Menelaah Kesaksian Boediono

advertisement
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI
BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL
Pusat Dokumentasi dan Jaringan lnformasi Hukum Nasional
n.May.Jen. Sutoyo -Cililitan- Jakarta Timur
Sumber: :.~P~\'t-,f>A-5 •,
Subjek:
-
t>Arf~
\ Hariffgl : Juf\1\fi-T
I
'2..3 I'JIB,
zollf
C?/--fp~-y- ICC'-rA-f::::{/~
IDmiK.ol:
1/3 -G
f)
Bidang:
Menelaah Kesaksian Boediono
-
-
y
, .• )
-
~
Oleh EDDY OS HIARIEJ
ehadiran-Wakil
Kedua, unsm perbuatan mePresiden Boediono lawan hukum dalaJTI Pasal 2 Ayat
(l) atau unsur menyalahgunakan
di Pengadilan Ti, wewenang atau sarana atau kepikor (9/5/2014) dalam
sempatan yang ada padanya kakaitan kasus Bank Cenrenajabatannya sebagaimana ditury di satu sisi menunmaksud dalam Pasal 3 dikonstmksikan KPK dalam pembuatjukkan tak ada seorang
an kebijakan penalangan Centuwarga negara pun yang
ry berupa suatu moral hazard.
kebal akan hukum, tetapi
Dalam konstruksi KPK, adadi sisi lain memperlihatnya moral hazard pengambilan
kan suri teladan kepada
kebijakan itu karena tak ada krisis ekonomi berdampak sistemik,
pejabat lain untuk mengpembahan
peraturan BI hanya
hormati proses hukum.
K
Keterangan Boediono sebagai
saksi sangat dibutuhkan untuk
membuat terang dugaan tindak
pidana korupsi dalam penalangan Century. Terlebih nama Boediono disebut lebih dari 67 kali
dalam dakwaan Budi Mulya. Untuk menelaah kesaksian Boediono, penting diketahui terlebih dulu konstruksi hukum yang dibangun KPK dalam kasus a quo.
KPK tak memisahkan antara
pembuatan kebijakan penalangan Century dan pelaksanaan kebijakan itu sebagai suatu rangkaian tindak pidana. Pasal yang
dijeratkan terhadap Budi Mulya
adalah Pasal 2 Ayat (l) sebagai
dakwaan primer dan Pasal 3 sebagai dakwaan subsider UU Pem•
berantasan Tipikor. Unsm dalam
kedua pasal dijelaskan berikut.
Pertama, unsm setiap orang.
Di sini-dalam konstruksi KPKBudi Mulya bukan pelaku tunggal. Karena itu, dalam dakwaan
di-juncto-kan dengan Pasal 55
KUHP sebagai delik penyertaan.
Paling tidak, delik penyertaan ini
ditujukan'kepada tersangka lain,
Siti Fajriyah, yang sampai saat ini
masih sakit sehingga belum bisa
dioroses lebih laniut.
dimaksudkan untuk Bank Century, data yang dipakai tak akurat,
dan ada pemaksaan Dewan
Gubernm dalam pengambilan kebijakan.
Ketiga, unsm
memperkaya diri
sendiri atau orang
lain atau suatu
korporasi. Kiranya
unsm itu tak perlu dijelaskan lebih lanjut. Fakta
yang tak terbantahkan
berdasarkan· audit forensik bahwa Budi Mulya
menerima kickbacks daJ
lam pelaks?Jlaan kebijakan
itu. Selain itu, uang Bank
Century diambil pemiliknya, Robert Tantular, yang telah divonis
pengadilan dan telah berkekuatan hukum tetap melakukan
tindak pidana perbankan. Keempat, unslir memgikan keuangan
negara atau perekonomian negara juga telah dibuktikan berdasarkan audit BPK.
Mematahkan dua hal
Kesaksian Boediono di Pengadilan Tipikor mencoba mematahkan dua hal yang sangat kmsial dalam konstruksi KPK. Pertama, Boediono.memisahkan se-
cara tegas antara pengambilan
kebijakan dan pelaksanaan kebijakan. Kedua, Boediono dapat
menjelaskan dengan baik bahwa
saat itu terjadi krisis ekonomi
berdampak sistemik. Terhadap
hal pertama, Boediono menerangkan bahwa pengambilan kebijakan itu untuk menyelamatkan perekonomian negara.
Jika ada yang mengambil keuntungan dari kebijakan itu, letak moral hazard ada pada pribadi dan bukan moral hazard
kolektif pada Dewan Gubernur
sebagai bentuk samenspaning
(permufakatan jahat) melakukan
suatu kejahatan.
