PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA UNTUK INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) pada TAHUN 2006 DI KALANGAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL (PSK) DI LOKASI PASAR KEMBANG YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh : Yulia Ratika Siwi NIM : 038114052 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PERSETIUUAN PEIVBTMBII{G EVALUASIKERASIONALAN PENCGUNAAN ANTTBTOTIKAIJNIT]K INFEKSIMENIJLARSETSUALgMS) p6dr TAEUN2006Dr KAI,ANGANPEKFIJA SEI<SKOMf,RSIAL(ISq DTII)X,{9I PASAR KEMBANGYOGYAI(ARIA NlM:038114052 \ q!^ d. LNio! Kusib!w.1i, M.K6. TogEEl : 22 Aguslus 2007 TueC : 22Aeuslus 2007 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EAI,AMAN Pf,NCESAEAN Pe.$3.1.n 6lci!.t B€.lud EVAIUASIKERASIONAI,ANPENGGTJNAANANTIBIOTN'AUNTTJI( IIIFEKSI MENULARSEI(SUAI,(IMS) Fd. TA{UN 2l|||5DI (AIAIIGAN PEKERJASEKSKOMERsIALIPSKIDI LOKASTPASAI KEMBANGYOGYAI(ARTA Yuli! Rltikr Si*i NrM:0381140J2 DlFbhubn di I'da& Pu nP.neujiSbp6i Ffiih rlmGi Unir6i|s Ssd Dh@a pdahggar: l3agrtu2c,07 dr_rr;m KBeib.*di, M.Kc. l. dr. Lmi&8 Kuvibaqdl, Ml(6. ,L Yo*f llijoyo, M.si., Apa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI HALAMAN PERSEMBAHAN Hanya percaya padaNya dan tidak ada yang tidak dapat kamu lakukan, terlebih berjalan di atas air.......... Dan tetap berpeganglah pada didikan, janganlah melepaskannya, peliharalah dia, karena dialah hidupmu (Amsal 4:13) KUPERSEMBAHKAN UNTUK: YESUS KRISTUS YANG SELALU ADA UNTUKKU MAMA DAN PAPA TERKASIH MBAK TYAS DAN MAS RONALDO TERKASIH KEKASIHKU WIWID SAHABAT-SAHABATKU ALMAMATERKU TERCINTA iv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PERNYATAINKEASLIANKARYA Say! Daylttke denge suggnhrt! bonwasknpsi'us sy! tulis ini tidat memurl k r,i .tau b.gid *FrE oms Lin, k€cu.li 'aDs tel.[ disbuucnddm lqfip.n du dln r pushkas€Sreaindalatdrto kary!ilmirh. Yo&Dker4 Aausru20o? PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PRAKATA Puji dan terima kasih untuk Tuhan Yesus atas berkat dan penyertaan yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul Evaluasi Kerasionalan Penggunaan Antibiotika untuk Infeksi Menular Seksual (IMS) pada Tahun 2006 di Kalangan Pekerja Seks Komersial di Pasar Kembang Yogyakarta. Selama pelaksanaan penelitian hingga penyusunan skripsi, penulis memperoleh banyak bantuan, dukungan, doa, dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada 1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta serta selaku dosen pembimbing dan dosen penguji yang telah memberikan bantuan berupa arahan, kritik, saran, dorongan serta selalu sabar dalam membimbing sehingga penelitian dan penyusunan skripsi ini dapat berjalan lancar. 2. Ibu dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes. selaku dosen pembimbing dan penguji yang selalu memberikan arahan, saran, kritik, dan dorongan serta selalu sabar dalam membimbing sehingga penelitian dan penyusunan skripsi ini dapat berjalan lancar. 3. Bapak Drs. Mulyono, Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritik yang bermanfaat bagi skripsi ini. 4. Bapak Yosef Wijoyo, M. Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritik yang bermanfaat bagi skripsi ini. vi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5. Papaku Endro Kismolo, S.T. terkasih atas ijin ke Pasar Kembang, atas dukungan, doa, dan biaya selama kuliah dan selama penelitian berlangsung hingga akhir penyusunan skripsi ini serta kasih, cinta, perhatian yang selalu tercurah setiap detiknya. 6. Mamaku Widhiati, B.Sc. terkasih yang telah melahirkan, mengajarkan serta memberikan doa, kasih, cinta, ijin, dan perhatian setiap detiknya hingga penulis mampu bertahan dalam hidup dan menyelesaikan skripsi ini. 7. Mbak Anugrahenny Sekrening Tyas, S.T. dan Mas Ronaldo Saragi S.T. yang selalu mendukung, mengajarkan, dan menanamkan prinsip untuk selalu berusaha dalam penyusunan skripsi dan menghargai setiap pemberian Tuhan. 8. Kekasihku Antonius Nugraha Widhi Pratama, S.Farm., Apt. yang saat ini berkarya di Atambua, untuk cinta, semangat, teguran, dan doa selama ini sehingga membuatku dapat berpikir untuk menjadi lebih dewasa. Terima kasih pula karena selalu menemaniku ke Pasar Kembang. 9. Sahabatku Irwan, Madya, Andreas, Vian, Budiarto, Punto, dan Hengky untuk semangat, keceriaan, olokan, pertemanan, dan membuat aku selalu menjadi paling cantik di antara kalian selam ini. 10. Sahabat wanitaku satu-satunya Vera untuk selalu menjadi teman dan saudara waktu senang dan susah serta perhatian dan dukungan melalui canda tawa dan SMS yang telah diberikan selama ini. 11. Mas Uut untuk komputerku yang tidak pernah rewel serta Nug, Risang, Ratih, dan Sukma yang selalu membuatku merasa sebagai kakak. vii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12. Teman-teman kelompok Praktikum C (Anin, Chika, Ratna, Komang, Eveline, Hartono, Madya, Titien, Devi, Indu, Punto, Esti, Budiarto, Tata, Vian, Rosa, Maria, Ratih) atas canda tawa, suka duka selama ini serta dukungan dan keakraban yang selalu terpancar baik saat kita bersama maupun berpisah. 13. Mbak Severina (Ririn) dan Yoga (Kobo) untuk data kuisioner dan wawancara sehingga skripsi ini menjadi ada saat ini, 14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritika dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca. Yogyakarta, Agustus 2007 Penulis viii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ iii HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................................v PRAKATA............................................................................................................. vi DAFTAR ISI.......................................................................................................... ix DAFTAR TABEL................................................................................................ xiii DAFTAR GAMBAR .............................................................................................xv DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... xviii INTISARI............................................................................................................. xix ABSTRACT.............................................................................................................xx BAB I. PENGANTAR .............................................................................................1 A. Latar Belakang ...................................................................................................1 1. Perumusan Masalah .......................................................................................2 2. Keaslian Penelitian.........................................................................................2 3. Manfaat Penelitian .........................................................................................3 B. Tujuan Penelitian.................................................................................................3 BAB II. PENELAAH PUSTAKA ...........................................................................5 A. Antibiotika .........................................................................................................5 1. Definisi...........................................................................................................5 ix PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. Penggolongan.................................................................................................5 3. Resistensi .......................................................................................................7 B. Infeksi Menular Seksual.....................................................................................9 1. Definisi...........................................................................................................9 2. Jenis..............................................................................................................10 C. Prinsip Terapi Antibiotika yang Rasional ........................................................17 1. Terapi yang rasional.....................................................................................17 2. Pemilihan dan penggunaan antibiotika yang rasional..................................19 D. Antibiotika Untuk Pengobatan IMS.................................................................21 1. Pengobatan infeksi gonore ...........................................................................21 2. Pengobatan infeksi klamidia ........................................................................22 3. Pengobatan infeksi sifilis .............................................................................23 4. Pengobatan infeksi herpes............................................................................24 5. Pengobatan infeksi trikomoniasis ................................................................25 E. Drug Therapy Problems...................................................................................26 1. Definisi Drug Therapy Problems.................................................................26 2. Kategori Drug Therapy Problems................................................................27 F. Keterangan Empiris..........................................................................................30 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .............................................................31 A. Jenis dan rancangan Penelitian.........................................................................31 B. Definisi operasional .........................................................................................31 C. Subjek Penelitian..............................................................................................32 D. Metode Penelitian ............................................................................................33 x PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI E. Tata Cara Penelitian .........................................................................................34 F. Analisis Data Penelitian ...................................................................................34 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................35 A. Profil Pengetahuan PSK tentang IMS dan Antibiotika ....................................35 1. Pengetahuan IMS .........................................................................................35 2. Pengetahuan antibiotika ...............................................................................41 3. Pengetahuan aturan pakai antibiotika...........................................................44 4. Pengetahuan efek samping antibiotika.........................................................48 5. Pengetahuan resistensi antibiotika ...............................................................51 B. Pola Pemilihan dan Penggunaan Antibiotika...................................................53 1.Pola pemilihan dan penggunaan antibiotika PSK di Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006 .................................................................................53 2. Kepatuhan PSK terhadap aturan pakai antibiotika.......................................55 3. Tindakan mengganti obat.............................................................................58 C. Perbandingan Pola Penggunaan Antibiotika tahun 2002, tahun 2005, dan tahun 2006 .................................................................................................62 D. Evaluasi Kerasionalan Pemilihan dan Penggunaan Antibiotika (Drug Therapy Problems) ................................................................................63 1. Unnecessary drug therapy .......................................................................... 63 2. Dosage too low........................................................................................... 64 3. Ineffective drug therapy ............................................................................. 65 4. Noncompliance .......................................................................................... 65 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................67 xi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI A. Kesimpulan ......................................................................................................67 B. Saran ................................................................................................................68 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................69 LAMPIRAN...........................................................................................................72 xii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR TABEL Halaman Tabel I. Kondisi klinis infeksi gonore.................................................................11 Tabel II. Kondisi klinis infeksi klamidia..............................................................13 Tabel III. Kondisi klinis infeksi sifilis ..................................................................14 Tabel IV. Kondisi klinis infeksi trikomoniasis .....................................................17 Tabel V. Pengobatan infeksi gonore ....................................................................21 Tabel VI. Pengobatan infeksi klamidia.................................................................23 Tabel VII. Pengobatan infeksi sifilis.......................................................................24 Tabel VIII. Pengobatan infeksi herpes.....................................................................25 Tabel IX. Pengobatan infeksi trikomoniasis ..........................................................26 Tabel X. Pengetahuan PSK tentang IMS di Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006.......................................................................................................36 Tabel XI. Pernah tidaknya PSK di Pasar Kembang mengalami IMS pada tahun 2006.......................................................................................................38 Tabel XII. Pengetahuan PSK tentang antibiotika di Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006.............................................................................................41 Tabel XIII. Pengetahuan PSK di Pasar Kembang tentang aturan pakai antibiotika tahun 2006.............................................................................................46 Tabel XIV. Pernah tidaknya di Pasar Kembang merasakan efek samping antibiotika pada tahun 2006 ..................................................................49 Tabel XV. Pengetahuan PSK di Pasar Kembang tentang resistensi antibiotika tahun 2006.............................................................................................51 xiii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel XVI. Terapi IMS pada PSK di Klinik Griya Lentera Yogyakarta tahun 2006....................................................................................................54 Tabel XVII. Profil pemilihan dan penggunaan antibiotika oleh PSK di Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006......................................................55 Tabel XVIII. Kepatuhan PSK terhadap aturan pakai antibiotika.............................56 Tabel XIX. Tindakan PSK untuk mengganti antibiotika .......................................58 Tabel XX. Perbandingan antibiotika yang digunakan PSK pada tahun 2002, tahun 2005, dan tahun 2006 di Pasar Kembang Yogyakarta .............61 xiv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Pengetahuan IMS berdasarkan profil umur PSK di Pasar Kembang tahun 2006.............................................................................................37 Gambar 2. Pengetahuan IMS berdasarkan profil lama kerja PSK di Pasar Kembang tahun 2006 ...............................................................................37 Gambar 3. Pengetahuan IMS berdasarkan profil lama kerja PSK di Pasar Kembang tahun 2006 ...............................................................................38 Gambar 4. Pernah tidaknya PSK di Pasar Kembang mengalami IMS ditinjau dari umur pada tahun 2006..............................................................................40 Gambar 5. Pernah tidaknya PSK di Pasar Kembang mengalami IMS ditinjau dari lama kerja pada tahun 2006......................................................................40 Gambar 6. Pernah tidaknya PSK di Pasar Kembang mengalami IMS ditinjau dari tingkat pendidikan pada tahun 2006 ........................................................41 Gambar 7. Pengetahuan antibiotika berdasarkan profil umur PSK di Pasar Kembang tahun 2006 ...............................................................................43 Gambar 8. Pengetahuan antibiotika berdasarkan profil lama kerja PSK di Pasar Kembang tahun 2006 ...............................................................................44 Gambar 9. Pengetahuan antibiotika berdasarkan profil tingkat pendidikan PSK di Pasar Kembang tahun 2006......................................................................44 Gambar 10. Pengetahuan aturan pakai antibiotika berdasarkan profil umur PSK di Pasar Kembang tahun 2006......................................................................47 xv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Gambar 11. Pengetahuan aturan pakai antibiotika berdasarkan profil lama kerja PSK di Pasar Kembang tahun 2006 ......................................................47 Gambar 12. Pengetahuan aturan pakai antibiotika berdasarkan profil tingkat pendidikan PSK di Pasar Kembang tahun 2006 ...................................48 Gambar 13. Pernah tidaknya PSK di Pasar Kembang mengalami efek samping antibiotika ditinjau dari umur pada tahun 2006 ....................................50 Gambar 14. Pernah tidaknya PSK di Pasar Kembang mengalami efek samping antibiotika ditinjau dari lama kerja pada tahun 2006 ............................50 Gambar 15. Pernah tidaknya PSK di Pasar Kembang mengalami efek samping antibiotika ditinjau dari tingkat pendidikan pada tahun 2006...............50 Gambar 16. Pengetahuan PSK di Pasar Kembang tentang resistensi berdasarkan profil umur pada tahun 2006 .................................................................52 Gambar 17. Pengetahuan PSK di Pasar Kembang tentang resistensi berdasarkan profil lama kerja pada tahun 2006.........................................................53 Gambar 18. Pengetahuan PSK di Pasar Kembang tentang resistensi berdasarkan profil tingkat pendidikan pada tahun 2006............................................53 Gambar 19. Prevalensi kasus IMS di Pasar Kembang tahun 2006 ............................54 Gambar 20. Kepatuhan PSK terhadap aturan pakai antibiotika di Pasar Kembang berdasarkan profil umur pada tahun 2006.............................................57 Gambar 21. Kepatuhan PSK terhadap aturan pakai antibiotika di Pasar Kembang berdasarkan profil lama kerja pada tahun 2006 ....................................57 Gambar 22. Kepatuhan PSK terhadap aturan pakai antibiotika di Pasar Kembang berdasarkan profil tingkat pendidikan pada tahun 2006 .......................58 xvi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Gambar 23. Tindakan PSK di Pasar Kembang untuk mengganti antibiotika berdasarkan profil umur pada tahun 2006..........................................60 Gambar 24. Tindakan PSK di Pasar Kembang untuk mengganti antibiotika berdasarkan profil lama kerja pada tahun 2006 .................................60 Gambar 25. Tindakan PSK di Pasar Kembang untuk mengganti antibiotika berdasarkan profil tingkat pendidikan pada tahun 2006 ....................60 xvii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lembar kuisioner...................................................................................72 Lampiran 2. Hasil rekap kuisioner .............................................................................73 Lampiran 3. Daftar terminologi medik ......................................................................74 Lampiran 4. Hasil wawancara terstruktur ..................................................................78 xviii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI INTISARI Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan infeksi yang disebabkan oleh patogen (bakteri, virus, atau jamur) dan ditularkan melalui berhubungan seksual. Pekerja Seks Komersial (PSK) wanita merupakan representasi dari kelompok yang berisiko tinggi terhadap IMS karena menuntut untuk berhubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan. Dari penelitian Putranto (2002) dan Sutama (2005) menunjukkan PSK menggunakan antibiotika dengan alasan mencegah IMS dan penggunaan antibiotika tidak rasional. Pemakaian antibiotika yang tidak rasional dapat menimbulkan terjadinya resistensi mikroorganisme terhadap antibiotika yang digunakan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui profil pengetahuan PSK tentang IMS dan antibiotika; mengetahui pola pemilihan dan penggunaan antibiotika pada tahun 2006; membandingkan pola penggunaan antibiotika yang digunakan pada tahun 2002, 2005, dan 2006; serta mengetahui kerasionalan dan Drug Therapy Problems yang berkaitan dengan penggunaan antibiotika di kalangan PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta. Penelitian ini termasuk penelitian jenis non eksperimental. