aktivitas bakteri kitinolitik yang diisolasi dari tambak

advertisement
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014
AKTIVITAS BAKTERI KITINOLITIK YANG DIISOLASI DARI TAMBAK UDANG
DI SITUBONDO
CHITINOLYTIC ACTIVITY ISOLATED FROM SHRIMP PONDS IN SITUBONDO
Yusak Yulianus Prabowo, Nuniek Herdyastuti
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya
Jl. Ketintang Surabaya (60231), Telp. 031-8298761
e-mail: [email protected]
Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas bakteri kitinolitik yang diisolasi
dari tambak udang di Situbondo. Bakteri kitinolitik berhasil diisolasi dengan menumbuhkan pada
media yang mengandung kitin koloidal 1%. Diperoleh 40 isolat dari Situbondo (STB 1 - STB 40) dan
34 isolat menunjukkan aktivitas kitinase. Uji aktivitas kitinase didasarkan pada pelepasan N-asetilglukosamin yang dikomplekskan dengan asam 3,5-dinitrosalisilat. Aktivitas kitinase tertinggi
ditunjukkan oleh isolat STB 13 sebesar 0,3152 U/mL. Hasil uji morfologi serta fisiologi diduga
bahwa isolat STB 13 merupakan Bacillus licheniformis.
Kata kunci: aktivitas kitinase, Bacillus licheniformis, bakteri kitinolitik, kitin koloidal.
Abstract. The aim of this research was to determine the activity of chitinolytic bacteria isolated from
shrimp ponds in Situbondo. Chitinolytic bacteria were isolated by growing in media containing 1%
colloidal chitin. Obtained 40 isolates from Situbondo (STB 1 to STB 40) and 34 isolates yield the
chitinase activity. Chitinase activity assay based on release of N-acetyl-glucosamine were complexed
with 3,5-dinitrosalicylic acid. The highest chitinase activity were shown by isolates STB 13 were
0,3152 U/mL. Based on morphology and physiology test suspected that isolate STB 13 belonging to
Bacillus licheniformis
Keyword: chitinase activity, Bacillus licheniformis, chitinolytic bacteria, colloidal chitin.
PENDAHULUAN
Bakteri kitinolitik adalah bakteri yang
dapat menghasilkan enzim kitinase serta dapat
mendegradasi kitin menjadi monomernya Nasetil-glukosamin. Bakteri kitinolitik dapat
diperoleh dari berbagai sumber seperti
rizosfer, phyllosphere, tanah, atau dari
lingkungan air seperti laut, danau dan tambak
udang. Tidak hanya dari daerah mesofilik,
bakteri kitinolitik dapat diisolasi dari daerah
ekstrim, seperti dari sumber air panas, lumpur
panas dan daerah panas bumi. Sampai saat ini,
jumlah dan keanekaragaman bakteri kitinolitik
belum banyak diketahui [1] [2].
Eksplorasi habitat bakteri kitinolitik
diperlukan untuk mengetahui keberagaman
bakteri kitinolitik yang dapat menghasilkan
enzim kitinase dengan aktivitas tertinggi.
Dalam tambak udang, terdapat proses molting
dari udang yang berlangsung secara berkala
dan menghasilkan kitin [3]. Kitin dapat
degradasi dengan cepat menjadi monomer Nasetil-glukosamin, hal tersebut di duga karena
adanya aktivitas dari bakteri kitinolitik.
Bakteri kitinolitik dapat diperoleh dengan cara
ditumbuhkan pada media yang mengandung
kitin. Adanya bakteri kitinolitik dapat
dideteksi dengan zona bening di sekitar koloni
di media padat yang mengandung kitin [4].
Beberapa bakteri memanfaatkan kitin sebagai
sumber karbon dan nitrogen [2].
Bakteri kitinolitik sangat menarik untuk
diisolasi karena dapat menghasilkan enzim
kitinase yang dapat mendegradasi senyawa
kitin yang bersifat ramah lingkungan
B - 75
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014
(biokompatibel) dan tidak beracun. Bakteri
kitinolitik banyak digunakan di berbagai
bidang yaitu sebagai biokontrol serangga dan
jamur, pengendalian nyamuk dan pengolahan
limbah kitin dari industri [5]. Senyawa hasil
degradasi kitin atau disebut senyawa turunan
kitin juga banyak digunakan di berbagai
bidang. Di bidang farmasi monomer kitin Nasetil-glukosamin digunakan sebagai suplemen
dan obat-obatan untuk mengontrol kadar gula
darah, serta dalam bidang kosmetik N-asetilglukosamin digunakan untuk mengurangi
aktivitas dari enzim tirosinase yang
memproduksi melanin [2].
di tumbuhkan pada media padat Luria Bertani
kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu
ruang untuk mendapatkan kultur campuran.
