Ringkasan Khotbah - 14 April 2013 Depresi karena Dosa Mzm. 51:1-21, Rm. 5:20-21 Pdt. Andi Halim, M. Th. Roma pasal 5 – 8 adalah tulisan Rasul Paulus mengenai pergumulan orang percaya terhadap dosa. Ada beberapa sikap manusia terhadap dosa. Pertama, menganggap bahwa dosa itu biasa saja, tidak ada masalah dengan dosa. Mereka menikmati dosa itu seperti saat meminum kopi, menganggap manusia berdosa itu sebagai sesuatu yang wajar. Kedua, orang yang menganggap dirinya tidak berbuat dosa. Mereka adalah orang yang religius dan mengejar hidup saleh tanpa dosa. Kelompok ini terkenal sebagai orang yang sangat rohani dan suci hidupnya. Mereka percaya bahwa mereka sanggup untuk hidup saleh dan tidak berbuat dosa. Ketiga, orang yang tidak peduli dengan masalah dosa. Hal yang terpenting dalam hidup mereka bukan dosa mereka tetapi hal-hal duniawi seperti kekayaan, kesuksesan, kesehatan, dll. Mereka tidak peduli apakah mereka berdosa atau tidak. Tetapi menurut Alkitab, orang yang rohani adalah orang yang punya pergumulan berat dengan dosa. Orang rohani disini berbeda dengan tipe kedua yang disebutkan sebelumnya karena tipe kedua tersebut adalah orang munafik dan tertipu dengan kesalehan yang ia buat sendiri. Contoh mengenai tipe kedua ini adalah pemuda kaya yang datang ke Tuhan Yesus. Pemuda kaya ini merasa dirinya sudah melakukan apa yang diperintahkan Tuhan dari sejak kecilnya. Ia menganggap dirinya saleh dan berprestasi dalam hal rohani. Alkitab dengan serius membicarakan masalah dosa. Pergumulan dengan dosa bisa membuat orang menjadi depresi dan tertekan. Dosa membuat orang percaya tidak mungkin bisa hidup dengan enak ataupun nyaman. Mazmur 51 merupakan pergumulan dari Daud, raja yang dikasihi Tuhan. Peristiwa Daud berzinah dengan Batsyeba dimasukkan dalam Alkitab dan dibaca segala zaman. Bagaimana jika kisah hidup kita dimasukkan dalam Alkitab dan dibaca oleh semua orang? Bagaimana pula harusnya sikap kita dalam membaca kisah Daud ini? Apakah kita merendahkan Daud karena ia berdosa? Tidak. Seharusnya dalam membaca bagian ini kita mengetahui bahwa bagian ini merupakan pergumulan riil seseorang dalam menghadapi dosa. 1/4 Ringkasan Khotbah - 14 April 2013 Rasul Paulus menjabarkan mengenai dosa dalam Roma pasal 5-8. Keempat pasal ini berisi pergumulan riil mengenai dosa. Rasul Paulus menjelaskan bahwa pergumulan dengan dosa merupakan pergumulan yang luar biasa. Jika orang Kristen tidak pernah bergumul dalam dosa, ia bukan orang Kristen. Banyak orang Kristen yang belum sungguh-sungguh menjadi Kristen. Mereka menjadi Kristen bukan karena mereka percaya tetapi karena mereka telah menerima mujizat, misalnya: disembuhkan dari penyakit, diberi kekayaan, dsb. Mereka belum menjadi orang Kristen sejati, meskipun dalam beberapa kasus Tuhan memberikan kasih karunia kepada mereka dan mengubah mereka dengan memberikan motivasi yang benar. Poin utama orang Kristen adalah bergumul dengan dosa. Dosa bukan sekedar terjadi dengan kebetulan. Terjadinya dosa berada di dalam ketetapan rencana Allah. Tidak ada yang kebetulan dalam dunia ini, semua ada di dalam kontrol dan kendali Allah. Bagaimana dengan dosa? Apakah dosa ada di dalam penetapan Allah? Jika dosa bukan rencana Allah lalu rencana siapa? Tuhan punya maksud dalam setiap hal, termasuk dosa. Segala hal ada di dalam kontrol Allah tetapi bukan berarti manusia tidak bertanggung jawab. Allah bertanggung jawab atas segala sesuatu tetapi manusia tetap bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukannya. Tuhan menetapkan dosa tetapi tidak meniadakan tanggung jawab manusia. Dua hal ini tidak boleh dipertentangkan dan tidak saling meniadakan. Penetapan Allah akan dosa tidak menghilangkan tanggung jawab manusia. Tanggung jawab manusia tidak meniadakan penetapan Allah. Mengapa Allah tidak langsung melenyapkan dosa? Kenapa iblis tidak langsung