BAB II - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1
Tinjauan Pustaka
2.1.1
(EPS)
Earning per Share (EPS) merupakan perbandingan antara laba bersih
dengan jumlah saham beredar. Ekspektasi pendapatan yang akan diperoleh
merupakan faktor penentu harga saham. Saham dengan return tertinggi pada
umunya memiliki pendapatan yang lebih besar daripada yang diperkirakan,
sedangkan saham dengan return terendah memiliki pendapatan di bawah
perkiraan. Harga saham cenderung mengantisipasi dengan cepat pengumumn
pendapatan (earning) dengan bergerak tepat sebelum pengunguman dilakukan.
Jadi earning per share memiliki hubungan positif dengan harga saham, sehingga
apabila jumlah earning per share meningkat maka harga sahamakan naik begitu
juga tingkat pengembalian investasi, dan sebaliknya (Tendi dkk, 2005).
Menurut Tendy Haruman dkk (2005) dan Mila Christanty (2009) EPS
berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Informasi EPS suatu
perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan
bagi semua pemegang saham perusahaan. Apabila Earnings per Share (EPS)
perusahaan tinggi, akan semakin banyak investor yang mau membeli saham
tersebut sehingga menyebabkan harga saham akan tinggi (Fara Dharmastuti,
2004). Tetapi pada kenyataannya ada perusahaan yang EPSnya menurun harga
sahamnya meningkat.
7
8
Investor biasanya lebih tertarik dengan ukuran profitabilitas dengan
menggunakan dasar saham yang dimiliki. Alat analisis yang dipakai untuk melihat
keuntungan dengan dasar saham adalah earning per share yang dicari dengan laba
bersih
dibagi
saham
yang
beredar.
Rasio
ini menggambarkan
besarnya
pengembalian modal untuk setiap satu lembar saham.
EPS 
Laba Bersih
Jumlah Saham yang Beredar
Earning Per Share (EPS) sebagai suatu rasio yang biasa digunakan dalam
prospektus, bahan penyajian, dan laporan tahunan kepada pemegang saham yang
merupakan laba bersih dikurangi dividen (laba tersedia bagi pemegang saham
biasa) dibagi dengan rata-rata tertimbang dari saham biasa yang beredar yang
akan menghasilkan laba per saham. Sehingga Earning Per Share (EPS)
merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh dalam satu periode untuk tiap
lembar saham yang beredar.
Darmadji dan Fakhruddin (2001:139) mengatakan :
“bahwa yang dimaksud dengan Earning Per Share (EPS) adalah rasio yang
menunjukkan seberapa besar keuntungan (return) yang diperoleh investor atau
pemegang saham per saham”
Tujuan perhitungan Earning Per Share (EPS) menurut Machfoedz
(2000:356) adalah untuk melihat progres dari operasi perusahaan, menentukan
harga saham, dan menentukan besarnya dividen yang akan dibagikan. Selanjutnya
Syamsudin (2004:136) mengatakan bahwa pada umumnya para pemegang saham
tertarik dengan Earning Per Share (EPS) yang besar karena hal tersebut
merupakan salah satu indikator keberhasilan perusahaan.
9
Menurut Lukman Syamsuddin (2004:66), yaitu:
“Laba per saham (Earning per share) adalah laba bersih setelah pajak dibagi
dengan jumlah lembar saham yang beredar."
Menurut Zaki Baridwan (2003:448) menjelaskan mengenai laba per lembar saham
(Earning Per Share) yakni :
“Pendapatan per lembar saham adalah jumlah pendapatan yang diperoleh dalam
satu periode untuk tiap lembar saham yang beredar.”
Dengan demikian, laba per lembar saham (Earning Per Share) adalah
Rasio yang menunjukkan seberapa besar keuntungan (return) yang diperoleh
investor atau pemegang saham per saham dengan cara membagi laba bersih
setelah pajak dengan jumlah saham biasa yang beredar. Laba per lembar saham
(Earning Per Share) dapat dijadikan sebagai indikator tingkat nilai perusahaan.
Laba per lembar saham (Earning Per Share) juga merupakan salah satu cara
untuk mengukur keberhasilan dalam mencapai keuntungan bagi para pemiliki
saham dalam perusahaan.
