1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumonia

advertisement
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pneumonia adalah infeksi pada paru-paru yang sering disebabkan oleh virus
atau bakteri atau jamur. Infeksi tersebut umumnya menyebar melalui kontak
langsung dengan orang yang sudah terinfeksi. Di dunia, pneumonia merupakan
pembunuh utama anak di bawah lima tahun (Balita), lebih banyak dibandingkan
penyakit lain seperti AIDS, Malaria, dan Campak. Angka kematian anak yang
disebabkan oleh pneumonia yaitu sebanyak 2 juta pertahun di dunia. Berdasarkan
survei tahun 2007-2014, di dunia sebanyak 58% anak di bawah lima tahun yang
memiliki gejala-gejala pneumonia sudah mendapatkan pelayanan yang tepat
(World Health Organization, 2016).
Kematian terbesar di Indonesia akibat pneumonia banyak diderita oleh balita.
Angka kematian balita akibat pneumonia pada tahun 2015 sebesar 0,16%, lebih
tinggi dibandingkan dengan tahun 2014 yang sebesar 0,08% (Kemenkes RI, 2016).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (2007), penyebab kematian balita dengan
pneumonia (15,5%) menempati peringkat kedua setelah diare (25,2 %). Salah satu
upaya yang dilakukan untuk mengendalikan penyakit ini yaitu dengan
meningkatkan penemuan pneumonia pada balita. Angka cakupan penemuan
pneumonia pada balita di Indonesia dari tahun 2008 sampai 2014 tidak mengalami
perkembangan yang berarti yaitu hanya sebesar 20-30%. Pada tahun 2015 cakupan
penemuan pneumonia balita mengalami peningkatan menjadi 63,45%.
1
2
Peningkatan ini disebabkan karena menurunnya sasaran penemuan yang
sebelumnya 10% menjadi 3,55% pada tahun 2015 (Kemenkes RI, 2016)
Di Provinsi Yogyakarta pada tahun 2013, angka kematian bayi sebanyak 449
bayi dan menurun sebanyak 400 bayi di tahun 2014. Angka kematian Balita
sebanyak 508 balita di tahun 2013 dan 453 balita di tahun 2014. Berdasarkan hasil
survei Provinsi DIY 2012, balita dengan pneumonia pada tahun 2011 sebanyak
6.037 balita dan meningkat pada tahun 2012 sebanyak 8.865 balita (Dinkes Provinsi
DIY, 2015). Kasus penyakit pneumonia balita di Kabupaten Bantul pada tahun
2014 sebanyak 849 kasus dan meningkat sebanyak 1034 kasus pada tahun 2015.
Kasus ini telah ditangani (100%) sesuai dengan tatalaksana penanganan pneumonia
balita (Dinkes Kabupaten Bantul, 2016).
Menurut World Health Organization (2016) target Millenium Development
Goals nomor empat yaitu menurunkan angka kematian anak dari tahun 1990 sampai
2015 sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup pada balita dan masih belum tercapai.
Target yang dicapai yaitu sebesar 43 per 1000 kelahiran hidup. Dalam
menindaklanjuti target menurunkan angka kematian anak, dilakukan pendekatan
Suistanable Development Goals nomor tiga yaitu kesehatan yang baik dengan
target angka kematian balita menurun menjadi 25 per 1.000 kelahiran hidup pada
tahun 2030. Dalam menurunkan angka kematian balita, mulai
indikator
yang
digunakan
yaitu
persentase kabupaten/kota
tahun
2015
yang
50%
puskesmasnya melakukan pemeriksaan dan tatalaksana pneumonia melalui
program Manajemen Terpadu Balita Sakit. Pencapaian untuk tahun 2015 baru
3
tercapai 14,64% sedangkan target sebesar 20% dari seluruh kab/kota yang ada
(Kemenkes RI, 2016) .
Manajemen Terpadu Balita Sakit merupakan pendekatan terpadu/terintegrasi
yang berfokus pada tatalaksana anak sakit dengan tujuan menurunkan angka
kematian, kesakitan dan kecacatan. Dalam pendekatan MTBS dilakukan penilaian
yang dimulai dari penilaian tanda bahaya umum, klasifikasi, tindakan pengobatan,
konseling bagi ibu, kapan harus kembali, dan pemberian pelayanan tindak lanjut
(World Health Organization, 2016).
Dalam pelaksanaan MTBS, perlu adanya kerjasama dari berbagai pihak baik
dari segi petugas kesehatan sebagai pemberi pelayanan kesehatan maupun dari segi
orang tua sebagai pengasuh utama anak. Dalam hal ini, tentunya peran orang tua
sangat penting guna mempercepat proses penyembuhan anak dengan sakit
pneumonia. Peran ibu dapat meliputi kepatuhan dalam melakukan proses
pengobatan ke Puskesmas. Kepatuhan mengacu pada situasi ketika seorang
individu berperilaku sesuai dengan nasihat dari praktisi kesehatan (Albery &
Munafo, 2011). Kepatuhan ibu menurut Green dalam Notoatmodjo cit Ismanto
(2011) dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor predisposisi, faktor penguat, dan
faktor pemungkin. Faktor predisposisi yang mempengaruhi meliputi faktor
kepercayaan, geografis, sikap, dan pengetahuan. Pengetahuan merupakan hasil dari
tahu setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu (Bloom dalam
Notoatmodjo, 2014). Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada yang
4
tidak didasari oleh pengetahuan (Green dalam Notoatmodjo, 2007). Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Sakbaniyah, dkk (2011) menyatakan bahwa ada
hubungan antara pengetahuan ibu dengan kepatuhan dalam kunjungan ke
Posyandu. Banyak ibu yang patuh dalam melakukan kunjungan ke Posyandu
dikarenakan baiknya pengetahuan yang dimiliki dimana pengetahuan dapat
mempengaruhi pola pikir dan pemahaman dari informasi yang diterimanya.
