BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Komunikasi Umum 2.1.1

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Komunikasi Umum
2.1.1.Pengertian komunikasi
Secara umum, komunikasi adalah proses tercapainya kesamaan pengertian
antara individu yang bertindak sebagai sumber dan individu yang bertindak
sebagai penerima; meliputi kemampuan berbicara, mendengar, melihat dan
kemampuan kognitif.
Ada beberapa pengertian mengenai komunikasi yang dikemukakan oleh
beberapa ahli, dimana masing-masing pengertian tersebut adalah:
•
Edward Depari: Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan
dan pesan yang disampaikan melalui lambang-lambang tertentu,
mengandung arti, dilakukan oleh penyampai pesan ditujukan kepada
penerima pesan. (Ermawati dkk, 2008)
•
James A.F. Stoner: Komunikasi adalah proses dimana seseorang berusaha
memberikan pengertian dengan cara pemindahan pesan. (Ermawati dkk,
2008)
•
John R. Schemerhom: Komunikasi itu dapat diartikan sebagai proses
antara pribadi dalam mengirim dan menerima simbol-simbol yang berarti
bagi kepentingan mereka. (Ermawati dkk, 2008)
•
Dr. Phill Astrid Susanto: Komunikasi adalah proses pengoperan lambanglambang yang mengandung arti. (Ermawati dkk, 2008)
•
Human Relation of Work, Keith Davis: Komunikasi adalah proses
lewatnya informasi dan pengertian seseorang ke orang lain.
•
Oxford Dictionary, 1956: Komunikasi adalah pengiriman atau tukarmenukar informasi, ide, atau sebagainya. (Ermawati dkk, 2008)
•
Drs. Onong Uchjana Effendy, MA: Komunikasi mencakup akspresi wajah,
sikap dan gerak-gerik suara, kata-kata tertulis, percetakan, kereta api,
telegraf, telepon, dan lain-lain. (Ermawati dkk, 2008)
Universitas Sumatera Utara
•
Kozier dan Erb, 1995: komunikasi adalah pertukaran informasi antara dua
orang atau lebih, atau pertukaran ide, perasaan, dan pikiran. (Wahjudi,
2006)
•
William Albig: Komunikasi adalah proses pengoperan lambang-lambang
yang memiliki arti di antara individu-individu. (Wahjudi, 2006)
•
Taylor dkk.: Komunikasi adalah proses berbagi (sharing) informasi atau
proses pembangkitan dan pengoperan arti. (Wahjudi, 2006)
Berdasarkan berbagai pengertian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa
komunikasi merupakan:
1. Kegiatan yang melibatkan dua orang atau lebih
2. Bentuk pembagian ide atau pikiran dengan menggunakan lambang
3. Memiliki tujuan berupa terjadi perubahan pada orang lain.
2.1.2.Tujuan komunikasi (Elsa dkk, 2008)
Pada umumnya komunikasi mempunyai tujuan antara lain:
1. Supaya apa yang ingin disampaikan dapat dimengerti
2. Memahami orang lain, komunikator harus mengerti aspirasi orang lain,
jangan memaksakan kehendak
3. Supaya gagasan dapat diterima orang lain, melalui pendekatan persuasif
bukan memaksakan kehendak
4. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu, kegiatan yang banyak
mendorong dengan cara yang baik.
2.1.3.Fungsi komunikasi
Menurut Gustina dan Ermawati (2008), Apabila komunikasi dipandang
dari arti yang lebih luas tidak hanya diartikan sebagai pertukaran berita atau
pesan, tetapi sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar- menukar
data, fakta, dan ide maka fungsinya dalam setiap sistem sosial adalah sebagai
berikut:
1. Informasi, pengumpulan, penyimpanan, pemprosesan, penyebaran berita,
data, gambar, fakta, pesan, opini dan komentar yang dibutuhkan agar dapat
Universitas Sumatera Utara
dimengerti dan beraksi secara jelas terhadap kondisi lingkungan dan orang
lain agar dapat mengambil keputusan yang tepat.
