Modul Etika dan Filsafat Komunikasi

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
ETIKA DAN
FILSAFAT
KOMUNIKASI
Etika dan Alasan Moral Dalam
Pengambilan Keputusan
Fakultas
Program Studi
Ilmu Komunikasi
Broadcasting
Tatap Muka
10
Kode MK
Disusun Oleh
Christina Arsi Lestari, M.Ikom
Abstract
Kompetensi
Mata kuliah ini memperkenalkan
pemahaman
dan
kompetensi
tentang filsafat keilmuan khususnya
dalam bidang komunikasi yang kali
ini akan menjelaskan tentang Etika
dan
alasan
moral
dalam
pengambilan keputusan.
Dengan memperoleh materi ini,
mahasiswa diharapkan mengerti
dan memahami mengenai etika dan
alasan moral dalam pengambilan
keputusan.
Pendahuluan
Keputusan adalah pilihan yang dibuat dari dua atau lebih pilihan. Pengambilan
keputusan biasanya terjadi atas adanya masalah atau pun suatu pilihan tentang
kesempatan. Dalam suatu organisasi diperlukan suatu kebijakan dalam pengambilan
keputusan yang baik dalam menentukan strategi, sehingga menimbulkan pemikiran
tentang cara-cara baru untuk melanjutkannya.
Proses pengambilan keputusan adalah bagaimana perilaku dan pola komunikasi
manusia sebagai individu dan sebagai anggota kelompok dalam struktur organisasi.
Tidak ada pembahasan kontemporer pengambilan keputusan akan lengkap tanpa
dimasukkannya etika. Mengapa? Karena pertimbangan etis seharusnya merupakan
suatu kriteria yang penting dalam pengambilan keputusan.
Etika dan Pengambilan Keputusan
A. Etika
Istilah etika berasal dari bahasa Yunani yaiutu “ethos” yang berarti watak atau
kebiasaan. Dalam bahasa sehari-hari kita sering kita sering menyebutnya etiket
yang berarti cara bergaul atau berperilaku yang baik yang sering juga disebut
sebagai sopan-santun. Istilah etika banyak dikembangkan dalam organisasi sebagai
norma-norma yang mengatur dan mengukur perilaku professional seseorang.
Secara lengkap etika diartikan sebagai nilai-nilai normatif atau pola perilaku
seseorang atau badan/lembaga/organisasi sebagai suatu bentuk yang dapat
diterima umum dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan dalam konteks
lain secara luas dinyatakan bahwa etika adalah aplikasi dari proses dan teori filsafat
moral terhadap kenyataan yang sebenarnya.
Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapatpendapat spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain
karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk
itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan
oleh manusia. Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat
dikatakan sebagai etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis
2016
2
Etika dan Filsafat Komunikasi
Christina Arsi Lestari, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dalam melakukan refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu
ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan
ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang
normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan
manusia
Memilih tanggapan etika yang terbaik dan mengimplementasikannya. Pilihan
tersebut harus konsisten dengan tujuan budaya, dan sistem nilai perusahaan serta
keputusan individu. Oleh karena itu ada tiga tipe manajer dilihat dari sudut etikanya :
1. Manajemen Tidak Bermoral
Manajemen tidak bermoral didorong oleh kepentingan dirinya sendiri, demi
keuntungan sendiri atau perusahaan. Kekuatan yang menggerakan
manajemen immoral adalah kerakusan/ketamakan yaitu berupa prestasi
organisasi atau keberhasilan personal
2. Manajemen Amoral
Tujuan utamanya adalah laba, akan tetapi tindakannya berbeda dengan
manajemen immoral. Yang membedakannya yaitu mereka tidak dengan
sengaja melanggar hukum atau norma etika. Yang terjadi pada
manajemen amoral adalah bebas kendali dalam pengambilan keputusan,
artinya
mereka
tidak
mempertimbangkan
etika
dalam
mengambil
keputusan.
3. Manajemen Bermoral
Bertujuan untuk meraih keberhasilan, tetapi menggunakan aspek legal
dan prinsip – prinsip etika. Filosofi manajer bermoral selalu melihat hukum
sebagai standar minimum untuk beretika dalam perilaku.
