MANAJEMEN VARISELA DALAM KEHAMILAN dr. Tjokorda Gde Agung Suwardewa, SpOG(K) BAGIAN/SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FK UNUD/RSUP SANGLAH DENPASAR 2012 1 BAB I PENDAHULUAN Variselaatau cacar air(Chicken pox) merupakan penyakit yang jarang ditemukan dalam kehamilan.Namun apabila ditemukan dalam kehamilan, penyakit ini dapat memberikan keadaan klinis yang lebih berat dibandingkan tanpa adanya kehamilan.Penyakit ini berpotensi menyebabkan keadaan serius atau fatal baik bagi ibu, janin maupun bayi baru lahir.Varisela yang terjadi selama kehamilan dapat menyebabkan infeksi intra-uterin, cacat bawaan pada janin,lebihberisiko menyebabkan komplikasi seperti maternalpneumonia yang berat, bahkan hingga timbulnya kematian. Pengaruh merugikan yang dapat ditimbulkandari varisela dalam kehamilan bagi janin dalam rahim tergantung waktu atau usia kehamilan pada saat ibu terkena varisela. Pada dua trimester pertama, varisela ibu dapat mengakibatkan sindrom varisela bawaan pada janin.Infeksi pada ibu hamil saat trimester tiga terutama saat kehamilan hampir atermdapat menyebabkan risiko komplikasi varisela untuk maternal meningkat, sehingga morbiditas dan mortalitas ibu tentunya lebih berat.Varisela pada ibu hamil hampir aterm juga berhubungan dengan risiko varisela neonatal, yang dapat menjadi suatu keadaan varisela berat dan dapat melibatkan organ visceral dengan angka mortalitas yang lebih tinggi1. Dengan demikian, karena adanya potensi yang serius dari varisela dalam kehamilan, setiap ibu hamil yang menderita varisela perlu manajemen atau penanganan yang lebih intensif, sehingga morbiditas maupun mortalitas ibu maupun janinnya dapat ditekan serendah mungkin.Sari pustaka ini bertujuan untuk membahas konsekuensi klinis dan penanganan varisela dalam kehamilan dari sudut pandang obstetri. 2 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi, Epidemiologi, Patogenesis dan Diagnosis Varisela 2.1.1 Definisi Varisela Varisela adalah penyakit sistemik akut yang sangat menular yang disebabkanoleh infeksi virus varisela zoster atau varisela-zoster virus 2 (VZV) .Biasanya varisela merupakan penyakitringan berjangka waktu pendek pada anak-anak yang sehat dengangejala seperti demam, flu, pada umumnya merasatidak enak badan dan ruam kulit yang kemudian melepuh.Namun penyakit ini lebih parah pada orang dewasa, dapatmenyebabkan sakit serius bahkan fatal pada orang-orangyang menderita imunosupresi, termasuk dalam kehamilan. Variseladalam kehamilan ini dapat menyebabkan morbiditas serius berupa cacat bawaan pada bayihingga kematian ibu3,4. VZV adalah anggota subfamili Alphaherpesvirinae dalam famili Herpesviridae.Virus ini berbentuk bulat atau spherical denganbesar partikel virus berukuran 120 - 300 nm,memiliki kapsul yang terdiri dari lipid dan glikoprotein, capsid icosahedric yang terdiri dari 162 kapsomers, danterdiri dari sebuah linear genom DNA untai ganda dengan sekitar 125.000 pasangan basa. Pertumbuhan virus ini sangat tergantung pada sel dan hampir secara eksklusif terbatashanya pada sel-sel manusia1,5. Gambar 2.1 Struktur Virus Varisela Zoster5. 3 2.1.2 Epidemiologi Varisela Epidemiologi varisela berbeda dimasing-masing belahan dunia yang memiliki perbedaan antara temperature dan iklim tropis.Mereka yang lahir di daerah tropis dan subtropis dianggap lebih rentan terkena varisela3,4.Termasuk wanita usia reproduksi dari daerah tropis dan subtropis lebih besar kemungkinan memiliki seronegatif untuk IgG VZV sehingga lebih berisiko tertular infeksi varisela7. Sebelum vaksin varisela dikembangkan di Amerika Serikat, hampir semua orang pernah menderita varisela.Saat ini di Amerika Serikat sekitar 11.000 orang dirawat dan 100 orang meninggal setiap tahunnya karena varisela.Data menunjukkan bahwa 97% orang Amerika yang lahir antara tahun 1960 dan 1980 telah imun terhadap varisela. Di Australia, setiap tahunnya terdapat 124.000 kasus, dimana 1.500 orang dirawat dan 7 orang meninggal karena varisela3,4. Sekitar 90% kasus varisela di beberapa negara seperti Amerika, Jepang, dan Eropa terjadi padausai dibawah 15 tahundengan kejadiantertinggi adalah pada kelompok usia antara 10 dan 14 tahun2,3,4. Di Inggris, Varisela merupakan penyakit endemik dengan lebih dari 85% dari dewasa muda telah terinfeksi6.Sementara di Negara tropis, infeksi yang terjadi dibawah usia 15 tahun bervariasi antara 25-85%. Karena itu di Negara-negara tropis,seperti India, Singapura, termasuk di Indonesia, kejadian infeksi varisela pada wanita usia reproduksi dianggap lebih tinggi, karena sekitar 20-40% orang dewasa berisiko terinfeksi2,8. Insidensi varisela secara umum dari total populasi adalah sekitar 13-16 kasus setiap 1.000 orang pertahunnya. Risiko kematian variselalebih tinggi adalah pada usia ekstrim, yaitu dewasa dengan risiko 23-29 kali lebih tinggi, dan pada bayi dengan risiko 4 kali lebih tinggi, dibandingkan dengan anak-anak5. Insidensi varisela dalam kehamilan yang sebenarnya tidak diketahui secara pasti.Hal ini karena di sebagia besar Negara di dunia, termasuk di Indonesia, tidak mengharuskan varisela yang terjadi dalam kehamilan untuk dilaporkan.Secara keseluruhan di dunia, estimasi insidensi varisela dalam kehamilan diperkirakan mengenai 2-3 wanita dari setiap 1.000 kehamilan, sementara untuk kasus dalam 4 persalinan insidensinyaadalah antara 5-6 kasus per 10.000 persalinan1,3.Insidensi ini menyerupai kejadian di Inggris, dimana didapatkan juga estimasi risiko infeksi adalah 2-3 per 1.000 kehamilan. Sementara di Amerika Serikat, kejadiannya adalah antara 1,6-4,6 per 1.000 kehamilan8. Frekuensi infeksi VZV tidak meningkat pada wanita hamil dibandingkan dengan populasi umum.Proporsi seronegatif diseluruh dunia pada wanita dewasa muda bervariasi antar negara sekitar 1,2-14%6. Secara teori wanita yang non-imun memiliki risiko infeksi variselalebih tinggi pada saat kehamilan berikutnya karena paparan terhadap anakanak muda atau teman dekat mereka yang sebaya6. Gambar 2.2Estimasi Kejadian Varisela dalam Kehamilan, CVS dan Neonatal Varisela.(A) Kejadian dari wanita melahirkan di Inggris dan (B) di Bangladesh. 