2.1.1.1 Penilaian Laba Per lembar Saham (Earning Per Share)
Angka laba per lembar saham (Earning Per Share) diperoleh dari laporan
keuangan yang disajikan oleh perusahaan. Karena itu langkah pertama yang
dilakukan adalah memahami laporan keuangan yang disajikan perusahaan. Ada
dua laporan keuangan yang utama yaitu neraca dan laporan rugi laba.
Neraca menunjukan posisi kekayaan, kewajiban finansial dan modal
sendiri pada waktu tertentu. Laporan rugi laba menunjukan berapa penjualan yang
diperoleh, berapa biaya yang ditanggung dan berapa laba yang diperoleh
10
perusahaan pada periode waktu tertentu (biasanya selama 1 tahun).
Menurut Zaki Baridwan (2003:448) menjelaskan mengenai laba per
lembar saham (Earning Per Share) yakni :
“Pendapatan per lembar saham adalah jumlah pendapatan yang diperoleh dalam
satu periode untuk tiap lembar saham yang beredar.”
2.1.2
Return On Assets (ROA)
Return on assets (ROA) atau sering diterjemahkan kedalam bahasa
Indonesia
sebagai Rentabilitas
Ekonomi mengukur
kemampuan
perusahaan
menghasilkan laba pada masa lalu. Analisis ini kemudian bisa diproyeksikan ke
masa depan untuk melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada masamasa mendatang.
Analisis Return on assets (ROA) mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan laba dengan menggunakan total asset (kekayaan) yang dipunyai
perusahaan
setelah
disesuaikan
dengan
biaya-biaya untuk
mendanai asset
tersebut. Kasmir (2009:201) mengemukakan return on assets merupakan rasio
yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam
perusahaan. Mamduh M. Hanafi dan Abdul Hanafi (2009: 159) mengemukakan
bahwa Return On Assets (ROA) mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan
laba bersih berdasarkan tingkat asset yang tertentu. Toto Prihadi (2008:68)
mengemukakan Return On Assets (ROA, laba atas asset ) mengukur tingkat laba
terhadap asset yang digunakan dalam menghasilkan laba tersebut. Return On
Assets dapat dihitung sebagai berikut:
11
Return on assets (ROA) digunakan untuk mengukur tingkat kembalian
perusahaan atau efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan
memanfaatkan
disesuaikan
total
asset
dengan
(kekayaan)
biaya-biaya
yang
untuk
dipunyai
mendanai
perusahaan
asset
setelah
tersebut.
Teori
menunjukkan bahwa kenaikan Return on assets (ROA) berarti terjadi kenaikan
laba bersih dari perusahaan yang bersangkutan. Kenaikan tersebut kemudian akan
menaikkan
harga
saham sehingga
return
saham yang diperoleh investor
peusahaan akan semakin besar pula begitu juga sebaliknya. Return On Assets
(ROA) dianggap sebagai suatu ukuran efisiensi pengelolaan total asset (kekayaan)
yang
dimiliki perusahaan,
dipandang
lebih
efisien
jika
rasio
ini meningkat manajemen cenderung
dari sudut total assets (kekayaan) yang dimiliki
perusahaan.
Return On Assets (ROA) sering juga disebut sebagai Return On Investment
(ROI)
yang
digunakan
untuk
mengukur
efektifitas
perusahaan
di dalam
menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Rasio
ini merupakan
rasio
terpenting diantara rasio
rentabilitas/profitabilitas yang
lainnya. Semakin besar ROA/ROI menunjukkan kinerja yang semakin baik,
karena tingkat kembalian saham semakin besar. Indikator ROA merupakan salah
satu indikator keuangan yang sering digunakan dalam menilai kinerja perusahaan.
Semakin besar ROA, maka kinerja perusahaan tersebut semakin baik, karena
tingkat
kembalian
meningkat,
akan
(return)
semakin
meningkatkan
return
besar.
Konsekuensinya,
saham (Pancawati,
ROA
2001).
yang
Menurut
Natarsyah S (2000), Pancawati dkk (2001), Asbi Rachman Faried (2008), dan
12
Ratna Prihantitni (2009) ROA mempunyai pengaruh positif dan signifikan
terhadap return saham.
