7 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 2.1.1 Kajian Teoretis Pengertian Membaca Membaca menurut Hodgson yang dikutib oleh (Tarigan 2008:7) adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Sedangkan menurut Crawley dan Mountain membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, dan metakognitif sebab proses visual membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulisan (huruf) ke dalam kata-kata lisan. (dalam Somadayo 2011:6) Menurut Klein, dkk. (dalam Farida Rahim, 2007: 3) mengemukakan bahwa definisi membaca mencakup: pertama, membaca merupakan suatu proses. Maksudnya adalah informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk makna. Kedua, membaca adalah strategis. Pembaca yang efektif menggunakan berbagai strategi membaca yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka mengonstruk makna ketika membaca. Strategi ini bervariasi sesuai dengan jenis teks dan tujuan membaca. Ketiga, membaca merupakan interaktif. Keterlibatan pembaca dengan teks tergantung pada konteks. Orang yang senang membaca suatu teks yang bermanfaat, akan menemui beberapa tujuan yang ingin dicapainya, teks yang dibaca seseorang harus mudah dipahami (readable) sehingga terjadi interaksi 8 antara pembaca dan teks. Membaca merupakan kegiatan yang kompleks artinya membaca melibatkan segenap batin kita yaitu pengalaman, respon, intelektual, emosional dan kreativitas sehingga mampu menangkap apa yang telah dibacanya. (Subana 2006:37). Hal senada diungkapkan oleh (Syafie 2005:14) Membaca merupakan salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan keterampilan dasar terpenting dalam kegiatan berbahasa. Dengan berbahasa manusia dapat berkomunikasi secara lisan dan secara tertulis. Dalam komunikasi tulisan, lambang-lambang bunyi bahasa diubah menjadi lambang-lambang tulisan atau huruf-huruf. Dalam hal ini huruf-huruf yang menurut alphabet latin. Menurut (Warudijoyo 2009:19) “Membaca merupakan salah satu cara untuk berkomunikasi dengan orang lain juga kepada diri sendiri”. Membaca pada hakekatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar menghafal tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berfikir, prikolinguistik dan meta kognitif. Sebagai suatu proses befikir, membaca mencakup aktivtas pengenalan kata, pemahaman literal, interprestasi, membaca kritis dan pemahaman kreatif. Menurut Nuttall (dalam Rofi’uddin 2002:73) membaca merupakan upaya menggali informasi dari berbagai jenis teks, sesuai dengan tujuan membaca. Untuk memperoleh informasi pembaca akan menggunakan strategi tertentu, yang berupa ketrampilan menangani kata dan ketrampilan menangani teks itu sendiri. Menurut Santosa dkk, Pada hakekatnya, aktivitas membaca terdiri dari dua bagian, yaitu membaca sebagai proses dan membaca sebagai produk. Membaca sebagai proses mengacu pada aktivitas fisik dann mental. Sedangkan membaca 9 sebagai produk mengacu pada konsekuensi dari aktivitas yang dilakukan pada saat membaca. (2010:6.3) Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa Membaca pada hakekatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar menghafal tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berfikir, prikolinguistik dan meta kognitif. Sebagai suatu proses befikir, membaca mencakup aktivtas pengenalan kata, pemahaman literal, interprestasi, membaca kritis dan pemahaman kreatif. 2.1.2 Proses Membaca Menurut Burns, dkk., dalam Rahim (2005: 12) proses membaca meliputi sembilan aspek, yaitu : a. Aspek sensori, Pada tahap ini anak belajar membedakan secara visual simbolsimbol grafis (huruf atau kata) yang digunakan untuk mempresentasikan bahasa lisan. b. Aspek perceptual, Anak mengenali rangkaian simbol tertulis, baik berupa kata, frasa atau kalimat kemudian memberi makna dengan menginterprestasikan teks yang dibacanya. c. Aspek urutan, kegiatan mengikuti rangkaian tulisan yang tersusun secara linear, yang umumnya tampil pada satu halaman dari kiri ke kanan atau dari atas ke bawah. d. Aspek pengalaman, Anak yang mempunyai pengalaman yang banyak akan mempunyai kesempatan luas dalam mengembangkan pemahaman kosa kata dan konsep yang dihadapi dalam membaca. 