5 Tampak dari gambar diatas estimasi kejadian varisela dan akibatnya lebih tinggi terjadi di Bangladesh, yang termasuk negara tropis.8 6 2.1.3 Patogenesis Varisela Infeksi VZV mudah menular melalui droplet yang menyebar ketika seseorang dengan varisela batuk atau bersin, kontak langsung dengan sekret saluran pernapasan atau dengan lesi pada kulit yang belum berkrusta, penyebaran melalui udara, dan transmisi melalui plasenta.Infeksi primer VZV selama kehamilan dapat mengakibatkan transmisi virus ke janin atau bayi baru lahir.Transmisi intrauterin VZV dapat menyebabkan CVS, varisela neonatal, atau herpes zoster selama janin dalam kandungan3. Masa inkubasi varisela (durasi dari paparan hingga onset munculnya ruam) dapat berkisar antara 10-21 hari, dengan rata-rata 14-16 hari.Apabilavaricellazoster immune globulin (VZIG) diberikan, periode inkubasi diperkirakan bisa lebih lama hingga 28 hari bahkan lebih1,3. Mekanisme pasti infeksi VZV dalam kandungan belum diketahui.Hipotesis yang ada mengatakan bahwa selama periode inkubasi terjadi dua kali fase maternal viremia.Infeksi VZV dimulai dari adhesi virus melalui mukosa, kemudian memasuki sel tersebut dan menyebar diantara sel-sel mukosa tersebut.VZV diperkirakan memperbanyak dirinya pada kelenjar getah bening regional sebelum terjadi viremia primer subklinis.Pada viremia primer yang terjadi pada hari ke 4-6 setelah infeksi ini, virus menyebar melalui peredaran darah dan sistem getah bening ke hepar, sistim retikuloendothelial, dan berkumpul terutama dalam monosit/makrofag, disana virus bereplikasi lebih lanjut.Kemudian terjadi fase viremia sekunder sekitar 14 hari setelah infeksi (antara hari ke 1021).Pada fase viremia sekunder, virus menyebar ke mukosa, terutama mukosa nasofaringeal, dan ke kulit, menyebabkan timbul gejala dan diikuti ruam makulopapular-vesikular sesuai dengan lesi varisela pada akhir fase tersebut. Selama kedua fase viremia ini terdapat kemungkinan transmisi virus transplasental, namun viremia kedua diperkirakan memegang peranan lebih penting pada transmisi virus2,5,8,9. 7 Gambar 2.3 Skema Patogenesis Infeksi Virus Varisela Zoster5. Periode penularan atau infeksiosus dimulai 2 hari sebelum timbulnya ruam dan berakhir dengan timbulnya krusta pada lesi di kulit (biasanya 4-7 hari setelah timbulnya ruam pertama kali)3. Tingkat infeksiosusvarisela dari kontak hubungan yang dekat atau menularkan terhadap penghuni serumah adalah sekitar 70-90%6. Gambar 2.4 Perjalanan Varisela3. Infeksi variselaumumnya menghasilkan kekebalan imunitas seumur hidup. Mereka yang pernah terinfeksi dan kembali terinfeksiVZV,akan terjadi reinfeksi asimptomatik yang meningkatkan kadar titer antibodi VZV (booster). Reinfeksi VZVsangat jarang menyebabkan timbulnya varisela yang kedua kali1,3.Bayi baru lahir pada beberapa bulan pertama secara umum kebal terhadap infeksi varisela karena immunitas pasif apabila ibu kandungnya pernah terkena varisela sebelumnya. Kekebalan ini akan hilang dalam waktu 4-12 bulan4. 8 Setelah infeksi VZV primer, infeksi varisela menetap dalam keadaan tidak aktif atau dormant dalam serabut saraf dorsalis (dorsalis-root ganglia).Reaktivasi infeksi VZV mengakibatkan timbulnya herpes zosteratau shingles3.Hingga saat ini, ibu hamil yang terkena herpes zoster selama kehamilan, tidak ditemukan adanya CVS, dan bayi mereka tidak menunjukkan adanya serokonversi antibodi pada tahun pertama kehidupannya. Herpes Zoster ini tidak terbukti berisiko atau berbahaya terhadap janin ataupun neonatus6,10,11. 2.1.4 Diagnosis Varisela Manifestasi Klinis varisela terdiri atas 2 stadium yaitu stadium prodormal dan stadium erupsi.Stadium Prodormaltimbul 10-21 hari, setelah masa inkubasi selesai. Individu akan merasakan demam yang tidak terlalu tinggi selama 1-3 hari, mengigil, nyeri kepala, anoreksia, dan malaise.Stadium erupsi terjadi 1-2 hari kemudian yang ditandai dengan timbulnya ruam-ruam pada kulit yang berlajut dengan vesikel varisela2,12. Diagnosis kerja varisela biasanya dapat dibuat hanya berdasarkan temuan klinis.Lesi yang timbul pada varisela diawali dengan ruam papul kemerahan yang segera menjadi vesikel jernih.Vesikel ini biasanya berukuran dari 1 hingga 4 mm. Vesikel ini kemudian menjadi pustul keruh dan, setelah itu, mengering berbentuk krusta.Lesi yang timbul dari ruam hingga mengering menjadi krusta terjadi dalam 4-5 hari.Lesi biasanya dimulai pada wajah dan badan yang kemudian menyebar secara sentripetal ke ekstremitas.Ruam atau lesi ini dapat ditemukan pada semua tahap perkembangan vesikel atau bersifat multiformis,dari ruam kemerahan, vesikel dengan dasar kemerahan, pustula umbilikasi, hingga lesi berkrusta.Lesi yang terbentuk ini terasa gatal.Total lesi yang ditemukan biasanya sekitar250-500 buah. Mayoritas penderita akan mendapatkan 300-400 lesi dan kadang disertai demam. Perlu dibedakan dengan herpes zoster, dimana lesi yang timbul bersifat unilateral, distribusi dermatomal dengan ruam vesikuler yang nyeri2,3,9. Krusta akan lepas dalam 1-2 minggu tergantung pada dalamnya kelainan kulit. Bekasnya akan membentuk cekungan dangkal berwarna merah muda, dapat terasa nyeri, kemudian berangsur-angsur hilang. Lesi-lesi pada membran mukosa 9 (hidung, faring, laring, trakea, saluran cerna, saluran kemih, vagina dan konjungtiva) tidak membentuk krusta, vesikel-vesikel akan pecah dan membentuk luka yang terbuka, kemudian sembuh dengan cepat. Lesi kulit terbatas hanya terjadi pada jaringan epidermis dan tidak menembus membran basalis, maka penyembuhan terjadi dalam 7-10 hari tanpa meninggalkan jaringan parut.Lesi dengan hiper atau hipo pigmentasi mungkin dapat menetap sampai beberapa bulan. Pecahnya lesi pada kulit dan rusaknya membran basalis dapat menyebabkan luka sikatrik yang permanen3,5. Tes laboratorium rutin biasanya tidak diperlukan.Dalam keadaan tertentu atau kasus bermasalah, terutama jika tampilan penyakit atipikal atau tidak khas, pemeriksaan serologi varisela-zoster dapat dilakukan untuk konfirmasi diagnosis.Tes yang biasanya dilakukan adalah tes imunitas varisela dengan memeriksa immunoglobulin(IgM