BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Bentuk-bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) pada Mantan Pekerja Seks Komersial Berbagai tindak Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) pernah dialami oleh lima orang mantan pekerja seks komersial yang menjalani rehabilitasi di Balai Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama” Surakarta. Dari kelima mantan pekerja seks komersial yang juga merupakan korban praktek Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang dilakukan oleh suami dan mantan suami bentuk-bentuk kekerasan yang dialami adalah: a. Kekerasan Fisik Kekerasan fisik dialami oleh empat dari lima informan yaitu R, A, I dan N. Kekerasan fisik yang dialami dalam bentuk pemukulan dan penganiayaan sehingga menyebabkan luka fisik pada korban. b. Kekerasan Ekonomi Kekerasan ekonomi dialami oleh A, I dan juga N yang dilakukan oleh suami maupun mantan suami. Bentuk kekerasan ekonomi yang pernah dialami oleh mantan pekerja seks komersial tersebut adalah tidak adanya nafkah ekonomi serta penelantaran perekonomian keluarga. c. Kekerasan Psikologis Kekerasan psikologis dialami oleh mantan pekerja seks komersial seluruh informan mantan pekerja seks komersial korban Kekerasan Dalam Rumah Tanga (KDRT) baik R, A, I, N maupun J. Kekerasan psikologis yang dialami dalam bentuk perselingkuhan, pengkhianatan, pemerasan, penghinaan serta 99 kesewenang-wenangan yang menimbulkan berbagai kerugian psikis seperti ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, rasa tidak berdaya dan lain sebagainya. 2. Tindakan Menjajakan Diri pada Mantan Pekerja Seks Komersial Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) sebelum Menjalani Rehabilitasi di Balai Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama” Surakarta. Praktek-praktek Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang merupakan bentuk disintegrasi dalam keluarga pernah dialami oleh mantan pekerja seks komersial sebelum menjalani rehabilitasi di Balai Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama” Surakarta menimbulkan dampak-dampak merugikan bagi para korban seperti trauma, sakit hati, kerugian materi, dendam dan kerugian-kerugian lainnya sehingga hal tersebut terutama menjadi pendorong seorang mantan pekerja seks komersial korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) secara sadar menjajakan diri mereka. Setiap informan memiliki alasan-alasan tersendiri dalam melakukan tindakan menjajakan diri sehingga memiliki perbedaan tipe-tipe yang berbeda yaitu: a. Informan R : Menjajakan Diri karena keinginan melampiaskan luka psikologis dampak KDRT, dalam hal ini tindakan menjajakan diri yang ia lakukan tergolong dalam tipe tindakan rasional afektual karna melibatkan emosi tertentu. b. Informan A: Menjajakan diri akibat trauma psikologis dan fisik karna KDRT dan tubuhnya digunakan sebagai alat mencapai tujuan dalam mencukupi perekonomian keluarga, dalam hal ini tindakan menjajakan diri yang ia lakukan tergolong dalam tipe Rasional Alat-Tujuan dan Afektual. c. Informan I: Menjajakan diri akibat trauma psikologis dan fisik karna KDRT dan tubuh sebagai alat mencapai tujuan dalam mencukupi perekonomian, dalam hal ini tindakan menjajakan diri 100 yang ia lakukan tergolong dalam tipe Rasional Alat-Tujuan dan Afektual. d. Informan N: Menjajakan diri akibat trauma karna KDRT serta ia juga menggunakan tubuh sebagai alat mencapai tujuan dalam mencukupi perekonomian, dalam hal ini tindakan menjajakan diri yang ia lakukan tergolong dalam tipe Rasional Alat-Tujuan dan Afektual. e. Informan J: Menjajakan diri karna keinginan menunjukkan: kuasa diri pada pelaku KDRT dan akibat dendam serta sakit hati pada pelaku, dalam hal ini tindakan menjajakan diri yang ia lakukan tergolong dalam tipe tindakan rasional Afektual. B. IMPLIKASI 1. Implikasi Metodologik Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian studi kasus yang dipilih guna menjawab pertanyaan penelitian mengenai mengenai bagaimana bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang pernah dialami oleh mantan pekerja seks komersial sebelum menjalani rehabilitasi di Balai Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama” Surakarta serta mengenai bagaimana tindakan menjajakan diri pada mantan pekerja seks komersial korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) sebelum menjalani rehabilitasi di Balai Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama” Surakarta. Selain itu metode penelitian kualitatif studi kasus dipilih agar peneliti mampu mengungkap kehidupan sesungguhnya para mantan pekerja seks komersial korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) serta faktafakta