Etika dalam Komunikasi Organisasi

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
ETIKA DAN
FILSAFAT
KOMUNIKASI
Etika
Komunikasi
Dalam
Konteks
Komunikasi Interpersonal dan Komunikasi
kelompok
Fakultas
Program Studi
Ilmu Komunikasi
Broadcasting
Tatap Muka
13
Kode MK
Disusun Oleh
Christina Arsi Lestari, M.Ikom
Abstract
Kompetensi
Mata kuliah ini memperkenalkan
pemahaman
dan
kompetensi
tentang filsafat keilmuan khususnya
dalam bidang komunikasi yang kali
ini akan menjelaskan tentang etika
komunikasi pada ranah komunikasi
interpersonal
dan
komunikasi
kelompok.
Dengan memperoleh materi ini,
mahasiswa diharapkan mengerti
dan memahami mengenai etika
komunikasi pada ranah komunikasi
interpersonal
dan
komunikasi
kelompok.
Pendahuluan
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak akan pernah lepas dari komunikasi.
Dari mulai kita bangun tidur sampai kemudian tertidur kembali, komunikasi selalu
menjadi kegiatan utama kita entah itu komunikasi verbal atau non verbal, entah itu
komunikasi antar pribadi atau komunikasi organisasi.
Hal seperti ini memang telah menjadi kodrat kita sebagai seorang manusia yang
memang tidak dapat hidup sendiri. Kita selalu membutuhkan orang lain disekitar kita,
walaupun hanya untuk sekedar melakukan obrolan basa-basi karena manusia
adalah makhluk sosial dan dari dalam interaksi itulah manusia lambat laun
menciptakan nilai-nilai bersama yang kemudian disebut sebagai kebudayaan.
Dalam nilai-nilai yang terbentuk tersebut terdapat beberapa kaidah yang
bertujuan mengatur tata cara kita berkomunikasi antar sesama tanpa menyakiti hati
dan menjunjung tinggi etika sebagai sebuah tanda penghargaan pada lawan bicara
kita. Namun terkadang pemakaian sesuatu yang kita anggap sebuah etika dapat
berakibat
pada
sesuatu
yang
tidak
menyenangkan
dan
menimbulkan
kesalahpahaman antar sesama. Padahal tujuan kita menggunakan etika adalah
untuk mencoba menghargai khalayak.
Pemakaian etika dalam konteks komunikasi antar pribadi memiliki paradoks
tersendiri. Di lain pihak, hal ini dapat menjadi hal yang positif namun terkadang
sesuatu yang negatif dan cenderung merusak dan memperburuk keadaan juga
dapat terjadi. Berbagai hal dinilai bertanggung jawab atas hal ini. Dari mulai cara kita
berkomunikasi antar sesama sampai pada saat kita menggunakan etika dalam
berinteraksi.
2016
2
Etika dan Filsafat Komunikasi
Christina Arsi Lestari, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Etika
Pada pengertian yang paling dasar, etika adalah sistem nilai pribadi yang
digunakan memutuskan apa yang benar, atau apa yang paling tepat, dalam suatu
situasi tertentu; memutuskan apa yang konsisten dengan sistem nilai yang ada
dalam organisasi dan diri pribadi. Dalam membahas etika dalam organisasi,
sejumlah pakar membedakan antara etika perorangan (personal ethics) dan etika
organisasi (organizational ethics).
1. Etika perorangan menentukan baik atau buruk perilaku individual
seseorang dalam hubungannya dengan orang lain dalam organisasi.
2. Etika
organisasi
menetapkan
parameter
dan
merinci
kewajiban–
kewajiban (obligations) organisasi, serta menggariskan konteks tempat
keputusan-keputusan etika perorangan itu dibentuk (Vasu, Stewart dan
Garson, 1990).
Etika dalam Komunikasi Organisasi
Para peneliti dan konsultan organisasi menganalogikan bahwa organisasi
adalah bagian dari sebuah budaya yang memiliki komponen-komponen berupa nilai
dasar organisasi, asumsi yang diterima, kaidah pengambilan keputusan, gaya
manajerial, cerita kesuksesan dan keberhasilan, makna tradisi dan loyalitas, serta
topik dan metode komunikasi yang diterima. Dalam berkomunikasi harus
mempertimbangkan pendekatan positif tentang moral dan etika penyampaian
informasi oleh individu maupun oleh organisasi itu sendiri dalam hubungannya
dengan individu lain maupun dengan organisasi lain.
