No.14/ 14 /DASP Jakarta, 18 April 2012 SURAT EDARAN Kepada

advertisement
No.14/ 14 /DASP
Jakarta, 18 April 2012
SURAT EDARAN
Kepada
BANK, PERUSAHAAN EFEK,
DAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN
Perihal : Tata Cara Penerbitan dan Penatausahaan Surat Berharga
Syariah Negara
Sehubungan
dengan
Peraturan
Bank
Indonesia
Nomor
10/13/PBI/2008 tentang Lelang dan Penatausahaan Surat Berharga
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 123,
Tambahan
Lembaran
Negara
Keputusan Menteri Keuangan
Republik
Indonesia
Nomor
4888),
Nomor 215/KMK.08/2008 tanggal
15 Agustus 2008 tentang Penunjukan Bank Indonesia Sebagai Agen
Penata Usaha, Agen Pembayar, dan Agen Lelang Surat Berharga
Syariah Negara di Pasar Dalam Negeri, Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 118/PMK.08/2008 tanggal 15 Agustus 2008 tentang Penerbitan
dan
Penjualan
Surat
Berharga
Syariah
Negara
Dengan
Cara
Bookbuilding di Pasar Perdana Dalam Negeri, Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 218/PMK.08/2008 tanggal
16 Desember 2008
tentang Penerbitan dan Penjualan Surat Berharga Syariah Negara Ritel
di Pasar Perdana Dalam Negeri, Peraturan Menteri Keuangan Nomor
11/PMK.08/2009 tanggal 2 Februari 2009 tentang Penerbitan dan
Penjualan Surat Berharga Syariah Negara di Pasar Perdana Dalam
Negeri Dengan Cara Lelang, Peraturan Menteri Keuangan Nomor
75/PMK.08/2009 tanggal 17 April 2009 tentang Penerbitan dan
Penjualan Surat Berharga Syariah Negara Dengan Cara Penempatan
Langsung
(Private
Placement),
dan
dengan
telah
ditetapkannya
Peraturan ...
2
Peraturan
Menteri
Keuangan
Nomor
05/PMK.08/2012
tanggal
9 Januari 2012 tentang Penerbitan dan Penjualan Surat Berharga
Syariah Negara di Pasar Perdana Dalam Negeri dengan Cara Lelang,
khususnya terkait dengan adanya Lelang tambahan Surat Berharga
Syariah Negara (SBSN), perlu mengatur kembali tata cara penerbitan
dan penatausahaan SBSN dalam Surat Edaran Bank Indonesia sebagai
berikut:
I.
KETENTUAN UMUM
Dalam Surat Edaran Bank Indonesia ini yang dimaksud dengan :
1.
Surat Berharga Syariah Negara yang selanjutnya disingkat
SBSN, atau dapat disebut Sukuk Negara, adalah surat
berharga
negara
yang
diterbitkan
berdasarkan
prinsip
syariah, dalam mata uang rupiah, sebagai bukti atas bagian
penyertaan terhadap aset SBSN.
2.
SBSN
Jangka
Pendek
atau
dapat
disebut
Surat
Perbendaharaan Negara Syariah adalah SBSN yang berjangka
waktu
sampai
pembayaran
dengan
imbalan
12
(dua
berupa
belas)
kupon
bulan
dengan
dan/atau
secara
diskonto.
3.
SBSN Jangka Panjang adalah SBSN yang berjangka waktu
lebih dari 12 (dua belas) bulan dengan pembayaran imbalan
berupa kupon dan/atau secara diskonto.
4.
SBSN Ritel atau yang dapat disebut Sukuk Negara Ritel
adalah
SBSN yang
dijual
kepada individu atau orang
perseorangan warga negara Indonesia melalui agen penjual.
5.
Bookbuilding adalah kegiatan penjualan SBSN kepada pihak
melalui agen penjual, dimana agen penjual mengumpulkan
pemesanan pembelian dalam periode penawaran yang telah
ditentukan.
6.
Lelang adalah Lelang SBSN dan Lelang SBSN tambahan.
7.
