Retreat PRMI: Move - Gereja Methodist Indonesia Immanuel

advertisement
3
Editorial
TEMA EDISI KALI INI
CINTA RUMAH-MU,
MEMBANGUNKANKU
“Kami mengucap syukur, Tuhan t’lah pimpin langkahmu.
Untukmu, teman, selamat ulang tahun.” Demikian
penggalan lagu ulang tahun yang sering saya nyanyikan
ketika saya masih mengikuti persekutuan remaja di PRMI
dulu. Momen ulang tahun seringkali menjadi momen
yang berkesan bagi kita semua; momen dimana temanteman kita memberikan ucapan selamat atas waktu satu
tahun yang kita lalui dalam dunia. Sambil memberikan
ucapan selamat, mereka menitipkan harapannya di
dalam doa, agar kita terus bertumbuh semakin dewasa;
agar kita semakin sukses; dan agar setiap harapan
dan cita-cita kita boleh dikabulkan. Seiring dengan
bertambahnya umur, maka kita sadar akan semakin
banyaknya waktu yang telah kita lewati di dunia ini.
Terkadang kita ingin menengok kembali ke belakang,
melihat apa saja yang telah kita kerjakan selama ini,
mencoba mengenang masa-masa indah yang pernah kita
lewati.
Tahun ini, GMI Imanuel sudah menginjak usianya yang
ke-43. Entah kita sadari atau tidak, sudah banyak berkat
yang Tuhan telah sediakan melalui GMI Imanuel. Entah
kita akui atau tidak, sudah banyak pekerjaan yang Tuhan
telah kerjakan melalui gereja kita. Tentunya akan menjadi
hal yang patut disayangkan apabila berkat dan pekerjaan
Tuhan tersebut hanya disimpan dalam hati. Oleh karena
itu, pada edisi kali ini, Gracia ingin mengajak kita semua
untuk menyaksikan berkat-berkat dan buah-buah
pekerjaan Tuhan yang telah dialami sebagian jemaat kita.
Kiranya dengan adanya kesaksian-kesaksian tersebut, kita
dapat bertumbuh untuk semakin mencintai gereja dan
semakin mencintai Tuhan.
Selamat ulang tahun, GMI Imanuel! Selamat ulang tahun
seluruh jemaat GMI Imanuel! Kiranya di momen ulang
tahun ini, kita dapat terus giat melakukan pekerjaan
Tuhan, supaya suatu saat nanti, ketika kita menengok
kembali ke hari ini, kita dapat mengucap syukur untuk
setiap pekerjaan Tuhan yang telah dikerjakan-Nya
melalui setiap diri kita. Selamat membaca Gracia edisi
HUT ini. Tuhan memberkati!
BEDAH NATS
...
4
...
9
...
12
...
14
...
16
...
19
...
...
...
...
...
...
...
22
23
23
24
24
25
25
...
...
26
27
Resep Makanan: Gulai Asam Ikan Bawal Hitam ...
...
Katakan dengan Bunga
29
30
Kisah Para Rasul 2:41-47
RENUNGAN
Peranan Gereja Masa Kini
ARTIKEL
Kritik dan Teguran Bagi Pemimpin
PROFIL
Ev. Budi Dermawan
APAKAH ANDA TAHU?
Lebih Baik Dimasak atau Dimakan Mentah?
SIAPAKAH DIA?
Majelis Komisi Media Literatur GMI Imanuel
APA KATA MEREKA?
Yosua & Emmeline (PRMI)
Maria Wijaya & Grace Rosalina (PWMI)
Diany & Budi (P3MI)
Andreas Susanto & Junarti Lisa (Majelis)
Rudi Kristopher & Tjan Poh Sun (P2MI)
Pdt. Francis Lay & Ev. Yenty S. (Hamba Tuhan)
Irwan Samudera & Melda Koesuma (Pasutri)
KESAKSIAN
Dari ‘dalam’ ke ‘luar’ GMI Imanuel
Dari ‘luar’ ke ‘dalam’ GMI Imanuel
KARYA KITA
RESENSI
Film: Letters to God
Buku: Tempat Terindah di Belantara Kota
...
...
34
38
...
...
...
39
40
42
LIPUTAN
Retreat PRMI
Seminar Internet Aman dan Sehat
Kebersamaan dengan Tim Misi dari Korsel
Prawira Atmaja
4
5
Bedah Nats
Bedah Nats
memuliakan nama Tuhan, seharusnya mengarah kepada
hidup yang semakin serupa dengan Kristus, sebagai
Tuhan Allah Pencipta dan Penebus kita. Menghidupi
hidup yang diberikan Allah sesuai dengan kehendak,
tujuan dan rencana-Nya.
Perwujudannya di antaranya adalah dengan belajar
untuk menjalankan hidup benar di hadapan Tuhan dalam
kehidupan sehari-hari; semakin belajar untuk mengenal
Tuhan dalam suatu relasi yang intim bersama Tuhan baik
secara pribadi maupun dalam suatu komunitas orang
percaya; hingga akhirnya, baik secara langsung maupun
tidak langsung, dapat memberitakan Injil kepada orang
lain. Secara langsung yaitu melalui semangat dalam
melakukan misi dan ber-PI (Pekabaran Injil). Secara
tidak langsung yaitu melalui teladan hidup kita, di
mana pun dan kapan pun kita berada. Sehingga pada
akhirnya, setiap orang dapat mengenal dan menerima
Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya
sehingga semakin bertambah jumlah orang yang boleh
dimenangkan bagi Kristus dan nama Tuhan semakin
dimuliakan di atas muka bumi ini.
Ev. Christian Kurniawan
Mari Bersama, Kita Mempraktekkan
Kehidupan Jemaat Mula-Mula
Kisah Para Rasul 2 : 41-47
(41) Orang-orang yang menerima perkataannya itu
memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka
bertambah kira-kira tiga ribu jiwa.
(42) Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan
dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk
memecahkan roti dan berdoa.
(43) Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasulrasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda.
(44) Dan semua orang yang telah menjadi percaya
tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah
kepunyaan bersama,
(45) dan selalu ada dari mereka yang menjual harta
miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang
sesuai dengan keperluan masing-masing.
(46) Dengan bertekun dan dengan sehati mereka
berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka
memecahkan roti di rumah masing-masing secara
bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan
dengan tulus hati,
(47) sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua
orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah
mereka dengan orang yang diselamatkan.
Pendahuluan
Seorang Kristen yang telah diselamatkan, pastinya
akan menerima jaminan hidup kekal, yaitu masuk
Surga. Namun tidak langsung serta merta, masuk
ke Surga pada saat itu, bukan? Kenapa? Ya, tentu
saja karena kita tidak segera langsung pada saat itu
masuk Surga. Karena apabila kita langsung masuk
Surga, berarti kita langsung meninggal dunia. Nah, ini
berarti kita masih harus menjalani hidup di dunia ini.
Setelah kita menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan
dan Juruselamat kita, serta menerima jaminan
hidup kekal, bukan berarti kita berhenti sampai
situ saja. Tugas kita masih ada. Already but not
yet. Kita already (sudah) mendapatkan jaminan
keselamatan kekal, tapi not yet (belum tergenapi)
secara penuh karena masih menunggu konsumasinya
(penggenapan secara utuh) pada saat kita meninggal
dunia atau ketika Tuhan Yesus datang untuk kedua
kalinya. Selama not yet itulah, kita menjalani hidup
yang bukan hanya sekedar menjalankan hidup saja,
namun pastinya ada tugas dan tanggung jawab
yang Tuhan berikan. Suatu anugerah kesempatan
hidup yang Tuhan berikan, untuk dijalani dengan
tujuan untuk memuliakan nama Tuhan. Hidup yang
Hal ini sejalan dengan tema HUT gereja kita, GMI
Imanuel, pada tahun ini yaitu ‘Cinta Akan Rumah-Mu,
Membangunkanku’. Kata ‘rumah-Mu’ di sini tentunya
merujuk kepada rumah Tuhan (gereja). Gereja di sini
tentunya tidak hanya sekedar gereja dalam arti literal
berupa gedung gereja Tuhan secara fisik saja, namun
juga gereja dalam gambaran sebagai tubuh Kristus.
Tubuh Kristus yang terdiri dari beberapa anggota tubuh
Kristus, yaitu kumpulan orang-orang percaya.
Dengan sikap setiap jemaat Tuhan untuk mencintai
akan rumah Tuhan, baik mencintai bangunan gereja
secara fisik maupun mencintai gereja sebagai kumpulan
komunitas orang percaya, pastinya Tuhan akan
memberikan suatu kebangkitan dan pertumbuhan bagi
gereja tersebut. Kebangkitan kerohanian masing-masing
jemaat sebagai tubuh Kristus akan berdampak pula
terhadap pertumbuhan jumlah jemaat gereja. Namun
pertanyaannya sekarang adalah apakah kita sebagai
umat Tuhan sudah mencintai gereja kita. Mencintai
Gereja Methodist Indonesia (GMI) Imanuel sebagai
rumah Tuhan secara fisik maupun mencintai gereja yang
melambangkan komunitas orang percaya. Tapi mungkin
kita belum tahu bagaimana caranya.
Pada kesempatan ini, kita akan sama-sama belajar dari
apa yang Alkitab katakan mengenai bagian ini, yang
dapat dilihat dalam kehidupan sehari-sehari jemaat
Kristen mula-mula di Yerusalem. Kehidupan mereka
mewakili gambaran gereja yang hidup dan sehat melalui
pertumbuhan kerohanian dan pertumbuhan jemaatnya.
Jemaat yang mencintai Tuhan, gereja dan sesamanya.
Kita akan coba melihat relasi yang dapat direlevansikan
dengan kehidupan gereja pada saat ini.
Kehidupan Jemaat Mula-Mula
Gereja yang bertumbuh, menurut Rick Warren dalam
bukunya The Purpose Driven Church, adalah gereja yang
hidup dan sehat. Bertumbuh secara kualitas juga secara
kuantitas. Kualitas di sini berkaitan dengan kehidupan
kerohanian jemaat, sedangkan kuantitas berkaitan
dengan jumlah jemaat. Kaitannya diharapkan adalah
dengan adanya suatu pertumbuhan kualitas kerohanian
seseorang akan mempengaruhi kerinduan dirinya untuk
membawa orang lain datang dan mengenal Tuhan.
Andaikan satu orang saja sudah memiliki kerinduan ini,
kita tentu akan melihat dampaknya, apalagi jika hal ini
terjadi pada seluruh anggota gereja. Tentu saja hal ini
tidak dapat kita pisahkan dari adanya peran Tuhan yang
memberikan pertumbuhan jumlah jemaat tersebut.
Di dalam Alkitab, kita dapat melihat hal ini di dalam
Kisah Para Rasul pasal 2 ayat 41-47, yang menceritakan
cara hidup jemaat mula-mula pada waktu itu. Kita akan
melihat kehidupan kerohanian jemaat mula-mula yang
berdampak terhadap lingkungan sekitar dan akhirnya
menambahkan jumlah orang yang percaya.
Jemaat di Kisah Para Rasul ini terdiri dari sebagian
orang-orang non-Yahudi (gentiles), dan juga sebagian
orang Yahudi yang telah bertobat menjadi pengikut
Kristus. Hal ini dapat dilihat di pasal 2 ayat 14, yaitu
ketika Rasul Petrus berkhotbah di hadapan orangorang Yahudi maupun non-Yahudi yang tinggal di
Yerusalem untuk mengikuti ibadah Pentakosta. Mereka
menunjukkan pertobatan mereka dengan cara memberi
diri mereka dibaptis di dalam nama Yesus Kristus untuk
pengampunan dosa mereka (ay. 38). Jumlah mereka kirakira sebanyak tiga ribu jiwa (ay. 41).
Keadaan mereka setelah bertobat tidak berhenti
hanya sampai dibaptis saja. Mereka mulai bertekun
bersama dalam pengajaran para rasul, persekutuan,
pemecahan roti dan doa bersama (ay. 42a). Mereka
biasa melakukannya di rumah salah satu jemaat secara
bergiliran (ay. 46). Mereka inilah yang disebut sebagai
kumpulan jemaat mula-mula, dimana mereka dianggap
sebagai cikal bakal berdirinya gereja Tuhan pada saat
ini. Kita akan melihat penjelasan 4 kegiatan yang biasa
dilakukan oleh jemaat mula-mula dan dampaknya, di
bawah ini:
1. Pengajaran para rasul (teaching)
Suatu landasan penting yang mendasari kehidupan
kerohanian jemaat mula-mula. Bertujuan
untuk mengajarkan iman yang berpusat kepada
Kristus melalui pengajaran para rasul disertai
mempersiapkan para jemaat untuk mewujudkannya
dalam kehidupannya sehari-hari untuk menjadi saksi
di tengah-tengah komunitas orang percaya maupun
orang-orang yang belum percaya.
6
7
Bedah Nats
2. Persekutuan (fellowship)
Kata persekutuan di sini lebih merujuk kepada
aktivitas sharing atau berbagi cerita/pengalaman
di tengah-tengah komunitas orang percaya. Hal ini
ditunjukkan dalam hal berbagi kepunyaan milik
pribadi untuk kebutuhan bersama (ay. 44-45).
Mereka menjual harta miliknya, lalu membagibagikannya kepada semua orang sesuai dengan
keperluannya masing-masing (ay. 45). Persekutuan
ini juga disertai dengan kegiatan memuji Allah
secara bersama, makan bersama-sama dan juga
berdoa bersama. Hal ini memperlihatkan adanya
suatu keutuhan dan kesatuan hati yang diwujudkan
dengan kepedulian terhadap sesamanya. Relasi
dalam suatu persekutuan yang didasari atas
kesamaan status sebagai pengikut Kristus, anggota
tubuh Kristus.
3. Pemecahan roti (breaking of bread)
Kegiatan ini merujuk kepada kegiatan perjamuan
suci, yang serupa dengan yang dilakukan oleh Tuhan
Yesus dalam perjamuan terakhir bersama muridmurid-Nya. Pada awalnya, kegiatan ini dilakukan
sebagai sebuah perayaan untuk memperingati
peristiwa perjamuan terakhir. Sebenarnya dalam
konteks bagian ini, penulis ingin menggambarkan
interaksi antara sesama anggota jemaat yang
harmonis disertai dengan adanya pengertian
dan penerimaan satu sama lainnya. Inilah tujuan
dari kehidupan komunitas orang percaya yang
sebenarnya.
Bedah Nats
4. Doa (prayers)
Aktivitas berdoa bersama juga menjadi salah satu
kegiatan yang utama, yang dilakukan oleh jemaat
mula-mula. Doa sebagai suatu kegiatan rohani
yang menunjukkan relasi dengan Tuhan. Tujuannya
adalah untuk mencari kehendak Tuhan, memohon
penyertaan-Nya dan bersandar kepada-Nya melalui
kuasa doa. Bentuk doa pada waktu itu tidak hanya
berasal dari ritual doa Yahudi saja, namun juga mulai
berkembang menjadi bentuk doa Bapa Kami yang
diajarkan oleh Tuhan Yesus kepada murid-muridNya serta doa-doa yang sifatnya spontan. Ritual
doa tidak hanya dapat dilakukan di dalam Bait Suci,
namun juga dapat dilakukan di dalam rumah-rumah
jemaat. Hal ini dapat dilihat di ayat 46.
bersatu dan sehati; saling membangun; menguatkan;
dan memperhatikan satu sama lain (adanya kepedulian
terhadap sesama yang sedang membutuhkan), melalui
adanya persekutuan dan doa bersama. Hal ini terlihat
dapat dilihat di dalam ayat 44, 45 dan 46.
Dampaknya secara eksternal, yaitu bagi komunitas
sekitar yang terdiri dari orang-orang non-percaya
yang berada di luar komunitas ini. Di dalam ayat 43,
dikatakan bahwa mereka merasa kagum dan takjub
ketika mereka melihat kegiatan komunitas jemaat mulamula ini. Terlebih lagi ketika mereka melihat aktivitas
para rasul yang mengadakan banyak mujizat dan
tanda-tanda. Dituliskan bahwa ”…Dan mereka disukai
semua orang…”. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatankegiatan yang dilakukan oleh komunitas jemaat mulamula ini memberikan pengaruh yang baik bagi orangorang sekitar. Tidak hanya itu saja, bahkan Tuhan juga
memberkati komunitas ini dengan menambahkan jumlah
mereka dengan orang yang diselamatkan (ay. 47b). Inilah
kerohanian seseorang maupun komunitas orang percaya
yang telah dipenuhi oleh Roh Kudus.
Keadaan yang sejahtera ini tentunya tidaklah terlalu
lama berlangsung karena Tuhan mengizinkan adanya
penganiayaan terhadap orang-orang Kristen yang
dilakukan oleh orang-orang Yahudi maupun para kaisar
Roma. Namun sekali lagi kita dapat melihat bahwa iman
mereka tidaklah goyah atau hancur. Walaupun mereka
terkesan harus berserakan, bahkan harus keluar dari
Yerusalem, namun mereka tetap setia dengan imannya.
Tentunya hal ini tidak dapat dilepaskan dari kehidupan
awal mereka sebagai jemaat mula-mula yang telah
memiliki akar yang kuat dalam pengenalannya akan
kebenaran Injil Kristus. Selain itu, mereka juga memiliki
kesatuan yang sehati dalam kehidupan persekutuan
orang percaya dan kehidupan doanya.
Pada akhirnya, kita dapat melihat melalui Kisah Para
Rasul ini bahwa Tuhan yang berkuasa dan berdaulat
ini tetap memelihara iman jemaat mula-mula, bahkan
melalui peristiwa penganiayaan ini dipakai sebagai
suatu cara untuk semakin memberitakan Injil ke seluruh
dunia. Para rasul dan para jemaat mula-mula yang
dahulu berada di Yerusalem, akhirnya harus keluar dari
Yerusalem untuk melindungi diri dan memberitakan Injil
Kristus ke daerah-daerah di luar Yerusalem.
Relevansi Pada Saat Ini
Melalui kegiatan mereka sehari-hari ini, tentunya
hidup mereka memiliki dampak dan pengaruh, baik
secara internal maupun eksternal. Secara internal,
yaitu di dalam komunitas orang percaya memiliki suatu
pengenalan akan Tuhan yang semakin bertambah,
melalui pengajaran para rasul. Kemudian mereka juga
mewujudkannya dalam kehidupan suatu komunitas yang
Melalui kehidupan rohani mereka, Tuhan memberkati
dan menambahkan jumlah mereka. Dengan tekun,
mereka hidup dalam pengajaran Firman Tuhan oleh
para rasul. Mereka bertekun, bersatu dan sehati dalam
persekutuan orang percaya. Mereka selalu mengingat
akan karya keselamatan Tuhan Yesus melalui perjamuan
kudus, sebagai dasar bagi mereka untuk hidup benar
di tengah-tengah dunia yang belum mengenal Tuhan.
Mereka juga mengutamakan doa dalam kehidupan
mereka, sebagai dasar landasan kerohanian mereka.
Melalui doa, mereka mencari kehendak Tuhan,
memohon penyertaan dan pimpinan-Nya, serta
bersandar kepada-Nya. Inilah contoh kehidupan
kerohanian yang harus kita teladani sebagai umat Tuhan.
Kita kembali diingatkan untuk belajar dari contoh teladan
mereka; dan juga menerapkannya dalam kehidupan
kerohanian gereja secara keseluruhan. Mulai dari seluruh
hamba Tuhan, majelis, pengurus, aktivis, hingga jemaat
awam, secara bergandengan tangan berkomitmen untuk
melakukannya. Kita bersama-sama bertekun untuk
hidup dalam pengajaran Firman Tuhan, yang disediakan
di dalam kebaktian umum setiap minggunya, maupun
secara pribadi dalam kehidupan SaTe (Saat Teduh) kita.
Bersama-sama berkomitmen untuk bergabung dalam
persekutuan-persekutuan yang ada. Mulai dari
persekutuan-persekutuan berdasarkan pembagian
klasifikasi yang ada. Mulai dari kebaktian PRMI (remaja),
persekutuan P3MI (pemuda), persekutuan P2MI
(kaum pria), persekutuan PWMI (kaum wanita), dan
persekutuan usia indah (lanjut usia). Tidak hanya itu,
kita juga berkomitmen untuk mengikuti kelompokkelompok kecil yang telah disediakan gereja, untuk
semakin mempraktekkan kehidupan jemaat mula-mula.
Persekutuan sesama anggota tubuh Kristus yang bersatu
dan sehati dilandasi atas dasar kasih Kristus dan kasih
terhadap sesama. Melalui persekutuan ini, kita belajar
mempraktekkan kasih kita kepada sesama melalui
kepedulian kita. Persekutuan sebagai alat perpanjangan
tangan dari gereja untuk memantau segala hal yang
mungkin tidak dapat dijangkau oleh gereja secara
langsung. Hal ini biasanya disebabkan karena begitu
banyaknya jumlah jemaat yang harus diperhatikan satu
demi satu.