dan IgG).Infeksi akut akan didapatkan hasil positif antibodi IgM dan negatif antibodi IgG. Selain itu dapat juga dilakukan pemeriksaan Rapid varisela zoster identification dengan tes Polymerase Chain Reaction(PCR) dan hasil didapat dalam beberapa jam. Kultur virus jarang diperlukan3,9. Diagnosis infeksi VZV dapat dibuat dengan adanya riwayat paparan terhadap VZV atau herpes zoster dalam 3 minggu terakhir, dalam keadaan rentan.Penentuan infeksi VZV ini membutuhkan pertimbangan matang dan pengawasan lanjutan untuk mengkonfirmasi diagnosis atau memberikan profilaksis3. Pada tahun 2007, Center for Disease Control and Prevention (CDC) mengeluarkan kriteria "Bukti imunitas terhadap varisela"untuk menentukan apakah seseorang memiliki imunitasterhadap varisela.Dengan kriteria ini, kekebalan dari mereka yang terpapardapat segera ditentukan. Jika salah satu dari empat kondisi berikut ini terpenuhi, dianggap imun atau memiliki kekebalan tubuh: 1) Riwayat vaksin varisela (dokumentasi dengan baik dua dosis vaksinasi). 2) Riwayat varisela atau herpes zoster (didokumentasikan oleh tenaga kesehatan). 10 3) Bukti Laboratorium (IgG positif) atau konfirmasi laboratorium saat terkena penyakit. 4) Memenuhi seluruh kriteria berikut : lahir di Amerika Serikat sebelum tahun 1980 dan tidak hamil, tidak dalam keadaan imunosupresi (jika terinfeksi HIV, CD4 <1000 mg / dL), dan bukan petugas kesehatan. Mereka yang tidak memiliki catatan atau dokumentasi yang disebutkandi atas, dianggap tidak memiliki bukti yang valid terhadap riwayat varisela3. A B Gambar 2.5 Tampilan Klinis Varisela. Lesi varisela pada wajah (A)9Tampilan Penderita Varisela (B)13 Beberapa komplikasi dapat terjadi pada infeksi varisela, diantaranya 2,7,8 adalah : 1. Infeksi sekunder, biasanya terjadi akibat infeksi bakteri sekunder stafilokokus pada lesi varisela. 2. Varisela Pneumonia, terutama terjadi pada penderita imunokompromis, dan kehamilan. Pneumonia ini dapat terjadi akibat viral maupun bakterial. 3. Reye sindrom, terutama terjadi pada pasien yang menggunakan aspirin atau asam salisilat. 4. Ensefalitis, dijumpai 1 pada 1000 kasus varisela dan biasanya timbul pada hari 3-8 setelahtimbulnya ruam, biasanya disertai adanya gangguan imunitas. 11 ensefalitis menunjukkan gejala susah tidur, nafsu makan menurun, hiperaktif,iritabel, sakit kepala, dan fotofobia. 5. Hemorragik varisela. 6. Hepatitis 7. Komplikasi lain Komplikasi yang dapat ditemukan namun jarang terjadi diantaranya adalah neuritis optik, orkitis, arthritis, hingga kematian. Pneumonia varisela memiliki gejala berupa demam disertai dengan batuk kering, sesak napas, dan hipoksemia ringan, yang biasanya timbul pada minggu pertama sejak timbulnya ruam. Sementara ensefalitis perlu dicurigai apabila timbul gejala khas neurologis menetap seperti nyeri kepala hebat dan fotofobia8. Sebuah perbedaan penting antara varisela dan variola (small pox)adalah saat urutan munculnya ruam.Pada varisela, tahapan lesi yang berbeda (makula, papula, vesikel dan keropeng) muncul pada waktu yang bersamaan (multiformis).Pada variola, tahapan lesi muncul secara simultan atau berurutan, berevolusi dari makula untuk papul untuk pustula selama beberapa hari, dengan setiap tahap berlangsung 1-2 hari (uniformis).Lesi Variola timbul terutama pada wajah dan ekstremitas distal dan, tidak seperti varisela, variola dapat ditemukan pada telapak tangan dan telapak kaki3. 2.2 Pengaruh Varisela terhadap Kehamilan Penyakit varisela dalam kehamilan tentu sangat mengganggu bagi ibu hamil dan memiliki kemungkinan risiko berbagai komplikasi, terutama karena adanya penurunan daya tahan tubuh pada ibu hamil.Tetapi mayoritas ibu hamil yang menderita varisela sembuh dengan baik dan janin mereka pun dalam keadaan baik6,7. Risiko infeksi intrauterin bervariasi dan meningkat sesuai umur kehamilan, hal ini diperkirakan karena menurunnya fungsi barier plasenta.Risiko infeksi intrauterin untuk usia kehamilan dibawah 28 minggu sebesar 10%, antara 28 hingga 36 minggu sebesar 25%, dan untuk diatas 36 minggu sebesar 50%6.Infeksi ini dikenal dengan sebutan fetal varicella6,7. 12 13 Tabel 2.1 Infeksi Virus Varisela Zoster dan Akibat yang Mungkin Terjadi dalam Kehamilan1. Penyakit Maternal Varisela Herpes Zoster 2.2.1 Usia kehamilan Konsekuensi untuk ibu, janin, dan neonatus Usia kehamilan berapapun Kematian janin dalam rahim, herpes zoster neonatal 5-20 (24) minggu Sindrom varisela congenital (Risiko hingga 2%, mortalitas 30%) Usia kehamilan berapapun, terutama pada trimester ke-tiga Pneumonia maternal (Risiko 1020%, mortalitas 10-45%) Hampir aterm >5 hari sebelum melahirkan Varisela neonatal pada usia 10-12 hari (risiko 20-50%, mortalitas 0%) Hampir aterm <4-5 hari sebelum hingga 2 hari setelah melahirkan Varisela neonatal 0-4 hari setelah lahir (risiko 20-50%, mortalitas 03%); Varisela neonatal pada usia 510 hari (risiko 20-50%, mortalitas 20-25%) Usia kehamilan berapapun Tidak ada risiko berat untuk ibu, janin, maupun neonatus Congenital Varisela Syndrome Meskipun jarang, infeksi VZV intrauterin ini dapat menyebabkan suatu abnormalitas tersendiri yang dikenal sebagai Congenital Varisela Syndrome (CVS)6,8,9.CVS juga dikenal sebagai Fetal Varisela Syndrome, atauvarisela infection of the newborn (infeksi varisela pada bayi baru lahir)7.Di Inggris, setiap tahunnya sekitar 10 bayi lahir dengan CVSakibat infeksi varisela dalam kandungan6. Di Australia, insidensi CVS adalah 1 dari 107.000 kehamilan14.Angka kejadian CVS berbeda pada setiap usia kehamilan1,4, dan akan dibahas pada pembahasan subbab berikutnya. Manifestasi klinis dari CVS diantaranya adalah jaringan parut pada kulit sesuai distribusi dermatomal, berat badan lahir rendah, lesi pada mata (korioretinitis, katarak, mikropthalmia), atrofi kortikal, retardasi mental, gangguan 14 neurologis multi sistim yang berat (kelainan kontrolsphingter, obstruksi intestinal, Horner sindrom), abnormalitas sistim gastrointestinal, abnormalitas sistem urogenitalia, abnormalitas skeleton, dan hipoplasia anggota gerak6,8,9. Hipotesis yang ada saat ini mempercayai bahwa CVSdapat terjadi karena reaktivasi virus yang bersifat dorman pada saraf atau adanya manifestasi berupa herpes zoster, baik secara dermatomal maupun menyeluruh/disseminated, saat janin masih di dalam rahim14. 