Lelang SBSN adalah penjualan SBSN di pasar perdana yang
diikuti
oleh
peserta Lelang,
Bank
Indonesia,
dan/atau
Lembaga ...
3
Lembaga
Penjamin
penawaran
dan/atau
Simpanan
pembelian
penawaran
dengan
kompetitif
pembelian
cara mengajukan
(competitive
bidding)
non-kompetitif
(non-
competitive bidding) dalam suatu periode waktu penawaran
yang telah ditentukan dan diumumkan sebelumnya, melalui
sistem yang disediakan agen Lelang.
8.
Lelang SBSN Tambahan (Green Shoe Option) selanjutnya
disebut Lelang SBSN Tambahan adalah penjualan SBSN di
pasar perdana dengan cara Lelang yang dilaksanakan pada 1
(satu) hari kerja setelah tanggal pelaksanaan Lelang SBSN.
9.
Penempatan Langsung, yang selanjutnya disebut Private
Placement, adalah kegiatan penerbitan dan penjualan SBSN
yang
dilakukan
oleh
pemerintah
kepada
pihak dengan
ketentuan dan persyaratan (terms and conditions) SBSN
sesuai kesepakatan.
10. Penatausahaan SBSN adalah kegiatan yang mencakup kliring
dan setelmen, pencatatan kepemilikan, serta agen pembayar
imbalan dan nilai nominal SBSN.
11. Pihak adalah orang perseorangan atau kumpulan orang
dan/atau kekayaan yang terorganisasi, baik merupakan
badan hukum maupun bukan badan hukum.
12. Agen Penjual adalah:
a.
perusahaan efek yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal
Pengelolaan Utang atas nama Menteri Keuangan guna
melaksanakan
penjualan
SBSN
dengan
cara
Bookbuilding; atau
b.
bank dan/atau perusahaan efek yang ditunjuk untuk
melaksanakan penjualan Sukuk Negara Ritel.
13. Peserta Lelang adalah bank dan perusahaan efek yang
ditunjuk Menteri Keuangan sebagai peserta Lelang SBSN di
pasar perdana dalam negeri.
14. Bank ...
4
14. Bank adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10
Tahun
1998
dan
Bank
Umum
Syariah
sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah.
15. Perusahaan
Efek
adalah
perusahaan
efek
sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal, yang melakukan kegiatan usaha sebagai
penjamin emisi efek.
16. Lembaga Penjamin Simpanan yang selanjutnya disebut LPS
adalah lembaga yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 2009.
17. Imbalan adalah pembayaran yang dapat berupa sewa, bagi
hasil atau margin, atau bentuk pembayaran lainnya sesuai
dengan
akad penerbitan SBSN, yang
diberikan
kepada
pemegang SBSN sampai dengan berakhirnya periode SBSN.
18. Nilai Nominal adalah nilai SBSN atas nama Bank dan/atau
Sub-Registry yang tercatat dalam BI-SSSS.
19. Sub-Registry adalah Bank dan lembaga yang melakukan
kegiatan
kustodian,
yang
memenuhi
persyaratan
dan
disetujui Bank Indonesia melakukan fungsi penatausahaan
surat berharga termasuk SBSN untuk kepentingan nasabah.
20. Pasar Perdana adalah kegiatan penawaran dan penjualan
SBSN untuk pertama kali.
21. Pasar Sekunder adalah kegiatan perdagangan SBSN yang
telah dijual di Pasar Perdana.
22. Penawaran
Pembelian
Kompetitif
adalah
pengajuan
penawaran pembelian dengan mencantumkan:
a. volume ...
5
a.
volume dan tingkat imbal hasil (yield) yang diinginkan
penawar, dalam hal Lelang SBSN dengan pembayaran
imbalan tetap (fixed coupon) atau pembayaran imbalan
secara diskonto; atau
b.
volume dan harga (price) yang diinginkan penawar,
dalam hal Lelang SBSN dengan imbalan mengambang
(floating coupon).
23. Penawaran
Pembelian
Non-Kompetitif
adalah
pengajuan
penawaran pembelian dengan mencantumkan:
a.
volume tanpa tingkat
imbal
hasil
yang
diinginkan
penawar, dalam hal Lelang SBSN dengan pembayaran
imbalan
tetap
atau
pembayaran
imbalan
secara
diskonto; atau
b.
volume tanpa harga yang diinginkan penawar, dalam hal
Lelang SBSN dengan pembayaran imbalan mengambang.