2. Sosialisasi (pemasyarakatan), penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang
memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat
yang efektif sehingga ia sadar akan fungsi sosialnya dan dapat aktif
didalam masyarakat.
3. Motivasi, menjelaskan kepada masyarakat tujuan jangka pendek maupun
jangka panjang, mendorong orang menentukan pilihan dan keinginannya,
mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama
yang akan dicapai atau diraih.
4. Perdebatan dan diskusi, menyediakan dan saling menukar fakta yang
diperlukan
untuk
memungkinkan
persetujuan
atau
menyelesaikan
perbedaan pendapat mengenai masalah publik, menyediakan bukti-bukti
relevan yang diperlukan untuk kepentingan umum agar masyarakat lebih
melibatkan diri dengan masalah yang menyangkut kepentingan bersama.
5. Pendidikan,
perkembangan
pengalihan
intelektual,
ilmu
pengetahuan
pembentukan
watak,
dapat
serta
mendorong
membentuk
keterampilan dan kemahiran yang diperlukan pada semua bidang
kehidupan.
6. Memajukan kehidupan, menyebarkan hasil kebudayaan dan seni dengan
maksud melestarikan warisan masa lalu, mengembangkan kebudayaan
dengan memperluas horizon seseorang, serta membangun imajinasi dan
mendorong kreativitas dan kebutuhan estetiknya.
7. Hiburan, penyebarluasan sinyal, simbol, suara, dan imajinasi dari drama,
tari kesenian, kesastraan, musik, olahraga, kesenangan kelompok dan
individu.
8. Integrasi, menyediakan bagi bangsa kelompok dan individu kesempatan
untuk memperoleh berbagai pesan yang mereka perlukan agar mereka
dapat saling kenal dan mengerti serta menghargai kondisi pandangan dan
keinginan orang lain.
Universitas Sumatera Utara
Sementara itu Mudjito (2008), dalam teknik komunikasi menyatakan bahwa
fungsi komunikasi ini adalah:
1. Komunikasi merupakan alat suatu organisasi sehingga seluruh kegiatan
organisasi itu dapat untuk mencapai tujuan tertentu.
2. Komunikasi merupakan alat untuk mengubah perilaku pada suatu
organisasi.
3. Komunikasi adalah alat agar informasi dapat disampaikan kepada seluruh
anggota organisasi.
2.1.4.Jenis komunikasi (Wahjudi, 2009)
Jenis komunikasi dibagi dalam tiga bentuk yakni verbal, non-verbal, dan paraverbal.
1. Komunikasi verbal : yakni pesan yang disampaikan dalam bentuk katakata atau ucapan, berisi informasi melalui pembicaraan atau bahasa
tulisan. Komunikasi verbal bergantung pada bahasa.
2. Komunikasi non-verbal : yakni bentuk pesan yang berupa / disampaikan
dengan gerakan tubuh (tidak diucapkan), antara lain dengan facial
expression, eye movement, lips movement, body movement, dan physical
appearance.
3. Komunikasi para-verbal : yakni bentuk pesan yang mungkin bersama
dengan
bentuk
pesan
verbal
(tetapi
tidak
langsung),
misalnya
menggunakan saluran radio, televisi, kaset, telepon, alat cetak, dan lainlain.
2.1.5.Unsur-unsur komunikasi
Komunikasi yang dianggap sebagai proses, mempunyai unsur-unsur
komunikasi (Rochimah dkk, 2008) sebagai berikut:
a. Sumber (komunikator)
Dalam komunikasi, setiap orang ataupun kelompok dapat menyampaikan
pesan-pesan komunikasi itu sebagai suatu proses, dimana komunikator
Universitas Sumatera Utara
dapat menjadi komunikan dan sebaliknya komunikan dapat menjadi
komunikator, hal-hal yang harus diperhatikan oleh komunikator adalah:
1. Penampilan
2. Penguasaan masalah
3. Penguasaan bahasa
b. Penerima pesan (komunikan)
Komunikan adalah objek, sasaran atau audiens dari suatu sasaran dari
kegiatan komunikasi atau orang yang menerima pesan atau lambang.
Komunikan bisa berupa klien atau indivudi, keluarga maupun kelompok
masyarakat.
c. Isi pesan (message)
Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator.