Berdasarkan penelitian Puspitaningrum (2015) menyatakan bahwa ada hubungan
antara pengetahuan ibu dengan kepatuhan memberikan imunisasi pentavalen. Hal
ini dikarenakan responden sudah mengetahui manfaat dari imunisasai pentavalen.
Penelitian lain yang dilakukan Mulyana, dkk (2006) menyatakan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi kepatuhan follow up yaitu pendidikan, status pekerjaan,
pendapatan keluarga, pengetahuan, sikap, biaya pengobatan, jarak pelayanan
kesehatan, dukungan keluarga, dan sikap petugas. Hasil penelitian menunjukkan
pengetahuan ibu mengenai penyakit pneumonia sudah tinggi (p = 0,012) akan tetapi
banyak ibu (80,0%) yang masih tidak patuh dalam melakukan follow up. Oleh
karena ada perbedaan hasil penelitian mengenai hubungan pengetahuan dan
kepatuhan, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai hubungan pengetahuan ibu
terhadap kepatuhan dalam tatalaksana anak sakit pneumonia berdasarkan
Manajemen Terpadu Balita Sakit di Puskesmas Kabupaten Bantul.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalahnya adalah bagaimana
hubungan pengetahuan ibu dengan kepatuhan tentang tatalaksana anak sakit
5
pneumonia berdasarkan Manajemen Terpadu Balita Sakit di Puskesmas Kabupaten
Bantul?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui hubungan pengetahuan ibu
dengan kepatuhan tentang tatalaksana anak sakit pneumonia berdasarkan
Manajemen Terpadu Balita Sakit di Puskesmas Kabupaten Bantul
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut
a. Mengetahui gambaran karaktetistik responden
b. Mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang tatalaksana anak sakit
pneumonia berdasarkan MTBS di Puskesmas Kabupaten Bantul
c. Mengetahui gambaran kepatuhan ibu dalam tatalaksana anak sakit
pneumonia berdasarkan MTBS di Puskesmas Kabupaten Bantul
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan kajian pustaka bagi
peneliti lain untuk mengembangkan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang
Manajemen Terpadu Balita Sakit.
2. Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada Puskesmas,
Dinas Kesehatan dan lintas sektor yang terkait di Kabupaten Bantul sebagai bahan
6
pertimbangan dalam merencanakan program pengembangan Manajemen Terpadu
Balita Sakit khususnya pada kasus anak sakit pneumonia.
7
E. Keaslian Penelitian
Tabel 1. Keaslian penelitian
No
1
Nama dan tahun
Judul
Galenso. 2008
Pengetahuan Ibu Anak
Balita
terhadap
Tatalaksana
Manajemen Terpadu
Balita Sakit (MTBS) di
Puskesmas Toili III
Kabupaten
Banggai
Propinsi
Sulawesi
Tengah
Metode
Metode
observasional
dengan
rancangan cross
sectional
2
Sakbaniyah,
dkk . 2011
Hubungan Pengetahuan
Ibu Balita Dengan
Kepatuhan Kunjungan
Balita Ke Posyandu Di
Desa Sumberejo
Kecamatan Mranggen
Kabupaten Demak
Metode analitik
korelatif dengan
rancangan cross
sectional
3
Mulyana,dkk,
2006
Faktor-faktor ibu balita Penelitian
yang
berhubungan analitik dengan
dengan
kepatuhan
Hasil
Persamaan
Ada hubungan antara Menggunakan
konseling petugas MTBS rancangan cross
dengan pengetahuan ibu sectional
balita mengenai penyakit
sesuai tatalaksana MTBS.
Perbedaan
Metode penelitan ini
adalah
deskriptif.
Variabel bebasnya yaitu
tingkat
pengetahuan
orang tua. Variabel
terikatnya
yaitu
kepatuhan orang tua
dalam tatalaksana anak
pneumonia. Penelitian
ini akan dilakukan di
Puskesmas di Kabupaten
Bantul
Ada
hubungan
yang Menggunakan
Penelitian ini akan
signifikan
antara rancangan cross dilakukan di Puskesmas
pengetahuan ibu terhadap sectional
di Kabupaten Bantul
kepatuhan
kunjungan
balita ke posyandu di
Desa
Sumberejo
Kecamatan
Mranggen
Kabupaten Demak
Faktor yang berhubungan Menggunakan
Penelitian dilakukan di
dengan kepatuhan follow desain
cross Jawa Barat sedangkan
up penderita pneumonia sectional
8
No
4
Nama dan tahun
Judul
Metode
Hasil
Persamaan
follow up penderita desain
cross meliputi pendidikan, status
pneumonia balita di sectional
pekerjaan,
pendapatan
Puskesmas
Cisaga,
keluarga,
pengetahuan,
Ciamis, Jawa Barat
sikap, biaya pengobatan,
jarak pelayanan kesehatan,
dukungan keluarga, dan
sikap
petugas.
Pengetahuan ibu sudah
tinggi akan tetapi banyak
ibu tidak patuh
Puspitaningrum, Hubungan
tingkat Metode
Ada hubungan antara Menggunakan
2015
pengetahuan
dengan observasional
pengetahuan
dengan cross sectional
kepatuhan ibu dalam analitik
kepatuhan ibu dalam
pemberian imunisasi deskriptif
pemberian
imunisasi
pentavalen di wilayah dengan
pentavalen
kerja UPTD Puskesmas pendekatan
Gilingan Surakarta
cross sectional
Perbedaan
peneliti akan meneliti di
Kabupaten Bantul.
Variabel terikat pada
penelitian ini adalah
kepatuhan tatalaksana
anak sakit pneumonia
Download