BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Harga bahan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Harga bahan bakar minyak memegang peranan yang sangat penting dalam
kegiatan perekonomian di suatu negara. Fluktuasi harga minyak mentah dunia
mempengaruhi suatu negara dalam penentuan harga minyak dalam negeri agar
kegiatan perekonomian tetap dapat berlangsung. Tingginya tingkat pembangunan
dan industrialisasi yang dilakukan oleh negara emerging economies berpengaruh
pada harga minyak mentah dunia saat ini. Hal tersebut karena semakin tinggi
tingkat pembangunan di beberapa negara, maka semakin tinggi konsumsi bahan
bakar minyak di negara tersebut.
International Energi Agency (2009) memprediksi bahwa negara emerging
economies berkontribusi terhadap pertumbuhan produk domestik bruto dunia
sebesar 50%. Data juga menyebutkan bahwa produk domestik bruto negaranegara Organization for Economic Co-operation and Development (OECD)
tumbuh 2,5% setiap tahun. Prediksi tersebut juga memaparkan bahwa antara tahun
2008 hingga tahun 2030, China dan India mempunyai pertumbuhan konsumsi
minyak rata-rata sebesar 3,5% dan 3,9%. China akan berkontribusi sebesar 42%
dari permintaan minyak dunia dari tahun 2008 hingga 2030. Oleh karena itu,
dapat diprediksi bahwa semakin tinggi tingkat permintaan minyak mentah dunia,
maka semakin tinggi harga minyak mentah dunia.
1
Efek dari kenaikan harga minyak mentah dunia turut dirasakan pula oleh
Indonesia. Kebutuhan konsumsi minyak yang melampaui produksi dalam negeri
menjadikan Indonesia sebagai negara pengimpor minyak mentah dalam jumlah
besar. Hal tersebut menjadikan Indonesia merasakan dampak yang cukup besar
dari kenaikan harga minyak mentah dunia. Untuk terus menstimulus kegiatan
perekonomian dalam negeri, maka pemerintah memberlakukan subsidi bahan
bakar minyak agar harga bahan bakar minyak dapat terjangkau oleh sebagian
besar masyarakat.
Pada 22 Juni 2013, pemerintah memutuskan untuk mengurangi subsidi
minyak dan menaikkan harga premium dan solar di dalam negeri. Hal tersebut
dilatarbelakangi oleh kenaikan harga minyak mentah dunia. Isu kenaikan harga
bahan bakar minyak dalam negeri sudah mulai terdengar sejak awal tahun 2013.
IHSG melemah hingga 141 poin atau 2,94% pada 20 Juni 2013 menjelang
keputusan pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak.
Kenaikan harga bahan bakar minyak menimbulkan reaksi yang bervariasi
dari berbagai sektor saham. Apabila saham sektor tertentu mengalami pelemahan,
maka tingkat pelemahan tiap sektor juga bervariasi. Variasi reaksi pasar terhadap
saham di sektor tertentu sebagai pengaruh dari kenaikan harga bahan bakar
minyak dapat disebabkan oleh variasi tingkat konsumsi bahan bakar minyak dari
tiap sektor. Semakin tinggi tingkat penggunaan bahan bakar dari suatu sektor,
maka kekhawatiran pasar akan penurunan performa perusahaan di sektor tersebut
akan semakin besar.
2
Policy Paper No. 13 Januari 2013 yang diterbitkan oleh Kamar Dagang
dan Industri Indonesia dan bekerja sama dengan European Union menyebutkan
bahwa sektor industri masih mendominasi konsumsi energi, dengan pemakaian
sebesar 329,7 juta setara barrel minyak (SBM) atau 49,86% dari total konsumsi
energi nasional. Selanjutnya, sektor transportasi berkontribusi sebesar 226,6 juta
SBM atau sebesar 32,26% dalam konsumsi bahan bakar minyak. Hasil penelitian
tersebut juga menyebutkan bahwa saat ini terdapat 10 perusahaan yang
menggunakan energi terbesar di Indonesia, yaitu: PT Krakatau Steel (besi baja),
PT Panca Citra Wira Brothers (tekstil), PT Semen Gresik (semen), PT GT
Petrochem Industri (kimia),
PT Mulya Keramik Indah Raya (keramik),
PT
Petrokimia Gresik (kimia), PT Semen Padang (semen), PT Colorindo Aneka
Chemicals (kimia), PT Golden Island Textile Ind (tekstil), dan PT Sugih Brother
(tekstil).
Gambar 1.1 Konsumsi Energi Final Berdasarkan Sektor
Tahun 2006-2010 (BOE)
Sumber: Policy Paper No. 13 Januari 2013
Indonesia Energi Outlook 2010 menyebutkan bahwa permintaan energi
industri sangat terkait dengan penggunaan energi untuk keperluan sistem produksi
yang
meliputi
penggerak
peralatan
(mekanikal),
pemindahan
material
3
(mekanikal), pemanasan dan pengeringan (termal), dan pengkondisian ruangan.