24. Imbal Hasil (Yield) adalah keuntungan yang diharapkan oleh
investor dalam persentase per tahun.
25. Harga Beragam (Multiple Price) adalah harga yang dibayarkan
oleh masing-masing pemenang Lelang SBSN sesuai dengan
harga penawaran yang diajukannya.
26. Harga Seragam (Uniform Price) adalah tingkat harga yang
sama yang dibayarkan oleh seluruh pemenang Lelang SBSN.
27. Harga/Imbal Hasil Rata-rata Tertimbang (Weighted Average
Price/Yield) adalah harga/Imbal Hasil yang dihitung dari hasil
bagi antara jumlah dari perkalian masing-masing volume
SBSN dengan harga/Imbal Hasil yang dimenangkan dan total
volume SBSN yang terjual.
28. Sistem Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement yang
selanjutnya disebut dengan Sistem BI-RTGS adalah suatu
sistem transfer dana elektronik antar peserta Sistem BI-RTGS
dalam mata uang rupiah yang penyelesaiannya dilakukan
secara seketika per transaksi secara individual.
29. Bank ...
6
29. Bank Indonesia-Scripless Securities Settlement System yang
selanjutnya disebut BI-SSSS adalah sarana transaksi dengan
Bank
Indonesia
penatausahaan
termasuk
surat
berharga
penatausahaannya
secara
elektronik
dan
dan
terhubung langsung antara peserta BI-SSSS, penyelenggara
BI-SSSS dan Sistem BI-RTGS.
30. Peserta BI-SSSS adalah pengguna BI-SSSS yang memenuhi
persyaratan dan/atau disetujui oleh Bank Indonesia untuk
melakukan
kegiatan
transaksi
dengan
Bank
Indonesia
dan/atau penatausahaan surat berharga.
31. Laporan Harian Bank Umum yang selanjutnya disebut LHBU
adalah laporan yang disusun dan disampaikan oleh Bank
pelapor secara harian kepada Bank Indonesia.
32. Hari Kerja adalah hari operasional sistem pembayaran yang
diselenggarakan oleh Bank Indonesia.
II.
TATA CARA PENERBITAN SBSN DI PASAR PERDANA DENGAN
CARA LELANG
A.
Ketentuan dan Persyaratan Lelang
1.
Pihak dan LPS dapat membeli SBSN di Pasar Perdana
baik untuk SBSN Jangka Pendek maupun SBSN Jangka
Panjang.
2.
Bank Indonesia dapat membeli SBSN di Pasar Perdana
hanya untuk SBSN Jangka Pendek.
3.
Pembelian SBSN di Pasar Perdana oleh Bank Indonesia
dan LPS hanya dapat dilakukan untuk dan atas nama
dirinya sendiri.
4.
Bank Indonesia dan LPS menyampaikan penawaran
pembelian SBSN secara langsung.
5.
Pihak
menyampaikan
penawaran
pembelian
SBSN
melalui Peserta Lelang.
6. Peserta ...
7
6.
Peserta
Lelang
pembelian
yang
SBSN
menyampaikan
untuk
dan
atas
penawaran
nama
Pihak
menyampaikan penawarannya dengan cara:
a.
Penawaran
Pembelian
Kompetitif,
dalam
hal
penawaran pembelian SBSN Jangka Pendek; dan
b.
Penawaran
Pembelian
Kompetitif
dan/atau
Penawaran Pembelian Non-Kompetitif, dalam hal
penawaran pembelian SBSN Jangka Panjang.
7.
Peserta
Lelang
yang
menyampaikan
penawaran
pembelian SBSN untuk dan atas nama diri sendiri
dan/atau melalui Peserta Lelang lain, hanya dapat
melakukan Penawaran Pembelian Kompetitif.
8.
Bank Indonesia dan LPS hanya dapat menyampaikan
Penawaran Pembelian Non-Kompetitif.
9.