Di dalam persekutuan, kita juga dapat belajar kehidupan
jemaat mula-mula untuk mengadakan makan bersama.
Tidak harus mewah dan mahal, tetapi lebih bersifat
sederhana. Namun yang terutama adalah adanya
kebersamaan di antara sesama anggota. Hal ini bertujuan
untuk menjalin relasi yang baik dan harmonis; memiliki
pengertian, keterbukaan, penerimaan dan kepercayaan
satu sama lainnya. Tidak ada yang lebih tinggi atau lebih
rendah, semuanya sama dan setara di mata Tuhan.
Apalagi tradisi dalam kebudayaan Tionghoa ataupun
Indonesia secara keseluruhan yang biasa menggunakan
tradisi makan bersama sebagai lambang adanya
kebersamaan dengan sesama.
Terakhir, berkomitmen dalam kehidupan doa. Tidak
hanya mengikuti persekutuan doa di gereja, namun juga
harus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Mulai
dari kebiasaan berdoa setiap hari dalam waktu Saat
8
9
Bedah Nats
Teduh, hingga pada akhirnya menjadi sebuah gaya hidup
(kebiasaan) yang dilakukan tanpa dibatasi oleh waktu
dan tempat. Artinya, dalam segala keadaan, di mana pun
dan kapan pun, kita dapat berdoa, berseru dan berbicara
kepada Tuhan. Berdoa tidak hanya sekedar berisi doa
permohonan pribadi akan segala kebutuhan kita, namun
yang terutama adalah berisi doa ucapan syukur kepada
Tuhan, doa pujian kepada Tuhan dan doa syafaat bagi
bangsa, gereja, dan sesama kita maupun orang lain yang
sedang membutuhkan. Berdoa yang benar, fokusnya
adalah bukan hanya pada diri sendiri, melainkan juga
seharusnya berfokus pada apa yang ada di luar diri kita,
di sekeliling kita.
Motivasi berdoa juga harus dilandasi atas anugerah
Tuhan yang telah memperdamaikan kita sehingga kita
dapat berkomunikasi kepada Tuhan melalui doa. Doa
seharusnya bertujuan hanya untuk memuliakan nama
Tuhan, dimana apa yang kita minta dalam doa itu sesuai
dengan kehendak Tuhan. Seperti yang telah Tuhan Yesus
ajarkan dalam doa Bapa Kami, yaitu bahwa doa harus
diserahkan kepada kehendak Tuhan, bukan kehendak
kita sendiri. Karena Dia-lah Allah yang Maha Kuasa, Maha
Hadir, Maha Tahu, Maha Baik dan yang berdaulat.
Selain mempraktekkan kehidupan jemaat mula-mula,
kita juga dapat mengikuti segala kegiatan pelayanan
gereja yang dapat membantu kita untuk semakin
mencintai Tuhan, gereja dan sesama. Salah satunya
adalah dengan mengikuti program pembinaan Komunitas
KAMBIUM. Suatu program yang telah disediakan oleh
gereja bagi jemaat yang telah mengikuti katekisasi,
pembaptisan atau sidi (baptis dewasa). Program ini
bertujuan untuk meletakkan dasar-dasar pertumbuhan
iman Kristen untuk menjadi murid Kristus dan
menjadikan orang lain murid Kristus di mana pun dia
berada dan diutus. Pada akhirnya setiap jemaat dapat
memiliki suatu kehidupan kerohanian yang berakar
dalam Kristus, bertumbuh dalam Kristus dan berbuah
dalam Kristus; sehingga kita tidak hanya semakin
mengenal-Nya, namun juga dapat semakin mengasihi-
Nya, melayani-Nya dan membagikan kasih-Nya kepada
orang lain; dan nama Kristus yang semakin dimuliakan
pada akhirnya.
Semakin kita mencintai Tuhan, secara otomatis kita
akan dibawa untuk mencintai gereja Tuhan dan
komunitas orang percaya. Mencintai gereja berarti juga
mencintai komunitas orang-orang percaya di dalamnya.
Berkomitmen bersama untuk bergabung di dalamnya.
Sama-sama saling mengubah dan diubahkan. Saling
belajar dan diajar. Saling memberkati dan diberkati.
Hingga pada akhirnya, kita semua akan mengalami
suatu pertumbuhan kerohanian bersama-sama. Tidak
hanya bertumbuh melainkan juga semakin berbuah bagi
komunitas sesama orang percaya. Bahkan juga berbuah
(berdampak) bagi orang lain di sekitar kita yang belum
mengenal Tuhan. Pastilah, jika melakukan apa yang
dikehendaki oleh Tuhan dan bersandar pada kuasa Roh
Kudus, maka Ia akan menyertai dan memberkati kita. Hal
ini sama seperti yang pernah dialami oleh jemaat mulamula. Kita percaya bahwa setiap gereja dan komunitas
umat Tuhan yang hidup mengikuti kehendak Tuhan akan
diberkati Tuhan melalui terjadinya pertumbuhan secara
kerohanian dan pertambahan dalam jumlah orang-orang
yang diselamatkan.
GMI Imanuel dapat mengalaminya jika kita semua
berkomitmen secara bersama-sama dan bergandengan
tangan untuk meneladani dan mempraktekkan
kehidupan jemaat mula-mula. Mari kita bersama-sama
mulai mempraktekkan kehidupan jemaat mula-mula.
Semakin mencintai Tuhan, semakin mencintai gereja
Tuhan dan semakin mencintai sesama. Bersama dan
di dalam Tuhan, GMI Imanuel pasti akan mengalami
kebangkitan rohani dan pertumbuhan jemaat. Amin. Soli
Deo Gloria.
Ev. Christian Kurniawan
Sumber:
Bock, Darrel. L. ACTS. Baker Exegetical Commentary on the New Testament. Grand Rapids: Baker Books, 2007.
Drane, John. Memahami Perjanjian Baru, Pengantar Historis-Teologis. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000.
Marshall, I. Howard. ACTS. The Tyndale New Testament Commentaries. Surabaya: Momentum, 2007.
Peran Gereja Masa Kini
Renungan
Point of View
Ev. Joshua Khusuma
Perkembangan dan perubahan zaman yang semakin lama semakin
cepat di dalam semua bidang, menuntut setiap orang percaya untuk
terus dapat mempertahankan imannya di tengah-tengah arus dunia ini.
Tekanan datang dari persaingan bisnis dan usaha yang semakin ketat,
perkembangan IPTEK yang sangat menggila, problematika kehidupan
yang semakin rumit, ditambah dengan kondisi sistem politik-sosialbudaya yang tidak jelas dan bahkan cenderung korup. Hal-hal inilah
yang membuat zaman ini begitu cepat kehilangan ‘nafsu rohani’,
sehingga terjadilah apa yang disebut dengan kehausan ‘spiritualitas’
yang masif bagi seluruh manusia yang hidup pada zaman ini, tak
terkecuali bagi setiap orang percaya. Saat ini, orang Kristen tak kuasa
membendung arus dunia yang begitu keras sehingga kadang ‘terpaksa’
berkompromi dengan dunia.
Apakah Gereja Masih Relevan?
Di tengah-tengah kebutuhan (baca: kehausan)
kerohanian yang besar seperti ini, gereja biasanya
mempunyai ‘agenda’ tersendiri. Gereja sibuk
mempersiapkan segala kegiatan yang bersifat rutin,
sampai kepada kegiatan besar tahunan yang wajib
dilaksanakan. Gereja sibuk mempersiapkan programprogram yang baik dengan harapan setiap jemaat
dapat bertumbuh di dalamnya. Ironisnya, tolak ukuran
keberhasilan dari sebuah program acara adalah
banyaknya jumlah pengunjung yang datang. Dengan
kata lain, gereja yang berhasil identik dengan gereja
yang paling banyak jemaatnya, gereja yang mempunyai
keunikan dan ciri khas, serta gereja yang dapat menarik
massa sebanyak mungkin. Tetapi pada kenyataannya,
gereja terjebak dalam kesibukan sendiri dan tidak
berdaya untuk memenuhi kebutuhan kerohanian para
jemaatnya. Padahal, itulah yang diperlukan jemaat.
Pertumbuhan kerohanian, kedewasaan spiritualitas dan
kematangan seorang murid Kristus.
Apa pun juga kesibukan gereja masa kini, seharusnya
gereja terlebih dahulu harus dapat menjawab
persoalan-persoalan seperti ini: Apakah gereja serius
memperhatikan kebutuhan rohani jemaatnya? Apakah
gereja memperhatikan kebutuhan jiwa manusia, seperti
kesepian dan rasa ditolak, kesendirian, kelelahan,
frustasi, keputusasaan, serta kekecewaan? Apakah gereja
menghadirkan kasih Kristus di tengah-tengah relasi antar
jemaat? Apakah gereja mengakomodasi keterlibatan
jemaat untuk melayani Tuhan?
Di sisi lain, apakah mimbar gereja masih serius
mengabarkan firman Tuhan yang menegur dosa,
menghibur dan menguatkan, mengajar dan memotivasi
jemaat untuk action dan berubah dari kehidupannya?
Karena saat ini, jemaat hidup dalam dunia yang
mengajarkan dan mengutamakan keserakahan, egoisme
dan hedonisme (hidup menurut hawa nafsu).
Jemaat atau Konsumen?
Melihat kenyataan gereja-gereja seperti ini, maka tidak
sedikit umat percaya yang mulai memikirkan ulang
keberadaan mereka pada gereja lokal. Jemaat mulai kritis
terhadap kebutuhan kerohanian dan melihat apakah
gereja tertentu cocok untuknya. Mereka yang merasa
butuh untuk mendengarkan khotbah-khotbah yang
kuat dengan pengajaran, akan mencari gereja dengan
karakteristik seperti itu. Mereka yang butuh suasana
ibadah yang lebih hidup dan dinamis, akan mencari
gereja-gereja dengan perawakan yang demikian. Mereka
yang butuh komunitas untuk bertumbuh bersama, akan
mencari gereja-gereja yang lebih bersifat kekeluargaan
dimana persekutuannya sangat hangat.
Maka hubungan antara gereja dan jemaat pada hari ini
sangat mirip dengan hubungan antara produsen (beserta
produknya) dengan konsumen. Mungkin pemikiran ini
dipengaruhi oleh wawasan kapitalisme. Gereja seperti
bersaing dan berkompetisi membuat perbedaan dan
berbenah dengan inovasi, dengan harapan dapat
menyerap banyak jemaat yang datang. Sementara pada
waktu yang sama, jemaat mencari gereja yang cocok
dengan kebutuhan kerohaniannya.
10
11
Renungan
Renungan
Pandangan seperti ini sebenarnya tidak boleh terjadi.
Pada waktu peristiwa pengakuan Petrus di Filipi Kaesarea
(Matius 16:16), Yesus mengatakan dengan jelas, bahwa
di atas pengakuan Mesias inilah, Ia akan mendirikan
jemaat-Nya. Jemaat di sini dikatakan dalam bentuk
tunggal, bukan jamak. Artinya, Yesus tidak pernah
bermaksud untuk membangun banyak gereja. Yang
ada hanya jemaat, yaitu jemaat sebagai suatu kesatuan
tubuh, dimana Kristus menjadi kepalanya (Efesus 5:23).
Artinya, di mana pun orang Kristen berjemaat, ia harus
menjalankan fungsi sebagai kesatuan tubuh Kristus.
Sesuai perannya, ia bersumbangsih dalam gereja untuk
menjadi lebih baik, apa pun kondisi gereja tersebut,
daripada memiliki mental seperti konsumen, yang tidak
peduli terhadap gereja, yang dipedulikannya hanyalah
pemuasan kebutuhannya sendiri.
Dan yang terlebih penting adalah tolak ukur keberhasilan
sebuah gereja bukan lagi mengacu kepada target berapa
banyak jumlah jemaat yang terlibat atau hadir, tetapi
harus kepada berapa banyak dari jumlah jemaat kita
yang mengalami pertumbuhan dalam kerohaniannya;
berapa banyak di antara mereka yang semakin hari
semakin intim dengan Tuhan, merasa dan mengalami
hadirat Tuhan; berapa banyak di antara mereka yang
tidak lagi mengulangi dosa-dosa mereka dan menjaga
kekudusan hidup; berapa banyak di antara mereka yang
cukup kuat dalam menghadapi segala problematika dan
permasalahan hidup; berapa banyak di antara mereka
yang hidup mensyukuri akan keberadaan mereka pada
saat ini; dan pertanyaan-pertanyaan lain yang lebih
menekankan akan kualitas pertumbuhan kerohanian
jemaat daripada melihat sebatas kuantitasnya saja.
Peran Gereja I: Fokus pada pertumbuhan
kerohanian jemaat
Peran Gereja II: Menjalankan fungsi ‘check &
balance’
Seperti yang telah diuraikan di atas, gereja masa kini
dituntut untuk kembali kepada esensinya yang paling
hakiki, yaitu menyediakan sarana dan prasarana yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan kerohanian
jemaat. Kepemimpinan yang kuat untuk mengarahkan,
mengontrol, memimpin, bahkan mengevaluasi arah
pertumbuhan kerohanian jemaatnya. Pelayanan pastoral
care yang baik, untuk mendengarkan, memperhatikan,
bahkan memulihkan keadaan jiwa jemaat yang sedang
dalam pergumulan. Kualitas ibadah yang tinggi, yaitu
menyangkut liturgi ibadah yang mempersiapkan
jemaat untuk berjumpa dengan hadirat Tuhan di
dalam puji-pujian, doa syafaat dan firman Tuhan yang
menggerakkan. Komunitas tumbuh bersama di dalam
persekutuan-persekutuan, kelompok kecil, kelas
pembinaan, disciple dan sebagainya.
Peran gereja selanjutnya adalah sebagai agen evaluasi.
Standar utama untuk evaluasi yang telah disepakati
bersama sepanjang sejarah kekristenan adalah Alkitab,
termasuk cara melihat dan menafsirkan Alkitab. Dalam
hal ini, gereja-gereja Injili dianggap menggunakan
metodologi penafsiran yang paling bertanggung jawab
dan setia kepada Alkitab itu sendiri.
Yang pertama harus senantiasa dievaluasi yaitu gereja
itu sendiri. Gereja yang benar adalah gereja yang
senantiasa bersedia dievaluasi dan berubah, bahkan
direformasi. Slogan reformasi yang sangat terkenal
adalah ‘Ekklesia Reformata Semper Reformanda’ (Gereja
yang terus menerus diperbaharui). Gereja yang tidak
bersedia dievaluasi dan berubah adalah gereja yang
korup. Gereja harus diperiksa kembali, apakah sudah
menjalankan fungsinya dengan baik, menyelaraskan
(bukan kompromi) dengan
konteks perkembangan zaman
yang semakin dinamis dan cepat.
Yang kedua adalah setiap
individu jemaat. Mereka
harus memiliki keseimbangan
dalam hidup ini. Gereja harus
berfungsi dalam mengarahkan
keseimbangan kehidupan
jemaatnya mengenai bagaimana
jemaat dapat mengatur
waktunya dengan baik, dapat
menentukan prioritas waktu
antara pekerjaan, keluarga
dan pelayanan; bagaimana
jemaat mengelola keuangan
dan gaya hidup; dan bagaimana
jemaat dapat memperhatikan
kesehatannya melalui pola
hidup yang teratur. Kehidupan kerohanian juga sangat
berkaitan dengan keseimbangan dalam hidup ini.
Keseimbangan antara pikiran dan perasaan, jasmani
dan rohani, tegas dan toleransi, konsisten dan adaptasi,
personal dan komunitas, mengoreksi dan mengampuni,
tutur kata dan kelakuan, dan lain-lain.
Yang ketiga adalah gereja juga harus bersuara kepada
dunia. Gereja harus berfungsi untuk mengevaluasi
dan mengkritisi perkembangan dunia ini. Hal ini bukan
berarti gereja harus terlibat langsung dalam politik,
sosial, ekonomi, budaya dan IPTEK secara praktis,
melainkan dapat melihat isu-isu terkini yang sedang
terjadi, kemudian mengkritisinya dari perspektif
Alkitab, dan bersuara melalui jemaat individu dalam
kehidupan keseharian mereka. Dengan demikian, gereja
dinamis dalam menjalankan fungsi evaluasi terhadap
perkembangan dunia ini. Gereja peduli menyuarakan
kebenaran Allah dalam dunia ini.
Peran Gereja III: Melatih jemaat untuk dapat
menjadi manusia yang baik dan benar
Salah satu kesalahan fatal gereja pada saat ini adalah
fokus melatih jemaat untuk dapat melayani pada setiap
kegiatan gereja. Pada satu sisi, hal ini tidaklah keliru
karena gereja yang baik adalah gereja yang dapat
melibatkan seluruh jemaatnya untuk ambil bagian
dalam pelayanan gerejawi. Dalam kerangka tubuh
Kristus, hal ini adalah sesuatu yang diharuskan. Namun,
jika penekanan dan konsentrasi gereja hanya berhenti
sampai pada hal tersebut, maka gereja telah gagal
menjalankan fungsinya.
Pada waktunya nanti, gereja hanya dipenuhi oleh orangorang yang sibuk melayani di gereja, pelayan-pelayan
yang haus akan pujian dan penghargaan, walau semua
dibungkus dengan pernak-pernik rohani. Tetapi pada
hakekatnya, ‘kompetisi rohani’ sedang terjadi. Gereja
hanya melihat ke dalam, penuh dengan acara-acara dan
kegiatan-kegiatan, memperbesar diri, dan memperkuat
citra di mata denominasi atau pun gereja-gereja lain,
bahkan di mata masyarakat pada umumnya.
Gereja lupa bahwa jemaat hidup dalam dunia yang
memiliki akan tanggung jawab etika, tanggung jawab
sosial dan tanggung jawab kemanusiaan. Jemaat
berjuang bagaimana menjadi manusia Kristen seutuhnya
di tengah-tengah hidup berbangsa dan bernegara,
tetapi gereja tidak pernah melatihnya. Itulah sebabnya
kekristenan tidak memiliki pengaruh apa-apa dalam
dunia ini. Memang betul, kadang firman Tuhan
membahas tema-tema tentang pelayanan diakonia dan
bantuan kemanusiaan, bahkan ada seminar-seminar
dan pembinaan-pembinaan yang berkaitan dengan hal
ini. Tetapi tidak cukup sampai di situ saja, gereja harus
dapat melatih (hingga praktek) jemaatnya untuk menjadi
manusia Kristen yang peduli terhadap sesamanya dan
lingkungannya.
Menjangkau Jiwa: Melalui dan di dalam dunia
Pada akhirnya, tujuan gereja adalah “jadikanlah semua
bangsa murid-Ku” (Matius 28:19-20). Semangat dan
motivasi inilah yang harus senantiasa menjadi ‘jiwa’
dalam sebuah gereja. Gereja tidak boleh berjalan hanya
‘untuk kalangan sendiri’, cukup puas dengan jumlah
yang ada. Sepertinya, yang penting adalah kegiatan
rutin dapat berlangsung, tidak lagi pergi keluar untuk
memenangkan jiwa. Di dalam Yohanes 17:14-17, Tuhan
Yesus berdoa agar Allah Bapa tidak mengambil para
murid keluar dari dunia ini, melainkan meminta-Nya
untuk mengutus mereka ke dalam dunia ini. Para murid
yang telah dididik dan dilatih selama kurang lebih 3,5
tahun; kemudian diutus ke tengah-tengah dunia seperti
domba yang berada di tengah kawanan serigala. Karena
memang itulah tujuan para murid dipilih dan dilatih,
yaitu untuk menjadi perpanjangan tangan Allah di dalam
dunia ini.
Pada saat ini, gereja masih mempunyai tanggung jawab
yang sama untuk memperlengkapi anggota jemaatnya,
yaitu fokus pada pertumbuhan kerohanian jemaat,
melakukan ‘check & balance’, dan melatih jemaat
untuk dapat menjadi manusia yang baik dan benar.
Setelah itu, mereka diutus ke tengah-tengah dunia ini
untuk berperan dan berdampak. Jemaat diharapkan
dapat menyuarakan kebenaran Tuhan, mengkritisi
perkembangan zaman, bahkan menjalankan fungsi sosial
dengan menjadi berkat bagi sesama manusia, kapan
pun dan di mana pun mereka berada. Dengan demikian,
jemaat dapat menjadi saksi, terang dan garam bagi
dunia. Berperan di tengah-tengah dunia ini, menarik
perhatian orang-orang yang terhilang, sehingga mereka
dapat dijangkau.