10 e. Aspek berpikir, Anak emmbuat simpulan berdasarkan isi yang terdapat dalam materi bacaan untuk dapat memahami bacaan. f. Aspek pembelajaran, Anak belajar membaca dalam kegiatan pembelajaran. g. Aspek asosiasi, Anak mengenal hubungan antara simbol dengan bunyi bahasa dan makna. h. Aspek afektif, Kegiatan memusatkan perhatian anak, membangkitkan kegemaran membaca dana menumbuhkan motivasi ketika sedang membaca. i. Aspek pemberian gagasan, Anak memberikan gagasan atau pendapat tentang teks yang telah mereka baca. Sedangkan menurut Harjasujana dalam (Somadayo, 2011:13-14), membaca pemahaman merupakan suatu proses yang aktif dan bukan merupakan proses yang pasif. Artinya seorang pembaca harus dengan aktif dan berusaha menangkap isi bacaan yang dibacanya. Proses membaca juga tidak selamanya identik dengan proses mengingat. Membaca bukan hafal kata demi kata atau kalimat demi kalimat yang terdapat dalam bacaan, yang lebih penting dalam proses membaca pemahaman adalah menangkap pesan, informasi, fakta, atau ide pokok bacaan dengan baik. Selanjutnya proses membaca juga dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1) Membca sebagai suatu proses psikologis, artinya kesiapan dan kemampuan membaca seseorang itu dipengaruhi serta berkaitan erat dengan faktor-faktor yang bersifat psikis, seperti motivasi, minat, latar belakang sosial ekonomi serta tingakat perkembangan dirinya, seperti intelegensi dan usia mental; 11 2) Membaca sebagai suatu proses sensoris, artinya proses membaca seseorang dimulai dari melihat, atau meraba, proses ini melalui indera penglihatan, mata maupun telinga sebagai indra pendengar, dan 3) Membaca sebagai suatu proses peseptual artinya proses ini mengandung stimulus sosial makna dan interpetasi berdasarkan pengalaman tentang stimulus serta respon yang menghubungkan makna dengan stimulus atau lambang. Dari pendapat para ahli diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa seorang pembaca harus mampu untuk berpikir secara sistimatis, logis, dan kreatif agar seorang pembaca harus dapat menilai bacaan melalui kemampuan berpikir kritis. 2.1.3 Pengertian Puisi Menurut Rifaffere, dalam (Pradopo, 2007 :32) puisi merupakan konvensi wujud yang selalu berubah-ubah sesuai dengan evolusi selera dan perubahan konsep dan estetiknya. Artinya , bahwa puisi itu karya estetis yang bermakna , bukan hanya kosong tanpa makna dan selalu mengalami perubahan, perkembangan, sepanjang tahun. Pendapat lain dikemukakan oleh Tocqueville dalam (Tirtawirya, 2003 :10) bahwa puisi ialah hal mencari dan melukiskan kebenaran , melainkan memuja kebenaran dan “Memberi Jiwa” suatu gambaran yang lebih indah. Dalam kamus besar bahasa Indonesia kontemporer (2001 :120) puisi adalah “keterangan kesustraan yang bentuk bait-bait sajak , seperti pantun , gurindam, 12 dan sebagainya” selanjutnya Tarigan dalam (Djojosuroto, 2005 :10) kata puisi bersal dari bahasa Yunani “poesis” yang berarti penciptaan. Menurut Waluyo, (2003: 10) mengatakan pengertian puisi adalah “karya sastra dengan bahasa yang didapatkan, dipersingkat, dan diberi irama dan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (Imajinatif)”. Kata-kata betul terpilih agar memiliki kekuatan pengucapan walaupun singkat atau padat, namun berkekuatan. Karena itu salah satu usaha penyair adalah memiliki persamaan bunyi (Irama) . kata-kata itu memiliki makna yang lebih luas dan banyak . karena itu , kata-kata dicarikan