B. MELIHAT KE DEPAN: PEMULIHAN BERTAHAP 1. Prospek ekonomi Indonesia telah membaik Prospek ekonomi Indonesia telah membaik Prospek ekonomi Indonesia telah membaik dalam tiga bulan terakhir. Ekonomi diperkirakan tumbuh 4,3 persen di tahun 2009, lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya sebesar 3,5 persen. Tahun 2010, pertumbuhan diperkirakan meningkat menjadi 5,4 persen, sebelum kembali ke tingkat pertumbuhan potensial Indonesia saat ini sebesar 6 sampai 6,5 persen mulai 2011. (Gambar 33, Tabel 5) Perkiraan pertumbuhan lintas tujuan ekspor Indonesia pun menguat Bersamaan dengan menguatnya pertumbuhan di Indonesia, pemulihan global pun terjadi lebih awal daripada perkiraan, dibarengi perbaikan prospek untuk mitra dagang utama (MTP) Indonesia. Output lintas MTP Indonesia diproyeksikan turun sebesar 1,7 persen secara keseluruhan di tahun 2009, jauh lebih sedikit daripada kontraksi sebesar 3 persen yang diproyeksikan terjadi bulan Juni (Gambar 34). Walaupun pengisian ulang barang dan stimulus fiskal tampaknya sampai saat ini telah mendukung pemulihan bertahap, belanja swasta diperlukan untuk menggantikan belanja publik dalam memastikan berlanjutnya pemulihan. Walaupun telah direvisi naik, perkiraan pertumbuhan MTP tahun 2010 masih jauh lebih lemah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, sementara risiko negatif telah jauh melunak. Gambar 33: Pertumbuhan Indonesia naik menuju tingkat potensialnya di tahun 2011 Gambar 34: Mitra dagang utama Indonesia diproyeksikan terus pulih secara bertahap dalam dua tahun mendatang (perubahan persentase tahunan) (perubahan persentase tahunan) 8 Per cent Per cent 8 6 Per cent Per cent 6 Forecasts 6 6 4 4 2 2 0 0 2001 2003 2005 2007 Sumber: BPS, CEIC dan Bank Dunia 2009 2011 3 3 0 0 Jun-09 Sep-09 2005 2007 -3 -3 2001 2003 2009 2011 Catatan dan sumber: Perkiraan pertumbuhan PDB MTP No 2011 yang diterbitkan dalam Economic Quarterly bulan Juni. CEIC dan Bank Dunia Pertumbuhan tahun 2009 diperkirakan akan didukung oleh konsumsi domestik yang kuat Pendorong utama pertumbuhan Indonesia tahun 2009 diperkirakan tetap berasal dari permintaan domestik, didukung oleh pemulihan di sektor eksternal (Gambar x). Pengeluaran konsumsi swasta diperkirakan tetap kuat, naik sekitar 4,5 persen di tahun 2009 dengan belanja terkait pemilihan umum di paruh pertama ditambah dengan stimulus fiskal di paruh kedua. Pertumbuhan investasi diperkirakan tetap lemah di tahun 2009, konsisten dengan harga komoditas, permintaan eksternal, dan pertumbuhan kredit yang lebih lemah dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya. Konsumsi pemerintah diperkirakan terus berkembang bersamaan dengan terus dikeluarkannya stimulus fiskal dan pencairan dana. Di seluruh sektor produksi, kontraksi sektor industri di KUARTAL KEEMPAT 2008 pulih di kuartal berikutnya dan kegiatan industri diperkirakan akan lebih kuat dibandingkan perkiraan sebelumnya di sepanjang tahun 2009. …dengan pemulihan investasi di tahun 2010 Di tahun 2010, pertumbuhan diperkirakan akan kembali mengalami akselerasi didukung oleh investasi yang kuat, dibantu oleh kredit yang lebih mudah tersedia dan peningkatan kepercayaan investor saat harga komoditas dan pertumbuhan global pulih. Produksi jasa diperkirakan meningkat di atas tren setelah melambat di tahun 2009, karena konsumsi 20 Indonesia Economic Quarterly Clearing skies swasta tetap kuat dan kredit konsumsi tetap meningkat. Pertumbuhan di sektor pertanian mengalami sedikit dampak dari pola cuaca El Nino yang diperkirakan sedang terjadi oleh para ahli meteorologi. (Kotak 4) 2011 akan menyaksikan kembalinya pertumbuhan potensial Saat ekonomi dunia mulai mendekati tingkat pertumbuhan yang lebih normal di tahun 2011, ekonomi Indonesia diperkirakan untuk mendekati potensi pertumbuhan tahunannya sebesar 6 sampai 6,5 persen. Tabel 5: Indikator fiskal dan makroekonomi Indonesia Perubahan persen kecuali jika dinyatakan lain 1. Main economic indicators Total Consumption expenditure Private consumption expenditure Government consumption Gross fixed capital formation Exports of goods and services Imports of goods and services Gross Domestic Product Agriculture Industry Services 2. External indicators Trade balance (USD bn) Balance of payments (USD bn) Financial account balance (b) 3. Other economic measures Consumer price index Poverty basket Index GDP Penurun laju inflasi Nominal GDP 4. Economic assumptions Exchange rate (IDR/USD) Interest rate (SBI, 1 month) Oil price (Indonesian crude price) (c) Major trading partner growth 2008 Annual 2009 2010 2011 2008 Year on Year (a) 2009 2010 2011 5.9 5.3 10.4 11.7 9.5 10.0 6.1 4.8 3.7 8.9 5.2 4.5 10.8 2.7 ‐12.2 ‐18.4 4.3 3.0 2.8 6.2 5.0 4.7 6.2 8.1 9.6 13.2 5.4 2.8 3.4 8.0 4.9 5.0 4.7 6.8 11.4 11.7 6.0 4.3 3.8 8.7 6.4 4.8 16.4 9.1 1.8 ‐3.5 5.2 4.7 2.6 7.8 3.2 3.4 3.8 2.8 ‐4.0 ‐7.0 5.2 2.3 3.5 5.8 5.4 5.1 7.5 8.7 7.7 9.3 5.0 4.4 3.9 8.0 5.2 5.1 5.8 5.7 13.6 12.9 6.1 3.5 4.0 10.3 10.2 ‐1.9 ‐1.6 16.9 12.0 3.5 11.9 8.0 5.5 11.2 2.2 3.1 n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a 9.8 11.6 18.2 25.4 4.7 5.7 9.0 13.8 5.6 5.7 11.3 17.2 6.5 6.3 