuk ambang validitas item yang Untuk mengetahui konsistensi alat ukur, maka digunakan uji reliabilitas. digunakan dalam penelitian ini menggunakan koefisien validitas sebesar ≥ 0.300 kelompok dari identitas diri yaitu Azwar (1997). Pada kinerja usia dan jenis kelamin perawat dari 16 item yang dianalisis diperoleh 16 item 3. Uji Hipotesis yang valid. Korelasi skor Berdasarkan hasil uji hipotesis total pada item-item valid bergerak antara 0.599 dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik sampai 0.944. korelasi product moment dengan program SPSS versi 17. (2) Uji Reliabilitas Berdasarkan analisis data yang mengetahui dilakukan diketahui bahwa koefisien konsistensi alat ukur, maka korelasi antara kecerdasan emosional digunakan uji reliabilitas. dan Reliabilitas alat pengumpul menghasilkan nilai r sebesar 0,229 data dalam penelitian ini dengan taraf signifikasi sebesar 0.046 diuji Koefisien (p < 0.05). Dari hasil tersebut, dapat dengan dilihat bahwa ada hubungan positif kesepakatan secara umum, yang signifikan antara kecerdasan reliabilitas yang dianggap emosional dan kinerja perawat pada sudah cukup memuaskan perawat jika > 0.700. Dari hasil uji penelitian ini. Untuk dengan Alpha Cronbach reliabilitas tersebut, alat kebutuhan yang kinerja menjadi perawat subjek ukur diperoleh D. Pembahasan nilai Penelitian ini bertujuan untuk reliabilitas sebesar 0.974. menguji hipotesis : “terdapat hubungan 2. Deskripsi Subjek Penelitian Pada subjek yang berjumlah 85 orang yang dilakukan dengan pembagian berdasarkan beberapa positif yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan kinerja perawat pada Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta-Selatan”. Hasil analisis setelah dilakukan uji bahwa 80% penopang kesuksesan seseorang nilai ditentutkan oleh faktor kecerdasan koefisien korelasi menghasilkan nilai r emosional, hal ini disebabkan karena sebesar 0.229 dengan taraf signifikasi kecerdasan sebesar memberikan product moment hipotesis diketahui seorang yang sukses dalam hidupnya. diterima, 0.046 dengan (p<0.05). Hal ini akademik saja tidak kesiapan untuk menunjukkan bahwa terdapat korelasi menghadapi gejolak yang ditimbulkan positif oleh yang signifikan antara kesulitan-kesulitan hidup. kecerdasan emosional dengan kinerja Kecerdasan emosional adalah suatu perawat pada Rumah Sakit Umum kemampuan Pusat Fatmawati Jakarta-Selatan, maka memahami dan menerapkan kekuatan semakin tinggi tingkat kecerdasan dan ketajaman emosi sebagai sumber emosional yang dimiliki subjek, maka energi, semakin tinggi pula tingkat kinerja Kemampuan perawatnya. Sebaliknya jika semakin adanya rendah tingkat kecerdasan emosional kedalam diri sendiri dan keluar diri. yang dimiliki subjek untuk informasi ini mengindra, dan pengaruh. dicirikan kemampuan yang dengan bersifat maka akan Subjek dalam penelitian ini terdiri semakin rendah pula tingkat kinerja dari 8 subjek pria dengan persentase perawatnya. 9.41% dan 77 subjek wanita dengan Hal ini sesuai dengan pernyataan persentase 90.59%. Hasil perhitungan Goleman (dalam Armiyanti, 2008) deskripsi subjek penelitian berdasarkan bahwa jenis ada banyak mempengaruhi kegagalan menghadapi faktor yang keberhasilan dan seseorang dalam permasalahannya, Kecerdasan bila tidak diketahui rata-rata kecerdasan emosional lebih tinggi pada subjek wanita (R=197.38) dibandingkan pada pria (R=178.12). diantaranya adalah faktor kecerdasan emosional. kelamin Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Leslie