Seleksi Bakteri Penghasil Kitinase dari
Tambak Udang
Setiap koloni tunggal ditumbuhkan pada
media cair yang mengandung kitin koloidal
1% kemudian di shaker pada kecepatan 150
rpm selama 20 jam pada suhu ruang. Kultur
dipanen dengan cara disentrifugasi pada
kecepatan 4000 rpm selama 15 menit pada
suhu 4oC. Supernatan yang diperoleh
ditentukan aktivitasnya dengan menggunakan
metode kolorimetri. Pembentukan zona bening
dapat dideteksi dengan menumbuhkan koloni
tunggal pada media padat yang mengandung
kitin koloidal 0,3%
BAHAN DAN METODE
Alat
Mikropipet, sentrifus (eppendorf 5810
R), shaker, laminar air flow, UV-Vis
(Shimadzu 1800), autoklaf (Hirayama), dan
peralatan gelas.
Uji Aktivitas Kitinase
Aktivitas
kitinase
ditentukan
berdasarkan jumlah N-asetil-glukosamin yang
dilepaskan kemudian dikomplekskan dengan
reagen asam 3,5-dinitrosalisilat [8]. Sebanyak
2 mL larutan kitin 1% (m/v) yang dilarutkan
dalam buffer fosfat 0,2M ditambahkan dengan
larutan enzim 0,5 mL, lalu diinkubasi selama 2
jam. Setelah diinkubasi selama 2 jam,
kemudian ditempatkan pada air mendidih
selama 5 menit lalu didinginkan pada suhu
ruang. Suspensi tersebut disentrifugasi pada
kecepatan 4000 rpm selama 10 menit.
Sebanyak 1 mL supernatan yang diperoleh
ditambahkan dengan 2 mL air bebas ion dan
1,5 mL reagen pewarna yang terdiri dari 5,3 M
natrium kalium tartrat dan 96mM asam 3,5dinitrosalisilat. Kemudian diinkubasi selama 5
menit pada air mendidih lalu didinginkan pada
suhu ruang untuk kemudian dibaca
absorbansinya pada panjang gelombang 540
nm.
Bahan
Yeast extract (difco), bacto tripton
(difco), agar, NaCl, cangkang udang, HCl p.a
(Sigma), NaOH, Natriumkaliumtartrat, asam
3,5-dinitrosalisilat (sigma), air bebas ion,
NaH2PO4, Na2HPO4, N-acetyl-glucosamine
(sigma).
Prosedur Penelitian
Isolasi Kitin dari Cangkang Udang
Terdapat dua tahapan untuk isolasi kitin
dari cangkang udang meliputi deproteinasi
dengan
larutan
NaOH
kemudian
demineralisasi dengan menggunakan asam
klorida [6]
Substrat Kitin Koloidal
Kitin koloidal dibuat dari kitin yang
dilarutkan dengan HCl pekat dengan
menggunakan metode Hsu dan Lockwood [7]
HASIL DAN DISKUSI
Isolasi Bakteri dari Tambak Udang
Pada penelitian ini digunakan sampel air
yang diambil dari tambak udang di Situbondo
dimana sampel air tersebut memiliki pH 7
Isolasi Bakteri dari Tambak Udang
Sampel air dari tambak udang yang
diambil secara acak kemudian di campur
sampai homogen. Sebanyak 100 µL sampel air
B - 76
0,1126
STB 26
0,0782
0,1557
STB 24
STB 22
0,2026
0,1236
STB 21
0,2660
STB 19
STB 20
0,2558
STB 18
0,2949
0,2675
STB 16
0,2253
0,1909
STB 15
0,2527
0,0821
0,1017
0,0618
0,0767
0,1283
0,2167
0,1916
0,2417
0,2010
0,2167
0,2003
0,3000
0,2500
0,2000
0,1500
0,1000
0,0500
0,0000
STB 27
STB 28
STB 29
STB 30
STB 31
STB 32
STB 34
STB 36
STB 37
STB 38
STB 39
STB 40
Aktivitas Kitinase U/mL
Gambar 2. Aktivitas Kitinase Isolat STB 14
– STB 26
Isolat
Gambar 3. Aktivitas Kitinase Isolat STB 27
– STB 40
0,2926
0,3129
0,3152
Gambar
1
sampai
dengan
3
menunjukkan aktivitas 34 isolat bakteri yang
di isolasi dari tambak udang Situbondo.
Aktivitas kitinase dari 34 isolat berkisar antara
0,0782 U/mL sampai dengan 0,3152 U/mL.