Sarana yang digunakan untuk pengajuan penawaran
Lelang SBSN adalah BI-SSSS.
10. Dalam hal Bank mengajukan penawaran pembelian
SBSN
melalui
bersangkutan
Peserta
harus
Lelang
menetapkan
maka
Bank
batas
yang
maksimum
nominal penawaran (Broker Bidding Limit) per hari bagi
Peserta Lelang SBSN yang ditunjuk.
11. Peserta Lelang selain Bank yang mengajukan penawaran
pembelian SBSN harus menunjuk Sub-Registry untuk
melakukan setelmen dan penatausahaan hasil Lelang
SBSN.
12. Sub-Registry sebagaimana dimaksud pada angka 11,
harus menetapkan batas maksimum nominal penawaran
(Broker Bidding Limit) per hari bagi Peserta Lelang untuk
kepentingan nasabah Sub-Registry.
13. Bank Indonesia mengadakan Lelang SBSN Tambahan
berdasarkan
rencana lelang
SBSN Tambahan
yang
ditetapkan ...
8
ditetapkan oleh Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal
Pengelolaan Utang (DJPU).
14. Lelang SBSN Tambahan sebagaimana dimaksud pada
angka 13 dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a.
kepesertaan Lelang
SBSN Tambahan terbatas
hanya dapat diikuti oleh Bank Indonesia,
dan/atau
Peserta
Lelang,
yang
LPS
menyampaikan
penawaran pembelian dalam Lelang SBSN;
b.
peserta
Lelang
SBSN
Tambahan
mengajukan
Penawaran Pembelian Non-Kompetitif;
c.
total
penawaran
masing-masing
peserta
Lelang
SBSN Tambahan dibatasi paling tinggi sebesar total
penawaran masing-masing peserta tersebut pada
Lelang SBSN sebelumnya; dan
d.
penawaran
pembelian
dalam
Lelang
SBSN
Tambahan untuk SBSN Jangka Pendek hanya dapat
diikuti oleh Bank Indonesia.
B.
Persiapan Lelang
1.
Bank Indonesia mengumumkan rencana Lelang SBSN
paling
lambat
1
(satu)
Hari
Kerja
sebelum
hari
pelaksanaan Lelang melalui BI-SSSS, LHBU dan sarana
lain yang ditetapkan Bank Indonesia.
2.
Pengumuman
rencana
Lelang
SBSN
sebagaimana
dimaksud pada angka 1 paling kurang memuat:
a.
jenis dan seri;
b.
Peserta Lelang;
c.
waktu pelaksanaan Lelang;
d.
jangka waktu;
e.
tanggal penerbitan;
f.
tanggal setelmen;
g.
tanggal jatuh waktu;
h.
jenis mata uang;
i. waktu ...
9
3.
i.
waktu pengumuman hasil Lelang; dan
j.
jumlah indikatif yang ditawarkan.
Bank Indonesia mengumumkan rencana Lelang SBSN
Tambahan setelah penetapan Lelang SBSN oleh Menteri
Keuangan c.q DJPU.
4.
Pengumuman
rencana
Lelang
SBSN
Tambahan
sebagaimana dimaksud pada angka 2 paling kurang
memuat hal-hal sebagaimana dimaksud pada butir 2.a
sampai dengan butir 2.i dan harga/imbal hasil rata-rata
tertimbang Lelang SBSN.
C.
Pelaksanaan Lelang
1.
Penawaran Lelang dilakukan dari pukul 10.00 WIB
sampai dengan pukul 12.00 WIB atau waktu lain yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan cq. DJPU .
2.
Penawaran volume dan tingkat Imbal Hasil atau harga
dalam Penawaran Pembelian Kompetitif dan Penawaran
Pembelian Non-Kompetitif dilakukan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a.
penawaran volume paling rendah 1.000 (seribu) unit
atau Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan
selebihnya dengan kelipatan 100 (seratus) unit atau
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah);
b.
penawaran tingkat Imbal Hasil diajukan dengan
kelipatan 1/32 (satu per tiga puluh dua) atau
0,03125
(tiga ribu seratus dua puluh lima per
seratus ribu) untuk Imbalan tetap dan SBSN tanpa
kupon (zero coupon bond),
sedangkan penawaran harga diajukan dengan kelipatan
0,05%
(lima
per
sepuluh
ribu)
untuk
Imbalan
mengambang.