2.2.2 Infeksi Varisela pada Usia Kehamilan 20 Minggu Pertama Risiko terjadinya CVS diperkirakan sekitar 0,4% (kurang dari 1%) ketika ibu terinfeksi diantara periode waktu konsepsi dan 12 minggu pertama kehamilan, dan risiko meningkat menjadi 2% ketika infeksi terjadi pada usia kehamilan antara 12 dan 20 minggu. Pada 20 minggu pertama kehamilan, dikatakan infeksi maternal yang menyebabkan CVSmemiliki angka kematian yang cukup tinggi, yaitu sekitar 30%.Walaupun pada usia kehamilan diatas 20 minggu risiko timbulnya CVS lebih rendah, beberapa laporan kasus menunjukkan bahwa abnormalitas janin tetap dapat terjadi6,9,15. A B Gambar 2.6Congenital Varicella Syndrome dengan Deformitas Ekstremitas Bawah.CVS dengan tungkai bawah yang pendek dan skar pada kulit (A)(AAP, 2009).Deformitas pada kedua ekstremitas bawah(B)13 Beberapa pendapat mengatakan varisela dapat menyebabkan keguguran spontan.Namun hingga saat ini, pendapat mengenai infeksi VZV dapat meningkatkan risiko keguguran atau tidak masih merupakan hal yang 15 kontroversial.Hanya sedikit bukti yang mendukung bahwa kehamilan dengan varisela pada trimester pertama dapat menyebabkan keguguran1,6,9. 2.2.3 Infeksi Varisela pada Usia Kehamilan diatas 20 Minggu Infeksi intrauterin VZV dilaporkan dapat menyebabkan gangguan pada janin seperti kerusakan korioretinal, mikrosefali, dan jaringan parut yang terjadi setelah maternal varisela pada usia kehamilan antara 20 hingga 28 minggu. Namun risiko kejadian ini lebih rendah apabila dibandingkan dengan maternal varisela yang terjadi kurang dari 20 minggu15. Tidak ada kejadian CVS yang dilaporkan ketika infeksi maternal terjadi pada usia kehamilan diatas 28 minggu7. Bayi yang lahir dengan infeksi varisela pada usia kehamilan antara 20 hingga 37 minggu mungkin dapat timbul varisela zoster pada tahun-tahun pertama kehidupannya, dengan risiko sebesar 0,8 – 1,7% pada dua tahun pertama. Kejadian ini dikarenakan reaktivasi dari virus yang dorman pada saraf setelah infeksi primer intrauterin yang terjadi dalam kehamilan sebelum bayi dilahirkan6,9,16. Hal yang menjadi perhatian, infeksi maternal yang terjadi dalam 5 hari sebelum hingga 2 hari setelah melahirkanberhubungan dengan risiko tertinggi infeksi neonatus15.Sekitar 50% neonatus yang terpapar maternal varisela dalam periode risiko tertinggi ini akan terkena varisela (neonatal varicella), walaupun diberikan VZIG. Tanpa pemberian asiklovir, sekitar 30% dari bayi yang terkena varisela tersebut akan berakhir dengan kematian. Manifestasi berat yang dapat terjadi dari neonatal varisela adalah infeksi mukokutaneous yang luas, infeksi organ viseral, dan pneumonia9,11,12. 16 Tabel 2.2 TemuanKlinisCongenital Varicella Syndrome1. A B Gambar2.7Skar Luka pada Congenital VaricellaSyndrome17. A B Gambar 2.8Congenital Varicella Syndrome dengan Deformitas Ekstremitas Atas.Tampak atrofi lengan kiri dan tidak ada ibu jari sebelah kiri(A).Pembentukan skar pada daerah bahu kiri(B)13 17 Gambar 2.9Bayi perempuan yang lahir meninggal dengan lesi kulit sikatrik. Tampak lesi sikatrik pada ekstrimitas atas kiri dan permukaan abdomen kiri setelah varisela maternal yang terjadi antara usia kehamilan 13-15 minggu.1 Gambar 2.10Bayi berusia 14 bulan dengan herpes zoster. Tampak lesi sesuai pola dermatomal klasik dan terdapat riwayat maternal varisela pada usia kehamilan 28 minggu13. 2.3 Pengaruh Kehamilan terhadap Varisela Secara umum telah diketahui bahwa keadaan hamil telah menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh secara umum.Sehingga kehamilan dianggap suatu keadaan klinis yang meningkatkan risiko timbulnya varisela yang berat dan mempermudah timbulnya komplikasi.Penyakit ini dalam kehamilan menjadi lebih berat dan dapat menyebabkan sakit serius dan bahkan fatal3,4,14,15.Masa periode 18 inkubasi VZV diperkirakan menjadi lebih panjang dengan adanya penerununan daya tahan tubuh, hingga 28 hari3. Pada prinsipnya, pneumonia varisela merupakan komplikasi yang paling berat dalam kehamilan dan harus ditangani sebagai kegawatdaruratan medis.Pada satu penelitian dikatakan pneumonia varisela ini mengenai 17% dari ibu hamil dengan varisela18.Risiko tertinggi pneumonia maternal tampaknya berhubungan dengan infeksi pada usia kehamilan diatas 20 minggu. Sejumlah penelitian menunjukkan risiko pneumonia pada wanita hamil dengan variselasemakin meningkat saat mendekati aterm. Tingkat mortalitasvarisela pneumonia pada ibu hamil mencapai 20-40%, lebih tinggi apabila dibandingkan dengan wanita tidak hamil, yaitu sekitar 12%.Hal ini diperkirakan karena imunosupresi yang semakin jelas sesuai dengan semakin tuanya kehamilan.Bahkan dengan terapi yang adekuat, sekitar 40% penderita pneumonia varisela memerlukan bantuan pernapasan mekanik.Gejala klinis pernapasan pada pneumonia varisela timbul setelah ruam kulit telah muncul antara hari ke 2 hingga ke 5.Gejala sesuai dengan pneumonia pada umumnya, diawali oleh batuk kering yang diikuti oleh produksi dahak yang semakin bertambah, sesak, takipnoe, nyeri dada, sianosis, hingga gagal napas. Gambaran foto Rontgen menunjukkan adanya infiltrate interstisial dan noduler yang tersebar. Umumnya pneumonia varisela ini akan membaik dalam 7 hari6,12,18. Risiko berat lainyang diakibatkan ibu hamil terhadap varisela adalah timbulnya lesi berdarah atau hemorragik, dan timbul lesi pada mukosa mulut. Ruam pada mulut ini dapat sangat mengganggu dan menyebabkan pasien tidak mau makan dan minum. Hal ini membutuhkan pengawasan ketat akan tanda-tanda kekurangan nutrisi dan dehidrasi. Yang tentu saja kekurangan nutrisi, cairan, disertai tingkat metabolism yang tinggi pada ibu hamil akan mempermudah timbulnya dehidrasi dan secara tidak langsung akan mempermudah timbulnya komplikasi varisela7,8.Selain itu, ensefalitisjuga merupakan komplikasi lain yang jarang dengan tingkat mortalitas 5-10%6. 