GMI Imanuel
Pada tahun ini, Gereja Methodist Indonesia (GMI) Jemaat
Imanuel berulang tahun pada usia ke-43. Ini berarti GMI
Imanuel telah hadir mewarnai dunia dan ikut menjadi
bagian dari kesatuan tubuh Kristus universal selama
lebih dari 4 dekade dan telah menjadi berkat bagi banyak
orang sepanjang dua generasi. GMI Imanuel diharapkan
untuk terus dapat membenahi diri dalam rangka
memberikan pelayanan bagi jemaat yang lebih baik lagi
dan fokus menjangkau jiwa, khususnya dalam perintisan
pos-pos PI di berbagai wilayah Indonesia. Pertanyaannya
adalah apakah gereja ini telah berperan dengan benar
pada konteks kehidupan jemaat dan dunia masa kini.
Mari kita bersama menjawabnya dengan keterlibatan
kita di dalam gereja ini. Selamat ulang tahun! Terus maju
menjadi gereja yang misioner dan memuliakan Allah,
dengan moto tahun ini, ‘Kobarkan Kasih Semula’. Tuhan
memberkati kita semua.
Ev. Joshua Khusuma, M.Div.
12
13
Artikel
Artikel
Kritik dan Teguran bagi Pemimpin: Sahabat atau Musuh?
Uncritical lovers adalah orang yang selalu taat secara mutlak kepada si
pemimpin tanpa berpikir dan bertanya. Dia senantiasa nrimo dan manut,
kata orang Jawa. Hal ini muncul karena identifikasi diri yang sangat kuat
antara dirinya dan si pemimpin. Kekagumannya terhadap si pemimpin
mengikis kapasitasnya untuk mencermati dan menilai segala keputusan dan
pandangan pemimpin. Segala aksi (dan non-aksi) pemimpin diterima mentahmentah sebagai sesuatu yang pasti benar, cocok dan berdaya guna. Dia
pengikut fanatik yang membabi buta.
Dr. Sen Sendjaya
“Sungguh malang pemimpin
yang hidupnya dikelilingi oleh
uncritical lovers dan unloving
critics.”
Sebaliknya, unloving critics adalah orang yang selalu melancarkan kritikkritik yang pedas dan tajam, dengan tujuan untuk mendiskreditkan atau
menjatuhkan si pemimpin. Dia senantiasa mengambil posisi sebagai oposisi.
Setiap pandangan, keputusan dan tindakan pemimpin ditentangnya, hanya
karena ia ingin menentangnya, tanpa ada alasan yang jelas dan mendasar. Dia
pengkritik sadis yang dipenuhi kebencian.
Aksi dan Reaksi
Baik pengikut fanatik buta (uncritical lovers)
maupun pengkritik sadis (unloving critics), keduanya
melumpuhkan efektivitas pemimpin. Meski reaksi
pemimpin terhadap aksi kedua kelompok ini sangat
berbeda.
Para tukang kritik biasanya tidak disukai oleh pemimpin.
Tidak heran kalau mereka sering di-anak-tiri-kan, dijauhi,
dimusuhi atau dikucilkan dengan sistematis oleh para
pemimpin yang merasa terusik dan terancam oleh
berbagai ulah mereka.
Sebaliknya, pemimpin suka dikelilingi pengikut
fanatik yang tidak kritis. Mereka menyenangkan hati
pemimpin, bahkan memberi rasa aman dan percaya
diri pada pemimpin, khususnya pemimpin yang egonya
rapuh. Banyak pemimpin yang berusaha keras untuk
menjadikan setiap orang di sekelilingnya menjadi
pengikut fanatiknya.
Tentu pengikut fanatik lebih fatal dan laten ketimbang
pengkritik sadis. Meskipun pengkritik sadis memakai
cara-cara yang menyakitkan hati, mungkin mereka
memberi kritikan yang substansial dan benar adanya
sesuai fakta. Sementara, pengikut fanatik hanya
menyampaikan hal-hal yang enak didengar di telinga
pemimpin. Hal ini dapat membuat pemimpin menjadi
delusional.
Observasi psikiater Normal Vincent Peale berikut
sangat relevan khususnya bagi pemimpin: “The trouble
with most of us is that we’d rather be ruined by praise
than loved by criticism.” (“Yang menjadi masalah bagi
sebagian besar dari kita adalah bahwa kita lebih suka
dirusak oleh pujian dari pada dikasihi dengan kritikan.”)
Manfaat Kritik bagi Pemimpin
Dikritik dan ditegur memang tidak enak. Banyak
pemimpin yang berkata, “Saya minta tolong untuk
diberitahu kalau ada hal-hal salah yang saya lakukan dan
saya tidak menyadarinya.” Namun ketika ada seseorang
yang mencoba melakukan itu, si pemimpin biasanya
menjadi tersinggung, lalu menjadi defensif, membela diri
dan marah-marah. Siapa yang suka dikritik?
Menerima kritik dan teguran memang bagaikan mandi
pagi-pagi buta di musim dingin dengan air sedingin
es. Kadang bahkan seperti tamparan keras di pipi kita.
Namun pemimpin butuh kritik. Selama pemimpin
masih bisa salah (fallible), dia masih perlu teguran. Yang
dibutuhkan adalah kritik yang positif-konstruktif. Paling
tidak, ada tiga alasan yang saya bisa pikirkan, tentu ada
lagi yang lain.
Pertama, kritik mencegah sesuatu yang destruktif terjadi
pada diri si pemimpin. Misalnya godaan seks, kuasa
dan uang yang dapat membuat pemimpin tergelincir ke
dalam lubang dosa. Kritik akan lebih bermanfaat apabila
diberikan sebelum si pemimpin jatuh ke dalam lubang.
Sedangkan teguran diberikan untuk menolong pemimpin
tidak terus-menerus berada dalam lubang tersebut.
Kedua, kritik menolong pemimpin untuk menyadari
‘blind spots’ dalam dirinya. Setiap pengendara mobil
perlu menoleh ke samping sebelum pindah lajur di jalan
raya karena kaca spion tidak dapat memberitahu apakah
ada mobil yang sedang melaju persis di sebelah mobil
kita. Diakui atau tidak, pemimpin tidak mungkin dapat
mengenali setiap kelemahan dalam dirinya.
Ketiga, kritik membuat pemimpin tetap tajam dalam
kesaksian hidup dan efektivitas pekerjaan pelayanannya.
Sebagaimana besi menajamkan besi, demikian pula
manusia menajamkan sesamanya, tulis pengamsal.
Pemimpin yang anti-kritik akan segera menjadi tumpul
(kehilangan integritas diri dan rasa percaya dari orang
lain).
Natur Kritik
Natur kritik memang konfrontasional. Ia menunjukkan
kesalahan aksi atau sikap seseorang tanpa tedeng alingaling dan menolongnya untuk melihat konsekuensinya.
Kritik berfokus kepada sebuah sikap atau aksi dan
diberikan secara langsung kepada orang yang
bersangkutan.
Di Alkitab, kita melihat bagaimana teguran-teguran yang
sangat keras disampaikan untuk maksud baik. Samuel
menegur Saul karena ketidaktaatannya, “Perbuatanmu
itu bodoh. Engkau tidak mengikuti perintah Tuhan
Allahmu yang diperintahkannya kepadamu.” (1 Samuel
13:13).
Yesus menghardik Petrus yang sok mau jadi pahlawan,
“Enyahlah iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku,
sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan
Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.” (Matius
16:23).
Paulus menegur jemaat Korintus yang mengalami
fenomena yang disebut Sigmund Freud sebagai infantile
regression (kembali menjadi bayi), “Saudara-saudara,
aku tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan
manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi
yang belum dewasa dalam Kristus. Susulah yang
kuberikan kepadamu, bukan makanan keras, sebab kamu
belum dapat menerimanya.” (1 Korintus 3:1-2).
Membedakan Kritik
Memang tidak semua kritik memiliki tiga manfaat
seperti di atas, apalagi kalau disampaikan dengan surat
kaleng atau gosip di belakang punggung. Yang perlu
digarisbawahi di sini adalah sikap dan kerendahan hati
pemimpin untuk menerima masukan yang dia terima.
Namun, bagaimana pemimpin dapat membedakan
teguran yang murni dan teguran yang menjatuhkan?
Teguran yang otentik, riil dan biblikal berisi kebenaran
yang disampaikan dengan kasih. Truth in love. Kebenaran
yang disampaikan mungkin menyakitkan, namun
motivasi dan tujuannya dilandasi kasih. Teguran tersebut
juga didahului oleh pertimbangan yang matang dan
doa. Jadi, tidak impulsif dan emosional. Bahkan dengan
cucuran air mata. Kalau sebuah kritik atau teguran
datang dari seorang yang menganggap enteng dan
sembarangan, hampir pasti kritik dan teguran tersebut
tidak perlu dihiraukan.
Terhadap jemaat Korintus yang moralnya bejat, hatinya
sombong, teologianya amburadul dan hidupnya tidak
beres, Paulus menulis hal-hal yang sangat keras,
tajam dan tidak enak didengar di telinga. Namun, ia
menjelaskannya sebagai berikut: “Hal ini kutuliskan
bukan untuk memalukan kamu, tetapi untuk menegur
kamu sebagai anak-anakku yang kukasihi.” (1 Korintus
4:14).
“Aku menulis kepada kamu dengan hati yang sangat
cemas dan sesak dan dengan mencucurkan banyak air
mata, bukan supaya kamu bersedih hati, tetapi supaya
kamu tahu betapa besarnya kasihku kepada kamu
semua.” (2 Korintus 2:4).
Itulah teguran yang sejati.
Loving Critics
Yang paling menyedihkan bagi pemimpin adalah
pengalaman dikelilingi tukang kritik. Visinya dikritik,
strateginya dikritik, metodenya dikritik, gaya bicaranya
dikritik, cara berpakaiannya dikritik dan seterusnya. Tidak
ada yang lebih menyedihkan dari itu.
Namun, yang paling berbahaya bagi pemimpin adalah
pengikut fanatik yang tidak pernah mengkritik. Karena
interaksi pemimpin-pengikut yang sedemikian akan
segera menjadi sebuah vicious cycle, bagaikan si buta
menuntun si buta.
Pemimpin yang berbahagia adalah pemimpin yang
dikelilingi orang-orang yang mengasihinya sedemikian
rupa sehingga mereka rela memberikan kritik dan
teguran yang positif-konstruktif baginya, meski ada resiko
disalahmengertikan oleh pemimpin. Dengan demikian,
pemimpin tetap tajam dan efektif. Itu sebab mengapa
pemimpin yang bijak melakukan upaya sadar untuk
memberdayakan setiap orang di sekelilingnya bukan
menjadi uncritical lovers, tetapi loving critics.
Telah diambil dan diedit seperlunya dengan sepengetahuan dari Dr. Sen Sendjaya (Melbourne, 10 September 2003).
14
15
Profil
Profiil
Pertanyaan (P): Bolehkah kami mengetahui profil singkat mengenai Ev. Budi?
Jawaban (J): Nama lengkap saya adalah Budi Dermawan. Saya lahir di Jakarta pada tanggal 23 Desember
1973. Saya mempunyai istri yang bernama Risiani Dewi dan seorang anak perempuan yang bernama Josephine
Dermawan.
P: Bolehkah Ev. Budi menceritakan sedikit mengenai masa kecil dan latar belakang keluarga?
J: Saya berasal dari keluarga dimana ayah dan ibu saya beragama Kong Hu Cu. Waktu kecil, saya pernah diajak
teman-teman saya untuk pergi ke Sekolah Minggu. Dari sana, saya sempat mendengar tentang Tuhan Yesus yang
menyelamatkan manusia dari dosa. Namun, setelah itu saya tidak pergi ke Sekolah Minggu lagi. Saat SMA sempat
terjadi berbagai peristiwa yang akhirnya membuat saya mencoba untuk pergi ke gereja lagi. Pada suatu hari, saya
datang lebih awal ke gereja. Saya melihat lukisan yang bergambarkan Yesus yang sedang disalibkan dan di bawah
lukisan tersebut terdapat tulisan ‘how much do you love Me?’ Saat itu, saya ingin sekali membalikkan pertanyaan
itu pada Yesus dan bertanya seberapa besar Dia mengasihi saya. Tiba- tiba saya tersadar bahwa pengorbanan-Nya
di kayu salib itulah bukti betapa besar kasih-Nya kepada saya. Sejak itu, saya mulai bertobat.
P: Bagaimana tanggapan orang tua saat Ev. Budi memutuskan untuk menjadi orang Kristen?
J: Pastinya melarang. Saya diam-diam memberi diri untuk dibaptis. Bahkan setelah itu, saya sempat
menyembunyikan surat baptis saya.
P: Bolehkan Ev. Budi menceritakan sedikit mengenai panggilan untuk menjadi hamba Tuhan secara full
time?
J: Setelah bertobat, saya sudah memutuskan untuk menjadi hamba Tuhan secara full time. Namun, karena adanya
larangan dari orang tua saya, saya harus menunggu beberapa tahun sebelum saya mengambil kuliah jurusan
teologi di Seminari Alkitab Asia Tenggara (SAAT). Panggilan menjadi pengajar kaum muda itu sendiri berangkat dari
mimpi saya untuk menginjili dan membuat banyak orang muda untuk bertobat.
P: Sebelum melayani di GMI Imanuel, Ev. Budi pernah mengambil pelayanan di mana saja?
J: Kebanyakan di sekolah-sekolah, seperti SMA IPEKA Tomang (2003-2006), SMA Kristen Ketapang (2007-2008)
dan Mentari International School Bintaro (2010-2011). Tetapi pada hari Sabtu dan Minggu, saya sering melayani
di komisi remaja berbagai gereja, seperti di Gereja Kristus Jembatan Hitam (2002-2003) dan Gereja Kehidupan
Rohani (GKR) Pantai Indah Kapuk (2008-2010). Menurut saya, masa remaja merupakan masa pembentukan yang
sangat penting. Oleh karena itu, dari dulu saya terbeban untuk melayani dalam bidang pengajaran untuk anakanak muda.
Ev. Budi Dermawan
“They didn’t care how much you know,
until they know how much you care.”
P: Di GMI Imanuel, Ev. Budi melayani dalam bidang apa saja?
J: Saya melayani sebagai Pembina PRMI.
P: Bagaimana proses adaptasi Ev. Budi ketika mulai melayani di GMI Imanuel? Apakah ada kendala
khusus yang membuat proses adaptasinya menjadi sulit?
J: Melayani remaja merupakan sesuatu yang unik karena ‘they didn’t care how much you know, until they know
how much you care’ sehingga proses adaptasi antara satu tempat dengan tempat lain dapat menjadi sangat
berbeda.
P: Apa yang menjadi suka dan duka selama melayani di GMI Imanuel dari bulan Juli 2011?
J: Melayani di GMI Imanuel selama ini menambah perspektif baru tentang komunitas orang percaya yang ada di
Jakarta. Hal ini menjadi sebuah pengalaman yang berharga buat saya.
P: Apakah ada kesan dan pesan untuk GMI Imanuel di HUT yang ke-43 ini?
J: Kesan saya adalah jemaat di GMI Imanuel mengasihi Tuhan dengan luar biasa. Pesan saya adalah mari kita
mengerjakan tugas pelayanan kita dengan sukacita karena melayani Tuhan merupakan panggilan yang luar biasa.
16
17
Apakah Anda Tahu?
Apakah Anda Tahu?
Apa sebabnya?
“Karena proses memasak akan
membantu memecah dinding sel
tumbuhan, membuat nutrisi yang
terkandung di dalamnya lebih mudah
tersedia bagi sistem pencernaan,”
katanya. Meski demikian, beberapa
sumber makanan lebih baik bila
dikonsumsi saat segar. Pasalnya,
sejumlah nutrisi dapat rusak saat
terpapar panas.
“Beberapa nutrisi, seperti vitamin C,
sangat sensitif terhadap panas. Maka,
semakin lama proses memasak, zat
gizi kian rentan untuk rusak,” imbuh
Sharon, seperti dikutip Good Health.
Dengan fakta itu, Sharon pun memberi
saran untuk menggabungkan sayur
mentah dan dimasak supaya nilai
nutrisinya menjadi optimal.
Lebih Baik
Dimasak atau
Dimakan Mentah?
Bagi sebagian orang, sayuran mentah terasa lebih nikmat daripada dimasak. Namun, sebagian yang lain
merasa lebih aman untuk menyantapnya saat sudah dimasak. Rupanya, sejumlah sayuran ada baiknya
disantap ketika masih segar dan ada pula yang harus direbus terlebih dulu semata-mata demi kesehatan
tubuh. Segar memang baik, tetapi ada kalanya makanan yang dimasak lebih baik bagi sistem pencernaan.
Menurut para peneliti Italia, memasak (tergantung metodenya) dapat menjaga dan kadang mendongkrak
nilai nutrisi dari sayur.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dipublikasikan dalam British Journal of Nutrition. Hasil penelitian itu
menunjukkan bahwa mereka yang menjalani diet ketat makanan mentah memiliki kadar likopen di bawah
rata-rata. Likopen adalah antioksidan yang memberi warna merah pada sejumlah buah dan sayur. Selain
itu, likopen memiliki bahan antikanker poten dan penurun kolesterol.
Dijelaskan oleh Sharon Natoli, dietisi dari Food and Nutrition Australia, “Tomat yang dimasak terlebih dulu
menjadi sumber likopen yang lebih baik daripada yang dimakan mentah.”
Bawang putih
Sebaiknya bawang putih dipotongpotong dan didiamkan terlebih dahulu
sebelum dimasak. Bawang putih
mengandung allicin yang memiliki
kemampuan melindungi tubuh dari
risiko penyakit jantung. Memasak
akan menonaktifkan enzim yang
dibutuhkan untuk mendorong allicin.
Kecuali Anda suka mengunyahnya
dalam kondisi mentah, peneliti
AS merekomendasikan untuk
mencincangnya terlebih dulu dan
mendiamkannya sekitar 10 menit
sebelum dimasak. Cara ini membuat
enzim bekerja sebelum panas
merusaknya.
Bayam
Sebaiknya bayam dimasak terlebih
dahulu sebelum disantap. Bayam
termasuk sayur kaya kalsium. Namun,
bayam juga tinggi oksalat, yang dapat
menghambat aksesibilitas kalsium.
Untungnya, proses memasak dapat
mengurangi kadar oksalat tersebut dan
di sisi lain meningkatkan kandungan
lutein.
Setengah cangkir bayam yang sudah
dimasak mengandung 6,3 mg lutein,
sedangkan secangkir bayam mentah
hanya mengandung 3,6 mg lutein.
18
19
Apakah Anda Tahu?
Siapakah Dia?
Brokoli
Sebaiknya brokoli disantap mentah
atau setelah dikukus sebentar.
Brokoli, seperti disebutkan pada
sejumlah penelitian, mengandung
sulforafane, bahan kimia yang
bertindak sebagai antikanker.
Sayangnya, proses memasak yang
terlalu panas akan merampas bahan
kimia tersebut. Panas akan merusak
enzim dalam brokoli yang disebut
mirosinase.
“Yang paling penting adalah kemauan kita
untuk memperlengkapi diri kita agar
memiliki landasan iman yang kuat.”
Jagung
Sebaiknya jagung dimasak, kalau
bisa agak lama, sebelum dimakan.
Penelitian menunjukkan bahwa
semakin lama jagung dimasak,
semakin banyak kandungan
antioksidannya. Dari 22 persen
meningkat setelah 10 menit
dipanaskan, dan hingga lebih dari
dua kali lipatnya setelah 50 menit
pemasakan. Proses memasak ini
akan melepaskan antioksidan spesifik
dan sulit dijumpai, yaitu asam
ferulik yang membantu melawan
kanker. Para periset juga menjumpai
peningkatan hingga 900 persen
setelah dimasak lebih dari 50 menit.
Selain proses pemasakan, jagung
kalengan juga memiliki kandungan
antioksidan lebih baik daripada
jagung segar.
Kubis
Sebaiknya kubis dimakan mentah
atau dimasak sebentar. Sebuah studi
menunjukkan bahwa perempuan
yang mengkonsumsi empat porsi
atau lebih kol kubis mentah atau
yang dimasak sebentar seminggu
selama remaja, 72 persen lebih
sedikit mengalami kanker payudara
dibandingkan dengan yang hanya
mengkonsumsi satu atau dua
porsi seminggu. Konsumsi kol
selama dewasa juga memberi efek
perlindungan. Untuk mendapat efek
lebih tinggi, pilih kubis ungu daripada
kubis putih. Kubis ungu memiliki
aktivitas antioksidan enam kali lebih
tinggi daripada yang putih kehijauan.
Tomat
Sebaiknya tomat disantap usai
dimasak dengan minyak zaitun.
Proses memasak akan mendongkrak
likopen dalam tomat. Para ahli di
AS menyebutkan bahwa terpapar
panas selama dua menit akan
melipatgandakan jumlah likopen
dalam tomat. Sementara, dimasak
selama satu jam akan meningkatkan
kadar likopen hingga 164 persen.