Masalah etika selalu muncul dalam situasi yang melibatkan orang lain, tetapi
seringkali organisasi lebih banyak menyoroti masalh etika ini daripada pihak – pihak
lainnya. Pelanggaran terhadap etika yang telah diterima secara umum merupakan
masalah yang harus diwaspadai dalam organisasi. Bagi sebagian orang perilaku etis
dalam organisasi tidak selalu penting. Charles Saxon, kartunis majalah The New
2016
3
Etika dan Filsafat Komunikasi
Christina Arsi Lestari, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Yorker, menerbitkan serial kartun bisnis berjudul “ kejujuran adalah salah satu
kebijakan yang lebih baik”, Tampaknya Saxon berpendapat bahwa dikusi etika
dalam organisasi bisnis diperlukan, dan mungkin bermanfaat bagi kita untuk
mempelajari beberapa masalah etika dalam konteks pembuatan keputusan
mengenai pekerjaan dalam organisasi. Bidang karier apapun yang anda putuskan
untuk anda tekuni, pasti mencakup sejumlah dilemma dan paradoks mengenai etika
kehidupan yang sesunguhnya. Lantas apakah yang dimaksud dengan etika ?
Sekelompok teoritis (Solomon & Hanson, 1985) mengemukan bahwa etika berkaitan
dengan pemikiran dan cara bersikap, pemikiran mengenai etika terdiri dari evaluasi
masalah dan keputusan dalam arti bagaimana kedua hal ini memberi andil pada
kemungkinan penigkatan seseorang seraya menghindari akibat yang merugikan
orang lain dan diri sendiri. Perilaku etis berhubungan dengan tindakan yang sesuai
dengan keputusan yang relevan, yang sejalan dengan seperangkat pedoman yang
menyangkut perolehan yang mungkin dan akibat yang merugikan orang lain.
Masalah etika dalam organisasi dapat dibagi dalam dua kategori:
1. yang menyangkut praktik – praktik organisasi di tempat kerja, dan
2. yang menyangkut keputusan
Praktik-praktik Etika Komunikasi Organisasi
1) Rasa
hormat,
martabat,
dan
kebebasan
perorangan.
Masalah
ini
berhubungan dengan cara organisasi memperlakukan anggotanya. Dari
sudut pandang sebagian besar anggota oraganisasi, kepentingan organisasi
didahulukan dan kepentingan anggota dijadikan yang paling akhir.
2) Kebijakan dan praktik personel. Masalah ini berkenaan dengan etika
kepegawaian,
pemberian
gaji,
kenaikan
pangkat,
pendisiplinan,
pemberhinetian dan masalah pension anggota organisasi. Kewajiban umum
organisasi adalah berlaku adil pada anggota organisasi yang prospektif
disetiap jenjang karirnya.
3) Keleluasaan (privacy) dan pengaruh terhadap keputusan pribadi. Perjanjian
eksplisit
dan
implicit
antara
pegawai
dengan
organisasi
yang
memperkerjakan mereka, memberi peluang kepada organisasi untuk
memperhatikan faktor – faktor yang secara jelas mempengaruhi prestasi
2016
4
Etika dan Filsafat Komunikasi
Christina Arsi Lestari, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
kerja pegawai. Namun masalah etika muncul bila organisasi menaruh
perhatian khusus pada masalah kehidupan pribadi anggotanya yang tidak
secara langsung mempengaruhi prestasi kerja mereka dalam organisasi,
misalnya
segala
sesuatu
yang
terjadi selama
cuti
yang
mungkin
mempengaruhi citra organisasi, keikutsertaan dalam masalah – masalah
public seperti kegiatan masyarakat dan organisasi pelayanan, kontribusi
pada badan – badan amal, dan keterlibatan dalam kelompok kegiatan politik.
Suasana Etika Komunikasi
Jenis suasana keetikaan yang ada dalam suatu organisasi atau kelompok
mempengaruhi pertentangan etika apa yang dipertimbangkan, proses untuk
menyelesaikan konflik, dan karakteristik penyelesaiannya. Sejumlah elemen
dikemukakan bahwa, secara besama – sama, akan meningkatkan pengembangan
suasana keetikaan yang sehat, bersemangat.
perangkat-perangkat kriteria etika yang secara khusus telah disarankan guna
meningkatkan komunikasi etis dalam kelompok. Maksud dari perangkat-perangkat
ini adalah kriteria etika yang biasa dan standar dalam etika komunikasi. Cheney dan
Tompskins merujuk pada Henry W. Johnstone Jr., untuk mengigat standar-standar
etika yang mereka anjurkan guna memandu komunikasi kelompok. Empat tugas
keetikaan Johnstone: Keteguhan hati, keterbukaan, kelemah lembutan, dan
keharuan , dimodifikasi oleh Cheney dan Tompkins untuk diterapkan dalam konteks
komunikasi kelompok antara lain:
• Kehati-hatian, Komunikator dalam kelompok seharusnya menggunakan
kemampuan persuasifnya sendiri untuk menilai secara menyeluruh pesan-pesan
yang jelas dan yang tersembunyi dari organisasi tersebut dan harus menghindari
penerimaan atas pandangan konvensional secara otomatis dan tanpa berpikir.