2.1.2.1 Komponen-Komponen Return On Assets (ROA)
Return on assets (ROA) bisa dipecah lagi kedalam dua komponen yaitu
(Mamduh M.Hanafi dan Abdul Halim, 2009:161) :
1. Profit margin
Profit margin melaporkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari
tingkat penjualan tertentu. Profit margin bisa diinterpretasikan sebagai tingkat
efisiensi perusahaan, yakni sejauh mana kemampuan perusahaan menekan
biaya-biaya yang ada di perusahaan.
2. Perputaran total aktiva (asset)
Perputaran
total
aktiva
(asset)
mencerminkan
kemampuan
perusahaan
menghasilkan penjualan dari total investasi tertentu. Rasio ini juga bisa
diartikan
sebagai kemampuan
perusahaan
mengelola
aktiva berdasarkan
tingkat penjualan yang tertentu. Rasio ini mengukur aktivitas penggunaan
aktiva (asset) perusahaan.
2.1.3
Saham
2.1.3.1 Pengertian Saham
Saham merupakan surat berharga yang bersifat kepemilikian, artinya si
pemilik saham merupakan pemilik perusahaan. Semakin besar saham yang
dimilikinya, maka semakin besar pula kekuasaannya di perusahaan tersebut.
Menurut Sunjaja dan Barlian pengertian saham yaitu
“Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang
13
atau badan dalam suatu perusahaan.” (2003:436)
2.1.3.2 Kepemilikan dan Karakteristik Saham
Pemilik saham biasa, bagi pemilik saham ini hak untuk memperoleh
dividen akan didahulukan lebih dulu kepada saham preferen. Begitu pula dengan
hak terhadap harga apabila perusahaan dilikuidasi.
Kepemilikan saham biasa pada satu perusahaan menurut Sunjaja dan
Barlian (2003:348) dapat berbentuk :
1. Kepemilikan saham pribadi, yaitu semua saham biasa dari perusahaan
yan dimiliki secara pribadi atau individual.
2. Kepemoilikam saham tetap, yaitu semua saham biasa dari perusahaan
yang dimiliki oleh sebuah kelimpok investor kecil seperti keluarga.
Kepemilikan saham publik, yaitu saham biasa perusahaan yan telah dimiliki oleh
public dan dimiliki oleh sebuah kelompok besar yang tidak ada hubunganya antar
individu dan atau suatu lembaga investasi.
2.1.3.3 Jenis-Jenis Saham
Saham terdiri dari saham biasa (common Stock) dan saham preferen
(preferrred stock). Menurut J Fabozzi (2000 : 522) jenis saham terdiri dari
saham biasa, saham preferen kumulatif dan saham preferen non kumulatif.
a. Saham Biasa
Pemegang saham biasa kadang-kadang disebut pemilikresidual karena
mereka hanya menerima sisa setelah seluruh tuntunan atas pendapatan dan
asset telah dipenuhi.
b. Saham Preferen kumulatif
14
Adalah
istilah
apabila
perusahaan
penerbit
saham
(emiten)
tidak
melakukan pembayaran dividen sham preferen dalam waktu tertentu maka
dividen akan dibayarkan di waktu yang akan datang ,dalam hal ini
pembayaran dividen dapat digunakan hingga sepenuhnya dibayarkan.
c. Sham preferen non kumulatif
Berbeda dengan saham preferen kumulatif, pemegang saham dalam hal ini tidak
akan memperoleh bayaran dividen. Jadi apabila dibiden tidak dapatdiberi pada
saat ini, maka pembayaran dividen tidak diperhitungkan di waktu yang akan
datang.
Menurut Jogiyanto (2003: 67) saham dapat dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu:
1. Saham Preferen
Merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan antara obligasi dan saham
biasa. Seperti obligasi yang membayarkan bunga atas pinjaman, saham preferen
juga memberikan hasil yang tetap berupa dividen preferen. Dibandingkan saham
biasa, saham preferen mempunyai beberapa hak, yaitu hak atas dividen tetap dan
hak pembayaran terlebih dahulu jika terjadi likuidasi. Oleh karena itu, saham
preferen dianggap mempunyai karakteristik di tengah-tengah antara obligasi dan
saham biasa.