19 Gambar2.11 Infeksi Varisela dengan Lesi Hemorragik pada Ibu Hamil(A). Pada autopsi pasien tersebut, didapatkan paru-paru dalam keadaan kongesti berat akibat pneumonia varisela (B)18 2.4 Manajemen Varisela dalam Kehamilan Secara Umum Varisela dalam kehamilan merupakan suatu infeksi varisela terkomplikasi, sama halnya dengan varisela pneumonia atau varisela pada penderita dengan penurunan daya tahan tubuh, sehingga penanganannya harus di konsultasikan dengan dokter ahli. Dokter ahli yang terlibat disini adalah multidisipliner, yang terdiri dari dokter ahli kebidanan dan kandungan atau konsultan fetomaternal (fetal medicine), virologist, neonatologist, dan bila memerlukan dapat ditangani juga bersama dengan doketr ahli perawatan intensif3,7. Jika timbul keadaan yang tidak baik, seperti demam yang menetap, atau munculnya ruam terus berlangsung setelah 6 hari, atau timbul gejala gangguan pada system pernapasan, ibu hamil tersebut harus segera dirujuk untuk penanganan lebih lanjut di Rumah Sakit. Ambang batas untuk pertimbangan perawatan di Rumah Sakit harus lebih rendah bagi ibu hamil dengan varisela. Beberapa kriteria indikasi perawatan di Rumah Sakit adalah14,15: Indikator Absolut : - Gejala Pernapasan - Gejala neurologis lain selain sakit kepala (seperti fotofobia) - Ruam atau lesi yang berdarah - Penyakit yang berat (Timbulnya ruam pada mukosa) - Penurunan daya tahan tubuh yang signifikan 20 Faktor lainnya : - Kehamilan hampir aterm - Riwayat obstetrik buruk - Perokok - Penyakit paru kronis - Keadaan sosial ekonomi rendah - Tidak adanya tenaga atau fasilitas kesehatan yang dapat memonitor pasien secara teratur Gambar 2.12Pemeriksaan pada Varisela dalam Kehamilan Berdasarkan Waktu Terjadinya Infeksi1. 2.4.1 Profilaksis Varisela dalam Kehamilan 2.4.1.1Profilaksis Varicella-Zoster Immunoglobulin Wanita dengan IgG VZV seronegatif harus dianjurkan untuk menghindari kontak dengan varisela dan herpes zoster selama kehamilan dan segera menginformasikan kepada tenaga kesehatan apabila mereka terpapar7.Jika seorang ibu hamil tidak imun terhadap VZV dan telah terpapar secara signifikan, maka hal 21 ini merupakan indikasi diberikannya terapi profilaksis.Metode profilaksis yang paling banyak dianjurkan adalah pemberian VZIG.Pemberian profilaksis VZIG ini bertujuan untuk mencegah infeksi dan mengurangi morbiditas maternal. Apabila secara klinis telah timbul gejala varisela, maka VZIG ini tidak efektif dan tidak boleh diberikan4,14. VZIG diberikan secara intramuskular dengan dosis satu vial untuk 10 kg berat badan, hingga maksimum 5 vial. Idealnya VZIG harus diberikan dalam 96 jam setelah paparan, namun masih dianggap efektif jika diberikan sampai dengan 10 hari setelah terpapar. Jika VZIG diberikan, wanita hamil tetap dianggap berpotensi menular dalam 8-28 hari setelah VZIG (8-21 hari jika VZIG tidak diberikan)7,9.Duration of Action dari VZIG belum diketahui, tetapi efek perlindungan setidaknya bertahan hingga waktu paruh immunoglobulin, yaitu sekitar 3 minggu8.Dengan demikian, dosis kedua VZIG diperlukan apabila terjadi paparan kembali setelah tiga minggu dari pemberian dosis terakhir7. Jika seorang wanita dengan riwayat varisela atau vaksinasi jelas dan tidak sengaja dilakukan pemeriksaan antibodi varisela, maka anjuran berikut ini harus diikuti.Apabila hasil IgG VZV equivocal atau positif menandakan VZIG tidak diperlukan. Apabila IgG VZV negative dengan pemeriksaan yang sensitive, maka perlu diberikan VZIG dalam waktu 10 hari sejak kontak atau paparan pertama. Apabila paparan berikutnya terjadi lebih dari 6 minggu sejak pemberian IgG VZV, maka pemeriksaan antibodi perlu dilakukan ulang dengan ketentuan seperti diatas6.Wanita yang terpapar dengan varisela atau herpes zoster (baik mereka diberikan maupun tidak diberikan VZIG) harus memberitahu dokter secepatnya jika muncul ruam7. Karena VZIG tidak selalu mencegah varisela, sehingga penerima VZIG tersebut harus dianggap tetap infeksiosus untuk 8-28 hari setelah pemberian VZIG dan harus dianjurkan untuk segera menemui dokter apabila timbul ruam.Hingga 50% penerima VZIG didapatkan timbulnya gejala klinis namun dalam bentuk yang lebih ringan. Terdapat laporan bahwa pneumonia maternal akibat varisela tetap terjadi walaupun telah diberikan VZIG6,15. 22 Efek pastidari pemberian VZIG terhadap janin dalam kandungan, baik perlindungan maupun risikonya, hingga saat ini masih belum diketahui, Risiko infeksi varisela pada janin dari ibu yang telah menerima VZIG tetap ada4,14. Demikian juga halnya dalam hal menyusui, hingga saat ini belum ada laporan atau penelitian yang cukup mengenai efek merugikan dari pemberian VZIG selama ibu menyusui19. Sayangnya, satu-satunya produsen yang memiliki lisensi untuk VZIG di Amerika Serikat sudah menghentikan produksinya sejak tahun 2004.Karena itu, suplai VZIG mulai sulit didapatkan sejak tahun 2006.Pada tahun 2006, ada satu produsen di Kanada, mulai membuat VZIG (dengan merk VariZIG®) dalam jumlah terbatas, namun belum memiliki lisensi resmi dari FDA, dan digunakan hanya tujuan untuk penelitian atau permintaan khusus.Di Amerika Serikat dan Kanada pun VZIG ini hanya bisa didapatkan dalam jumlah terbatas dari perusahaan farmasi dengan formulir permintaan khusus. Dengan demikian, VZIG tidak bisa didapatkan dengan mudah2,19,20. Gambar 2.13 ImmunoglobulinVarisela Zoster10. 2.4.1.2 Profilaksis Antivirus Apabila VZIG tidak tersedia, dokter harus memberikan terapi profilaksis dengan pemberian asiklovir (800mg oral 5 kali sehari selama 7 hari) atau valasiklovir (1000mg oral 3 kali sehari selama 7 hari). Kedua sediaan tersebut dianggap setara dalam hal efektivitas, tetapi sediaan pertama dalam hal ekonomi lebih murah9. 23 Asiklovir yang diberikan sebagai profilaksis atau diberikan kurang dari 10 hari sejak paparan pertama diperkirakan dapat memberikan perlindungan terhadap infeksi hingga 84% dan dapat meringankan gejala penyakit yang timbul14. Untuk keamanan dan cara kerja Asiklovir dibahas lebih lanjut pada bab terapi varisela. 