10.0 16.5 11.5 13.5 17.1 23.1 2.4 2.9 9.2 14.8 6.8 6.4 12.9 18.5 6.0 6.2 7.2 13.7 9757 10516 10000 10000 11365 10000 10000 10000 8.7 7.4 7.0 7.0 9.4 7.0 7.0 7.0 97.0 60.2 74.1 75.6 52.8 70.4 75.6 75.6 2.1 ‐1.8 3.3 3.4 ‐1.6 1.7 3.0 3.6 Catatan: Proyeksi ini adalah untuk arus perdagangan yang dilaporkan dalam akun nasional yang mungkin lebih saji dalam pergerakan sebenarnya dalam volume dagang dan kurang saji dalam pergerakan harga. Akun nasional melaporkan nilai rupiah ekpor turun sebesar 15 persen sampai pertengahan 2009 - konsisten dengan data neraca pembayaran - sementara volume ekspor turun sekitar 16 persen menyatakan bahwa harga ekspor Indonesia dalam rupiah naik 1,3 persen terlepas dari jatuhnya harga komoditas dalam periode ini dan depresiasi rupiah sebesar 12 persen. Skenario alternatif untuk lingkungan sekitar ekonomi Indonesia menunjukkan serangkaian jalur pertumbuhan potensial, terutama tahun 2010 Karena besarnya ketidakpastian yang menyelimuti prospek ekonomi Indonesia dan global, skenario pertumbuhan alternatif telah dipertimbangkan. (Tabel 6 dan Gambar 35) 'Skenario tinggi' mengasumsikan pemulihan ekonomi global lebih besar dari yang diantisipasikan saat ini. Dalam skenario ini, harga ekspor dan kredit domestik diperkirakan akan berakselerasi. Skenario tinggi juga memperkirakan Rupiah mengalami apresiasi ke tingkat yang sebelumnya pernah tercapai sebelum terjadi penghindaran risiko di bulan Oktober tahun lalu. Skenario tinggi dapat menambahkan 1 poin persentase ke pertumbuhan PDB dari 2009 sampai 2011 dibandingkan dengan skenario rujuukan. THE WORLD BANK | BANK DUNIA September 2009 21 Indonesia Economic Quarterly Clearing skies Dalam skenario 'rendah', pemulihan dunia diasumsikan terjadi lebih lama dibandingkan perkiraan saat ini. Sebagai tambahan, diasumsikan adanya masa penghindaran risiko pada akhir tahun ini dan awal tahun depan, yang walaupun tidak separah di bulan Oktober 2008, masih mengakibatkan stagnasi pertumbuhan ekonomi global. Kredit domestik diasumsikan tetap lemah, konsisten dengan pertumbuhan yang lemah di tahun 2009. Harga ekspor Indonesia pun diasumsikan turun secara signifikan bersamaan dengan penurunan harga komoditas global. Rupiah diasumsikan terdepresiasi ke tingkat yang dialami tahun lalu. Skenario rendah dapat mengurangi sampai 1¼ poin persentase ke pertumbuhan PDB dari 2009 sampai 2011 dibandingkan dengan skenario rujuukan. Tabel 6: Distribusi luas lingkungan pertumbuhan potensial diprediksikan terjadi tahun 2010… Gambar 35: …dan hal ini menghasilkan distribusi jalur potensial yang luas untuk ekonomi Indonesia (Perubahan persen) (Perubahan persen) MTP* Credit Export prices Rupiah (USD/IDR) 2009 Reference ‐1.8 12 0.9 10476 High ‐1.5 14 2.8 10426 Low ‐2.4 12 ‐1.2 10724 2010 Reference 3.3 14 0.5 9920 High 4.2 17 5.7 9245 Low 1.4 12 ‐4.0 12039 2011 Reference 3.4 22 7.5 9920 High 5.2 26 10.9 8967 Low 2.4 18 1.5 11385 Catatan dan sumber: * MTP merujuk pada pertumbuhan mitra dagang utama. BPS melalui CEIC dan Bank Dunia. 7 Per cent High Per cent Low 7 Reference 6 6 5 5 4 4 3 3 2001 2003 2005 2007 2009 2011 Sumber: BPS melalui CEIC dan Bank Dunia 2. Neraca pembayaran Indonesia diproyeksikan tetap mendekati keseimbangan, dengan kondisi neraca saat ini dan kebutuhan pembiayaan eksternal yang berkelanjutan a. Pemulihan pertumbuhan di tujuan ekspor Indonesia ditambah harga komoditas yang tinggi diperkirakan akan mendongkrak arus perdagangan Indonesia Prospek arus perdagangan Indonesia tahun 2009 telah membaik Turunnya arus perdagangan Indonesia tahun 2009 dibandingkan 2008 kemungkinan lebih sedikit dari perkiraan awal tahun. Lingkungan eksternal Indonesia pulih lebih cepat daripada perkiraan dan prospek sepanjang sisa tahun membaik. (Tabel 5) Dalam setahun penuh, impor diproyeksikan turun lebih besar daripada ekspor. Hal ini karena pengurangan biaya impor pada pergantian tahun yang lebih besar menyeimbangkan pemulihan impor di paruh kedua yang didorong peningkatan prospek permintaan domestik dan harga impor. …dan arus perdagangan harus berbalik dengan kuat di tahun 2010 dan 2011 Pemulihan bertahap ekonomi dunia diperkirakan terus mendukung pertumbuhan volume dan harga ekspor Indonesia. (Tabel 5) Pada akhir 2010, volume akan mencapai di atas tingkat sebelum krisis. Nilai harus naik lebih cepat, berakselerasi sampai 2011, karena proyeksi harga komoditas yang lebih tinggi. Impor diperkirakan terus pulih lebih cepat daripada ekspor karena ekonomi domestik tumbuh lebih cepat daripada tujuan ekspor Indonesia dan pemulihan produksi barang ekspor memerlukan lebih banyak input impor. …dengan pertumbuhan yang lebih kuat dalam impor mempersempit surplus perdagangan Neraca perdagangan 2009 diperkirakan sebesar 17 miliar dolar Amerika, lebih besar dua pertiga daripada 2008. (Tabel 7) Penurunan impor terhadap ekspor pada pergantian tahun 2009 mendorong perluasan surplus dagang. Arus impor dan ekspor yang lebih kuat di pertengahan 2009 meningkatkan nilai nominal proyeksi neraca perdagangan untuk tahun ini. Surplus ini akan turun dalam tahun-tahun mendatang saat impor terus pulih lebih cepat daripada ekspor. THE