konotasi atau makna tambahannya dan dibuat bergaya dengan bahasa figurative. Dari pendapat para sastrawan di atas jelaslah bahwa penyair adalah orang menciptakan pengalaman atau pencipta pengalaman . oleh karena itu puisi merupakan ekspresi dari pengalaman imajinatif manusia pertama sekali yang kita peroleh saat membaca sebuah puisi adalah pengalaman. Semakin banyak orang membaca sebuah puisi semakin banyak pula pengalaman imajinatif . Dapat disimpulkan bahwa suatu pengungkapan secara implicit, sama dengan makna tersirat, dimana condong pada artinya konotatif, itulah sebabnya yang kita maksudkan dengan puisi. Contoh jenis puisi ada tiga macam, yakni (1) Puisi anak, (2) Puisi Remaja dan (3) Puisi orang dewasa 13 2.1.4 Bahasa dalam Puisi Bahasa/pilihan kata yang digunakan dalam puisi menurut Zulela (2012:34) umumnya lebih sederhana, tidak mengandung kata kias yang tinggi. Khusus pada puisi anak disampaikan dalam bahasa yang lebih sederhana dan pada umumnya belum menggunakan bahasa kias. Bahasa dalam puisi harus jelas, kuat, jitu dan menarik dan bersifat konotatif. Pengalaman penyair dalam bahasa puisinya haruslah meyakinkan pembacanya, seperti dikatakan oleh Caleridge dalam (Situmorang 2001 : 36) bahwa puisi sama dengan kata-kata terbaik dalam tata cara (aturan) oleh karena itu bahasa dalam puisi mengandung arti yang sangat berbeda dengan bahasa sehari-hari dimana tebaran kata yang digunakan merupakan hasil pengolahan dan ekspresi individual pengarangnya. Dari pendapat para ahli diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa bahasa dalam puisi lebih sederhana dengan kata-kata terbaik dalam aturan tata bahasa yang digunakan sehingga mudah dipahami oleh pembaca puisi maupun oleh si pendengar puisi yang dipentaskan. 2.1.5 Emosi dan Cara Mengemukakan Emosi Dalam Puisi a. Emosi dan Puisi Situmorang (2001:47) berpendapat bahwa “emosi benar-benar merupakan unsur yung utama dalam puisi yang membedakannya dalam wahana, yang lain” oleh karena itu istilah-istilah lain yang mengatakan hal-hal yang bersamaan dengan itu seperti kesengan,kegembiraan, ketampanan,kemulusan, atau inspirasi , merupakan hal-hal yang dikemukakan secara tradisional dalam puisi. 14 Dalam kehidupan yang nyata, emosi perasaan timbul oleh situasi konkrit yang aktual yang membangkitkan perasaan-perasaan cinta dan benci, hasrat dan keengganan. Emosi kadang-kadang menyenangkan,kadang-kadang mengerikan, cita dan harapan bersama-sama dengan perasaan kegembiraan, kekaguman dan keheranan adalah perasaan-perasaan yang menyebar dan merambat dari kegembiraan, yang menyenangkan kepada kebahagiaan yang mengagumkan. Oleh karena itu, emosi dalam puisi haruslah cocok dengan situasi yang dikemukakannya. b. Cara mengemukakan puisi Penyair seperti halnya musikus , mengembangkan efek emosinya dengan menggunakan kebiasaan-kebiasaan yang benar dan jiwa seninya yang utama. Kebisaan-kebiasaan ini diperoleh secara instinktif atau seperti biasa kita kenal dengan istilah-istilah seleksi, amplifikasi dan kompresi. Setiap unsur yang dikemukakan di atas depergunakan oleh penyair secara keseluruhan , sebab setiap unsur akan memberikan sumbangan yang langsung kepada penzahiran perasaan seseorang. 2.1.6 Aspek-Aspek Yang Dinilai Dalam Kemampuan Membaca Puisi Untuk menguji kemampuan siswa dalam membaca puisi, ada beberapa hal/aspek yang dinilai menurut Safari (1997:135) diantaranya: 1) Pemahaman isi/maksud puisi, 2) Peresapan dalam hati (seolah-olah milik si pendeklamasi sendiri); 3) Ketepatan ekspresi yang meliputi: Daya hafal, pengucapan, irama, batas sintaksis (batas perhentian/bernapas), mimik (dibuat-buat, dipaksakan dll), gerak-gerik. 