Tambahan minyak zaitun akan
memberi manfaat lebih. Peneliti di
Melbourne, Australia, menjumpai
bahwa minyak zaitun secara nyata
meningkatkan jumlah likopen yang
diserap selama proses pencernaan.
Satu hal yang perlu diperhatikan,
sebaiknya tidak menyimpan tomat
dalam kulkas. Studi di Selandia Baru
menunjukkan bahwa tomat yang
disimpan pada suhu 25 derajat
celsius, setelah 10 hari, mengandung
likopen dua kali lebih banyak
daripada yang disimpan pada suhu
sekitar 7 derajat celsius.
Wortel
Sebaiknya wortel disantap bila
sudah dimasak. Menurut penelitian
di Arkansas, AS, wortel yang sudah
dimasak mengandung antioksidan
34 persen lebih banyak daripada
yang masih mentah. Selain itu,
kandungan falkarinol, komponen
dengan bahan antikanker, lebih
banyak. Hal ini seperti dijelaskan
pada penelitian di UK’s Newcastle
University, karena wortel yang sudah
dimasak, komposisinya berubah.
Wortel yang sudah dimasak akan
kehilangan kemampuannya dalam
menahan air. Akibatnya, konsentrasi
falkarinol meningkat. Saran para ahli,
masak wortel dalam keadaan utuh.
Trik ini akan membuat kandungan
falkarinolnya 25 persen lebih banyak.
Sumber :
http://health.kompas.com/read/2011/07/26/14092097/Lebih.Baik.Dimasak.atau.Dimakan.Mentah
Majelis Komisi Media Literatur GMI Imanuel
Yannes Chandra
Pertanyaan (P): Kalau boleh tahu, sebelumnya Pak Yannes pernah melayani di bidang apa saja selama di
GMI Imanuel?
Jawaban (J): Pertama kali, saya pelayanan di P3MI. Awalnya saya menjadi Pengurus P3MI, kemudian saya
dipercayakan menjadi Ketua P3MI. Setelah itu, saya mulai pelayanan sebagai majelis. Di kemajelisan, saya pernah
melayani di Pendidikan Agama Kristen (PAK) selama 2 periode, BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) selama 2 periode,
Keanggotaan KU2 selama 2 periode dan sekarang saya melayani di Media dan Literatur (Medlit).
P: Awalnya, apa yang menjadi keterbebanan Pak Yannes di bidang Medlit? Apakah mungkin Bapak
memiliki ketertarikan khusus dalam bidang Medlit?
J: Sebenarnya saya lebih memilih bidang pengajaran, seperti Sekolah Minggu atau PAK. Pada saat penempatan posisi
kemajelisan itu biasanya ada sharing terlebih dahulu. Pada saat itu, rekan-rekan majelis yang lain merasa saya lebih
cocok di bidang Medlit karena latar belakang saya adalah bidang komputer, dimana dalam bidang Medlit ini juga
banyak berhubungan dengan komputer. Saya sendiri juga tidak bermasalah apabila ditempatkan di bidang Medlit
karena cocok dengan latar belakang saya.
20
21
Siapakah Dia?
P: Sejauh ini, bagaimana pandangan Pak Yannes
terhadap pengaruh/dampak media dan literatur
terhadap gereja/orang Kristen?
J: Sebenarnya kita semua tahu apabila dampak media
dan literatur itu pasti besar sekali. Media dan literatur,
seperti buku-buku, dapat menjadi sarana yang sangat
penting sekali untuk penginjilan, pengajaran dan
untuk memperkuat iman. Hal ini sangat baik sekali
untuk mengembangkan kekristenan. Sekarang, dengan
pengembangan teknologi yang sudah sangat canggih,
sebenarnya penginjilan juga dapat dilakukan melalui
televisi, radio dan media lainnya. Dan sekarang bukan
hanya dengan media seperti itu saja. Kita juga dapat
memanfaatkan jejaring sosial seperti facebook dan
twitter, dimana sebenarnya dapat kita gunakan sebagai
sarana untuk pelayanan penginjilan maupun pelayanan
lainnya. Apabila kita berbicara mengenai dampak positif,
tentunya ada dampak negatifnya juga. Dalam media
dan literature, tidak semua yang disampaikan selalu benar. Sering
sekali ada pengajaran dan penafsiran yang salah sehingga dapat
menyesatkan orang yang mendengar maupun membacanya, serta
dapat juga disalahgunakan untuk isu propaganda. Jadi, dampak positif
media dan literatur memang banyak, tetapi ada dampak negatifnya
juga. Dalam menyikapi hal ini, kita sebagai orang Kristen harus memiliki
landasan iman yang kuat agar dampak negatifnya tidak mudah
membuat kita goyah.
P: Berbicara mengenai literatur sendiri, sepertinya kurang ada
minat baca di gereja kita. Menurut Pak Yannes, kira-kira apa
yang menjadi penyebabnya?
J: Sebenarnya bukan tidak ada minat baca, tetapi orang-orang di
zaman sekarang lebih suka membaca sesuatu yang praktis, mudah
dimengerti dan menarik, seperti komik, majalah dan hal-hal yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Buku-buku kekristenan
umumnya berhubungan dengan teologi dan filsafat yang isinya agak
‘berat’ untuk dibaca oleh jemaat. Sebenarnya tugas gereja, hamba Tuhan
dan majelis untuk mendorong jemaat untuk membaca tidaklah mudah.
Kita dapat memulainya dengan memperkenalkan bacaan-bacaan yang
ringan dan buku-buku teologi yang bersifat praktis agar mereka dapat enjoy
dulu dengan bacaan mereka. Dari sana, baru pelan-pelan memperkenalkan
buku-buku teologi yang agak ‘berat’. Setelah bangkit kemauan baca, barulah
mereka dapat membaca buku-buku yang agak ‘berat’. Tetapi, jika minat
bacanya masih bersifat hal-hal praktis, maka kita juga harus menyediakan
buku-buku baik yang bersifat praktis. Sekarang, di dalam warta gereja
sudah diselipkan resensi-resensi buku. Tujuannya adalah untuk memberi
gambaran kepada jemaat mengenai buku tersebut sehingga mereka
tertarik untuk membaca buku tersebut.
P: Apakah ada masukan untuk jemaat supaya mereka dapat
membiasakan diri untuk membaca?
J: Yang paling penting adalah kemauan kita untuk memperlengkapi
diri kita agar memiliki landasan iman yang kuat. Jadi, apabila kita
mempunyai kesadaran untuk memperlengkapi diri kita dengan
landasan iman yang kuat, maka kita akan ikut serta dalam sarana
pembinaan yang ada, seperti kambium dan disciple. Tentunya, dari
sana apabila kita mau mendalaminya, kita harus banyak membaca
Siapakah Dia?
buku-buku Kristen yang berbobot dan berkualitas
agar kita dapat mempunyai landasan iman yang
kuat. Kita tahu bahwa dalam zaman sekarang
ini banyak sekali godaan-godaan duniawi yang
sangat besar. Jadi, apabila kita tidak mempunyai
landasan iman yang kuat, maka kita akan sulit
untuk bertahan dan mudah terbawa arus
dunia ini. Terutama bagi anak-anak muda,
sangatlah penting untuk memiliki landasan
iman yang kuat karena godaan-godaan duniawi
semakin besar setiap hari. Apabila mereka tidak
memperlengkapi diri dengan landasan iman
yang kuat, maka mereka akan sangat mudah
terpengaruh dan terbawa arus dunia ini, serta
apabila mereka mengalami sedikit cobaan,
maka mereka akan sangat mudah sekali untuk
meninggalkan gereja. Oleh karena itu, untuk
memperlengkapi diri kita, jangan menjauhi diri
dari pertemuan-pertemuan ibadah, harus banyak
bersekutu, belajar bersama-sama dan membaca
buku-buku yang berbobot.
P: Saat ini, gereja kita sedang merayakan
ulang tahun. Apakah Bapak dapat memberi
sedikit kesan dan pesan untuk GMI Imanuel?
J: Selamat ulang tahun untuk GMI Imanuel
yang ke-43. Gereja kita dapat dikatakan hampir
memasuki setengah abad. Selama ini, kita melihat
pertumbuhan gereja kita yang sangat besar. Dari
gereja kita yang masih kecil sampai sekarang,
Tuhan terus memelihara gereja kita sehingga
gereja kita makin lama makin bertumbuh dan
sudah memiliki banyak Pos PI (Pekabaran Injil).
Kita juga melihat masih banyak ladang pekerjaan
Tuhan melalui gereja kita, terutama melalui komisi misi. Gereja kita melakukan pekerjaan misi sampai ke daerahdaerah yang selama ini belum dijangkau oleh Methodist, seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali dan Kalimantan
Barat. Gereja kita dapat dikatakan sebagai gereja perintis, dimana sebelumnya belum ada gereja di daerah tersebut.
Tuhan memakai gereja kita untuk menjangkau daerah itu dengan baik. Kita harus lebih giat untuk terus bekerja
untuk mengerjakan misi Tuhan ke mana pun Tuhan menuntun kita. Saya melihat ada satu hal penting yang perlu
untuk diperhatikan gereja kita, yaitu doa. Kelihatannya, dalam gereja kita, kesadaran dalam hal berdoa masih sedikit
sekali. Hal ini dapat dilihat dari jumlah kehadiran dalam kebaktian doa. Hanya sebagian kecil dari jemaat yang ikut
serta dalam kebaktian doa ini. Harapan saya adalah dengan bertambahnya usia gereja kita ini, jemaat juga dapat
bertambah dewasa dalam hal iman dan semakin menyadari pentingnya kebutuhan doa sehingga mau terlibat dalam
untuk berdoa bersama-sama.
22
23
Apa Kata Mereka?
Apa Kata Mereka?
1. Sudah berapa lama Anda bergereja di GMI Imanuel?
2. Mengapa Anda dapat bergereja di GMI Imanuel?
3. Apa yang Anda rasakan selama bergereja di GMI Imanuel?
Merasa diberkati atau tidak? Jika ya, mengapa? Jika tidak,
mengapa?
4. Apakah ada kesan dan pesan selama bergereja di GMI Imanuel?
Emmeline “Amel” (PRMI)
1. Sudah 4 tahun.
2. Karena saya bersekolah di
Methodist.
3. Saya dapat mengenal Tuhan
lebih dalam dan bertumbuh
bersama-sama teman seiman.
4. Kesan: saya senang karena
dapat belajar banyak tentang
firman Tuhan melalui kelas
pembinaan, seminar dan
retreat. Pesan: perlu lebih
banyak penjangkauan jiwa.
Yosua (PRMI)
1. Sudah 16 tahun, tepatnya dari
tahun 1995.
2. Ikut orang tua.
3. Saya dapat mengenal banyak
teman dan menemukan
komunitas baru di PRMI.
4. Kesan: saya senang dapat
berkumpul bersama temanteman seiman dan dapat
menemukan komunitas yang
sehat di PRMI. Pesan: perlu
diadakan lebih banyak acara
kebersamaan antar komisi agar
dapat lebih akrab dan tidak ada
celah antar komisi.
Grace Rosalina (PWMI)
1. Hampir 20 tahun.
2. Diajak teman.
3. Saya dapat lebih memahami
firman Tuhan.
4. Kesan: GMI Imanuel menjadi
second home bagi saya
karena ada rasa kekeluargaan.
Pesan: apabila ada hal yang
mengecewakan dalam bergereja,
kita jangan langsung pindah
gereja. Kita perlu memandang
Tuhan, bukan manusianya.
Maria Wijaya (PWMI)
1. Sudah 7 tahun.
2. Karena suami saya mempunyai
pelayanan di GMI Imanuel.
3. Saya merasa sangat bersukacita
dan bersyukur karena kami
sekeluarga dapat melayani Tuhan
di GMI Imanuel.
4. Kesan: saya sangat nyaman
beribadah di GMI Imanuel.
Pesan: tetap dijaga kesatuan dan
keharmonisan setiap anggota
jemaat.
Diany (P3MI)
1. Rutinnya dari akhir tahun 2008.
2. Diajak cici saya (Ledi Diana).
3. Saya semakin mengenal Kristus dalam hidup saya dan rindu untuk terus
bertumbuh.
4. Kesan: GMI Imanuel memiliki komunitas yang saling mendukung dan
membangun. Pesan: kiranya GMI Imanuel dapat terus menjangkau jiwajiwa yang belum percaya.
Budi (P3MI)
1. Sudah 1,5 tahun.
2. Diajak kakak saya.
3. Saya merasa nyaman karena
berada dalam lingkungan yang
baik untuk pengembangan
kepribadian dan kerohanian.
4. Kesan: saya merasa nyaman
beribadah di GMI Imanuel.
Pesan: kiranya GMI Imanuel
semakin bertumbuh baik dalam
kualitas maupun kuantitas.
24
25
Apa Kata Mereka?
Apa Kata Mereka?
Andreas Susanto (Majelis – Keanggotan KU2)
1. Sudah 7 tahun, tepatnya dari tahun 2004.
2. Saya diajak ke gereja melalui kegiatan besuk P2MI.
3. Saya merasa diberkati dalam pertumbuhan iman
dan kerohanian
4. Kesan: ada persaudaraan yang erat di GMI Imanuel.
Pesan: kiranya GMI Imanuel semakin maju dan
bertumbuh.
Junarti Lisa (Majelis – Lay Leader)
1. Sudah sekitar 28 tahun dari tahun 1983.
2. Sejak kecil, saya ikut orang tua ke GMI, mulai dari
Bireuen, Banda Aceh, sampai ke Jakarta.
3. Saya merasa diberkati karena kerohanian saya
bertumbuh melalui pembinaan yang ada sehingga
membuat saya semakin mengenal Tuhan.
4. Kesan: GMI Imanuel sudah seperti keluarga besar
saya sendiri. Pesan: semoga komunitas kasih dapat
berkembang dengan baik sehingga setiap jemaat
dapat sungguh-sungguh menganggap diri sebagai
anggota keluarga besar GMI Imanuel.
Rudy Kristopher (P2MI)
1. Sudah 15 tahun.
2. Saya ikut istri yang beribadah di GMI Imanuel.
3. Saya merasa diberkati karena saya semakin melihat kebaikan Tuhan.
4. Kesan: pelayanan yang ada sudah baik. Pesan: kita harus tetap giat
memberitakan Injil.
Tjan Poh Sun (P2MI)
1. Sudah berpuluh-puluh tahun, kurang lebih sejak saya masih duduk
di bangku SD.
2. Ketika SD, saya tertarik pergi ke Sekolah Minggu karena banyak
gambar yang menarik dan banyak hadiahnya.
3. Saya merasa diberkati karena saya semakin belajar untuk bersandar
kepada Tuhan.
4. Kesan: pelayanannya sudah cukup baik dan adanya sopan santun
antar jemaat. Pesan: saya menghimbau agar setiap jemaat dapat
datang lebih tepat waktu lagi ketika beribadah dan jangan ada yang
mondar-mandir ketika khotbah.
Pdt. Francis Lay (Hamba Tuhan)
1. Sejak tahun 1979.
2. Saya diajak oleh Ev. Hanna Angkasa (saat itu menjadi
Pembina PRMI).
3. Saya merasa diberkati karena iman dan kerohanian
saya sangat bertumbuh.
4. Kesan: GMI Imanuel adalah gereja yang sangat
potensial untuk bertumbuh. Pesan: kiranya setiap
jemaat GMI Imanuel terus bertumbuh, semangat
dalam pelayanan, saling mengasihi dan menghasilkan
buah bagi Kristus.
Ev. Yenty S. Lay (Hamba Tuhan)
1. Sejak tahun 1994.
2. Saya mulai beribadah di GMI Imanuel sejak tahun
1994, tepatnya setelah menikah dengan Pdt. Francis
Lay.
3. Saya merasa sukacita dan berkesan karena rasa
kekeluargaannya yang erat, rajin dan setia melayani,
serta persekutuan dan komunitas yang baik.
4. Kesan: jemaat memiliki semangat pelayanan dan rasa
persaudaraan yang hangat. Pesan: kiranya jemaat
GMI Imanuel menggunakan setiap kesempatan
dan mengambil bagian untuk melayani-Nya lebih
sungguh sesuai karunia dan talenta yang ada pada
diri kita masing-masing.
Irwan Samudera (Pasutri)
1. Kurang lebih sudah lebih dari 30 tahun, tepatnya sejak Sekolah Minggu.
2. Diajak mama ketika masih beribadah di Methodist Medan.
3. Saya merasa diberkati karena mengalami pengenalan akan Kristus, lahir
baru, pertumbuhan kerohanian dan terlibat dalam pelayanan di GMI
Imanuel.
4. Kesan: kekeluargaan yang kuat. Pesan: kiranya GMI Imanuel semakin
bertumbuh menjadi gereja yang menjadi berkat, tidak hanya ke dalam
gereja, tetapi juga bagi masyarakat di luar gereja.
Melda Koesuma (Pasutri)
1. Sejak saya berumur 5 tahun.
2. Saat saya masih berada di TK, peraturan sekolah mewajibkan muridmuridnya untuk pergi ke gereja. Selain itu, orang tua saya berharap
saya juga dapat belajar bahasa Mandarin.
3. Saya bersyukur karena saya mempunyai komunitas dimana saya dapat
mengenal arti persahabatan, berorganisasi dan cara mempertahankan
prinsip-prinsip sebagai orang Kristen.
4. Kesan: GMI Imanuel merupakan gereja yang bersifat kekeluargaan dan
memiliki sistem kurikulum pengajaran yang jelas dan terorganisir dari
Sekolah Minggu sampai kepada jemaat dewasa. Pesan: kiranya GMI
Imanuel dapat terbuka terhadap seminar-seminar dari luar GMI yang
dapat lebih membangun karakter jemaat baik untuk keluarga maupun
kehidupan sosial, seperti seminar pembaharuan relasi yang diadakan
setahun sekali.
26
27
Kesaksian
Kesaksian
Dari ‘Dalam’ ke ‘Luar’ GMI Imanuel
Dari ‘Luar’ ke ‘Dalam’ GMI Imanuel
Gereja Methodist Indonesia Jemaat Imanuel (GMI Imanuel) sudah
menjadi tempat ibadah tetap sejak saya dilahirbarukan di tahun
1992. Perasaan ‘memiliki’ dan menjadi bagian dari suatu ‘keluarga
besar’ GMI Imanuel terus bertumbuh mulai dari Sekolah Minggu,
Pra-Remaja, PRMI, P3MI hingga sampai Pasutri. Selama masa itu,
saya bersyukur karena Tuhan senantiasa memberi pertumbuhan
iman dan banyak kesempatan untuk melayani di GMI Imanuel.
Pada tahun 2009, setelah melalui doa, pergumulan dan meminta
saran dari beberapa kakak rohani, saya dan istri akhirnya
memutuskan untuk pindah ke Melbourne, Australia, meninggalkan
‘comfort zone’ kami di Jakarta. Setiba di negeri asing dan bebas,
kami langsung sadar bahwa kami membutuhkan gereja dan
komunitas rohani yang dapat saling membangun dan menguatkan
kerohanian kami. Tanpa melalui proses ‘coba-coba’ berbagai
gereja, akhirnya kami berjemaat di gereja kami saat ini. Kami
percaya Tuhan mempunyai rencana. Dia bahkan memakai kejadian
traumatis – dimana kelingking putri kami, Joan, yang kala itu
berusia satu setengah tahun, terjepit pintu kamar mandi – sebagai
salah satu faktor kami untuk memutuskan bergereja di sana, selain
berbagai faktor kesamaan ‘warna’ dengan GMI Imanuel.
Tidaklah mudah untuk bergereja di tempat yang baru. Pada
awalnya, semua percakapan bersifat perkenalan dan superficial.
Tidak seperti dulu, dimana level pembicaraan sudah lebih dalam
karena saudara-saudara di GMI Imanuel adalah saudara rohani
saya sejak kecil. Biasanya kami aktif melayani di GMI Imanuel.
Namun, di gereja baru ini, kami belum dapat melayani pada saat
itu. Ketika selesai ibadah, belum ada kawan dekat yang ‘asyik’
diajak berbicara dan masih banyak perasaan ganjil lainnya.
Meskipun demikian, kami bersyukur. Tuhan sedang membentuk
kami untuk lebih rendah hati dan senantiasa bergantung pada
kasih Tuhan, bukan pada situasi di sekeliling kami. Selain itu,
pendeta dan ibu pendeta serta beberapa saudara seiman di sana
membuat kami merasa seperti berada di rumah kami sendiri. Lalu,
kami sadar bahwa Tuhan mempercayakan begitu banyak karunia
rohani sehingga kami tidak bisa tidak melayani Tuhan. Setelah
melalui beberapa kelas pembinaan, akhirnya kami ‘diizinkan’
untuk ambil bagian dalam pelayanan di gereja baru kami ini.
