BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Pelaksanaan penyertaan modal pemerintah pada BUMN di PT Semen Indonesia (Persero) Tbk., pemerintah telah melakukan pengurangan penyertaan modal sebanyak 3 kali yaitu pada tahun 1991, 1995, dan 1998. Dimana pada tahun 1991, untuk pertama kalinya PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. melakukan penwaran umum terbatas dengan menjual beberapa sahamnya kepada masyarakat. Sehingga kepemilikan persero, bukan lagi saham seluruhnya milik negara, akan tetapi berubah komposisinya menjadi sebagian milik pemerintah dan sebagian lagi milik masyarakat. Namun hingga saat ini kepemilikan saham PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. masih mayoritas dipegang oleh pemeritah sebesar 3.025.406 saham atau mewakili 51,01% saham dan masyarakat memegang saham minoritas sebesar 2.906.114 saham atau mewakili 48,99% saham. Oleh karenanya, keuangan negara dalam hal ini kekayaan negara yang dipisahkan dalam penyertaan modal negara terhadap PT Semen Indonesia (Persero) Tbk., telah menjadi harta kekayaan perseroan. Yang termasuk lingkup keuangan negara hanya sebatas permodalan yang diberikan pemerintah dan eksistensi BUMN saja. Pemerintah memberikan penyertaan modal pada perseroan sebagai salah satu wujud nyata Pasal 33 UUD 1945 memiliki posisi strategis bagi peningkatan kesejahteraan rakyat. Bahwa tujuan utama dari penyertaan modal adalah untuk memperbaiki struktur permodalan dan meningkatkan kapasitas usaha BUMN dan perseroan terbatas. Tata cara penyertaan modal dengan pemisahan kekayaan negara berbentuk modal atau saham pada PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. dilakukan melalui penyertaan penanaman modal oleh pemerintah dan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 19 Prp 1960 tentang Perusahaan Negara terdahulu maupun UU BUMN yang sekarang berlaku, pemisahan tersebut baik berupa setiap penambahan maupun pengurangan pada penyertaan modal negara harus ditetapkan dengan suatu 88 89 peraturan pemerintah. Dalam hal ini peraturan pemerintah yang ditunjuk yaitu PP Nomor 44 Tahun 2005 Tentang Tata Cara Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara Pada Badan Usaha Milik Negara dan Perseroan Terbatas. Karena pada masa itu PP Nomor 44 Tahun 2005 masih belum ada dan belum dapat diterapkan, maka penyertaan penanaman modal oleh pemerintah saat pendirian itu berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 19 Prp Tahun 1960 tentang Perusahaan Negara. Yang kemudian adanya pengalihan bentuk perusahaan negara menjadi perusahaan perseroan yang selanjutnya tunduk pada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas (yang sekarang menjadi Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan Terbatas). 2. Implikasi dari pelaksanaan penyertaan modal pemerintah pada PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. adalah berlaku rezim hukum publik/UU bidang keuangan hanya berlaku bagi BUMN hanya sebatas yang mengatur permodalan dan eksistensi BUMN. Oleh karenanya dalam setiap penyertaan modal negara atau penambahan penyertaan modal negara ke dalam BUMN dan perseroan terbatas yang dananya berasal dari APBN ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Termasuk mengenai pendirian, perubahan modal, merger, akuisisi, konsolidasi, pembubaran BUMN harus dengan PP, bahkan privatisasi melibatkan DPR. Dengan keberadaan saham pemerintah pada BUMN, membawa implikasi bahwa setiap tahunnya BUMN memberikan dividen kepada negara. Bahkan dividen dari BUMN inilah yang memberikan kontribusi yang besar bagi sumber pendapatan negara tiap tahunnya. Hal ini tertuang dalam laporan tahunan perseroan yang dibuat sebagai bentuk pertanggungjawaban persero kepada pemegang saham. Yang diagendekan pada setiap diselenggarakannya RUPST. Pembagian dividen kepada pemegang saham perseroan diakui sebagai liabilitas dalam laporan keuangan konsolidasian pada periode saat dividen tersebut disetujui oleh para pemegang saham perseroan. Besaran dividen yang dibagikan bergantung pada jumlah saham yang dimiliki oleh masing-masing pemegang saham. Dalam pembagian dividen setiap tahunnya dengan memperhatikan kondisi keuangan 90 untuk pengembangan usaha dan imbal hasil bagi para pemegang saham. Sebagai saham pengendali, pemerintah mengendalikan secara efektif hal-hal yang membutuhkan keputusan pemegang saham, termasuk komposisi direksi dan dewan komisaris serta menentukan waktu pembayaran dividen yang ditentukan dalam RUPS. Dalam hal ini, perseroan harus melaporkan laporan tahunan dan jumlah perolehan dividen juga harus dipublikasikan secara umum termasuk kepada pemegang saham lain. Karena saham yang dimiliki oleh negara lebih besar dan sebagai saham pengendali, otomatis jumlah dividen yang diberikan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. kepada negara sangat besar jumlahnya sebagai sumber pendapatan negara. B. SARAN 1. Bagi pemerintah, perlu adanya pembatasan kewenangan yang lebih tegas mengenai mana yang menjadi rezim hukum publik dan hukum privat dalam memandang status BUMN. Agar nantinya tidak terjadi perbenturan kepentingan antara keduanya akibat adanya perbedaan penafsiran dalam mengartikannya. 2. Bagi pemerintah termasuk pada para pembuat undang-undang, bahwa perlu adanya evaluasi atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara (terutama Pasal 2 huruf g) dan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang BUMN bagi pembuat undang-undang terkait konsep kekayaan negara yang dipisahkan dalam lingkup keuangan negara. Agar nantinya tidak menimbulkan penafsiran yang dapat berakibat pada kelangsungan dan kesejahteraan BUMN itu sendiri. Dan juga tidak berdampak yang pada nantinya dapat menimbulkan kerugian bagi negara.