Pesan ini mempunyai inti pesan atau tema yang sebenarnya menjadi
pengarah di dalam suatu usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku
komunikan. Pesan dapat mengupas berbagai segi, namun inti pesan dari
komunikasi akan selalu mengarah kepada tujuan akhir komunikasi,
sehingga harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Penyampaian pesan: dapat dilakukan melalui lisan, tatap muka,
langsung, atau menggunakan media / saluran.
2. Bentuk pesan
-
Informatif:
bersifat
memberikan
keterangan
(fakta-fakta),
kemudian komunikan mengambil kesimpulan dan keputusan
sendiri. Dalam situasi tertentu pesan informatif justru lebih berhasil
daripada persuasif, misalnya jika audiens adalah kalangan
cendikiawan.
-
Persuasif: berisikan bujukan, yakni membangkitkan pengertian dan
kesadaran manusia bahwa apa yang disampaikan akan memberikan
perubahan sikap, tetapi perubahan ini adalah atas kehendak sendiri
(bukan dipaksa). Perubahan tersebut diterima atas kesadaran
sendiri.
Universitas Sumatera Utara
-
Koersif: penyampaian pesan yang bersifat memaksa dengan
menggunakan sanksi-sanksi apabila tidak dilaksanakan. Bentuk
yang terkenal dari penyampaian model ini adalah agitasi dengan
penekanan-penekanan yang menimbulkan tekanan batin dan
ketakutan dikalangan publik. Koersif dapat berbentuk perintahperintah, instruksi ataupun ultimatum dan sebagainya.
3. Merumuskan pesan yang baik
Pesan yang akan disampaikan harus tepat. Ibarat membidik dan
menembak, maka peluru harus cocok sesuai dengan sasaran. Pesan
yang baik harus memenuhi beberapa syarat antara lain:
-
Umum: mudah di pahami oleh komunikan
-
Jelas dan gamblang
-
Bahasa jelas
-
Positif
-
Seimbang
-
Sesuai dengan keinginan dan kebutuhan komunikan
4. Hambatan-hambatan terhadap pesan
Seringkali kita mengalami hal-hal yang tidak diharapkan dalam
berkomunikasi, lain yang dituju atau lain juga yang diperoleh. Dengan
perkataan lain yang diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan. Hal ini
disebabkan adanya hambatan-hambatan terutama adalah:
-
Hambatan bahasa
Pesan akan disalah-artikan sehingga tidak mencapai apa yang
diinginkan, apabila bahasa yang digunakan tidak dipahami oleh
komunikan. Termasuk dalam pengertian ini penggunaan istilahistilah yang mungkin dapat diartikan berbeda atau tidak dimengerti
sama sekali.
-
Hambatan teknis
Pesan dapat tidak utuh diterima komunikan karena gangguan
teknis, misalnya suara tidak sampai karena pengeras suara rusak,
bunyi-bunyian, halilintar, lingkungan yang berisik dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
d. Media (saluran)
Media adalah saluran penyampaian pesan. Media komunikasi dapat
dikategorikan dalam dua bagian yaitu:
1. Media umum
Media umum adalah media yang dapat digunakan oleh segala bentuk
komunikasi; contohnya radio CB, OHP, dan sebagainya.
2. Media massa
Media massa adalah media yang digunakan untuk komunikasi masal.
Disebut demikian karena sifatnya, misalnya: pers, radio, film, dan
televisi.
e. Umpan balik (feed back)
Setelah pesan diterima oleh komunikan diharapkan adanya umpan balik
(feed back) yang diberikan komunikan, dapat berbentuk bermacam-macam
yaitu:
1. External feed back
Umpan balik yang diterima langsung oleh komunikator dari
komunikan
2. Internal feed back
Umpan balik yang diterima komunikator bukan dari komunikan, akan
tetapi datang dari pesan itu sendiri atau dari komunikator sendiri.
3. Direct feed back atau immediate feed back
Umpan
balik
langsung
dalam
suatu
komunikasi,
komunikan
menggerakkan salah satu anggota badannya.