Jenis sumber energi yang umumnya digunakan untuk keperluan mekanikal dan
pengkondisian ruangan adalah tenaga listrik. Permintaan tenaga listrik dipenuhi
dari PLN atau pembangkitan sendiri dengan bahan bakar minyak, gas, LPG atau
batubara sehingga kenaikan bahan bakar minyak dalam periode yang singkat akan
diikuti oleh kenaikan tarif dasar listrik (TDL). Oleh karena itu, industri yang tidak
menggunakan bahan bakar minyak dalam produksinya namun mengkonsumsi
energi listrik dalam jumlah yang besar secara tidak langsung akan terpengaruh
oleh dampak kenaikan harga bahan bakar minyak.
Menurut publikasi Kementerian Perindustrian, industri yang paling rentan
terhadap kenaikan harga bahan bakar minyak adalah industri semen dan tekstil.
Kedua industri tersebut merupakan industri yang paling banyak menyerap energi
listrik. Dampak langsung dari kenaikan harga bahan bakar minyak akan terasa
langsung pada kenaikan biaya distribusi pada industri semen, bukan pada biaya
produksi. Hal tersebut karena dalam kegiatan produksinya, industri semen tidak
menggunakan bahan bakar minyak bersubsidi.
Berbeda dengan industri semen, kebutuhan energi utama pada industri
tekstil adalah listrik. Pasokan listrik untuk industri tekstil pada 2013 dipenuhi oleh
PLN dengan persentase sebesar 70% sedangkan 30% sisanya dipenuhi oleh
pembangkit sendiri berbahan bakar minyak, batubara dan gas. Oleh karena itu,
kenaikan bahan bakar minyak yang diikuti oleh kenaikan tarif dasar listrik sangat
berpengaruh pada biaya produksi industri tekstil.
4
Sesuai dengan sepuluh besar daftar perusahaan pengkonsumsi energi
terbesar di Indonesia, salah satu perusahaan pengkonsumsi energi terbesar berasal
dari industri besi baja, yang termasuk dalam sub sektor logam dan sejenisnya.
Publikasi dari Kementerian Perindustrian menyebutkan bahwa proporsi konsumsi
energi pada industri baja meliputi 25% pada bahan bakar minyak, 3% pada batu
bara, 7% pada gas alam dan 65% pada listrik. Dapat dikatakan bahwa kebutuhan
energi industri besi baja didominasi oleh kebutuhan energi listrik, seperti halnya
dengan industri tekstil. Selain perusahaan tekstil, semen dan besi baja, perusahaan
yang masuk dalam daftar pengkonsumsi energi terbesar di Indonesia berasal dari
sub sektor kimia. Menurut data Statistik Industri Besar dan Sedang BPS dalam
publikasi Kementerian Perindustrian (2012), konsumsi energi terbesar dari
industri kimia adalah berasal dari kebutuhan solar (41%), yang disusul oleh
kebutuhan listrik (28%), batu bara (20%), minyak (7%), dan gas (4%).
Sektor transportasi tercatat sebagai pengguna bahan bakar minyak terbesar
kedua setelah sektor industri (Policy Paper No 13, January 2013). Oleh karena itu
kenaikan harga bahan bakar minyak akan sangat mempengaruhi biaya operasional
industri tersebut mengingat minyak merupakan bahan penggerak utama kegiatan
operasional industri tersebut.
Sebagian besar pengamat pasar modal memperkirakan bahwa kenaikan
harga bahan bakar minyak akan berpengaruh pada penurunan harga saham sub
sektor automotif dan komponennya. Sub sektor automotif dan komponennya
mempunyai kebutuhan energi terbesar pada energi listrik, yang disusul dengan
kebutuhan gas dan solar.
5
Menurut
Perencanaan
Kebutuhan
Energi
Sektor
Industri
yang
dipublikasikan Kementerian Perindustrian (2012), walaupun perusahaan makanan
dan minuman tidak tercatat dalam daftar sepuluh besar pengguna energi terbesar,
namun industri makanan dan minuman berkontribusi sebesar 18% atau terbesar
ketiga dalam kebutuhan energi industri manufaktur. Energi yang paling
dibutuhkan dalam industri ini adalah dalam bentuk solar, yang digunakan
sebagian besar untuk bahan penggerak mesin produksi. Kenaikan bahan bakar
minyak berupa solar tentu akan berpengaruh dalam biaya produksinya. Selain dari
segi biaya produksi, pengaruh kenaikan tersebut juga berasal dari biaya distribusi
produk. Perusahaan makanan dan minuman mempunyai sistem distribusi yang
sangat padat karena tingkat permintaan produk industri ini relatif tinggi dan stabil.