Pelayanan pertama kami adalah sebagai singer karena kami
mempunyai latar belakang pelayanan tersebut di GMI Imanuel
dan gereja membutuhkan SDM di pelayanan singer. Kembali lagi,
Henry
kami menemukan halangan. Ketika kami sedang latihan musik,
tidak ada yang menjaga anak kami yang masih berusia dua tahun
pada saat itu karena semua keluarga kami berada di Indonesia
dan tidak ada baby sitter. Kami bersyukur dimana Tuhan kembali menyediakan pemuda-pemudi di sekitar kami yang
dengan senang hati menjaga Joan ketika kami sedang latihan.
Saat ini, kami bertumbuh bersama dalam Kelompok Kecil Keluarga dan Tuhan terus mempercayakan berbagai
pelayanan untuk saya dan istri. Kami merasakan damai dan sukacita ketika ada kumpulan orang kudus, yaitu gereja
Tuhan, yang dapat menjadi keluarga kami yang sebenarnya.
Henry
John Benlie
Sebagai seorang perantau, sudah banyak gereja
yang saya singgahi, khususnya Methodist. Setiap
kali memasuki gereja baru, ada perasaan gugup dan
canggung dalam pertemuan dengan saudara-saudara
seiman yang baru. Dilahirkan dalam keluarga hamba
Tuhan, membuat saya ‘wajib’ untuk mengikuti ibadah
di gereja mana pun orang tua saya ditugaskan. Berawal
dari Rantau Prapat, Perbaungan, Lubuk Pakam hingga
Belawan. Pada saat itu, saya masih duduk di bangku SD.
Ketika SMP, saya sudah menjadi anak kos karena saya
mulai tinggal terpisah dari orang tua. Saya bersekolah
di SMP PKMI-3 Jati, Medan, sedangkan orang tua saya
dipindahtugaskan ke Bireuen (Aceh Utara). Pada saat
itu, pertama kalinya saya berada jauh dari orang tua. Hal
pertama yang selalu diingatkan orang tua saya kepada
saya dan adik-adik adalah apabila kami pindah ke kota
asing, carilah dahulu ‘Rumah Tuhan’ (gereja) agar kami
mempunyai ‘Pelindung’ surgawi. Pada saat itu, pertama
kalinya saya mengikuti kebaktian di gereja yang bukan
digembalakan oleh orang tua saya, yaitu GMI Gloria
Medan. Rasanya berbeda ketika beribadah di gereja
sendiri dengan beribadah di gereja lain. Di gereja sendiri,
kita tentu merasa lebih nyaman, sedangkan beribadah
di gereja lain seperti masuk di antara kerumunan orang
asing. Tetapi puji Tuhan, kerumunan orang asing itu
adalah orang baik yang begitu ramah menyambut saya
sebagai orang baru. Di gereja baru, saya berada dalam
posisi menunggu. Menunggu ajakan untuk ikut aktivitas,
menunggu untuk disapa dan menunggu hal-hal lainnya.
Seiring dengan waktu dan konsistensi keramahan yang
saya terima, membuat saya cepat merasa nyaman dan
akrab, bahkan tanpa saya sadari, saya sudah terlibat
dalam pelayanan koor di GMI Gloria dan sekolah PKMI-2
Thamrin.
28
29
Kesaksian
Ketika lulus SMU, orang tua saya dipindahtugaskan
lagi ke Palembang, kemudian Batam. Saya sendiri
memutuskan untuk melanjutkan kuliah jurusan arsitektur
di Bandung. Proses adaptasi itu berulang kembali di GMI
Bandung Barat, dimana pada saat itu digembalakan oleh
Alm. Pdt. Saibun (ayah Mikha).
Pada bulan Oktober 2005, saya mendapatkan pekerjaan
di Jakarta dan dipimpin Tuhan untuk memasuki
lingkungan baru lagi. Saya pun mulai pindah ke Jakarta
yang masih cukup asing bagi saya. Setelah mendapatkan
informasi, akhirnya saya tiba juga di GMI Imanuel
untuk beribadah pertama kalinya. Proses adaptasi
untuk memasuki lingkungan baru dimulai kembali.
Saya mengikuti kebaktian setiap hari Minggu sambil
mempelajari situasi, memperhatikan orang-orangnya
yang ternyata banyak orang Medan. Saya tersenyum
ketika telinga saya menangkap kata-kata yang sangat
familiar, “an cua?” (sebuah sapaan ‘apa kabar’ dalam
bahasa Hokkian). Kata-kata itu membuat saya serasa di
rumah sendiri.
Untuk menumbuhkan kerohanian, saya mulai mengikuti
P3MI. Di sana, saya tidak hanya mendapatkan banyak
informasi yang berguna untuk pertumbuhan rohani
saya, tetapi juga informasi yang berguna untuk
pengembangan karir dan kepribadian. Tentunya, saya
juga mendapatkan teman-teman baru di P3MI. Saya
juga selalu mempunyai kerinduan untuk memuji Tuhan
sehingga saya bergabung dengan Paduan Suara VOI dan
kemudian saya diajak bergabung dengan grup vokal,
The Favours. Kelas Disciple yang saya ikuti juga telah
memberikan pengetahuan mendasar yang menyeluruh
Karya Kita
tentang Guru kita, Yesus Kristus. Pengetahuan tentang
siapa Yesus itu menimbulkan kerinduan yang sangat
kuat untuk mengenal Dia lebih dekat lagi dan memiliki
hubungan pribadi yang lebih intim dengan-Nya.
Ketika saya diminta untuk menulis artikel tentang proses
adaptasi dalam kehidupan bergereja ini, hal pertama
yang terlintas dalam pikiran saya adalah proses adaptasi
yang
dimulai dari membangun hubungan pribadi yang intim
terlebih dahulu dengan Tuhan Yesus. Setiap orang yang
memiliki hubungan intim dengan Tuhan Yesus akan
dengan sendirinya memiliki hubungan yang intim dengan
sesama. Jika kita dapat menjalin hubungan yang baik
dengan orang lain, maka orang lain juga akan lebih
mudah dalam memupuk hubungannya dengan Tuhan.
Orang-orang yang dahulu telah bersikap ramah dan baik
terhadap saya, telah berandil dalam menghantarkan
saya kepada hubungan yang intim dengan Tuhan Yesus
di dalam gereja. Hal berikutnya adalah inisiatif sendiri
(bertindak). Ketika kita tahu apa tujuan kita ke gereja
dan memiliki kerinduan untuk melayani Tuhan, Dia akan
menggerakkan kita kepada kegiatan yang dapat kita ikuti.
Responilah panggilan itu.
Hubungan intim kita dengan Tuhan akan membuat kita
memiliki hubungan yang intim dengan sesama yang
secara langsung maupun tidak langsung akan membuat
seseorang untuk mudah beradaptasi di lingkungan baru,
khususnya di gereja.
John Benlie
Resep Makanan: Gulai Asam Ikan Bawal Hitam
Bahan:
1. 2 ekor ikan bawal hitam
2. 8 buah cabe merah
3. 5 buah cabe rawit merah
4. ½ ibu jari kunyit
5. 2 batang serai (ambil bagian putih), iris tipis-tipis
6. 6 siung bawang merah
7. 4 siung bawang putih
8. 1 potong terasi (penang)
9. 1 sendok makan asam Jawa
10. 500 cc air
11. 2 buah belimbing wuluh, belah menjadi 2 bagian
12. 1 buah bunga kencong, belah menjadi 4 bagian
13. 2 sendok teh garam
14. 3 sendok teh gula pasir
Cara membuat:
1. Bahan nomor 2-8 di-blender sampai halus.
2. Hasil blender tersebut ditumis dengan minyak
goreng sampai agak kering.
3. Masukkan bunga kencong dan tumis lagi sampai
wangi.
4. Masukkan belimbing wuluh dan air asam Jawa.
5. Tambahkan garam dan gula. Cicipilah untuk
memastikan apakah rasanya telah sesuai selera.
6. Masukkan ikan bawal dan masaklah sampai ikannya
matang. Sajikan.
Sulanni Kurniadi (PWMI)
30
31
Karya Kita
Karya Kita
Acara seremoni agama tidak luput dari bunga yang
dirangkai sesuai dengan kondisi seremoni pada saat itu
agar para umat turut merasakan upacara yang khusyuk
di dalam ibadah tersebut. Makna rangkaian bunga dalam
ibadah bermanfaat pasti.
Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah
dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan
dan bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa
dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian
yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus
adalah tuan dan kamu hambaNya.
(Kolose 3:23-24)
Merangkai bunga selalu memiliki maksud, pesan atau
tujuan yang bersifat personal dan unik. Detail rangkaian
bunga juga dapat diterjemahkan dalam berbagai
kesempatan, seperti untuk ucapan selamat ulang tahun
atau ucapan turut bela sungkawa pada upacara kematian
seseorang, sebagai ungkapan perasaan yang akan
diutarakan dari lubuk hati si pengirim.
KATAKAN
DENGAN BUNGA
Bunga merupakan anugerah kreatif dari Sang
Pencipta. Supaya bunga tersebut dapat menjadi
suatu ungkapan perasaan, maka dibutuhkan
jiwa seni yang kemudian diproses menjadi
seni merangkai bunga. Dapat saya definisikan
bahwa bunga adalah bahasa bersama yang
menjembatani hidup harmonis umat manusia di
seluruh dunia agar semua manusia dapat saling
menghormati dan saling menyayangi.
Di Indonesia, keindahan bunga mulai diakui sesudah
masa proklamasi kemerdekaan. Lain hal dengan negara
China. Keindahan bunga telah diakui sejak awal abad
Carnation
Anthurium
ke-7, namun hanya di kalangan kerajaan saja, seperti
untuk upacara ritual atau upacara sembahyang leluhur.
Pada tahun 1500 setelah Masehi, penggunaan bunga
untuk acara tertentu baru mulai beredar sampai ke
rakyat jelata. Tetapi kecintaan masyarakat pada bunga
dapat dikatakan mulai berantusias dan berkembang
pesat pada saat bunga mulai dimanfaatkan untuk
barang komersial sebagai bunga pot, penghias ruangan,
penghias taman, bunga potong, elemen dekorasi
sampai komoditas ekspor. Bahkan dewasa ini, beberapa
jenis bunga dipergunakan sebagai bahan fragrances
(pengharum ruangan) dan sebagian jenis bunga yang
lain dimanfaatkan sebagai terapi kesehatan dalam
bentuk aroma therapy. Baru-baru ini, ada penelitian dari
pakar kesehatan dan juru masak bahwa bunga dapat
diimplementasikan dan dikonsumsi sebagai hidangan
makanan.
Bunga merupakan elemen yang berperan dalam
perekonomian di mana kita berada. Bunga juga
merupakan suatu barometer untuk menunjukkan
perekonomian suatu tempat. Di mana ada bunga
berdatangan, di situ terlihat semarak dan keramaian
yang dapat menunjukkan bahwa kondisi perekonomian
tempat tersebut semakin membaik dan membawa
berkah bagi semua jenis usaha.
Liatris
Gomphocarpus
Tak hanya masyarakat di Eropa dan Amerika yang gemar akan bunga. Akhir-akhir ini, masyarakat di Asia (China,
Jepang, Taiwan dan Korea) terlihat antusias dalam penggunaan bunga untuk kegiatan-kegiatan besar. Saat ini,
setiap acara tidak terlepas dari unsur bunga, baik pertandingan olimpiade atau pun acara pameran, mereka
menggunakan bunga sebagai ikon dekorasi karena bunga terlihat spektakuler, enak dipandang dan ramah lingkungan.
Pengusaha dan pemerintah dapat merasakan lonjakan permintaan bunga sehingga pelaku bisnis bunga mengalami
perkembangan secara besar-besaran. Tidak hanya untuk skala nasional saja, bisnis bunga telah menjadi komoditas
bisnis berskala internasional.
Katamso
Bunga merupakan aset negara yang dapat digunakan untuk memperkenalkan nama Indonesia kepada dunia bahwa
Indonesia memiliki tanah air yang kaya akan bunga-bunga, seperti raflesia arnoldi, anggrek hutan belantara, hibrida,
melati dan mawar. Di daerah pegunungan dan dataran tinggi, terdapat pula nursery (kebun bibit) bunga lili, carnation
(anyelir), anthurium, liatris, gomphocarpus dan masih banyak lagi hasil dari produsen di daerah dataran tinggi
dimana ketinggiannya mencapai 800 - 1200 meter. Jika melihat ke depan, negara kita seharusnya sudah lebih maju
lagi. Namun, hal ini memerlukan pembinaan ekstra, khususnya dalam bidang keahlian dan teknologi.
32
33
Karya Kita
Karya Kita
Seni merangkai bunga dapat dibagi dalam 2
jenis, yaitu:
1. Western style
Rangkaian formal yang biasa digunakan
seperti centerpiece, segitiga, bundar, bulat,
oval, huruf T dan huruf T terbalik.
2. Oriental style
Dalam oriental style, terdapat banyak aliran
yang digunakan oleh masyarakat Jepang;
sekarang saja sudah berkembang 9 aliran.
Di dataran China (termasuk Taiwan dan
Hongkong) dan Singapura, seni merangkai
bunga dapat dibagi menjadi 4 komunitas.
Di Indonesia, belum ditemukan ciri khas
merangkai bunga gaya Indonesia, namun
hanya dapat dikenal dari rangkaian atau
ornamen daerah, seperti di Bali, Jawa,
Sumatra, Kalimantan, Sulawesi atau Dayak.
Kebudayaan di negara mana pun memiliki
keunikan dan keindahan tersendiri. Kebudayaan
setiap negara akan terus berkembang sesuai
kebutuhan dan zaman. Seni merangkai
bunga memerlukan imajinasi, full hearted
(kesungguhan hati) dan latihan. Untuk itu,
diperlukan perencanaan, ide dan teknik untuk
menjadikan visualisasi produk yang ada di
dalam imajinasi kita untuk menjadi nyata di
depan mata kita.
Secara filosofis, seni merangkai bunga dapat
dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya:
1. Mengungkapkan ungkapan syukur dan
hormat pada hari raya keagamaan.
• Hari Natal
• Sakramen Pembaptisan
• Hari Paskah
• Hari Kebangkitan Tuhan Yesus
2. Mengungkapkan penderitaan Tuhan Yesus.
• Peringatan Jumat Agung
• Perjamuan Kudus
3. Merayakan upacara atau kejadian yang
gembira dan bahagia.
• Hari raya kenegaraan (dirgahayu kota
Jakarta dan kemerdekaan Republik
Indonesia)
• Konser atau pameran
• Acara pembukaan rumah sakit, mall,
kantor, sekolah atau gedung baru
• Acara wisuda
4. Menunjukkan keprihatinan dan
penghiburan untuk orang yang sakit atau
berdukacita.
• Rangkaian bunga untuk orang sakit
• Dekorasi ruangan rumah duka
• Bunga-bunga ungkapan dukacita
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merangkai
bunga, seperti:
1. Menentukan warna dan makna masing-masing bunga.
• Anyelir (carnation) = kasih ibu
• Mawar = cinta
• Lili putih = kesucian atau kudus
• Lavender
= bau wangi atau keharuman
• Chrysant kuning
= keceriaan
2. Hydrangea dan carnation yang berwarna merah muda (pink)
sangat mempesona dan menarik bagi kaum ibu.
3. Tanaman atau bunga yang sedang populer adalah busy lizzie,
chlorophytum, geramium, kaktus atau succulent.
4. Warna bunga memiliki arti atau maksud sebagai berikut:
• Merah = cinta, kasih, bahagia, berani, keberuntungan
• Putih
= ketulusan hati, kudus, suci
• Kuning = kemewahan, kecerian, sang raja
• Biru = kedamaian, maskulin
• Hijau = kesuburan, harapan
• Hitam = perkabungan, dukacita
• Pastel = muda, feminin
• Violet = mulia, agung
Jika kita mengilas balik atas asal-usul semua ini, sudah sepatutnya manusia berterima kasih dan patuh kepada Allah.
Pada saat menciptakan alam semesta, Allah juga turut menciptakan bunga, tanaman dan pohon-pohon (Kejadian
1:20-26). Allah memerintahkan manusia untuk mengatur bumi ini (Kejadian 1:15). Namun, manusia telah jatuh dalam
dosa. Tidak hanya membiarkan dan tidak mengurus alam ini, bahkan manusia telah membunuh pohon-pohon untuk
kepentingan sendiri (bisnis).
Sampai kapankah manusia sadar dan bertobat akan hal ini? Dewasa ini, berjuta-juta tanaman yang mati terbuang
setiap tahun. Kita perlu bertobat dan mendidik generasi di bawah kita untuk melestarikan lingkungan sehingga bumi
yang kita tempati ini dapat menjadi lebih hidup dan terawat. Hal ini juga merupakan bagian yang dapat kita lakukan
sesuai ajaran Tuhan.
“Karena itu saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah dan giatlah selalu dalam pekerjaan
Tuhan! Sebab kamu tahu bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.” (I Korintus 15:58)
Katamso, B.Sc.
34
35
Resensi
Resensi
Film ‘Letters to God’ adalah salah satu film yang
diangkat dari kisah nyata dengan latar belakang
kekristenan yang sangat baik untuk dapat kita
simak. Film ini diangkat dari kisah Patrick ‘Tyler’
Doughtie (23 September 1993 - 7 Maret 2005) yang
menderita penyakit kanker dan bagaimana dia
menghadapi keadaan ini waktu demi waktu. Pada
akhirnya, Tyler menyikapi penyakit yang membatasi
segala segi kehidupannya ini melalui surat-surat
tulisannya kepada Tuhan yang mampu mengubah
segala sesuatu yang terlihat tidak baik menjadi
suatu hal baik yang dengan luar biasa membangun
keluarganya, lingkungan dimana dia tinggal dan
bahkan banyak orang lain dapat hidup dalam
pengharapan yang baru.
Achie
Sinopsis
Kisah dalam film ini dimulai dengan kegiatan seorang
tukang pos di suatu hari yang cerah. Mr. Finley adalah
seorang tukang pos yang giat bekerja dan sangat
mengenal lingkungan rumah yang telah menjadi area
pekerjaannya mengantar surat selama bertahuntahun. Dia sangat mengenal setiap karakter penghuni
rumah yang ada di lingkungannya. Di sinilah, Tyler yang
baru saja menjalani operasi pada kepalanya, tinggal
dan mengirimkan surat-suratnya kepada Tuhan. Mr.
Finley selalu kebingungan dengan surat-surat yang
ditujukan kepada Tuhan oleh Tyler, sehingga dia hanya
menyimpannya sendiri. Sampai pada suatu hari, Mr.
Finley mengambil waktu untuk berlibur dan harus
digantikan oleh orang lain. Di sinilah, kisah ini berawal.
Pengganti Mr. Finley adalah seorang pekerja yang
terkenal tidak disiplin dan selalu membawa masalah di
kantor pos dimana ia bekerja. Tapi dia tetap diberikan
kesempatan oleh atasannya untuk dapat memperbaiki
hidupnya yang berantakan – dia seorang pemabuk
dan keluarganya pecah, istrinya meninggalkannya dan
pemerintah telah memutuskan untuk melarangnya
memelihara anaknya.
Brady McDaniels, demikian namanya. Dengan terpaksa, dia harus mengambil
tanggung jawab pekerjaan untuk mengirim surat ke area yang ditinggalkan oleh
Mr. Finley. Dia juga merasakan kebingungan yang sama terhadap surat-surat
titipan Tyler yang ditujukan kepada Tuhan, hingga akhirnya ia membawa
surat-surat itu ke gereja dan ditinggalkannya di situ. Namun, pendeta gereja
tersebut merasa lebih baik jika McDaniels membawa dan menyimpan
surat-surat tersebut. Setelah McDaniels mengetahui latar belakang
Tyler, akhirnya dia mulai menjalin persahabatan dengan Tyler. Dia juga
turut merasa bersimpati dengan keadaan Tyler, berusaha memberikan
semangat dan dorongan kepada Tyler, serta terus menyimpan suratsuratnya.
Sikap dan cara hidup yang positif dari Tyler juga memberikan banyak
penghiburan kepada keluarganya, lingkungan di sekitar rumahnya,
serta teman-temannya di sekolah. Namun pada akhirnya,
pengobatan kemoterapi yang dilakukan kepada Tyler ternyata
tidak dapat membawakan kesembuhan pada dirinya, sehingga
pada akhirnya dia harus pergi meninggalkan dunia.
