BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Masyarakat Jawa sudah sejak

advertisement
214
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masyarakat Jawa sudah sejak lama mengenal adanya ungkapan-ungkapan
/peribahasa yang bisa dijadikan acuan atau pedoman dalam hidup sehari-hari.
Ungkapan-ungkapan dalam bahasa Jawa mengandung banyak nilai ajaran moral
yang menggambarkan hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia
dengan manusia, hubungan manusia dengan alam, menggambarkan sikap dan
pandangan hidup, serta ada yang menggambarkan tekad kuat. Ungkapan Jawa
selain itu juga ada yang berisi pituduh (petunjuk) maupun wewaler (larangan),
bahkan ada yang mencerminkan sikap
buruk dan tidak perlu dikembangkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Nilai-nilai moralitas yang terkandung dalam ungkapan budaya Jawa
mengandung ajaran moral bagi kehidupan manusia terhadap sesamanya maupun
ajaran moral yang berkaitan dengan lingkungan hidupnya, yang kemudian disebut
dengan etika lingkungan, yang dapat menuntun tindakan manusia untuk berbuat
baik dan bertanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan hidupnya.
Ungkapan dalam bahasa Jawa bermacam-macam jenisnya, antara lain
bebasan, paribasan dan saloka, masing-masing yang mengandung nilai etis
terdapat dalam etika Jawa maupun etika lingkungan Jawa. Ungkapan-ungkapan
yang mengandung ajaran moral dan nilai-nilai filsafati banyak juga yang berasal
215
dari akar budaya Indonesia sebagai masyarakat multi budaya, terdapat dalam
konsep etika lingkungan hidup dan moralitas pengelolaan lingkungan hidup.
Ungkapan-ungkapan Jawa yang mengandung nilai-nilai etika lingkungan hidup
dapat dijadikan pedoman/dasar dalam konsep etika lingkungan Jawa.
Teori-teori etika lingkungan yang terdiri dari teori Antroposentrisme,
Biosentrisme, Ekosentrisme, Hak asasi alam, dan Ekofeminisme, juga teori etika
lingkungan yaitu Pancomisme dan Holisme, serta teori etika lingkungan Egoisme,
Humanisme, Sentientisme, Vitalisme, Altruisme, dan Teologisme, semuanya
mengkaji ungkapan-ungkapan Jawa yang mengandung nilai etis lingkungan
hidup.
Pemikiran tentang etika lingkungan hidup (teori etika lingkungan) tersebut
di atas dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok yang lebih besar, yaitu
kelompok pemikiran yang menempatkan etika lingkungan yang berpusat pada
manusia, dan kelompok pemikiran yang menempatkan etika lingkungan yang
berpusat pada lingkungan hidup manusianya, baik lingkungan biotik, lingkungan
abiotik, maupun lingkungan sosial dan budayanya.
Pelaksanaan
atau
realisasi
untuk
pengelolaan
lingkungan
hidup
membutuhkan pemahaman terhadap norma-norma etis, yaitu mengetahui apa yang
seharusnya dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan untuk kelestarian
lingkungan hidup, yang dilakukan oleh manusia itu bersifat holistik dan
antroposentris, bahwa pengelolaan lingkungan hidup mengandung pengertian
sebagai
upaya
terpadu dalam perencanaan,
pengawasan, pengendalian, dan penegakan hukum.
pemanfaatan, pemeliharaan,
216
Prinsip-prinsip etika lingkungan ini bertumpu pada teori Biosentrisme dan
Ekosentrisme, ialah bahwa komunitas moral tidak hanya dibatasi pada komunitas
sosial, melainkan mencakup komunitas lingkungan hidup seluruhnya. Hakikat
manusia bukan hanya sebagai makhluk sosial, melainkan juga sebagai makhluk
lingkungan. Keluarga dan lingkungan masyarakat Jawa mempunyai pengaruh
yang menentukan dalam membentuk cara pandang dan perilaku, bahkan
sesungguhnya masyarakat Jawa mempunyai pengaruh yang jauh lebih
menentukan terutama yang berkaitan dengan komitmen lingkungan hidup yang
didasari oleh budaya Jawa.