2016
3
Etika dan Filsafat Komunikasi
Christina Arsi Lestari, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
B. Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan dapat dianggap sebagai suatu hasil atau keluaran dari
proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan di
antara beberapa alternatif yang tersedia. Setiap proses pengambilan keputusan
selalu menghasilkan satu pilihan final. Keputusan dibuat untuk mencapai tujuan
melalui pelaksanaan atau tindakan. Ada baiknya sebelum anda mengambil
keputusan mengacu pada prinsip-prinsip berikut ini :
1. Autonomy
Isu ini berkaitan dengan apakah keputusan anda melakukan
eksploitasi terhadap orang lain dan mempengaruhi kebebasan
mereka?
Setiap
mempengaruhi
keputusan
banyak
yang
orang.
anda
Oleh
ambil
karena
tentunya
itu,
anda
akan
perlu
mempertimbangkan faktor ini ke dalam setiap proses pengambilan
keputusan anda.
2. Non-malfeasance
Apakah
keputusan
kepemerintahan,
anda
nyaris
akan
mencederai
setiap
peraturan
pihak
lain?
tentunya
Di
akan
menguntungkan bagi satu pihak sementara itu mencederai bagi pihak
lain. Begitu pula halnya dengan keputusan bisnis pada umumnya,
dimana tentunya menguntungkan bagi beberapa pihak namun tidak
bagi pihak lain.
3. Beneficence
Apakah keputusan yang anda ambil benar-benar membawa manfaat?
Manfaat yang anda ambil melalui keputusan harus dapat menjadi
solusi bagi masalah dan merupakan solusi terbaik yang bisa diambil.
4. Justice
Proses pengambilan keputusan mempertimbangkan faktor keadilan
dan termasuk implementasinya. Di dunia ini memang sulit untuk
menciptakan keadilan yang sempurna, namun tentunya kita selalu
berusaha
untuk
menciptakan
keadilan
yang
ideal.
Dimana
memperlakukan tiap orang dengan sejajar.
5. Fidelity
Fidelity berkaitan dengan kesesuaian keputusan dengan definisi peran
yang kita mainkan. Seringkali ini melibatkan ‘looking at the bigger
2016
4
Etika dan Filsafat Komunikasi
Christina Arsi Lestari, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
picture’ atau melihat secara keseluruhan dan memahami peran anda
dengan baik.merusak hubungan internasional.
Pengaruh Etika Dalam Pengambilan Keputusan
Etika merupakan pertimbangan etis yang seharusnya suatu kriteria yang penting
dalam pengambilan keputusan organisasional. Ada lima kriteria dalam mengambil
keputusan yang etis, yaitu:
1. Utilitarian, Keputusan-keputusan yang diamabil semata-mata atas dasar
hasil atau konsekuensi mereka. Tujuannya adalah memberikan kebaikan
yang terbesar untuk jumlah yang terbesar. Pandangan ini cenderung
mendominasi
pengambilan
keputusan
bisnis,
seperti
efisiensi,
prokduktifitas dan laba yang tinggi.
2. Universalisme (duty), Ini menekankan pada baik buruk nya perilaku
tergantung pada niat (intention) dari keputusan atau perilaku. Paham ini
adalah kebalikan (contrast) dari utilitarianisme. Berdasarkan prinsip
Immanuel Kant (categorical imperative), paham ini mempunyai dua
prinsip. Pertama, seseorang seharusnya memilih suatu perbuatan.
Kedua, orang - orang lain harus diperlakukan sebagai akhir (tujuan),
bukan sekedar alat untuk mencapai tujuan.
3. Penekanan pada hak, Kriteria ini memberikan kesempatan kepada
individu
untuk
mengambil
keputusan
yang
konsisten
dengan
kebebasandan keistimewaan mendasar seperti dikemukakan dalam
dokumen - dokumen (contoh Piagam Hak Asasi). Suatu tekanan pada
hak dalam pengambilan keputusan berarti menghormati dan melindungi
hak dasar dari individu.
4. Penekanan pada keadilan, Ini mensyaratkan individu untuk menegakan
dan memperkuat aturan - aturan yang adil dan tidak berat sebelah
sehingga ada pembagian manfaat dan biaya yang pantas. Keadilan
distributif, perilaku didasarkan pada satu nilai: keadilan.