lain terkait tindakan-tindakan menjajakan diri yang pernah dilakukan Teknik pemilihan informan menggunakan purposive dimana informan yang dipilih yaitu dari kalangan mantan pekerja seks komersial korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), pekerja sosial dan keluarga mantan pekerja seks komersial yang bersangkutan. Keseluruhan informan 101 dipilih berdasarkan kriteria yang telah ditentukan serta selanjutnya dilakukan wawancara mendalam. Wawancara mendalam juga dilakukan sebagai bentuk uji keabsahan data dengan teknik triangulasi sumber terhadap informan yang telah ditentukan. Kemudian, sumber data menggunakan teknik observasi di lapangan secara langsung yaitu di Balai Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama” Surakarta lalu dilakukan uji validitas serta kemudian dianalisis dengan model analisis data interaktif Miles dan Huberman. 2. Implikasi Teoritis Menjajakan diri merupakan suatu bentuk tindakan sosial. Penelitian ini menggunakan Teori Tindakan Sosial dari Max Weber dimana menurut Max Weber terdapat empat tipe dasar tindakan. Yang paling penting ialah pembedaan yang dilakukan Weber di antara dua tipe tindakan rasional yaitu rasionalitas alat-tujuan, rasionalitas nilai, tindakan afektual dan tindakan tradisional. Dari keempat tipe dasar dari teori tindakan sosial ditemukan fakta bahwa tindakan-tindakan para informan condong pada tipe tindakan sosial rasionalitas alat-tujuan dan tipe tindakan afektual. Tindakan menjajakan diri pada mantan pekerja seks komersial korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) sebelum menjalani rehabilitasi sosial dapat digolongkan ke dalam tipe tindakan rasionalitas alat-tujuan karena dalam pelaksanaannya aktor menggunakan tubuh mereka untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu seperti contoh dalam kasus penelitian ini ditemukan informan yang melakukan tindakan menjajakan diri akibat kekerasan ekonomi yaitu penelantaran ekonomi oleh pelaku sehingga tujuannya menjajakan diri adalah untuk mencukupi perekonomian aktor dan keluarganya. Sementara itu tindakan menjajakan diri yang dilakukan dapat digolongkan pula ke dalam tipe tindakan afektual karena dalam aktivitas ini seorang mantan pekerja seks komersial korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat aktivitas seksual 102 dengan laki-laki bukan pasangan resmi sebelum menjalani rehabilitasi akibat pengaruh emosi-emosi tertentu seperti ekspresi kekecewaan, membalas dendam sekaligus sakit hati, depresi ataupun menunjukkan kuasa diri. 3. Implikasi Empiris Konsekuensi-konsekuensi yang diterima sebagai korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) menghadirkan kenyataan bahwa para mantan pekerja seks komersial tersebut akhirnya menjajakan diri sebelum kemudian direhabilitasi. Bila diruntut lebih dalam, para mantan pekerja seks komersial korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang menjalani rehabilitasi di Balai Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama” Surakarta adalah korban dari kekuasaan orang lain dalam hal ini para suami dan mantan suami mereka yang semena-mena. Luka fisik maupun psikologis dialami oleh mereka hingga detik ini dan bukan hanya itu kerugian juga di derita oleh para keluarga. Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang dialami memberikan dorongan-dorongan tersendiri bagi mereka terutama dalam tindakan menjajakan diri yang pernah dilakukan. Tindakan menjajakan diri yang mereka lakukan terkait erat dengan trauma, depresi, sakit hati serta faktorfaktor lain yang menyangkut kehidupan lama mereka yang penuh dengan kekerasan disamping kesulitan ekonomi yang sempat diderita beberapa informan akibat tidak adanya tanggungjawab dari sosok suami yang seharusnya berperan menafkahi istri. Kini mereka menjalani rehabilitasi agar trauma maupun berbagai luka psikologis yang mereka alami dapat diatasi serta dapat hidup normal kembali sebagai individu yang bermanfaat dalam masyarakat karena pada dasarnya mereka membutuhkan perhatian yang lebih besar karena luka yang mereka alami bukan hanya dalam bentuk fisik namun juga psikologis. Kedua luka inilah yang harusnya dapat disembuhkan dengan berbagai cara karena mereka juga berhak untuk hidup lebih baik dan mendapatkan kesempatan untuk hidup layak. 