WORLD BANK | BANK DUNIA September 2009 22 Indonesia Economic Quarterly Clearing skies b. Pembiayaan eksternal harus berkelanjutan, dan risiko modal mengalir keluar dalam jumlah besar dan secara mendadak telah berkurang Neraca pembayaran secara keseluruhan tampaknya akan surplus di tahun 2009... Neraca Pembayaran diperkirakan akan mencatatkan surplus di KUARTAL KETIGA dan KUARTAL KEEMPAT 2009 karena pihak asing terus berinvestasi dalam pasar aset lancar domestik,d an program pinjaman resmi pemerintah dicairkan. Hal ini sebagian akan diimbangi dengan mempersempit transaksi berjalan yang didorong dengan mempersempit neraca perdagangan saat nilai impor pulih menjadi sedikit lebih kuat daripada nilai ekspor. Digabungkan dengan surplus yang tercatat di KUARTAL PERTAMA dan KUARTAL KEDUA, Neraca Pembayaran diperkirakan untuk mencatatkan surplus di atas 10 miliar dolar Amerika di tahun 2009. …sebelum menyempit di tahun 2010 dan 2011, saat pemulihan harga komoditas dan impor membawa transaksi berjalan mendekati keseimbangan pada akhir 2010 Ke depan, Neraca Pembayaran diperkirakan mendekati keseimbangan di tahun 2010 dan 2011, bersama dengan transaksi berjalan. Penyeimbangan sebagian diperkirakan oleh adanya surplus pada transaksi keuangan, dengan surplus sekitar 6 miliar dolar Amerika diperkirakan terjadi di tahun 2010, sebelum sedikit menyempit di tahun 2011 (Tabel 7). Penyempitan transaksi berjalan dikarenakan surplus perdagangan diperkirakan jatuh bersama dengan meluasnya defisit pendapatan. Defisit pendapatan bersih diperkirakan meluas karena dikeluarkannya laba oleh pemegang saham asing dalam produksi minyak dan gas meningkat bersamaan dengan tingginya harga energi global. Transfer diperkirakan akan stabil. Transaksi keuangan diperkirakan akan didukung oleh harapan bahwa arus modal di Indonesia relatif moderat - mencerminkan pemulihan bertahap dalam pasar kredit global dan keyakinan investor (asing dan domestik) - bersama dengan prospek positif atas arus masuk investasi langsung asing (FDI). Prospek FDI bersih mengikuti laporan tidak resmi mengenai sejumlah besar proyek FDI, mulai dari lahan minyak, pengoperasian kertas dan serpihan kayu, investasi India di pabrik tekstil dan pengolahan aluminium, serta perluasan investasi dalam pabrikan sepeda motor. Kredit perdagangan diperkirakan akan naik dengan volum perdagangan yang tinggi. Selama lebih dari 12 bulan sampai pertengahan 2010, total kewajiban pembiayaan eksternal terjadwal Indonesia saat ini adalah 22 miliar dolar Amerika, berdasarkan laporan BI mengenai jumlah utang jatuh tempo saat ini (Tabel 8). Proyeksi kebutuhan pembiayaan tidak terjadwal (misalnya, penjualan umum aset lancar keuangan historis), ditambah proyeksi arus masuk modal berdasarkan asumsi yang cukup konservatif, menghasillkan proyeksi arus masuk bersih sekitar 32 miliar dolar Amerika dalam 12 bulan sampai pertengahan 2010. Semuanya ini menghasilkan surplus Neraca Pembayaran sekitar 10 miliar dolar Amerika, konsisten dengan proyeksi yang dipresentasikan dalam Tabel 7. Tabel 7: Surplus Neraca Pembayaran diperkirakan menyempit karena transaksi berjalan menjadi defisit (miliar dolar Amerika) Balance of Payments Current Account 2007 2008 2009 2010 2011 12.7 -1.9 12 8 2 10.5 0.3 9 2 -1 20.9 -15.5 5.1 10.2 -15.3 5.4 17 -13 5 12 -15 6 11 -18 6 Capital and Financial Accounts 3.6 -1.4 4 6 4 Capital Account 0.5 0.3 0 0 0 Financial Account Direct Investment Portfolio Investment Other Investment 3.0 2.3 5.6 -4.8 -1.6 2.8 1.7 -6.2 3 3 5 -5 6 4 6 -4 3 5 5 -6 Foreign Reserves (a) 56.9 51.6 60.3 Trade Balance Income Balance Current Transfers Balance Asumsi yang mendasari proyeksi ini selaras dengan tren terbaru. 95 persen tingkat perpanjangan SBIs lebih rendah daripada tingkat realisasi sepanjang paruh pertama 2009. 90 persen tingkat perpanjangan utang swasta jangka pendek mencerminkan kondisi kredit global yang masih rentan, ditambah pengurangan beberapa proyek sejalan dengan penurunan investasi setelah terjadi penurunan kegiatan ekonomi global dan harga komoditas. Tingkat perpanjangan ini dibandingkan dengan tingkat perpanjangan tersirat pada total utang eksternal, yang melampaui 100 persen di paruh pertama 2009, menunjukkan bahwa sektor publik dan swasta mampu mempertahankan akses ke utang eksternal bahkan dalam kondisi pasar keuangan yang penuh gejolak baru-baru ini (Gambar 36). Catatan dan sumber: (a) Nilai cadangan devisa 2009 pada awal September. BI dan Bank Dunia THE WORLD BANK | BANK DUNIA September 2009 23 Indonesia Economic Quarterly Clearing skies Tabel 8: Pembiayaan eksternal terjadwal Indonesia saat ini memerlukan 22 miliar dolar Amerika dalam 12 bulan mendatang Tabel 9: Proyeksi sumber pembiayaan menghasilkan surplus Neraca Pembayaran sekitar 10 miliar dolar Amerika (miliar dolar Amerika) (miliar dolar Amerika) 22.3 PROJECTED EXTERNAL FI NANCING SOURCES Current account balance 8.5 Trade balance 9.7 Net inc ome and transfers balance EXTERNAL FINANCING NEEDS Maturing short-term FCU pr ivate debt Amortization of medium and long-term FCU debt Public 6.5 Net FDI Infl ows (a) 3.1 Offici al For eign Fi nancing