2016
5
Etika dan Filsafat Komunikasi
Christina Arsi Lestari, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
5. Relativisme (self-interest), Ini menekankan bahwa baik buruknya perilaku
manusia didasarkan pada kepentingan atau kebutuhan pribadi (selfinterest and needs). Dengan demikian, setiap individu akan mempunyai
kriteria moral yang berbeda dengan individu lainnya, atau akan terjadi
perbedaan kriteria moral dari satu kultur ke kultur lainnya.
Langkah-langkah untuk mengambil keputusan yang beretika yaitu:
1. Mengidentifikasi fakta dan seluruh kelompok pemangku kepentingan
serta kepentingannya yang terpengaruh.
2. Merangking
pemangku
kepentingan
dan
kepentingannya,
mengidentifikasi yang terpenting dan memberikan bobot terhadapnya
lebih dari isu yang lain dalam analisis.
3. Menilai
dampak
tindakan
yang
ditawarkan
pada
masing-masing
kepentingan kelompok pemangku kepentingan dengan memperhatikan
keberadaan mereka, perlakuan adil, dan hak lainnya, termasuk harapan
kebajikan, menggunakan kerangka kerja pertanyaan secara menyeluruh
dan meyakinkan bahwa perangkap umum yang dibicarakan kemudian
tidak masuk dalam analisis.
2016
6
Etika dan Filsafat Komunikasi
Christina Arsi Lestari, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Kriteria Pengambilan Keputusan yang Etis
Pengambilan keputusan semata-mata bukan karena kepentingan pribadi
dari seorang si pengambil keputusannnya. Beberapa hal kriteria dalam
pengambilan keputusan yang etis diantaranya adalah:
1) Pendekatan bermanfaat (utilitarian approach), yang dudukung oleh filsafat
abad kesembilan belas ,pendekatan bermanfaat itu sendiri adalah konsep
tentang etika bahwa prilaku moral menghasilkan kebaikan terbesar bagi
jumlah terbesar.
2) Pendekatan individualisme adalah konsep tentang etika bahwa suatu
tindakan dianggap pantas ketika tindakan tersebut mengusung kepentingan
terbaik jangka panjang seorang indivudu.
3) Konsep tentang etika bahwa keputusan yang dengan sangat baik menjaga
hak-hak yang harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan.
a) hak persetujuan bebas. Individu akan diperlakukan hanya jika
individu tersebut secara sadar dan tidak terpaksa setuju untuk
diperlakukan.
b) hak atas privasi. Individu dapat memilih untuk melakukan apa
yang ia inginkan di luar pekerjaanya.
c)
hak kebebasan hati nurani. Individu dapat menahan diri dari
memberikan perintah yang melanggar moral dan norma
agamanya.
d) hak untuk bebas berpendapat. Individu dapat secara benar
mengkritik etika atau legalitas tindakan yang dilakukan orang
lain.
e) hak atas proses hak. Individu berhak untuk berbicara tanpa
berat sebelah dan berhak atas perlakuan yang adil.
f)
hak atas hidup dan keamanan. Individu berhak untuk hidup
tanpa bahaya dan ancaman terhadap kesehatan dan
keamananya.
2016
7
Etika dan Filsafat Komunikasi
Christina Arsi Lestari, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Teori Pengambilan Keputusan dalam Hadapi Etik/Moral
A. Teori Utilitariansme (tindakan dimaksudkan untuk memberikan kebahagiaan
atau kepuasan yang maksimal);
B. Teori Deontologi (tindakan berlaku umum & wajib dilakukan dalam situasi
normal karena menghargai: Norma yang berlaku, Misal kewajiban melakukan
pelayanan prima kepada semua orang secara obyektif)
C. Teori Hedonisme (berdasarkan alasan kepuasan Yang ditimbulkannya):
mencari kesenangan, menghindari ketidaksenangan;
D. Teori Eudemonisme (tujuan akhir untuk kebahagiaan)
Pilihan-pilihan Etis Seorang Manajer/Pemimpin
1. Tingkat prekonvesional mematuhi peraturan untuk menghindari hukuman.
Bertindak dalam kepentingannya sendiri.