• Mudah untuk dicapai, Komunikator dalam organisasi harus terbuka terhadap
kemungkinan diubahnya pesan dari orang lain dari orang yang dibujuk. Keyakinan
yang kita pegang secara dogmatis atau pandangan berfokus sempit yang
membutakan kita terhadap informasi yang berguna,pandangan yang berbeda
2016
5
Etika dan Filsafat Komunikasi
Christina Arsi Lestari, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
tentang suatu masalah, atau penyelesaian alternatif,perlu diseimbangkan atau
dikurangi.
• Tanpa kekerasan, penipuan ,terang-terangan atau pun tidak, terhadap orang
lain berdasarkan etika tidak diinginkan. Apa bentuk-bentuk penipuan yang
tersembunyi yang mungkin terjadi dalam konteks kelompok? anggota juga harus
menghindari penggunaan sudut pandang persuasif yang menganjurkan suatu sikap
yang masuk akal.
• Empati, Komunikator empatis benar-benar mendengarkan argumen, opini,
nilai
dan
asumsi
orang
lain,
terbuka
terhadap
perbedaan
pendapat,
mengesampingkan cetusan streosip berdasarkan julukan atau isyarat non verbal,
dan menghargai hak semua orang sebagai person untuk memegang pandangan
yang berbeda. Dalam latar kelompok Empati melibatkan keseimbangan kepentingan
individu dan kepentingan kelompok.
Gary Kreps menganjurkan apa yang ia sebut “tiga prinsip penutup banyak hal”
yang ia anggap berguna “untuk mengevaluasi etika relative komunikasi organisasi
internal dan eksternal. prinsip penutup ini berakar pada nilai kejujuran, menghindari
dan menyakiti, dan keadilan.
• Anggota kelompok tidak boleh dengan sengaja menipu satu sama lain, seperti
contohnya memalsukan laporan dan menyembunyikan informasi yang relevan dari
badan-badan pengaturan pemerintah.
• Komunikasi anggota kelompok tidak boleh dengan sengaja menyakiti anggota
kelompok lain atau anggota lingkungan organisasi yang relevan.
• Anggota kelompok harus diperlukan secara adil. Pepatah “perlakuan yang
sama bagi semua” mungkin tidak cocok dengan setiap situasi. kreps menyatakan,
“keadilan, seperti prinsip kejujuran dan menghindari kerusakan, merupakan prinsip
etika relative yang harus dievaluasi dalam konteks organisasi tertentu.
2016
6
Etika dan Filsafat Komunikasi
Christina Arsi Lestari, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dimensi Etika Komunikasi
Etika komunikasi selalu dihadapkan dengan berbagai masalah, yaitu antara
kebebasan berekspresi dan tanggung jawab terhadap pelayanan publik itu. Etika
komunikasi memilik tiga dimensi yang terkait satu dengan yang lain, yaitu:
1. Aksi komunikasi
Aksi komunikasi yaitu dimensi yang langsung terkait dengan perilaku aktor
komunikasi. Perilaku aktor komunikasi hanya menjadi salah satu dimensi etika
komunikasi, yaitu bagian dari aksi komunikasi. Aspek etisnya ditunjukkan pada
kehendak baik ini diungkapkan dalam etika profesi dengan maksud agar ada norma
intern yang mengatur profesi. Aturan semacam ini terumus dalam deontologi
jurnalisme.
Mudah sekali para aktor komunikasi mengalihkan tanggung jawab atau
kesalahan mereka pada sistem ketika dituntut untuk mempertanggungjawabkan
elaborasi informasi yang manipulatif, menyesatkan publik atau yang berbentuk
pembodohan.
2. Sarana
Pada tingkat sarana ini, analisis yang kritis, pemihakan kepada yang lemah
atau korban, dan berperan sebagai penengah diperlukan karena akses ke informasi
tidak berimbang, serta karena besarnya godaan media ke manipulasi dan alienasi.
Dalam masalah komunikasi, keterbukaan akses juga ditentukan oleh hubungan
kekuasaan. Pengunaan kekuasaan dalam komunikasi tergantung pada penerapan
fasilitas baik ekonomi, budaya, politik, atau teknologi (bdk. A. Giddens, 1993:129).
Semakin banyak fasilitas yang dimiliki semakin besar akses informasi, semakin
mampu mendominasi dan mempengaruhi perilaku pihak lain atau publik. Negara
tidak bisa membiarkan persaingan kasar tanpa bisa membiarkan persaingan kasar
tanpa penengah diantara para aktor komunikasi maupun pemegang saham.