Penggambaran film ini dapat dikatakan cukup bagus,
terutama bagaimana memperlihatkan penderitaan
seorang anak berumur 8 tahun dengan kepala yang botak
ditambah dengan bekas sayatan operasi memanjang
di bagian belakang kepala, selang pengobatan yang
tergantung pada dadanya, radiasi hingga 30 kali yang
harus dialaminya, serta pengobatan kemoterapi
pasca operasi yang harus dijalaninya. Semua ini akan
membuat penonton dapat mengerti kesulitan yang
dihadapi Tyler.
Di samping itu, keluarganya sendiri sudah
bukan lagi keluarga yang sempurna. Ayah Tyler
baru saja meninggal dan ibunya berusaha
seorang diri untuk menjaga Tyler hingga
harus mengorbankan pekerjaannya.
Semua perhatiannya tercurah untuk
anak bungsunya sehingga menyebabkan
ketidakseimbangan pada anak sulungnya,
Ben. Film ini juga menggambarkan
bahwa kesulitan hidup itu dihadapi
oleh setiap orang dalam bentuk yang
berbeda-beda.
36
37
Resensi
Resensi
Nilai-nilai
Secara keseluruhan, film ini ingin menyampaikan bahwa
kita masih mempunyai pengharapan di tengah hidup
yang penuh dengan berbagai masalah. Isi dari surat-surat
Tyler sangat mirip dengan pertanyaan-pertanyaan kita
kepada Tuhan, seperti “mengapa ada penderitaan?”,
“mengapa ada penyakit?”, “mengapa terjadi hal-hal
buruk pada orang baik?”, “mengapa orang jahat semakin
merajalela?”, dan “mengapa itu semua terjadi pada
saya?”
Dalam hidupnya, Tyler merasa memiliki banyak
pertanyaan yang tidak dapat dijawabnya sendiri,
meskipun dia sudah mencoba untuk realistis dan
menyikapinya dengan wajah yang ceria atas semua
penderitaannya, demi kebahagiaan ibunya. Maka,
menulis kepada Tuhan menjadi cara baginya untuk
dapat melepas semua beban hidupnya dengan bercerita
kepada Tuhan atas semua kesulitannya, pertanyaanpertanyaan yang tidak dapat dimengertinya, juga
harapan-harapannya bagi orang-orang di sekitarnya
– ibunya, teman-temannya, sahabat di lingkungan
tempat tinggalnya, dan tentu saja bagi sang tukang pos.
Ternyata, surat-surat itu menjadi berkat bagi banyak
orang dan menjadi jawaban atas doa-doa Tyler. Oleh
sebab itu, jikalau kita mengalami masalah dalam hidup
ini, berceritalah kepada Tuhan seperti seorang sahabat
karena Dialah sumber pengharapan kita.
Film ini juga menggambarkan tentang doa dengan sangat
baik melalui sebuah bagian yang bercerita tentang
pergumulan yang dihadapi McDaniels. Dia merasa bahwa
segala sesuatu yang menghampiri kehidupannya selalu
lepas dan tergelincir dari jari-jari tangannya, tetapi
atasannya memintanya untuk merapatkan kedua telapak
tangannya, lalu jari-jarinya dilipat dan menggenggam
satu sama lain, sehingga membentuk sikap tangan
yang berdoa, lalu atasannya berkata kepadanya bahwa
dengan cara demikian, tidak akan ada lagi yang akan
tergelincir dari jari-jarimu. Jadi, jikalau kita juga merasa
bahwa banyak hal yang terlepas dan terhilang, kita juga
perlu menangkupkan (baca: menutup) tangan kita untuk
berdoa kepada Tuhan.
Apa yang dilakukan Tyler memiliki dampak yang luar
biasa bagi banyak orang, seperti yang dapat kita lihat
nantinya pada bagian akhir film ini, banyak penderita
penyakit kanker yang mempunyai harapan kembali
karena kesaksian Tyler. Demikian serentetan nama yang
diperlihatkan dalam film tersebut: Amanda MacLellan,
Alyssa Pietruszka, Dave Dravecky, Anna Wilkerson,
Josh Snyder, Kia Riddick Taylor, Kennedy Kington, Pam
Oldham, Robyn Rothermel, Dr. Ken Hutcherson, Jen
Lopdrup dan Georgia Shaffer.
kebaikan’. Kisah ini menceritakan tentang seorang anak
kecil yang diajarkan ibunya untuk melakukan sebuah
kebaikan dan ketika orang lain mau berterima kasih atas
apa yang dilakukannya, maka ia akan meminta mereka
untuk meneruskan kebaikan itu kepada orang lain. Cerita
itu mengisahkan bagaimana kebaikan itu menular dari
satu orang ke orang lain.
Kesimpulan
Demikian juga dengan kisah Tyler ini, kita dapat
menyaksikan bagaiman kebaikan dalam sikap, tindakan
dan perilaku hidup kita dapat berdampak kepada orang
lain. Saya kira kita tidak perlu menunggu sampai sakit
dan tak berdaya seperti Tyler untuk membuat hidup kita
lebih bermakna, tetapi justru dalam keadaan sekarang
yang lebih baik, kita seharusnya dapat melakukan lebih
banyak hal lagi.
Lalu apa yang dapat kita terapkan setelah mengetahui
kisah ini? Satu hal menarik yang terjadi dalam film ini
adalah ketika McDaniels membaca surat-surat Tyler yang
disimpannya, ia langsung menyadari nilai-nilai harapan
baru yang ditulis dalam surat-surat itu. Kemudian, dia
pergi membagikan surat-surat itu kepada orang-orang
yang disebutkan Tyler dalam suratnya. Setiap orang
menjadi tahu isi doa Tyler kepada Tuhan untuk mereka.
Berawal dari hal ini, maka kebanyakan dari mereka
melakukan hal yang sama – membalas surat-surat Tyler
dan menulis surat kepada Tuhan.
Kejadian tersebut mengingatkan saya pada sebuah
cerita yang ditulis oleh Enid Blyton tentang ‘meneruskan
Mungkin bukan surat tertulis yang harus kita lakukan
seperti Tyler, tetapi dari perkataan, tindakan dan doa kita
sehari-hari, kita dapat meneruskan kebaikan bagi semua
orang. Bahkan jikalau ada di antara kita yang merasa
sudah tidak dapat melakukan hal-hal itu, yakinlah bahwa
tidak pernah ada yang terlambat di dalam pengharapan.
Kita selalu dapat memulainya kembali.
Jadi, sebagai akhir tulisan ini, ada sedikit tips kecil yang
dapat kita mulai dari diri kita sendiri. Kita dapat mulai
dengan membeli dan membagi-bagikan DVD film ini
kepada orang yang kita kasihi dan katakan kepada
mereka bahwa jika film ini baik buat mereka, teruskan
film ini kepada orang lain. Jadilah surat bagi orang lain.
Tuhan memberkati.
“… kamu adalah surat Kristus, … ditulis bukan dengan
tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, …”
(2 Korintus 3:3)
Safrianto ‘Achie’
38
39
Resensi
Liputan
Seringkali kita terjebak dengan ukuran kesuksesan
sebuah gereja. Kita berpikir bahwa banyaknya jemaat,
lengkapnya fasilitas, profesionalitas pelayan, pendeta
yang pandai berkhotbah dan jumlah persembahan yang
besar merupakan ukuran kesuksesan sebuah gereja.
Demikian juga halnya dengan Tim Manning, seorang
Ketua Majelis Gereja Beacon Hill. Ketika Tim hendak
pensiun dari pelayanannya sebagai Ketua Majelis, Tim
berpikir bahwa ia telah melakukan yang terbaik dan ia
hendak merasa puas dengan hasil pelayanannya. Namun
sepucuk surat membuyarkan angan-angan indah Tim.
Surat itu berasal dari seorang jemaat yang merasa bahwa
gereja di bawah kepemimpinan Tim telah kehilangan
kasihnya. Merasa tertegur oleh surat yang dibacanya,
Tim memutuskan untuk meminta nasihat dari seorang
sahabatnya, Hank Dalton. Lalu, Hank memberikan empat
lembar amplop yang berisi empat buah nama dan
empat buah pertanyaan untuk membantu Tim mencari
jawaban atas kerisauannya. Dari situlah, perjalanan Tim
untuk mengembalikan kasih kepada Gereja Beacon Hill
berawal.
Judul
Penulis
Penerbit
Halaman
: Tempat Terindah di Belantara Kota
: Ken Blanchard & Phil Hodges
: PT BPK Gunung Mulia
: xiv + 90
Buku ini mengajak kita melihat perjalanan Tim dalam
mencari kasih gereja yang mula-mula, hal yang seringkali
terlupakan seiring dengan berkembangnya sebuah
gereja. Buku ini termasuk menarik untuk dibaca karena
buku ini disajikan dalam bentuk cerita atau novel ringan,
dan pada akhir setiap bab, penulis merangkumkan bagi
kita poin-poin penting yang terdapat pada setiap bab
sehingga mudah bagi kita untuk mengerti apa yang
hendak disampaikan oleh penulis kepada pembaca.
Bahasa yang digunakan juga cenderung mudah dan
sederhana dengan ilustrasi yang menarik sehingga
mudah bagi kita untuk membayangkan situasi yang
dialami oleh tokoh Tim Manning.
Buku ini baik untuk dibaca oleh para pemimpin gereja,
baik para pemimpin gereja yang terlalu cepat puas
dengan pelayanannya di gereja, maupun para pemimpin
gereja yang merasa bahwa perlu ada perbaikan yang
harus dilakukan untuk membawa kembali kasih ke dalam
gereja. Buku ini juga baik untuk dibaca jemaat sehingga
jemaat juga dapat mengerti akan pentingnya kasih di
dalam hidup berkomunitas dalam sebuah gereja. Kiranya
buku ini dapat menjadi berkat bagi para pembaca.
Prawira Atmaja
Retreat PRMI: Move ‘n Mature
jalannya retreat nantinya akan berjalan seperti apa.
Ada beberapa kakak rohani yang pernah sharing bahwa
masa remaja adalah masa dimana seseorang mencari
jati diri, sehingga anak-anak itu harus dibina dengan baik
dari remaja. Setelah saya mendengar hal tersebut pada
beberapa tahun yang lalu, saya masih cuek saja dengan
pernyataan tersebut. Tetapi dalam tiga tahun belakangan
ini, saya melihat bahwa apa yang mereka katakan itu
benar sekali. Saya melihat perkembangan zaman ini
yang semakin lama semakin menawarkan hal-hal yang
negatif dan pastinya membawa dampak buruk untuk
anak-anak remaja. Saya semakin menyadari bahwa setiap
remaja membutuhkan komunitas yang dapat menjaga
kehidupan mereka untuk selalu berada di dalam jalan
yang benar.
Ting tong… Waktu menunjukkan pukul 09.00, tanggal
21 Juni 2011. Kami, para remaja PRMI, akan memulai
perjalanan Retreat PRMI yang bertema ‘Move n Mature’
dari Gereja Methodist Indonesia (GMI) Imanuel. Para
peserta retreat datang tepat waktu dan akhirnya kami
berangkat menuju Pondok Remaja PGI pada pukul 11.30.
Akhirnya, kami tiba di Pondok Remaja PGI pada pukul
13.10. Pada saat kami tiba, kami sudah disambut oleh
beberapa panitia yang sudah tiba di sana terlebih dahulu.
Hal pertama yang kami lakukan adalah mengambil
name tag dan buku acara. Setelah itu, kami siap
untuk menyantap makan siang yang telah kami terima
sebelumnya dan memulai GO (Grand Opening). Mulai
dari hari pertama sampai hari terakhir selama retreat
ini, kami kembali diingatkan akan pengorbanan Tuhan
Yesus di atas kayu salib sampai apa saja yang harus kami
lakukan sebagai murid Tuhan Yesus yang setia. Firman
Tuhan dibawakan oleh dua pembicara, yaitu Ev. Evans
Garey untuk teman-teman SMA dan kuliah, serta Ev.
Pieter untuk teman-teman SMP.
Saya sudah tidak mengikuti Retreat PRMI sebanyak dua
kali karena waktu retreat-retreat sebelumnya bertepatan
dengan waktu kuliah saya. Puji Tuhan, saya dapat
mengikuti seluruh acara retreat tahun ini. Perasaan
senang bercampur takut bergabung menjadi satu.
Senang karena akhirnya dapat mengikuti retreat lagi,
tanpa ada halangan apa pun. Takut karena memikirkan
Di retreat ini, saya semakin melihat bahwa komunitas itu
penting sekali bagi remaja. Pertama, saya mendengar ada
salah satu teman yang mengikuti retreat PRMI bersaksi
dan meminta maaf kepada saudaranya karena selama
ini mereka tidak saling berbicara satu sama lain. Puji
Tuhan, melalui firman Tuhan yang disampaikan, teman
kami ini memutuskan untuk meminta maaf kepada
saudaranya. Kedua, ada seorang remaja yang sharing
dan mempertanyakan kekristenan. Setelah sharing cukup
lama, akhirnya saya mendapati teman kami ini tertarik
dengan kekristenan. Akan tetapi, di tempat dimana dia
tinggal dan bersekolah tidak ada komunitas yang dapat
menjangkau dan menjawab pertanyaan yang selama ini
dia pertanyakan dalam hatinya. Melalui dua hal yang
mungkin sudah sering kita dengar ini, cukup menjadi
bahan refleksi untuk saya dalam melihat pentingnya
komunitas dalam kehidupan seorang remaja. Dalam
sharing yang pertama, saya melihatnya seperti ini.
Jika ada anak-anak remaja yang mengalami masalah
keluarga atau masalah lainnya tidak memiliki komunitas,
bagaimana mungkin ada teman-teman yang dapat selalu
mengingatkan dan memberi dukungan kepada mereka
untuk bertumbuh menjadi remaja yang ‘sehat’. Dalam
sharing yang kedua, saya semakin menyadari bahwa
dengan adanya komunitas Kristen yang saling bertumbuh
dan mendukung secara rohani, pergumulan remajaremaja yang mempertanyakan akan iman kepercayaan
mereka kepada Tuhan mungkin akan terjawab.
Jadi, mari teman-teman remaja untuk tidak ragu dan
tidak takut dalam mengikuti Tuhan dan bertumbuh
bersama-sama di PRMI. Setidaknya, kita akan terus
berada di jalan yang dikehendaki Tuhan Yesus. Tidak ada
ruginya untuk mengikuti semua kegiatan PRMI. Itu akan
sangat membantu kita untuk bertumbuh dan semakin
mengenal Tuhan.
Sisca H.
40
41
Liputan
Liputan
malware menyerang melalui situs web, e-mail atau
file yang diunduh untuk menguasai komputer/ponsel.
Jangan lanjutkan proses jika muncul ‘security warning’
dan segera tekan tombol ‘Esc’ atau klik tanda (X).
Pada zaman yang modern ini, hidup kita tidak terhindar
dari internet. Begitu banyak kemudahan yang ditawarkan
oleh internet. Namun, ada beberapa risiko yang datang
besertanya. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati dan
waspada dalam menggunakan internet.
Risiko nyata dunia maya
Terdapat beberapa risiko dalam penggunaan internet
yang tidak hati-hati, antara lain:
• Malware
Malware adalah singkatan dari malicious software.
Malware adalah perangkat lunak (software) jahat
yang dapat membahayakan komputer. Malware
menyerang komputer dengan beberapa fungsi
seperti packer (selubung), polymorphic (memiliki
banyak bentuk), exploit (menyerang kelemahan
komputer), lewat instant messenger (chatting) dan
mematikan anti virus yang terpasang. Malware
dapat tersebar lewat USB dan menyamar menjadi
anti virus.
• E-banking
Terdapat beberapa kasus pembobolan lewat internet
banking.
• Pemerkosaan virtual
• Targetted attack
Pasang sistem keamanan di kepala Anda, keluarga
dan rekan
Kita dapat menghindari risiko dari penggunaan internet
dengan bersikap waspada. Kewaspadaan adalah kunci
keamanan dunia maya. Misalnya, jangan mengunjungi
situs-situs yang tidak jelas, dan jangan membuka link
e-mail yang tidak jelas. Selain itu, dibutuhkan peran
kelompok, seperti keluarga dan rekan-rekan untuk saling
mengingatkan.
Hidup aman dan sehat di dunia maya
Menurut UU ITE (Undang-Undang Informasi dan
Transaksi Elektronik), semua orang bertanggung jawab
terhadap penggunaan komputer, ponsel, serta akun
e-mail dan jejaring sosial (facebook dan twitter). Oleh
Iman Sehat (Internet Aman dan Sehat)
karena itu, pikirkan baik-baik sebelum click, open, post
dan share.
• Ponsel
Ponsel pintar (smartphone) adalah komputer
mini. Smartphone dapat terinfeksi malware atau
dikontrol penjahat dari jarak jauh. Oleh karena
itu, gunakan fungsi perlindungan PIN pada ponsel,
hindari meminjamkan ponsel kepada orang lain
secara sembarangan, dan hindari meng-install
perangkat lunak yang tidak benar-benar dibutuhkan.
Jika ingin meng-install suatu perangkat lunak, cari
informasi mengenai perangkat lunak tersebut. Jika
ingin menjual ponsel, hapus seluruh data yang ada
sebelum menjual ponsel tersebut.
• Amankan komputer Anda
Pastikan sistem operasi, aplikasi dan anti malware
selalu ter-update. Gunakan piranti lunak berlisensi
open source (gratis). Dengan menggunakan
piranti lunak bajakan berarti mencuri dan amat
berbahaya karena mudah disisipi malware. Hindari
menggunakan aplikasi internet file sharing. Selain
itu, pasang aplikasi pengaman yang mencegah
•
serangan terhadap jaringan (firewall) dan
menghalangi aplikasi jahat (anti malware). Banyak
anti malware palsu berisi malware, maka itu
unduhlah (download) anti malware langsung dari
situs pembuatnya.
Akun dan password
Jagalah akun dan password internet Anda karena
dapat digunakan untuk memfitnah dan menipu.
Jangan pernah memberikan PIN atau password
kepada siapa pun. Jika pembuatan akun e-mail dan
jejaring sosial (facebook dan twitter) dibantu oleh
orang lain, ganti password sesegera mungkin. Jangan
menggunakan sembarang komputer untuk log in.
Gunakan password yang sulit ditebak dan mudah
diingat. Ganti huruf/angka dengan yang mirip,
seperti A=4, a=@, S=$, i=!, t=+,G=6 dan B=8.
Hindari situs-situs yang tidak sehat. Sebagai solusi,
kita dapat menggunakan penyaring situs web dari
http://nawala.or.id. Mengakses situs web bukan hanya
berkunjung, tetapi juga mengundang program-program
untuk dijalankan di komputer pengunjung. Banyak
Dalam penggunaan jejaring sosial, jangan menampilkan
informasi pribadi secara lengkap (seperti alamat,
tanggal lahir, foto dan video). Data-data tersebut dapat
digunakan untuk menipu, memeras atau mencuri
akun dan uang Anda. Batasi pilihan privasi dan jangan
menyimpan informasi yang tidak ingin diketahui orang
lain di internet. Pastikan hanya orang yang Anda kenal
yang menjadi teman Anda di jejaring sosial. Buatlah
grup atau akun yang berbeda jika digunakan untuk
kepentingan bisnis. Jangan pernah seorang diri bertemu
secara fisik dengan orang yang baru dikenal melalui
internet.
Aman bertransaksi di dunia maya
•
•
•
•
•
•
•
Hindari saldo dalam jumlah besar di rekening yang
memiliki kartu debit.
Hindari penggunaan kartu debit yang dapat
digunakan hanya dengan tanda tangan.
Hindari penggunaan kartu multifungsi, sebagai kartu
debit dan kartu kredit.
Segera ganti PIN setelah digunakan di tempat yang
meragukan (untuk online banking).
Jangan memberikan informasi pribadi, rekening
dan kartu kredit melalui telepon. Penjahat dapat
menyamar sebagai petugas bank dan petugas
asuransi.
Ponsel pintar (smartphone) rawan pembajakan.
Misalnya, tanpa disadari dapat terpasang aplikasi
jahat. Bank tidak dapat memastikan keamanan
ponsel Anda untuk melakukan mobile banking.
Internet banking rawan pembajakan. Jangan
lanjutkan jika browser (internet explorer, mozilla
firefox, google chrome dan lain-lain) memberi
‘security warning’.
Disadur oleh Chatrin dari Seminar IT Ministry (Jakarta, 10
Juni 2011) yang disampaikan oleh Gildas Deograt Lumy.