Private (a) Shor t-term I DR liabilities to non-residents 3.4 Gambar 36: Tingkat perpanjangan utang eksternal Indonesia tinggi di paruh pertama 2009 (peluncuran dan pembayaran pokok bulanan) USD billion Drawings USD billion 6 6 Issuance 4 Net Issuance 2 2 0 0 -2 -2 Repaym ent -4 -4 Feb Mar Apr May Sumber: BI dan Bank Dunia Terlepas dari perkembangan positif yang sedang berjalan, Indonesia tetap rentan terhadap arus keluar modal walaupun risiko itu telah menurun dalam setengah tahun lalu 20.7 9.9 Public (SBIs) (b) Private (notes) IDR debt (c) 2.5 7.4 .7 FCU debt o/ w loans 6.8 8.6 o/ w trade credits (d) -2.3 Medium and Long-Term Bonds Public (SUN) Foreign investment in IDR bonds (e) 10.8 4.8 1.8 Jun 3.0 Private (bonds) Non-r esidents' net purchases of debt and equity on secondary markets (f) Public (SUN and SBIs) Privat e (debt and equity) Jan 5.0 FCU bonds 4 -8.8 -6.3 .7 New Debt Issuances Short-Term Debt I nstruments Catatan dan sumber: (a) Tidak termasuk utang tidak bergerak sebesar 6,5 miliar dolar Amerika. BI dan Bank Dunia 3.8 12.6 2.8 -1.4 Repayments Amortization of medium and long-term IDR debt to nonresidents 32.3 Net investm ent offshore by r esidents ( g) o/w outflows on currency and deposits (g,h) 6.0 6.9 3.0 3.9 -.5 .9 Catatan dan sumber: (a) mencerminkan peningkatan arus masuk FDI; (b) mengasumsikan tingkat perpanjangan 95 persen; (c) mengasumsikan tingkat perpanjangan 90 persen; (d) diperkirakan naik bersama kenaikan arus perdagangan; (e) mengasumsikan kepemilikan asing 16 persen atas SUN baru; (f) mencerminkan peningkatan pembelian bersih aset domstik oleh pihak asing; (g) negatif mencerminkan arus keluar; dan (h) mencerminkan penduduk yang memasukkan kembali aset dari rekening bank asing. Perhitungan Bank Dunia. Di pertengahan 2009, tidak ada pemicu domestik yang signifikan yang mengakibatkan arus keluar transaksi modal yang besar dan mendadak. Walaupun demikian, transaksi modal terbuka Indonesia, pasar keuangan yang bergerak tipis, jumlah simpanan yang sedang dan pengalaman historis menunjukkan tetap adanya risiko arus keluar. Banyak penduduk yang memiliki kekayaan bersih tinggi mempunyai rekening bank di luar negeri dan secara historis cenderung memindahkan dana ke luar negeri. Serangkaian besar faktor dapat memicu hal ini, walaupun risiko hal ini terus menurun dalam bulan-bulan terakhir. Gelombang kedua gejolak pasar keuangan global juga akan menekan transaksi modal Indonesia. Kejadian seperti ini akan kembali menimbulkan penarikan diri investor asing secara besar-besaran dari aset lancar domestik dan dapat mengakibatkan arus keluar modal oleh penduduk Indonesia seperti yang dijelaskan di atas. THE WORLD BANK | BANK DUNIA September 2009 24 Indonesia Economic Quarterly Clearing skies 3. Inflasi kemungkinan akan meningkat seiring dengan penguatan permintaan dn naiknya harga komoditas global Laju inflasi untuk tahun 2009 diperkirakan akan lebih lemah dari perkiraan sebelumnya, pada 4,7 persen Laju inflasi kuartal kedua yang lebih lemah dari yang diperkirakan dan penguatan rupiah menunjukkan bahwa inflasi tahun 2009 dapat lebih lemah dari perkiraan sebelumnya. Laju inflasi tahunan untuk 2009 akan berkisar pada 4,7 persen, di tengah sasaran inflasi BI sebesar 4,5 persen (±1 persen). Laju inflasi bulanan diperkirakan akan meningkat menjelang menjelang akhir tahun dengan menipisnya dampak peredam karena harga energi yang rendah dan dampak peningkatan harga komoditas dunia mulai dirasakan oleh konsumen. Dengan proyeksi bahwa pertumbuhan ekonomi baru kembali pada laju potensialnya pada tahun 2011, tekanan harga karena terbatasnya penawaran tampaknya sulit terjadi dalam waktu dekat. Perkiraan inflasi yang rendah tampaknya juga akan membatasi inflasi jangka pendek. Perkiraan inflasi konsumen untuk enam bulan ke depan tetap berada pada titik paling rendahnya sejak tahun 2005 ketika inflasi yang terjadi hampir menyentuh 5 persen pada bulan Juli, walaupun perkiraan itu telah meningkat dari nilai rendahnya di bulan Februari. Sektor usaha juga telah menyusutkan perkiraan inflasi mereka, walaupun mereka tetap memperkirakan laju inflasi yang lebih tinggi dari laju yang terjadi. Hampir sepertiga dari peserta dalam survei kuartal kedua BI memperkirakan inflasi di bawah 7 persen pada paruh tahun kedua, dibandingkan dengan seperdelapan yang memperkirakan angka yang sama ketika BI melakukan survei pada kuartal ketiga tahun 2008. …dengan inflasi bagi masyarakat miskin lebih tinggi 1 persen Inflasi yang dihadapi oleh keluarga berpenghasilan rendah tampaknya akan tetap berada di atas laju inflasi IHK sampai akhir tahun, rata-rata sekitar 5,7 persen untuk tahun 2009. Dengan peningkatan harga bahan pangan yang mendorong harga konsumen Indonesia pada kuartal-kuartal yang akan datang, dampaknya akan lebih besar pada inflasi masyarakat miskin dibanding pada inflasi IHK. Harga perkulakan produk pertanian meningkat pada kuartal kedua dan mungkin merupakan salah satu faktor yang meningkatkan harga eceran bahan pangan pada bulan Juli dan Agustus, selain dampak lanjutan dari tingginya harga gula dunia. Harga komoditas dan pertumbuhan