2. Saham Biasa
Jika perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham saja, saham ini
biasanya dalam bentuk saham biasa (common stock). Sebagai pemilik perusahaan,
pemegang saham biasa mempunyai beberapa hak antara lain:
15
a. Hak kontrol yaitu hak pemegang saham biasa untuk memilih pimpinan
perusahaan.
b. Hak menerima pembagian keuntungan yaitu hak pemegang saham biasa
untuk mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan.
c. Hak Prepentif yaitu hak pemegang saham untuk mendapatkan persentasi
pemilikan yang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar
saham untuk tujuan melindungi hak kontrol dari pemegang saham lama
dan melindungi harga saham lama dari kemerosotan nilai.
3. Saham Treasurry
Merupakan saham milik perusahaan yang sudah pernah dikeluarkan dan
beredar yang kemudian dibeli kembali oleh perusahaan untuk disimpan sebagai
treasuri yang nantinya dapat dijual kembali.
2.1.3.4 Harga Saham
Suatu saham memuat harga saham yang disebut harga nominal. Harga
nominal ini merupakan harga yang ditetapkan oleh emiten menilai setiap lembar
saham yang dikeluarkan. Besarnya harga nominal ini biasaanya tergantung pada
keinginan emiten dalam rangka pencapaian tujuan perusahaanuntuk memperoleh
laba. Penentuan harga ini tentunya akan berbeda dengan harga perdana (primary
price) dari satu saham. Harga saham adalah harga sebelum suatu saham dicatatkan
(listed) di bursa efek. Harga perdana merupakan harga yang terdiri atas hasil
negosiasi antar penjamin emisi (underwriter) dengan valon emiten. Jika suatu
saham terjual dengan harga perdana yang lebih tinggi maka selisih harga saham
tersebut sebagai agio saham.
16
Harga saham selalu mengalami perubahan setiap harinya bahkan setiap detik
harga saham dapat berubah-ubah. Oleh karena itu, investor harus mampu
memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham. Harga saham di
pasar sekunder ditentukan oleh demand dan supply antara penjual dan pembeli.
Semakin banyak investor yang tertarik membeli suatu saham perusahaan, maka
harga saham tersebut cenderung akan bergerak naik. Demikian juga sebaliknya,
semakin banyak investor yang menjual saham suatu perusahaan, maka harga
saham tersebut cenderung akan bergerak turun. Faktor-faktor yang mempengaruhi
fluktuasi harga
saham dipengaruhi oleh
faktor
internal maupun eksternal
perusahaan. Faktor pertama adalah faktor internal merupakan faktor yang
berhubungan dengan tingkat kinerja perusahaan yang dapat dikendalikan oleh
manajemen perusahaan. Seperti besarnya dividen yang dibagi, kinerja manajemen
perusahaan, prospek di masa yang akan datang, rasio utang dan equity. Faktor
kedua adalah faktor eksternal yaitu hal-hal di luar kemampuan manajemen
perusahaan
untuk
mengendalikannya,
seperti
munculnya
gejolak
politik,
perubahan kurs, laju inflasi yang tinggi, tingkat suku bunga deposito dan lain-lain.
Secara umum harga saham dapat dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu:
1. Harga Nominal
Harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh emiten untuk
menilai
setiap
lembar
saham yang
dikeluarkan.
Besarnya
harga
nominal
memberikan arti penting saham karena dividen minimal biasanya ditetapkan
berdasarkan nilai nominal.
2. Harga Perdana
17
Harga ini merupakan harga pada waktu harga saham tersebut dicatat di bursa efek.
Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi
(underwriter) dan emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa harga saham
emiten itu akan dijual kepada masyarakat biasanya untuk menentukan harga
perdana.
3. Harga pasar
Kalau harga perdana merupakan harga jual dari perjanjian emisi kepada investor,
maka harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang
lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa. Transaksi di sini
tidak lagi melibatkan emiten dari penjamin emisi harga ini yang disebut sebagai
harga di pasar sekunder dan harga inilah yang benar-benar mewakili harga
perusahaan penerbitnya, karena pada transaksi di pasar sekunder, kecil sekali
terjadi negosiasi harga investor dengan perusahaan penerbit. Harga yang setiap
hari diumumkan di surat kabar atau media lain adalah harga pasar.