dilenyapkan oleh Allah? Allah bisa saja langsung menghabisi iblis tetapi Tuhan memberikan waktu kepada iblis di dunia ini. Mengapa? Karena Tuhan punya maksud baik di dalam setiap tindakan-Nya. Daud orang yang dulunya begitu rendah hati dan tulus. Tetapi setelah Daud menjadi raja dan mempunyai posisi tinggi dan kerajaan yang makin luas, Daud menjadi sombong. Puncak kesombongan Daud terlihat dalam peristiwa perzinahannya dengan Batsyeba. Ketika ia melihat Batsyeba, ia langsung memerintahkan untuk memanggilnya. Daud merasa begitu berkuasa sehingga ia merasa bisa memiliki semuanya. Allah mau mendidik Daud dalam kesombongannya. Allah mampu mencegah Daud berdosa tetapi Ia tidak melakukannya. 2/4 Ringkasan Khotbah - 14 April 2013 Peristiwa ini mirip dengan peristiwa Hawa ketika tertarik dengan buah yang dilarang. Kenapa Tuhan tidak menghalangi Hawa saat akan mengambil buah tersebut? Kenapa Tuhan tidak menghalangi Daud saat akan berzinah? Semua peristiwa itu ada di dalam penetapan Allah tetapi Daud tetap harus bertanggung jawab. Melalui peristiwa ini Daud sadar bahwa ia bukan siapa-siapa. Kesadaran ini merupakan kasih karunia Allah. Saat Daud berdosa, ia masih dipelihara Allah, buktinya adalah kedatangan Nabi Nathan. Jika Tuhan sudah tidak peduli dengan Daud, Ia tidak akan mengutus Nabi Nathan. Pergumulan Daud dengan dosa dituangkan dalam Mazmur 51. Daud menyadari adanya dosa asal (Mzm. 51:7). Doktrin ini mematahkan ajaran agama lain bahwa manusia lahir dalam keadaan putih bersih. Hanya kekristenan yang menegaskan bahwa manusia sejak lahir sudah berdosa. Rasul Paulus juga menuliskan bahwa maut sudah menjalar kepada semua orang karena Adam sudah berdosa (Rm. 5:12). Jika manusia memang dilahirkan putih bersih, mengapa tidak ada yang berhasil mempertahankan keadaannya yang tidak berdosa itu hingga dewasa? Anak kecil perlu diajar mengenai hal yang baik seperti mengucapkan terima kasih, dan sebagainya, tetapi kenapa tanpa harus diajar pun mereka mengerti bagaimana caranya berbohong? Penjelasan yang logis adalah karena manusia sudah berdosa sejak lahir (dosa asal) sehingga keadaan ini memungkinkan manusia untuk tidak tak berdosa. Kesimpulannya, orang yang rohani dan hidup dalam kebenaran selalu bergumul dalam dosa. Kenapa Tuhan memberikan pergumulan ini? Pertama, karena ini merupakan proses penggenapan rencana Allah. Manusia harus sadar bahwa ia berdosa di hadapan Allah. Manusia harus sadar akan makna dosa dan ketidakberdayaan kita di hadapan Tuhan. Dosa bukan hanya masalah moral. Dosa adalah meleset dari sasaran Allah. Dosa adalah tidak bisa mencapai target kesempurnaan Allah. Kedua, orang yang menyadari dosanya adalah orang yang terus bergumul dengan masalah dosa. Orang makin rohani makin bergumul dengan dosa, karena makin peka dengan pengertian dosa yang sejati. Orang yang merasa dirinya tidak berdosa justru orang yang tidak beres. 3/4 Ringkasan Khotbah - 14 April 2013 Ketiga, karena kesadaran akan dosa yang demikian besar dan kesadaran akan ketidakberdayaannya (hopeless) untuk keluar dari dosa, maka solusinya hanya satu, yaitu Yesus Kristus. Yesus telah mati di kayu salib untuk menggantikan kita orang-orang berdosa. Keempat, orang yang sudah berada dalam Kristus tetap ada pergumulan dengan dosa. Rasul Paulus sudah bertobat tetapi ia tetap bergumul dalam dosa. Dosa merupakan didikan dari Allah supaya kita terus belajar bergantung kepada-Nya dan tidak sombong. Inilah yang disebut dengan pendewasaan rohani. Dewasa secara rohani adalah semakin dalamnya kebergantungan dengan Allah. Kelima, meskipun kita terus disadarkan bahwa kita adalah orang berdosa yang tidak layak, namun kita diingatkan oleh Rasul Paulus bahwa kita bukan lagi hamba dosa. Kita harus mempersembahkan hidup kita bagi kemuliaan Allah karena kita adalah hamba Allah. (Transkrip ini belum diperiksa oleh pengkhotbah, MD). 4/4