Pemahaman Bandar dan Pengedar Narkoba Tentang Persembahan

advertisement
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman para Bandar dan pengedar
narkoba tentang persembahan sangat bervariasi. Hal ini membuktikan bahwa kurangnya
pengertian tentang persembahan di kalangan jemaat, dan juga sebagai indikator bahwa gereja
kurang memberikan perhatian yang serius tentang persembahan. Disamping itu juga, ada
kemajuan berpikir tentang persembahan di kalangan jemaat GPIB Silo yakni, Persembahan tidak
hanya saja dipahami sebagai ucapan syukur saja, akan tetapi dipahami juga sebagai investasi
bisnis dan sumbangan.
Berkaitan dengan hal itu, maka beberapa hal yang perlu direnungkan dalam hal
memberikan persembahan bagi Tuhan: pertama, Iman. persembahan kita haruslah dilandaskan
kepada iman yang benar kepada TUHAN dan bukan hanya sebagai pemberian belaka. Dengan
begitu pemberian kita juga tentunya harus disertai dengan ketaatan, kesetiaan kita kepada Tuhan
yang tentunya diwujudnyatakan dalam perbuatan. Jangan kita menjadi orang yang tidak pernah
lupa memberikan persembahan setiap minggunya, bahkan tidak lupa memberikan baik anak
maupun cucu kita persembahan untuk diberikan pada saat sekolah minggu. Namun dalam
keseharian kita tidak pernah menunjukkan bahwa kita sungguh beriman dan berbakti kepada
Tuhan.
Kedua, Motivasi yang benar. Persembahan juga harus dilandaskan pada motivasi yang
benar. Bukan karena ingin dipuji, bukan karena ingin diterima. Tapi hanya untuk memberi
dengan iman yang benar kepada Tuhan maka kita juga akan memberikan yang terbaik (bukan
45
dari segi jumlah, kualitas) tapi sungguh karena kita ingin mempersembahkan yang terbaik bagi
Tuhan sebagai hadiah, dengan segenap usaha yang bisa kita lakukan.
Ketiga, Persembahan adalah penyerahan diri penuh. Rasul Paulus menyatakan agar
kita mempersembahkan tubuh (diri seutuhnya) kepada Allah (Roma 12:1). “Serahkanlah dirimu
kepada Allah sebagai orang yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah
anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk dipergunakan sebagai senjata-senjata kebenaran”
(Roma 6:13b). Dalam Mazmur 51:19 dikatakan korban persembahan kepada Allah ialah jiwa
yang hancur dan hati yang patah-remuk. Sebab Allah lebih menyukai kasih setia dan pengenalan
akan Allah daripada korban persembahan. (Hosea 6:6). Allah menyukai perbuatan keadilan
kepada sesama daripada korban (Amos 5:21-24).
Keempat, Persembahan bukan ganti hati dan sikap taat. Kita sadar bahwa hati dan
dirilah yang seharusnya harus dipersembahkan kepada Tuhan. Uang tidaklah dapat
menggantikan hati dan diri kita. Uang juga tidak dapat menggantikan sikap dan tingkah laku kita
yang diminta Tuhan. Sebab itu persembahan juga bukanlah semacam uang “pelicin” untuk
melunakkan hati Tuhan dan menutupi pelanggaran atau memaafkan kesalahan! Tuhan lebih
menghendaki pengenalan akan Allah dan kesetiaan dibandingkan korban bakaran (Hosea 6:6).
Selain itu juga, ucapan syukur dan puji-pujian yang dipanjatkan kepada Allah dalam
ibadah jemaat merupakan tujuan utama persembahan. Hubungan yang erat antara penyerahan
diri kepada Yesus Kristus dengan pemberian persembahan jemaat serta pemuliaan Allah
merupakan tujuan utama segala jenis persembahan orang Kristen, maka persembahan mendapat
tempat yang tetap dalam kebaktian jemaat dari dulu sampai saat ini.
5.2. Saran
46
Pertama, terlalu dini untuk mengatakan kalau persembahan dari para Bandar dan
pengedar narkoba adalah salah. Hal ini dikarenakan selama ini jemaat belum mengerti secara
benar. Jadi orang yang tidak mengerti, itu diajar bukan disalahkan. Yang jadi soal adalah
sekarang gereja sudah tahu, mari kita mulai melaksanakan. Kalau sudah tahu dan tidak
melaksanakan, baru salah. Selain itu, yang tahu itu uang hasil penjualan narkoba atau tidak
bukan gereja. Jangan juga karena silau akan jumlah uang maka Gereja mengabaikan narkoba.
Kedua, persembahan dari hasil kerja adalah kewajiban Alkitabiah. Baik warga jemaat
maupun fungsionaris pelayanan wajib memberlakukannya. Jangan karena menjadi fungsionaris
pelayanan, lalu tidak memberikan persembahan, apalagi pendeta yang harus menjadi contoh.
Ketiga, baik warga jemaat terlebih para fungsionaris harus sungguh-sungguh mengerti
persembahan. Supaya tidak ada pemahaman yang keliru. Kalau hal ini terjadi, maka
persembahan merupakan iuran dan bukan lagi persembahan.
Keempat, Kewajiban religius dan etis yang terpenting dari memberi persembahan
bukanlah mempersembahkan uang yang banyak, tanpa memperhatikan dari mana dan dengan
cara bagaimana uang itu diperolehnya. Persembahan sebesar apapun sama sekali tidak
mengurangi apalagi menghilangkan tuntutan etis yang prinsipal yakni, keadilan, kemurahan hati
dan kesetiaan! Oleh karena itu, gereja khususnya GPIB Silo harus berani menolak orang-orang
yang ingin memberi persembahan secara formal namun persembahan itu berasal dari hasil
penjualan narkoba
Kelima, GPIB Silo jangan hanya memberikan himbauan serta melakukan konseling
pastoral saja tetapi gereja juga harus melakukan tindakan konkrit yaitu mengadakan kegiatankegiatan untuk menampung bakat serta ketrampilan bagi para bandar dan pengedar narkoba
47
sehingga mungkin dikemudian hari ketika mereka ingin berhenti mereka mempergunakan bakat
dan keahlian mereka utuk dapat meneruskan kehidupan mereka.
Keenam, Sinode GPIB sebagai induk dari organisasi harus lebih memberikan perhatiaan
yang serius kepada jemaat Silo Cengkareng khususnya kepada majelis jemaat dan pendetanya
untuk dapat memberikan pembinaan secara maksimal kepada umat-Nya.
48
Download