15 Seorang pembaca puisi Menurut Yulianto (2008:32) sangatlah perlu mengetahui hal-hal yang menjadi aspek penilaian dalam membaca puisi. Aspek yang dinilai dalam membaca puisi meliputi aspek pelafalan, aspek intonasi (penekanan), aspek penghayatan/ekspresi. Berikut penjelasannya: a. Pelafalan Aspek pelafalan adalah hal yang sangat penting ketika membacakan puisi. Aspek ini meliputi tepat tidaknya dalam artikulasi, benar/tidaknya dalam pengucapan kata, dan lancar/tidaknya dalam membacakan puisi. b. Intonasi/Penekanan Pada aspek ini merupakan bagin terpenting ketika membacakan puisi. Aspek ini meliputi tinggi rendahnya nada suara sipembaca puisi sehingga para penikmat dapat memahami jenis puis yang dipentaskan. c. Penghayatan Pembaca puisi yang baik adalah ketika puisi yang dibacakannya mampu menyampaikan pesan yang terkandung dalam puisi dengan penuh penghayatan. Dari pendapat yang telah dikemukakan diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa penilaian ini adalah bentuknya sederhana sehingga dapat memudahkan bagi penilai dalam menilai kemampuan membaca puisi siswa yag dipentaskan. 2.1.7 Pengertian Media Menurut Djumarah (2010:120) kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “Medium”, yang secara harafiah berarti “perantara atau pengantar”. Dengan demikian, media merupakan wahana penyaluran informasi belajar atau penyalur pesan. (Hal senada di ungkapkan oleh 16 Blake dan Horalsen (dalam Dunggio, 2006:37), media dalah ”Saluran komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan antara sumber (pemberi pesan) dengan penerima pesan”. Menurut Hamidjojo (dalam Dunggio, 2006:37) media adalah “semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan untuk menyebar ide atau pendapat atau gagasan yang dikemukakan itu bisa sampai kepada penerima”. Selanjutnya Bila media adalah sumber belajar, maka secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Jadi dapat disimpulkan bahwa media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran 2.1.8 Macam-Macam Media Menurut Djumarah (2010:124) klasifikasi media: (1) Dilihat dari jenisnya, media dibagi ke dalam: (a) Media Auditif adalah media yang hanya menggunakan kemampuan suara saja, seperti radio, Kaset rekorder, dan peringan hitam. (b) Media Visual adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan seperti foto, gambar, atau lukisan. (c) Media audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. (2) Dilihat dari daya liputanya, media dibagi dalam: (a) Media dengan daya liputan luas dan serentak, (b) Media dengan daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat, (c) Media untuk pengajaran individual. (3) Dilihat dari bahan pembuatannya, media dibagi dalam: (a) Media Sederhana, media ini bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah, dan 17 penggunaannya tidak sulit. (b) Media Kompleks, media yang alat dan bahan pembuatannya sulit diperoleh serta harganya mahal. Dari jenis-jenis dan karakteristik medai sebagimana disebutkan diatas, kirannya patut menjadi perhatian dan pertimbangan bagi guru ketika akan memilih dan mempergunakan media dalam pengajaran. 2.1.9 Pengertian Media Audio Media audio menurut (Djamarah 2010:124) adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, cassette recorde, piringan hitam. Hal senada diungkapkan oleh Ashar 2006:122 Media audio adalah media untuk menyalurkan pesan audio dari sumber pesan ke penerima pesan. Media audio berkaitan erat dengan indra pendengaran.contoh media yang dapat dikelompokkan dalam media audio diantaranya : radio, tape recorder, telepon, laboratorium bahasa, dll. Sedangkan menurut (Setyosari dkk 2009:56) Media audio (media dengar) adalah media yang isinya hanya diterima melalui indra pendengar. Dengan kata lain, media jenis ini hanya melibatkan indra dengar dan memanipulasi unsur bunyi atau suara semata. Dari pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa media audio merupakan media yang disampaikan dengan menggunakan audio dan pendengar memanfaatkan indra pendengar sebagai penerima pesan. 