103 Rehabilitasi sosial bagi para mantan pekerja seks komersial korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) sangat dibutuhkan karena dengan hal ini mereka dibimbing serta dibina sehingga nantinya dapat kembali hidup dengan normatif dalam masyarakat. Tentunya telah banyak pula para mantan pekerja seks komersial korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang menjalani rehabilitasi di Balai Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama” Surakarta dan berhasil kembali hidup di dalam masyarakat dengan baik. Begitu pun dengan para informan yang sedang menjalani rehabilitasi di balai rehabilitasi tersebut dengan mengikuti berbagai program dan bimbingan tentunya melunturkan keinginan mereka untuk kembali menjadi pekerja seks komersial dan diharapkan sebagaimana penerima manfaat yang telah terlebih dahulu berhasil menjalani rehabilitasi dan telah kembali hidup dengan baik dalam masyarakat, begitulah yang juga diharapkan terjadi pada para informan karena dengan kerjasama dari berbagai pihak, sinergi antara seluruh staff Balai Rehabilitasi dan keinginan besar para informan untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan tidak kembali menjajakan diri tentunya akan terwujud tujuan-tujuan rehabilitasi sosial yang telah ditentukan. Balai Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama” Surakarta juga mengakomodasi para penerima manfaat dalam hal ini mantan pekerja seks komersial korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) termasuk seluruh informan untuk hidup lebih baik, bahkan diberikan modal usaha, kesempatan untuk dibantu dalam proses pernikahan jika ingin menikah, penyaluran ke dalam lapangan kerja yang baik dan lain sebagaianya, tentunya akan semakin memeprmudah para informan untuk keluar dari jerat bisnis prostitusi sekaligus belenggu trauma dan rasa sakit hati. 104 C. SARAN 1. Untuk Mantan Pekerja Seks Komersial Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) Peneliti memberikan masukan kepada mantan pekerja seks komersial korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) berdasarkan penelitian yang telah dilakukan bahwa apa yang dilakukan informan sekaligus korban merupakan sebab luka dan juga kerugian yang pernah dialami dalam kehidupan sebelumnya. Menjajakan diri memang bukanlah pilihan yang benar, namun bila membicarakan luka dan trauma serta konsekuensi yang harus diterima sebagai korban seperti contohnya terpuruknya perekonomian keluarga, hal itu bukan perkara yang mudah untuk dipahami oleh setiap orang. Rehabilitasi yang dilakukan di Balai Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama” Surakarta merupakan suatu pembelajaran sekaligus penyembuhan bagi mereka karena di dalam balai rehabilitasi terdapat upaya perbaikan moral, sosial, fisik sekaligus spiritual. Kelak, bila telah kembali hidup di tengah keluarga dan masyarakat, bekal keterampilan dan spiritual yang telah diberikan dapat berguna sehingga kehidupan layak dan lebih baik bukan hal yang di dapat akibat perbuatan yang melanggar hukum dan tercela. Kesabaran, kesungguhan dan ketekunan adalah kunci dari keberhasilan rehabilitasi karena sebagaimana keras dan besarnya usaha balai untuk memperbaiki tak akan berhasil bila tak ada kesungguhan dari mantan pekerja seks komersial sendiri. Untuk itu diperlukan kerjasama antara kedua belah pihak, yaitu mantan pekerja seks komersial korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dengan pekerja sosial maupun balai rehabilitasi serta pihak keluarga sehingga tujuan dari rehabilitasi dapat dicapai. Menjalani rehabilitasi dengan kesungguhan hati serta niat untuk berubah lebih baik menjadi kunci agar kelak para informan tidak kembali menjalani bisnis prostitusi. Di samping itu dukungan dari keluarga menjadi sangat penting karena kelak keluarga adalah tempat pulang para mantan pekerja seks komersial, sehingga dukungan moral serta lain sebagainya dapat menguatkan tekad dan 105 niat para ke swanita tuna susila korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) untuk menjalani kehidupan yang lebih baik dan tidak melanggar hukum serta norma yang berlaku di dalam masyarakat. 2. Untuk Balai Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama” Surakarta Peneliti memberi memberikan masukan berdasarkan penelitian yang dilakukan. Rehabilitasi pada mantan pekerja seks komersial korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) di balai sudah sangat baik. Permasalahan yang mereka hadapi memang sangat kompleks, namun dengan upaya keras dari berbagai pihak terutama pekerja sosial sekaligus pembimbing yang dengan sabar dan telaten melakukan bimbingan diharapkan dapat mewujudkan tujuan rehabilitasi yang sejak awal telah ditentukan. Pendalaman motif menjajakan diri pada mantan pekerja seks komersial perlu dilakukan dengan intens karena menyangkut dengan penanganan seperti apa yang bisa diberikan. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi upaya meningkatkan kinerja pelayanan pada mantan pekerja seks komersial korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). 106