BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan suatu iuran yang dikenakan kepada Wajib Pajak atas penghasilan yang diperoleh dan memiliki daya paksa. Pemungutan pajak secara umum berfungsi sebagai penerimaan dan pengaturan. Pajak sebagai salah satu sumber penerimaan negara yang digunakan untuk membiayai kepentingan pemerintah baik kepentingan yang bersifat rutin maupun kepentingan pembangunan. Sementara fungsi sebagai pengaturan dimaksudkan untuk mengatur kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Oleh sebab itu, pemerintah mengeluarkan suatu peraturan perundang-undangan mengenai perpajakan. Dalam pelaksanaan pemungutan pajak sebagai iuran wajib, terdapat perbedaan kepentingan antara wajib pajak dengan Pemerintah. Bagi wajib pajak, pemungutan pajak seringkali dianggap menjadi “momok” terutama bagi perusahaan-perusahaan dengan penghasilan yang besar. Hal ini disebabkan pemungutan pajak oleh pemerintah akan mengurangi penghasilan yang diterimanya. Sementara dari pihak pemerintah, menginginkan pajak yang tinggi dari perusahaan-perusahaan yang menjadi wajib pajak. Perbedaan kepentingan tersebut menyebabkan wajib pajak cenderung ingin mengurangi jumlah pembayaran pajak, baik secara legal maupun ilegal, khususnya apabila ada peluang yang dapat dimanfaatkan. (Situmorang, 2006) 1 2 Penghindaran pajak dengan cara illegal adalah penggelapan pajak. Akhirakhir ini marak terjadi kegiatan penggelapan pajak yang merupakan perbuatan kriminal, karena menyalahi aturan yang berlaku. Modus penggelapan pajak itu di antaranya mengatur nilai pajak. Pada modus itu, wajib pajak dengan bantuan konsultan pajak, bekerja sama dengan petugas pemeriksa Direktorat Jenderal Pajak melakukan kesepakatan menurunkan nilai pajak dengan mengatur dokumen / administrasi perpajakan sebagai dukungan atas hasil pemeriksaan itu dengan memberikan fee kepada petugas pajak yang menurunkan nilai penghitungan pajak. (Media Indonesia, 27 April 2010) Beberapa cara dapat ditempuh dalam melakukan perencanaan pajak dalam rangka memanajemeni pajak, sebagai usaha untuk mengefisienkan beban pajak melalui penghindaran pajak (tax avoidance) dan penghematan pajak (tax saving), tetapi tidak melalui penyulundupan pajak (tax evasion) yang tidak dapat ditolerir oleh fiskus. Menurut Ernest R. Mortenson, penghindaran pajak berkenaan dengan pengaturan sesuatu peristiwa sedemikian rupa untuk meminimalkan atau menghilangkan beban pajak dengan memperhatikan ada atau tidaknya akibatakibat pajak yang ditimbulkan. Oleh karena itu, penghindaran pajak tidak merupakan pelanggaran atas perundang-undangan perpajakan atau secara etik tidak dianggap salah dalam rangka usaha wajib pajak untuk mengurangi, menghindari, meminimalkan atau meringankan beban pajak dengan cara yang dimungkinkan oleh undang-undang pajak. Sebagai wajib pajak, maka pada suatu tanggal tertentu yang telah ditetapkan (paling lambat 3 bulan setelah akhir tahun pajak untuk Wajib Pajak 3 orang pribadi dan paling lambat 4 bulan setelah akhir tahun pajak untuk wajib pajak badan) harus menyampaikan informasi tentang penghasilan yang dikenakan pajak melalui penyerahan SPT (Surat Pemberitahuan) dalam hal ini SPT PPh tahunan. Salah satu fungsi SPT ini adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggung-jawabkan perhitungan pajak yang sebenarnya terutang atau harus dibayar. Pasal 4 ayat (4) Undang- undang No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, menyebutkan: “Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak yang wajib menyelenggarakan pembukuan harus dilampiri dengan laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi serta keterangan lain yang diperlukan untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak.” Pasal 4 ayat (4) tersebut tidak menjelaskan lebih lanjut, apakah Surat Pemberitahuan Tahunan tersebut harus dilengkapi dengan laporan keuangan komersial ataukah laporan keuangan fiskal, sedangkan laporan keuangan yang dihasilkan dan disiapkan dari pembukuan wajib pajak biasanya dikenal sebagai laporan keuangan komersial yang pada dasarnya tidak harus mencerminkan seluruh pertimbangan yang menyangkut masalah perpajakan. Namun di lain pihak, dalam rangka pengisian Surat Pemberitahuan yang bersumber dari laporan keuangan komersial tersebut, wajib pajak berkewajiban untuk melaporkan data laporan keuangan komersial yang sudah disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Di Indonesia, standar pembukuan yang dilakukan wajib pajak, khususnya wajib pajak badan adalah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), dimana laba yang dihasilkan tercantum dalam laporan laba rugi dan disebut laba 4 akuntansi, sedangkan dasar perhitungan pajak terutang adalah laba akuntansi yang telah disesuaikan dengan undang – undang perpajakan dan menghasilkan penghasilan kena pajak (laba fiskal). Pemerintah menyusun peraturan perundangundangan perpajakan untuk meningkatkan pendapatan negara bukan secara spesifik untuk mengukur kinerja. Sehingga dapat dipastikan hasil perhitungan antara laba akuntansi berbeda dengan laba fiskal. (Heflin and Kross, 2005) Dasar pengenaan pajak bagi perusahaan adalah penghasilan sebelum