permintaan yang lebih kuat pada tahun 2010 diperkirakan akan mengangkat inflasi menjadi antara 5 dan 6 persen Pada tahun 2010, peningkatan harga-harga komoditas yang masih berlangsung dan tertundanya dampak penciutan suku bunga BI tampaknya akan meningkatkan laju inflasi menjadi antara 5 dan 6 persen. Dengan berakhirnya dampak dari biaya transportasi yang lebih rendah pada laju inflasi IHK dan harga komoditas energi dan nonenergi mulai meningkat dalam rupiah pada awal tahun 2010, tampaknya laju inflasi IHK akan bergerak di atas laju inflasi inti. Inflasi masyarakat miskin diperkirakan akan menyatu dengan inflasi IHK pada akhir tahun 2010 dengan asumsi harga bahan pangan telah mencapai titik stabil, yang membentuk bagian IHK agregat yang lebih besar, yang lebih cepat mendorong meningkatnya inflasi IHK. Pada tahun 2011, inflasi diperkirakan akan mencapai titik stabil pada kisaran 6,5 persen, sejalan dengan berlanjutnya pemulihan global. BI mungkin dapat menurunkan laju inflasi struktural pada jangka menengah Sejauh mana BI berusaha untuk mengatur perkiraan inflasi pada tingkatnya yang rendah sekarang dan untuk menurunkan laju inflasi struktural Indonesia yang tinggi akan menjadi penentu utama bagi prospek inflasi jangka menengah. Jika BI tetap memiliki komitmen yang kuat untuk menjaga inflasi agar mendekati sasaran yang telah diumumkan, biaya output jangka pendek yang dibutuhkan untuk kegiatan penjagaan tersebut tampaknya akan menurun dan Indonesia dapat menikmati manfaat jangka panjang dari stabilnya pertumbuhan dan pasar keuangan yang dekat hubungannya dengan inflasi yang rendah dan stabil. Tidak seperti mitra dagang wilayahnya, Indonesia tidak mampu menekan laju inflasinya setelah krisis keuangan Asia. Indonesia bahkan tercatat sebagai satu-satunya kekuatan ekonomi di wilayahnya yang mencatat laju inflasi yang lebih tinggi dari rata-rata sejak masa krisis. (Gambar 37) THE WORLD BANK | BANK DUNIA September 2009 25 Indonesia Economic Quarterly Clearing skies Gambar 37: Indonesia satu-satunya kekuatan ekonomi utama di wilayahnya dengan laju inflasi yang lebih tinggi dari ratarata sejak krisis Asia tahun 1997/98, dibandingkan dengan inflasi sebelum krisis (rata-rata inflasi harga konsumen tahunan) 12 Per cent Per cent 12 Pre-crisis (1985-1997) • Post-crisis (1999-2008) Gambar 38: Penurun laju inflasi PDB tumbuh lebih cepat dibanding harga-harga konsumen, dan pemisahan ini diperkirakan akan terus berlanjut (rata-rata tahunan inflasi harga konsumen dan persentase perubahan dalam penurun laju inflasi PDB implisit) 20 Per cent Per cent 20 Forecast 8 8 4 4 15 10 10 5 5 0 Indonesia -4 US Taiwan Philippines Malaysia Korea Japan -4 Thailand 0 15 Sumber: Badan statistik nasional melalui CEIC dan Bank Dunia 0 0 2005 2006 2007 CPI 2008 2009 2010 GDP Deflator Sumber: BPS melalui CEIC dan Bank Dunia Terdapat peningkatan risiko untuk masa depan harga konsumen… Ketidakpastian akan kekuatan pemulihan global pada tahun 2010 dan 2011 menempatkan risiko pada peramalan inflasi. Pemulihan permintaan global yang lebih kuat dari perkiraan, atau suatu penyamaan yang berarti dari kurs valuta asing, kemungkinan besar akan meningkatkan harga-harga komoditas dan meningkatkan inflasi. Pada sisi domestik, jika likuiditas pasar modal terus meningkat dan pertumbuhan kredit kembali pada tingkatnya pada awal tahun 2008, maka harga konsumen akan mendapat tekanan yang cukup berarti. Dampak dari peristiwa El-Nino yang tingkat menengah sampai parah (lebih parah dari tingkat jinak yang diramalkan oleh ahli meteorologi) pada produksi pertanian dapat menyebabkan peningkatan harga bahan pangan pada akhir tahun 2009 dan awal 2010. (Kotak 4) Dengan penanaman telah tertunda selama dua bulan, risiko akan peningkatan harga bagi para produsen beras cukup tinggi, terutama bagi mereka yang tinggal pada daerah-daerah yang lebih terpencil (yang umumnya lebih miskin). Selain itu, pemerintah juga telah menunjukkan rencananya untuk meningkatkan beberapa harga yang dikelola, termasuk harga LNG, setelah bulan Ramadan, dan sedang mempertimbangkan suatu program subsidi dengan sasaran yang lebih terpusat yang pada akhirnya akan meningkatkan rata-rata harga. …dan harga-harga pada keseluruhan ekonomi tampaknya akan terus meningkat lebih cepat dari HKI Harga-harga pada keseluruhan ekonomi, seperti diukur oleh penurun laju inflasi PDB agregat yang implisit, telah meningkat lebih cepat dari biaya-biaya untuk barang-barang yang umum dibeli oleh konsumen selama bertahun-tahun. (Gambar 38) Tren ini cenderung berlanjut walaupun saat ini harga konsumen dan perdagangan lemah. Penurun laju inflasi PDB pada tahun 2009 diperkirakan bertumbuh sedikit di atas 11 persen, dibanding 18,2 persen pada tahun 2008, karena peningkatan yang cepat dalam investasi dan harga layanan pemerintah memisahkannya dengan inflasi IHK. Pada tahun 2010, penurunan laju inflasi PDB diperkirakan berada di bawah 10 persen, berdasarkan prospek pertumbuhan rata-rata pada harga komoditas dan pengaturan pada biaya-biaya lain, terutama pertumbuhan upah nominal setelah melambatnya pertumbuhan harga-harga konsumen. THE WORLD BANK | BANK DUNIA September 2009 26 Indonesia Economic Quarterly Clearing skies 4. Semua faktor ini menunjukkan bahwa defisit pemerintah kemungkinan lebih sedikit daripada yang dianggarkan Prospek 2009 pemerintah tentang pendapatan yang sedikit melemah dan pengurangan belanja menunjukkan defisit sedikit di bawah anggaran Dalam revisi usulan anggaran tengah tahun, pemerintah memproyeksikan pendapatan 2009 mendekati anggaran awal walaupun pertumbuhan diperkirakan lebih lemah dalam ekonomi riil dan harga. Pemerintah memperkirakan realisasi belanja sedikit berkurang dari anggaran awal walaupun perbedaannya kemungkinan lebih kecil daripada tahuntahun sebelumnya. Asumsi harga minyak mentah yang lebih tinggi (rata-rata 61 dolar Amerika per barel terhadap proyeksi awal 45 dolar Amerika) akan mengangkat proyeksi pendapatan minyak dan gas tapi hal ini kemungkinan lebih dari sekadar menyeimbangkan biaya subsidi energi dan transfer dana ke pemerintah daerah. Semua faktor ini menunjukkan bahwa defisit anggaran untuk 2009 mungkin sedikit lebih kecil daripada proyeksi APBN-P di bulan Februari sebagai persentase PDB dan sekitar 20 triliun Rupiah lebih kecil dalam nominal, karena perkiraan terakhir pemerintah atas nominal PDB 2009 berada di bawah asumsi anggaran (Tabel 10). Pemerintah mengusulkan defisit yang lebih kecil di tahun 2010 Usulan anggaran 2010 pemerintah yang dipresentasikan kepada DPR di awal Agustus memproyeksikan defisit anggaran akan berkontraksi menjadi 1,6 persen PDB. (Lihat Kotak 3) Hal ini sejalan dengan ekspektasi pemulihan sedang dalam pertumbuhan PDB nominal menjadi 11,5 persen yang berarti titik balik total pendapatan hanya 4,5 persen. Pertumbuhan yang relatif rendah dalam proyeksi pendapatan didorong ekspektasi Pemerintah Indonesia atas pendapatan nonpajak yang lebih sedikit daripada 2009 terutama dari minyak dan gas dengan penurunan 17,6 persen dari 2009 ke 2010. Pendapatan pajak, yang lebih mirip dengan PDB nominal diperkirakan tumbuh sekitar 12 persen dengan pemulihan dalam ekonomi riil dan pertumbuhan harga. Di sisi pengeluaran, pemerintah mengusulkan pertumbuhan belanja hanya 0,4 persen. Pertumbuhan yang rendah ini tercapai melalui pemotongan subsidi agregat (-9,8 persen), bantuan sosial (-11,2 persen) dan pengeluaran 'lain' (-40,3 persen), yang diimbangi oleh pertumbuhan kuat dalam pengeluaran untuk gaji pemerintah (21,0 persen). THE WORLD BANK | BANK DUNIA September 2009 27 Indonesia Economic Quarterly Clearing skies Tabel 10: Proyeksi defisit anggaran pemerintah tahun 2009 dan 2010 sensitif terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi nominal yang diasumsikan, dengan pertumbuhan harga yang lebih cepat yang menunjukkan defisit yang lebih kecil 2007 2008 2009 2009 (f) 2010 2010 (p) Actual Actual Proposed revised WB estimate Proposed (RAPBN) WB estimate A. State revenues and grants 1. Tax revenues a. Domestic tax i. Income tax - Oil and gas - Non oil and gas ii. Other domestic tax b. International trade tax i. Import duties ii.Export tax 2. Non Tax Receipts o/w natural resources i. Oil and gas ii. Non Oil and gas 707,808 490,989 470,053 238,431 44,000 194,431 231,622 20,936 16,699 4,237 215,121 132,893 124,784 8,109 981,609 658,701 622,359 327,498 77,019 250,479 294,861 36,342 22,764 13,578 320,605 224,463 211,617 12,846 872,632 652,122 632,099 340,376 49,500 290,876 291,723 20.023 18,624 1,400 219,518 139,997 129,088 10,909 854,609 642,827 622,915 332,885 52,627 280,257 290,030 19,912 18,612 1,300 210,789 125,979 115,498 10,481 911,476 729,165 702,034 340,322 39,883 300,439 361,712 27,131 19,498 7,634 180,889 111,454 101,259 10,195 974,698 753,695 726,432 377,852 56,073 321,779 348,580 27,263 20,692 6,571 219,581 141,094 129,443 11,651 B. Expenditures 1. Central government - Personnel - Material expenditure - Capital expenditure - Interest payments - Subsidies - Grants expenditure - Social expenditure - Other expenditures 2. Transfers to the regions 757,651 504,625 90,425 54,511 64,289 79,808 150,215 0 49,756 15,621 253,026 985,731 693,356 112,830 55,964 72,773 88,430 275,292 0 57,741 30,328 292,434 1,005,674 696,101 133,709 87,004 74,281 110,051 159,951 32 77,765 53,309 309,572 979,827 670,254 127,113 75,903 72,366 110,051 156,924 32 77,765 50,101 309,572 1,009,486 699,688 161,736 100,170 76,893 115,595 144,355 34 69,078 31,827 309,798 1,020,437 710,640 153,757 87,389 74,911 115,595 179,964 34 69,078 29,912 309,798 29,965 84,309 C. Primary Balance (22,991) (15,167) 17,585 69,856 (49,843) (1.3) (4,122) (0.1) (133,042) (2.5) (125,218) (2.2) (98,010) (1.6) (45,739) (0.7) Economic assumptions/outcomes Domestic product (Bruto) 3,957,404 Economic growth (%) 6.3 Inflation (%) 6.6 Exchange rate (Rp/US$) 9,419 Crude-oil price (US$/Barrel) 78.0 Oil production (barrel per day) 0.9 % of civil service wages increase 15.0 Interest rate of SBI (average %) 8.0 4,954,029 6.1 11.1 9,691 97.0 0.9 20.0 9.3 5,425,405 4.3 5.0 10,600 61.0 1.0 15.0 7.5 5,635,502 4.3 9.0 10,516 60.2 1.0 15.0 7.4 6,050,055 5.0 5.0 10,000 60.0 1.0 5.0 6.5 6,604,772 5.4 11.3 10,000 74.1 1.0 5.0 7.0 D. SURPLUS / DEFICIT Deficit (% of GDP) Catatan