Isolat STB 13 menunjukkan nilai aktivitas
kitinase yang tertinggi dibandingkan isolat
lainnya yaitu sebesar 0,3152 U/mL. Nilai
aktivitas kitinase isolat STB 13 tersebut lebih
kecil bila dibandingkan dengan aktivitas
Psedomonas psedomalei LA21 yang di isolasi
dari tambak udang di Lamongan yakni sebesar
0,731 U/mL [10], tetapi lebih besar nilainya
bila dibandingkan dengan Stenotrophomonas
sp. B2-4 yang di isolasi dari air tanah di Ds,
Penajakan Kab. Pasuruan dengan aktivitas
0,1009
0,0876
0,1103
0,1322
0,3051
0,2511
0,3121
0,2667
0,3500
0,3000
0,2500
0,2000
0,1500
0,1000
0,0500
0,0000
Isolat
STB 1
STB 2
STB 3
STB 4
STB 5
STB 7
STB 9
STB 10
STB 11
STB 12
STB 13
Aktivitas Kitinase U/mL
Uji Aktivitas Kitinase
Semua isolat yang diperoleh ditentukan
aktivitas kitinasenya dengan menumbuhkan
pada media yang mengandung kitin koloidal
1%. Kitin koloidal akan bertindak sebagai
induser gen kitinase pada bakteri sehingga gen
tersebut dapat terekspresi [9]. Metode
konvensional yang menggunakan kitin
koloidal sebagai substrat ditemukan sangat
efektif untuk menentukan aktivitas kitinase.
Aphamocladium album dapat memproduksi 9
jenis kitinase saat ditumbuhkan dalam kitin
koloidal, tetapi ketika dalam serbuk kitin
hanya menghasilkan 3 jenis kitinase, hal
tersebut di duga karena konformasi serta
cross-linking pada polisakarida berbeda
dengan kitin koloidal
dalam media
pertumbuhannya [1][2].
Hasil uji aktivitas bakteri kitinolitik
yang di isolasi dari tambak udang Situbondo
seperti tampak pada Gambar 1 sampai 3. Dari
40 isolat yang berhasil dipisahkan, hanya 34
isolat yang dapat tumbuh dalam media
screening. Hal tersebut di duga karena isolat
tersebut tidak memiliki aktivitas kitinase atau
aktivitas kitinasenya sangat kecil.
0,3500
0,3000
0,2500
0,2000
0,1500
0,1000
0,0500
0,0000
STB 14
Aktivitas Kitinase U/mL
dengan suhu 32oC. Diperoleh 40 isolat yang
berhasil dipisahkan dari tambak udang tersebut
yang diberi nama dengan STB 1 sampai
dengan STB 40.
STB 17
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014
Isolat
Gambar 1. Aktivitas Kitinase Isolat STB 1 –
STB 13
B - 77
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014
4,8.10-3 U/ml [11], dan Enterobacter sp. G-1
yang di isolasi dari perairan di kota Matsue,
Jepang dengan aktivitas 0,039 U/mL [12].
Sebagian besar mikroorganisme tanah
dan peairan adalah pendegradasi kitin yang
unggul dan beberapa mikroorganisme dapat
memanfaatkan kitin sebagai sumber karbon
dan nitrogen [2]. kitin akan didegradasi
sempurna menjadi monomernya N-asetilglukosamin oleh enzim kitinase melalui
tahapan yang berurutan yang melibatkan
enzim endokitinase, eksokitinase dan N-asetilglukosaminidase. Pertama, hidrolisis terjadi
pada ikatan β-1,4 glikosidik yang dilakukan
oleh endokitinase menghasilkan oligomer
pendek
N-asetil-glukosamin.
Kemudian
eksokitinase akan memotong oligomer kitin
hanya dari ujung non reduksi menghasilkan
dimmer
N-asetil-glukosamin.
N-asetilglukosaminidase akan meghidrolisis dimmer
N-asetil-glukosamin menghasilkan monomer
N-asetil-glukosamin [13].
isolat tersebut berwarna putih, berbentuk bulat,
elevasi datar, tepi rata, dengan permukaan
lembut (smooth). Hasil uji fisiologi (biokimia)
isolat STB 13 seperti tampak pada Tabel 1.
Tabel 1. Uji Biokimia
Uji biokimia
STB 13
Lysine
Ornithine
H2S
Glukosa
Manitol
Xylosa
+
ONPG (o-nitro-phenyl+
β-galactopyranoside)
Indol
Urease
Voges-Proskaeur
Sitrat
TDA (Tryptophan
deaminase)
Gelatin
+
Malonat
Inositol
Sorbitol
Rhamnosa
Sukrosa
Laktosa
Arabinosa
+
Aldonitol
Raffinosa
Salisin
Arginin
-
Clear
Zone
Gambar 4. Isolat STB
Clear Zone
12
Hasil uji morfologi dan fisiologi yang telah
dilakukan kemudian dicocokan dalam daftar
Bergey’s manual schematic of determination
untuk menduga spesies dari isolat yang telah
di uji tersebut. Dapat di duga dari hasil uji
morfologi serta fisiologi (biokimia) bahwa
isolat STB 13 tergolong ke dalam Bacillus
licheniformis
Menunjukkan
Berdasarkan Gambar 4 bakteri yang
menunjukkan
aktivitas
kitinolitik
menghasilkan zona bening (clear zone). Zona
bening yang timbul di sekitar koloni
dikarenakan enzim kitinase yang dihasilkan
dari bakteri kitinolitik tersebut telah mampu
mendegradasi substrat kitin yang terdapat pada
media agar.