4. Indirect feed back atau delayed feed back
Dalam bentuk surat kepada direksi surat kabar, penyiar radio atau
penyiar televisi. Dalam hal ini umpan balik membutuhkan waktu.
5. Inferential feed back
Umpan balik
yang diterima dalam komunikasi massa yang
disimpulkan sendiri oleh komunikator meskipun secara tidak langsung,
akan tetapi cukup relevan dengan pesan yang disampaikan.
Universitas Sumatera Utara
6. Zero feed back
Hal ini berarti bahwa komunikasi yang disampaikan oleh komunikator
kepada komunikan dalam menyampaikan umpan balik yang tidak
dipahami oleh komunikan.
7. Neutral feed back
Umpan balik yang netral berarti bahwa informasi yang diterima
kembali oleh komunikator tidak relevan dengan pesan yang
disampaikan semula.
8. Positive feed back
Komunikasi yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan
mendapat tanggapan positif,misalnya dengan adanya penerimaan pada
pesan yang disampaikan.
9. Negative feed back
Komunikasi yang disampaikan oleh komunikator mendapat tantangan
dari komunikan.
2.1.6.Prinsip-prinsip komunikasi
Menurut James L Marsell (2008) mengemukakan ada enam prinsip
penting yang harus diperhatikan dalam proses komunikasi yaitu:
a. Konteks
Komunikasi yang bermakna akan sangat tergantung kepada cara
menghubungkan dengan konteks pesan yang disampaikan. Konteks pesan
tersebut akan dapat mempengaruhi orang lain dan akhirnya akan diterima
tanpa paksaan.
b. Fokus
Agar komunikasi itu bermakna dan efektif perlu memperhatikan fokus
tertentu. Fokus ini berguna agar penyampaian pesan tetap pada media yang
digunakan.
Universitas Sumatera Utara
c. Sosialisasi
Komunikasi yang bermakna dan efektif tergantung pada hubungan antara
komunikator dan komunikan serta kepada siapa komunikasi itu ditujukan.
Sasaran ini perlu diketahui untuk memahami situasi dari sasaran tersebut.
d. Individualisasi
Komunikasi yang bermakna tentunya perlu mengetahui sikap, kecakapan,
dan kemampuan dari masing-masing komunikan secara individu atau
kelompok. Biasanya individu atau kelompok tertentu mempunyai tradisi
dan kekuasaan tertentu pula.
e. Unitas (sequence)
Untuk menjaga kelancaran proses komunikasi maka pesan-pesan harus
disusun sedemikian rupa sehingga terlihat pesan yang perlu diberikan
terlebih dahulu atau yang diutamakan, pesan-pesan tersebut perlu
diketahui mana yang lebih dahulu, mana yang belakangan atau ditentukan
unit-unitnya, dan secara psikologis seorang komunikator mengetahui
kemampuan dari khalayak yang dihadapi.
f. Evaluasi
Evaluasi merupakan bagian yang integral dari proses komunikasi, evaluasi
merupakan umpan balik. Jadi dalam hal ini peran komunikator dan
komunikan sangat penting.
2.1.7.Proses komunikasi
Menurut Cutlip dan Centre (2008), komunikasi yang efektif harus
dilaksanakan dengan melalui empat tahap, yaitu:
1. Fact Finding
Mencari, mengumpul fakta dan data sebelum seseorang melakukan
kegiatan komunikasi. Untuk berbicara di depan suatu masyarakat perlu
dicari fakta dan data tentang masyarakat tersebut, keinginannya,
komposisinya dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
2. Planning
Berdasarkan fakta dan data itu dibuatkan rencana tentang apa yang akan
dikemukakan dan bagaimana mengemukakannya. Bagi suatu masyarakat
yang agraris tentu saja pengemukaan komunikasi haruslah menggunakan
cara yang sesuai dengan ciri-ciri-agraris.
3. Communicating
Setelah planning disusun maka tahap selanjutnya adalah communicating
atau berkomunikasi.
4. Evaluation
Penilaian dan analisis kembali diperlukan untuk melihat bagaimana hasil
komunikasi tersebut. Ini kemudian menjadi bahan bagi perencanaan
melakukan komunikasi selanjutnya.