2.4.2 Medikamentosa Pemberian antivirus pada penderita varisela telah dibuktikan dapat menurunkan produksi virus, mempercepat penyembuhan lesi kulit, mengurangi durasi dan keparahan penyakitnya.Untuk mendapatkan hasil yang efektif, terapi antiviral harus sudah diberikan dalam waktu kurang dari 72 jam sejak timbulnya ruam3. Obat-obatan anti-VZV seperti asiklovir berperan pada virus-encoded timidin kinase dan DNA polimerase1.Asiklovir adalah senyawa sintetik yang merupakan nucleoside analog dari guanine. Ketika terfosforilasi oleh enzim yang dihasilkan oleh sel yang terinfeksi VZV, maka ia akan menghambat enzim polimerase DNA, sehingga menghambat replikasi dari VZV tersebut8. Asiklovir dapat melewati plasenta dan ditemukan pada jaringan janin, darah tali pusat, juga dalam cairan amnion.Sehingga dianggap dapat menghambat replikasi virus selama periode maternal viremia dan menghambat transportasi VZV melalui plasenta.Hingga saat ini pencatatan prospektif yang masih terus berjalan pada ibu hamil yang diberikan asiklovir, tidak didapatkan adanya peningkatan risiko malformasi dibandingan dengan populasi umum8.Asiklovir termasuk obat kategori B berdasarkan klasifikasi obat dalam kehamilan menurut Food and Drug Administration (FDA)19,20. Pengobatan varisela idealnya segera diberikan jika pasien telah didiagnosis dalam 24 jam dari timbulnya ruam atau segera sesudahnya. Terapi antivirus diberikan asiklovir oral20 mg/kg/dosis diberikan 5 dosis terbagi selama 5 - 7 hari (maksimal 800 mg diberikan per oral 5 kali per hari, selama 5 hingga 7 hari) dan diyakini dapat mengurangi jumlah lesi di kulit dan gejala penyerta lainnya jika dimulai pada awal timbulnya ruam3,4,9.Pada suatu penelitian acak terkontrol yang dilakukan oleh Wallace dkk, didapatkan bahwa pemberian asiklovir pada dewasa 24 menurunkan jumlah lesi hingga 46% (p=0.04) dan secara signifikan menurunkan durasi demam dan beratnya gejala, dibandingkan dengn pemberian plasebo9.Famsiklovir dan valasiklovir, walaupun cara pemberian lebih sederhana, namun tidak menunjukkan keuntungan yang berarti dibandingkan dengan asiklovir. Agen antivirus topikal tidak terbukti bermanfaatuntuk terapi varisela3,21. Pemberian asiklovir intravena (dan rawat inap) diindikasikan untuk penderita dengan penurunan daya tahan tubuh dan pasien dengan komplikasi yang berat seperti varisela pneumonia dan ensefalitis. Dosis asiklovir intravena adalah 10 mg/Kg yang diberikan setiap 8 jam selama 7 hingga 10 hari. Pada pasien dengan obesitas, maka berat badan ideal harus digunakan untuk menghitung dosis asiklovir3,9. Pengobatan lain diberikan secara simptomatik. Apabila terdapat demam diberikan parasetamol. Pruritus dapat diobati secara topikal, misalnya denganCalamine lotion, talk atau sejenisnya yang digunakan secara regular. Jika perlu, dapat diberikan antihistamin sistemik untuk meminimalkan garukan dan infeksi bakteri sekunder yang mungkin terjadi3. 2.4.3 Non-medikamentosa Pada penderita varisela dianjurkan istirahat, asupan cairan harus adekuat dan diet lunak.Mendapatkan waktu istirahat yang cukup membantu untuk mengatasi infeksi dan mempercepat penyembuhan.Cairan harus adekuat untuk mencegah dehidrasi.Jika terdapat lesi atau luka varisela di mulut, maka diet yang dipilih adalah diet lunak atau lembut dengan minuman yang dingin. Makanan pedas, berlemak, keras, atau renyah dapat mengiritasi luka mukosa pada mulut, sehingga sebaiknya dihindari3. Pasien harus dianjurkan untuk menjaga lesi agar terhindar dari infeksi bakteri sekunder.Kebersihan diri harus selalu dijaga untuk mencegah infeksi sekunder.Kuku penderita harus dipotong pendek. Bila memungkinkan, penderita dapat anjurkan untuk mandi dengan air dingin lebih sering (seperti 3 hingga 4 kali sehari) dengan sabun, untuk mengurangi rasa gatal yang timbul. Pakaian yang 25 lembut, tidak melekat, bersih atau steril dapat mencegah iritasi yang disebabkan oleh kontak dengan pakaian3,7. Gambar 2.14Bagan Diagnosis dan Penanganan Varisela dalam Kehamilan9. 26 Tabel 2.3 Konseling dan Anjuran Terhadap Ibu Hamil yang Berisiko8. Timbulnya Risiko embriopati Anjuran dan Konseling ruam pada varisela ibu 20 minggu <1% diatas risiko VZIG dalam 96 jam setelah kontak apabila pertama normal pasien seronegatif atau tidak diketahui atau tidak pernah terkena varisela USG level II pada usia kehamilan 18-20 minggu untuk mendeteksi kelainan Jika >14 minggu ketika ruam timbul, USG level II dilakukan 5 minggu setelah timbulnya ruam Pemeriksaan opthalmologi setelah bayi lahir 21-28 minggu Jarang VZIG dalam 96 jam setelah kontak apabila pasien seronegatif atau tidak diketahui atau tidak pernah terkena varisela USG level II dilakukan 5 minggu setelah timbulnya ruam pada ibu Pemeriksaan opthalmologi setelah bayi lahir Setelah 28 minggu Tidak ada VZIG dalam 96 jam setelah kontak apabila pasien seronegatif atau tidak diketahui atau tidak pernah terkena varisela Jelaskan risiko normal yang dihadapi 5 hari sebelum hingga 2 hari setelah melahirkan Tidak ada Jika mungkin, tunda persalinan 5-7 hari setelah onset timbulnya ruam ibu untuk memberikan kesempatan transfer IgG ibu ke janin. Waspada neonatal varisela dalam 28 hari. Pemberian VZIG pada neonates jika terpapar Asiklovir IV diberikan untuk kasus yang berat Maternal varisela pneumonia Asiklovir IV 10-15mg/Kg setiap 8 jam untuk 5-10 hari dan antibiotik Perawatan intensif, Analisis Gas Darah, Ventilasi mekanis bila diperlukan Terapi suportif 27 2.4.4 Follow up Kehamilan dengan Varisela Pemeriksaan terbaik untuk mendiagnosis kelainan pada janin adalah pemeriksaan USG9.Monitoring USG untuk mengetahui pertumbuhan atau adanya abnormalitas janin setelah maternal varisela atau pemberian VZIG pada kehamilan sangatlah dianjurkan14.Temuan pada pemeriksaan USG diantaranya adalah deformitas ekstremitas, mikrosefali, hidrosefalus, atrofi kortikal, kalsifikasi jaringan lunak yang biasanya bersifat multiple terutama pada hati dan miokardium, hingga pertumbuhan janin terganggu22. Rujukan kepada spesialis fetal medicine atau spesialis fetomaternalharus dipertimbangkan pada usia kehamilan 16-22 minggu atau 5 minggu setelah infeksi untuk diskusi dan pemeriksaan USG secara rinci7. Amniosentesis tidak rutin dianjurkan karena resiko CVS sangat