pajak yang terdapat pada laporan keuangan laba rugi. Laporan keuangan memegang peranan penting dalam perusahaan. Laporan keuangan baik Laporan Posisi Keuangan, Laporan Laba Rugi, maupun Laporan Arus Kas mencerminkan kondisi kesehatan perusahaan secara finansial. Selain itu laporan keuangan juga berperan penting dalam penentuan besarnya pajak yang akan ditanggung perusahaan. Perusahaan umumnya menyusun dua jenis laporan keuangan untuk kepentingan akuntansi dan pajak. Laporan keuangan untuk kepentingan akuntansi disebut sebagai laporan keuangan komersial yang mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan, sedangkan laporan keuangan untuk kepentingan pajak disebut sebagai laporan keuangan fiskal yang mengacu pada ketentuan perpajakan. Penyusunan laporan laba rugi fiskal dilakukan berdasarkan laporan laba rugi komersial melalui koreksi fiskal. Oleh sebab itu, laporan keuangan fiskal berbeda dengan laporan keuangan komersial. Perbedaan kedua laporan keuangan ini terletak pada pengakuan penghasilan dan biaya. Selain itu, dalam laporan keuangan fiskal terdapat koreksi terhadap perbedaan temporer dan perbedaan 5 permanen yang masing-masing dapat bersifat positif dan negatif. Perbedaan temporer positif terjadi apabila pengakuan beban untuk akuntansi lebih lambat dari pengakuan beban untuk pajak, sedangkan perbedaan temporer negatif terjadi apabila pengakuan beban untuk pajak lebih lambat dari pengakuan beban akuntansi. Sementara perbedaan permanen positif terjadi apabila terdapat laba akuntansi yang tidak diakui oleh ketentuan perpajakan, sedangkan perbedaan permanen negatif terjadi apabila terdapat beban laba akuntansi yang tidak diakui oleh ketentuan perpajakan. Perbedaan antara laporan keuangan komersial dan fiskal ini menimbulkan perbedaan dalam perhitungan besar penghasilan kena pajak perusahaan yang ditentukan menurut laporan laba rugi fiskal. (Situmorang, 2006) Namun meskipun koreksi fiskal adalah suatu hal yang harus dilakukan oleh wajib pajak yang diakibatkan oleh adanya perbedaan antara peraturan pajak dan Standar Akuntansi Keuangan, seringkali penerapannya masih kurang sehingga mengakibatkan koreksi fiskal yang terjadi berjumlah sangat besar. Hal ini tergantung pada pemahaman wajib pajak tentang peraturan pajak. Kualitas pemahaman wajib pajak badan mengenai undang-undang pajak penghasilan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya perhitungan koreksi fiskal. Memahami dengan baik ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan serta perkembangan dan perubahannya, pada hakikatnya pajak tersebut akan dapat dimanajemeni dengan berhasil. Berapa besar pajak yang harus dibayar, bagaimana caranya agar pembayaran tersebut efisien, dan bagaimana hasil penghematan pajak digunakan, merupakan masalah-masalah yang harus diputuskan oleh seorang manajer. 6 Pada hakikatnya pengambilan keputusan merupakan proses mengevaluasi beberapa alternatif yang tersedia. Ditinjau dari segi perpajakan alternatif tersebut, pada umumnya menyangkut masalah keuntungan dan biaya, dan oleh karena itu pemilihan alternatif jatuh kepada alternatif yang menjanjikan keuntungan yang terbesar. Seorang pengambil keputusan hendaknya mampu mengidentifikasi konsekuensi potensi pajak yang terkait dengan alternatifalternatif yang sedang dipertimbangkan tersebut dan hal ini tidak berarti bahwa alternatif yang dipilih adalah alternatif yang beban pajaknya yang paling efisien yang harus dibayar, akan tetapi lebih cenderung bagaimana memaksimalkan penghasilan setelah pajak (after-tax profit) tanpa mengabaikan masalah kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan. Koreksi fiskal dilakukan dalam rangka meningkatkan pendapatan negara dalam bidang perpajakan. Untuk itu diperlukan kerjasama antara pemilik perusahaan dengan pemerintah serta kepatuhan (compliance) wajib pajak untuk membayar kewajiban pajaknya sesuai dengan Undang-Undang Perpajakan yang berlaku. Hal ini akan berpengaruh terhadap penerimaan pajak yang diterima oleh pemungut pajak (pemerintah) akan meningkat. Dengan meningkatnya pendapatan pajak maka akan berpengaruh terhadap pembangunan perekonomian negara. Pendapatan dari hasil pemungutan pajak tersebut dipergunakan untuk melengkapi sarana dan prasarana yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat. Secara tradisional, pajak memiliki dua fungsi. Pertama, fungsi penerimaan (budgetair), dimana pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Kedua, 7 fungsi mengatur (regulatoir), dimana pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan dibidang sosial dan ekonomi. (IAI, 2012:2) Manzon dan Plesko (2002) melakukan penelitian atas laporan keuangan perusahaan dari tahun 1988 sampai dengan tahun 1999 untuk mengukur besarnya perbedaan pendapatan yang dihitung dengan aturan akuntansi dan pendapatan yang dihitung dengan aturan perpajakan, yang menghasilkan kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara laba akuntansi dengan laba fiskal yang disebabkan oleh faktor-faktor tertentu. Faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal, yang pertama adalah perbedaan antara aturan akuntansi dengan perpajakan mengenai waktu pengakuan pendapatan dan beban. Perbedaan waktu ini mengakibatkan jumlah pendapatan yang diakui dalam laba akuntansi berbeda dengan yang diakui dalam laba fiskal untuk satu periode tertentu, namun dalam jangka waktu tertentu perbedaan tersebut akan habis / nihil. Faktor yang kedua adalah perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal muncul saat pendapatan dan beban diakui oleh salah satu sistem namun tidak oleh sistem lainnya (yang disebut juga perbedaan permanen). Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Rahmawati (2004) yang melakukan penelitian pada perusahaan jasa yaitu PT Kereta Api (Persero) dengan mengambil sampel penelitian dari periode tahun 1999 sampai dengan tahun 2003 yang menghasilkan kesimpulan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara koreksi fiskal atas laporan laba rugi komersial terhadap penghasilan kena pajak. 8 Penelitian sebelumnya juga dilakukan oleh Surajaya (2001) pada Industri Tekstil Terbuka di Indonesia untuk Tahun 2000 mengambil sampel penelitian pada 8 perusahaan tekstil yang telah go public. Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa laba komersial, perbedaan permanen dan perbedaan termporer secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap penghasilan kena pajak. Penulis memilih perusahaan Industri Telekomunikasi sebagai objek penelitian adalah karena perkembangan industri telekomunikasi dewasa ini semakin meningkat pesat, banyaknya permintaan konsumen akan sarana operator telekomunikasi baru bermunculan dengan beragam jenis dan fitur-fitur penunjang sebagai unggulan produk mereka. Melihat perkembangan dunia telekomunikasi tersebut memberikan peluang bagi para investor untuk melakukan investasi di bidang telekomunikasi ini. Industri Telekomunikasi di Indonesia sekarang sangat potensial perkembangannya, karena besarnya tingkat permintaan dan selera konsumen yang sekarang umumnya tingkat mobilitasnya tinggi, juga terjangkaunya sarana telekomunikasi disegala kalangan membuat konsumen dapat menikmati produk jasa telekomunikasi lebih dari satu operator. Dengan demikian berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian yang kemudian hasilnya akan dituangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul : 9 “PENGARUH KOREKSI FISKAL ATAS LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL TERHADAP PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN (Studi Survei pada Perusahaan Industri Telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia)” 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti mengidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Apakah terdapat pengaruh perbedaan permanen secara parsial terhadap pajak penghasilan wajib pajak badan pada perusahaan Industri Telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 2. Apakah terdapat pengaruh perbedaan temporer secara parsial terhadap pajak penghasilan wajib pajak badan pada perusahaan Industri Telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 3. Apakah terdapat pengaruh perbedaan permanen dan perbedaan temporer secara simultan terhadap pajak penghasilan wajib pajak badan pada perusahaan Industri Telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan informasi yang merupakan gambaran nyata mengenai pengaruh koreksi fiskal terhadap pajak penghasilan wajib pajak badan pada perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam 10 bidang industri Telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan permanen secara parsial terhadap pajak penghasilan wajib pajak badan pada perusahaan Industri Telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan temporer secara parsial terhadap pajak penghasilan wajib pajak badan pada perusahaan Industri Telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan permanen dan perbedaan temporer secara simultan terhadap pajak penghasilan wajib pajak badan pada perusahaan Industri Telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian yang dilakukan penulis ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi: 1. Penulis Diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan menambah wawasan mengenai akuntansi perpajakan Indonesia pada umumnya dan khususnya pemahaman yang lebih mendalam tentang koreksi fiskal dan hubungannya dengan pajak penghasilan wajib pajak badan dengan memperhatikan secara langsung penerapan teori-teori di dalam dunia bisnis secara nyata. 11 2. Pembaca Diharapan penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi dan referensi bagi penelitian sejenis. 3. Instansi Terkait Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam menerapkan kebijakan perpajakan secara benar dan konsisten dalam pelaksanaan kewajiban pembukuan untuk menetapkan laba fiskal sebagai dasar perhitungan pajak penghasilan perusahaan. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Untuk memperoleh data sehubungan dengan masalah yang akan dibahas dalam penyusunan skripsi ini, maka penulis akan melakukan penelitian pada perusahaan industri Telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Data penelitian diperoleh dari website www.idx.co.id. Dengan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan selesai.