Pemberdayaan publik melalui asosiasi warga negara, class action, pembiayaan
penelitian, pendidikan untuk pemirsa, pembaca atau pendengar agar semakin
mandiri dan kritis menjadi bagian dari perjuangan etika komunikasi.
2016
7
Etika dan Filsafat Komunikasi
Christina Arsi Lestari, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3. Tujuan
Dimensi tujuan menyangkut nilai demokrasi, terutama kebebasan untuk
berekspresi, kebebasan pers, dan juga hak akan informasi yang benar. Dalam
negara demokratis, para aktor komunikasi, peneliti, asosiasi warga negara, dan
politisi harus mempunyai komitmen terhadap nilai kebebasan tersebut. Negara harus
menjamin serta memfasilitasi terwujudnya nilai tersebut.
“Groupthink” (berpikir kelompok) adalah penamaan kolektif yang digunakan
psikolog sosial irving Janis untuk mendeskripsikan sifat kelompok kecil yang proses
penyelesaian masalah dan penentuan kebijakannya secara khas menghasilkan
ketidakefektifan, keputusan yang bermutu rendah, dan gagal mencapai sasaran.
Janis menganalisis catatan-catatan historis, laporan-laporan pengamat tentang
pembicaraan tentang sejumlah keputusan sebenarnya yang menimbulkan bencanabencana semacam itu. dia mengidentifikasi delapan gejala utama yang menandai
“berpikir kelompok”
• hindari “ilusi kekebalan” yang mendukung ‘optimisme yang berlebihan dan
mendorong pengambilan risiko yang ekstrem”.
• hindari rasionalisasi yang menghalangi anggota menilai kembali asumsi dasar
mereka sebelum menegaskan lagi komitmen terhadap keputusan sebelumnya.
• hindari “kepercayaan tanpa keraguan terhadap moralitas yang melekat pada
kelompok”, kepercayaan yang mencondongkan anggota untuk “mengabaikan
konsekuensi-konsekuensi etika dan moral dari keputusan mereka”.
• hindari menstereotipkan pandangan lawan sebagai “terlalu jahat untuk
menjamin upaya-upaya sejati untuk bernegosiasi, atau sebagai terlalu lemah dan
bodoh” untuk mengagalkan usaha anda melawan mereka.
• hindari tekanan yang membuat para anggota merasa tidak loyal jika mereka
mengungkapkan “argument-argumen yang kuat terhadap setiap stereotip, ilusi, atau
komitmen kelompok”.
• hindari penyensoran sendiri yang meminimumkan pentingnya keraguan atau
argument bandingan mereka sendiri bagi setiap orang.
2016
8
Etika dan Filsafat Komunikasi
Christina Arsi Lestari, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
• hindari “ilusi kebulatan suara bersama mengenai penilaian yang sesuai
dengan pandangan meyoritas”. Ilusi ini hasil dari “penyensoran sendiri atas
penyimpangan” dan dari “asumsi yang salah bahwa diam berarti setuju”.
• Hindari timbulnya “penjaga pikiran yang diangkat sendiri”, yaitu, anggotaanggota “yang melindungi kelompok dari informasi berlawanan yang mungkin
menghancurkan kepuasan diri tentang efektivitas dan moralitas keputusan mereka”.
Pada dasarnya etika komunikasi kelompok tidak berbeda begitu banyak
dengan etika komunikasi antarpribadi ataupun organisasi, aturan-aturan etika seperti
kejujuran dan kehati-hatian serta tidak kecurangan yang disengaja, merupakan hal
krusial dalam etika komunikasi kelompok. Hanya dalam etika komunikasi kelompok
harus diperhatikan patisipan yang disampaikan pesan. Diperlukan sikap adil dan
saling mendengarkan diantara anggota partisipan agar komunikasi yang terjadi bisa
berjalan dengan baik dan sehat.
2016
9
Etika dan Filsafat Komunikasi
Christina Arsi Lestari, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
BLAKE, REED H. dan HAROLDSEN. EDWIN O. 2003. Taksonomi Konsep
Komunikasi, Penerbit Papyrus: Surabaya
CUTLIP, SCOTT M. dan CENTER, ALLEN H. 2006. Effective Public Relation,
Prenada Media Grup: Jakarta
L.JOHANSEN, RICHARD. 1996. Etika Komunikasi, Penerbit Rosda: Bandung
http://news.okezone.com/read/2014/10/28/337/1058021/politikus-ppp-ngamukbanting-meja-di-ruang-paripurna-dpr
2016
10
Etika dan Filsafat Komunikasi
Christina Arsi Lestari, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download