Hasil uji morfologi isolat STB 13
menunjukkan bahwa isolat tersebut memiliki
bentuk sel batang dan tergolong ke dalam
bakteri Gram positif. Pengamatan bentuk
koloni terhadap isolat STB 13 diperoleh bahwa
KESIMPULAN
Isolasi bakteri dari tambak udang di
Situbondo telah berhasil dilakukan, diperoleh
40 isolat yang berhasil dipisahkan yang di beri
nama dengan STB 1 sampai dengan STB 40.
Sebanyak 34 isolat menunjukkan aktivitas
kitinolitik. Isolat STB 13 menunjukkan
B - 78
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014
aktivitas
kitinolitik
tertinggi
dengan
aktivitasnya sebesar 0,3152 U/mL. Uji
morfologi dan fisiologi (biokimia) yang
dilakukan pada isolat STB 13 di duga isolat
tersebut merupakan Bacillus licheniformis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Herdyastuti N, Raharjo TJ, Mudasir,
Matsjeh S. 2009. Chitinase and Chitinolytic
Microorganism:Isolation, Characterization
and Potential. Indo. J. Chem. Vol 9. No 1.
37-47
2. Haliza W dan Suhartono MT. 2012.
Karakteristik Kitinase dari Mikrobia.
Buletin Teknologi Pascananen Pertanian
Vol 8 . No 1. 1-14
3. Muzzarelli RAA. New Aspects of Chitin
Chemistry and Enzymology. In Binomium
Chitin-Chitinase: Recent Issues. Musumeci
S and Paoleti MG (Ed). New York: Nova
Science Publishers, Inc. page 2.
4. O’Brien, M. and Colwell, M. M. 1987. A
Rapid Test for Chitinase Activity That Uses
4-Methylumbelliferyl-N-Acetyl-DGlucosaminide. Applied and Environmental
Microbiology. Vol 53, No. 7. 1718-1720.
5. Patil R.S., Ghormade V dan Deshpande,
M.V. 2000. Chitinolytic enzymes: an
exploration. Enzyme and Microbial
Technology. 26. 473–483.
6. Acosta N, Jimenez C, Borau V and Heras
A. 1993. Extraction and Characterization of
Chitin from Crustaceans. Biomass and
Bioenergy. Vol 5. No 2. 145-153
7. Hsu, S.C. dan Lockwood, J.L. 1975.
Powdered Chitin Agar as a Selective
Medium for Enumeration of Actinomycetes
8.
9.
10.
11.
12.
13.
B - 79
in Water and Soil. American Society for
Microbiology. Vol. 29, No. 3. 422-426.
Monreal, J., and Reese, E.T. 1969. The
Chitinase
of
Serratia
marcescens.
Canadian Journal of Microbiology.
15:689-696.
Tsujibo H, Kondo N, Tanaka K, Miyamoto
K, Bao N, and Imamori Y, 1999, Molecular
Analysis of The Gene Encoding a Novel
Transglycosylative
Enzyme
from
Alteromonas sp. Strain 0-7 & Its
Physiological Role in The Chitinolitic
System, J. Bacteriol, Vol 81. 5461-5466.
Fauziah and Herdyastuti N. Uji Aktivitas
Bakteri Kitinolitik dari Tambak Udang di
Lamongan dan Sidoarjo. Unesa Journal Of
Chemistry. Vol.2, No. 1. 36-39.
Soeka, YS, and Sulistiani. 2011. Seleksi,
Karakterisasi, dan Identifikasi Bakteri
Penghasil Kitinase yang Diisolasi dari
Gunung Bromo Jawa Timur. Jurnal Natur
Indonesia. 13(2). 155-161
Mahata, M., Dharma A., Ryanto, I, and
Rizal Y. 2008. Characterization of
Extracellular Chitinase from Bacterial
Isolate 99 and Enterobacter sp. G-1 from
Matsue
City,
Japan.
Microbiology
Indonesia. Vol. 2, No. 1. 34-38
Nielsen, M.N. dan Sorensen, J. 1999.
Chitinolytic activity of Pseudomonas
Fluorescens isolates from barley and sugar
beet rhizosphere. FEMS Microbiology
Ecology. 30. 217-227.
Download