3. Peserta ...
10
3.
Peserta
Lelang,
LPS
dan/atau
Bank
Indonesia
bertanggung jawab atas kebenaran data penawaran
pembelian SBSN yang diajukannya.
4.
Peserta Lelang, LPS dan/atau Bank Indonesia yang telah
mengajukan
penawaran
tidak
dapat
membatalkan
penawarannya.
D.
Penentuan Pemenang Lelang
1.
Menteri Keuangan c.q DJPU menetapkan hasil Lelang di
Pasar Perdana yang mencakup Nilai Nominal yang
dimenangkan, tingkat Imbalan dan/atau diskonto, serta
jenis dan nilai aset SBSN pada tanggal pelaksanaan
Lelang.
2.
Penetapan hasil Lelang sebagaimana dimaksud pada
angka 1 berupa:
a.
Penerimaan seluruh atau sebagian, atau penolakan
seluruh penawaran pembelian Lelang SBSN yang
masuk.
b.
Penerimaan
pembelian
seluruh
yang
atau
masuk
sebagian
dalam
penawaran
Lelang
SBSN
Tambahan.
3.
Penetapan harga/Imbal Hasil SBSN bagi pemenang
Lelang
dengan
Penawaran
Pembelian
Kompetitif
dilakukan dengan metode Harga Beragam atau dengan
metode Harga Seragam.
4.
Penetapan harga SBSN bagi pemenang Lelang dengan
Penawaran
Pembelian
Non-Kompetitif
dilakukan
berdasarkan Harga/Imbal Hasil Rata-Rata Tertimbang
dari hasil Lelang Penawaran Pembelian Kompetitif.
5.
Penetapan harga SBSN bagi pemenang Lelang SBSN
Tambahan ditetapkan berdasarkan Harga/Imbal Hasil
Rata-Rata Tertimbang (Weighted Average Yield) dari
Penawaran ...
11
Penawaran Pembelian Kompetitif yang dimenangkan
dalam Lelang SBSN.
E.
Pengumuman Hasil Lelang
1.
Bank Indonesia mengumumkan hasil Lelang melalui BISSSS dan LHBU atau sarana lain yang ditetapkan Bank
Indonesia paling lambat pada akhir hari pelaksanaan
Lelang, berdasarkan hasil Lelang di Pasar Perdana yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan c.q. DJPU.
2.
Pengumuman hasil Lelang sebagaimana dimaksud pada
angka 1 paling kurang memuat kuantitas keseluruhan
yang dimenangkan dan rata-rata tertimbang tingkat
Imbalan dan/atau diskonto.
3.
Bank Indonesia menyampaikan hasil Lelang kepada
masing-masing Peserta Lelang melalui BI-SSSS yang
paling kurang memuat nama pemenang, nilai nominal
yang
dimenangkan
dan
tingkat
Imbalan
dan/atau
diskonto.
4.
Dalam hal Menteri Keuangan c.q. DJPU melakukan
pembatalan
Lelang
SBSN
atau
menolak
seluruh
penawaran pembelian Lelang SBSN, Bank Indonesia
mengumumkan pembatalan atau penolakan tersebut
melalui BI-SSSS dan LHBU atau sarana lain yang
ditetapkan Bank Indonesia.
III.
TATA CARA PENATAUSAHAAN SBSN
A.
Setelmen Penerbitan SBSN dengan cara Lelang
1.
Bank Indonesia melakukan setelmen SBSN berdasarkan
penetapan
hasil
pemenang
Lelang
oleh
Menteri
Keuangan c.q. DJPU, dengan ketentuan sebagai berikut :
a.
Setelmen
hasil
Lelang
SBSN
Jangka
Pendek
dilakukan paling lambat 2 (dua) Hari Kerja setelah
tanggal pelaksanaan Lelang (T+2); dan
b. Setelmen ...
12
b.