Brody dan Judith disertai dengan pengolahan emosi Hall yang baik tidak akan menghasilkan meringkas (dalam Goleman, penelitian 2007) tentang perbedaan-perbedaan emosi antara pria Freedman (2006) bahwa orang yang dan bahwa lebih tua mungkin lebih tinggi dalam karena perempuan lebih cepat terampil kecerdasan emosional, penemuan ini berbahasa dari pada laki-laki, maka menunjukkan kecerdasan emosional mereka lebih berpengalaman dalam adalah kemampuan berkembang, ada mengutarakan perasaannya dan lebih kemungkinan cakap dalam hidup akumulasi berkontribusi pada untuk EQ. wanita, menyebutkan daripada memanfaatkan laki-laki kata-kata menjelajahi dan untuk menggantikan reaksi-reaksi emosional seperti perkelahian fisik. bahwa Berdasarkan hasil pengalaman perhitungan perbandingan mean empirik dan mean hipotetik pada penelitian ini juga Subjek dalam penelitian ini terdiri diketahui bahwa secara umum subjek dari 44 subjek berusia 21-30 tahun penelitian dengan persentase 51.76%, 33 subjek emosional yang baik. Mean empirik berusia 31-40 tahun dengan persentase skala 38.82% dan 8 subjek berusia 41-50 107.16 berada pada posisi tinggi yang tahun dengan persentase 9.41%. Hasil berarti secara umum subjek penelitian perhitungan deskripsi subjek penelitian memiliki kecerdasan emosional yang berdasarkan usia diketahui rata-rata tinggi. kecerdasan emosional lebih tinggi mereka yang mempunyai kecerdasan pada subjek berusia 41-50 tahun emosional yang lebih tinggi lebih (R=198.87). sedangkan pada subjek memungkinkan untuk sukses daripada usia 21-30 tahun (R=195.77) dan mereka yang mempunyai pengalaman subjek 31-40 tahun (R=194.51). relevan ataupun IQ tinggi. Dengan Hal tersebut dikarenakan bila usia kata memiliki kecerdasan Menurut lain kecerdasan emosional Cherniss kecerdasan yaitu (2000) emosional subjek lebih tua akan mempengaruhi merupakan predictor yang lebih baik pula dalam perkembangan kecerdasan kesuksesan daripada emosionalnya. Hal ini sesuai dengan pengalaman relevan ataupun IQ yang hasil penelitian Fariselli, Ghini dan tinggi. subjek berdasarkan usia diketahui BAB V bahwa rata-rata kecerdasan emosional PENUTUP pada subjek usia 41-50 tahun lebih tinggi dibandingkan subjek usia 21-30 tahun dan 31-40 tahun yaitu sebesar A. Kesimpulan 198.87. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan emosional (EQ) dengan kinerja perawat pada Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta- Selatan. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat kecerdasan emosional yang dimiliki subjek, maka semakin tinggi pula tingkat Sebaliknya kinerja jika perawatnya. semakin rendah tingkat kecerdasan emosional yang dimiliki subjek maka akan semakin rendah pula tingkat kinerja perawatnya. Berdasarkan hasil perhitungan deskripsi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin diketahui rata-rata kecerdasan emosional lebih tinggi Berdasarkan hasil perhitungan perbandingan mean empirik dan mean hipotetik pada penelitian ini juga diketahui bahwa secara umum subjek penelitian memiliki kecerdasan emosional yang baik. Mean empirik skala kecerdasan emosional yaitu 107.16 berada pada posisi tinggi yang berarti secara umum subjek penelitian memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Menurut seseorang yang Goleman (1999) memiliki tingkat kecerdasan emosi yang tinggi memiliki lebih besar kemungkinan untuk merasa bahagia dan berhasil dalam hidupnya, dan ditandai juga dengan adanya kemampuan untuk menguasai