BAB II LANDASAN TEORI A. Fantasia Fantasia (yang dikenal juga dengan sebutan Fantasie atau Phantasia) pada mulanya merupakan sebuah istilah yang diadopsi pada zaman Renaissance untuk menyebut suatu karya komposisi instrumental yang isi dan bentuknya berdasarkan dari imajinasi dan kemampuan yang dimiliki oleh seorang komponis. Pada umumnya fantasia merupakan karya musik yang tidak terikat oleh bentuk-bentuk yang sudah ada, namun lebih ditekankan pada kebebasan dalam pengungkapannya. Fantasia mulai mengalami perkembangan yang pesat pada abad ke18, yang dapat kita lihat dari karya Johann Sebastian Bach, C.P.E Bach, dan Mozart. Disamping itu, fantasia juga berkembang pada abad ke-19 dan abad ke-20 yang bentuknya sedikit berbeda dari awalnya. Salah satu karya fantasia yang dapat kita lihat pada abad tersebut adalah karya dari Beethoven adalah Sonata No. 14 “Quasi Una Fantasia” (Moonlight Sonata) dan Schubert, meskipun dalam karya mereka terdapat beberapat teknik komposisi yang sama dari karya Fantasia milik C.P.E. Bach. Pada abad ke-16 sampai abad ke-17 fantasia merupakan sebuah komposisi instrumen yang menggunakan gaya imitasi dari sebuah motet. Gaya fantasia yang berkembang pada abad ke-16 dan awal abad ke-17 adalah fantasia parodi yang pada mulanya diambil dari bentuk gaya polifonik (motet, misa, chanson, madrigal atau fantasia yang lainnya).1 Karakteristik fantasia pada abad ke-18 adalah kebebasan ritme dan tempo, penambahan hingga pengurangan jumlah birama, eksploitasi dari keahlian suatu instrumental, dan terdapat banyak perubahan harmoni dan modulasi. Fantasia pada abad ke-18 mengambil berbagai macam gaya dan bentuk dari jenis musik kontemporer (musik tarian, prelude, capriccio, 1 Christopher D.S. Field, Eugene Helm, and William Drabkin, “Fantasia”, dalam The New Grove Dictionary of Music and Musicians, ed. Stanley Sadie. Edisi ke-2. Jilid 8 (London: Mc Millan Publisher Ltd,2001), 545-547. 6 invention, variation, toccata, sonata movement, dan lainnya). Dapat disimpulkan bahwa fantasia pada periode ini sudah tidak berbentuk atau sesuai aturan. Instrumen yang utama digunakan pada fantasia periode ini adalah instrumen keyboard, khususnya di Jerman. Beberapa komposer yang berpengaruh dalam fantasia abad ke-18 adalah, J.S. Bach dan C.P.E. Bach yang membuat fantasia-fantasia untuk clavichord atau harpsichord, serta Mozart yang membuat fantasia-fantasia untuk piano. Salah satu ciri dari karya fantasia adalah tidak terikat oleh berbagai macam bentuk yang sudah ada dan tidak harus diikuti, sehingga fantasia memiliki bentuk yang bebas. Bentuk kebebasan yang menjadi karakteristik dalam karya komposisi fantasia (khususnya pada abad ke-19 dan abad ke20) adalah, ritmik dan tempo yang bebas, pelebaran hingga penghilangan garis birama, dinamika dan pergerakan harmoni yang luas, pengolahan tema yang bebas, serta lebih menunjukan virtuositas instrumen yang tidak terbatas dan kemampuan musikal yang tinggi dari seorang penyaji.2 B. Sejarah Dan Perkembangan Piano Piano merupakan alat instrumen keyboard berdawai yang dimainkan dengan cara menekan tuts-tuts agar menghasilkan bunyi. Piano telah menduduki posisi yang utama dalam musik pada akhir abad ke-18, karena piano memiliki kemampuan untuk memainkan banyak nada dengan dinamika yang bermacam-macam, sehingga alat musik ini menjadi lebih unggul dibandingkan dengan harpsichord dan clavichord. Piano pertama kali ditemukan oleh Bartolomeo Cristofori pada tahun 1709 di Florence, Italia. Penemuan awal piano tersebut dinamakan sebagai gravicembalo col piano e forte, yang artinya harpsichord dengan bunyi yang lembut dan kuat. Dawai-dawai harpsichord berbunyi karena terpukul secara tidak langsung. Dawai-dawai piano berbunyi karena terpukul yang kemudian segera diredam bunyinya. Piano mulai 2 Christopher D.S. Field, Eugene Helm, and William Drabkin, “Fantasia”, dalam The New Grove Dictionary of Music and Musicians, ed. Stanley Sadie. Edisi ke-2. Jilid 8 (London: Mc Millan Publisher Ltd,2001), 554-555. 