2.2.Komunikasi Dokter-Pasien
2.2.1.Pengertian komunikasi dokter-pasien (Adijanti, 2008)
Komunikasi dokter-pasien merupakan momen yang sangat penting dalam
rangka
penyembuhan
pasien.
Dalam
komunikasi
dokter-pasien,
karena
keahliannya, dokter mempunyai posisi yang “lebih tinggi” daripada pasien. Dapat
dikatakan dokter memiliki legitimate power sehingga dengan mudah dapat
mempengaruhi pasien. Jadi, hal-hal yang disampaikan dokter lebih efektif dalam
mempengaruhi pasien. Namun perlu diingat, dengan kemajuan sistem informasi
saat ini banyak pasien yang datang kepada dokter dalam keadaan well informed.
Agar tercipta komunikasi dokter-pasien yang baik dan benar maka setiap dokter
harus dapat menjadi pendengar aktif yaitu:
•
Terimalah pasien apa adanya dan perlakukan secara individual.
•
Dengarkanlah hal-hal yang diucapkan pasien dan cara menyatakannya
serta perhatikan nada suara, kata-kata yang dipergunakan, ekspresi wajah
dan bahasa tubuh.
•
Tempatkan diri Anda pada sudut pandang pasien (empati)
Universitas Sumatera Utara
•
Sekali-kali berikan jeda waktu bicara untuk memberi kepada pasien untuk
berpikir, menanyakan sesuatu dan berbicara.
•
Ulangi hal-hal yang telah Anda dengar sehingga pasien tahu bahwa Anda
memahaminya.
•
Duduklah dengan nyaman, sedikit condong kedepan, hindari gerakangerakan yang dapat mengganggu jalannya komunikasi dan pandanglah
pasien ketika dia berbicara.
2.2.2.Langkah-langkah dalam komunikasi dokter-pasien (Adijanti, 2008)
Dalam konseling yang juga diterapkan dalam komunikasi dokter-pasien
yang baik dan benar dikenal adanya GATHER, singkatan dari Greet-Ask-TellHelp-Explain-Return dengan pengertian sebagai berikut:
•
Greet (memberi salam)
Memberi salam kepada pasien di awal pertemuan akan menciptakan
hubungan yang baik. Berilah salam dengan ramah kepada tiap pasien pada
saat dia datang. Katakan kepada pasien hal-hal yang diharapkan selama
pertemuan tersebut dan yakinkan bahwa setiap pasien mempunyai privacy
dan kerahasiaannya akan dijaga.
•
Ask (bertanya)
Langkah berikutnya adalah bertanya, melalui pertanyaan tersebut dokter
dapat membantu pasien untuk menyatakan keinginan dan kebutuhannya
serta mengekspresikan perasaannya. Cara bertanya yang efektif yaitu:
-
Gunakan nada suara yang menunjukkan minat, perhatian dan
keramahan.
-
Gunakan kata-kata yang dapat dimengerti oleh pasien.
-
Ajukan satu pertanyaan dan tunggu jawabannya dengan penuh
perhatian.
-
Ajukan
pertanyaan
yang
dapat
membantu
pasien
untuk
menyampaikan kebutuhan-kebutuhannya.
Universitas Sumatera Utara
-
Gunakan kata-kata seperti “lalu?”, “dan”, “oh?”. Karena kata-kata
tersebut dapat meningkatkan keinginan pasien untuk lebih banyak
bicara.
-
Hindari pertanyaan “mengapa?” karena dapat menimbulkan kesan
mencari kesalahan.
-
Gunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka, misalnya “Ceritakan...”,
“Bagaimana...”
karena
sangat
bermanfaat
untuk
membina
hubungan yang baik dengan pasien dan dapat mengorek hal-hal
yang terkait dengan penyakitnya.
•
Tell (memberi informasi)
Setelah pasien selesai menyatakan keluhan dan kebutuhannya, berikanlah
informasi secara jelas sehingga dapat di mengerti oleh pasien yang
kemudian dapat membantu pasien untuk mengambil keputusan.