rendah, bahkan ketika cairan ketuban positif untuk DNA VZV.Chorionic villus sampling dan kordosentesis tidak memiliki peranan penting dalam mendiagnosis CVS7,9. Hingga saat ini belum ada penatalaksanaan pada ibu yang terkena varisela dapat mencegah terjadinya CVS.Apabila diketahui telah terjadi CVS, ada dua pilihan terapi yang ada saat ini, yaitu ekspektant manajemen/observasi atau terminasi kehamilan.Ekspektant manajemen merupakan pilihan dengan meneruskan kehamilan setelah diketahui janinnya terkena CVS.Keputusan terminasi kehamilan pada janin dengan CVS sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya faktor psikis orang tua, legalitas hukum, fasilitas/pusat fetomaternal yang menunjang, serta faktor lainnya seperti usia kehamilan9,23. Apabila kita mengacu pada guidelines RCOGtahun 2010 yang berlaku di Inggris, Skotlandia, dan beberapa negara persekutuan Inggris lainnya, maka untuk terminasi janin dengan abnormalitas harus diputuskan oleh 2 dokter ahli (fetomaternal) yang ter-registrasi, dilakukan dengan tujuan baik, alasan yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan di depan hukum. Pada guidelines tersebut dikatakan suatu kehamilan dapat diterminasi pada usia kehamilan berapapun karena abnormalitas janin, apabila terdapat risiko yang mendasar bahwa jika bayi tersebut lahir, akan menderita abnormalitas fisik atau mental yang dianggap sebagai kecacatan berat.Namun hingga saat ini belum ada definisi atau kriteria 28 yang legal untuk risiko mendasar atau kecacatan berat tersebut. Untuk terminasi kehamilan, harus dilakukan oleh dokter ahli dan dilakukan di pusat rujukan yang memiliki fasilitas lengkap dengan dukungan supportif penuh bagi pasien, dan akan lebih baik apabila dilakukan pada usia kehamilan kurang dari 24 minggu23. 2.4.5 Persalinan pada Kehamilan dengan Varisela Persalinan pada periode viremia bisa berbahaya karena risiko infeksi dari virus dapat mengakibatkan hepatitis, risiko perdarahan, trombositopenia, hingga DIC.Setiap persalinan dengan riwayat maternal varisela harus di tangani dengan baik bersama ahli perinatologi. Konsultasi kepada ahli perinatologi dianjurkan dilakukan sebelum terjadinya proses persalinan, bahkan dapat dilakukan sejak awal setelah ibu terkena varisela12. Varisela bukan merupakan indikasi maternal untuk terminasi kehamilan.Terminasi kehamilan akibat varisela sangat jarang, kecuali apabila pembesaran uterus mengakibatkan terganggu proses pernapasan, seperti pada kasus maternal pneumonia varisela yang berat dengan hamil aterm12.Jika memungkinkan, tunda persalinan minimal 5 hari setelah onset timbulnya ruam maternal.Hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan transfer transplasental antibodi yang baru terbentuk dari ibu kepada janinnya1,7,9. Metode persalinan pada kehamilan dengan varisela adalah sesuai indikasi obstetri. Pada keadaan khusus seperti keadaan janin yang tidak baik atau mencurigakan (fetal compromise) dan adanya gagal napas maternal akibat pneumonia varisela yang diperberat dengan kehamilan usia lanjut, dapat dipertimbangkan operasi seksio sesarea12,14. 2.4.6 Manajemen Terhadap Lingkungan 2.4.6.1 Terhadap Staf Tenaga Kesehatan Jika terdapat kasus varisela pada fasilitas kesehatan semua staf perawatan kesehatan harus dievaluasi untuk mengetahui kekebalan atau status imunitasnya.Jika staf tenaga kesehatan tidak memiliki "bukti imunitas" pemeriksaan IgG harus dilakukan.Jika IgG negatif, orang itu harus diberikan 29 vaksinasi varisela.Staf yang telah terpapar dan tidak memiliki imunitas harus mengetahui gejala varisela dan segera melapor bila timbul gejala, termasuk demam, ruam, atau gejala sistemik3. American Medical Association merekomendasikan vaksinasi varisela diberikan kepada seluruh tenaga kerja dan peserta didik di bidang kesehatan bagi mereka yang tidak pernah terkena varisela dan atau hasil pemeriksaan serologinya negatif10. 2.4.6.2 Terhadap Pengunjung Fasilitas Kesehatan Jika terdapat kasus varisela pada suatu fasilitas perawatan kesehatan, semua pengunjung (terutama wanita usiareproduktif dan ibu hamil) harus diberitahu tentang kemungkinan resiko terkena paparan varisela. Misalnya, peringatan harus dipasang di ruang tunggu.Pembatasan besuk harus dilakukan untuk penderita varisela.Kunjungan besuk terhadap pasien secara umum dapat diteruskan, walaupun pembatasan harus dipertimbangkan bagi pengunjung yang rentan terhadap varisela3. Poliklinik yang sibuk dan tempat tunggu ruang praktek dokter merupakan tempat berisiko tinggi untuk penularan infeksi.Sehingga pasien dengan ruam atau lesi harus dipilah secara awal dan ditempatkan di ruang terpisah, tidak dibiarkan menunggu di daerah sibuk bersama pasien lainnya, bahkan bila perlu ditempatkan di ruang isolasi yang sesuai.Penting untuk memberikan pengetahuan cukup bagi resepsionis atau penerima pasien dan staf triase sehingga mereka waspada terhadap risiko dan dampak dari varisela21. 2.4.7 Manajemen Varisela melalui Kontrol penularan Seorang ibu hamil dan atau bayinya dengan vesikel varisela harus diisolasi atau dirawat terpisah dari ibu dan bayi lainnya, terutama wanita hamil lain yang rentan serta tenaga kesehatan yang tidak imun terhadap infeksi tersebut7,14. Semua pasien dengan varisela, herpes zoster yang luas (disseminated) dan herpes zoster pada pasien dengan daya tahan tubuh menurun idealnya harus ditempatkan di 30 ruang khusus isolasi atau Airborne Infection Isolation(AII)room, atau dalam satu ruangan sendiri dengan pintu yang tertutup. Semua tenaga kesehatan dan penderita yang memasuki ruang isolasi penderita varisela yang menular harus memakai masker dan sarung tangan saat kontak langsung dengan penderita.Penderita dapat kembali ke populasi umum ketika lesi kulit telah kering atau berkrusta3. 