Setelmen
hasil
Lelang
SBSN
Jangka
Panjang
dilakukan paling lambat 5 (lima) Hari Kerja setelah
tanggal pelaksanaan Lelang (T+5).
c.
Setelmen hasil Lelang SBSN Tambahan dilakukan
pada Hari Kerja yang sama dengan setelmen hasil
Lelang SBSN sebelumnya sebagaimana dimaksud
pada huruf a atau huruf b dan merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari setelmen hasil Lelang
SBSN sebelumnya.
2.
Jangka waktu SBSN dinyatakan dalam jumlah hari
kalender dan dihitung sejak l (satu) hari setelah tanggal
setelmen sampai dengan tanggal jatuh waktu.
3.
Dalam pelaksanaan setelmen hasil Lelang atas nama
nasabah, Sub-Registry harus menunjuk Bank pembayar
yang memiliki rekening giro rupiah di Bank Indonesia
untuk pelaksanaan setelmen dana.
4.
Bank Indonesia melakukan setelmen hasil Lelang pada
tanggal setelmen dengan prosedur sebagai berikut:
a.
Setelmen
dana
dilakukan
dengan
mendebet
rekening giro rupiah Bank pembayar di Bank
Indonesia melalui Sistem BI-RTGS, serta mengkredit
rekening giro rupiah Pemerintah di Bank Indonesia
sebesar nilai setelmen.
b.
Setelmen
surat
berharga
dilakukan
dengan
mengkredit rekening surat berharga Peserta BISSSS di Central Registry sebesar total Nilai Nominal
SBSN yang dimenangkan.
5.
Pada hari yang sama dengan hari pengkreditan rekening
surat berharga Peserta BI-SSSS, Sub-Registry wajib
mencatat
kepemilikan
SBSN
atas
nama
nasabah
pemenang SBSN secara individual pada sistem SubRegistry.
6. Berdasarkan ...
13
6.
Berdasarkan
setelmen
hasil
pemenang
Lelang
sebagaimana dimaksud pada angka 4, Bank Indonesia
melakukan pencatatan penerbitan SBSN.
7.
Pencatatan penerbitan SBSN sebagaimana dimaksud
pada
angka
6,
dilakukan
sesuai
ketentuan
dan
persyaratan (terms and conditions) yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan c.q. DJPU.
8.
Bank pembayar harus menjamin kecukupan dana pada
rekening giro rupiah Bank pembayar di Bank Indonesia
untuk pelaksanaan setelmen hasil Lelang.
9.
Dalam hal saldo rekening giro rupiah Bank pembayar di
Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada butir 4.a
tidak mencukupi untuk melunasi seluruh atau sebagian
kewajibannya sampai dengan cut-off warning Sistem BIRTGS
maka
setelmen
seluruh
hasil
Lelang
yang
dilakukan melalui Bank pembayar dinyatakan gagal.
10. Bank
Indonesia
memberitahukan
secara
tertulis
kegagalan setelmen transaksi sebagaimana dimaksud
pada angka 9 kepada Menteri Keuangan cq. DJPU.
B.
Setelmen Penerbitan SBSN dengan cara Bookbuilding
1.
Bank Indonesia melakukan setelmen SBSN berdasarkan
penetapan hasil penjualan SBSN oleh Menteri Keuangan
cq. DJPU, paling lambat 2 (dua) Hari Kerja setelah
tanggal penetapan hasil penjualan SBSN (T+2).
2.
Perhitungan
harga
setelmen
diterbitkan
dengan
cara
per
unit
SBSN
Bookbuilding
yang
dilakukan
berdasarkan metode penetapan harga yang tercantum
dalam memorandum informasi yang diterbitkan oleh
Menteri Keuangan.
3.
Jangka waktu SBSN dinyatakan dalam jumlah hari
kalender dan dihitung sejak 1 (satu) hari setelah tanggal
setelmen sampai dengan tanggal jatuh waktu.
4. Agen ...
14
4.
Agen
Penjual
bertanggungjawab
terhadap
setelmen
seluruh pemesanan pembelian masing-masing Pihak
yang
pemesanan
pembeliannya
telah
memperoleh
penjatahan.
5.