•
Help (memberi bantuan)
Bantuan diberikan ketika pasien yang mengalami kesulitan dalam
mengambil keputusan atau dalam menentukan sikap. Dalam hal ini dokter
memberikan bantuan agar pasien dapat memecahkan permasalahannya
dengan mudah.
•
Explain (memberi penjelasan)
Dokter memberikan penjelasan kepada pasien tentang keputusan yang
telah dipilihnya. Misalnya, bila pasien memilih salah satu metode KB atau
jenis tindakan tertentu, berikan penjelasan tentang pilihannya tersebut
berikut dengan efek sampingnya.
•
Return (kontrol kembali)
Bila dirasa perlu, berikan kesempatan pada pasien untuk datang kembali.
2.3.Pengetahuan (Knowledge)
2.3.1Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra
manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Universitas Sumatera Utara
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
(Sudigdo, 2006)
2.3.2Adopsi Perilaku
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) (Sudigdo, 2006). Karena dari
pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan
akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Penelitian Rogers (1947) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi
perilaku baru (berperilaku baru), dalam diri orang tersebut terjadi proses yang
berurutan, yakni:
a. Awareness (kesadaran), di mana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini
sikap subjek sudah mulai timbul.
c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik
lagi.
d. Trial, di mana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai
dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
e. Adoption, di mana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Namun dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan
perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut.
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti
ini, di mana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka
perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long-lasting). Sebaliknya apabila
perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka perilaku tersebut
akan tidak berlangsung lama.
Universitas Sumatera Utara
2.3.3 Tingkat Pengetahuan
Pegetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu:
(Sudigdo, 2006)
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu,
‘tahu’ ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja
untuk mengukur bahwa orang tahu apa yang dipelajari, antara lain:
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
harus
dapat
menjelaskan,
menyebutkan
contoh,
menyimpulkan,
meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah diperlajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini
dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat
menggambarkan
(membuat
bagan),
membedakan,
memisahkan,
mengelompokkan, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya: dapat
menyusun, dapat merecanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan
terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
dengan menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian
atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur
dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut di atas.
2.4.Kepatuhan
2.4.1.Pengertian Kepatuhan
Kepatuhan adalah derajat dimana pasien mengikuti anjuran klinis dari
dokter yang mengobatinya (Kaplan dkk, 1997). Menurut Sacket dan Niven (2000)
kepatuhan adalah sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang
diberikan oleh profesional kesehatan. Kepatuhan pasien dalam menjalani
pengobatan merupakan salah satu faktor penentu dalam keberhasilan pengobatan,
di samping faktor-faktor lain, yaitu ketepatan diagnosis, ketepatan pemilihan obat,
ketepatan aturan dosis dan cara pemberian dan faktor sugestif/kepercayaan
penderita terhadap dokter maupun terhadap obat yang diberikan. Namun ironis
sekali kenyataan, bahwa di satu pihak ketelitian pemeriksaan dan diagnosis
semakin modern, namun di lain pihak ketaatan untuk menjalani pengobatan dari
Universitas Sumatera Utara
pihak pasien masih rendah sekali. Ketidak-taatan jelas akan menyebabkan
menurunnya keberhasilan terapi, di samping dampak ekonomiknya.
2.4.2.Variabel yang Mempengaruhi Tingkat Kepatuhan
Beberapa variabel yang mempengaruhi tingkat kepatuhan menurut Suddart
dan Brunner (2002) adalah:
1. Variabel demografi seperti usia, jenis kelamin, suku bangsa, status sosio
ekonomi dan pendidikan.
2. Variabel penyakit seperti keparahan penyakit dan hilangnya gejala akibat
terapi.
3. Variabel program terapeutik seperti kompleksitas program dan efek
samping yang tidak menyenangkan.
4. Variabel psikososial seperti intelegensia, sikap terhadap tenaga kesehatan,
penerimaan, atau penyangkalan terhadap penyakit, keyakinan agama atau
budaya dan biaya financial dan lainnya yang termasuk dalam mengikuti
regimen hal tersebut diatas juga ditemukan oleh Bart Smet dalam
psikologi kesehatan.