dan sumber: Proyeksi Pemerintah Indonesia untuk 2009 dan 2010 merupakan presentasi anggaran resmi kepada DPR. Presentasi ini direvisi berkonsultasi dengan DPR pada saat laporan ini dicetak. Revisi akhir anggaran 2009 dan 2010 kemungkinan berbeda dari angka yang disajikan di atas. Proyeksi Depkeu dan Bank Dunia. Jika ekonomi nominal tumbuh lebih cepat daripada proyek pemerintah, defisit anggaran kemungkinan lebih rendah di tahun ini dan berikutnya Proyeksi pertumbuhan ekonomi riil, penurun laju inflasi PDB, dan harga minyak mentah disajikan yang dalam Tabel 5 berbeda dari proyeksi pemerintah. Proyeksi ini menunjukkan bahwa ekonomi nominal akan tumbuh lebih cepat dariapda proyeksi pemerintah dalam revisi usulan anggaran 2009 (RAPBN-P) dan usulan anggaran (RAPBN) 2010. Penggunaan pengukuran harga yang berbeda mendasari proyeksi pertumbuhan PDB nominal yang lebih kuat. Proyeksi dalam Tabel 5 mendasarkan pertumbuhan PDB nominal pada total proyeksi pertumbuhan dalam PDB riil ditambah pertumbuhan dalam penurun laju inflasi PDB. Pemerintah memperkirakan pertumbuhan PDB nominal sebagai total proyeksi pertumbuhan riil ditambah peningkatan inflasi harga konsumen. Walaupun lebih dikenal dan lebih umum dipahami, IHK merupakan indikator harga yang lebih sempit daripada penurun laju inflasi PDB. Penurun laju inflasi PDB melaporkan perubahan bukan hanya dalam harga konsumen, tapi juga harga dagang, biaya investasi, dan bahkan biaya penyediaan layanan pemerintah. Pertumbuhan dalam THE WORLD BANK | BANK DUNIA September 2009 28 Indonesia Economic Quarterly Clearing skies pendapatan pemerintah tergantung pertumbuhan nominal faktor-faktor ini. Dalam tahuntahun terakhir, defaltor PDB tumbuh lebih cepat daripada IHK, dan perbedaan ini tampaknya akan berlanjut (Gambar 38). Pendekatan yang berbeda dalam memperkirakan pertumbuhan PDB nominal menunjukkan bahwa pendapatan kemungkinan tumbuh lebih kuat daripada proyeksi pemerintah saat ini untuk 2009 dan 2010. Di tahun 2009, dengan berasumsi bahwa belanja mendekati rencana yang diumumkan pemerintah, dengan pengecualian pada subsidi energi yang kemungkinan akan lebih sedikit daripada yang diumumkan karena harga minyak dunia diasumsikan lebih rendah, pertumbuhan pendapatan yang lebih cepat mengurangi defisit anggaran di tahun 2009 menjadi 2,2 persen PDB. Proyeksi ini menjelaskan realisasi pendapatan dan belanja sampai Juli 2009 dengan proyeksi hanya untuk lima bulan terakhir tahun ini. Di bulan-bulan ini, alokasi diberikan untuk perkiraan kenaikan dalam ekonomi nominal. Pertumbuhan PDB nominal yang lebih kuat dan harga minyak yang lebih tinggi diproyeksikan terjadi di tahun 2010 (Tabel 5), menghasilkan proyeksi defisit yang lebih rendah tahun itu, yaitu 0,7 persen PDB. Proyeksi pertumbuhan dalam PDB nominal lebih cepat daripada proyeksi pemerintah menunjukkan bahwa pendapatan juga akan tumbuh lebih cepat. Asumsi harga minyak yang lebih tinggi juga kemungkinan akan mengangkat pendapatan. Proyeksi defisit yang lebih kecil ini mengasumsikan bahwa realisasi belanja 2010 mendekati rencana yang diumumkan pemerintah, kecuali subsidi energi yang disesuaikan utnuk menjelaskan asumsi harga minyak mentah yang tinggi. 5. Penurunan terbatas dalam tingkat kemiskinan kemungkinan berlanjut Kemiskinan kemungkinan terus turun walaupun penurunan tersebut cenderung terbatas setelah pengakhiran program BLT Perkiraan pertumbuhan PDB dan inflasi yang disajikan di Tabel 5, ditambah usulan anggaran pemerintah untuk 2010, menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan akan terus turun walaupun lebih lambat daripada tahun lalu. (Tabel 11) Perlambatan penurunan kemiskinan sebagian besar dikarenakan penghentian program BLT tapi pendapatan riil dan pertumbuhan lapangan kerja diproyeksikan terus berlanjut. Berdasarkan skenario pertumbuhan alternatif yang disajikan di Tabel 6 dan Gambar 35, tingkat kemiskinan kemungkinan tetap terus turun tapi dengan kecepatan yang lebih lambat dan lebih cepat secara berurutan untuk kasus lemah dan kuat. Tabel 11: Tingkat kemiskinan diproyeksikan terus turun 2008 2009 2010 2011 Reference projection 15..4 14.2 13.6 11.5 High scenario 15..4 14.2 13.9 11.8 Low scenario 15..4 14.2 13.4 11.3 Sumber: Estimasi dan perkiraan BPS dan Bank Dunia THE WORLD BANK | BANK DUNIA September 2009 29 Indonesia Economic Quarterly Clearing skies Kotak 2: Usulan anggaran pemerintah 2010 Pemerintah mengumumkan proposal anggaran 2010 dalam pidato kepresidenan tanggal 3 Agustus. Total anggaran mencapai 1.009 triliun Rupiah dalam nominal (atau 16,7 persen PDB), 0,5 persen lebih tinggi dari revisi anggaran 2009. Proyeksi defisit fiskal adalah sebesar 1,6 persen PDB. Dua pertiga anggaran akan dilaksanakan pemerintah pusat dan sepertiga sisanya akan diimplementasikan oleh pemerintah daerah. Beberapa fitur utama usulan anggaran 2010 mencakup: Pengeluaran gaji dan bahan diantisipasi naik 21 persen dan 15 persen dibandingkan tahun 2009, mencerminkan reformasi birokrasi yang sedang berjalan dan peningkatan gaji secara keseluruhan sebesar 5 persen. Dua poin anggaran ini akan meningkatkan konsumsi pemerintah menjadi 