7 berkembang dan semakin diperbaharui sehingga menjadi piano modern. Terdapat dua jenis piano modern, yaitu upright piano, yang merupakan piano tegak dengan dawai-dawainya yang terentang pada papanya secara vertikal, dan jenis yang kedua adalah grand piano, yaitu piano sayap dengan dawai-dawainya yang terentang secara horizontal, hingga memerlukan tempat yang kebih luas.3 1. Harpsichord Harpsichord atau cembalo ( dalam bahasa Jerman), clavecin (Perancis), cembalo atau clavincembalo (Italia) merupakan alat musik keyboard yang popular pada zaman Barok (sekitar tahun 1600 sampai tahun 1700). Sistem mekanik pada harpsichord bekerja jika papan tuts ditekan. Tuts yang ditekan tersebut akan menggerakkan suatu pena,kemudian pena tersebut akan memetic dawai yang berada di atas pena tersebut. Pada setiap nada pada harpsichord memiliki dua atau tiga dawai. Harpsichord tidak memiliki jarak atau wilayah dinamik yang besar, harpsichord tidak dapat menghasilkan dinamika yang sangat keras ataupun dinamika yang sangat lembut. Harpsichord memiliki sustain yang sangat kecil, maka dari itu pada zaman barok berkembang ornamenornamen atau hiasan (mordent, trill, acciaccatura, dan yang lainnya) yang bertujuan untuk mengisi kekosongan nada-nada yang memiliki harga besar.4 “Fantasia in G Minor” TWV 33 No. 8 karya Telemann dan “Fantasia in D Minor” K 397 karya W.A. Mozart merupakan beberapa contoh fantasia untuk harpshichord. 2. Clavichord Clavichord merupakan instrumen keyboard kecil yang memiliki jarak empat sampai lima oktaf. Alat musik ini sering digunakan sebagai 3 M. Soeharto, Kamus Musik. (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana, 1992), 95. General Literature, Collections, General History, “Pianoforte”, dalam The New Grove Dictionary of Music and Musicians, ed. Stanley Sadie. Edisi ke-2. Jilid 8 (London: Mc Millan Publisher Ltd,2001), 655-659. 4 8 instrumen keyboard tunggal pada abad ke-15 sampai abad ke-18. Clavichord bekerja berdasarkan metal yang memukul dawai yang berada di atasnya. Suara yang dihasilkan oleh clavichord halus dan lembut.5 “Fantasia and Fugue BWV 922” karya J.S. Bach dan “Fantasia in C Minor” karya C.P.E. Bach merupakan beberapa contoh fantasia untuk clavichord. 3. Upright Piano Piano yang berdiri, karena letaknya berdiri secara vertikal, yaitu melintang dari atas ke bawah dan memiliki hammer yang posisinya berdiri di depan dawai. Alat musik ini memiliki dua pedal, yaitu pedal kanan (damper pedal atau loud pedal), pedal kiri (una corda atau solf pedal). Terdapat juga beberapa upright piano yang memiliki tiga pedal, yaitu pedal tengah (practice pedal atau mute pedal) yang terdapat diantara pedal kanan dan pedal kiri, jika diinjak kain peredam akan turun diantara hammer dan dawai, kemudian hammer memukul kain peredam tersebut sehingga berfungsi untuk meredamkan suara.6 4. Grand Piano Piano besar yang memiliki bentuk seperti clavichord, dawainya terletak secara horizontal. Alat musik ini memiliki resonani yang besar dan dapat dibuka. Piano ini juga memiliki dua pedal, yaitu pedal kanan (damper pedal atau loud pedal) yang fungsinya sama dengan upright piano, dan pedal kiri (una corda atau solf pedal) jika diinjak maka susunan hammer bergeser ke kanan dan hanya memukul satu dawai atau dawai yang disampingnya. Terdapat juga beberapa grand piano yang memiliki tiga pedal, yaitu pedal tengah (sustenuto pedal) yang terdapat diantara pedal kanan dan pedal kiri yang berfungsi untuk menahan nada5 General Literature, Collections, General History, “Pianoforte”, dalam The New Grove Dictionary of Music and Musicians, ed. Stanley Sadie. Edisi ke-2. Jilid 8 (London: Mc Millan Publisher Ltd,2001), 659-660. 6 General Literature, Collections, General History, 660-663. 9 nada yang diinginkan saja, sehingga jari kita dapat memainkan nada yang lain. Perkembangan piano berawal dari alat musik harpsichord, clavichord, maka teknik dalam penulisan komposisinya sama. Dari sejarah perkembangan piano di atas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan piano terfokus pada keinginan para musisi agar dapat menciptakan alat musik keyboard yang dapat menghasilkan warna suara atau dinamika yang lebih luas.7 C. Piano Empat Tangan Piano empat tangan adalah sebuah karya komposisi untuk dua pianis yang memainkan satu piano atau dua pianis yang memainkan dua piano. Piano empat tangan ini mulai berkembang pada pertengahan abad ke-18. Terdapat berbagai macam bentuk dalam alat instrumen piano. Beberapa bentuk tersebut yaitu, piano tunggal, piano empat tangan, duo, trio, dan lainnya. Beberapa contoh para komponis yang telah membuat karya komposisi untuk piano empat tangan, yaitu Mozart yang telah membuat beberapa sonata untuk piano empat tangan, salah satunya adalah Sonata K381, Sonata K521, dan Franz Schubert yang telah membuat “Fantasy in F Minor”, D. 940. Beberapa komponis lain yang juga membuat karya komposisi dalam bentuk piano empat tangan, yaitu “Hungarian Dances” karya Brahms , ”Slavonic Dances Op. 46 and Op. 72” karya Dvorak, “Norwegian Dance Op. 35 No. 2” karya Grieg, “Dolly Suite Op. 56” karya Faure, “Petite Suite” karya Debussy, dan “The Rite of Spring” karya Stravinsky.8 7 8 General Literature, Collections, General History, 684-685. Frank Dawes, 653-655. 