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan survei epidemiologi deskriptif. Metode penelitian dengan metode kuisioner dan wawancara. Data yang diperoleh dianalisis dengan perhitungan prosentase berdasarkan variabel yang ingin diketahui. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa profil pengetahuan PSK tentang IMS (84,3%) dan antibiotika (90,2%) sudah tinggi. Pola pemilihan dan penggunaan antibiotika oleh PSK pada tahun 2006 ampisilin (40%), amoksisilin (30%), dan tetrasiklin (30%). Pola pemilihan dan penggunaan pada tahun 2002, tahun 2005 dan tahun 2006 tidak berbeda. Penggunaan antibiotika oleh PSK belum rasional dengan Drug Therapy Problems yang terjadi adalah Unnecessary drug (menggunakan antibiotika setiap hari), Ineffective drug (antibiotika digunakan untuk mengobati pegal-pegal), Dosage too low (antibiotika tidak dihabiskan sebelum waktunya), dan Noncompliance (tidak mematuhi aturan pakai). Kata Kunci : antibiotika, Drug Therapy Problems, Infeksi Menular Seksual (IMS), Pekerja Seks Komersial (PSK) xix PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Sexually Transmitted Infections (STIs) are transmitted is through sexual contact. STIs can be caused by mainly bacteria, viruses, or protozoa. The women sex workers have the highest risk to be infected STIs. From Putranto (2002) and Sutama (2005) researches, the usage of antibiotics were not rational, the aim of use of antibiotic was for preventing STIs. Non-rational use of antibiotic rose the antibiotic-resistant bacteria. A research has been done to observe the women sex worker’s knowledge profile about STIs and antibiotic; the pattern of selection and usage in year 2006; to compare the use of antibiotics in the researching year 2002, 2005, and 2006; to evaluate the rationality and Drug Therapy Problems (DTP) of antibiotics used among women sex workers in Pasar Kembang Yogyakarta. The research was non-experimental research using the descriptive epidemiologic survey. The data were obtained using interview and quistioner method. The result showed that women sex worker’s knowledge score 84,3% for sexual transmitted infections and 90,2% for antibiotics. Antibiotics used in year 2006 are ampicillin (40%), amoxicillin (30%), and tetracyclin (30%). There were no differences of the antibiotics in year 2002, 2005, and 2006. Some identified DTP were unnecessary, ineffective, dosage too low, and non-compliance were antibiotics usage. Keywords: antibiotics, Drug Therapy Problems (DTP), Sexual Transmitted Infections (STIs), women sex worker xx PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri, jamur, atau virus dan sangat mudah ditularkan dengan berhubungan seksual baik melalui oral, anal, atau melewati vagina. Infeksi Menular Seksual kebanyakan disebabkan oleh karena bakteri, jamur, atau virus dan jika tidak diobati atau mendapat penanganan yang tidak tepat maka infeksi ini akan sulit disembuhkan bahkan dapat menimbulkan kematian. Infeksi Menular Seksual yang tidak diobati dengan benar berisiko mudah terinfeksi virus HIV yang nantinya dapat menjadi AIDS. Jika sudah terkena AIDS maka akan sangat mudah tertular penyakit lain karena AIDS menurunkan sistem kekebalan tubuh. Pekerja seks komersial perempuan merupakan representasi dari kelompok yang memiliki risiko tinggi terhadap IMS karena pekerjaan yang menuntut untuk berhubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan. Di Klinik Griya Lentera (GL) (2006) menyatakan angka prevalensi IMS gonore (GO) (47%) paling tinggi. Pekerja seks komersial yang menjadi subjek penelitian kali ini di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sutama (2005) menunjukkan sebagian besar PSK menggunakan antibiotika dengan alasan untuk mencegah IMS. Antibiotika yang digunakan pada tahun 2005 adalah amoksisilin, ampisilin, dan tetrasiklin. Sebagian dari PSK tersebut mengobati penyakitnya dengan menggunakan antibiotika tanpa memeriksakan ke dokter. Penggunaan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2 antibiotika yang tidak mengikuti aturan pakai dapat disebabkan kurangnya pengetahuan mereka sehingga antibiotika yang digunakan kadang tidak sesuai dengan sakit yang dialaminya. Penggunaan antibiotika yang salah baik pada sasaran bakteri atau virus dan pada aturan pakai (dosis) dapat menyebabkan sensitifitas obat terhadap bakteri menjadi berkurang bahkan tidak ada. Dengan kata lain, agen penginfeksi (bakteri) dapat menjadi resisten. 1. Perumusan Masalah Perumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut: a. seperti apakah profil pengetahuan PSK di Pasar Kembang Yogyakarta tentang IMS dan antibiotika pada tahun 2006? b. seperti apakah pola pemilihan dan penggunaan antibiotika yang digunakan oleh PSK di lokalisasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006 untuk terapi IMS? c. bagaimana perbandingan pola pemilihan dan penggunaan antibiotika untuk terapi IMS yang digunakan pada tahun 2006 dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sutama (2005) dan Putranto (2002)? d. apakah antibiotika untuk terapi IMS yang diberikan rasional dan Drug Therapy Problems apa saja yang terjadi dalam penggunaan antibiotika tersebut? 2. Keaslian Penelitian Penelitian seperti ini pernah dilakukan oleh, Putranto (2002) dan Sutama (2005) yang mengkaji tentang penggunaan antibiotika di kalangan PSK di Pasar Kembang Yogyakarta. Penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3 hal tahun, bulan, dan waktu pelaksanaan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui profil antibiotika, mengetahui perbandingan pola penggunaan antibiotika yang digunakan pada tahun 2006, tahun 2005, dan tahun 2002, serta mengetahui Drug Therapy Problems yang berkaitan dengan pemilihan dan penggunaan antibiotika dalam terapi IMS di kalangan PSK di lokalisasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006. 3. Manfaat penelitian a. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan dan meningkatkan pengetahuan dalam hal pemilihan dan penggunaan antibiotika untuk terapi IMS. b. Manfaat praktis 1) Hasil penelitian yang diperoleh dapat digunakan sebagai acuan bagi pihak terkait dalam menggunakan antibiotika sehingga penggunaan antibiotika tidak menimbulkan Drug Therapy Problems. 2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan pihak-pihak yang terkait dalam menangani masalah penyakit IMS sehingga diharapkan dapat mencegah dan mengurangi penyebaran penyakit IMS. B. Tujuan 1. Tujuan umum Penelitian ini mempunyai tujuan mengkaji penggunaan antibiotika di kalangan PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4 2. Tujuan khusus Penelitian ini bertujuan sebagai berikut: a. mengetahui profil pengetahuan PSK di Pasar Kembang Yogyakarta tentang IMS dan antibiotika tahun 2006. b. mengetahui pola pemilihan dan penggunaan antibiotika yang digunakan oleh PSK di lokalisasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006 untuk terapi IMS. c. membandingkan pola penggunaan antibiotika untuk terapi IMS yang digunakan pada tahun 2006 dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sutama tahun 2005 dan Putranto tahun 2002. d. Mengetahui kerasionalan penggunaan antibiotika untuk terapi IMS dan Drug Therapy Problems yang terjadi dalam penggunaan antibiotika tersebut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5 BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Antibiotika 1. Definisi Pada awalnya antibiotika adalah substansi yang dihasilkan mikroorganisme (bakteri, jamur) yang mampu menghambat pertumbuhan bahkan membunuh mikroorganisme lain (Lullman, Klaus, Ziegler dan Bieger, 2000). Akan tetapi, saat ini yang disebut antibiotika termasuk juga antibakteri sintetis seperti sulfonamida (Chambers dan Sande, 1996). Antibiotika harus efektif menghambat atau membunuh mikroorganisme lain pada konsentrasi yang tidak berbahaya bagi manusia atau hewan (Mutschler dan Derendorf, 1995). Menurut Jawetz (2001) antibiotika yang ideal harus mempunyai toksisitas selektif. Hal ini menunjukkan bahwa antibiotika toksik bagi sel parasit, tetapi tidak (terlalu) toksik bagi sel hospes (Neal, 1985). Kadang toksisitas selektif lebih bersifat relatif daripada absolut; hal ini dimaksudkan bahwa antibiotika pada konsentrasi yang ditoleransi oleh hospes mungkin berbahaya bagi mikroorganisme yang menginfeksi (Jawetz, 2001). 2. Penggolongan a. Berdasarkan mekanisme kerja Tidak semua mekanisme aksi sebagian besar antibiotika menurut Jawetz (2001) dapat dipahami. Akan tetapi, mekanisme kerja tersebut dapat dibagi menjadi empat mekanisme kerja utama, yaitu: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6 1) antibiotika yang menginhibisi sintesis dinding sel (contoh: penisilin, sefalosporin, dan vankomisin); 2) antibiotika yang menginhibisi/ merusak fungsi permeabilitas membran sel (contoh: amfoterisin, polimiksin, dan colistin); 3) antibiotika yang menginhibisi sintesis protein (contoh: tetrasiklin, kloramfenikol, dan eritromisin); 4) Antibiotika yang menginhibisi sintesis asam nukleat (contoh: rifampin, quinolon, dan sulfonamida). b. Berdasarkan tipe efek Dengan melihat efek antibiotika, secara in vitro efek antibiotika dapat dibedakan menjadi dua yaitu efek bakteriostatik dan efek bakterisidal (Lullman dkk, 2000). Antibiotika dikatakan berefek bakteriostatik jika antibiotika menginhibisi pertumbuhan mikroorganisme tanpa membunuh mikroorganisme tersebut. Menurut Mutschler dan Derendorf (1995) antibiotika yang bersifat bakteriostatik adalah antibiotika yang menghambat biosintesis protein. Contoh antibiotika yang bersifat bakteriostatik adalah tetrasiklin, kloramfenikol, dan eritromisin (Walker dan Edwards, 1999). Antibiotika mempunyai efek bakterisidal jika antibiotika mampu membunuh mikroorganisme. Menurut Mutschler dan Derendorf (1995), antibiotika bersifat bakterisidal jika antibiotika merusak dinding sel atau merusak permeabilitas membran sel. Contoh antibiotika bakterisidal adalah penisilin, aminoglikosida, dan sefalosporin (Walker dan Edwards, 1999). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7 c. Berdasarkan spektrum aktivitas Menurut Mutschler dan Derendorf (1995) spektrum aktivitas menunjukkan kisaran seberapa banyak jenis mikroorganisme yang dibunuh/dirusak oleh antibiotika di tempat infeksi dalam tubuh manusia secara in vitro. Berdasarkan spektrum aktivitas, antibiotika dibagi menjadi antibiotika yang berspektrum luas (broad-spectrum) dan antibiotika berspektrum sempit (narrow-spectrum) (Snyder dan Finch, 1990). Antibiotika berspektrum sempit merupakan antibiotika yang hanya mampu merusak Gram-positif atau Gram-negatif saja. Penisilin G merupakan antibiotika berspektrum sempit karena sangat efektif/mampu melawan bakteri Gram-positif. Antibiotika berspektrum luas merupakan antibiotika yang mampu merusak Grampositif dan Gram-negatif. Contoh antibiotika berspektrum luas adalah tetrasiklin dan kloramfenikol (Snyder dan Finch, 1990). 3. Resistensi antibiotika a. Jenis resistensi Mikroorganisme dikatakan resisten jika Konsentrasi Inhibitor Minimum (KIM) antibiotika lebih tinggi daripada konsentrasi tertinggi yang dicapai secara in vivo (konsentrasi yang tidak toksik) dalam serum atau jaringan (Mutschler dan Derendorf, 1995). Resistensi bakteri terhadap antibiotika terus-menerus berubah dan dapat menjadi masalah klinis yang serius (Walker dan Edwards, 1999). Menurut Mutschler dan Derendorf (1995), resistensi terbagi menjadi tiga yaitu resistensi alami, resistensi primer, dan resistensi sekunder. Dengan adanya resistensi alami, semua mikroorganisme dalam spesies tertentu tidak dapat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8 dilawan oleh antibiotika (contoh: Pseudomonas aeruginosa tidak dapat dilawan oleh benzilpenisilin). Resistensi primer terjadi jika beberapa strain tertentu pada spesies sebenarnya sudah resisten ketika diberikan antibiotika (contoh: E. coli tidak mudah dirusak oleh tetrasiklin). Resistensi sekunder dapat disebabkan oleh mutasi spontan yang terjadi pada pemberian antibiotika pertama kali. Resistensi sekuder disebut juga resistensi yang diperoleh (acquired resistance) (Mutschler dan Derendorf, 1995). Berdasarkan tahapan dan kecepatan resistensi, resistensi sekunder terbagi menjadi resistensi satu langkah (one step) dan resistensi bertahap (multiple step). Resistensi one step terjadi secara cepat atau setelah pemberian sebanyak satu sampai empat kali antibiotika secara in vitro. Resistensi multiple step terjadi secara perlahan dan bertahap; beberapa tahapan mutasi penting menjadi manifestasi resistensi (Mutschler dan Derendorf, 1995). b. Mekanisme resistensi Menurut Chambers dan Sande (1996), agar menjadi efektif antibiotika harus dapat mencapai target dan berikatan dengan target tersebut. Bakteri dapat menjadi resisten terhadap antibiotika karena (1) obat gagal mencapai target; (2) obat inaktif; atau (3) target berubah. Jawetz (2001) memaparkan adanya beberapa mekanisme berbeda yang ditunjukkan oleh bakteri untuk menjadi resisten terhadap antibiotika. (1) Bakteri memproduksi enzim perusak obat yang aktif. Contoh: Staphylococcus resisten terhadap penisilin G dengan cara memproduksi enzim β-laktamase yang dapat merusak obat tersebut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9 (2) Bakteri mengubah permeabilitas terhadap antibiotika. Contoh: Streptococcus mempunyai barier permeabilitas alami terhadap aminoglikosida. Sebagian dari masalah ini dapat diatasi dengan adanya obat yang aktif terhadap dinding sel misalnya, penisilin. (3) Bakteri mengubah struktur target obat. Contoh: resistensi terhadap beberapa penisilin dan sefalosporin bisa jadi merupakan suatu fungsi terhadap hilangnya atau berubahnya Penicilin Binding Protein (PBP). (4) Mikroorganisme merubah jalur sintesis metabolit yang menjadi jalan pintas terhadap reaksi yang diinhibisi oleh obat. Contoh: beberapa bakteri yang resisten terhadap sulfonamid tidak memerlukan asam p-aminobenzoat (PABA) ekstraseluler, tetapi seperti sel mamalia, dapat memanfaatkan asam folat. (5) Mikroorganisme mengubah enzim yang masih dapat menunjukkan fungsi metabolismenya, dimana enzim tersebut kurang dipengaruhi oleh obat. Contoh: pada bakteri resisten terhadap trimetoprim, asam hidrofolat reduktase menginhibisi lebih kurang efektif daripada bakteri yang peka terhadap trimetoprim. B. Infeksi Menular Seksual 1. Definisi Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah infeksi yang disebabkan oleh patogen yang disebarkan hubungan seksual (oral, anal, atau vaginal) (Knodel, 2001). Beberapa IMS menjadi masalah serius ketika IMS terjadi bersamaan dengan infeksi neonatal atau perinatal. Kebanyakan infeksi neonatal diperoleh saat lahir, setelah bayi melewati serviks atau vagina yang terinfeksi. Manifestasi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10 infeksi neonatal dapat terjadi di berbagai tempat, menyebabkan tingkat morbiditas yang tinggi, dan beberapa kasus menyebabkan kematian bayi (Knodel, 2001). 2. Jenis Infeksi Menular Seksual mencakup infeksi yang berupa gonore (GO), klamidia, herpes, sifilis, kankroid; termasuk semua patogen yang disebarkan melalui hubungan seksual. Infeksi ini bersifat individual karena manifestasi klinik, perubahan kemampuan obat untuk menyerang beberapa patogen, dan frekuensi komplikasi IMS yang tinggi secara bersamaan menyebabkan diagnosis dan manajemen terapi pasien yang terkena IMS sangat kompleks. Bermacammacam spektrum sindrom secara klinis yang dihasilkan oleh IMS ditentukan tidak hanya oleh etiologi (patogen), tetapi juga dibedakan pada anatomi wanita dan pria, serta fisiologi reproduksi (Knodel, 2001). a. Infeksi gonore (GO) Neisseria gonorrhoeae adalah diplokokus gram-negatif diperkirakan sebagai penyebab IMS GO. Gonokokus menyerang selaput lendir genital, saluran kencing, mata, rektum, dan tenggorokan, mengakibatkan supurasi akut yang dapat menyebabkan invasi jaringan; hal ini diikuti oleh peradangan kronis dan fibrosis. Pada pria biasa terdapat uretritis, dengan nanah berwarna kekuningan dan nyeri pada saat kencing. Pada wanita, infeksi primer terjadi di endoserviks dan meluas ke uretra dan vagina, mengakibatkan sekret mukopurulen (Jawetz, 2001). Infeksi GO mempunyai masa inkubasi yang cepat dan kebanyakan infeksi bersifat asimptomatik sehingga IMS GO sulit untuk dikontrol (Knodel, 2001). Kondisi klinis infeksi GO diperlihatkan dalam tabel I. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11 Tabel I. Kondisi klinis infeksi GO (Knodel, 2001) Umum Tempat infeksi Pria Masa inkubasi 1-14 hari Onset gejala 2-8 hari Sebagian besar di uretra, kadang di rektum (sexual intercourse pada pria dengan pria), orofaring, dan mata Gejala Bersifat asimptomatik atau sedikit simptomatik. Pada infeksi uretra terjadi disuria. Pada infeksi anorektal, asimptomatik atau sedikit nyeri pada rektal. Pada infeksi faringeal, asimptomatik sampai sedikit faringitis Tanda Muncul nanah pada uretra atau rektum; Pada anorektal terasa gatal, terdapat mukus dan nanah (mucopurulent), pendarahan. Jarang terjadi (epididimitis, prostatitis, limfadenopati pada selangkang (inguinal lymphadenopathy), penyempitan pada saluran uretra (urethral stricture); disseminated gonorrhea Komplikasi Wanita Masa inkubasi 1-14 hari Onset gejala 10 hari Sebagian besar di kanal endoservik, kadang di uretra, rektum (biasanya kontaminasi perianal), orofaring, dan mata Bersifat asimptomatik atau sedikit simptomatik. Pada infeksi endocervik, asimptomatik atau sedikit simptomatik (nyeri). Pada infeksi uretra terjadi disuria. Pada infeksi anorektal dan faring, gejala seperti pada pria. Pengeluaran cairan vagina yang abnormal atau pendarahan pada uterus; gatal pada uretra atau rektum. Inflamasi pada pelvis dan komplikasi (kehamilan ektopik, infertilitas); disseminated gonorrhea (tiga kali lebih sering terjadi daripada pria). Sejak awal tahun 1980 hingga 1990, di Amerika Serikat peristiwa terjadinya IMS GO tampak berkurang. Faktor risiko IMS gonore sebagian besar adalah berganti pasangan seksual (terutama pasangan gay dan pria biseksual), pada infeksi HIV, dan kebanyakan kasus ditemui pada wanita. Akan tetapi, penyebab IMS GO terbesar adalah umur belasan dan remaja/dewasa yang aktif melakukan hubungan seksual. Faktor risiko terjadinya IMS GO lainnya adalah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12 status sosial ekonomi, daerah urban, dan riwayat terinfeksi gonore serta IMS yang lain (Koneman, Allen, dan Janda, 1997). b. Infeksi klamidia Knodel (2001) memaparkan IMS klamidia merupakan infeksi yang paling banyak terjadi di Amerika Serikat. Infeksi klamidia terjadi bersamaan dengan infeksi GO sehingga jika seseorang didiagnosis terinfeksi GO sangat dimungkinkan terinfeksi klamidia juga. Wanita berumur 20-25 tahun, aktif berhubungan seksual, dan sering berganti pasangan seksual harus diawasi dengan rutin terhadap infeksi klamidia. Chlamydia trachomatis penyebab infeksi klamidia merupakan parasit obligat intraseluler yang berbentuk seperti virus dan bakteri. Seperti virus, klamidia membutuhkan material seluler hospes untuk replikasi. Seperti bakteri (Gram-negatif), klamidia kekurangan peptidoglikan pada dinding sel (Knodel, 2001), tidak memiliki mekanisme untuk menghasilkan energi metabolisme, dan tidak dapat menghasilkan Adenosin Tri Phospat (ATP) (Jawetz, 2001). Dibandingkan dengan IMS GO, IMS klamidia lebih bersifat asimptomatik dan jika muncul, gejala tidak akan terlalu nampak. Pengeluaran cairan dari saluran kencing (urethral discharge) biasanya kurang banyak dan lebih banyak mukosa atau air daripada saat terinfeksi gonore (Knodel, 2001). Pada wanita, infeksi lebih sering asimptomatik atau gejala simptomatik sangat minimal, jika terlambat/ tidak diterapi infeksi akan berkembang menjadi infeksi atau inflamasi pada pelvis, dan menyertai komplikasi seperti kehamilan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13 ektopik dan infertilitas (Knodel, 2001). Kondisi klinis infeksi klamidia dapat dilihat pada tabel II. Tabel II. Kondisi klinis infeksi klamidia (Knodel, 2001) Umum Tempat infeksi Pria Masa inkubasi sampai 35 hari Onset gejala 7-21 hari Sebagian besar di uretra, kadang di rektum (akibat intercourse anal), orofaring, dan mata Gejala Sebanyak 50% infeksi di uretra dan rektum asimptomatik. Pada infeksi uretra terjadi disuria. Pada infeksi faringeal, asimptomatik sampai sedikit faringitis Tanda Jarang terjadi, pengeluaran cairan seperti mukus hingga pengeluaran nanah (purulent) pada rektum atau uretra Epididimitis, Reiter’s syndrom (jarang terjadi). Komplikasi Wanita Masa inkubasi 7-35 hari Onset gejala 7-21 hari Sebagian besar di kanal endoservik, kadang di uretra, rektum (biasanya kontaminasi perianal), orofaring, dan mata Sebanyak 66% di kanal endoserviks bersifat asimptomatik. Pada infeksi uretra terjadi disuria Pada infeksi faringeal dan rektum, gejala mirip dengan pria. Pengeluaran cairan vagina yang abnormal atau pendarahan pada uterus; gatal pada uretra atau rektum. Inflamasi pada pelvis dan komplikasi (kehamilan ektopik, infertilitas); Reiter’s syndrom (jarang terjadi). c. Infeksi sifilis Sifilis biasa didapat dari hubungan seksual yang kontak langsung dengan membran mukosa yang terinfeksi atau lesi pada kutan (Knodel, 2001). Sifilis dapat disebabkan tanpa melalui hubungan seksual misalnya, jarum suntik atau transfusi darah yang mengandung spiroketa (Koneman dkk, 1997). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14 Treponema pallidum, golongan spiroketa yang merupakan bakteri gramnegatif berbentuk spiral, panjang, tipis, bergulung secara heliks (Jawetz, 2001) merupakan organisme penyebab infeksi sifilis (Knodel, 2001). Risiko terinfeksi sifilis dari berhubungan seksual sekitar 50-60% (Knodel, 2001), prostitusi dan penyalahgunaan kokain merupakan faktor risiko utama penyebab infeksi sifilis (Koneman dkk, 1997). Tabel III. Kondisi klinis infeksi sifilis (Knodel, 2001) Kondisi klinis Secara umun Sifilis primer Masa inkubasi 10-90 hari (± 3 minggu) Sifilis sekunder Berkembang 2-4 minggu setelah infeksi pertama yang tidak diterapi atau terapi tidak memadai Sifilis laten Berkembang 4-10 minggu setelah sifilis sekunder yang tidak diterapi atau terapi tidak memadai Sifilis tersier Berkembang sekitar 30% pada pasien yang tidak diterapi atau terapi tidak memadai selama 10-30 tahun setelah infeksi pertama Tempat infeksi Sifilis primer Genitalia luar, sekitar perianal, mulut, dan tenggorokan Sifilis sekunder Kemungkinan menyebar hingga dalam darah dan limfa Sifilis laten Potensial ke sistemik (dorman) Sifilis tersier Sistem Saraf Pusat (SSP), hati, mata, tulang, otot Gejala dan tanda Sifilis primer Nyeri, terbentuk lesi (kankroid), ulcer, kadang hilang, sakit di sekitar limfa (limfadenopati); gejala muncul bersamaan, sangat nyeri, lesi bernanah kadang tidak terjadi Sifilis sekunder Gatal atau ruam tidak gatal, lesi pada mukosa-kutan, gejala, limpadenopati Sifilis laten Asimptomatik Sifilis tersier Sifilis kardiovaskuler (aortitis), neurosifilis (meningitis, demensia), lesi lunak (gumma) pada setiap organ atau jaringan Setelah berhubungan seksual, T. pallidum akan berpenetrasi masuk membran mukosa atau merusak lapisan epitelium, dan spiroketemia terjadi (Knodel, 2001). Masa inkubasi antara 3-90 hari, kira-kira 3 minggu (Koneman PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15 dkk, 1997). Seseorang yang terinfeksi tetap dapat menularkan penyakitnya selama 3-5 tahun pada sifilis primer/ dini. Sifilis laten/ lanjut, yang lamanya lebih dari 5 tahun, biasanya tidak menular (Jawetz, 2001). Kondisi klinis sifilis bermacammacam tergantung tingkat lamanya infeksi. Tingkatan infeksi sifilis adalah sifilis primer, sifilis sekunder, sifilis laten, sifilis tersier dan neurosifilis, sifilis kongenital (Knodel, 2001). Oleh Koneman dkk (1997), sifilis tersier, neurosifilis, dan sifilis kongenital diistilahkan sebagai late siphilis. Kondisi klinis infeksi sifilis diperlihatkan pada tabel III. d. Infeksi herpes Knodel (2001) memaparkan herpes genitalis disebabkan oleh Herpes simplex virus 2 (HSV-2). Herpes berasal dari kata Yunani yang berarti bergerak pelan (Knodel, 2001) karena virus herpes mampu dalam menyebabkan infeksi yang bertahan seumur hidup dalam inangnya dan mengalami pengaktifan kembali secara berkala (Jawetz, 2001). Tahapan infeksi herpes terdri dari 5 fase: infeksi primer, infeksi pada ganglia, infeksi laten, reaktifasi, dan infeksi kambuhan (Knodel, 2001). Manusia diketahui sebagai hospes HSV. Menurut Jawetz (2001), untuk dapat menimbulkan infeksi, virus harus menembus permukaan mukosa atau kulit yang terluka (kulit yang tidak terluka tetapi bersifat resisten). Oleh Knodel (2001) dipaparkan juga bahwa infeksi herpes ditularkan melalui sekret terinfeksi HSV yang menembus permukaan mukosa (contoh: uretra, orofaring, serviks, dan konjungtiva) atau kulit yang luka (Jawetz, 2001). Herpes simpleks virus 2 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16 terutama menginfeksi mukosa genital dan ditularkan secara seksual dan infeksi kelamin ibu kepada anaknya yang baru lahir (Jawetz, 2001). Infeksi HSV sebagian besar bersifat asimptomatik; jarang terjadi di sistemik (Jawetz, 2001) dan pertumbuhan virus dapat terjadi pada lesi menyebabkan gejala simptomatik (Knodel, 2001). Herpes genitalis ditandai oleh lesi vasikoulseratif pada penis atau servik, vulva, vagina, dan perineum pada wanita. Masa inkubasi selama 2-4 hari, lesi pada alat kelamin akan terasa sangat nyeri (Jawetz, 2001) selama 7-10 hari (Knodel, 2001) dan timbul ulcer selama 21 hari (Knodel, 2001) diikuti dengan demam, malaise, disuria, dan limpadenopati (Jawetz, 2001). e. Infeksi trikomoniasis Trichomonas vaginalis, protozoa berflagelata merupakan penyebab infeksi trikomoniasis. Infeksi ini ditularkan secara seksual sehingga protozoa ini sering ditemukan/ diisolasi dari vagina, uretra, dan endoserviks. Trichomonas vaginalis membutuhkan pH antara 4,9-7,5 untuk bertahan, pH pada vagina yang lebih besar dari 5 biasanya menandakan adanya Trichomonas vaginalis (Knodel, 2001). Kondisi klinis infeksi trikomoniasis ditunjukkan pada tabel IV. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17 Tabel IV. Gejala infeksi trikomoniasis (Knodel, 2001) Umum Tempat infeksi Gejala Tanda Komplikasi Pria Masa inkubasi 3-28 hari. T. vaginalis dapat dideteksi 48 jam setelah terpejani. Sebagian besar di uretra, kadang di rektum (sexual intercourse pada pria dengan pria), orofaring, dan mata Wanita Masa inkubasi 3-28 hari Sebagian besar di kanal endoservik, kadang di uretra, rektum (biasanya kontaminasi perianal), orofaring, dan mata Terkadang asimptomatik atau Terkadang asimptomatik sedikit simptomatik. atau sedikit simptomatik. Pada uretra terjadi mucopurulent Pruritus (terlebih pasa saat encer menstruasi), Disuria dan gatal. Terjadi disuria, nyeri saat berhubungan seksual (dispareunia). Pengeluaran cairan uretra pH vagina menjadi 4,5-6. (urethral discharge) Inflamasi vulva, vagina, dan atau serviks. Epididimitis dan prostatitis kronis Inflamasi pada pelvis dan (tidak/jarang terjadi) komplikasi (kehamilan Infertilitas (gerak dan lama hidup ektopik, infertilitas); sperma) Bayi lahir prematur, membran terpecah lebih awal (rusak), dan berat badan bayi saat lahir kurang (risiko infeksi pada neonatal rendah); Pembentukan tumor pada serviks. C. Prinsip Terapi Antibiotika yang Rasional 1. Terapi yang rasional Semua pasien mempunyai kebutuhan terkait dengan obat dan tujuan kita adalah untuk melihat apa yang ditemui pasien saat terapi. Setiap pasien membutuhkan dan mengharapkan obat yang didapat sesuai dengan kondisi klinis (indikasi), pengaturan dosis efektif, keamanan terjaga, dan pasien harus mau dan dapat menggunakan obat dengan mudah. Rancangan untuk mempermudah dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18 menyelesaikan masalah klinis harus rasional pada (1) indikasi, (2) efektivitas, (3) keamanan, dan (4) kepatuhan pasien (Cipolle, Sande, dan Morley, 2004). a. Tepat indikasi Farmasis harus menghubungkan indikasi (kondisi klinis), produk obat, pengaturan dosis, dan hasil terapi. Beberapa terapi dapat digunakan oleh pasien, jika terdapat kondisi klinis atau saat muncul penyakit. Jika secara klinis, kondisi tidak membutuhkan terapi obat, maka terapi tidak membutuhkan obat (unnecessary drug therapy). Jika terdapat beberapa indikasi terapetik tidak muncul saat terapi maka pasien membutuhkan tambahan terapi obat (need additional drug therapy). Pada semua kasus, indikasi merupakan bagian informasi yang vital untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah terapi obat (Cipolle dkk, 2004). b. Pengaturan dosis yang efektif Terapi obat efektif jika tujuan terapi yang diharapkan tercapai. Efektivitas diperkirakan dengan mengevaluasi respon terkait tujuan terapi yang diharapkan untuk beberapa kondisi klinis (indikasi). Ketika terapi obat tidak efektif untuk pasien, farmasis harus memperkirakan dua hal yang mungkin terjadi yaitu: apakah produk obat tidak tepat untuk kondisi pasien atau apakah pengaturan dosis terlalu rendah untuk menghasilkan efek yang diinginkan (Cipolle dkk, 2004). c. Pengaturan dosis yang aman Produk obat dan pengaturan dosis dapat menyebabkan reaksi obat yang tidak diinginkan (adverse drug reaction) dan atau toksisitas pada pasien. Reaksi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19 yang tidak diinginkan adalah respon yang secara farmakologi tidak diharapkan muncul dari produk obat atau terjadi efek idiopati pada pasien. Toksisitas terjadi karena dosis yang diberikan pada pasien terlalu tinggi (Cipolle dkk, 2004). Jika masalah yang terjadi terkait dengan dosis obat, maka pemecahannya agar tetap dapat menggunakan produk obat yang sama dengan mengurangi pengaturan dosis. Pengaturan dosis dapat dikurangi dengan mengurangi dosis yang diberikan atau mengurangi frekuensi pemberian (tidak terlalu sering). Keamanan dapat diukur dengan mengevaluasi parameter klinis (tanda dan gejala) atau hasil uji laboratorium jika terdapat hubungan dengan efek yang tidak diinginkan pada saat terapi (Cipolle dkk, 2004). d. Memperhatikan kepatuhan pasien Dalam pelayanan kefarmasian, ketidapatuhan dipertimbangkan sebagai masalah hanya pada saat setelah obat diberikan kepada pasien. Pertimbangan tersebut termasuk tepat indikasi secara klinis, dipastikan efektif untuk mencapai ujuan terapi, dan aman untuk pasien. Untuk maksud dalam mengerti/ memahami masalah terapi obat, digunakan istilah ketaatan. Pada aplikasi pelayanan kefarmasian, ketidakpatuhan diartikan seseorang tidak ingin atau tidak menggunakan obat dengan benar, efektif, dan aman seperti yang diharapkan (Cipolle dkk, 2004). 2. Pemilihan dan penggunaan antibiotika yang rasional Antibiotika merupakan salah satu di antara obat yang sangat sering digunakan dan merupakan agen yang aman tersedia untuk klinis. Untuk memilih dan menggunakan antibiotika yang efektif perlu mengetahui etiologi/ penyebab PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20 infeksi (Snyder dan Finch, 1990). Menurut Jawetz (2001) pada sebagian besar infeksi, hubungan antara penyebab infeksi dengan manifestasi klinis tidak selalu konstan. Oleh karena itu, penting melakukan pengambilan spesimen untuk mengidentifikasi bakteri atau agen penyebab lainnya. Untuk mengetahui penyebab infeksi perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (1) tempat infeksi (contoh: Urinary Tract Infection/infeksi saluran kencing (UTI), pneumonia), (2) umur pasien (contoh: neonatus, dewasa, remaja), (3) tempat dimana infeksi diperoleh (contoh: rumah sakit), (4) faktor mekanis (contoh: kateter urin, tetesan intravena, pernapasan), (5) kondisi faktor hospes (contoh: imunodefisiensi, kortikosteroid, transplantasi, kemoterapi kanker). Jika etiologi infeksi sudah ditemukan, perlu dilakukan modifikasi atau pemilihan antibiotika yang cocok. Snyder dan Finch (1990) memaparkan bahwa pemilihan antibiotika perlu memperhatikan rute pemberian, dosis, durasi pengobatan, harga obat yang diminta, dan kemungkinan terjadinya reaksi yang tidak diinginkan (adverse drug reaction). Uji laboratorium sensitivitas antibiotika sering dilakukan dalam pemilihan antibiotika yang tepat meskipun tidak semua infeksi dilakukan uji sensitivitas antibiotika (Snyder dan Finch, 1990). Uji laboratorium dilakukan jika: (1) mikroorganisme yang ditemukan resisten terhadap antibiotika, (2) proses infeksi dapat berakibat fatal, (3) infeksi membutuhkan antibiotika bakterisidal yang dapat membunuh bakteri dengan cepat (Jawetz, 2001). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21 D. Antibiotika Untuk Pengobatan Infeksi Menular Seksual 1. Pengobatan infeksi gonore (GO) Terapi untuk semua tipe infeksi GO direkomendasikan dengan sefalosporin dosis tunggal (oral maupun parenteral) dan fluorokuinolon dosis tunggal. Pengaturan dosis ini efektif untuk terapi infeksi pada uretra, rektum, dan faring (Knodel, 2001). Tabel V. Pengobatan infeksi GO (Knodel, 2001) Tipe Infeksi Gonorrhea infeksi pada cerviks, uretra, dan rektum tanpa komplikasi pada dewasa infeksi waktu kehamilan infeksi yang sudah menyebar pada dewasa (>45 kg) infeksi pada cerviks, uretra, dan rektum tanpa komplikasi pada anak infeksi konjungtivitis pada dewasa infeksi di mata pada neonatus infeksi pada bayi lahir dari ibunya (profilaksis) Pengobatan yang direkomendasikan Seftriakson 125 mg i.m, dosis tunggal Siprofloksasin 500 mg p.o dosis tunggal Sefiksim 400 mg p.o, dosis tunggal Ofloksasin 400 mg p.o, dosis tunggal seftriakson 125 mg i.m, dosis tunggal seftriakson 1 g i.m/i.v setiap 24 jam seftriakson 125 mg, i.m, dosis tunggal Seftriakson 1 g i.m, dosis tunggal Seftriakson 25-50 mg/kg i.m atau i.v, sekali pemberian (tidak melebihi 125 mg) Seftriakson 25-50 mg/kg i.m atau i.v, sekali pemberian (tidak melebihi 125 mg) Alternatif pengaturan pengobatan Spektinomisin 2 g i.m, dosis tunggal; Seftizoksim 500 mg i.m, dosis tunggal; Sefotaksim 500 mg i.m, dosis tunggal; Sefotetan 1 g i.m, dosis tunggal atau Sefoksitin; Probenesid 2 g i.m atau 1 G p.o sekali pemberian, atau lomefloksasin 400 mg p.o; enoksasin 400 mg p.o; atau norfloksasin 800 mg p.o sekali pemberian spektinomycin 2 g, i.m, dosis tunggal Seftizoksim 1 g atau sefotaksim 1 g i.v, setiap 8 jam spektinomisin 40 mg/kg i.m, dosis tunggal PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22 Seftriakson dalam bentuk sediaan parenteral (i.m) yang direkomendasikan sebagai first line untuk terapi infeksi GO dengan dosis tunggal 125 mg. Fluorokuinolon tidak terlalu direkomendasikan sebagai first line karena resistensi mikoorganisme terhadap fluoroquinolon tinggi. Spektinomisin masih dipilih sebagai alternatif terhadap pasien alergi sefalosporin dan quinolon (Knodel, 2001). Pengobatan infeksi GO ditunjukkan pada tabel V. 2. pengobatan infeksi klamidia Berbagai antibiotika termasuk tetrasiklin, makrolida, azitromisin, beberapa quinolon baik secara in vitro maupun in vivo mempunyai aktivitas membunuh C. trachomatis. Azitromisin dosis tunggal 1 g dan doksisiklin 100 mg, dua kali sehari selama 7 hari merupakan terapi pilihan untuk terapi infeksi klamidia tanpa komplikasi. Kadar azitromisin dalam darah dan waktu paruh yang panjang membuat dosis tunggal azitromisin 1g efektif untuk terapi klamidia (Knodel, 2001). Golongan kuinolon seperti ofloksasin dan levofloksasin direkomendasikan untuk terapi, tetapi tidak nampak memberi keuntungan baik sebagai fisrt line maupun alternatif pengobatan. Bagi wanita hamil dengan infeksi klamidia, terapi yang dipilih harus tidak mempunyai risiko komplikasi terhadap bayi atau sedikit yang diterima oleh janin. Oleh karena tetrasiklin dan kuinolon dikontraindikasikan selama hamil, eritromisin dan amoksisilin yang direkomendasikan untuk terapi klamidia (Knodel, 2001). Pengobatan infeksi klamidia ditunjukkan pada tabel VI. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23 Tabel VI. Pengobatan infeksi klamidia (Knodel, 2001) Tipe Infeksi klamidia Pengobatan yang Alternatif pengaturan direkomendasikan pengobatan infeksi klamidia pada Azitromisin 1 g p.o, sekali Azitromisin 1 g p.o sekali atau doksisiklin uretra, endocerviks, atau doksisiklin 100 mg atau pada rektum p.o, sehari 2 kali selama 7 100 mg p.o sehari 2 kali selama 7 hari. tanpa komplikasi pada hari. dewasa Eritromisin 500 mg p.o, Eritromisin 250 mg p.o, infeksi klamidia sehari 4 kali selama 7 hari sehari empat kali, atau urogenital pada atau amoksisilin 500 mg eritromisin etil suksinat kehamilan p.o, sehari 3 kali selama 7 800 mg sehari 4 kali hari. selama 7 hari, atau azitromisin 1 g p.o, dosis tunggal. eritromisin 50 mg/kg/hari infeksi konjungtivitis p.o, dalam dosis terbagi bayi baru lahir atau empat selama 14 hari pneumonia yang bayi 3. Pengobatan infeksi sifilis Penisilin G dalam bentuk sediaan parenteral adalah terapi pilihan untuk semua tahapan infeksi sifilis. T.pallidum berkembang sangat lambat, sehingga dosis tunggal penisilin yang mempunyai aksi pendek atau menengah cukup untuk eradikasi T. pallidum. Alternatif pengobatan untuk pasien alergi penisilin adalah doksisiklin 100 mg, sehari dua kali atau tetrasiklin 500 mg, empat kali sehari; keduanya selama 2-4 minggu tergantung durasi infeksi sifilis (Knodel, 2001). Pengobatan infeksi sifilis ditunjukkan pada tabel VII. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24 Tabel VII. Pengobatan infeksi sifilis (Knodel, 2001) Tipe Infeksi siphilis Pengobatan yang direkomendasikan untuk infeksi kurang dari 1 tahun benzathine penisilin G 2,4 juta unit, i.m, dosis tunggal infeksi lebih dari 1 tahun dan untuk infeksi yang tidak diketahui durasinya benzathine penisilin G, i.m, 2,4 juta unit, sekali dalam seminggu, digunakan selama 3 minggu larutan penisilin G, i.v, 18-24 juta unit (setiap 4 jam atau dilanjutkan dengan infus) selama 10-14 hari. neurosifilis infeksi sifilis kongenital pasien alergi penisilin yang terinfeksi kurang dari 1 tahun pasien alergi penisilin yang terinfeksi lebih dari 1 tahun dan tidak diketahui durasinya larutan penisilin G 50,000 unit/kg i.v, setiap 12 jam selama 7 hari pertama dan setiap 8 jam untuk total 10 hari. doksisiklin 100 mg p.o, sehari dua kali selama 2 minggu. doksisiklin 100 mg p.o, sehari dua kali selama 4 minggu. Alternatif pengaturan pengobatan prokain penisilin G, i.m, 2,4 juta unit setiap hari dikombinasi dengan probenesid 500 mg p.o, empat kali sehari, selama 10-14 hari prokain penisilin G 50,000 unit/kg i.m, setiap hari selama 10 hari tetrasiklin 500 mg sehari 4 kali selama 2 minggu tetrasiklin 500 mg sehari 4 kali selama 4 minggu 4. pengobatan infeksi herpes Tujuan terapi herpes genitalis adalah mengurangi gejala dan memperpendek tahapan klinis, mencegah komplikasi dan kekambuhan, dan mengurangi penyebaran infeksi. Terapi yang direkomendasikan untuk herpes genitalis adalah antivirus asiklovir, valasiklovir, famsiklovir. Bentuk per oral asiklovir, valasilovir, dan famsiklovir efektif untuk mengurangi perkembangan virus, lamanya gejala, dan waktu untuk menghilangkan virus pada infeksi herpes episode awal. Jika antivirus diberikan pada awal infeksi maka akan membuat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25 terapi menjadi maksimal (Knodel, 2001). Pengobatan infeksi herpes ditunjukkan pada tabel VIII. Tabel VIII. Pengobatan infeksi herpes (Knodel, 2001) Tipe Infeksi herpes Pengobatan yang Alternatif pengaturan direkomendasikan pengobatan Asiklovir 400 mg p.o, Asiklovir 5-10 mg/kg i.v infeksi herpes episode sehari 3 kali, atau setiap 8jam selama 2-7 awal asiklovir 200 mg p.o hari, diikuti oral terapi sehari 5 kali, atau minimal 10 hari. famcyclovir 250 mg p.o sehari 3 kali, atau valasiklovir 1 g p.o sehari 2 kali selama 7-10 hari asiklovir 400 mg, p.o, asiklovir 5-10 mg/kg, infeksi herpes proctitis 5x1, selama 7-10 hari setiap 8 jam selama 2-7 atau infeksi oral hari diikuti terapi oral (stomatitis atau mininal 10 hari faringitis) Asiklovir 400 mg p.o infeksi herpes yang sehari 3 kali selama 5 berkelanjutan untuk hari; asiklovir 800 mg p.o terapi episodik sehari 2 kali selama 5 hari; famsiklovir 125 mg p.o sehari 2 kali selama 5 hari; valasiklovir 500 mg p.o sehari 2 kali selama 35 hari; valasiklovir 1 g p.o sehari sekali selama 5 hari infeksi herpes dengan famsiklovir 250 mg p.o sehari 2 kali setiap hari; terapi supresif valasiklovir 500 mg atau 1 g p.o sehari sekali setiap hari 5. Infeksi trikomoniasis Standar terapi untuk infeksi trikomoniasis adalah dosis tunggal metronidazole 2 g secara per oral; dosis ini sebanding dengan metronidazole 500 mg, dua kali sehari, selama 7 hari. Keuntungan penggunaan dosis tunggal dibanding dosis berganda adalah meningkatkan ketaatan dan kenyamanan, harga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26 lebih murah, bakteri flora normal dan saluran pencernaan sedikit terpejani oleh obat (Knodel, 2001). Beberapa pasien intolerasi terhadap dosis tunggal metronidazole 2 g karena reaksi samping (adverse reaction) biasanya toleransi atau dapat menerima pengaturan metronidazole dengan dosis berganda. Untuk memaksimalkan laju pengobatan dan mencegah kekambuhan, terapi dosis tunggal metronidazole 2 g dilakukan bersamaan dengan terapi pasangan seksual juga (Knodel, 2001). Pengobatan infeksi trikomoniasis ditunjukkan pada tabel IX. Tabel IX. Pengobatan infeksi trikomoniasis (Knodel, 2001) Tipe Infeksi Pengobatan yang Alternatif pengaturan Trikomoniasis direkomendasikan pengobatan infeksi asimptomatik dan simptomatik metronidazole 2 g p.o dengan dosis tunggal infeksi pada kehamilan metronidazole 2 g p.o dengan dosis tunggal metronidazole 10-30 mg/kg setiap hari selama 5-8 hari infeksi pada bayi lahir metronidazole 500 mg p.o sehari 2 kali selama 7 hari E. Drug Therapy Problems 1. Definisi Drug Therapy Problems (DTP) adalah peristiwa tidak diinginkan yang dialami oleh pasien, atau kemungkinan dialami pasien, saat terapi obat, dan semua yang dapat mempengaruhi tujuan terapi. Drug Therapy Problems merupakan masalah klinis dan harus diidentifikasi dan diselesaikan dengan cara yang sama untuk masalah klinis yang lain. Drug Therapy Problems selalu terkait dengan pasien, obat, dan masalah klinis yang terkait (Cipolle dkk, 2004). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27 2. Kategori Telah diketahui terdapat tujuh kategori DTP yaitu: unnecessary drug (tidak membutuhkan obat), need additional drug therapy (membutuhkan tambahan terapi obat), ineffective drug (obat tidak efektif), dosage too low (dosis terlalu rendah), adverse drug reaction (reaksi obat yang tidak diinginkan), dosage too high (dosis terlalu tinggi), dan noncompliance (ketidaktaatan). Dua kategori pertama terkait dengan indikasi. Kategori ketiga dan keempat terkait dengan efektivitas. Kategori lima dan enam terkait dengan keamanan. Kategori tujuh terkait dengan ketaatan dan kenyamanan pasien (Cipolle dkk, 2004). a. Unnecessary drug (tidak membutuhkan obat) Terapi obat tidak dibutuhkan karena pasien tidak mempunyai indikasi klinis pada saat diberikan obat. Penyebab DTP tidak membutuhkan terapi obat antara lain (Cipolle dkk, 2004): 1) tidak terdapat indikasi medis yang benar untuk terapi dengan obat pada saat itu; 2) digunakan beberapa jenis obat pada pada saat dibutuhkan terapi dengan satu jenis obat; 3) kondisi medis lebih tepat diterapi tanpa obat; 4) terapi obat diberikan untuk mengatasi reaksi yang tidak diinginkan berkaitan dengan indikasi dari obat lain; 5) penyalahgunaan obat, alkohol, atau rokok yang menyebabkan masalah. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28 b. Need additional drug therapy (membutuhkan tambahan terapi obat) Tambahan terapi obat digunakan untuk mengobati atau mencegah berkembangnya kondisi medis dan sakit. Beberapa penyebab DTP dimana pasien membutuhkan tambahan obat (Cipolle dkk, 2004) antara lain: 1) kondisi medis membutuhkan obat untuk inisiasi terapi; 2) mengurangi risiko berkembangnya kondisi medis yang baru dari terapi obat yang ada; 3) kondisi medis mengharapkan tambahan farmakoterapi untuk mencapai efek sinergis atau menambah efek. c. Ineffective drug (obat tidak efektif) Obat dikatakan tidak efektif jika obat tidak mampu untuk menghasilkan respon yang diharapkan. Penyebab DTP obat tidak efektif antara lain (Cipolle dkk, 2004): 1) produk obat sangat tidak efektif untuk indikasi terapi; 2) kondisi medis sulit disembuhkan dengan obat; 3) bentuk sediaan obat tidak sesuai yang diharapkan; 4) obat tidak efektif untuk masalah medis; d. Dosage too low (dosis terlalu rendah) Dosis terlalu rendah akan membuat respon yang diinginkan rendah pula. Penyebab DTP dosis terlalu rendah terhadap pasien dengan pengaturan dosis tidak cukup untuk menghasilkan efek yang diinginkan antara lain (Cipolle dkk, 2004): 1) dosis terlalu rendah untuk menghasilkan respon yang diinginkan; 2) interval pemberian terlalu jarang; PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29 3) interaksi obat yang mengurangi ketersediaan jumlah obat yang aktif; 4) durasi terapi terlalu cepat. e. Adverse drug reaction (reaksi obat yang tidak diinginkan) Obat menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan. Beberapa penyebab DTP ini terhadap pasien yang menggunakan obat menjadi tidak aman antara lain: 1) produk obat menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan yang tidak berhubungan dengan dosis; 2) suatu produk obat yang aman diperlukan terutama karena faktor-faktor risikonya; 3) interaksi obat yang menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan yang tidak berhubungan dengan dosis; 4) pengaturan dosis yang digunakan terlalu cepat diubah; 5) produk obat menyebabkan alergi; 6) produk obat yang dikontraindikasikan terutama karena faktor-faktor resikonya. f. Dosage too high (dosis terlalu tinggi) Dosis terlalu tinggi dapat menghasilkan efek yang tidak diinginkan. Beberapa penyebab DTP dosis terlalu tinggi pada pasien dan oleh karena itu menghasilkan resiko/bahaya yang diterima antara lain (Cipolle dkk, 2004): 1) dosis terlalu tinggi; 2) frekuensi pemberian terlalu pendek; 3) durasi terapi terlalu panjang; 4) interaksi obat menghasilkan reaksi toksik terhadap obat; PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30 5) dosis obat digunakan terlalu cepat. g. Noncompliance (ketidakpatuhan) Pasien tidak dapat atau tidak ingin menggunakan obat untuk terapi. Penyebab pasien tidak patuh terhadap aturan pakai antara lain (Cipolle dkk, 2004): 1) pasien tidak mengerti aturan pakai yang benar; 2) pasien memilih untuk tidak menggunakan obat; 3) pasien lupa menggunakan obat; 4) produk obat terlalu mahal (tidak terjangkau) untuk pasien; 5) pasien tidak dapat menelan atau menggunakan sendiri obat dengan benar; 6) produk obat tidak tersedia untuk pasien. F. Keterangan Empiris Penelitian ini ingin menggali informasi mengenai pola pemilihan dan penggunaan antibiotika, serta mengevaluasi kerasionalan penggunaan antibiotika untuk IMS di kalanagan PSK Pasar Kembang Yogyakarta. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian non eksperimental dengan rancangan survei epidemiologi deskriptif. Survei epidemiologi adalah survei terhadap fenomena kesehatan dalam masyarakat yang dilakukan tanpa adanya perlakuan (manusia). Survei epidemiologi deskriptif adalah penelitian yang tujuan utamanya melakukan eksplorasi-deskriptif terhadap fenomena kesehatan di masyarakat baik yang berupa faktor resiko atau efek. Penelitian ini menyuguhkan deskriptif fenomena yang terjadi dan tidak menganalisis bagaimana dan mengapa fenomena tersebut terjadi (Pratiknya, 2001). B. Definisi Operasional 1. Pekerja seks komersial (PSK) adalah istilah dari masyarakat yang menunjukkan pekerjaan seseorang yang memberikan jasa pelayanan seks dengan kompensasi uang atau barang sesuai dengan kesepakatan sebelumnya. 2. Responden adalah PSK yang menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Serta PSK yang mengisi kuisioner di Pasar Kembang Yogyakarta. 3. Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual (anal, oral, dan vagina). 4. Pengetahuan tentang IMS adalah pengetahuan tentang apa saja jenis infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual termasuk gejala-gejala yang terjadi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32 5. Antibiotika adalah obat yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri maupun jamur. 6. Menggunakan obat antibiotika yang rasional adalah sesuai dengan indikasi, patuh terhadap aturan pakai, dan aman. 7. Pengetahuan dan pemahaman aturan pakai yang benar adalah mengerti frekuensi dan durasi penggunaan antibiotika yang benar. 8. Resistensi antibiotika adalah jika antibiotika yang digunakan tidak menghasilkan efek seperti yang diinginkan. 9. Profil antibiotika adalah jenis antibiotik yang diresepkan dan digunakan oleh PSK di Pasar Kembang Yogyakarta. 10. Melihat perbandingan profil antibiotika adalah melihat apakah terdapat kemiripan pola pemilihan dan penggunaan antibiotika untuk terapi IMS dari tahun 2002, tahun 2005, dan tahun 2006 yang digunakan oleh PSK di Pasar Kembang Yogyakarta. 11. Drug Therapy Problems adalah masalah klinis yang tidak dikendaki yang timbul karena ketidaksesuaian penggunaan obat dalam terapi pengobatan. C. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah Pekerja Seks Komersial wanita di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta. Dari data yang diperoleh di Griya Lentera, Pekerja Seks Komersial yang tinggal menetap sebanyak 101 orang. Dari populasi diambil 51 subjek uji untuk mengisi kuesioner dan 10 subjek uji untuk diwawancarai. Jumlah subjek ditentukan sesuai rumus berikut (Notoatmodjo, 2002): PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33 N 1+ N d2 n = besar sampel yang diambil N = besar populasi d = tingkat signifikan si (10%) n= ( ) maka banyaknya sampel yang diambil adalah: 101 1 + 101 0,12 101 = 1 + 1,01 = 50,248 ≈ 51 n= ( ) D. Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah metode kuisioner serta didukung dari wawancara dengan dokter. Metode yang digunakan untuk penelitian adalah metode kuisioner yang nantinya kuisioner diisi oleh PSK Pasar Kembang Yogyakarta dan didukung dari wawancara dengan dokter yang memberikan pelayanan di Klinik Griya Lentera mengenai pola peresepan antibiotika untuk pengobatan IMS pada PSK Pasar Kembang Yogyakarta. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer berupa data dari wawancara dengan dokter. Data sekunder merupakan data kuisioner yang diisi oleh PSK di Pasar Kembang. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34 E. Tata Cara Penelitian 1. Pembuatan lembar kuisioner Lembar kuisioner dibuat dengan berdasar tema penelitian dan berisi mengenai pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan pola pemilihan dan penggunaan antibiotika pada PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta. 2. Penyebaran lembar kuisioner Lembar kuisioner disebarkan dengan bantuan rekan tim penelitian dan rekan dari LSM Griya Lentera Yogyakarta. Lembar kusioner selanjutkan diisi oleh para PSK di Pasar Kembang Yogyakarta. 3. Wawancara dengan dokter Wawancara dengan dokter dilakukan sebelum dokter praktek pelayanan dan dilakukan tanya-jawab mengenai pola peresepan antibiotik untuk pengobatan IMS, kasus IMS terbanyak yang muncul, dan kerasionalan terapi antibiotik, juga masalah-masalah yang terkait dengan hal di atas. 4. Pengolahan data Data yang diperoleh diolah dengan cara kategorisasi data sejenis, yaitu dengan menyusun data dan menggolongkannya dalam kategori-kategori dan dengan dibandingkan dengan standar dari pustaka sehingga diperoleh hasil yang dapat diintrepetasikan menjadi jawaban bagi perumusan masalah. F. Analisis Data Penelitian Data yang diperoleh digunakan statistik deskriptif. Prosedur statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah perhitungan prosentase berdasarkan atas variabel yang ingin diketahui. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Pengetahuan PSK Tentang IMS dan Antibiotika 1. Pengetahuan tentang IMS Pengetahuan yang tepat akan mendukung terjadinya diagnosis dan pengobatan yang tepat. Sama halnya dengan pengobatan IMS, perlu diketahui jenis IMS termasuk gejala IMS yang ada sehingga diagnosis dan pengobatan IMS menjadi tepat. Pekerja Seks Komersial dikatakan mengetahui IMS jika PSK mengetahui jenis dan gajala IMS. Dari hasil kuisioner yang ditunjukkan pada tabel X, sebanyak 84,3% mengetahui IMS dan 15,7% menyatakan tidak mengetahui IMS. Sebanyak 84,3% PSK mengetahui IMS baik dari jenis maupun gejala IMS. Dengan banyaknya PSK yang mengetahui IMS, dimungkinkan penggunaan antibiotika di kalangan PSK dapat menjadi rasional karena jika PSK mengetahui/merasakan gejala IMS yang terjadi pada dirinya seharusnya segera memeriksakan ke dokter agar mendapatkan antibiotika yang sesuai dengan infeksinya. Dari hasil wawancara dengan 10 responden PSK, sebanyak 7 responden PSK mengetahui IMS. Responden mengetahui IMS baik dari gejala maupun jenisnya. Gejala IMS yang diketahui PSK biasanya dapat juga dari pengalaman pribadi (responden 7), antara lain: terasa nyeri dan panas saat kencing, keputihan berwarana hijau dan berbau, serta merasa sakit sewaktu atau setelah berhubungan seksual. Infeksi Menular Seksual yang diketahui antara lain: sifilis, AIDS, dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36 gonore (GO). Pengetahuan IMS para PSK didapatkan antara lain dari penyuluhan, relawan Griya Lentera (GL), dan dokter di klinik GL yang memeriksa PSK. Tabel IX. Pengetahuan PSK tentang IMS di Pasar Kembang tentang IMS tahun 2006 Pengetahuan tentang IMS Jumlah Prosentase (%) Tahu 43 orang 84,3 Tidak 8 orang 15,7 Dari profil umur ditunjukkan pada gambar 1, PSK dengan kisaran umur 21-30 tahun mempunyai prosentase pengetahuan IMS paling banyak yaitu sebesar 39,22 %. Pada umur 21-30 tahun, PSK masih sangat mudah dan aktif dalam menerima informasi mengenai IMS. Selain itu, pada umur 21-30 tahun kebanyakan masih baru bekerja sebagai PSK sehingga mereka akan lebih merasakan/merespon gejala IMS. Gejala IMS akan mengganggu aktivitasnya atau pekerjaannya sehingga PSK segera memeriksakan ke dokter dan mencari informasi mengenai IMS. PSK berumur 15-20 tahun mempunyai prosentase pengetahuan IMS paling kecil yaitu 3,92%. Hal ini dapat disebabkan pada umur 15-20 tahun masih awal bekerja sebagai PSK sehingga belum banyak mendapat informasi tentang IMS. Dari profil lama kerja, PSK dengan lama kerja lima tahun mempunyai prosentase pengetahuan IMS paling tinggi yaitu 25,49% seperti yang ditunjukkan pada gambar 2. Jika dilihat dari lama kerja, PSK dengan lama kerja lima tahun dimungkinkan mendapat informasi IMS paling banyak sehingga banyak mendapat informasi IMS baik sewaktu periksa ke dokter, dari relawan GL, atau dari penyuluhan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37 Dari profil tingkat pendidikan pada gambar 3, PSK dengan tingkat pendidikan SD mempunyai prosentase pengetahuan IMS paling tinggi yaitu 33,33% seperti ditunjukkan pada tabel 13. Meskipun demikian, PSK dengan tingkat pendidikan SMP dan SMA juga mempunyai pengetahuan IMS menjadi cukup tinggi. Dapat dikatakan bahwa pengetahuan PSK tentang IMS mudah diperoleh dan diterima di berbagai tingkatan pendidikan. 45 39,22 40 Prosentase (%) 35 27,45 30 25 Tahu (%) 20 Tidak tahu (%) 15 9,8 7,84 10 3,92 5 5,88 5,88 0 15-20 21-30 31-40 41-50 umur PSK (tahun) Gambar 1. Pengetahuan IMS berdasarkan profil umur PSK di Pasar Kembang tentang IMS tahun 2006 30 25,49 Prosentase (%) 25 20 21,57 17,65 Tahu (%) 15 11,76 Tidak tahu (%) 10 7,83 5,88 3,92 5 1,96 1,96 1,96 0 1 2 3 4 5 lama kerja (Tahun) Gambar 2. Pengetahuan IMS berdasarkan profil lama kerja PSK di Pasar Kembang tentang IMS tahun 2006 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38 35 33,33 30 Prosentase (%) 25,49 23,53 25 20 Tahu (%) 15 Tidak tahu (%) 10 5,88 5,88 5,88 5 0 SD SMP SMA tingkat pendidikan Gambar 3. Pengetahuan IMS berdasarkan profil tingkat pendidikan PSK di Pasar Kembang tentang IMS tahun 2006 Meskipun sebanyak 84,3% memiliki pengetahuan IMS seperti yang ditunjukkan pada tabel X namun tidak semua mengetahui apakah dirinya pernah mengalami IMS atau belum baik dilihat dari gejala IMS maupun nama infeksinya. Dari hasil kuisioner pada tabel XI, sebanyak 25,5% mengetahui bahwa dirinya pernah mengalami IMS dan sebanyak 74,5% tidak merasa pernah mengalami IMS. Diduga sebanyak 74,5% menyatakan tidak merasa pernah mengalami IMS karena gejala IMS kadang bersifat asimptomatik atau menganggap gejala IMS bukan sebagai penyakit namun sebatas gangguan yang terjadi secara normal. Tabel XI. Pernah tidaknya PSK di Pasar Kembang mengalami IMS tahun 2006 Pernah mengalami IMS Jumlah Prosentase (%) Pernah 13 orang 24,5 Tidak pernah 38 orang 74,5 Dari hasil wawancara, PSK yang mengetahui dirinya terkena IMS lebih banyak yaitu 7 responden dari 10 responden. Para PSK mengetahui pernah mengalami IMS dari gejala IMS yang dialami dan mengetahui IMS dari jenisjenisnya. Responden 7 menyatakan mengetahui IMS dari gejalanya seperti keputihan bau, terasa panas saat berkemih, dan sakit saat berhubungan seksual. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39 Responden 5 pernah mengalami IMS namun lupa nama infeksinya. Dari hasil wawancara, terdapat responden yang tidak merasa pernah mengalami IMS namun sebenarnya pernah mengalami gejala IMS. Responden 1 menyatakan belum pernah mengalami IMS namun dia pernah mengalami gejala IMS seperti terasa perih saat berkemih. Jika dilihat dari pekerjaan sebagai PSK sangat mungkin PSK mengalami IMS. Ketidaktahuan pernah tidaknya PSK mengalami IMS dapat menjadi faktor risiko IMS sulit untuk dikendalikan. Sebaiknya PSK diberi informasi lengkap tentang IMS termasuk cara pencegahan IMS seperti menggunakan kondom setiap berhubungan seksual. Selain itu, setiap PSK diperiksa secara rutin agar saat didiagnosis IMS segera mendapat terapi pengobatan yang tepat. Jika ditinjau dari profil umur pada gambar 4, para PSK dengan umur 2130 tahun paling banyak mengatakan tidak pernah mengalami IMS. Diduga PSK dengan umur 21-30 tahun tidak pernah mengalami IMS karena mereka belum lama bekerja sebagai PSK, mempunyai informasi yang cukup tentang IMS termasuk cara pencegahan IMS, dan taat menggunakan kondom saat berhubungan seksual. Para PSK dengan lama kerja 1 tahun dan PSK dengan tingkat pendidikan SMA menyatakan tidak pernah mengalami IMS. Para PSK dengan tingkat pendidikan SMA banyak bekerja selama 1 tahun dan kemungkinan masih sangat taat menggunakan kondom saat berhubungan seksual sehingga mereka jarang mengalami gejala IMS. Para PSK dengan lama kerja 5 tahun juga banyak yang menyatakan tidak pernah mengalami IMS. Diduga PSK dengan lama kerja 5 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40 tahun pernah mengalami IMS namun hanya dirasakan sebagai gangguan biasa dan tidak diperiksakan ke dokter sehingga tidak mengetahui apakah dirinya terkena IMS. Profil lama kerja dan tingkat pendidikan ditunjukkan pada gambar 5 dan gambar 6. 