2.1.10 Kelebihan dan kekurangan media Audio Seperti pada media pembelajarn yang lainnya media audio juga mempunyai kelebihan serta kekurangannya sebagaimana di ungkapkan oleh Rivai Berikut ini kelebihan dari media audio diantaranya: 1). Penyampaian pelajaran 18 menjadi lebih baku. Setiap pelajar yang mendengar penyajian melalui media audio menerima pesan yang sama. 2). Pengajaran bisa lebih menarik. Media dapat diasosiasikan sebagai penarik perhatian dan membuat siswa tetap terjaga dan memperhatikan. 3). Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan balik, dan penguatan. 4). Lama waktu pengajaran yang diperlukan dapat dipersingkat untuk mengantarkan pesan-pesan dan isi pelajaran dalam jumlah yang cukup banyak dan kemungkinannya dapat diserap oleh siswa. 5). Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan. Sedangkan kekurangan media audio diantaranya: 1) Memerlukan suatu pemusatan pada suatu pengalaman yang tetap dan tertentu, sehingga pengertiannya harus didapat dengan cara belajar khusus, 2) Media Audio yang menampilkan simbol digit dan analog dalam bentuk auditif adalah abstrak, sehingga pada hal – hal tertentu memerlukan bantuan pengalaman visual. 3) Karena abstrak, tingkatan pengertiannya hanya bisa dikontrol melalui tingkatan penguasaan pembendaharaan kata – kata atau bahasa, serta susunan kalimat. 4) Media ini hanya akan mampu melayani secara baik bagi mereka yang sudah mempunyai kemampuan dalam berfikir abstrak, 5) Penampilan melalui ungkapan perasaan atau symbol analog lainnya dalam bentuk suara harus disertai dengan perbendaharaan pengalaman analog tersebut pada si penerima. Bila tidak bisa maka akan terjadi kesalah pahaman. (2008:131-132) 19 2.2 Kajian Penelitian Yang Relevan Penelitian tentang Meningkatkan Kemampuan Siswa Membaca Puisi Melalui Media Audio Kelas III SDN 17 Bongomeme Kab. Gorontalo. Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yeni Mozin 2009, dengan judul “ Meningkatkan Kemampuan Siswa Membaca Puisi Di Kelas III Dengan Metode Demonstrasi SDN 1 Bongo Kecamatan Batudaa Pantai Kabupaten Gorontalo. Penelitian ini tidak sama karena penelitian yang dilakukan oleh peneliti meningkatkan kemampuan siswa membaca puisi melalui media audio, sedangkan penelitian sebelumnya meningkatkan kemampuan membaca puisi dengan menggunakan metode demonstrasi oleh Yeni Mozin. Di dalam laporan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yeni Mozin (2009), dinyatakan dengan penggunan metode demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan membaca puisi di kelas III SDN 1 Bongo Kec. Batudaa Pantai Kab Gorontalo. Hal tersebut terbukti dari hasil penelitian yang telah diujikan pada siklus I, nampak dari 18 orang jumlah siswa keseluruhan yang telah berhasil mencapai ketuntasan belajar 8 orang siswa atau 45 % belum memahami teknik membaca puisi dengan baik dan benar. Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus II mengalami peningkatan yaitu menjadi 15 orang atau 85 % siswa yang telah memahami teknik membaca puisi berupa pelafalan intonasi serta ekspresi dengan baik dan benar dengan demikian diperoleh bahwa proses kegiatan belajar mengajar telah berhasil. 20 2.3 Hipotesis Tindakan Berdasarkan latar belakang dan kajian teori yang telah dipaparkan sebelumnya, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah jika menggunakan media audio maka kemampuan siswa di kelas III SDN 17 Bongomeme akan meningkat. 2.4 Indikator Kinerja Yang menjadi inikator kinerja keberhasilan penelitian ini adalah Untuk kemampuan siswa dalam membaca puisi minimal 70 % dari 26 orang jumlah seluruh siswa yang dikenai tindakan. Hal ini di tunjukan oleh hasil capain siswa rata-rata memperoleh nilai minimal 70.