2.1.3.5 Analisis Terhadap Saham
1. Analisis Fundamental
Analisis fundamental didasari anggapan bahwa setiap investor adalah
makhluk rasional. Analisis ini digunakan untuk mengevaluasi prospek masa
mendatang,
pertumbuhan
dan
profil
perusahaan
dalam
kaitannya
dengan
perekonomian secara makro ekonomi nasional, pertimbangan industri perusahaan
dan kondisi perusahaan itu sendiri. Ananilis fundamental akan membandingkan
nilai instrinsik suatu saham dengan harga pasarnya guna menentukan apakah
harga pasar saham sudah benar-benar mencerminkan nilai yang seharusnya.
18
Analisis
fundamental
fundamental adalah metode analisis yang didasarkan pada
ekonomi
suatu
perusahaan.
Analisis
fundamental
mencoba
memperkirakan harga saham yang akan datang dengan (1) mengestimasi nilainilai faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan
datang, (2) menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh
taksiran harga saham. Menurut Sunariyah (2004: 168) pendekatan yang digunakan
untuk
menilai harga suatu saham adalah analisis fundamental. Merupakan
pendekatan yang didasarkan pada anggapan bahwa saham memiliki nilai intrinsik
diestimasikan oleh para analisis atau investor, nilai intrinsik merupakan suatu
fungsi yang dikombinasikan untuk menghasilkan suatu return yang diharapkan
dan resiko yang diharapkan pada saham tersebut. Sementara menurut Bodie
(2006: 140) bahwa analisis fundamental selalu memulai penilaian harga saham
dengan melihat kepada pembelajaran atas laba historis dan pengujian atas laporan
keuangan suatu perusahaan.
Menurut Suad Husnan definisi Analisa fundamental yaitu :
“ Analisa fundamental mencoba memperkirakan harga saham di
masa yang akan datang dengan (i) mengestimate nilai faktor-faktor
fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan
datang, dan (ii) menerapkan hubungan vriabel-variabel tersebut
sehingga diperoleh taksiran hara saham.” (2001:315)
2. Analisis Teknikal
Analisis
berlangsung
dan
tehnikal merupakan
suatu
analisis
mengenai perilaku yang
menggabungkannya dengan pola-pola perdagangan saham.
Analisis teknikal mempercayai bahwa investor adalah irrasional. Aliran ini
menganggap bahwa harga yang terjadi di pasar semata-mata cerminan dari
19
tingkah laku investor yang tidak rasional. Investor cenderung untuk mengikuti
permintaan dan penawaran yang dipengaruhi untuk faktor psikologis.
Analisis teknikal adalah salah satu analisis atau metode pendekatan yang
mengevaluasi pergerakan suatu saham, valas, kontrak berjangka, indeks dan
beberapa instrumen keuangan lainnya. Analisis ini pada dasarnya merupakan
upaya untuk melakukan kapan akan membeli atau menjual saham dengan
memanfaatkan indikator-indikator teknis seperti moving average, new highs and
loss, volume perdagangan dan short interest ratio serta menggunakan analisis
grafis.
Sunariyah
(2004)
selanjutnya
mengatakan
bahwa
analisis
teknikal
merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan data atau catatan mengenai
pasar itu sendiri untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran suatu
saham tertentu maupun pasar secara keseluruhan.
Pendekatan analisis ini menggunakan data pasar yang dipublikasikan
seperti: harga saham, volume perdagangan, indeks harga saham gabungan dan
individu serta faktor lain yang bersifat teknis. Menurut Halim (2005) analisis
teknikal beranggapan bahwa harga suatu saham akan ditentukan oleh penawaran
dan permintaan terhadap saham tersebut. Sehingga asumsi dasar yang berlaku
dalam analisis ini adalah:
1. Harga saham ditentukan oleh interaksi penawaran dan permintaan.
2. Penawaran dan permintaan itu sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor baik
yang rasional dan irasional.
