I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Peringatan hari air dunia 2010 pada Maret lalu, diwarnai kabar tidak menyenangkan tentang ancaman krisis air bersih. Krisis yang terus berlangsung di berbagai belahan dunia ini bahkan makin mengkhawatirkan. Sebab, jumlah manusia terus bertambah. Kebutuhan akan air pun terus meningkat. Namun, jumlah persediaan air tidak bertambah. Kini ancaman krisis air bersih melanda dunia. Masyarakat dunia tak hanya terancam kelaparan, namun juga kehausan. Indonesia tentu tidak luput dari ancaman ini. menurut data Kementrian Lingkungan Hidup, kelangkaan air dunia paling parah terjadi di kawasan Afrika. Sedangkan untuk Asia Tengah adalah Indonesia, khususnya di Jawa dan sepanjang pantai utara. Bagi Indonesia masalah krisis air bersih terutama disebabkan oleh kegagalan dalam mengelola sumber daya air. Hal ini mengakibatkan tidak seimbangnya antara kebutuhan akan air yang terus berkembang dengan ketersediaan sumber daya air yang cenderung tetap. Krisis air semakin diperparah oleh perubahan iklim, dengan kecenderungan kerusakan yang demikian besar, maka kemungkinan terjadinya konflik air pun bisa terjadi semakin luas. Ancaman konflik regional dan internasional karena krisis air bukanlah sekedar wacana, tapi hal itu benar-benar ancaman yang semakin nyata. Selama 50 tahun terakhir, pemanfaatan air dari sungai, danau dan air tanah sudah 3 kali lipat, untuk memenuhi kebutuhan pertambahan penduduk. Secara rata-rata 70 persen air tersebut dimanfaatkan untuk pertanian. Di negara-negara berkembang kebutuhan air untuk pertanian bahkan bisa mencapai 90 persen. Lantas bagaimana dengan daerah yang mempunyai lahan-lahan kering. Untuk mencegah atau setidaknya mengurangi, kemungkinan terjadinya bencana air dunia. Diperkirakan perlu investasi yang luar biasa besar untuk perbaikan pengelolaan air, pengelolaan sanitasi dan irigasi. Dimana setiap tahunnya dibutuhkan kurang lebih 100-150 Miliar US Dollar investasi untuk mencegah krisis air yang semakin parah di 2050. Jumlah ini bisa semakin lebih besar bila upaya nyata untuk mengatasi krisis terlambat dilakukan. Realita ini harus mendorong kita bersiap mengatasinya secara individu, swadaya maupun kelompok. Cara cukup efektifnya nya tentu menjaga lingkungan hidup dan menghijaukan lahan yang makin kering dengan mengubah pola hidup dalam pemanfaatan air serta mengembangkan teknologi tepat guna dalam penghematan air khususnya di lahan-lahan kering tanpa mengurangi produksi pertanian sebagai sumber utama pangan masyarakat. Salah satu teknologi tepat guna hemat air yang dikembangkan adalah sistem irigasi kendi untuk lahan kering. Teknologi ini telah banyak dipakai di berbagai negara, yang pada prinsipnya sama. Namun yang membedakan adalah bentuk dan ukurannya saja. Kendi yang digunakan untuk sistem irigasi, berbahan dasar tanah liat yang sudah mulai banyak dikembangkan di Indonesia. Namun sejak terjadinya bencana lumpur lapindo beberapa tahun lalu hingga sekarang bencana tersebut belum teratasi dengan baik. Hal inilah yang kemudian muncul inovasi baru dalam memanfaatkan lumpur tersebut menjadi bahan dasar kendi untuk sistem irigasi kendi yang hemat air, yang kemudian dibandingkan dengan kendi yang terbuat dari tanah liat biasa yang sebelumnya juga digunakan untuk sistem irigasi kendi. Diharapkan hasil kendi lapindo ini tidak jauh berbeda dengan kendi yang biasa digunakan untuk irigasi, maka hal ini bisa menjadi salah satu alternatif dalam pemanfaatan lumpur bencana lapindo yang belum dapat termanfaatkan dengan baik 1 sampai sekarang. Serta sebagai cara yang digunakan dalam rangka menghijaukan lahan-lahan kering untuk pertanian di berbagai daerah di Indonesia. 1.2 PERUMUSAN MASALAH Ketersediaan air saat ini terutama untuk pertanian semakin sedikit, hal ini menjadi semakin sulit untuk daerah-daerah yang kering dan sulit air untuk melakukan kegiatan pertanian. Penggunaan sistem irigasi kendi diharapkan dapat mengaplikasikan konsep pertanian hemat air terutama untuk daerah-daerah yang kering dan sulit air tersebut. Lumpur lapindo yang berlimpah dan sampai saat ini belum termanfaatkan, digunakan sebagai bahan pengganti tanah liat untuk pembuatan kendi yang kemudian diujikan untuk sistem irigasi kendi yang merupakan irigasi hemat air, untuk itu diperlukan penelitian terlebih dahulu. 1.3 TUJUAN Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengkaji pemanfaatan lumpur lapindo sebagai bahan pengganti tanah liat untuk bahan dasar kendi pada sistem irigasi kendi serta melakukan pengujian kendi lapindo untuk sistem irigasi kendi pada tanaman lada perdu ( piper ningrum L). Sedangkan tujuan secara khusus adalah : 1. 2. 3. Pengujian nilai konduktivitas hidrolika kendi lapindo (K kendi) jenuh dan laju rembesan pada media air. Pengujian nilai konduktivitas hidrolika kendi lapindo pada media tanah dengan karakteristik lempung berpasir. Pengujian laju rembesan dan pola kelembaban tanah sistem irigasi kendi lapindo 4. Pengujian sistem irigasi kendi lapindo pada tanaman lada perdu 1.4 MANFAAT PENELITIAN Sebagai cara yang digunakan dalam rangka menghijaukan lahan-lahan kering untuk pertanian di berbagai daerah di Indonesia, dengan konsep sistem irigasi kendi lapindo yang merupakan sistem irigasi hemat air. Keluaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah pemanfaatan lumpur lapindo untuk bahan dasar pembuatan kendi dalam sistem irigasi kendi. 2