4,3 persen PDB dari 4,1 persen tahun lalu. Pengeluaran modal hanya naik 3,5 persen, menjadi 1,3 persen PDB. Gambar 39: Anggaran pemerintah pusat memproyeksikan pergeseran sumber daya dari subsidi ke biaya gaji, pembayaran bunga dan bahan Subsidi tetap besar dan akan menghabiskan sekitar 20 persen anggaran pemerintah psuat walaupun jumlah (yang diproyeksikan dengan buruk dalam draf anggaran di bawah sistem subsidi energi saat ini) yang dianggarkan diproyeksikan turun sebesar 10 persen dibandingkan 2009. (triliun Rupiah) Komposisi belanja sektoral tidak berubah. Administrasi pemerintah tetap merupakan poin terbesar yang mengonsumsi 15 persen anggaran pemerintah pusat, diikuti dengan pendidikan (11 persen), dan infrastruktur (6,3 persen). Pertahanan akan mendapat 44 persen peningkatan anggaran sementara kesehatan hanya mendapatkan tambahan 7,4 persen dibandingkan dengan revisi anggaran 2009. Notes and source: * proposed mid-year revised budget. ** proposed budget. Ministry of Finance Sumber: Departemen Keuangan dan Bank Dunia THE WORLD BANK | BANK DUNIA September 2009 30 Indonesia Economic Quarterly Clearing skies Kotak 3: Estimasi dampak El Niño terhadap kemiskinan El Niño adalah peningkatan suhu permukaan bagian timur Samudra Pasifik yang signifikan dan berkepanjangan yang mengakibatkan pola cuaca ekstrem yang mengganggu produksi dan harga pertanian. Hal ini menimbulkan risiko signifikan terutama bagi masyarakat miskin yang sebagian besar sangat rentan terhadap guncangan di sektor pertanian. Penilaian terbaru Australian Bureau of Meteorology mengindikasikan bahwa tahun 2009 akan menjadi tahun El Niño. Namun, nilai Southern Oscillation Index untuk bulan September yang mengukur tekanan ketinggian laut relatif antara Tahiti dan Darwin mengindikasikan bahwa perkembangan El Niño di awal September 2009 tidak seakut di bulan Juli. Walaupun tahun-tahun El Niño yang ekstrem, misalnya 1997/98 dan 2006 yang tidak terlalu ekstrem, dapat memiliki dampak serius terhadap sektor pertanian, 2009/10 tidak dianggap masuk dalam kategori tersebut. Tahun 2009/10 diperkirakan akan ada El Niño yang tidak terlalu kuat dengan dampak terbatas pada hasil ekonomi dan sosial. Walaupun begitu, dampak harga dan kemiskinan patut dipertimbangkan dalam kejadian yang tidak terduga jika El Niño ternyata lebih parah daripada yang diperkirakan. Di antara dampak lain, El Niño cenderung mengakibatkan cuaca kering di Indonesia yang menunda musim tanam padi. Panen di musim kemarau, setelah panen musim hujan, cenderung memberikan hasil yang lebih baik daripada biasanya. Walaupun demikian, penurunan sementara pada produksi beras dapat mengakibatkan peningkatan harga jangka pendek. Hal ini akan mengurangi daya beli konsumen, terutama mereka yang memiliki alokasi pangan besar dalam keseluruhan konsumsi mereka - mereka yang berada di bawah atau di sekitar garis kemiskinan. Panen lain yang memerlukan irigasi dan sensitif terhadap curah hujan yang rendah juga akan terkena dampaknya, misalnya pohon sawit muda. Departemen Pertanian memperkirakan produksi kelapa sawit mentah dapat turun 15 sampai 20 persen dari target jika El Niño mengakibatkan kerusakan menengah atau parah, walaupun total produksi diperkirakan masih terus naik tahun ini karena peningkatan area perkebunan. Simulasi atas dampak berulangnya kondisi cuaca El Niño tahun 1998 dan 2006 pada harga beras di tahun 2009/10 menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan 2010 akan naik menjadi 16,3 dan 15,5 persen secara berurutan dari perkiraan dasar. (Tabel 12) Dalam mengantisipasi El Niño, Pemerintah Indonesia telah menggandakan cadangan beras daruratnya untuk menjaga harga. Biaya peredaman efek El-Niño terhadap kemiskinan, sebelum memperhitungkan penjagaan harga dari cadangan darurat, menggunakan program BLT adalah 62.000 Rupiah per rumah tangga/bulan berdasarkan skenario El Niño 2006. Dalam kedua skenario, biaya pemulihan dampak lebih kecil dari BLT awal sebesar 100.000 Rupiah per rumah tangga/bulan. Tabel 12: El Niño yang lebih parah dari proyeksi saat ini untuk 2009/10 akan menghapuskan penurunan kemiskinan yang belakangan ini terjadi Scenarios Base 2010 forecast given current EL Niño projection El Niño (1998) El Niño (2006) Southern Oscillation Index(a) -0.5 -5.4 -2.7 Poverty Basket Inflation(b) 4.8 10.1 8.5 Poverty rate BLT per household per month that would be needed to maintain poverty at base levels (IDR) 13.6 16.3 15.5 - 91,000 62,000 a) Pembacaan puncak SOI saat terjadi El-Niño. b) Tingkat year on year Maret 2010. Sumber dan catatan: Bank Dunia. Skenario mengasumsikan kondisi cuaca yang sama seperti yang diukur Southern Oscillation Index pada saat terjadi El Niño tahun 1998 dan 2006. Model mengukur dampak perubahan dalam SOI dan dampak terkait pada harga beras kualitas rendah di Indonesia dan dampak berikutnya pada inflasi masyarakat miskin dan tingkat kemiskinan. Sumber: ‘Using El Niño/Southern Oscillation Climate Data to predict rice production in Indonesia’. Naylor, R.L., Falcon, W.P., Rochberg, D., Wada, N. Climatic Change 50: 255–265, 2001. THE WORLD BANK | BANK DUNIA September 2009 31