2.4.3.Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan dapat digolongkan
menjadi empat bagian menurut Niven (2002) antara lain:
1. Pemahaman tentang intruksi
Tidak seorang pun dapat mematuhi intruksi jika ia salah paham tentang
intruksi yang diberikan kepadanya.
2. Kualitas Interaksi
Kualitas interaksi antara profesional kesehatan dan pasien merupakan
bagian yang penting dalam menentukan derajat kepatuhan.
3. Isolasi sosial dan keluarga
Keluarga dapat
menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam
menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta juga dapat
menentukan tentang program pengobatan yang dapat mereka terima.
Universitas Sumatera Utara
4. Keyakinan, sikap dan kepribadian
Becker et al (1979) dan Niven (2002) telah membuat suatu usulan bahwa
model keyakinan kesehatan berguna untuk memperkirakan adanya
ketidakpatuhan.
Selain dari pada yang tersebut diatas Obat yang diberikan juga mempengaruhi
tingkat kepatuhan pasien dari segi harga, efek samping, dan jumlah obat yang
diberikan:
•
Harga
Menurut dr. Fachmi Idris, secara internasional obat hanya dibagi menjadi
dua, yaitu: obat paten dan obat generik.
Obat paten adalah obat yang baru ditemukan berdasarkan riset dan
memiliki masa paten yang tergantung dari jenis obatnya.
Obat generik terbagi lagi menjadi obat generik berlogo dan obat generik
bermerek (Batubara, 2008)
Harga obat generik dikendalikan oleh pemerintah untuk menjamin akses
masyarakat sedangkan obat paten tidak. Harga obat generik dapat ditekan
karena umumnya obat generik dikemas sederhana dan dijual dalam
kemasan dengan jumlah besar, dan tidak dipromosikan secara berlebihan
sehingga menghemat biaya kemasan dan biaya iklan dalam pemasarannya.
Proporsi dari biaya iklan obat dapat mencapai 20-30% (Dinkes Gorontalo,
2008). Sehingga obat generik menjadi lebih murah dari obat paten.
Menurut Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/068/2010
tentang
Ketetapan
Kewajiban
Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah
pasal 7 disebutkan bahwa Apoteker dapat mengganti obat merek
dagang/obat paten dengan obat generik yang sama komponen aktifnya atau
obat merek dagang lain atas persetujuan dokter dan/atau pasien.
Maka oleh karena penyataan diatas dalam peresepan obat, dokter harus
memperhatikan ekonomi pasien, jika tidak pasien dapat meminta
Universitas Sumatera Utara
penggantian obat terhadap apoteker sehingga mempengaruhi tingkat
kepatuhan pasien dan lebih lanjut berpengaruh pada hasil terapi.
•
Efek samping obat
Menurut definisi Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization
/WHO 1970) efek samping suatu obat adalah segala sesuatu khasiat yang
tidak diinginkan untuk tujuan terapi yang dimaksudkan pada dosis yang
dianjurkan
Efek samping yang dapat muncul dari penggunaan obat seperti contohnya
Rifampicin yang dapat menyebabkan warna urin berubah menjadi warna
merah dapat membuat pasien takut dan enggan mengkonsumsi obat sesuai
dengan instruksi yang diberikan oleh dokter sehingga perlu adanya
komunikasi antar dokter dengan pasien yang baik supaya pasien patuh
dalam mengkonsumsi obat.
•
Jumlah obat yang diberikan
Menurut Retno Gitawati,dkk dalam peresepan obat dengan tujuan
terapeutik, dokter juga harus menimbang terkait jumlah obat yang
diberikan, karena obat yang terlalu banyak akan menyebabkan pasien
merasa bosan dan tidak disiplin dalam mengkonsumsi obat seperti
contohnya adalah pada pasien TB yang dalam pelaksanaan terapinya
membutuhkan Pendamping Menelan Obat (PMO) sebagai strategi baru
dalam menghadapi TB.