Dengan mengamati sub sektor yang mengkonsumsi bahan bakar minyak
dalam jumlah besar, maka penulis berasumsi bahwa saham dari sub sektor
tersebut akan mengalami penurunan harga saham sesuai dengan proporsi
konsumsi bahan bakar minyak perusahaan tersebut menjelang dan sesudah
pengumuman kenaikan harga bahan bakar minyak. Penelitian mengenai pengaruh
kenaikan harga bakar minyak terhadap saham telah dilakukan sebelumnya oleh
Bi-Juan et al. (2010). Penelitian tersebut mengambil sampel negara-negara G7
yaitu Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris dan Amerika Serikat. Hasil
penelitian tersebut menyatakan bahwa sektor yang mengalami penurunan harga
saham adalah sektor teknologi informasi dan bahan baku konsumsi, disusul secara
berurutan oleh sektor keuangan, utilitas, dan transportasi. Akan tetapi, penelitian
tersebut kurang diperkuat dengan data yang menjelaskan penyebab penurunan
6
dari tiap sektor. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk mengembangkan penelitian
mengenai pengaruh pengumuman kenaikan harga bahan bakar minyak tahun 2013
dengan mendasarkan pengamatan pada proporsi konsumsi bahan bakar minyak
tiap sub sektor yang terindikasi mempunyai proporsi penggunaan konsumsi bahan
bakar
minyak
cukup
besar.
Penulis
kemudian
memutuskan
untuk
mengembangkan penelitian dengan judul:
‘Pengaruh Pengumuman Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak
Tahun 2013 Terhadap Harga Saham di Indonesia’
1.2
Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah reaksi saham dari berbagai sub sektor terhadap keputusan
pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak. Selain itu, rumusan
masalah selanjutnya adalah reaksi harga saham yang mempunyai proporsi
penggunaan bahan bakar minyak yang tinggi bila dibandingkan dengan yang
mempunyai proporsi penggunaan bahan bakar minyak yang rendah.
1.3
Pertanyaan penelitian
Untuk memperjelas rumusan masalah, maka diperlukan pertanyaan
penelitian sebagai dasar dalam penyusunan langkah penelitian. Dalam penelitian
ini, pertanyaan yang dijadikan dasar penulis dalam menyusun penelitian ini:
7
1. Apakah saham dari berbagai sub sektor akan menunjukkan return
taknormal negatif signifikan terhadap kenaikan harga bahan bakar
minyak?
2. Apakah saham yang mempunyai proporsi penggunaan bahan bakar
minyak tinggi akan direspon lebih kuat sehingga return taknormal
lebih rendah dibandingkan saham dengan proporsi penggunaan bahan
bakar minyak rendah?
1.4
Tujuan penelitian
Mengacu pada identifikasi masalah, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Menguji terdapatnya return taknormal negatif signifikan pada saham
dari berbagai sub sektor.
2. Menguji reaksi saham yang memiliki proporsi penggunaan bahan
bakar minyak yang tinggi akan mengalami return taknormal negatif
yang lebih kecil daripada saham yang mempunyai proporsi
penggunaan bahan bakar minyak yang rendah.
1.5
Manfaat penelitian
Suatu penelitian hendaknya dapat memberikan manfaat tidak hanya bagi
penulis namun juga bagi pihak-pihak yang lain. Manfaat penelitian ini bagi pihakpihak yang berkepentingan adalah sebagai berikut:
1. Bagi investor pasar modal
8
Penelitian ini dapat digunakan untuk bahan pertimbangan dan masukan
dalam pengambilan keputusan pada saat melakukan pembelian atau
penjualan saham di tengah fluktuasi harga bahan bakar minyak.
2. Bagi akademisi
Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai referensi penelitian selanjutnya
yang berkaitan dengan studi peristiwa terhadap pergerakan harga saham.
1.6
Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah,
pertanyaan penelitian, batasan penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat
penelitian
Bab II Landasan Teori
Bab ini menguraikan tentang penjelasan teori yang dijadikan dasar dalam
penelitian dan hipotesis.
Bab III Metode Penelitian
Bab ini menjelaskan tentang rancangan penelitian, definisi operasional,
populasi dan sampel, instrument penelitian, pengumpulan data, serta
metode analisis data
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini memberikan penjelasan mengenai data yang diperoleh, pengujian
hipotesis, dan pembahasan
9
Bab V Kesimpulan
Bab ini menguraikan tentang kesimpulan penelitian, keterbatasan
penelitian, serta implikasi dari penelitian yang dilakukan.
10
Download