2.4.8 Manajemen Varisela saat Menyusui dan Terhadap Neonatus Ibu yang terinfeksi dalam kehamilan tidak perlu di isolasi dari bayinya yang baru lahir14.Ibu yang melahirkan dengan varisela diperbolehkan untuk menyusui bayinya. Jika timbul lesi dekat puting, mereka tetap harus mengeluarkan airsusu dari payudara yang terkena sampai lesi tersebut berkrusta atau mongering. Airsusu ini kemudian dapat diberikan kepada bayi merekajika bayi tersebut mendapat VZIG dan/atau asiklovir6. Segera setelah bayi lahir, harus dilakukan pemeriksaan darah antibodi IgM VZV, kemudian diikuti setelah usia 7 bulan dengan pemeriksaan antibodi VZV IgG7. VZIG harus diberikan pada bayi baru lahir dari ibu yang menderita varisela dalam periode 5 hari sebelum atau 48 jam setelah melahirkan19.VZIG tidak diperlukan pada bayi yang lahir dari ibu yang terkena varisela dengan onset lebih dari 7 hari sebelum melahirkan, karena bayi tersebut sudah memiliki antibodi dari ibunya6.Asiklovir intravena profilaksis harus dipertimbangkan untuk bayi baru lahir dari ibu yang terkena varisela lima hari sebelum hingga dua hari setelah melahirkan, karena mereka memiliki risiko fatal yang tinggi meskipun telah diberikan profilaksis VZIG6. 31 BAB III KESIMPULAN Varisela atau cacar air merupakan penyakit yang jarang ditemukan dalam kehamilan, namun berpotensi menyebabkan komplikasi serius bagi ibu, janin maupun neonatus.Varisela dalam kehamilan merupakan suatu varisela terkomplikasi, sehingga perhatian lebih cermat harus diberikan kepadanya.Virus ini ditularkan kepada janin secara transplasental, sehingga penanganan terhadap janin dan neonatus menjadi permasalahan tersendiri yang tidak bisa dipisahkan dari maternal varisela. Untuk menghindari varisela dalam kehamilan, maka idealnya seorang ibu harus sudah imun sebelum ia hamil. Vaksinasi varisela sebelum hamil atau setelah melahirkan harus dipertimbangkan pada wanita yang tidak imun.Apabila telahterjadi kehamilan, karena saat ini VZIG tidak tersedia dipasaran, maka untuk profilaksis pasca paparan harus diberikan asiklovir sebagai sediaan terpilih. Penanganan varisela dalam kehamilan harus multidisipliner dan dikonsultasikan dengan dokter ahli.Demikian juga ambang batas untuk perawatan di Rumah Sakit harus lebih rendah.Untuk manajemen varisela dalam kehamilan, pada prinsipnya adalah pengawasan yang lebih ketat, pemberian antivirus asiklovir, pengobatan simptomatik, pencegahan komplikasi, dan pemantauanperkembangan janin secara menyeluruh, serta perlu diperhatikan juga usaha untuk meminimalkan penularan terhadap orang-orang disekitarnya. 32 DAFTAR PUSTAKA 1. Sauerbrei A. 2007. Varicella-zoster virus infections during pregnancy. In : Mushahwar, I. K., editors. Congenital and other related infectious diseases of the newborn. Oxford: Elsevier. p. 51-68. 2. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). 2011.Varicella Epidemiology and Prevention of Vaccine-Preventable Diseases.In :The Pink Book: Course Textbook - 12th Edition (April 2011) [Citied 2012 January 1]. Available from: http://www.cdc.gov/vaccines/pubs/pinkbook/varicella.html 3. Federal Bureau of Prisons (BOP). 2009. Management of varicella zoster virus infections. [Citied 2011 Agustus 1]. Available from: http://www.bop.gov/news/medresources.jsp. 4. Cash, C.J., Glass, C.A., 2011. Infectious disease guidelines. In : Family Practice Guidelines, second edition. New York : Springer Publishing Company. p. 402-4 5. Heininger, U., Seward, J.F. 2006. Varicella. Lancet 368 : 1365-76. 6. Health Protection Agency (HAP). 2011. Guidance on Viral Rash in Pregnancy. [Citied 2011 September 15]. Available from: www.hpa.org.uk 7. Royal College of Obstetricians and Gynaecologists. 2007. Chickenpox in pregnancy. Green-top Guideline No.13. 8. Tan, M.P., Koren, G. 2006. Chickenpox in pregnancy: Revisited. Reproductive Toxicology 21: 410–420. 9. Duff P. 2010. Diagnosis and Management of Varicella Infection in Pregnancy. Perinatology 1:6-12 10. Stallings, S.P. 2000. Varicella virus vaccine. Prim Care Update Ob/Gyns 7 : 16-9 11. Organization of teratology information specialists (OTIS). 2010. Chicken pox (varicella) and the vaccine and pregnancy. [Citied 2011 Juli 15]. Available from: www.OTISpregnancy.org 12. Gardella, C., Brown, Z.,A. 2007. Managing varicella zoster infection in pregnancy. Cleveland Clinic Journal of medicine 74 (4): 290-5 33 13. Geneva Foundation for Medical Education and Research. 2012. Varicella syndrome, congenital.[disitasi 2012 Januari 20]. Diunduh :http://www.gfmer.ch/genetic_diseases_v2/gendis_detail_list.php?cat3=356 14. Heuchan A., Isaacs D. (Australasian Subgroup in Paediatric Infectious Diseases of the Australasian Society for Infectious Diseases). 2001. The management of varicella-zoster virus exposure and infection in pregnancy and the newborn period. MJA 2001; 174: 288-292 15. Health Service Executive (HSE) National Immunisation Office. 2011. Varicella-Zoster outbreak notifiable(Revised September 2011). [disitasi 2012 Januari 30]. Diunduh :http://www.immunisation.ie/en/Downloads/NIACGuidelines/PDFFile_15491 _en.pdf 16. Hall, S., Maupin, T., Seward. J., et al. 2002. Second varicella infections: are they more common than previously thought? Pediatrics 109: 1068–73. 17. Ramachandra S, Metta AK, Haneef NS, Kodali S. 2010. Fetal varicella syndrome. Indian J Dermatol Venereol Leprol 76:724 18. Craighead, J.E. 2000. Varicella-Zoster Virus (VZV). In : Pathology and Pathogenesis of Human Viral Disease. Burlington: Academic Press. p. 147-62 19. Briggs, G., Freeman. R.K., Yaffe. S. J. 2011. Drugs in Pregnancy and Lactation: A Reference Guide to Fetal and Neonatal Risk. Ninth edition. Philadelphia : Lipincott Williams & Wilkins. p. 733. 20. Food and Drug Administration (FDA). 2011. Varicella Zoster Immune Globulin (Human). [Citied 2012 Januari 28]. Available from: http://www.fda.gov/BiologicsBloodVaccines/SafetyAvailability/Shortages/def ault.htm 21. Daley, A.J., Thorpe, S., Garland, S.M. 2008. Review Varicella and the pregnant woman: Prevention and management. Australian and New Zealand Journal of Obstetrics and Gynaecology 48:26-33 22. Tongsong, T., Srisupundit, K., Traisrisilp, K. 2012. Prenatal sonographic diagnosis of congenital varicella syndrome. Journal of Clinical Ultrasound 40(3): 176–8 23. Royal College of Obstetricians and Gynaecologists. 2010. Termination of Pregnancy for Fetal Abnormality. London: Karl Harrington, FiSH Books. p. 4-5 34