Bank Indonesia melakukan setelmen hasil penjualan
SBSN pada tanggal setelmen dengan prosedur sebagai
berikut:
a.
Setelmen
dana
dilakukan
dengan
mendebet
rekening giro rupiah Bank pembayar di Bank
Indonesia melalui Sistem BI-RTGS, serta mengkredit
rekening giro rupiah Pemerintah di Bank Indonesia
sebesar nilai setelmen.
b.
Setelmen
surat
berharga
dilakukan
dengan
mengkredit rekening surat berharga Peserta BISSSS di Central Registry sebesar total Nilai Nominal
SBSN yang dimenangkan.
6.
Berdasarkan
setelmen
hasil
penjualan
SBSN
sebagaimana dimaksud pada angka 5, Bank Indonesia
melakukan pencatatan penerbitan SBSN.
7.
Pencatatan penerbitan SBSN sebagaimana dimaksud
pada
angka
6
dilakukan
sesuai
ketentuan
dan
persyaratan (terms and conditions) yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan cq. DJPU.
8.
Dalam hal saldo rekening giro rupiah Bank pembayar di
Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada butir 5.a
tidak mencukupi untuk me1unasi seluruh atau sebagian
kewajibannya sampai dengan cut of warning Sistem BIRTGS maka setelmen seluruh hasil penjatahan SBSN
yang dilakukan melalui Bank pembayar dinyatakan
gagal.
9. Bank ...
15
9.
Bank
Indonesia
memberitahukan
secara
tertulis
kegagalan setelmen transaksi sebagaimana dimaksud
pada angka 8 kepada Menteri Keuangan cq. DJPU.
C.
Setelmen Penerbitan Sukuk Negara Ritel
1.
Bank Indonesia melakukan setelmen Sukuk Negara Ritel
berdasarkan penetapan hasil penjualan dan penjatahan
Sukuk Negara Ritel oleh Direktur Jenderal Pengelolaan
Utang untuk dan atas nama Menteri Keuangan, paling
lambat 2 (dua) Hari Kerja setelah tanggal penetapan hasil
penjualan dan penjatahan Sukuk Negara Ritel (T+2).
2.
Bank Indonesia melakukan setelmen hasil penjualan dan
penjatahan Sukuk Negara Ritel pada tanggal setelmen
dengan prosedur sebagai berikut:
a.
Setelmen
dana
dilakukan
dengan
mendebet
rekening giro rupiah Bank pembayar di Bank
Indonesia melalui Sistem BI-RTGS, serta mengkredit
rekening giro rupiah Pemerintah di Bank Indonesia
sebesar nilai setelmen; dan
b.
Setelmen
surat
berharga
dilakukan
dengan
mengkredit rekening surat berharga Peserta BISSSS di Central Registry sebesar total Nilai Nominal
Sukuk Negara Ritel yang dimenangkan.
3.
Pada hari yang sama dengan hari pengkreditan rekening
surat berharga Peserta BI-SSSS, Sub-Registry:
a.
wajib mencatat kepemilikan Sukuk Negara Ritel atas
nama investor yang memperoleh penjatahan Sukuk
Negara Ritel secara individual pada sistem SubRegistry; dan
b.
mengirimkan
daftar
rincian
individual
investor
Sukuk Negara Ritel kepada Bank Indonesia cq.
Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran yang
mencakup Account Identifier (AId), nama nasabah,
securities ...
16
securities code, status investor, tipe investor dan
nominal transaksi melalui sarana pelaporan yang
ditentukan oleh Bank Indonesia dalam ketentuan
yang mengatur mengenai Sub-Registry.
4.
Dalam hal saldo rekening giro rupiah Bank pembayar di
Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada butir 2.a
tidak mencukupi untuk melunasi seluruh atau sebagian
kewajibannya sampai dengan cut of warning Sistem BIRTGS maka setelmen seluruh hasil penjatahan Sukuk
Negara Ritel yang dilakukan melalui Bank pembayar
dinyatakan gagal.
5.
Bank
Indonesia
memberitahukan
secara
tertulis
kegagalan setelmen transaksi sebagaimana dimaksud
pada angka 4 kepada Menteri Keuangan cq. DJPU.