42
43
Liputan
Kebersamaan dengan
Tim Misi dari Korea Selatan
讓我們一起實踐初期教會的生活
(徒2:41-47)
前言
一個已經得救的基督徒,必定是有永恒的保障——進天堂。然而,並不是你一得救就
要離開世界直接進天堂,你還要繼續在世上的生活。
這説明,我們一旦接受耶穌基督為救主,承受他賜給我們的永生,不是就已經完結
了。因爲在我們離世前,或主耶穌再臨的日子尚未來到的這段日子,既是處在等待那
完全成就的時候,我們還有工作要做。之所以,我們的日子不是枉然度過,乃是有上
帝賦予的工作。生活應該是遵行上帝的旨意和計劃,學像基督的樣式。因爲神賜恩與
我們的生活,目的也是爲了榮耀他的名。
每一日都必須在上帝跟前有聖潔的生活,透過個別或團契學習親近神。因此,更是推
動我們直接或間接地向人傳福音。比如:積極參與差傳事工、個人傳福音,無論身在
何處都有美好的見證。這樣,上帝的福音就可被傳開,贏得多人相信他,並接受他,
上帝的名也因此被榮耀。
Pada tanggal 15 Juli 2011, P3MI Imanuel menjemput
pemuda-pemudi Korea Selatan di Bandara SoekarnoHatta. Dengan tim misi dari Korea Selatan yang
berjumlah 14 orang dari Gereja Chun Chon dan 10
orang dari Gereja Gembala Baik, tim dari GMI Imanuel
bersama dengan tim dari Pemuda Distrik 3 dan tim dari
P3MI Jakarta Pusat mengadakan perjamuan makan
malam di sebuah Restoran Xiang Man Lo. Setelah
makan malam berakhir, panitia Mission Festival yang
diketuai oleh Yohanes (Sie Misi P3MI Imanuel), langsung
membagi setiap pemuda dari Korea Selatan untuk tinggal
dalam rumah jemaat, atau lebih dikenal dengan istilah
homestay, dan mereka langsung menuju rumah masingmasing.
Kebersamaan dengan tim misi dari Gereja Chun Chon
yang merupakan sister church dengan GMI Imanuel
berlanjut pada hari Sabtu, tanggal 16 Juli 2011. Bersama
dengan para pemuda dari P3MI Imanuel, tim misi dari
Korea Selatan ini diajak berkeliling ke Museum Bank
Indonesia yang terletak di kawasan Kota Tua. Pemudapemudi dari Korea Selatan ini sangat menikmati
kebersamaan dan sangat tertarik untuk mengetahui
seluk beluk sejarah Bank Indonesia. Setelah itu,
mereka menuju Gereja Tua Katedral dan berkeliling
gereja tersebut. Kemudian, mereka berangkat menuju
Bundaran HI dan melihat Monas yang merupakan
kebanggaan bangsa Indonesia. Setelah berkeliling
kota Jakarta, mereka makan siang di Gerobak Betawi
yang terletak di kawasan Greenville, untuk menikmati
makanan khas Indonesia, seperti sate, gado-gado dan
soto.
Malam harinya tepat pada pukul 18.00 diadakan Mission
Festival yang dihadiri dari 15 komisi P3MI yang tersebar
di wilayah 2 distrik 3, teman-teman dari Korea Selatan,
para majelis dan jemaat Imanuel. Para pelayan pada
malam hari itu adalah pemuda dari P3MI Jakarta Pusat,
sedangkan pembicaranya adalah pendeta dari Korea
Selatan dengan tema ‘The World is My Parish’. Setelah
itu, diadakan persembahan acara dari beberapa P3MI
dan teman-teman dari Korea Selatan. Pada penutupan
acara diadakan suatu komitmen bagi pemuda-pemudi
yang ingin terlibat lebih dalam pelayanan misi pada
tahun yang akan datang. Pemuda-pemudi ditantang
untuk mengambil bagian untuk perjalanan misi bersama
pada tahun yang akan datang. Pada akhir acara diadakan
foto bersama.
Esok harinya, pada hari Minggu, tanggal 17 Juli 2011, tim
misi dari Gereja Chun Chon bersama-sama beribadah di
Kebaktian Umum 1 dan 2. Setelah kebaktian bersama di
GMI Imanuel, bersama dengan para majelis dan pemudapemudi P3MI Imanuel melakukan perjamuan makan
siang. Tepat pada pukul 15.00, mereka langsung menuju
Gereja Evergreen bersama-sama dengan beberapa
pemuda-pemudi P3MI Imanuel untuk beribadah di
Gereja Evergreen (gereja berbahasa Korea).
Tentu perjalanan misi yang berkesan dan membawa
pengaruh yang baik untuk membakar semangat misi
pemuda-pemudi dan jemaat GMI Imanuel. Kiranya
pelayanan ini berkenan di hati Tuhan. Tuhan memberkati.
Hadi
今年以馬内利堂周年紀念主題為《愛神的家 使我得激勵》,所謂神的殿指的當然不是
一個建築物,應該是基督耶穌的身體,肢體卻是信徒們。
若是每個信徒都愛上帝的殿,他一定會使這教會增長和得復興;信徒靈命得復興,教
會一定跟著增長。然而,問題是我們是否都愛教會?愛《以馬内利堂》上帝的殿以及
弟兄姐妹?有可能大多數信徒還不明白該如何做。
我們應該從聖經來學習,初期信徒在耶路撒冷是如何的生活。他們是一個活的教會,
愛神愛人,健康增長教會的寫照。我們可以從這關係上牽連至今日的教會。
初期信徒的生活
華理克在《標杆人生》一書中說:增長的教會是活的,是健康的。當然所指的是在質
與量上的增長,質是會友的屬靈生命;量是指人數。所以說,一個屬靈生命好的基督
徒,必會渴慕帶領人認識耶穌。教會當中若是人人都有這樣的心志,那麽教會的復興
就指日可待了;當然其中也不可忽視上帝的作爲。
聖經使徒行傳2:41-47記載初期信徒的生活,他們給當時的環境帶來很大的影響,並
且得救的人數日日加添。使徒彼得對猶太人,和一切住在耶路撒冷的人講道(徒二14
),於是領受他話的人就受了洗,那一天信的人約添了三千人(:41)。初期教會信
徒是已經悔改跟隨基督的猶太人,和一些非猶太人。他們悔改後的生活不是停留在
領受聖洗,而是一起恆心遵守使徒的教訓,彼此交接,擘餅,祈禱(:42)。他們且
在家中這樣行,可能是以輪流的方式(:46)。初期教會就是因著他們開始聚集而形
成,也正是我們今日所稱爲《教會》的先驅。
我們知道至少有4种初期信徒所帶來的動力:
一,使徒的教訓
這是穩固的建立且是最重要的根基,是以基督為重點,藉著使徒的教導來裝備並實踐
在每一天的生活中,在信徒或未信的人當中成爲美好的見證。
44
45
二,彼此交接
這裏“交接”一詞,含有信徒之間的生活分享之意。他們把自己有的拿出來與衆人分
享(:44-45),甚至有人把田產、家業賣了,照各人所需用的分給各人(:45)。他
們也時時讚美上帝,一起用飯,一起禱告。證明他們的同心合一,彼此關懷,是以同
是基督耶穌的跟隨者而得的關係。
三,擘餅
擘餅和領受聖餐相關,這跟耶穌與門徒最後晚餐時相同的意義。起初只是爲了紀念最
後晚餐,其實原意卻是著重信徒之間的交流,和睦共處,彼此接納。這也是信徒應該
有的真正生活樣式。
四,祈禱
祈禱是初期信徒最主要的活動,目的是尋求上帝的旨意,祈求上帝的同在和藉著禱告
的能力仰賴上帝。當時禱告的方式也不再限於猶太人禮儀,乃是已經有學像主耶穌教
導的《主禱文》,或是一種自發性的禱告。不是只允許在聖殿裏,也可在信徒的家中
(:46)。
這樣的生活方式,對内或對外必定會帶來很大的影響。對内,信徒藉著使徒的教導對
認識基督越是加深,更是同心合一的一起生活來體現:彼此鼓勵、彼此堅固、彼此關
懷、彼此代禱(:44-46)。
對外,信徒周圍未信主的人看見了,他們的反應是(:43)——衆人都懼怕,(懼怕
有驚嘆的意思),因看見使徒行了許多神跡、異能。所以在47節,他們得眾民的喜
愛。初期信徒確實是影響了四圍的人,上帝也賜福與他們,並加添得救的人數,足証
他們是被聖靈充滿的人。
然而,如此安穩的時日不長,因爲上帝允許羅馬帝國和一些猶太人對門徒施壓。雖然
被逼離開耶路撒冷,分散到各處,但遭受逼迫的門徒信心卻是不動搖。他們已經有穩
固的信仰基礎,是扎根在基督的真道上的。
使徒行傳的記載讓我們看到上帝的權能,他眷顧起初的信徒們在受逼迫時仍能把福音
傳至全世界。本來住在耶路撒冷的信徒,爲了逃生而必須遷往他處,福音也因此而傳
出耶路撒冷。
與現時對照
因著他們屬靈的生命上帝加添得救的人數。他們從使徒殷勤地學習上帝的道,也與眾
聖徒一起同心合一,彼此交接、擘餅紀念主耶穌的救贖大功,並且在未信的人跟前有
好見證。他們以禱告為信仰的根基,常藉著禱告尋求上帝的旨意、懇求引領、堅信依
靠他。這是我們全教會的人應該學習的好榜樣,並且願意實踐在生活中。包括傳道牧
師、執事、執委、聖工員和會友都應該攜手共進。決心在自己的靈修,每主日的講道
中或在每一個團契的聚會,都虛心地學習上帝的道。也可以參加教會所預備的小組,
學習初期信徒愛神愛人的團契生活。教會藉著團契和小組來關照會友,以此得知會友
的問題和需要。
團契生活教導節儉不奢侈,和睦的關係,彼此關懷坦誠以對。大家在神的眼中都是一
樣的,無估計身份的高低。
最後說到的是禱告。信徒應該養成禱告的習慣,成爲我們生活的必須。開始時可能只
參加禱告會,但是非操練自己在靈修時,甚至到不受時空的限制而能向上帝呼求、交
通。禱告内容不單單為自己求,主要的先向神頌讚與感恩,也為囯為民、教會和需要
代禱的人禱告。正確的禱告不是以自己為中心,乃是為我們周圍的人、事、物。禱告
的動力是基於所得的恩典,既是已經與神和好才可以坦然無懼的來求告他。正如主耶
穌教導的《主禱文》,只為著他的榮耀,按著他的旨意求。因爲他是全能、全知、無
所不在、滿有恩慈的上帝。
除了學像初期教會的生活,我們亦能參與教會的其他活動。以馬内利堂為已經參加過
習道班,並接受洗禮的會友預備Kambium查經班。目的是栽培靈命,把信仰根基建立
在基督的磐石上,無論在何處都能成爲基督的好門徒。深盼每一個會友在主基督裏扎
穩根基,不但認識他且能更愛他,與人分享他的愛,也可爲主結出美好的果實來榮耀
他。
若是我們愛上帝,也一定會愛上帝的家和弟兄姐妹。我們彼此學習,彼此祝福,彼此
學習增長。這樣,我們若靠著聖靈的能力行上帝喜悅的事,必然蒙福,也會影響周遭
的人。上帝也會將得救的人數,不斷地加給我們。
願大家同心協力,一起手牽手實踐初期教會的好榜樣,愛上帝、愛教會和愛人,以馬
内利堂也一樣會蒙上帝賜福,教會得復興,榮耀歸與至高的神。
~~Christian Kurniawan傳道~~
46
47
現代教會的角色
焦點
時代的進展和轉變在各方面都愈來愈快,每個信徒也必須在這世界的潮流中堅持自己
的信仰。諸多的壓力如來自於商場上的競爭,科技似乎瘋狂地發展,越是複雜的生活
難題,再加上不明確的政治、社會、文化制度,還有貪污的趨勢。導致現代人的屬靈
的慾望也隨之流逝,因此心靈渴求普及全人類,信徒當然也不例外。現今的基督徒擋
不住強烈的世界潮流,所以偶爾逼不得已與世界妥協。
今日教會還是貼切嗎?
在屬靈如此衰歇的情況中,教會卻有例行的日程表。長年都在忙著準備一切常務的活
動和大節慶。教會絞盡腦汁策劃、籌備每一個可以讓會友成長議程。諷刺的是,卻常
常以參加人數來定成功的標準。換句話說,成功的教會就等於是有很多會友的教會,
是有特色和特徵並也能吸引更多會眾的教會。可是事實上,教會陷入於自己的忙碌而
不能滿足信徒屬靈的需要。其實,信徒真正需要的是有門徒般的靈命,即是不斷增
長、成熟的靈命。
無論現今教會有多忙碌,都應該可以回答這些問題:教會是否關懷信徒屬靈的需要?
教會是否關懷人心靈的需要如:孤單、被拒絕、疲倦、沮喪和失望?教會是否在信徒
間的關係上顯出基督的愛?教會是否推動信徒服事主?
在另一方面,教會講台所傳的道是否還是那樣嚴肅的指責罪惡、安慰和堅固,教導和
推動信徒有所行動,並生命有所改變?反觀現今信徒是活在一個偏向貪婪、自私自利
和追求享樂的世界裏。
信徒或是消費者?
現今教會這樣的光景,讓不少信徒開始考量他們在當地教會的存在。信徒開始著重自
己屬靈的需要,並且看哪個教會適合他。那些需要聽富有教導信息的信徒會到有這種
特色的教會;喜歡更有活力崇拜氣氛的信徒就尋找有這形式的教會;需要與團體一起
成長的信徒會找像一家人熱誠團契的教會。
所以,今天教會和信徒的關係似生產者(產品)與消費者的關係。也許這種看法受到資
本主義的影響,教會似在競爭和競賽來創新,以此顯示出各自的區別, 希望能吸引更
多信徒。與此同時信徒也正不斷地尋找合適自己屬靈需要的教會。
其實如此的觀點是不對的。當彼得在該撒利亞腓立比境內認耶穌為基督時(馬太16:16)
,耶穌很清楚的說道,正因彌賽亞被認出,教會被建造。這裏所提的教會是用單數不
是用複數,意思是耶穌不曾有意思建造眾多教會。只有信徒纔是合一的身體,基督是
教會的頭(以弗所5:23) 。無論基督徒成為那一個教會會友,他必須執行成為基督身體
合一的作用。無論教會景況如何,信徒都應該盡職,有所貢獻,好讓教會更加美好。
與其只是擁有像消費者的心理,在乎自己的需要,對教會漠不關心。
教會角色 一 : 專注於信徒的屬靈成長
如上所解,現今教會必須回到正確的本質上,即提供一切信徒屬靈的需要。強而有力
的導師來領導、安排、教導,並且時時檢討信徒屬靈成長的進度。良好的教牧事奉,
會聆聽、關懷甚至於激勵信徒在掙扎中的心靈得復甦。透過崇拜程序,預備信徒以詩
歌、禱告及講臺的信息來敬拜神。以此提高崇拜素質,並在各團契、小組、培訓班、
門徒班等等中一起成長。
最重要的,一個教會成功的標準不再是按參加聚會人數而定,而是信徒當中有多少經
歷屬靈增長;有多少經歷神與神有更親密關係;有多少信徒不再犯罪保守聖潔的生
活;有多少在面臨生活問題和艱苦時能堅固;有多少人對自己的存在而感謝神。 與其
只關切數量問題,更重要的是注重信徒屬靈成長素質的相關問題。
教會角色 二 : 執行檢討與穩定的作用
教會接下來的角色是成為檢討者。在基督教歷史以來,聖經被贊同為檢討標準的準
繩,包括在如何讀經和解經方面。福音派教會是被認為實用解經研究法最盡職和忠於
聖經的一派。
首先必須做到的是不斷檢討教會的動向。一個真正的教會是願意有所檢討和改善的教
會,必要時也會有些改革;響亮的改革口號是Ekklesia Reformata Semper Reformanda(不
斷改革的教會)。一個不願意被評價和改善的教會是腐敗的教會。教會必有所監視,定
期察看是否已經符合其功能,與愈來愈有動力和快速的世代發展環境協調(非妥協)。
第二,每個信徒在生活上都要有平衡。教會要引導信徒有平衡的生活,應該如何妥善
地安排時間,讓工作、家庭和服事有優先次序。信徒如何管理財政和生活方式,靈命
與生活上平衡是相當有關聯的。在思想和情緒,身體和屬靈,果斷和寬容,一貫性和
適應性,個人和團體,改正和饒恕,言語和行為等等的平衡。
第三,教會要對世界發言。教會對世界的進展應該是有觀望和評估。這並不意味教會
直接涉及政治、社會、 經濟文化和科技,而是觀察正在發生的熱門話題,透過信徒個
人日常生活發言,並可從聖經觀點來衡量。因此教會在世界發展中實行有力的評價作
用,教會也必須在這世上宣揚上帝的真理。
教會角色三 : 操練信徒成爲善良和正直的人
現今教會重大錯誤之一是注重訓練信徒能參與教會活動。在一方面來看,這並不是不
妥,因為一個好的教會是能讓全體信徒參與教會事奉行列,在基督身體結構這也是必
要的。可是,如果教會僅強調和關注此事而已,教會在實施功能方面就失敗了。
將來的教會只集滿一些忙碌服事的人,存著一些只渴望被稱讚和被重視的服事者,即
使都以屬靈外殼來包裝,但實際上正在進行一種“屬靈競賽”。教會僅看重内裏的發
展,節目和活動排得滿滿的自我膨脹,希望在其他宗派或教會和社會心目中加強形
象。
教會忽略了信徒是應該活在持有道德、社會和人道責任的世界。信徒在成爲國家的好
公民當中極力扮演基督徒的形象。可惜的是,教會不曾訓練他們,導致基督徒在世上
沒有任何影響力。沒錯,有時教會也會討論關於社會服事和人道援助的講題,也舉辦
與此有關的培訓和講座。可是,並不限於此而已,教會應該培訓信徒成為關懷鄰舍和
四周圍環境的基督徒。
進入世界贏得人
最後,教會的目標是“使萬民做我的門徒”(馬太28:19-20)。這樣的活力和動機是一個
教會必備的 “精神”,教會不能只“為圈內人”而已,並滿足於現有的人數,認為例
行活動能繼續進行就夠了,不用再出去贏得人。在約翰17:14-17記載主耶穌禱告天父
不叫門徒們離開世界,而求天父差他們到世界。已受過大約三年半訓練的門徒們被差
48
49
到世上來,如羊在狼群當中。這就是門徒們被揀選和操練的目的,就是在世上成為上
帝流通的管道。
現今教會仍有同樣的責任來裝備信徒,專注於信徒屬靈成長,檢討與平衡,並操練信
徒成為善良和正直人。之後,他們被差到世上服事和帶來影響。希望信徒能宣宣揚上
帝真理,針對世代發展並能行出社會功能,無論何時何處都能成為眾人的祝福。因此
信徒能在世上成為見證,成爲光和鹽。並且在世上扮演其角色,吸引失喪的靈魂,引
領他們歸向上帝。
衛理公會以馬內利堂
今年以馬內利堂進入43週年.。以馬內利堂已給世界染上顏色,40多年來成為基督身體
的一部份,居中的會友在兩代之間成為眾人的祝福。盼望以馬內利堂能繼續重整對信
徒更好的服事,和專注於贏得人為焦點;特別在印尼區域各個地方開拓佈道所。問題
是,教會是否已經預備好在信徒的生活上,和現代中扮演好角色。讓我們參與教會來
迴響,一起攜手共進吧!
恭祝以馬内利堂 生日快樂!繼續成為宣教的教會並榮耀神。
願上帝賜福於我們!
~~邱耀樞傳道~~
上教會的小孩不會變壞嗎?