Masyarakat Jawa dalam upaya menjaga dan memanfaatkan kekayaan alam
sebagai lingkungan hidup senantiasa mengkaitkan dengan keadilan
terhadap
generasi mendatang. Pendidikan budi pekerti sangat penting untuk mendapatkan
didikan benar dari awal dan akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang baik dan
berbudi pekerti luhur. Pendidikan budi pekerti dapat untuk mengarahkan generasi
muda yang hidup sekarang agar memiliki kepekaan jiwa, kepedulian sosial,
maupun kepedulian terhadap lingkungan hidup serta rasa tanggung jawab
terhadap generasi mendatang, seperti dalam ungkapan “Putra wayah wulangen
marang kautaman, predinen susileng tata, supaya gawe pepadhanging
kulawarga”, yang artinya bahwa anak cucu harus dididik ke arah keutamaan,
dididik tata susila, agar dapat menyinari kehidupan keluarga.
Prinsip hidup masyarakat Jawa mendasarkan kehidupannya ke dalam tiga
prinsip filosofi, yakni prinsip kesadaran ber-Tuhan, kesadaran manusia yang
beradab, dan kesadaran semesta, karena bumi sebagai lingkungan alam telah
217
memberikan sumber penghidupan bagi manusia untuk bisa melanjutkan keturunan
dari generasi ke generasi, sehingga manusia wajib pula menjaga, merawat, dan
mengembangkan kelestariannya. Ketiganya terangkum dalam ungkapan-ungkapan
bahasa Jawa.
Etika Jawa cenderung sebagai rambu-rambu tatakrama dan sopan-santun
atau unggah-ungguh orang Jawa yang bersumber pada kearifan lingkungan dalam
perspektif budaya Jawa, sehingga etika lingkungan Jawa mencerminkan nilai-nilai
manusiawi yang pantas menjadi salah satu pedoman alternatif menghadapi
tantangan modernisasi. Kegiatan yang dilakukan dalam pengelolaan lingkungan
hidup akan berpengaruh pada keberhasilan pembangunan berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan.
Relevansi etika lingkungan Jawa dengan pengelolaan lingkungan hidup
dalam pembangunan di Indonesia ialah bahwa etika lingkungan Jawa dapat
dijadikan pedoman pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup atau sebagai
sumber nilai pembangunan berkelanjutan yang hasilnya dapat diharapkan dapat
memberi inspirasi baru guna meningkatkan penyelenggaraan pembangunan
lingkungan hidup di Indonesia, sebagai alternatif solusi krisis lingkungan hidup
yang akan tetap relevan untuk masa sekarang dan yang akan datang.
B. Saran
1. Ajaran moral Jawa yang berwujud ungkapan-ungkapan, yang
mengandung nilai/norma kehidupan
yang tinggi
(adi
luhung)
hendaknya dihidupkan kembali dan diajarkan kepada generasi penerus
218
sebagai pedoman
pendidikan budi pekerti,
agar manusia dapat
menjalani hidup dengan moral yang baik.
2. Etika lingkungan Jawa yang mengakar dalam budaya Nusantara
hendaknya dikembangkan untuk mengkonstruksi pedoman atau sumber
nilai pembangunan berbudaya lingkungan (Green Development).
3. Perlu adanya peningkatan pengetahuan tentang lingkungan hidup bagi
masyarakat, terutama generasi muda sebagai penerus bangsa. Usaha
peningkatan tersebut dapat dilaksanakan dengan cara memberikan
penyuluhan-penyuluhan atau mengadakan lomba mengenai pengelolaan
lingkungan hidup agar lebih mempunyai kesanggupan /kemampuan
membina lingkungan hidupnya.
Download