10 D. Komposisi Musik Komposisi adalah sebuah kegiatan atau proses dari membuat musik. Komposisi berasal dari bahasa Latin yaitu componere yang berarti menaruh bersama.9 Terdapat dua jenis komposisi musik, yaitu musik atonal yang tidak memiliki pusat tonal dan tonal merupakan musik yang memiliki tonalitas. Terdapat beberapa elemen musik, yaitu tanda sukat, ritme, tempo, dinamika, melodi, dan harmoni. Berikut ini beberapa teknik komposisi yang umum digunakan dalam komposisi sederhana berdasarkan motif berikut ini10: Gambar 2.1 Motif atau Tema Utama 1. Repetisi Repetisi atau pengulangan adalah munculnya motif atau tema lagu secara utuh. 2. Sekuens Sekuens adalah pengulangan motif atau tema pada interval yang berbeda secara diatonis; ada dua jenis yakni sekuens naik dan sekuens turun. Gambar 2.2 Sekuens Naik Gambar 2.3 Sekuens Turun 3. Contrary Motion Merupakan gerakan alur melodi yang berlawanan terhadap motif atau tema asli. 9 Stephen Blum, “Composition”, The New Groove Dictionary of Music and Musicians. Stanley ed. (London: Mac Millan Publisher Ltd, 1879), VI, 186. 11 Gambar 2.4 Contrary Motion 4. Inversi Inversi adalah pengolahan motif atau tema dengan cara membuat gerakan berlawanan terhadap interval tersebut secara akurat. Apabila semula nadanya bergerak naik satu sekonda mayor, maka akan dilawan dengan pergerakan turun satu sekonda mayor, dan sebagainya. Gambar 2.5 Inversi 5. Imitasi Imitasi adalah tiruan motif atau tema. Motif atau tema tersebut diulang kembali namun pada oktaf yang berbeda (untuk komposisi vokal atau instrumen tunggal) atau pada oktaf yang sama namun pada suara atau instrumen berbeda. 6. Interpolasi Interpolasi adalah sisipan figur atau tambahan terhadap motif atau tema sehingga memunculkan suatu variasi baru. Gambar 2.6 Interpolasi 7. Eliminasi Eliminasi adalah pengurangan atau hilangnya beberapa figur motif atau tema. Gambar 2.7 Eliminasi 12 8. Transposisi Transposisi adalah pengulangan motif atau tema pada tangganada yang berbeda atau kadangkala dalam karakter tonal yang berbeda, mayor menjadi minor atau sebaliknya. Gambar 2.8 Transposisi 9. Retrograsi Retrograsi adalah nada dari semifrase kedua yaitu nada dari semifrase pertama yang dibalik seperti cermin. 10. Permutasi Permutasi adalah notasi dari ritme yang sama namun terletak pada tempat yang berbeda. 11. Augmentasi Augmentasi adalah pembesaran nilai nada yang diinginkan. 12. Diminusi Diminusi adalah pengecilan nilai nada yang diinginkan.11 E. Rencana Komposisi Penyusunan karya komposisi fantasia ini memiliki tiga bagian, yaitu bagian I menggambarkan suasana gembira dan tenang, bagian II menggambarkan suasana gelisah, sedih, marah, dan bagian III kembali lagi pada suasana gembira. Tonalitas yang akan digunakan dalam komposisi fantasia ini adalah G mayor yang akan diolah dan dikembangkan oleh penulis baik secara sekuens, repetisi, retrograsi, imitasi, dan sebagainya. Pada bagian II terdapat polymodal (mode) dan polytonal (synthetic scale), dan pada bagian III ditutup dengan kembali ke tonalitas G mayor. 11 Poedji Soesila, “Teknik Pengolahan Motif atau Tema” Menggubah Lagu Atau Hymne. Lembaga Pengembangan Pesparawi. (Kabupaten Grobogan, 2012), 5-7. 13 Penulis memilih tonalitas G mayor, karena tonalitas ini mengekspresikan kesan yang indah, tenang, lembut, dan menunjukan persahabatan yang setia serta cinta yang sejati.12 Karya komposisi fantasia ini dimainkan oleh instrumen piano dalam bentuk piano empat tangan dengan pengenalan teknik-teknik pada piano yang akan dimainkan pada kedua pemain secara bergantian, yaitu primo (yang berarti pertama) dan secondo (yang berarti kedua). 12 Chrsitian Schubart, “G Major”, Affective Key Characteristics, http://www.wmich.edu/mus-theo/courses/keys.html diakses pada 03 November 2015 pukul 13:30 WIB. 14