D.
Setelmen
Hasil
Penjualan
SBSN
dengan
cara
Private
Placement
1.
Setelmen hasil penjualan SBSN dengan cara Private
Placement dilakukan paling cepat 2 (dua) hari kerja dan
paling
lambat
5
(lima)
hari
kerja
setelah
tanggal
kesepakatan transaksi.
2.
Peserta Transaksi dapat menunjuk Bank pembayar
untuk pelaksanaan setelmen dana.
3.
Bank Indonesia melakukan setelmen dengan prosedur
sebagai berikut:
a.
Pencatatan
Melakukan
pencatatan
penerbitan
SBSN
hasil
penjualan secara Private Placement yang ditetapkan
oleh Menteri Keuangan cq. DJPU.
b.
Setelmen Dana
Setelmen dana dilakukan melalui Sistem BI-RTGS
dengan mendebet rekening giro peserta transaksi
dan/atau Bank pembayar yang ditunjuk, serta
mengkredit ...
17
mengkredit rekening giro pemerintah sebesar nilai
setelmen.
c.
Setelmen Surat Berharga
Dalam
hal
setelmen
setelmen
surat
mengkredit
transaksi
dana
berharga
rekening
surat
berhasil
dilakukan,
dilakukan
dengan
berharga
peserta
dan/atau Sub-Registry
yang
ditunjuk
sebesar nilai nominal SBSN.
d.
Setelmen Surat Berharga Dinyatakan Gagal
Dalam
hal
dana
pada
rekening
giro
peserta
transaksi dan/atau Bank pembayar yang ditunjuk
tidak mencukupi sampai dengan cut of warning
Sistem BI-RTGS maka setelmen transaksi Private
Placement dimaksud dinyatakan gagal.
E.
Pembayaran Imbalan dan atau Nilai Nominal SBSN
1.
Bank
Indonesia
dan/atau
Nilai
melakukan
Nominal
pembayaran
SBSN
Imbalan
berdasarkan
posisi
kepemilikan SBSN yang tercatat di BI-SSSS pada 2 (dua)
Hari Kerja sebelum tanggal jatuh waktu pembayaran
Imbalan dan/atau Nilai Nominal SBSN (T-2).
2.
Pembayaran Imbalan dan/atau Nilai Nominal SBSN
dilakukan pada tanggal jatuh waktu atau pada Hari
Kerja berikutnya apabila tanggal jatuh waktu bertepatan
dengan hari libur dengan perhitungan sesuai terms and
conditions yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan cq.
DJPU.
3.
Pembayaran Imbalan dan/atau Nilai Nominal SBSN
dilakukan
dengan
mendebet
rekening
giro
rupiah
Pemerintah di Bank Indonesia dan mengkredit rekening
giro rupiah Bank pembayar di Bank Indonesia sebesar
Imbalan dan/atau Nilai Nominal SBSN.
4. Pada ...
18
4.
Pada hari yang sama dengan hari pembayaran Imbalan
dan/atau Nilai Nominal SBSN oleh Bank Indonesia, SubRegistry wajib meneruskan pembayaran Imbalan dan
atau Nilai Nominal SBSN kepada investor yang tercatat di
Sub-Registry.
F.
Transaksi SBSN di Pasar Sekunder
Prosedur
setelmen
transaksi
SBSN
di
Pasar
Sekunder
dilakukan sesuai ketentuan Bank Indonesia yang mengatur
mengenai BI-SSSS.
IV.
PENUTUP
Pada saat Surat Edaran Bank Indonesia ini mulai berlaku,
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/31/DASP tanggal 10
November 2010 perihal Tata Cara Lelang dan Penatausahaan
Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku.
Ketentuan dalam Surat Edaran ini mulai berlaku pada
tanggal 18 April 2012.
Agar
setiap
pengumuman
Surat
orang
mengetahuinya,
Edaran
Bank
memerintahkan
Indonesia
ini
dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Demikian agar Saudara maklum.
BANK INDONESIA,
BOEDI ARMANTO
KEPALA DEPARTEMEN AKUNTING DAN
SISTEM PEMBAYARAN
Download