Ketika Boediono dicecar pertanyaan terkait data tak akurat
yang dipakai dalam pengambilan
kebijakan, secara tegas dijawab
olehnya bahwa dalam situasi krisis data perbankan sangatlah
fluktuatif sehingga sulit menentukan akurasinya. Ditambahkan
Boediono, masalah data sudah
diserahkan kepada deputi yang
membidanginya dan Boediono
percaya penuh terhadap data
yang disajikan. Di bagian lain
dalam kesaksiannya, Boediono
menjelaskan bahwa tanggungjawab pelaksanaan penalangan
Century ada pada tiga deputi gubernm,
yakni
Budi Mulya, Budi
Rochadi, dan Siti Fajriyah (Kompas, lO Mei
2014). Celakanya, dua dari
tiga deputi itu tersangka,
satu orang lainnya telah
meninggal.
Perihal fakta yang disampaikan Boediono terkait pengambilan ~ebijak­
an penalangan, penulis
•
Sambungan
Sumber:
Hariffgl:
mengilustrasikan sebagai
berikut.
Dalam suatu perusahaan, dewan direksi terdiri atas direktur
utama dan tiga direktur. Direktur
utama menaruh kepercayaan penuh terh9dap ketiga direkturnya.
Di luar pengetaliuan direktur
utama, ketiga direktur bermufakat jahat mengelabui direktur
utama dengan data tak benar dan
kemudian berdasarkan data itu
direktur utama mengeluarkan
kebijakan yang lalu disalahgunakan ketiga direkturnya sebagai
rangkaian tindak pidana. Dalam
konteks demikian, dapatkah di- ·
rektur utama dipertanggungjawabkan secara pidana?
Berdasarkan ilustrasi demikian, direktur utama tak dapat dipertanggungjawabkan secara pidana karena bertindak dalam kesesatan fakta ifeitelijke dwaling).
Di sini direktur utama bukanlah
mede plegen (turut serta) melakukan kejahatan, melainkan hanya sebagai manus ministra (alat)
dari kejahatan itu dan lebih cenderung pada korban dari kejahatan itu sendiri.
Kembali kepada kesaksian
Boediono, terkait perihal kedua,
yakni krisis ekonomi berdampak
sistemik. Keterangan Boediono
yang menjelaskan hal ini bersifat
istimewa. William R Bell dalam
Practical Criminal Investigations
in Correctional Facilities, CRC
Press, Boca Raton-New York,
2012, halaman 115-117, menyatakan, testimonial evidence atau
bukti kesaksian dibagi tiga: kesaksian atas fakta sesungguhnya,
pendapat ahli, dan pendapat atas
kesaksian. Kesaksian atas fakta
sesungguhnya biasanya menyangkut kesaksian secara terbatas mengenai fakta yang relevan
atas apa yang dilihat, didengar,
atau dialami. Pendapat ahli adalah keterangan yang diberil<an
tTET
IHlm/Kol:
Pendapat atas kesaksian
Kesaksian Boediono terkait
krisis ekonomi yang berdampak
sistemik dikualifikasikan sebagai
pendapat atas kesaksian. Di satu
sisi, sebagai Gubernur Bl, Boediono bisa menjelaskan fakta terkait keadaan perekonomian di Indonesia saat itu. Namun, di sisi
lain Boediono adalah guru besar
ilmu ekonomi yang bisa memberikan pemahaman terhadap
fakta itu yang bermuara pada
kesimpulan bahwa telah terjadi
krisis ekonomi berdampak sistemik.
Sebenarnya adanya krisis ekonomi berdampak sistemik sudah
terjawab dengan adanya Peraturan Pemerintah Pengganti UU
(Perppu) Nomor 2 dan Perppu
Nomor 3 Tl!hun 2008 terutama
pada bagian pertimbangan kedua
Perppu itu yang menyebutkan
krisis ekonomi. Dasar hukum dikeluarkannya perppu adalah
staatnoodrecht (keadaan darurat
negara) yang obyektif berupa keadaan genting memaksa. Terlebih, kedua perppu itu .mendapat
pengesahan rakyat yang dipersonifikasikan DPR menjadi UU.
Dalam konteks pembuktian,
keadaan darurat yang diej~wan­
tahkan
dengan
penerbitan
perppu merupakan probatio plena (bukti penuh yang sempurna
dan tak terbantahkan). Dari sisi
hukum pidana, ketika terjadi keadaan darurat, berlakulah asas
necessitatis non hebetlegem yang
berarti dalam keadaan darurat
tak berlaku hukum.
Konsekuensi lebih lanjut,
pengambilan kebijakan dalam
keadaan darurat yang melanggar
aturan menghapuskan sifat melawan hukumnya perbuatan. Artinya, ada alasan pembenar dalam tindakan itu. Bahwa kemudian ada oknum yang mengambil
kesempatan dalam kesempitan
berdasarkan keahliannya. Pendamelakukan tindak pidana dalam
pat atas kesaksikan adalah saksi situasi darurat dan jika itu ter~
sekaligus ahli yang dapat membukti adalah keadaan tambahan
beri pemahaman berdasarkan
yang memperberat penjatuhan
fakta yang ada.
pidana kepada oknum itu.
EDDY OS HIARIEJ
Guru Besar Hukum Pidana
UGM
~
Download