2. Tingkat konvensional menghidupkan pengharapan orang lain. Memenuhi
kewajiban sistem sosial. Menjujnjung hukum.
3. Tingkat poskonvensional mengikuti prinsip keadilan dan hak yang dipilih
sendiri. Mengetahui bahwa orang-orang menganut nilai-nilai yang berbeda dan
mencari solusi kreatif untuk mengatasi dilema etika. Menyeimbangkan
kepentingan diri dan kepentingan orang banyak.
2016
8
Etika dan Filsafat Komunikasi
Christina Arsi Lestari, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengambilan Keputusan
yang Etis
1.
Tahap perkembangan moral :
Tahap ini merupakan suatu tahap penilaian (assessment) dari kapasitas seseorang
untuk
menimbang
nimbang
apakah
secara
moral
benar,
makin
tinggi
perkembangan moral seorang berarti makin kurang ketergantungannya pada
pengaruh- pengaruh luar sehingga ia akan makin cenderung berperilaku etis.
Sebagai misal, kebanyakan orang dewasa berada dalam tingkat menengah dari
perkembangan moral, mereka sangat dipengaruhi oleh rekan sekerja dan
akan mengikuti aturan dan prosedur suatu organisasi. Individu-individu yang
telah maju
ketahap-tahap yang lebih tinggi iu menaruh nilai yang bertambah pada hak-hak
orang lain, tak peduli akan pendapat mayoritas, dan kemungkinan besar
menantang praktik-praktik organisasi yang mereka yakini secara pribadi sebagai
sesuatu hal yang keliru.
2.
Lingkungan Organisasi
Dalam lingkungan organisasional merujuk pada persepsi karyawan mengenai
pengharapan (ekspetasi) organisasional. Apakah organisasi itu mendorong dan
mendukung perilaku etis dengan meberi ganjaran atau menghalangi perilaku taketis dengan memberikan hukuman/sangsi. Kode etis yang tertulis, perilaku moral
yang tinggi dari para seniornya, pengharapan yang realistis akan kinerja, penilaian
kinerja sebagai dasar promosi bagi individu-individu, dan hukuman bagi individuindividu yang bertindak tak-etis merupakan suatu contoh nyata dari kondisi
lingkungan organisasional sehingga kemungkinan
besar
dapat
menumbuh
kembangkan pengambilan keputusan yang sangat etis.
3.
Tempat kedudukan kendali
Tempat kedudukan kendali tidak
lepas dengan struktur
organisasi,
pada
umumnya individu-individu yang memiliki moral kuat akan jauh lebih kecil
kemungkinannya
2016
9
untuk
mengambil keputusan
Etika dan Filsafat Komunikasi
Christina Arsi Lestari, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
yang
tak-etis,
namun
jika
mereka dikendalai oleh lingkungan organisasi sebagai tempat kedudukannya yang
sedikit banyak tidak menyukai pengambilan keputusan etis, ada kemungkinan
individu- individu yang telah mempunyai moral yang kuatpun dapat tercemari oleh
suatu lingkaungan organisasi sebagai tempat kedudukannya yang mengizinkan
atau mendorong praktik-praktik pengambilan keputusan tak-etis.
Daftar Pustaka
Bertens, K, Etika, Gramedia, Jakarta, 2001
Effendy, Onong Uchyana, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1993
Katsoff, Louis O, Pengantar Filsafat, Tiara Wacana, Yogyakarta, 1996
Mangunhardjana, Isme-Isme Dalam Etika dari A-Z, Kanisius, Yogyakarta, 1997
Suseno, Franz Magnis, Etika Dasar Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral,
Kanisius, Yogyakarta, 1989
Soehoet, AM.Hoeta, Teori Komunikasi I, IISIP, Jakarta, 2002
Suriasumantri, Jujun S, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar populer, Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta, 2001
Sutarno, Alfonsus. Etiket Kiat Serasi Berelasi. Yogyakarta: Kanisius. 2008
Titus, Harold H,Smith, Nolan (alih bahasa) Rasjidi, Persoalan – Persoalan Filsafat,
Bulan Bintang, Jakarta, 1984
2016
10
Etika dan Filsafat Komunikasi
Christina Arsi Lestari, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download