3. Perubahan harga saham cenderung bergerak mengikuti tren tertentu.
4. Tren tersebut dapat berubah karena pergeseran penawaran dan permintaan.
20
5. Pergeseran
penawaran
dan
permintaan
dapat
dideteksi
dengan
mempelajari diagram dan perilaku dasar.
6. Pola-pola tertentu yang terjadi pada masa lalu akan terulang kembali di
masa mendatang.
Menurut Suad Husnan denfinisi Analisa Teknikal yaitu :
“Analisis teknikal upaya untuk memperkirakan harga saham (kondisi pasar)
dengan mengamati perubahan harga saham tersebut (kondisi pasar) di waktu yan
lalu.” (2001:315).
2.1.3.6 Penilaian saham
Analisa terhadap nilai saham merupakan langkah mendasar yang harus
dilakukan oleh investor sebelum berinvestasi. Nilai saham dari suatu perusahaan
dapat ditentukan berdasarkan nilai buku (book value), nilai pasar (market value)
dan nilai intrinsik (intrinsic value). Nilai buku merupakan nilai yang tertera dalam
neraca yang dihitung dengan cara membagi total seluruh ekuitas atau modal
sendiri dengan jumlah lembar saham yang beredar (out standing shares). Nilai
pasar merupakan harga jual saham di pasar. Sedangkan nilai intrinsik adalah harga
yang ditentukan setelah mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi
nilai saham. Pedoman
yang digunakan untuk menentukan harga saham, yaitu:
a. Apabila NI lebih besar dari harga pasar saat ini maka saham tersebut
dinilai harganya terlalu rendah (undervalued), sehingga saham tersebut
harus dibeli atau dipertahankan jika sudah dimiliki.
21
b. Apabila NI lebih kecil dari harga pasar saat ini, maka saham tersebut
dinyatakan harganya terlalu mahal (overvalued). Saham yang dalam
kondisi seperti ini harus segera dijual.
c. Apabila NI sama dengan harga pasar saat ini maka saham tersebut
dinyatakan dalam kondisi keseimbangan.
2.2
Kerangka Pemikiran
Adanya ketidakpastian investasi dalam saham mendorong investor untuk
berhati-hati. Keputusan investor harus didukung dengan analisa yang baik. Salah
satu analisa yang dapat digunakan investor adalah analisa fundamental. Analisa
fundamental
adalah
analisa
yang
memusatkan
perhatiannya
pada
laporan
keuangan perusahaan untuk mengukur kemampuan perusahaan. Hal ini seperti
dikatakan Sofyan Syafri Harahap (2002:105)
“Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha
suatu perusaahaanpada saat tertentu atau jangka waktu tertentu.”
Beberapa
faktor
fundamental
yang
mempengaruhi
return
saham
diantaranya adalah kinerja keuangan perusahaan. Dimana alat yang digunakan
untuk menganalisis pengaruh return saham adalah rasio keuangan meliputi ROA,
NPM, EPS dan PER. ROA diperoleh dengan cara membandingkan NIAT
terhadap average total asset. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja yang
semakin baik karena tingkat kembalian yang semakin besar (Robbert Ang, 1997).
Semakin tinggi ROA maka semakin meningkatkan daya tarik investor sehingga
harga saham meningkat. Dengan demikian ROA berpengaruh positif terhadap
22
return saham. NPM diperoleh dengan cara membandingkan NIAT dengan sales.
NPM semakin meningkat menggambarkan kinerja perusahaan yang semakin baik
dan keuntungan yang diperoleh pemegang saham akan meningkat pula. Jadi NPM
berpengaruh positif terhadap return saham. EPS merupakan perbandingan antara
laba bersih setelah pajak pada satu tahun buku dengan jumlah saham yang
diterbitkan. Semakin tinggi EPS akibatnya semakin tinggi permintaan akan saham
perusahaan dan menyebabkan harga saham akan naik, begitu juga sebaliknya. Jadi
EPS meningkat maka harga saham akan naik begitu juga return saham. PER
merupakan perbandingan antara harga pasar suatu saham dengan EPS dari saham
yang bersangkutan. Makin besar PER suatu saham maka menyatakan saham
tersebut semakin mahal terhadap pendapatan bersih per saham. Jika PER
meningkat maka harga saham juga akan semakin besar begitu juga dengan return
saham. Jadi PER memiliki hubungan yang positif terhadap return saham.