作者:劉儷
兒女是神所賜的產業(詩127:3),父母是神所指定管理、教養這些產業的管家,所以
父母親的責任,就是照著主的教訓和警戒,來教養神所託付的兒女(弗6:4)。
子女的教會生活
作為基督徒父母,都巴不得自己的孩子能夠長大成熟,滿有基督長成的身量;但是希
望歸希望,從希望到實現,中間這段養成的過程,特別是教會生活,父母千萬不要掉
以輕心,唯有父母和教會一起攜手合作,才能做得好,給子女的一生打下堅實的基
礎!若是認為可以放手把孩子交給教會,結果很可能會出乎你的預料。
早在孩子還小時,我就參與教會兒童主日學服事的行列,其中最大的感觸就是,身為
父母,自己對信仰都還摸不清頭腦,個性不夠成熟,也不懂得如何教養兒女,就得身
教加言教地教導孩子,必須常常在錯誤中學習,也在錯誤中修正。當然,不可諱言
地,孩子也在我們諸多的錯誤中,有許多的延誤。
老大小時我們去的教會,兒童主日學辦理得非常完善,從托管嬰兒的Baby Land到小學
六年級,按照年齡分班,共分成十班,每班一位老師,如果孩子人數太多,還再加上
一位助教,教材則使用現成美式教材,變化多且學習非常有趣,是一個頗有規模的兒
童主日學。
兒子就是在這樣的環境下長大,信仰成長過程順利,每天自己會使用Keys for Kids靈
修教材固定靈修,我們一直沒有為他靈命成長擔過心,總以為孩子就會這樣「幸福美
滿」地長大!這是我們所犯的第一個錯誤,因為我們以為只要父母親在家裡有屬靈的
教導,孩子又固定去教會聚會,就應該沒有問題了。
缺失的一環
其實不然,這中間缺少了關鍵的一環,就是家長和教會需要聯手合作,而非各自單兵
作戰。家長需要常常關切孩子在教會中的學習,並鼓勵孩子在生活中實踐;教會牧長
也須常常與家長聯繫,看看孩子在生活方面,有什麼困難或需要。父母與教會青少年
相關牧長和輔導經常連繫,相輔相常,攜手合作,才能真正幫助孩子在屬靈生命上,
有紮實的成長。老二在三年級時我們搬離原來的教會,來到一個兒童主日學規模較小
的教會,學生少,師資也少,孩子很不習慣。待女兒四年級時,我決定自己來帶領她
們這一班。一帶就是兩年,雖說非常辛苦,但是事後卻看到當初流淚、流汗所結的果
子。
50
51
實踐重於知識
為了不再重蹈兒子的覆輒,我在教導女兒兒童主日學這班時,就配合成人主日講台的
內容,將聖經教導和生活連結在一起,每星期只講一件可以實踐的真理,先和孩子們
討論真理的內容和其意義,再討論如何在家、在學校實踐的一些可行性,及可行的方
法。
此有良好、健康、平衡的互動,既可在屬靈生命上有所成長,也能訓練孩子社交和團
隊合作的技能和委身。
也要小心切忌矯枉過正,讓尚未裝備好的孩子,貿然單獨投入,或是承擔「過多過重
的服事」,造成屬靈生命的「揠苗助長」。
三‧父母是否有教養兒女知識和技巧的裝備
再請小朋友談談上星期,對所教導的真理在實踐上,有什麼困難,或是有什麼值得感
恩的事情。最後以禱告結束短短的主日學課程。除了關切孩子在真理實踐方面的結
果,也不時地和家長取得連繫,不但關懷到孩子本身,也關懷到孩子的家庭,了解孩
子在他/她的家裡、學校,對於聖經真理實踐的情形。抽象的聖經知識對年幼子女而言
影響有限,教導生活上實踐的步驟與肯定才能產生長遠的生命造就。
女兒這班主日學的學生,大約有七、八位孩子,經過兩年沒有間斷的教導、關懷,與
家長們合作,為他們屬靈的生命,打下一個小小的基礎,一直到現在,這群孩子馬上
要上大學了,他們中間沒有失落一個人。反觀兒子當初兒童主日學的同學當中,進入
大學之後,幾乎可以說是全軍覆沒。
他山之石的提醒
回頭再看,子女二人靈命成長的差別,主要的關鍵是:
一‧家與教會之間是否有經常有良好溝通
家是教會的縮影,教會是家的擴大。聖經真理不論是學習還是實踐,都不能脫離家和
教會。若是教會能鼓勵家長優先發展孩子的屬靈生命,也在聖經真理上積極裝備孩子
的話,他就不會在進入大學時放棄信仰而流失了。
作父母的特別要對子女的領袖及輔導(年輕領袖,高中或大學生)要有一定的認識,他
們的言行在孩子成長中有極大的影響(或是破壞),如果感覺不妥,就要向牧師或負責
同工反映。不要假設出自所謂「屬靈前輩」家庭的子女就一定可以做領袖,結果反被
有不良習慣的孩子帶壞了,我們深受其害,追悔莫及。
二‧孩子在教會中有沒有歸屬感、參與感
兒子和女兒兩人極端的兩個教會經驗,讓我體會到,不論是教會還是家長,都該努力
創造一個屬於孩子,也讓孩子屬於的團契或小組。在較小的教會中,父母初期的參予
要更多,與孩子朋友父母的聯繫也要更加強,互相守望。
幫助他們能在那個屬於他們自己的小團體中,彼此扶持、鼓勵、代禱、守望、服事,
也彼此安慰、建立,難怪保羅教導提摩太說要同那清心禱告主的人追求公義、信德、
仁愛、和平(提後2:22b)。
一定要把握住孩子初中、高中的這段時間,因為這段時間正值青少年尋求自我價值、
自我肯定,建立自我形象的階段,若是能在教會和父母都認同和肯定的小團體裡,彼
對教養兒女無知,幾乎可以肯定子女成長的路一定是坎坷不平。一方面身為父母必須
要常常學習如何培育身心靈都健壯的子女;另一方面,教會也必須負起教導父母「如
何成為一個合神心意的好父母」的責任。
雖說不論在屬靈真理方面,或是屬世知識方面,教導兒女,父母要負絕大部分的責
任,但是教會絕對不能忽略責任,擔負起教導的擔子。不但教導孩童,更要教導家
長,讓家長以聖經真理為基礎,日常生活為見證,身教加上言教,信仰落實生活,生
活見證信仰,造就出言行一致,一生走在神正道中的兒女。
從小認識主,委身於主的孩子,一生都會深蒙神的祝福,因為這是神的應許;失落的
孩子要再尋回,得花下好幾倍的工夫、時間、和眼淚。教會由家庭組成,沒有健康的
家庭,就不可能有健康的教會。深勸家長和教會領袖們,早早攜手合作,將孩子建造
成一個合神心意,蒙神使用的器皿。
重點經文
詩 127:3
兒女是耶和華所賜的產業.所懷的胎、是他所給的賞賜。
弗 6:4
你們作父親的、不要惹兒女的氣、只要照著主的教訓和警戒、養育他們。
(此文摘自“飛揚”網站)
52
53
何必去教會?
By: 李潘燕
有一個人寫了一封信去給當地報紙主編,抱怨說每個禮拜天去教會作禮拜一點意義也
沒有,何必去呢?「到現在為止,我已去了教會卅年,聽過了三千次講道,但我現在
一篇也記不得。所以,我覺得去作禮拜真是浪費時間,牧師們講道也是枉費心思,毫
無意義。」
這封信引起了報紙上這個專欄的熱烈爭議。
\這個話題延續了好幾個星期,直到有人敲響了一記暮鼓晨鐘,他說:「到現在為止,
我已結婚了卅年,我太太已為我煮了三萬兩千頓飯。這一生,我完全不記得任何一頓
的菜色,但我知道一件事,這些飯菜滋養了我,提供我足夠的體力來工作。如果我太
太沒有煮這些飯菜給我吃,我恐怕早已餓死了。同樣的,這些年如果我沒有去教會領
受靈糧的供應,今天,我的屬靈生命早已衰亡了。」
當你低沉到什麼也不想作時,就是神作工的起頭。
信心看見了那不可見的,相信那難以置信的,便得著那不可能得著的。
為上帝所賜給我們身體和靈魂的滋養而感謝吧!
聖經人物介紹 (1)
亞當
我們很難想像作爲世上第一個和僅有的人的感受,孤獨的内涵對於我們和對亞當來
説是不同的。亞當沒有許多我們與生俱來的東西,他沒有童年、父母、家人或朋
友,他要獨自生活。幸好神很快就把理想的伴侶夏娃領到他面前,成爲他的配偶。
他們完全、純潔、坦率地結合,沒有絲毫害羞。
神創造夏娃以前,已經賜亞當在伊甸園中活動的完全自由,並負責修理看守園子,
只是不准他吃分別善惡樹的果子。亞當跟他可愛的伴侶初次傾談時必然會將這一切
告訴她。然而撒但試探夏娃時,她明知道那是禁果,卻仍要吃,又將那果子給了
亞當;這一行動決定了受造物的命運。可悲的是,亞當沒有停下來想一想嚴重的後
果,就毫不猶疑地吃了禁果。這個微小的悖逆行動,把神完美的創造完全粉碎了,
就好像石頭擲向玻璃窗一樣,萬千碎片再也無法還原。人要自作主張,偏行己路,
就與神斷絕了。
然而神已爲人悖逆的惡果安排了拯救計劃。整部聖經顯明神怎樣進行他的計劃,最
後通過耶穌親自來到世上成就一切——無罪的耶穌替人受死,讓神把寬恕的救恩賜
給所有想要得到的人。我們大小的罪證明我們是亞當的後裔,只有求耶穌赦免,我
們才能成爲神的兒女。
優點與成就:
*第一位動物學家,給所有的動物取名。
*第一位園藝家,受神委託修理看守伊甸園。
*人類的始祖,第一個照神形象所造、與神有親密關係的人。
缺點與過失:
*推卸責任,寧願躲藏也不面對,找藉口而不坦白認錯。
*最大的錯誤是與夏娃一同將罪帶入世界。
榜樣與鑒戒:
*我們是亞當的後裔,就與他一樣有神的形象。
*縱然人有自由選擇去犯罪,但神希望我們選擇去愛祂。
*我們不應該因自己的錯誤而怪責別人。
*我們不能躲避神。
重要質料:
*地方:伊甸園
*職業:看更、園丁、農夫
*親屬:妻子——夏娃,兒子——該隱、亞伯、塞特等等
鑰節:
那人說:“你所賜給我,與我同居的女人,她把那樹上的果子給我,我就吃了。”
(3:12)
在亞當裏衆人都死了;照樣,在基督裏衆人也都要活。(林前15:22)
亞當的故事記載在1章26節至5章5節。歷代志上1章1節:路加福音3章38節;羅馬書5
章14節:哥林多前書15章22節,45節;提摩太前書2章13至14節也提到他。
(此文摘自《聖經 靈修版》)
54
55
耶稣拯救了我
聖經人物介紹 (2)
夏娃
我們對夏娃的認識很有限,只知道她是世界上第一個女性,是衆人之母。神造她之
後,整個創造工作就完成了。這時亞當有另一個同樣有神形象的人跟他作伴,他倆有
相同之處,可以互相為伴;也有相異之處,可以建立關係。他倆在一起,比獨自一人
有更大的力量。
夏娃在伊甸園裏被撒但試探,使她不能心滿意足;她不能吃園中的一種果子,又怎能
快樂呢?撒但轉移了夏娃的注意力,叫她看不見神所做的一切事和賜給她的所有東
西,而只看見神沒有給她的那件東西。她沒有向神求證,就聽從了撒但的花言巧語。
撒但的話聼起來似曾相識吧!我們豈不也是常常專注於那些未曾擁有的小東西上,而
沒有數算已經擁有的許多恩典?我們常有“非擁有不可”的感覺。夏娃就是典型的例
子;我們也的確是她的後代,一再重蹈她的覆轍。其實,我們的慾望是不難控制的,
只要不把慾望當著行動的出發點。當要做決定時,切記求問神,祂的話語——聖經纔
是我們抉擇的指南針。
優點與成就:
*第一個作妻子和母親的人。
*第一個女性,所以她與神有獨特的關係,跟亞當一樣有管理神所造之物的責任,並
顯明神的一切特性。
缺點與過失:
*容許撒但成功地引誘她,叫她不再知足。
*衝動,行動之前不求問神,也不與配偶商量。
*不單自己犯罪,更拖累亞當犯罪。
*當受責問時,推卸責任。
榜樣與鑒戒:
*女性同樣有神的形象。
*美滿婚姻的必備條件是彼此委身,互相作伴,完全合一,不覺害羞(參2:24-25)。
*人類犯罪的傾向,可歸根至人類的始祖。
重要質料:
*地方:伊甸園
*職業:妻子、助手、同伴、伊甸園的共同管理員
*親屬:丈夫——亞當,兒子——該隱、亞伯、塞特等等
鑰節:
耶和華神說:“那人獨居不好,我要為他造一個配偶幫助他。”(2:18)
夏娃的故事記載在2章19節至4章26節。聖經沒有提到她的死。
(此文摘自《聖經 靈修版》)
我来自一个民间传统宗教的家庭。每当纪念祖先,父母亲就叫我点香祭拜,因
为在家中我是唯一的男儿。有一个姐姐已经出嫁,因此我被娇生惯养,个性也变得很
自信。我总觉得凡事都是自己比别人强,在生活中也过得很不错。
虽然我不信耶稣,但耶稣早已安排一位基督徒的太太给我,她生长在一个基督
化家庭。当我认识她时,常跟着她去教堂听道,可是结婚后就不再踏入教堂了。
记得1985年,我交上了一些喜欢唱歌喝酒的朋友。过的是不守规律的夜生活,
对家庭不负责,常与太太争吵,无理取闹,甚至动手打太太,使儿女们都远离我。我
掉入如此放荡的生活有15年之久。
今天,我之所以能够在这里见证耶稣,全都是因为神在我身上行奇妙的作为,
他拯救了我,赦免我的罪。
事情发生于2002年的一个晚上。那天我照常和朋友上歌厅,忽然来了两位警察
搜查贩卖毒品的人(ecstacy)。他们開始一個個的搜身,當然我也不能逃过。摸遍全身,
从头到脚都搜不到什么。当两位警察刚要离开现场时,突然觉得有些不对劲,又转身
回来再搜过。经过两次的搜身,终于发现在我的脚底袜子内剩有半颗的药丸,这半颗
是忘了收藏起来的,当晚我就这样的被带走了;被带到总部警署里扣留了20天。我太
太得到消息后,就忙着找些朋友来保释我,可是都于事无补,根本摸不着门路。之后
就把我转到Salemba 的监狱里,关在那所一共住了五个人,又黑暗、又脏又狭窄的小
房里 (2m X 2m)。当时我很害怕,失去了家庭,离开了妻儿。明天开庭,我将如何面
对审判官?又会是一个怎样的判断?
感谢神,我在那些痛苦的日子里,认识了一位马达人。他是个强盗,也是位挂
56
57
名的基督徒。但是在监牢里的这段日子,他常邀我去附近的教堂听道。一个星期内,
我可以去听好几次道。神的话打动了我的心,圣灵在我心中动工,使我醒悟过来,知
道我是何等样的人。我每天都在教堂里跪在十字架下忏悔、痛哭流泪祷告求赦免。
也因为这样的经历,使我更认识耶稣,更确认这一切都是主的意思。因为他爱
我,他要拯救我。在那一段的日子里,我第一次尝到那种交托于主的平安与喜乐。
感谢神,扣留八个月之後,12月27日那天,我终于被释放出狱了。我开始踏入
了人生新希望的日子,心中充满了平安与喜乐。因为我已接受耶稣基督为我个人的救
主。神的话如此说:“当信耶稣,你和你一家都必得救”(使16:31)。
回家后的第三天,圣灵提醒我、帮助我。经过了祷告之后,我决定把桌上的祖
先牌拆下来,奉主耶稣的名把它烧掉。
我开始到卫理以马内利堂听道,同时也参加细胞小组。在参加聚会一年之久就
接受圣洗,同时也参与事奉,兄弟诗班,用歌喉来赞美主。感谢主,哈利路亚,他把
我从罪恶黑暗中救出来,也改变了我的一生。
在此,我要感谢我的太太,她真是位贤妻良母。虽然我常令她灰心失望,但她
却很包容、忍耐。想起来,我很对不起她,从今以后我会更爱我的家庭。
感谢主,他特别地恩待我,怜悯我,阿们!
哥林多后书5:17
“若有人在基督里,他就是新造的人,旧事已过,都变成新的了。”
见证人:黄仕镰
写于:2011年受难节
~~見證篇~~
1992年自從我重生後,衛理公會以馬内利堂便是我敬拜上帝的教會。經歷主日學、少
年團契、青年團契直到夫婦團契,對這“大家庭”的歸屬感隨之加深。值得慶幸的
是,我可以在這過程中有機會學習事奉,靈命也受到栽培,爲此我非常感謝上帝。
記得在2009年經過一段日子禱告、掙扎,又徵求幾位屬靈兄姐的意見後,我和太太決
定移民至澳大利亞墨爾本。離開雅加達這“安全地”去到一個人地生疏的國家,叫我
們感到應該儘快找一個可以堅固信心並得到鼓勵的教會。後來我們就找到一間沒有“
試試看”過程,就落腳於直到今天的教會。會有這樣的決定,是因爲這間教會與以馬
内利堂有一樣的色彩外,還有一個叫我們畢生難忘的事件,那就是我們的女兒Joan(
當時才一嵗半)小手指被浴室的門夾傷。我們深信一切都有上帝美好的旨意,有時候
甚至於使用一些不暢心懷的事來成就。
在一個全然有別於自己習慣的教會做禮拜,原來是那麽不簡單。每逢見面都是敷衍的
客套話,不像以前在以馬内利堂,當中多有與我一起成長也一起事奉的弟兄姐妹,大
家已親如一家人。初加入此地教會時,總是感到陌生和很多的不習慣,更談不上參與
事奉了。
雖然如此,我們還是要感謝上帝。知道上帝藉著環境教導我們學習謙卑,和時時依靠
他的大愛,而不是受環境的影響。又加上牧師和師母以及幾位弟兄姐妹,盡量讓我們
有歸屬感。就這樣慢慢地沖淡了之間的隔膜,也叫我們覺悟上帝賜下的恩賜,不由自
己地便加入了事奉的隊伍,當然必須先經過栽培訓練才允准我們參與。記得第一個事
奉崗位是當領唱,因爲我們在以馬内利堂有這方面的經驗,而教會正是缺少領唱人
才。可是,問題又出現了,若是我們練習唱歌的時候,是誰來照顧Joan呢?孩子才兩
嵗,生活在外沒有保姆,家人又遠在印尼。上帝總是給我們及時地幫助,感謝他為我
們預備了教會裏的青年人,每次練習的時候都由他們代看Joan。
如今,我們和教會小組一起增長,上帝也信托我和妻子在其他方面的事奉。當我們在
教會和聖徒們一起敬拜與事奉時,心中充滿平安喜樂。教會真是我們真正的家!
~~Henry~~
58
~~見證篇~~
我生在一個基督化家庭,家父是位牧師。自小就是一名“無定”的基督徒,不曾久留
在同一個教會,都是隨著家父被派到的衛理公會的教會去做禮拜。記得小學時是從
Rantau Prapat, Perbaungan, Lubuk Pakam直到Belawan。所以,我也數不清已經有多少間衛
理教會是我做禮拜的教會。記得每一次到一個新的教會,我心中總是有種尷尬和驚慌
的感覺,很怕與新的弟兄姐妹交往。
初中時期,因家父被派到亞齊Bireuen事奉,我就獨個兒留在棉蘭Jati衛理學校讀書,
開始了與父母分開寄宿的生活。父母常常對我和弟妹的叮囑就是,若到一個陌生的地
方,首先就是找神的殿(教會),使我們有天堂的“眷佑”。我第一次在不是父親牧
會的教會(棉蘭榮耀堂)做禮拜,心中感到非常不一樣。之前像是屬乎自己的,有種
安全感,而今進入一個全然陌生的教會,有那種不自在感覺。但是感謝神,這些陌生
人卻是那麽友善地迎接我。開始時是處在“等待”的位置,等別人來向我打招呼;等
別人邀我加入事奉……。隨著時日和感到他們對我熱誠的接納,很快的就加入詩班的
事奉。
直到我高中畢業,父親被委派到Palembang和Batam牧會,我決定到萬隆繼續念建築
系。當時在萬隆的主任牧師是陳文浩牧師,我又再一次的經歷新教會的適應過程。
2005年的10月,在上帝的引領下我得到一份在雅加達的工作,這麽一來,又得到一個
對我來說十分陌生的地方。經過幾番尋找資訊,終于找到衛理公會以馬内利堂。我參
加每主日的崇拜會,也開始觀察環境。原來在這裏的會友多是棉蘭人,耳中又聽到熟
悉的問候聲“安抓?”(閩南話‘怎樣’)時,我不由地發出會心的微笑;我好像回
到了自己的家鄉。
我開始參加青年團契,在這裏我不但認識許多朋友,也在工作和人格塑造得到很
多幫助,更是在屬靈生命的增長得到許多好處。喜愛歌唱讚美神促使我加入VOI 詩
班、Favour小組。還有門徒班給了我靈命的大躍進,輔導我更加地認識誰是我們的大
牧者——耶穌基督。門徒班推動我渴慕更加願意親近主耶穌。
當我被要求寫下自己在教會適應過程和教會生活時,第一浮現於腦海的是個人與主耶
穌的關係。每一個與主耶穌有親密關係的人,一定很容易與他人建立關係。若是我們
與他人的關係美好,那麽這人與神的關係也易以被建立。以往在我生命中友善接納我
的人,無形地推動我在教會裏與上帝建立那美好的關係。當我們曉得來教會的目的和
渴慕事奉的時候,上帝就會感動我們參與事奉隊伍。接著的是,看自己如何回應他的
呼召了!
與上帝親密的關係牽連我們與他人的關係,也影響人易以適應一個新的環境,特別是
在教會裏。
~~John Benlie~~
Terima kasih kepada
Ester Elijah dan Lilis Alianto
telah membantu dalam proses penerjemahan
Gracia edisi September 2011
dari bahasa Indonesia ke bahasa Mandarin
Download