35 33,3 Prosentase (%) 30 25 21,57 20 pernah (%) Tidak pernah (%) 15 11,76 11,76 11,76 10 7,84 5 1,96 0 15-20 21-30 31-40 41-50 umur (tahun) Gambar 4. Pernah tidaknya PSK di Pasar Kembang mengalami IMS ditinjau dari umur pada tahun 2006 25 21,57 21,57 Prosentase (%) 20 13,73 15 pernah (%) 11,7611,76 Tidak pernah (%) 10 7,84 7,83 5 1,96 1,96 0 1 2 3 4 5 lama kerja (tahun) Gambar 5. Pernah tidaknya PSK di Pasar Kembang mengalami IMS ditinjau dari lama kerja pada tahun 2006 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41 30 27,45 25,49 25 Prosentase (%) 21,57 20 17,65 pernah (%) 15 Tidak pernah (%) 10 5,88 5 1,96 0 SD SMP SMA tingkat pendidikan Gambar 6. Pernah tidaknya PSK di Pasar Kembang mengalami IMS ditinjau dari tingkat pendidikan pada tahun 2006 2. Pengetahuan tentang antibiotika Para PSK dikatakan mengetahui antibiotika jika mengetahui jenis dan fungsi antibiotika. Antibiotika banyak digunakan oleh PSK di Pasar Kembang dengan tujuan untuk mencegah dan mengobati penyakit. Bahkan penggunaan antibiotika terkadang hanya untuk berjaga-jaga dan digunakan untuk mengobati penyakit selain infeksi. Dari hasil kuisioner, yang ditunjukkan pada tabel XII PSK yang mengetahui antibiotika sebanyak 90,2% dan sebanyak 7,8% tidak mengetahui antibiotika. Sebanyak 90,2% mengetahui antibiotika dari teman PSK, relawan klinik Griya Lentera (GL), atau dari dokter. Banyaknya PSK yang mengetahui antibiotika juga terkait pengalaman pernah menggunakan antibiotika karena sebagian besar PSK menggunakan antibiotika saat badan terasa sakit. Tabel XII. Pengetahuan PSK di Pasar Kembang tentang antibiotika tahun 2006 Pengetahuan tentang Jumlah Prosentase (%) antibiotika Tahu 47 orang 90,2 Tidak 4 orang 7,8 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42 Pada hasil wawancara, sebagian besar responden mengetahui antibiotika dari nama antibiotika yang sering digunakan. Responden 1 menyatakan mengetahui antibiotika untuk mencegah penyakit dan antibiotika yang diketahui sebatas yang digunakan respoden 1 yaitu amoksisilin atau ampisilin. Kebanyakan PSK menggunakan antibotika karena keinginan sendiri saat merasa badan tidak nyaman, dianjurkan oleh teman dengan alasan agar tidak terserang penyakit. Dari hasil wawancara terdapat PSK yang tidak mengetahui antibiotika namun sebenarnya menggunakan antibiotika seperti responden 5. Responden 5 menyatakan tidak mengetahui tentang antibiotika namun menggunakan antibiotika rifampisin (merk dagang Remactan) atas keinginan diri sendiri. Jadi respoden 5 tidak mengetahui bahwa Remactan adalah antibiotika namun hanya mengetahui merk dagang antibiotika. Pengetahuan antibiotika yang salah atau kurang dapat menyebabkan penggunaan menjadi tidak rasional. Seperti yang dilakukan para PSK dengan menggunakan antibiotika hanya saat terasa gejala infeksi muncul dapat diakibatkan pengetahuan PSK tentang antibiotika kurang. Sebaiknya pemberian informasi mengenai antibiotika harus lengkap dan rutin sehingga pengetahuan tentang antibiotika pada PSK meningkat. Dengan meningkatnya pengetahuan tentang antibiotika diharapkan penggunaan antibiotika menjadi rasional. Dari profil umur yang ditunjukkan pada gambar 7, PSK dengan kisaran umur 21-30 tahun paling banyak mengetahui antibiotika dengan prosentase 43,14%. Prosentase ini sejalan dengan prosentase PSK dengan kisaran umur 2130 tahun yang mempunyai prosentase pengetahuan tentang IMS paling tinggi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43 yaitu 39,22% seperti ditunjukkan pada gambar 1. Pekerja seks komersial yang berumur 21-30 tahun masih produktif bekerja sehingga dengan banyak mengetahui IMS dan antibiotika mereka dapat mengerti cara pencegahan IMS atau penanganan IMS, Dengan demikian, PSK tidak terganggu pekerjaannya. 50 43,14 45 Prosentase (%) 40 35 27,45 30 Tahu (%) 25 Tidak tahu (%) 20 15 11,76 9,8 10 5,88 1,96 5 0 15-20 21-30 31-40 41-50 umur (tahun) Gambar 7. Pengetahuan tentang antibiotika berdasarkan profil umur PSK di Pasar Kembang tahun 2006 Dari profil lama kerja ditunjukkan pada gambar 8, PSK dengan lama kerja tiga dan lima tahun mempunyai prosentase pengetahuan antibiotika yang cukup tinggi dapat dikarenakan pengalaman IMS. Dari gambar 8 sebagian besar PSK memiliki pengetahuan tentang antibiotika. Para PSK mendapat informasi tentang antibiotika dari teman sesama PSK, penyuluhan, relawan GL, atau apotek. Dari profil tingkat pendidikan ditunjukkan pada gambar 9, PSK dengan tingkat pendidikan SD, SMP, dan SMA sudah mempunyai pengetahuan antibiotika yang cukup tinggi. Pengetahuan antibiotika yag cukup tinggi ini dapat dikarenakan PSK mendapat informasi dari relawan GL, dokter, atau penyuluhan. Dengan tingginya pengetahuan antibiotika, diharapkan PSK dapat menggunakan antibiotika dengan tepat atau sesuai dengan penyakitnya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44 30 25,49 23,53 Prosentase (%) 25 20 17,65 Tahu (%) 13,73 15 Tidak tahu (%) 9,8 10 5,88 3,92 5 0 1 2 3 4 5 lama kerja (tahun) Gambar 8. Pengetahuan tentang antibiotika berdasarkan profil lama kerja PSK di Pasar Kembang tahun 2006 35 33,33 31,37 30 Prosentase (%) 25,49 25 20 Tahu (%) 15 Tidak tahu (%) 10 5,88 3,92 5 0 SD SMP SMA pendidikan Gambar 9. Pengetahuan tentang antibiotika berdasarkan profil tingkat pendidikan PSK di Pasar Kembang tahun 2006 3. Pengetahuan tentang aturan pakai antibiotika Antibiotika dapat memberikan efek yang diharapkan jika digunakan sesuai aturan pakai. Pengetahuan atau pemahaman aturan pakai yang benar adalah mengetahui bagaimana aturan pakai yang benar termasuk sesuai dengan frekuensi dan durasi pemakaian antibiotika. Jika frekuensi pemakaian antibiotika terlalu sering maka kadar dalam darah akan meningkat melebihi Konsentrasi Bakterisidal Minimal (KBM/MBC) dan dapat menjadi toksik bagi tubuh. Sebaliknya jika PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45 frekuensi pemberian terlalu jarang akan membuat antibiotika yang bersifat timedepending menjadi tidak efektif. Antibiotika yang bersifat time-depending dapat berefek tergantung lamanya dalam darah sehingga jika kadar antibiotika dalam darah tidak dipertahankan dalam waktu tertentu, antibiotika tidak mampu mengeradikasi agen penginfeksi. Durasi penggunaan antibiotika terlalu lama dalam tubuh akan terpejani antibiotika secara terus-menerus dapat menyebabkan flora normal dalam tubuh akan ikut tereradikasi. Durasi pemakaian yang terlalu pendek (tidak sesuai dengan durasi yang seharusnya) akan menyebabkan bakteri penginfeksi tidak tereradikasi semua membuat pengobatan menjadi tidak efektif. Dari hasil kuisioner yang ditunjukkan pada tabel XIII sebanyak 58,8% memahami aturan pakai antibiotiks yang benar dan sebanyak 41,2% tidak memahami aturan pakai antibiotika dengan benar. Prosentase PSK yang memahami aturan pakai antibiotika tidak sebanyak prosentase PSK yang memiliki pengetahuan tentang antibiotika. Dapat dimungkinkan bahwa PSK menggunakan antibiotika tanpa mengetahui/memahami aturan pakai yang benar sehingga antibiotika yang digunakan tidak sesuai dengan aturan pakai. Dari tabel XII juga diperlihatkan bahwa sebanyak 41,2% tidak memahami aturan pakai antibiotika dengan benar dapat disebabkan oleh kurangnya informasi mengenai aturan pakai antibiotika. Kurangnya informasi aturan pakai dapat disebabkan tidak semua PSK membeli antibiotika di apotek atau di klinik (tanpa resep dokter). Untuk mengatasi kurangnya pemahaman tentang aturan pakai antibiotika sebaiknya PSK diminta untuk membeli antibiotika di apotek dan atau di klinik dokter. Peran farmasis dibutuhkan untuk memberi informasi aturan pakai yang benar seperti saat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46 antibiotika diserahkan diberikan informasi frekuensi dan durasi pemakaian antibiotika. Tabel XIII. Pengetahuan PSK di Pasar Kembang tentang aturan pakai antibiotika tahun 2006 Pengetahuan tentang aturan pakai Paham Tidak paham Jumlah Prosentase (%) 30 orang 21 orang 58,8 41,2 Kurangnya pemahaman aturan pakai antibiotika yang benar didukung pula dari hasil wawancara dengan PSK. Sebanyak empat responden menggunakan antibiotika tanpa mengetahui aturan pakai yang benar. Responden 10 menyatakan tidak mengetahui adanya aturan pakai antibiotka dan digunakan sesuai kehendak sendiri. Akan tetapi, terdapat PSK yang mengetahui aturan pakai antibiotika yang benar seperti pada responden 3. responden 3 menyatakan mengetahui aturan pakai antibiotika ampisilin (merk dagang Binotal) dari apotek dan digunakan sesuai aturan pakai yang diberikan. Prosentase PSK yang memiliki pengetahuan aturan pakai antibiotika yang paling tinggi ditunjukkan pada gambar 10, 11, dan 12. PSK dengan kisaran umur 21-30 tahun (29,41%) lama kerja lima tahun (17,65%); tingkat pendidikan SD (25,49%). Pada umur 21-30 tahun saat diberikan informasi mengenai aturan pakai akan mudah menerima informasi tersebut. Jika dilihat dari profil umur (gambar 7), lama kerja (gambar 8), dan tingkat pendidikan (gambar 9), prosentase PSK yang mengetahui aturan pakai antibiotika paling tinggi pada umur 21-30 tahun, lama kerja 5 tahun, dan tingkat pendidikan SD. Begitu pula pada profil pengetahuan aturan pakai yang pada umur 21-30 tahun, lama kerja 5 tahun, dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47 tingkat pendidikan SD mempunyai prosentase pengetahuan aturan pakai antibiotika paling tinggi. Dapat dikatakan, dengan meningkatnya pengetahuan PSK tentang antibiotika maka akan meningkat pula pengetahuan PSK tentang aturan pakai antibiotika. Prosentase PSK yang mengetahui antibiotika dilihat dari profil umur, lama kerja, dan tingkat pendidikan sesuai dengan prosentase PSK yang mengetahui antibiotika. Dengan demikian, PSK yang mengetahui antibiotika juga mengetahui aturan pakai antibiotika yang benar. 35 29,41 Prosentase (%) 30 25 19,61 20 Tahu (%) 15,69 13,73 15 10 5,88 5,88 Tidak tahu (%) 5,88 3,92 5 0 15-20 21-30 31-40 41-50 umur (tahun) Gambar 10. Pengetahuan tentang aturan pakai antibiotika berdasarkan profil umur PSK di Pasar Kembang tahun 2006 20 17,65 18 Prosentase (%) 16 14 12 13,73 13,73 9,8 10 8 Tahu (%) 9,8 7,83 7,83 Tidak tahu (%) 5,88 6 4 1,96 2 1,76 0 1 2 3 4 5 lama kerja (tahun) Gambar 11. Pengetahuan tentang aturan pakai antibiotika berdasarkan profil lama kerja PSK di Pasar Kembang tahun 2006 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48 30 25,49 prosentase (%) 25 20 15,69 15 15,69 13,73 11,76 10 Tahu (%) Tidak tahu (%) 7,65 5 0 SD SMP SMA pendidikan Gambar 12. Pengetahuan tentang aturan pakai antibiotika berdasarkan profil tingkat pendidikan PSK di Pasar Kembang tahun 2006 Pengetahuan yang benar baik mengenai antibiotika maupun aturan pakai antibiotika dapat meningkatkan kepatuhan terhadap aturan pakai. Kepatuhan terhadap aturan pakai didefinisikan penggunaan antibiotika sesuai dengan frekuensi dan durasi yang benar. Ketidakpatuhan terhadap aturan pakai yang dilakukan oleh PSK antara lain: menggunakan antibiotika terus menerus (durasi terlalu lama), dihentikan sebelum waktunya, frekuensi penggunaan terlalu sering atau terlalu jarang. 4. Efek samping antibiotika Efek samping adalah efek tidak dikehendaki yang muncul pada dosis terapi. Efek samping yang terjadi tidak selalu sama pada masing-masing orang meskipun obat yang digunakan sama baik dosis dan aturan pakai. Dari hasil kusioner yang ditunjukkan pada tabel XIV, sebanyak 33,3% pernah mengalami efek samping dan sebanyak 66,7% tidak pernah mengalami efek samping obat. Dapat dilihat pada tabel XIV, PSK jarang mengalami efek samping sehingga dapat dikatakan efek samping jarang muncul saat antibiotika PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49 digunakan. Jarangnya efek samping yang muncul memungkinkan PSK jarang untuk melakukan ganti obat sehingga prosentase PSK yang tidak melakukan ganti obat tinggi seperti ditunjukkkan pada tabel XIV. Tabel XIV. Pernah tidaknya PSK di Pasar Kembang merasakan efek samping antibiotika tahun 2006 Pernah merasakan efek Jumlah Prosentase (%) samping Pernah 17 orang 33,3 Tidak pernah 34 orang 66,7 Dari hasil wawancara, hanya responden 4 yang menyatakan pernah mengalami efek samping. Efek samping yang dialami responden 4 pada saat menggunakan antibiotika amoksisilin secara per oral terasa mual lalu responden 4 menggunakan antibiotika injeksi dengan rutin saat periksa ke dokter. Jika dilihat pada responden lain seperti pada responden 8 yang juga menggunakan antibiotika amoksisilin secara per oral per oral tidak mengalami efek samping. Dari hasil wawancara menunjukkan efek samping tidak selalu terjadi pada setiap orang yang terapi dengan antibiotika yang sama. Efek samping amoksisilin antara lain: mual, diare, ruam, kadang terjadi kolitis. Jika dilihat dari profil umur, lama kerja, dan tingkat pendidikan sebagian besar PSK tidak pernah mengalami efek samping. Meskipun demikian, tidak dapat dihubungkan antara profil umur, lama kerja, dan tingkat pendidikan PSK dengan pengalaman pernah tidaknya PSK mengalami efek samping. Hal ini disebabkan karena efek samping tidak selalu muncul pada semua orang yang menggunakan antibiotika yang sama. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50 35 29,4 Prosentase (%) 30 23,53 25 20 pernah (%) 15,69 Tidak pernah (%) 15 9,8 10 5 7,83 7,83 3,92 1,96 0 15-20 21-30 31-40 41-50 umur (tahun) Gambar 13. Pernah tidaknya PSK di Pasar Kembang mengalami efek samping antibiotika ditinjau dari umur pada tahun 2006 25 19,6 Prosentase (%) 20 15,69 15 11,7611,76 11,76 pernah (%) Tidak pernah (%) 9,8 10 5,88 5 3,92 3,92 3,92 0 1 2 3 4 5 lama kerja (tahun) Gambar 14. Pernah tidaknya PSK di Pasar Kembang mengalami efek samping antibiotika ditinjau dari lama kerja pada tahun 2006 30 25,49 23,53 prosentase (%) 25 19,6 20 15,69 pernah (%) 15 Tidak pernah (%) 9,8 10 5,88 5 0 SD SMP SMA pendidikan Gambar 15. Pernah tidaknya PSK di Pasar Kembang mengalami efek samping antibiotika ditinjau dari tingkat pendidikan pada tahun 2006 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51 5. Resistensi antibiotika Penggunaan antibiotika yang tidak sesuai dengan aturan pakai seperti tidak dihabiskan pada jangka waktu tertentu dapat menyebabkan bakteri menjadi resisten. Para PSK dikatakan mengetahui resistensi antibiotika jika PSK mengetahui antibiotika yang digunakan tidak dapat menghasilkan efek yang diinginkan akibat penggunaan antibiotika yang tidak tepat. Dari hasil kuisioner yang ditunjukkan pada tabel XV sebanyak 56,9% mengetahui resistensi dan sebesar 43,1% tidak mengetahui resistensi. Dari tabel 15, PSK yang tidak mengetahui resistensi masih cukup banyak. Jika pengetahuan resistensi kurang dapat menyebabkan penggunaan antibiotika tidak sesuai dengan aturan pakai. Tabel XV. Pengetahuan PSK di Pasar Kembang tentang resistensi tahun 2006 Pengetahuan tentang Jumlah Prosentase (%) resistensi Tahu 29 orang 56,9 Tidak 22 orang 43,1 Dari hasil wawancara, sebagian besar PSK tidak mengetahui resistensi antibiotika. Kurangnya pengetahuan resistensi ini membuat PSK dalam menggunakan antibiotika tidak sesuai aturan pakai seperti pada responden 10. Responden 10 tidak mengetahui bahwa bakteri menjadi resisten terhadap antibiotika dan tidak pernah memperhatikan aturan pakai sehingga dalam menggunakan antibiotika tidak sesuai dengan aturan pakai (penggunaan antibiotika dihentikan sebelum waktunya karena merasa sudah sembuh atau gejala hilang). Akan tetapi, terdapat PSK yang mengetahui resistensi dan tetap menggunakan antibiotika sesuai keinginan sendiri seperti pada responden 2. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52 Responden 2 mengetahui resistensi namun tetap menggunakan antibiotika tidak sesuai dengan aturan pakai dengan alasan sudah terbiasa menggunakan antibiotika tanpa mematuhi aturan pakai. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran PSK untuk menggunakan antibiotika dengan benar dapat menyebabkan penggunaan antibiotika menjadi tidak rasional. Agar pengetahuan dan kesadaran PSK untuk menggunakan antibiotika meningkat, sebaiknya PSK diberi informasi baik jenis antibiotika, aturan pakai, dan resistensi antibiotika dengan lengkap dan jika merasa muncul gejala IMS dianjurkan segera memeriksakan diri ke dokter. Prosentase pengetahuan resistensi paling tinggi terjadi pada PSK dengan profil umur 21-30 tahun (27,45%); lama kerja 5 tahun (23,53%); dan tingkat pendidikan SD (21,57%). Selama bekerja lima tahun sering mendapat informasi tentang resistensi baik dari relawan GL dokter, atau penyuluhan sehingga pengetahuan resistensi tinggi meskipun PSK hanya dengan tingkat pendidikan SD. 30 27,45 23,53 prosentase (%) 25 20 17,65 Tahu (%) 15 Tidak tahu (%) 9,8 10 5 7,83 5,88 3,92 3,92 0 15-20 21-30 31-40 41-50 kisaran umur Gambar 16. Pengetahuan PSK di Pasar Kembang tentang resistensi berdasarkan profil umur pada tahun 2006 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53 23,53 25 Prosentase (%) 20 15 13,73 Tahu (%) 11,76 11,76 9,8 10 Tidak tahu (%) 7,84 7,83 5,88 5,88 5 1,96 0 1 2 3 4 5 lama kerja (tahun) Gambar 17. Pengetahuan PSK di Pasar Kembang tentang resistensi berdasarkan profil lama kerja pada tahun 2006 25 21,57 19,6 prosentase (%) 20 17,65 17,65 13,73 15 Tahu (%) 9,8 10 Tidak tahu (%) 5 0 SD SMP SMA tingkat pendidikan Gambar 18. Pengetahuan PSK di Pasar Kembang tentang resistensi berdasarkan profil tingkat pendidikan pada tahun 2006 B. Pola Pemilihan dan Penggunaan Antibiotika 1. Pola pemilihan dan penggunaan antibiotika PSK di Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006 Berdasarkan data di klinik GL yang ditunjukkan pada gambar 19, pada tahun 2006 prevalensi kasus IMS yang paling banyak adalah infeksi GO yaitu sebesar 43% dari 51 responden. Dari hasil wawancara dengan dokter yang praktek di klinik GL, kasus IMS yang sering terjadi adalah infeksi GO dan infeksi GO komplikasi infeksi klamidia. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54 Prosentase (%) 10% 0% Gonore 47% Sindrom Ulkus Genitalis Sindrom duh Tubuh 43% Sifilis Gambar 19. Prevalensi kasus IMS di Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006 Pada tabel XVI menunjukkan terapi untuk IMS GO maupun GO dengan komplikasi klamidia adalah antibiotika siprofloksasin 500 mg dosis tunggal diteruskan dengan doksisiklin 100 mg, 4x1, selama 7 hari. Menurut dokter di klinik GL, jika pasien mengalami IMS GO maka terapi yang diberikan tidak hanya untuk GO namun juga untuk klamidia. Hal ini dikarenakan saat pasien terinfeksi GO akan sangat mudah terinfeksi klamidia juga. Tabel XVI. Terapi untuk IMS di klinik Griya Lentera pada PSK di Pasar Kembang tahun 2006 Jenis IMS Terapi IMS GO Antibiotika siprofloksasin 500 mg, p.o, dosis tunggal Klamidia Antibiotika doksisiklin 100 mg, p.o, 2x1, selama 7 hari GO komplikasi Antibiotika siprofloksasin 500 mg, p.o, dosis tunggal Klamidia diteruskan dengan antibiotika doksisiklin 100 mg, p.o, 2x1, selama 7 hari Terapi IMS untuk IMS GO dan klamidia yang digunakan di klinik GL sudah sesuai dengan standar yang digunakan dalam pustaka acuan yang ditunjukkan pada tabel V. Aplikasi pengobatan sudah sesuai dengan teori yang merekomendasikan siprofloksasin 500 mg dosis tunggal untuk GO dan doksisiklin 100 mg, 2x1, selama 7 hari. Oleh karena itu, sudah rasional jika IMS GO PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55 komplikasi klamidia diberikan antibiotika siprofloksasin dan diteruskan dengan doksisiklin. Dengan demikian, pengobatan IMS dalam aplikasinya sudah rasional. Siprofloksasin 500 mg, dosis tunggal efektif untuk membunuh bakteri n. gonnorrhoea dan doksisiklin (golongan tetrasiklin) 100 mg, 2x1 selama 7 hari efektif untuk eradikasi spiroketa C. Trachomatis karena doksisiklin mampu penetrasi ke dalam sel (intraseluler). Pada tahun 2006 antibiotika amoksisilin dan ampisilin jarang diresepkan bahkan tidak pernah diresepkan oleh dokter mengingat tingkat resistensi terhadap antibiotika tersebut relatif tinggi. Akan tetapi, dari hasil wawancara sebagian besar responden menggunakan antibiotika amoksisilin dan ampisilin. Dapat dimungkinkan PSK membeli antibiotika tersebut tanpa resep dokter. Profil antibiotika yang digunakan oleh PSK ditunjukkan pada tabel XVII. Tabel XVII. Profil pemilihan dan penggunaan antibiotika pada PSK di Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006 Jenis antibiotika Prosentase (%) Ampisilin (40,0%) Amoksisilin (30,0%) Tetrasiklin (30,0%) 2. Kepatuhan PSK terhadap aturan pakai antibiotika Pada tabel 16 dari hasil kuisioner ditunjukkan sebanyak 60,8% mematuhi aturan pakai dan sebanyak 39,2% tidak mematuhi aturan pakai yang dianjurkan. Sebanyak 60,8% mematuhi aturan pakai karena ingin cepat sembuh, tidak ingin terinfeksi lagi, dan mematuhi perintah dokter. Sebanyak 39,2% tidak mematuhi aturan pakai karena merasa sudah sembuh dengan hilangnya gejala IMS atau menggunakan sesuai keinginan sendiri sehingga penggunaan antibiotika dihentikan sebelum waktunya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56 Tabel XVIII. Kepatuhan PSK di Pasar Kembang terhadap aturan pakai tahun 2006 Kepatuhan terhadap aturan pakai obat Patuh Tidak patuh Jumlah Prosentase (%) 31 orang 20 orang 60,8 39,2 Pada hasil wawancara, sebagian besar PSK tidak mematuhi aturan pakai. Dari hasil wawancara, ditunjukkan pula PSK yang sebenarnya mengetahui aturan pakai yang benar, tetapi tidak mematuhinya seperti yang dilakukan oleh responden 7. Responden 7 menyatakan mengetahui aturan pakai antibiotika termasuk antibiotika harus dihabiskan saat periksa ke dokter namun tetap meminum antibiotika sesuai keinginan sendiri. Akan tetapi, terdapat pula PSK yang mengetahui aturan pakai antibiotika dan mematuhi aturan pakai seperti responden 3. Responden 3 menyatakan mengetahui aturan pakai antibiotika (ampisilin) waktu membeli di apotek dan mematuhi aturan pakai. Ketidakpatuhan PSK seperti pada responden 7 menyebabkan penggunaan antibiotika menjadi tidak rasional sehingga respon yang terjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan. Disini peran farmasis dibutuhkan untuk memberi informasi aturan pakai yang benar dan mengingatkan PSK untuk mematuhi aturan pakai sehingga tujuan terapi berhasil. Pemahaman aturan pakai antibiotika ditunjukkan pula dari kepatuhan PSK untuk menggunakan antibiotika tepat waktu dan dalam jangka waktu tertentu. Sama seperti dengan pengetahuan PSK tentang aturan pakai, dari gambar 20 menunjukkan prosentase kepatuhan terhadap aturan pakai paling tinggi pada umur PSK 21-30 tahun (25,49%); lama kerja lima tahun (21,57%); tingkat pendidikan SD (23,53%). Para PSK dengan profil umur 21-30 tahun masih sangat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57 memperhatikan kesehatan dan jika terinfeksi akan menggunakan obat sesuai aturan pakai. Para PSK berumur antara 21-30 tahun masih produktif dalam bekerja sehingga jika terinfeksi akan mengganggu dalam bekerja sehingga sangat dimungkinkan PSK mematuhi aturan pakai agar cepat sembuh. Sangat dimungkinkan para PSK dengan lama kerja lima tahun mempunyai pengalaman IMS cukup banyak sehingga PSK dengan sendirinya akan mengetahui bagaimana IMS dapat mengganggu pekerjaannya. Dengan pengalaman tersebut, PSK akan mematuhi aturan pakai agar cepat sembuh. 30 25,49 Prosentase (%) 25 21,57 19,6 20 patuh (%) 15 11,76 Tidak patuh (%) 10 7,84 5,88 5,88 5 1,96 0 15-20 21-30 31-40 41-50 umur (tahun) Gambar 20. Kepatuhan PSK di Pasar Kembang terhadap aturan pakai antibiotika berdasarkan profil umur pada tahun 2006 25 21,57 Prosentase (%) 20 15,69 15 13,73 patuh (%) 9,8 Tidak patuh (%) 10 7,83 7,837,83 7,83 5,88 5 1,96 0 1 2 3 4 5 lama kerja (tahun) Gambar 21. Kepatuhan PSK di Pasar Kembang terhadap aturan pakai antibiotika berdasarkan profil lama kerja pada tahun 2006 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58 25 23,53 21,57 Prosentase (%) 20 17,65 15,69 13,73 15 patuh (%) Tidak patuh (%) 10 7,84 5 0 SD SMP SMA pendidikan Gambar 22. Kepatuhan PSK di Pasar Kembang terhadap aturan pakai antibiotika berdasarkan profil tingkat pendidikan pada tahun 2006 3. Tindakan mengganti obat Tindakan mengganti obat jarang dilakukan oleh PSK di Pasar Kembang pada tahun 2006. Seperti pada tabel 17 dari hasil kuisioner ditunjukkan sebanyak 68,6% tidak mengganti antibiotika dan sebanyak 31,4% PSK mengganti obat. Diduga sebanyak 31,4% PSK mengganti antibiotika karena mengalami efek samping atau obat yang biasa digunakan tidak tersedia. Sebanyak 68,6% tidak melakukan ganti obat karena merasa sudah cocok dengan antibiotika biasa digunakan. Tabel XIX. Tindakan PSK di Pasar Kembang untuk mengganti obat tahun 2006 Pernah mengganti obat Jumlah Prosentase (%) Pernah 16 orang 31,4 Tidak pernah 35 orang 68,6 Pada hasil wawancara, PSK mengganti antibiotika karena mematuhi atau resep dari dokter, efek samping, efek dianggap kurang bagus, dan obat yang biasa digunakan tidak ada. Responden 5 menyatakan mengganti antibiotika karena antibiotika yang biasa digunakan tidak tersedia (rifampisin diganti tetrasiklin) dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59 merasa efek antibiotika tetrasiklin tidak sebagus rifampisin. Pengunaan antibiotika seperti pada responden 2 yang menyatakan tidak pernah ganti antibiotika karena merasa sudak cocok dengan antibiotika yang biasa digunakan. Baik dari hasil kuisioner dan wawancara masih jarang PSK yang mengganti obat meskipun infeksi yang dialami berbeda. Penggunaan antibiotika seharusnya sesuai dengan infeksi yang dialami dan digunakan hanya untuk mengobati infeksi bukan untuk penyakit lain. Oleh karena itu, PSK perlu diberi informasi untuk memeriksakan dirinya ke dokter jika tubuh terasa sakit sehingga mendapat terapi yang sesuai dengan kondisi klinisnya. Dari profil umur ditunjukkan pada gambar 23, PSK yang paling jarang mengganti obat pada kisaran umur 21-30 tahun dengan prosentase 29,41%. Jika dilihat dari profil lama kerja, PSK dengan lama kerja satu dan lima tahun paling jarang melakukan ganti antibiotika yaitu sebesar 17,65% seperti pada gambar 24. Pada gambar 25 baik tingkat pendidikan SD, SMP, maupun SMA jarang melakukan ganti obat yaitu. Jika dilihat baik dari profil umur, lama kerja, atau tingkat pendidikan prosentase PSK yang tidak mengganti obat (antibiotika) lebih banyak daripada yang mengganti obat. Diduga hal ini disebabkan PSK sudah cocok dengan antibiotika yang biasa digunakan dan merasa sembuh jika menggunakan antibiotika yang biasa digunakan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60 35 29,41 Prosentase (% ) 30 25 21,57 20 Tahu (%) 15,69 15 Tidak tahu (%) 11,76 9,8 10 5 7,84 3,92 0 15-20 21-30 31-40 41-50 umur (tahun) Gambar 23. Tindakan PSK di Pasar Kembang untuk mengganti antibiotika berdasarkan profil umur pada tahun 2006 20 18 17,65 15,69 Prosentase (%) 16 15,69 13,73 14 12 9,8 9,8 10 8 7,84 Tahu (%) Tidak tahu (%) 5,88 6 4 1,96 1,96 2 0 1 2 3 4 5 lama kerja (tahun) Gambar 24. Tindakan PSK di Pasar Kembang untuk mengganti antibiotika berdasarkan profil lama kerja pada tahun 2006 23,53 25 23,53 21,57 Prosentase (%) 20 17,65 15 pernah (%) Tidak pernah (%) 10 7,83 5,88 5 0 SD SMP SMA tingkat pendidikan Gambar 25. Tindakan PSK di Pasar Kembang untuk mengganti antibiotika berdasarkan profil tingkat pendidikan pada tahun 2006 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61 C. Perbandingan Pola Pemilihan dan Penggunaan Antibiotika pada Tahun 2002, Tahun 2005, dan Tahun 2006 Prosentase antibiotika yang digunakan oleh PSK di Pasar Kembang pada tahun 2002 dan tahun 2005 diperoleh dari data kuisioner pada penelitian Sutama (2005) dan Putranto (2002). Sedangkan pada tahun 2006, prosentase antibiotika yang digunakan PSK diperoleh dari hasil wawancara dengan PSK. Profil antibiotika baik pada tahun 2002, tahun 2005, dan tahun 2006 tidak berbeda. Antibiotika yang digunakan PSK antara lain ampisilin, amoksisilin, dan tetrasiklin seperti ditunjukkan pada tabel 18. Tabel XX. Perbandingan antibiotika yang digunakan PSK pada tahun 2002, tahun 2005, dan tahun 2006 di Pasar Kembang Yogyakarta Penggunaan antibiotika Tahun 2002 Ampisilin (63%) Amoksisilin (23%) Tetrasiklin (14%) Tahun 2005 Ampisilin (46,0%) Tahun 2006 Ampisilin (40,0%) Amoksisilin(31,8%) Amoksisilin(30,0%) Tetrasiklin (22,2%) Tetrasiklin (30,0%) Profil antibiotika pada tahun 2002, tahun 2005, dan tahun 2006 tidak ada perbedaan. Hal ini disebabkan karena sebagian besar PSK yang berada di lingkungan Pasar Kembang hanya menggunakan obat tersebut secara terusmenerus. Jadi dari tahun 2002 sampai 2006 tidak ada perubahan profil antibiotika yang digunakan PSK. Selain itu, para PSK merasa sudah percaya khasiat antibiotika yang biasa digunakan misal amoksisilin sehingga PSK jarang melakukan ganti obat. Penggunaan antibiotika seperti amoksisilin dan ampisilin secara terus-menerus perlu dihindari agar resistensi terhadap antibiotika tersebut tidak tinggi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62 Dilihat dari prosentasenya, terjadi peningkatan penggunaan antibiotika tetrasiklin dan amoksisilin serta terjadi penurunan prosentase penggunaan ampisilin. Hal ini dapat disebabkan pengetahuan PSK tentang IMS dan antibiotika sudah meningkat. Dengan peningkatan pengetahuan IMS dan antibiotika maka PSK akan dapat menggunakan antibiotika dengan benar (sesuai dengan jenis IMS yang dialami). Selain itu, dengan meningkatnya pengetahuan PSK tentang IMS dan antibiotika akan meningkatkan kesadaran PSK untuk memeriksakan diri ke dokter saat merasa terkena IMS sehingga akan mendapatkan antibiotika yang tepat. Jika melihat data dari dokter yang mengatakan bahwa tetrasiklin (doksisiklin) paling banyak digunakan untuk infeksi GO dan GO komplikasi klamidia sangat dimungkinkan PSK akan mendapat tetrasiklin saat periksa ke dokter. Dengan demikian dapat menyebabkan prosentase penggunaan tetrasiklin meningkat. Semakin menurunnya penggunaan antibiotika ampisilin dapat disebabkan karena faktor kenyamanan dan ketaatan PSK terhadap aturan pakai serta dokter tidak pernah lagi meresepkan antibiotika ampisilin. Ampisilin digunakan dengan interval waktu setiap 6 jam (4x1) yang dapat menyebabkan PSK malas untuk mematuhi aturan pakai tersebut. PSK akan memilih antibiotika tetrasiklin atau amoksisiklin yang interval pemberian setiap 8 jam (3x1) yang dianggap lebih mudah dalam mengingat waktu meminum antibiotika tersebut. Dengan demikian, penggunaan antibiotika tetrasiklin dan amoksisiklin meningkat. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63 D. Evaluasi Kerasionalan Pemilihan dan Penggunaan Antibiotika (Drug Therapy Problems) 1. Unnecesarry Drug Therapy (tidak butuh obat) Perilaku PSK dalam memilih dan menggunakan antibiotika saat tubuh tidak sakit, digunakan sebelum berhubungan seksual, dan digunakan setiap hari dengan alasan mencegah penyakit adalah hal yang keliru. Penggunaan antibiotika saat tubuh tidak sakit merupakan hal yang salah. Saat tubuh tidak sakit, obat yang dimasukkan dalam tubuh tidak akan digunakan dan sama saja memasukkan racun dalam tubuh. Terlebih jika antibiotika yang digunakan sulit diekskresi dan mempunyai efek samping yang bermakna klinis. Obat khususnya antibiotika dapat berefek sebagai antibiotika saat tubuh terinfeksi oleh bakteri/fungi. Contoh responden yang sebenarnya tidak membutuhkan terapi obat adalah responden 8. Hal ini disebabkan terapi yang mereka gunakan tidak sesuai dengan kondisi klinis mereka. Penggunaan antibiotika setiap hari dalam durasi waktu yang lama menyebabkan antibiotika menjadi tidak efektif karena tubuh akan terpejani antibiotika terus-menerus sehingga flora normal dalam tubuh kemungkinan akan tereradikasi oleh antibiotika. Selain itu, penggunaan antibiotik setiap hari dilihat dari sisi ekonomi adalah pemborosan. Rekomendasi yang diberikan adalah menggunakan kondom saat berhubungan seksual untuk mencegah IMS. Selain itu, PSK diberi penyuluhan tentang IMS dan penggunaan antibiotika yang benar. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64 2. Dosage too low (pengaturan dosis terlalu rendah) Penggunaan antibiotika yang tidak dihabiskan sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan dan digunakan dengan frekuensi tidak teratur (lebih jarang dari frekuensi yang seharusnya) merupakan penyebab rendahnya kadar obat dalam darah. Dosis terlalu rendah dapat disebabkan penggunaan obat dengan durasi waktu terlalu pendek, dosis lebih rendah daripada dosis terapi dan frekuensi pemakaian terlalu kurang. Penggunaan antibiotika yang tidak dihabiskan sesuai dengan durasi yang ditentukan hanya merasa gejala sudah hilang menyebabkan tidak semua agen penginfeksi/ bakteri mati. Seperti pada responden 7 yang menggunakan tidak dihabiskan karena merasa sudah sembuh. Hal ini menyebabkan durasi agar kadar yang diutuhkan dalam tubuh cukup untuk membunuh agen penginfeksi terlalu cepat. Durasi yang terlalu cepat menyebabkan antibiotika tidak dapat memberikan efek yang diharapkan. Responden 6 menggunakan antibiotika ampisilin (dengan merk dagang Binotal dosis 500 mg/tablet) dengan frekuensi pemakaian terlalu jarang. Binotal seharusnya digunakan setiap enam jam dalam satu hari atau 4 kali dalam satu hari. Akan tetapi, responden 6 menggunakan Binotal dengan frekuensi 3x1; 2x1; bahkan sekali minum dalam satu hari. Kondisi ini menyebabkan kadar obat dalam darah sempat mengalami penurunan yang membuat efek obat sebagai antibiotika tidak dapat dipertahankan dan efek yang dihasilkan tidak seperti yang diharapkan. Rekomendasi yang diberikan agar PSK diberi informasi dosis dan aturan pakai yang benar. Selain itu, PSK juga diberi informasi dari akibat yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65 ditimbulkan jika antibiotika yang digunakan tidak sesuai dengan aturan pakai agar meningkatkan kesadaran PSK untuk menggunakan antibiotika dengan tepat. 3. Ineffective Drug Therapy (obat tidak efektif) Obat menjadi tidak efektif jika obat yang digunakan tidak sesuai dengan kondisi klinis pasien (wrong drug). Penggunaan antibiotika yang tidak sesuai dengan kondisi klinis terjadi pada responden wawancara 6 dan 10. Responden 6 menggunakan antibiotika amoksisilin untuk mengobati pegal-pegal. Amoksisilin digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan bakteri seperti bakteri penyebab IMS sehingga tidak dibenarkan jika digunakan untuk mengobati pegalpegal. Pegal-pegal tidak diakibatkan oleh bakteri dan bukan merupakan suatu penyakit sehingga jika responden 6 menggunakan antibiotika untuk pegal-pegal termasuk dalam kondisi klinis wrong drug. Rekomendasi untuk mengurangi kesalahan ini diberi informasi untuk menggunakan vitamin B (neurotropik) dan banyak mengkonsumsi air putih serta menghentikan penggunaan antibiotika jika tidak diperlukan. Sama seperti responden 6, responden 10 menggunakan antibiotika saat badan terasa sakit tanpa memeriksakan diri ke dokter untuk mengetahui penyebab dan mendapat terapi antibotika yang benar. Rekomendasi untuk PSK dalam kondisi ini yaitu diperiksakan ke dokter agar mengetahui penyebab sakit dengan tepat dan mendapat terapi yang benar. 4. Noncompliance (ketidakpatuhan) Perilaku PSK yang membuat PSK tidak patuh terhadap aturan pakai antara lain PSK malas minum antibiotika, PSK tidak mengetahui/memahami PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66 aturan pakai dengan benar, dan obat terlalu mahal bagi PSK sehingga hanya ditebus setengahnya. Dari hasil wawancara sebanyak 4 responden tidak mengetahui/memahami aturan pakai yang benar sehingga penggunaan antibiotika tidak sesuai dengan aturan pakai. Selain itu, terdapat pula responden yang memahami namun tidak mematuhi aturan pakainya. Sebaiknya penggunaan antibiotika harus sesuai dengan aturan pakai agar efek yang diharapkan tercapai dan tidak terjadi resistensi. Rekomendasi yang dapat diberikan adalah PSK diberi informasi/penyuluhan mengenai penggunaan antibiotika yang rasional agar PSK paham terhadap aturan pakai yang benar dan perilaku PSK yang salah dalam menggunakan antibiotika dapat dikurangi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Profil pengetahuan PSK di Pasar Kembang Yogyakarta tentang IMS dan antibiotika pada tahun 2006 sudah tinggi, dengan prosentase pengetahuan PSK tentang IMS sebanyak 84,3% dan pengetahuan tentang antibiotika sebanyak 90,2%. 2. Pola pemilihan dan penggunaan antibiotika di klinik GL pada tahun 2006 adalah siprofloksasin 500mg, dosis tunggal dan doksisiklin 500 mg, 4x1, selama 7 hari untuk infeksi GO dan GO komplikasi klamidia; untuk non GO (klamidia) digunakan doksisiklin 500 mg, 4x1, selama 7 hari. Antibiotika yang dipilih dan digunakan oleh PSK adalah ampisilin (40%); amoksisilin (30%); dan tetrasiklin (30%). 3. Pola pemilihan dan penggunaan antibiotika oleh PSK di Pasar Kembang Yogyakarta pada tahun 2002, tahun 2005, dan tahun 2006 tidak ada perbedaan yaitu amoksisilin, ampisilin, dan tetrasiklin. 4. Penggunaan antibiotika pada kalangan PSK di Pasar Kembang Yogyakarta tidak rasional karena terjadi DTP seperti: unnecessary drug (tidak membutuhkan obat) dengan menggunakan antibiotika setiap hari; ineffective drug (obat tidak efektif) dengan menggunakan antibiotika untuk mengobati pegal-pegal (wrong drug); dosage too low (dosis kurang) dengan menggunakan antibiotika tidak dihabiskan; (ketidakpatuhan) dengan tidak mematuhi aturan pakai. serta noncompliance PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68 B. Saran Beberapa saran yang dapat dikemukakan adalah : 1. perlu dilakukan pemantauan dan edukasi mengenai pemilihan dan penggunaan antibiotika yang benar kepada PSK di Pasar Kembang Yogyakarta untuk mengurangi terjadinya DTP dan meningkatkan kepatuhan PSK terhadap aturan pakai. 2. perlu dilakukan uji sensitivitas bakteri (Culture and Sensitivy Test) untuk mengetahui apakah antibiotika yang digunakan masih efektif dalam pengobatan IMS sehingga penggunaan antibiotika sesuai dengan infeksi yang dialami. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69 DAFTAR PUSTAKA Chambers, H.F., and Sande, M. A., Antimicrobial Agents general consideration, in Hardman J.G., Limbrid L.E., and Gilman A.G., 1996, Goodman and Gilman’s : The Pharmcological Basic of Therapeutics, 9th, 1029-1045, The Mc Graw-Hill Companies, USA Cipolle, R. J., Strand, L. M., and Morley, P. C., 2004, Pharmaceutical Care Practice : The Clinical’s Guide, 2nd, The McGraw-Hill Inc., United State of America Jawetz, M. A., 2001, Antimicrobial Chemotherapy, Medical Microbiology, Ed 19, 149-179, Appleton and Lange, USA Knodel, L. C., Sexually Transmitted Disease, in Dipiro, J. T., 2001, Pharmacotherapy : A Pathophysiologic Approach, 6th, The McGraw-Hill Inc., United State of America Koneman, E.W., Allen S.P., and Janda,W.M., 1997, Color Atlas and Textbook of Diagnostic Microbiology, 5th, 497-522; 842; 953-957, J. B. Lippincott Company, USA Lacy, C. F., Amstrong, L.L., Goldman, M. P., and Lance, L. L., 1993, Drug Information Handbook, American Pharmaceutical Association, Canada Lullman, H, M.D, Klaus, M, M.D., Ziegler, A. Ph.D., and Bieger, D, M.D., 2000, Antibacterial Drugs, Color Atlas of Pharmacology, 2nd, 266-276, Thieme Stuttgart, New York Mutschler, E., and Derendorf, H., 1995, Drug Actions: Basic Principles and Therapeutic Aspects, 515-549, CRS Press, Medpharm Scientific Publiser, Stuttgart Jerman Neal, J.M., 1987, Medical Pharmacology at a Glance, 3rd, 80-85, Blackwell Science Ltd, London Notoatmodjo, 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, PT. Rineka Cipta, Jakarta Pratiknya, A. W., 2001, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, 10-18, Rajawali, Jakarta Putranto, Y.W.A, 2002, Kajian Penggunaan Antibiotika di Kalangan Pekerja Seks Komersial (PSK) Perempuan di Lokalisasi Pasar Kembang Yogyakarta Tahun 2002, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70 Snyder I.S., and Finch R.G., Basic Concepts of Chemotherapy, in Craig C.R, and Stitzel R.E., 1990, Pharmacology, 3rd, Little Brown Company, USA Sutama, I.M.A., 2005, Studi Pemilihan dan Penggunaan Antibiotika di Kalangan Pekerja Seks Komersial (PSK) di Lokasi Pasar Kembang Yogyakarta Tahun 2005, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta Walker, R., Edwards, C., 1999, Clinical Pharmacy and Therapeutic, 474, Churchill Livingstone, New York Wicaksono, A.G., 2007, Pengaruh Edukasi Terhadap Pengetahuan dan Sikap pada Pekerja Seks Komersial di Lokasi Pasar Kembang Yogyakarta Tahun 2006, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta Wiratwanti, S.S.H., 2007, Pengaruh Edukasi Tentang Penyakit Menular Seksual Terhadap Perilaku dalam Penggunaan Antibiotika pada Pekerja Seks Komersial di Lokasi Pasar Kembang Yogyakarta Tahun 2006, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 1. Lembar Kuisioner UMUR NO NAMA 15 20 21 30 31 40 PENDIDIKAN 41 50 SD SMP SMA LAMA KERJA (tahun) 1 2 3 4 KETERANGAN PERNYATAAN 5 YA PENGETAHUAN : Apakah anda mengetahui tentang Infeksi Menular Seksual (IMS) Apakah anda mengetahui tentang obat antibiotika?. Apakah anda memahami aturan pakai antibiotika tersebut?. Apakah anda mengetahui bahwa obat antibiotika itu dapat menjadi tidak berefek/berkhasiat jika penggunaannya tidak sesuai cara dan aturan pakai?. Antibiotika harus diminum tepat waktu dalam jangka waktu tertentu Pemakaian antibiotika dapat dihentikan bila gejala sakitnya sudah hilang dan dipakai lagi bila penyakit kambuh kembali Dengan minum antibiotika sebelum berhubungan dapat terhindar dari semua penyakit kelamin SIKAP : Apakah anda pernah terkena Infeksi Menular Seksual (IMS) Apakah dalam penggunaan obat antibiotika tersebut anda selalu mematuhi aturan pakainya?. Apakah anda pernah mengganti untuk menggunakan obat antibiotika yang lain?. Dalam penggunaan obat antibiotika tersebut apakah anda pernah merasakan efek samping?. Apakah dengan menggunakan antibiotik, ada perubahan yang berarti bagi penyakit anda? Jumlah TIDAK PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 2. Hasil Rekap Kuisioner UMUR NO PENDIDIKAN NAMA 15 20 21 30 31 40 41 50 SD SMP SMA LAMA KERJA (tahun) 1 2 3 4 KETERANGAN PERNYATAAN 5 YA Jumlah TIDAK PENGETAHUAN : Apakah anda mengetahui tentang Infeksi Menular Seksual (IMS) Apakah anda mengetahui tentang obat antibiotika?. Apakah anda memahami aturan pakai antibiotika tersebut?. Apakah anda mengetahui bahwa obat antibiotika itu dapat menjadi tidak berefek/berkhasiat jika penggunaannya tidak sesuai cara dan aturan pakai?. Antibiotika harus diminum tepat waktu dalam jangka waktu tertentu Pemakaian antibiotika dapat dihentikan bila gejala sakitnya sudah hilang dan dipakai lagi bila penyakit kambuh kembali Dengan minum antibiotika sebelum berhubungan dapat terhindar dari semua penyakit kelamin 43 orang 8 orang 46 orang 5 orang 30 orang 21 orang 29 orang 22 orang 41 orang 10 orang 29 orang 22 orang 21 orang 30 orang 13 orang 38 orang 31 orang 20 orang 16 orang 35 orang 17 orang 34 orang 47 orang 4 orang SIKAP : Apakah anda pernah terkena Infeksi Menular Seksual (IMS) Apakah dalam penggunaan obat antibiotika tersebut anda selalu mematuhi aturan pakainya?. Apakah anda pernah mengganti untuk menggunakan obat antibiotika yang lain?. Dalam penggunaan obat antibiotika tersebut apakah anda pernah merasakan efek samping?. Apakah dengan menggunakan antibiotik, ada perubahan yang berarti bagi penyakit anda? PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74 Lampiran 3. Daftar terminologi medik DAFTAR TERMINOLOGI MEDIK 1. anal : berhubungan (seksual) dengan anus 2. aortitis : peradangan pada aorta 3. asimptomatik : tidak bergejala 4. demensia 5. dispareunia 6. disseminated GO : gonore yang sudah menyebar 7. disuria : nyeri atau sulit untuk berkemih 8. endoserviks : membran mukosa yang melapisi kanal servitis uteri; daerah lubang serviks yang bermuara ke dalam rongga uteri 9. epididimitis : peradangan pada epididimis :sindrom mental organik yang ditandai dengan hilangnya kemampuan intelektual secara menyeluruh yang mencakup gangguan mengingat, penilaian, dan pemikiran abstrak demikian juga dengan perubahan perilaku, tetapi tidak mencakup gangguan yang disebabkan oleh kesadaran yang berkabut, depresi, atau gangguan fungsional mental lainnya. : nyeri atau sulit untuk bersetubuh 10. faringitis : peradangan pada faring 11. fibrosis : pembentukan jaringan fibrosa 12. gumma : tumor lunak dan bergetah, terjadi pada sifilis tersier 13. idiopati : timbul sendiri tanpa diketahui penyebabnya 14. infertilitas : ketidakmampuan untuk mnginduksi konsepsi 15. ingual lymphadenopathy : penyakit/ sakit pada kelenjar limfe di selangkang 16. inkubasi : perkembangan penyakit menular dari waktu masuknya patogen hingga timbulnya gejala klinis PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75 17. intercourse 18. invasi jaringan : setiap kontak fisik antara dua individu yang mencakup rancangan terhdap organ genital, paling tidak satu organ genital : serangan/ pemasukkan bakteri yang mudah dan tidak berbahaya ke dalam tubuh atau penempatannya di dalam jaringan 19. in vitro : dilakukan di lingkungan buatan 20. in vitro : dilakukan dalam tubuh hidup 21. kanal : saluran 22. kankre : luka primer pada sifilis 23. kankroid : IMS oleh H.ducreyi menimbulkan ulkus primer 24. kehamilan ektopik : kehamilan di tempat yang abnormal (tube uterina, canal serbiks, rongga peritonial) 25. lesi : setiap diskontinuitas jaringan patologis atau traumatik atau hilangnya fungsi suatu bagian 26. mukopurulent : mengandung mukus dan nanah 27. neonatus : empat minggu pertama setelah kelahiran 28. onset gejala : waktu untuk munculnya gejala 29. orofaring : bagian faring yang terletak antara palatum mole dan tepi atas epiglotis 30. pelvis : bagian bawah batang tubuh yang di sebelah anterior dan lateral dibatasi oleh dua tulang panggul serta di sebelah posterior oleh os sakrum dan koksigeus 31. perianal : di sekitar anus 32. profilaksis : pencegahan penyakti (pengobatan preventif) 33. prostatitis : peradangan pada prostat 34. supurasi : pembentukkan sekrey nanah 35. ulcer : kerusakan lokal permukaan organ atau jaringan, yang ditimbulkan oleh terkupasnya jaringan nekrotik radang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76 36. ulkus : kumpulan ulcer 37. uretra : saluran membranosa yang mengalirkan urin dari kandung kemih ke luar tubuh 38. urethral discharge : ekskresi atau substansi yang dikeluarkan dari saluran uretra 39. urethral stricture : penyenpitan yang abnormal pada duktus atau saluran 40. uretritis : peradangan pada uretra PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77 Lampiran 4. Hasil Wawancara Terstruktur Responden 1 Usia : 29 Tahun Pendidikan : SD Lama Bekerja : 5 Tahun Hari/ Tanggal : Selasa/ 24 Oktober 2006 Waktu : 15.30 WIB Tempat : Pasar Kembang X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X X X Y X X Y X Y X : Sore mbak! Gimana kabarnya? : Baik : Lha mas gimana kabarnya? : Aku juga baek-baek aja. : Mba, aku mau nanya-nanya bentar boleh gak? : Boleh aja, mau nanya apa sich? : Mau tanya tentang antibiotik, mba tau gak antibiotik itu apa? : Tahu : Trus pertama kali pake antibiotik tu kapan? : Ya kira-kira 5 tahun yang lalu lah.. : Sering ga mba pake antibiotiknya? : Kadang-kadang aja sich, klo merasa ada gejala penyakit baru pake antibiotik : Alasan mbak minum obat tersebut apa?. : Untuk mencegah penyakit aja. : Mba minum antibiotik yang nganjurin sapa? Temen, dokter apa keinginan sendiri? : Keinginan sendiri. : Obat tersebut dapatnya dari mana?. : Seringnya sich beli di Apotik. : Seringnya pake antibiotik merknya apa mba? : Amoksilin kadang Ampisilin. : Alasan mba ganti obat antibiotik apa mba? : Ya kadang klo g ada Amoksilin ya pake Ampisilin. : Trus aku mau nanya, mba tau gak Infeksi Menular Seksual tu apa? : Ga tau, cuma aku pernah seluruh badanku kok gatel-gatel kenapa ya? Trus tak minumin CTM 2 biji tapi kok malah lemes ya? : Lemesnya mungkin karena efek samping CTM. Lain kali klo ngrasa badannya agak aneh periksa ke GL aja mba, setiap selasa ma jumat. Ada dokter spesialisnya juga kok... : Klo Infeksi Menular Seksual itu lho mbak penyakit yang biasanya ditularkan melalui hubungan seks. Contohnya Sipilis, GO, Klamidia, Kutu Kelamin, dll. : Mba pake antibiotik biasanya berapa kali sehari? : 3x sehari : Mba suka pake obat-obat yang lain ga? Misalnya klo sakit flu? : Ga, cuma klo agak capek minum kopi aja. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78 X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y : Dalam menggunakan obat antibiotik itu mba selalu mematuhi aturan pakenya gak? Misalnya obatnya diminum 3X sehari dan harus sampai habis! : Ya mas, klo ga bisa kebal to? : Dari penjelasan aku tadi, mbak pernah terkena Infeksi Menular Seksual gak?. : Selama ini belum pernah, Cuma pernah kalau kencing terasa sakit aja. : Mbak tau gak kalau antibiotika yang mbak pake bisa menjadi tidak berkhasiat?. : Gak tau, biasanya kalo aku minum sembuh kok. : Trus selama pake antibiotik pernah ga ngerasain efek samping yang merugikan ( misalnya ; mual, muntah, atau pusing ) : Ga tuch... : Mba klo misalnya salah satu obat antibiotik yang sering dipakai sudah tidak berkhasiat gimana tu? : Ga tahu...Lha gimana mas emang? : Ya solusinya bisa ganti antibiotik yang laen mba, tapi harus konsultasi dokter dulu lho mba. : OOOooo : Ak mau nanya lagi ni mba, tau ga alat kontrasepsi tu apa? : Ya tau lah mas, kayak pil KB, kondom itu to?? : Yoi mba bener sekali..Trus pake kondomnya sering ga mba? : Kadang-kadang aja sich mas, soalnya kadang tamu susah suruh pake kondom. : Lho kok gitu mba? : Lha dari pada ga dapet duit, trus ntar makan pake apa? : Ok mba ak ngerti, tapi kan mba juga ga mau tertular HIV/AIDS atau IMS to? : Ya ga mau... : Makannya mba sebisa mungkin usahakan pake kondom setiap melayani tamu. Mbok dirayu mba tamunya biar mau pake kondom.. : Ya mas.. : Yo wis udah sore ni mba, tak pamit mau pulang dulu. Makasih banyak ya mba. : Sama-sama. Responden 2 Usia Pendidikan Lama Bekerja Hari/ Tanggal Waktu Tempat X Y : 27 Tahun : SMP : 7 Tahun : Sabtu/ 4 November 2006 : 17.00 WIB : Pasar Kembang : Permisi mbak.... : Eh mas boy, Ada apa mas? PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79 X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X X Y X Y X Y X Y : Cuma mau maen aja kok mba. : Gimana kabarnya mba? : Ya masih begini lah.. : Mba sari aku boleh nanya-nanya sebentar ga? : Mau nanya apa to mas? : Nanya tentang IMS dan antibiotik?. : Oooo : Mba Sari tahu ga tentang obat antibiotik? : Tahu mas, kaya amoksilin, amphisilin itu kan? : Ya, trus kapan pertama kali pake obat antibiotik itu? : Ya sejak kerja disini. : Lha mbak kerja disini udah berapa tahun to? : Kira-kira 10 tahunan lah mas. : Trus seberapa sering atau kapan mba pake obat antibiotiknya? : Aku pake antibiotiknya setiap hari mas, pagi ma sore. : Setiap hari mba? selama 10 tahun? : Iya... : Biasanya pake antibiotik apa to mba? : Ampisilin : Pernah ganti ga dengan antibiotik yang lain? : Ga pernah mas, pakenya ampisilin terus kok. : Trus biasanya dapet obat antibiotiknya dari mana mbak? : Biasanya sich beli di apotik : Trus mbak tau, mengenai aturan pakai obat antibiotik yang benar?. : Ga, minum sesuai keinginan aja. : Lha klo beli di apotik ga pernah dikasih tau tentang aturan pakainya po? : Ga pernah tuch.. : Mba tau ga klo obat antibiotik tersebut dapat menjadi tidak berefek jika penggunaannya tidak sesuai dengan aturan pakainya? : Tahu : Lha itu tau, kok masih asal pakenya? : Mau gimana lagi mas, dah kebiasaan e.. : Pernah merasakan efek samping belum, selama pake antibiotik itu? : Belum. : Trus aku mau tanya, mba sari tau ga tantang Infeksi Menular Seksual? : Ga tau. : Infeksi Menular Seksual tu kaya Sifilis, GO ( Gonnorhea ), Klamidia. : Selama mbak kerja disini keluhan-keluhan apa yang mbak pernah rasakan? : Dulu pernah nyeri di bawah perut habis maen sama tamu, klo seringnya sich pegel-pegel di daerah pinggang. : Trus klo dah ngrasa kaya gitu biasanya apa yang dilakukan? : Ya tak minumin antibiotik, biasanya terus sembuh. : Selama ini setiap melayani tamu mba sari pake kondom terus ga? : Klo ak pake kondom terus mas biar aman... : Bagus... jangan lupa pake kondomnya terus ya mba biar aman,ok. : Ya.. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80 X Y : Yo wis, mungkin segitu dulu mba ngobrol-ngobrolnya, kita terusin besok lagi. Makasih banyak ya mba.. : Ya sama-sama mas.. Responden 3 Usia Pendidikan Lama Bekerja Hari/ Tanggal Waktu Tempat X Y X X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y : 25 Tahun : SMA : 5 Tahun : Jumat/ 10 November 2006 : 16.00 WIB : Pasar Kembang : Sore mba, gie pada nyantai ya !! : Iya mas.. : Kenalin mba aku boy, relawan baru dari GL (Griya Lentera ) : Mba namanya siapa? : Dita.. : Aslinya dari mana mba? : Aku dari solo.. : Udah berapa lama kerja di sini? : Ya sekitar 5 tahunan : Mba, klo aku mau tanya-tanya sebentar boleh ga? : Boleh aja, mau tanya apa to mas? : Mau tanya tentang obat antibiotik dan Infeksi Menular Seksual (IMS), tau ga mba obat antibiotik tu apa? : Tau.. : Mba Dita sering ga pake antibiotik? : Ga mas, jarang-jarang kok. : Pertama pake antibiotik kapan mba? : Sekitar 3 tahunan yang lalu.. : Trus alasan mba pake antibiotik apa? : Ya buat mencegah penyakit mas. : Dulu yang menganjurkan minum antibiotik siapa mba? Dari diri sendiri, temen atau dokter? : Aku dulu minun antibitik dikasih tau ma temen, katanya biar ga terkena penyakit. : Biasanya beli antibiotiknya dimana mba? : Apotik. : Klo beli di Apotik biasanya dikasih berapa biji obatnya mba? : 10 bijian mas.. : Trus dikasih tau ga sama apotiknya cara pake obatnya? : Dikasih tau mas, pakenya 3 X sehari da harus dihabisin. : Brarti mba selama ini minum obatnya sesuai aturan pakainya to? : Ya.. : Lha kenapa mba? : Klo ga nanti bisa kebal to mas? PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81 Y X Y X Y X Y X Y X Y X X Y X Y X X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y : Ya, betul sekali... : Klo beli antibiotik biasanya merk apa mba? : Aku biasa beli Binotal. : Trus pernah merasakan efek samping ga mba waktu pake antibiotik? : Dulu pernah waktu aku pake remaktan, waktu kencing warnanya jadi merah. Trus aku ganti pake binotal ga pernah lagi mengalami kaya gitu. : Mba ganti antibiotik yang menganjurkan siapa? : Ya dari Apotik. : Trus aku mau nanya lagi mba, tau ga Infeksi Menular Seksual (IMS) tu apa? : Tahu.. : Apa coba? : Ya kaya sifilis gitu to? : Ya, tapi ga cuma sifilis mba, ada HIV/AIDS, GO, Klamidia, Kutu Kelamin, dll. Tapi yang sering dialami temen-temen di sini mungkin cuma itu. : Selama kerja disini pernah ga mba mengalami gejala-gejala penyakit seperti yang udah tak jelasin tadi? : Ga pernah. : Trus mba tau, alat kontrasepsi tu apa? : Tau.. : Apa hayo? : Ya kaya kondom, pil KB, suntik KB.. : Betul. : Lha mba dita pake kondom terus to? : Jarang-jarang mas.. : Lho kenapa? : Soalnya kadang banyak tamu yang ga mau pake kondom. : Lha ga coba dirayu po mba? : Udah tak rayu mas, tapi kadang tamu suka ga mau... katanya ga enak. Malah kadang klo ak nawarin pake kodom, dikiranya aku kena penyakit. Dari pada ga jadi ya udah aku mau aja. : Lain kali mending pake kondom aja mba, biar aman. Mba juga ga mau to kena penyakit-penyakit kaya yang tadi! : Ya ga mau. : Makanya usahaiin mba pake kondom terus. Bilang aja ma tamunya kita sama-sama jaga kesehatan, biar aman... Mas punya keluarga to? Trus keluarganya mas juga ga mau terkena penyakit macem-macem to? Gitu mba... : Ya mas... kok galak banget to? : Bukannya galak mba! Itu kan demi kesehatannya mba juga.... Ya udah klo gitu ak tak pamit pulang dulu ya mba, udah sore e.. Makasih banyak atas informasinya dan jangan lupa pake kondomnya ya mbak!!! : Ya, makasih juga ya mas... PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82 Responden 4 Usia Pendidikan Lama Bekerja Hari/ Tanggal Waktu Tempat X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X X Y X Y X Y X Y X : 44 Tahun : SMP : 5 Tahun : Kamis/ 16 November 2006 : 16.30 WIB : Pasar Kembang : Hallo mba, gmn kabarnya? : Baik, kok ga pernah keliatan kemana aja mas? : Sori mbak kemaren lagi sibuk di kampus. : Mas kulaih dimana to? : Aku kuliah di Sanata Dharma ambil Farmasi. : Sanata Dharma kampusnya yang di gejayan itu ya? : Ya mba, tapi klo kampusku yang di paingan. UPN masih ke Timur.. : Oooo : O ya mba, aku mau tanya-tanya sebentar boleh ga mba? : Mau tanya apa to mas? : Tanya tentang obat antibiotik, mba tau? Antibiotik itu apa? : Tahu. : Biasanya pake antibiotik seberapa sering mba? : Sebulan sekali mas.. aku pergi ke dokter buat suntik antibiotik. : Tau ga mba biasanya dokter kasih antibiotik apa? : Gak tau. : Mba juga ga pernah tanya obat yang biasa dikasih apa? : Gak.. : Trus sampe sekarang masih rutin ke dokternya? : Ini aku belum ke dokter lagi, dah ada dua bulanan. Terakhir ke dokter aku ga dikasih suntik antibiotik lagi... katanya klo terus-terusan bisa kebal, jadi sekarang aku dikasih tablet antibiotik. : Obatnya merk apa mba? : Ga tau, tapi masih ada resepnya.. kemarin baru tak tebus setengah soalnya harganya mahal. : Boleh liat resepnya mba? : Ini mas... : Ooooo, ini nama antibiotiknya akilen mba? : Trus mba minum obat yang ini berapa kali sehari? : Aku minum 2 X sehari. : Mba tau aturan pakai obatnya dari mana? : Dari apotik mas, waktu mau tebus obat dikasih tau aturan pakainya.. : Brarti mba pake obat antibiotiknya sesuai dengan aturan pakainya terus to? : Ya.. : Trus mba suntik antibiotiknya dah berapa lama? : Ya sejak kerja kayak gini. : Lha mba kerja kaya gini dah berapa tahun? PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83 Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X X Y X Y : Sekitar lima tahunan. : Selama pake antibiotik, mba pernah merasakan efek samping ga? : Dulu pernah mas waktu pake amoksilin terasa mual, ganti Binotal jantungnya kok rasanya g enak trus aku pake suntik antibiotik gak pernah lagi merasakan efek kayak gitu lagi. : Brarti mba ganti antibiotik karena efek sampingnya ya? : Ya.. : Yang kasih saran buat ganti antibiotik siapa mba? : Aku sendiri.. : Trus mba tahu gak tentang alat kontrasepsi? : Tahu.. : Klo tahu contohnya apa mba? : Kaya kondom, pil KB, dll. : Untuk penggunaan kondom, frekuensinya gimana mba? Sering atau kadang-kadang? : Kadang pake kadang ga mas.. : Lha kok gitu mba? : Kadang tamu ga mau pake kondom, jadi mau ga mau mas dari pada ga dapet uang… tapi kadang aku juga lihat-lihat tamu. : Maksudnya gimana mba? : Ya aku lihat-lihat kondisi tamunya, misalnya dia kelihatan bersih ga pake kondom ga papa.. Tapi klo keliatannya kotor harus pake kondom.. : OOooo gitu… : Klo aku boleh kasih saran ya mba, lebih baik pake kondom terus… Soalnya kita khan ga tau orang itu sehat apa ga? Emang keliatannya bersih, tapi siapa tahu dia kena HIV/AIDS? Soalnya HIV/AIDS pada stadium awal belum ada gejalanya, jadi kayak orang sehat. Beda sama Infeksi Menular Seksual (IMS), klo orang yang kena IMS ada gejala fisiknya yang mungkin bisa kita lihat… Jadi mending pake kondom sebelum kita kena penyakit, ya to??? : Ya mas… : Ya udah mba sampe disini dulu ngobrol-ngobrolnya, makasih banyak atas informasinya dan jangan lupa pake kondomnya terus ya mba… : Ya mas, makasih juga.. Responden 5 Usia Pendidikan Lama Bekerja Hari/ Tanggal Waktu Tempat X Y Y : 28 Tahun : SD : 5 Tahun : Rabu/ 22 November 2006 : 19.30 WIB : Pasar Kembang : Malem… gimana kabarnya mba? : Baik. : Lha mas gimana kabarnya? PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84 X Y X X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y : Aku juga baek-baek aja kok mba. : Kok jarang keliatan to mas? : Iya e mba lagi banyak kegiatan soalnya.. : Gimana mba? Rame? : Surabaya. : Umurnya sekarang berapa?. : 45 tahun. : Disini kerja sudah berapa lama?. :Aku kerja dari tahun 1995. Pertanyaannya kok kayak wartawan aja. : Gak kok mbak cuma pingin latihan wawancara aja. He……. : Lha dari tadi aku ditanya terus, sekarang giliranku nanya boleh gak?. : Boleh aja. : Mas-nya dari mana? Kuliahnya dimana?. : Ak asli bali sekarang kuliah di Sanata Dharma. : Ooo, berarti seumuran ama anakku yang paling besar. : Mbak tau tentang antibiotika?. : Gak tau. : Antibiotika dapat digunakan untuk mengobati infeksi. Contohnya Amoksisilin, Ampisilin, penisilin, dll.Mbak pernah pakai gak?. : Yang disebutkan sich aku gak pernah pakai. Aku cuma pakai Rimactane. : Kapan pertama kali mbak pakai?. : Sudah lama, aku lupa. : Berapa kali dalam sehari mbak minum obat tersebut?. : Gak tentu kadang 1-3 kali sehari. Kalo terima tamu dan terasa Nyess, langsung aku minum. Kalo gak ya gak usah minum. : Yang menyarankan minum obat tersebut siapa?. : Diri sendiri, karena kalo pakai Rimactane kencing darahnya langsung keluar. : Kalo gak dapat Rimactane obat apalagi yang biasa mbak pakai?. : Kalo rimactanenya habis ak beli Supertetra. Tapi hasilnya gak sebagus Rimactane. : Mbak tau tentang infeksi menular seksual?. : Tau, kayak sifilis, AIDS khan?. : Ya, Pernah terkena gak?. : Pernah kayaknya, tapi aku lupa.Tapi bukan AIDS. : Obat yang mbak pakai bisa tidak berkhasiat lagi, mbak tau gak?. : Gak tau, biasanya kalo aku minum sembuh. : Obat khan ada aturan pakainya, mbak tau gak?. : Gak. : Aturan pakai obat itu misalnya obat ini diminum sebelum atau sesudah makan, 1 kali sehari, dll. Apa yang mbak lakukan kalo obat tersebut ada aturan pakainya?. : Aku gak pernah liat aturan pakai obat. Kalo sudah sembuh ya sudah. Obat yang aku minum biasanya sebelum makan. :Oooo.Selama minum obat tersebut pernah mengalami efek samping?. : Gak. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85 X Y : Ok mbak aku mo keliling-keliling lagi. Terima kasih atas informasinya. : Sama-sama. Semoga sukses. Responden 6 Usia Pendidikan Lama Bekerja Hari/ Tanggal Waktu Tempat X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X X X Y : 33 Tahun : SD : 3Tahun : Senin/ 9Oktober 2006 : 20.30 WIB : Pasar Kembang : Halo mbak! Wah enak banget maemnya, Gimana kabarnya? : Iya nih mbak,mumpung sepi makanya maem,Baik. Lha mbak Ririn sendiri gimana kabarnya? : Aku juga baek-baek aja,Mbak, aku mau ngobrol-ngobrol bentar boleh ngga? : Boleh aja, mau ngobrolin apa?tapi tak sambi maem ya. : Iya,Mbak sering sakit ngga?biasanya kalau sakit minum obat ngga? : Jarang paling kalau ngga enak badanne tak minum jamu. : Kalau antibiotik tahu ngga mbak? : Ya Tahu. Di sinikan pada suka minum itu. : Oh gitu toh mbak,trus mbak sendiri pake ngga? Kalau pakai pertama kali pake antibiotik tu kapan? : Ya pake juga tapi ngga sering. Pertama kali pake ya sejak disini,ya ada 3 tahunan. : Biasanya mbak minum obat tersebut waktu sakit aja atau piye?. : Ya ngga tentu mbak, kadang kalau ada rasa-rasa yang aneh dibadan ya aku minum,kalau ngga habis layani tamu,yang agak-agak gimana gitu..kayak ngga bersih gitu. : Mbak minum antibiotik tahunya dari siapa? Temen, dokter apa sendiri? : Tahu sendiri. : Obatnya dapat dari mana?. : Beli di Apotik,ya kadang ngecer di warung. : Di warung ada mbak? Mbak pake antibiotik dengan merk apa? : Ada,pake Binotal. : Mbak pernah ganti yang lain ngga, kalau iya alasane apa?mbak ganti obat antibiotik apa? : Ngga mbak,soalnya dah cocok kok. : Mbak tahu ngga tentang Penyakit Menular Seksual? : Ngga tahu persisnya sih mbak tapi katanya penyakit itu aneh-aneh gitukan mbak, sampai ”anunya” bisa luka,ngga sembuh-sembuh. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86 X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y : Iya,ada yang seperti itu, maaf sebelumnya ya mbak. Mbak sendiri pernah ngga alamin penyakit demikian? : Aku sih pernah ngerasa kalau kencing panas dan perih mbak. : Trus mbak ngga ke GL? GL tiap selasa dan jumat mulai 15.30,kalau sakit ke situ aja.Penyakit Menular Seksual itu lho mbak penyakit yang biasanya ditularkan melalui hubungan seks. Contohnya Sipilis, GO, Klamidia, Kutu Kelamin, dll. Mbak kalau minum obat antibiotik biasanya berapa kali sehari? : Ngga,Lain kali kalau sakit aku ke situ deh,Ya ngga tentu mbak,kadang 3x,2x malah Cuma 1x sehari. : Berarti mbak dalam menggunakan obat antibiotik itu ngga berdasarkan aturan pakenya ya? : Iya,emang yang benar gimana to mbak? : Kalau minum obat antibiotik tidak sama kayak minum obat flu biasa, yang kalau udah sembuh berhenti.Harus ikut aturan pakenya misalnya aja 3x1 perhari dan diminum ampe habis. Karena obatnya bisa ngga berkasiat atau ngga manjur lagi. Mbak selama ini tahu ngga kalau antibiotika yang mbak pake bisa menjadi tidak berkhasiat?. : Gak tau, biasanya kalo aku minum sembuh kok. : Trus selama pake antibiotik pernah ngga ngerasain efek samping yang merugikan ( misalnya ; mual, muntah, atau pusing ) : Untungnya ngga pernah tuh mbak.. : Mbak kalau obat antibiotik yangn dipakai sudah tidak manjur gimana dong? : Ngga tahu trus gimana dong mbak? : Ya solusinya bisa ganti antibiotik yang lain mbak, tapi mending mbak ke dokter biar konsultasi ama dokternya. : Iya.. : Mbak tahu tentang alat kontrasepsi ngga? : Maksude seperti pil KB, kondomkan? : Iya mbak bener banget..Trus pake kondomnya sering ngga mbak? : Kadang-kadang aja, wong kadang tamu susah suruh pake kondom. : Lho kok gitu mbak? : Ya mau gimana lagi mbak, kalau ngga dapat duit ya ngga maem. : Oh gitu, tapi emang mbak ngga takut tertular HIV/AIDS atau PMS ? : Ya takut lah mbak,tapi mau gimana lagi dah resikonya. : Makanya mbak sebisa mungkin usahakan pake kondom setiap melayani tamu. Pintar-pintar mbaknyalah bujuk tamunya. : Ya mbak Ririn... : Wah ternyata dah lama ngobrolnya,makasih loh mbak dah mau ngobrol ama saya..lain kali kalau ada yang mau ditanyain ya,ditanyain aja ya...aku tak muter2 lagi : Sama-sama..mbak Ririn.. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87 Responden 7 Usia Pendidikan Lama Bekerja Hari/ Tanggal Waktu Tempat X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X : 40 Tahun : SD : 2 Tahun : Sabtu/ 15 Oktober 2006 : 19.30 WIB : Pasar Kembang : Permisi mbak....masih ingat ama aku ngga? : Mbak Ririnkan, Ada apa mbak?...mas Rizanya mana? : Cuma mau maen aja kok mbak,itu lagi ngobrol di sebelah.Gimana kabarnya mbak? : Ya baik-baik aja mbak,bawa kondom ngga? : Bawa,nih...mbak aku boleh nanya-nanya sebentar ngga? : Mau nanya apa mbak?aku jadi takut : Nanya tentang PMS dan antibiotik?.ngga usah tegang mbak,nyante aja. : PMS?penyakit itu ya mbak? : Iya Penyakit Menular Seksual mbak tahu ngga tentang obat antibiotik? : Tahu dong, kaya amoksilin, binotal itu kan? : Ya, trus kapan mbak pertama kali pake obat antibiotik itu? : Ya sejak disini. Berarti dah 2 tahun ini. : Mbak,sebelum disini dulu dimana? : Aku dulu dagang di Solo kena tipu,trus kelilit utang ya terpaksa kerja kayak gini,untuk bayar utang. : Oh gitu,Trus seberapa sering atau kapan mbak pake obat antibiotiknya? : Aku pake antibiotiknya setiap tiga hari sekali, pagi ama sore. : Setiap tiga hari sekali mbak? : Iya... : Biasanya pake antibiotik apa mbak? : Supertetra atau Binotal. : Berarti pake dua macam antibiotiknya? : Iya,kalau yang satu habis ya,yang satunya lagi. : Trus biasanya dapet obat antibiotiknya dari mana mbak? : Biasanya sich beli di apotik : Mbak sebenarnya tahu, mengenai aturan pakai obat antibiotik yang benar ngga?. : Iya, waktu ke dokter pernah dikasih antibiotik juga,trus dokternya bilang kalau minumnya harus habis dan minumnya harus sesuai aturan. Tapi aku bandel kok mbak,minum sesuai keinginanku aja. : Lha itu tahu kok minumnya malah gitu, emang mbak ngga tahu kalau obatnya bisa ngga manjur lagi? : Ga pernah tahu tuh mbak,soale pasti sembuh kok..kalau dari dokter obatnya beda,tapi aku lupa namanya ngga tak habisin..soalnya dah enakan dua hari gitu tak stop. : Wah kalau saya jadi dokternya marah dong,,he3x tak kasih vitamin aja soale mbak minum sesuka hati gitu,..apa ngga sayang duitnya dah berobat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88 Y X Y X Y X Y X X Y X Y X Y X Y X Y X Y mahal-mahal malah ngga di minum obatnya. Tahu ngga mbak, obat antibiotik tersebut dapat menjadi tidak berefek ngga manjur lagi, jika penggunaannya tidak sesuai dengan aturan pakainya? : Katanya sih gitu tapi aku slalu sembuh kok mbak... : Iya mungkin sekarang, tapi kalau besok-besok ngga manjur gimana? : Ya ganti obat lainnya,habis mau gimana lagi mbak ..takute kalau ngga minum obat kena penyakit gituan. : Kalau boleh saran ya mbak, obatnya diminum atas petunjuk dokter aja, seperti yang mbak bilang tadi, trus kalau ngga sakit jangan minumlah mbak..oh ya..minum tiap saat tidak menjamin terhindar dari penyakit PMS mbak..,Selama ini pernah merasakan efek samping belum, selama pake antibiotik itu? : Belum. : Mbak sendiri tahu tentang Penyakit Menular Seksual,tahunya piye maksudnya sejelas apa? : Ya Cuma tahu kalau kita kencing panas,keputihan bau, sakit waktu berhubungan gitu..ama pernah dengar raja singa atau apa gitu... : Penyakit Menular Seksual tu ya emang kaya gitu ya ada Sifilis, GO ( Gonnorhea), Klamidia dan masih banyak lagi. : Selama mbak kerja disini keluhan-keluhan apa yang mbak pernah rasakan? : Aku kalau kencing perih banget,trus kalau ada keputihan warna ampe ijoijo gitu trus agak bau,pernah juga habis berhubungan dengan tamu sakit banget ampe tiga hari saya ngga kerja.. : Trus klo dah ngrasa kaya gitu biasanya apa yang dilakukan? : Ya tak minumin antibiotik, biasanya terus sembuh. : Mbak kalau masih sakit gitu mending ke GL, disana juga ada test lab. nya juga. Selama ini setiap melayani tamu mbak pake kondom terus ngga? : Kalo aku pake kondom ama tamu baru aja,tapi kalau ama tamu langganan ngga.. : Loh kok gitu mbak? : Ya..gimana tamunya malah bilang kamu kena penyakit ya..? : Ya mbak harus bisa bujuk dan menjelaskan demi kebaikan bersama,baik mbak ama tamunya..jangan lupa pake kondom ya,..besok-besok kalau aku ke sini lagi aku bawain gambar-gambar ama informasi tentang penyakit itu ya mbak... : Iya,mbak tak usahain... : Ya dah mbak mungkin segitu dulu ngobrol-ngobrolnya, aku masih harus muter bagi-bagi kondom,kalau kelamaan Riza malah bisa ninggalin aku...Makasih ya mbak.. : Ya sama-sama mbak.. Responden 8 Usia Pendidikan Lama Bekerja Hari/ Tanggal : 29 Tahun : SD : 3 Tahun : Senin 6 November 2006 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89 Waktu Tempat X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X : 20.00 WIB : Pasar Kembang : Malam mbak, kok sepi sih mbak !! : Malam juga mbak,iya nih pada lum pulang kemarin lebarankan pada pulang kampung gitu...mbak sendiri juga baru kelihatan ke mana aja? : He3x..aku juga liburan dong mbak,,, : Mang liburan kemana?. : Kalau pas hari raya aku ke Salatiga,masih ada saudara disana,trus kemarin 4 hari habis hari raya aku main ke Surabaya? : Aku aslinya Jawa timuran loh mbak,aku dari Sidoarjo kmrn mampir ngga ke Lapindo?itu dekat rumah saya.. : Oh,iya aku kemarin mampir kebetulan dari juanda ngga jauh-jauh banget jadi sekalian..Maaf mbak aku lupa nama mbak siapa?Udah berapa lama kerja di sini? : Prihain mbak,Ya udah sekitar 3 tahunan lebih hampir 4. : Mba, klo aku mau tanya-tanya sebentar boleh ga? : Boleh aja, mau tanya apa mbak? : Mau tanya tentang obat antibiotik dan Penyakit Menular Seksual (PMS), tahu ngga mbak obat antibiotik itu apa? : Jelas tahu dong mbak... : Mba Atin sering ga pake antibiotik? : Tiap hari.. : Tiap Hari mbak??Pertama kali pake antibiotik kapan mba? : Sekitar 2 tahunan yang lalu..gara2nya saya badannya pegel2 ngga hilang2 gitu mbak. : Trus alasan mba pake antibiotik tiap hari kenapa? : Ya buat mencegah penyakit aja mbak,soalnya sejak itu trus ngga pegel2 lagi. : Dulu yang menganjurkan minum antibiotik siapa mba? Dari diri sendiri, temen atau dokter? : Aku dulu minun antibiotik dikasih tau ma temen, ya waktu badannya ngga enak ituloh mbak. katanya biar ga terkena penyakit. : Biasanya beli antibiotiknya dimana mbak? : Apotik. : Kalau beli di Apotik bilangnya piye? : Mbak minta,Amoksisilinnya..langsung dikasih biasa 10 biji. : Trus dikasih tau ga sama apotiknya cara pake obatnya? : Dikasih tau mas, pakenya 3 X sehari da harus dihabisin. : Berarti seharusnya mbak tahu dong aturan pake obat gitu? Tapi kok minum tiap hari? : Ya..saya ngga terlau mengerti..kalau minum ya ampe habis 3x sehari emang ngga boleh ya kalau minum tiap hari? : Iya mbak,soalnya antibiotik itu bisa ngga berefek lagi loh ngga manjur mbak apalagi kalau minumnya tiap hari dah gitu terus2 lagi selama 2 tahun. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90 Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y X X Y X Y X Y X Y : Oh jadi bisa kebal to mbak? : Ya, betul sekali... Kalau beli antibiotik biasanya merk apa mbak? : Ya itu tadi Amoksisilin.. : Oh iya,pernah ngga mbak merasakan efek samping selam pake antibiotik? : Ngga pernah tuh mbak... : Kalau Penyakit Menular Seksual tahu ngga mbak? : Tahu..dong aku pernah ikut penyuluhan : Apa coba? : Ya kaya sifilis,GO gituka? : Ya, benar banget tapi ngga cuma itu mbak masih,banyak termasuk HIV/AIDS, Klamidia, Kutu Kelamin, dll. Selama kerja disini pernah ngga mbak mengalami gejala-gejala penyakit seperti yang udah tak jelasin tadi? : Lum pernah,Cuma pegel2 gitu.. : Trus mbak tahu, alat kontrasepsi itu apa? : Tahu.. : Apa Dong? : Ya kaya kondom, pil KB, suntik KB.. : Betul. : Lha mbak Atin pake yang mana? pake kondom terus ngga? : Slalu mbak,aku takut banget.. : Bagus,mang tamunya mau? : Ngga semua mau,tapi tak paksa..aku bilang kalau pake kondom pasti aman.. : Itu sikap yang bagus banget pertahankan ya mbak. demi kesehatan smuanya jadi tamu ama mbak ngga rugi dua-duanya. Ya udah klo gitu aku tak pamit pulang dulu ya mba, udah malam aku dah ngantuk.. Makasih banyak atas informasinya dan jangan lupa pake kondomnya ya mbak!!! : Ya, makasih juga ya mbak,hati-hati di jalan... Responden 9 Usia Pendidikan Lama Bekerja Hari/ Tanggal Waktu Tempat X Y X Y : 27Tahun : SMA : 5 Tahun : Selasa 14 November 2006 : 20.30WIB : Pasar Kembang : Hallo mbak, gmn kabarnya? : Baik, kemarin sakit ya mbak,mas Riza bilang gitu soalnya mas Riza turun sendiri? : Iya mbak waktu pulang dari sini kehujanan deras banget yang malammalam banget itu mbak,yang lampunya mati..dah nunggu hujan ampe malam eh malah tetap kena pas plngnya,aku nyampe rumah jam 24.30 rekor mbak plng malam,besoknya demam deh ampe tiga hari. : Kasihan banget mbak?jaga kesehatan ya mbak.. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91 X : Mbak Nia,aku mau nanya2 boleh ngga mbak,..tapi sekarng kita ngobrol tentang Antibiotik ama Penyakit Menular Seksual aja ya,,,masalah hukum kemarin,aku lagi nanya temanku soalnya aku ngga ngerti masalah pengaduan kekerasan rumah tangga gitu..yang jelas hasil visum dokter kemarin disimpan biar jadi barang bukti ke kepolisian. Y :Iya,mbak thx perhatiannya..iya mbak mau nanya apa. X : Tanya tentang obat antibiotik, mbak tahu? Antibiotik itu apa? Y : Tahu. X : Biasanya pake antibiotik seberapa sering mbak? Y : Ya kalau pas sakit aja... X : Berarti kalau sakit berobat di dokter gitu baru di kasih obat..?Tahu ngga mbak biasanya dokter kasih antibiotik apa? Y : Iya,wah aku ngga ingat obatnya apa mbak soalnya kalau sakit obat dari dokter beda2 antibiotiknya.. X : Oh gitu,mang waktu itu mbak Nia sakit apa? Y : Biasanya Cuma radang tenggorokan ama kalau kencing perih ama panas itu mbak.. X : Trus sampe sekarang masih rutin ke dokternya? Y : Ya kalau Cuma sakit aja..katanya dokternya obat antibiotik harus minum ampe habis,harus ikut aturannya katanya bisa kebal, jadi saya pasti ikuti semua petunjuk dokter takut mbak kalau kena aneh2,dulu pernah suntik antibiotik ikut-ikut teman tapi ya dah ngga lagi.. X : Emang yang benar seperti itu...Pernah rasa efek sampingnya ngga mbak dari obat antibiotik? Y : Ngga pernah.. X : Trus mbak pencegahan Penyakit Menular Seksual pake apa?ituloh penyakit yang pernah aku jelasin waktu itu... Y : Iya aku ingat yang ada GO,Sifilis,HIV/ADIS jugakan mbak? Aku kadang Cuma minum jamu untuk jaga kesehatan yamg pahit-pahit itulah mbak.. X : Wah ternyata mbak Nia masih ingat...kalau kontrasepsi tahukan mbak? Y : Jelas dong mbak,ya salah satunya kondom inikan..aku balik naya nih mbak, katanya ada kondom perempuan ya mbak?gmn tuh udah ad lum di Indonesia? X : Wah Mbak Nia pengetahuannya bagus, emang tahu dari mana?Iya emang ada klo di INA sendiri aku lum tahu udah masuk lum, tapi setahuku harganya masih mahal..kemarin dari GL sendiri ngajuin bantuan ke WHO untuk diperbantukan kondom cewek tuh,lumyankan kalau bisa dapat...Mbak Nia sendiri slalu pake kondom ngga? Y : Ya udah pastilah mbasaya slalu pake kondom. Sayakan punya anak masih kecil kalau saya sakit trus anak saya nanti gimana coba..saya suka baca mbak jadi tahu tentang informasi tadi. X : Itu bagus banget mbak...emang tamu ngga pernah nolak...? Y : Itu dah komitmen awal mbak jadi kalau dia ngga mau ya udah,yang jelas saya tetap pake kondom. Makanya kalau ada kondom cwek tambah enak ya mbak.. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92 X Y : Iya,setahuku bisa di cuci lagi jadi ngga sekali pake.Mbak makasih ya dah mau ngobrol banyak dengan saya,aku pulang ya mbak dah malam nih,takut kehujanan lagi.. : Ya.. mbak hati2..ya jagan sakit lagi ya.. Responden 10 Usia Pendidikan Lama Bekerja Hari/ Tanggal Waktu Tempat : 37Tahun : SMA : 5 Tahun : Minggu /29 November 2006 : 15.30 WIB : Pasar Kembang X : Sore mbak… gimana kabarnya mbak? Y : Baik..kok tumben sore2 mbak?mbak sendiri gimana kabarnya? X : Aku juga baek-baek aja kok mbak, tadi iseng kayaknya kalau jalan sore2 enak.. X : Kalau sore ternyata sepi ya mbak? Y : Iya pada tidur... X : Ini ganggu ngga mbak,soalnya aku mau nanya2 tentang obat antibiotika ama Penyakit Menular Seksual..? Y : Ya ngga mbak,wong lagi nyante.. X : Disini kerja sudah berapa lama?. Y :Aku kerja disini dah ada 5 tahunan gitu.. X : Mbak tau tentang antibiotika?. Y : Aku ngga tahu banget… X : Antibiotika dapat digunakan untuk mengobati infeksi Contohnya Amoksisilin, Ampisilin, penisilin, dll.Mbak pernah pakai gak?. Y : Oh itu,aku pake Amoksisilin.. X : Kapan pertama kali mbak pakai?. Y : Sudah lama, aku lupa. X : Berapa kali dalam sehari mbak minum obat tersebut?. Y : Wah kalau itu ngga pasti asal badan sakit atau ngga enak tak minum aja.. tapi kadang sebulan tiga kali,ya suka-suka deh mbak.. X : Yang menyarankan minum obat tersebut siapa?. Y : Diri sendiri. X : Cuma obat itu atau obat apalagi yang biasa mbak pakai?. Y : Kadang Supertetra.. kalau Amok ngga ada.. X : Mbak tau tentang Penyakit Menular Seksual?. Y : Tau, kayak sifilis, AIDS khan?. X : Ya, Pernah terkena gak?. Y : Pernah kayaknya, tapi aku lupa.Tapi bukan AIDS. X : Obat yang mbak pakai bisa tidak berkhasiat lagi, mbak tau gak?. Y : Gak tau, biasanya kalo aku minum sembuh. X : Obat khan ada aturan pakainya, mbak tau gak?. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93 Y X Y X Y X Y X Y : Gak. : Aturan pakai obat itu misalnya obat ini diminum sebelum atau sesudah makan, 1 kali sehari, dll. Apa yang mbak lakukan kalo obat tersebut ada aturan pakainya?. : Aku gak pernah liat aturan pakai obat. Kalo sudah sembuh ya sudah. Obat yang aku minum biasanya sebelum makan. :Oooo.Selama minum obat tersebut pernah mengalami efek samping?. : Gak pernah tuh. : Kalau kondom selalu pake ngga mbak? Itu alat kontrasepsi itu mbak.. : Kalau itu pasti dan slalu krn aku paling takut ama penyakit2 itu.. : Bagus dong mbak,ya dah mbak aku pamit pulang dulu ya..dah sore nih.. : Ya sam-sma mbak. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94 BIOGRAFI PENULIS Penulis mempunyai nama lengkap Yulia Ratika Siwi dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 4 Juli 1985. Putri pasangan Bapak Endro Kismolo, S.T dan Ibu Widhiati, B.Sc. ini terlahir sebagai anak kedua dari dua bersaudara. Penulis mengawali masa pendidikannya di TK Retno Ningrum Sidoarum Yogyakarta. Penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar di SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta lulus pada tahun 1997. Menempuh pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri 3 Yogyakarta, lulus pada tahun 2000. Kemudian melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 9 Yogyakarta hingga lulus pada tahun 2003. Penulis menyelesaikan pendidikan sarjana di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (2003-2007). Selama menempuh kuliah, penulis yang gemar melakukan pengabdian masyarakat ini juga aktif sebagai asisten praktikum antara lain praktikum Farmasi Fisika, FTS Solid, Bioanalisis, Biofarmasetika, dan Patologi Klinik. Selain itu, penulis juga aktif dalam berbagai kepanitiaan seperti TITRASI 2004 dan 2005, Koordinator Sie. Acara PMK Apostolos periode 20042005, Penganbilan Sumpah Apoteker 2005, PIMFI 2005, dan Workshop Student Centered Learning 2007.