Laporan keuangan dapat berupa neraca atau laporan rugi-laba. Neraca
mencerminkan nilai aktiva, hutang dan modal sendiri pada saat tertentu. Laporan
rugi-laba mencerminkan hasil-hasil yang dicapai selama periode tertentu. Laporan
keuangan
tidak
mempunyai arti bagi investor
sebelum dilakukan
analisa
terhadapnya. Analisa terhadap laporan keuangan memerlukan ukuran tertentu.
Laporan
keuangan
tahunan
yang
dipublikasikan
perusahaan
memberikan
gambaran mengenai kondisi keuangan perusahaan, pada saat tertentu, prestasi
operasi dalam suatu rentang waktu,
serta informasi-informasi lainnya yang
berkaitan dengan perusahaan yang bersangkutan.
23
Untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi perusahaan, diperlukan
beberapa tolak ukur, antara lain adalah rasio yang menghubungkan data-data
keuangan
yang
satu
dengan
lainnya.
Analisis
rasio
keuangan merupakan
instrumen analisis prestasi perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan dan
indikator keuangan, yang ditujukan untuk menunjukkan perubahan dalam kondisi
keuangan atau prestasi operasi di masa lalu dan membantu menggambarkan trend
pola perubahan tersebut, untuk kemudian menunjukkan risiko dan peluang yang
melekat pada perusahaan yang bersangkutan. (Warsidi, 2000).
Pengertian rasio keuangan sendiri merupakan angka yang diperoleh dari
perbandingan suatu pos laporan keuangan denga pos lainnya yang menunjukan
situasi dan operasi perusahaan. Hal ini seperti dikatakan Sofyan ayafri Harahap
(2002:297) :
“Pengertian rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil
perbandingan dari suatu pos laporan keuangn dengan pos lainnya yang
mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti).”
Rasio keuangan banyak macamnya, diantaranya adalah rasio profitabilitas
yang terdiri dari ROA dan EPS merupakan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi yang
dikeluarkan.
(Warsidi,2000). Berdasarkan
tinjauan
pustaka
dan
penelitian
terdahulu, rasio keungan yang dapat digunakan untuk mengukur harga saham
yaitu ROA, NPM, EPS dan PER.
24
2.2.1
Pengaruh EPS Terhadap Harga Saham
Pendapatan yang akan diperoleh merupakan faktor penentu harga saham.
Saham dengan return tertinggi pada umumnya memiliki pendapatan yang lebih
besar daripada yang diperkirakan, sedangkan saham dengan return terendah
memiliki pendapatan di bawah perkiraan. Harga saham cenderung mengantisipasi
dengan cepat pengumuman pendapatan (earning) dengan bergerak tepat sebelum
pengumuman dilakukan. Jadi Earning Per Share
memiliki hubungan yang positif
dengan harga saham, sehingga apabila jumlah earning per share naik begitu juga
dengan Investasi, dan sebaliknya. Hal ini seperti dikatakan Meader dan Sprecher
dalam penelitiannya terdahulu menyatakan bahwa:
“ EPS mempunyai pengaruh yang positif terhadap harga saham” (1991)
EPS adalah jumlah keuntungan yang didapat dari setiap jumlah lembar saham.
Penelitian yang dilakukan Puji Astuti (2002) menemukan bahwa terdapat
hubungan positif dan signifikan antara variabel EPS dengan harga saham.
Demikian pula penelitian yang dilakukan oleh Noer Sasongko dan Nila Wulandari
(2006) juga menyimpulkan bahwa variabel EPS berpengaruh signifikan dan
positif terhadap harga saham. Namun berbeda dengan penelitian Idawati, Sukirno,
dan Pujiningsih (dalam Noer Sasongko dan Nila Wulandari) yang menguji
pengaruh EPS terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di
Bursa
Efek
Jakarta.
Hasil penelitiannya
menunjukkan
bahwa
EPS
tidak
berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di
Busra Efek Jakarta.