pikiran dan emosinya yang dapat mendorong produktivitas mereka. pada subjek wanita yaitu 197.38, dibandingkan pada subjek pria yaitu 178.12. Hasil perhitungan deskripsi B. Keterbatasan Penelitian Dalam melakukan penelitian masih terdapat berbagai kelemahan dan kekurangan, walaupun penulis dengan lingkungan dan dapat telah berupaya semaksimal mungkin menentukan dengan berbagai usaha untuk membuat sendiri hasil meningkatkan kinerjanya. penelitian ini bisa menjadi sempurna. Penulis menyadari bahwa keterbatasan penelitian ini 2. adalah keberhasilan sehingga diri dapat Bagi Rumah Sakit Dikarenakan penelitian ini sampel penelitian yang digunakan terbukti bahwa ada hubungan terbatas pada perawat Ruang Paviliun antara kecerdasan emosional (EQ) Anggrek, Ruang Eksekutif atau VIP dengan kinerja perawat pada lantai IV GPSE, dan Gedung Prof. Rumah Sakit Umum Pusat Sularto Ortopedi lantai I. Hal ini Fatmawati Jakarta-Selatan maka dikarenakan diharapkan alasan prosedural para perawat sehingga hasilnya kurang mendapatkan mempersiapkan diri sejak dini gambaran komprehensif. dalam melatih kecerdasan emosi, lebih mengenali dan mengelola emosi C. Saran Dari diri, memotivasi, dan hasil penelitian yang meningkatkan relasi sosial agar maka peneliti akan dapat memahami konsep atau memberikan saran-saran untuk peneliti aspek-aspek tentang kecerdasan selanjutnya. emosional sebagai pola pikir yang dilakukan Adapun saran-saran tersebut adalah : 1. konstruktif dalam kehidupannya. Bagi Subjek Penelitian 3. Bagi Peneliti selanjutnya Hendaknya bagi perawat dapat Diharapkan membantu selanjutnya perawat lain pada penelitian dapat mendapatkan pengetahuan agar mengembangkan lebih mampu mengenali emosi dengan diri sendiri dan orang lain, mampu beragam. mengendalikan yang hanya mencakup ruang lingkup keharmonisan yang terbatas, agar penelitian ini mempengaruhi emosi sampel Hasil penelitian yang penelitian lebih ini dapat digeneralisasikan secara seperti motivasi kerja, komunikasi luas, maka melakukan interpersonal, stress kerja, tipe penelitian lebih lanjut dengan kepemimpinan demokratis, dan lebih lain-lain. perlu memperhatikan variabel- variabel lain yang mungkin dapat berpengaruh dalam penelitian ini, DAFTAR PUSTAKA Ali, Z. (1999). Dasar-dasar keperawatan professional. Jakarta: Widya Medika. Armiyanti, E.O. (2008). Pengaruh kecerdasan emosional terhadap kecenderungan perilaku delinkuen pada remaja. Psikovidya, Volume: 12. 1-10. As’ad, M. (1995). Psikologi industri “Seri ilmu sumber daya manusia”. Edisi ke 4. Yogyakarta: Liberty. Azwar, S. (1997). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Cherniss, C. (2000). The business case for emotional intelligence: Prepared for the consortium for research on emotional intelligence in organizations. Rutgers University. Departemen Kesehatan R.I. (2002). Studi pengkajian pengembangan manajemen kinerja klinik perawat dan bidan, Direktorat keperawatan dan keteknisian medik direktorat jendral pelayanan medik Depkes RI. Jakarta. Fariselli, L., Ghini, M. dan Freedman, J. (2006). Emotional intelligence and age. http://www.6seconds.org/sei /wp-age.php (Diakses tanggal 31 Desember 2010). Furtwenger, D. (2002). Penilaian kinerja. Yogyakarta: Andi. Goleman, D. (1999). Kecerdasan emosi untuk mencapai puncak prestasi (working with emotional intelligence). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Goleman, D. (2009). Kecerdasan emosional : Mengapa EI lebih penting daripada IQ. Terjemahan: Hermaya, T. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Gottman, J., & Claire, D.J. (2003). Kiat-kiat membesarkan anak yang memiliki kecerdasan emosional. Terjemahan: Hermaya, T. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Gunarsa & Gunarsa. (1995). Psikologi perawatan. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia. Hadi, S. (2004). Metode research: Jilid 1. Yogyakarta: Andi. Hamid, S.A. (2008). Asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: EGC. Handoko, H.T. (1992). Manajemen personalia dan sumber daya manusia. Yogyakarta: BPFE. Harlley. (1997). Keperawatan profesional. http://fahrizal89.wordpress.c om (Diakses tanggal 04 Mei 2011). Hasibuan, M.S.P. (1994). Manajemen sumber daya manusia. Jakarta: CV. Haji Mas Agung. Hermawan. (2003). Pengaruh kepemimpinan dan iklim organisasi terhadap kinerja penyusunan anggaran di biro keuangan dan perlengkapan departemen perindustrian dan perdagangan jakarta. Tesis (tidak diterbitkan). Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Lanawati, S. (1999). Hubungan antara emotional intelligence (EI) dan intelligensi (IQ) dengan prestasi belajar siswa SMU Methodist di Jakarta. Tesis (tidak diterbitkan). Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Lumenta, B. (1998). Perawat, citra, peran, dan fungsi: Tujuan fenomena sosial. Yogyakarta: Kanisius. Melianawati, F.X., Prihanto, S., & Tjahjoanggoro, A.J. (2001). Hubungan antara kecerdasan emosional dengan kinerja karyawan. Anima, 17 (1). 57-62. Molan (1998). Perilaku organisasi. Jakarta: Prentice Hall, Inc. Niven, N. (2002). Psikologi kesehatan: Pengantar untuk perawat dan profesional kesehatan lain. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. Patton, P. (2000). EQ: Pengembangan sukses lebih bermakna. Jakarta: Media Publishers. Prabowo, H., & Suhendra, E.S. (2008). Diktat kursus SPSS. Jakarta : Universitas Gunadarma. Ridwan, D. (2001). Tradisi baru penelitian agama Islam: tinjauan antardisiplin ilmu. Bandung: Yayasan Nusantara Cendikia. Rudyanto, E. (2010). Hubungan antara kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual dengan perilaku prososial pada perawat. Skripsi (tidak diterbitkan). Solo: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Sarafino, E.P. (2002). Health psychology: Biopsychosocial interactions. New York: John Wiley & Sons, Inc. Schemerhorn, et. Al. (1993). Managing organizational behavior. New York: John Wiley & Sons, Inc. Setiadi, A. V. A. (1999). Hubungan antara kecerdasan emosional dengan keberhasilan bermain game . Skripsi (tidak diterbitkan). Fakultas Psikologi Universitas Surabaya, Surabaya. Shapiro, L. (1997). Mengajarkan emotional intelligence pada anak. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum. Smet, B. (2004). Psikologi kesehatan. Jakarta: Grasindo. Soejitno, S. (2002). Reformasi perumahsakitan Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Srimulyo (1999). Industrial psychology. Sixth Edition. New Delhi: Prentice – Hall. Suprihanto, J. (1998). Pengantar bisnis ”Dasar-dasar ekonomi perusahaan”. Yogyakarta: Liberty. Swansburg, R.C. (1999). Introductory management and leadership for nurses. Canada: Jones and Barlett Publishers. Surat Keputusan Dirjen Pelayanan Medik. (1997). Pedoman hak dan kewajiban pasien, dokter, dan rumah sakit. Jakarta. Tjiptono (1997). Service, quality, and satisfaction. Yogyakarta: Andi Offset Wirawan (1998). Kualitas pelayanan keperawatan. http://semayarsismd.blogspo t.com (Diakses tanggal 04 Februari 2011).