2.4.4.Cara mendeteksi kepatuhan pasien
Beberapa cara untuk mendeteksi tingkat kepatuhan pasien dalam
mengkonsumsi obat yang diberikan antara lain misalnya:
1. Tanya pasien, apakah ada kesulitan untuk memakai obat, atau kesulitan
untuk mengikuti petunjuk-petunjuk pemakaian. Pendekatan secara
simpatik akan banyak bermanfaat.
2. Pengamatan terhadap obat sisa. Cara ini sangat mudah dilakukan terutama
untuk obat-obat yang gampang dihitung, misalnya tablet, sirup, dsb,
Universitas Sumatera Utara
sedangkan untuk jenis aerosol mungkin sulit. Lakukan penghitungan sisa
obat ini secara tidak menyolok.
3. Penilaian terhadap efek farmakologik. Beberapa obat mudah dicek karena
mempunyai hubungan yang kuat antara dosis dengan timbulnya respons
farmakologik. Bila dokter melihat pengobatan yang diberikan tidak atau
kurang bermanfaat, telusuri lebih dulu apakah pasien taat terhadap
petunjuk pemakaian atau tidak. Jangan tergesa-gesa mengganti obat atau
menduga diagnosis salah.
4. Pengukuran kadar obat. Cara ini lebih pasti, namun memerlukan biaya
karena pengukuran kadar secara kuatitatif harus dilakukan di laboratorium.
Untuk obat-obat yang keberhasilannya sangat tergantung pada ketaatan
berobat, misalnya pada penderita tuberkulosis paru, telah dilakukan upaya
untuk mengembangkan metode deteksi secara kuantitatif sederhana atau
kualitatif untuk kebutuhan rutin. Bahan yang diperiksa tidak selalu harus
darah, tetapi pada beberapa metode yang telah dikembangkan dapat
digunakan urin atau saliva yang diambil pada waktu tertentu di mana
seharusnya pasien telah minum obat.
Menurut Gennaro (2000) parameter kepatuhan penggunaan obat terdiri
dari keberhasilan menebus resep, ketepatan dosis ( frekuensi dan jumlah),
ketepatan dalam penggunaan, dan ketepatan waktu dan lama penggunaan.
2.4.5.Upaya peningkatan kepatuhan pasien
Menurut Smet (1994), Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat adalah:
1. Dukungan profesional kesehatan
Dukungan profesional kesehatan sangat diperlukan untuk meningkatkan
kepatuhan, contoh yang paling sederhana dalam hal dukungan tersebut
adalah dengan adanya teknik komunikasi. Komunikasi memegang peranan
penting karena komunikasi yang baik diberikan oleh profesional kesehatan
baik Dokter/ perawat dapat menanamkan ketaatan bagi pasien.
Universitas Sumatera Utara
2. Dukungan sosial
Dukungan sosial yang dimaksud adalah keluarga. Para profesional
kesehatan yang dapat meyakinkan keluarga pasien untuk menunjang
peningkatan kesehatan pasien maka ketidakpatuhan dapat dikurangi.
3. Perilaku sehat
Modifikasi perilaku sehat sangat diperlukan. Untuk pasien dengan
hipertensi diantaranya adalah tentang bagaimana cara untuk menghindari
dari komplikasi lebih lanjut apabila sudah menderita hipertensi.
Modifikasi gaya hidup dan kontrol secara teratur atau minum obat anti
hipertensi sangat perlu bagi pasien hipertensi.
4. Pemberian informasi
Pemberian informasi yang jelas pada pasien dan keluarga mengenai
penyakit yang dideritanya serta cara pengobatannya.
2.5.Tinjauan hukum
Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
•
Pasal 14 UU kesehatan tahun 1992 tersebut mengungkapkan bahwa setiap
orang berhak untuk mendapatkan kesehatan optimal.
•
Pasal 53 UU kesehatan tahun 1992 menyebutkan bahwa setiap pasien
berhak atas informasi, rahasia kedokteran, dan hak opini kedua.
•
Pasal 55 UU kesehatan tahun 1992 dan pasal 58 ayat (1) UU kesehatan
tahun 2009 menyebutkan bahwa setiap pasien berhak mendapatkan ganti
rugi
karena
kesalahan
dan
kelalaian
petugas
kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
Download