25
2.2.2
Pengaruh ROA Terhadap Harga Saham
ROA adalah salah satu faktor untuk menentukan suatu keuntungan
(return) yang diharapkan pada suatu perusahaan dengan resiko yang melekat pada
saham tersebut.. Nilai inilah yang diestimasi oleh para pemodal atau analis, dan
hasil dari estimasi ini dibandingkan dengan nilai saham
pasar sekarang (current
market price) sehingga dapat diketahui saham-saham yang overprice maupun
yang underprice. Harga saham di masa yang akan datang diprediksikan dengan
mengestimasi nilai dari ROA yang berpengaruh terhadap harga saham dan
menerapkan hubungan ROA dan harga saham tersebut sehingga diperoleh
taksiran harga saham. Hal ini seperti dikatakan Clark Francis :
“In preparing their estimate of security’s value, fundamental analysts
study the basic financial and economic facts about the company that issues
the security. They study the level and trend of the firm’s sales and
earnings, the quality of the firm’s products, the firm’s competitive position
in the markets where its products are sold,the firm’s labor relations, the
firm’s sources of raw materials,the governmental rules that may affect the
value of the firm’s common stock” (1988:603)
2.2.3
Kajian Penelitian Terdahulu
Analisa
terhadap
saham yang dilakukan oleh investor memerlukan
informasi. Salah satu informasi yang tersedia bagi investor adalah laporan
keuangan yang dipublikasikan perusahaan. Laporan keuangan yang diperoleh
investor baru akan berguna apabila telah dianalisa. Analisa analisa terhadap laoran
keuangan memiliki ukuran tertentu. Ukuran yang umum digunakan adalah rasio
keuangan, diantaranya yang digunakan investor dalam menganalisa saham adalah
ROA dan EPS.
26
Perubahan ROA dan EPS berpengaruh terhadap harga saham. Apabila
ROA perusahaan menurun dibandingkan dengan periode yang sebelumnya, maka
harga sahamnya akan menurun juga. Sebaliknya, perusahaan yang memiliki ROA
yang meningkat, maka harga sahamnya pun akan meningkat. Apabila EPS
perusahaan menurun dibandingkan dengan periode yang sebelumnya, maka harga
sahamnya akan menurun juga. Sebaliknya, perusahaan yang memiliki EPS yang
meningkat, maka harga sahamnya pun akan meningkat.
Harga saham dalam penelitian ii merupakan harga pasar dalam pengertian
harga saham adalah pasar sekunder. Pasar sekunder adalah pasar untuk
memperdagangkan saham yang telah beredar. Harga saham pada pasar sekunder
ditentukan para investor melalui pertemuan permintaan dan penawaran. Harga
pasar saham memiliki nilai yang berbeda-beda untuk setiap waktu.
Jadi harga saham di pasar modal akan tergantung pada permintaan dan
penawaran para investor terhadap suatu saham. Permintaan dan penawaran para
investor yang membentuk harga saham dapat terjadi karena para investor sepakat
terhadap harga suatu saham. Kesepakatan investor tentunya telah didasarkan pada
analisa masing-masing investor. Dalam hal ini, analisa fundamental adalah salah
satu analisa yang digunakan para investor. Melalui analisa fundamental, investor
mempelajari
pengaruh
kondisi
perusahaan
terhadap
harga
saham
suatu
perusahaan. Kondisi suatu perusahan diantaranya dapat dicerminkan oleh ROA
dan EPS yang dimiliki perusahaaan tersebut. Dengan demikian ROA dan EPS
dapat mempengaruhi harga saham.
27
Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka pemikiran dari penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut :
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
EPS
Harga Saham
ROA
2.3
Hipotesis Penelitian
Sebelum melakukan penelitian ini, disusun hipotesis yang akan diuji.
Hipotesis ini akan menentukan bentuk analisa statistik yang diperlukan dalam
pengujiannya. Berdasarkan pemikiran di atas, maka penulis membuat hipotesis
penelitian :
EPS dan ROA Berpengaruh Secara Parsial dan Simultan Terhadap Harga
Saham.
H1 = Earning Per Share (EPS) dan Return On Asset (ROA) berpengaruh
terhadap return saham
H2 = Return On Asset (ROA) berpengaruh terhadap return saham
H3 = Earning Per Share (EPS) berpengaruh terhadap return saham
Download