BAB 2 LANDAS AN TEORI 2.1 Teori-Teori Dasar Atau Umum 2.1.1 Teori Sistem Basis Data 2.1.1.1 Pengertian Basis Data M enurut Connolly dan Begg (2005, p15), basis data merupakan sekumpulan data yang saling berhubungan dan deskripsi dari data itu sendiri, yang didesain untuk mencakup informasi yang diperlukan untuk organisasi. M enurut Janer Simamarta (2007, p1), Basis Data adalah suatu aplikasi terpisah yang menyimpan suatu koleksi data. M asingmasing basis data memiliki satu API (Application Program Interface) atau lebih yang berbeda untuk menciptakan, mengakses, mengelola, mencari, dan mereplikasi data. 2.1.1.2 Pengertian Database Management System (DBMS ) M enurut Connolly dan Begg (2005, p16), DBM S adalah sebuah software system yang memungkinkan user untuk menentukan, membuat, mempertahankan, dan mengendalikan akses ke basis 9 10 data. DBM S merupakan software yang menyediakan interaksi antara program aplikasi user dengan basis data. Fasilitas dari DBM S adalah sebagai berikut: Data Definition Language, yang memungkinkan user untuk menspesifikasikan tipe dan struktur data beserta constraint (batasan) pada data untuk disimpan dalam basis data. 1. Data Manipulation Language, yang memungkinkan user untuk melakukan insert, update, delete, dan penarikan data dari basis data. Pengendalian terhadap pengaksesan basis data, yang menyediakan: a. Sistem keamanan, yang mencegah unauthorized user untuk mengakses basis data. b. Sistem integritas, yang mempertahankan konsistensi dari data yang tersimpan. c. Sistem pengendalian concurrency, yang memperbolehkan akses secara bersamaan ke basis data. d. Sistem pengendalian recovery, yang mengembalikan basis data ke keadaan sebelumnya yang konsisten dari suatu kegagalan hardware atau software. 11 e. Katalog yang dapat diakses oleh user, yang berisi deskripsi dari data di dalam basis data. M enurut Connolly dan Begg (2005, p26-29) Database M anagement System adalah: 1. Pengendalian atas data redundancy Dengan penggunaan pendekatan basis data, data-data yang berulang bias menjadi lebih terkendali dan berkurang dibandingkan dengan sistem berbasis file. 2. Konsistensi data Dengan adanya pengendalian dan penghilangan redundancy, inkonsistensi data dapat dihindari. Jika item data di basis data hanya disimpan pada suatu tempat, maka update yang dilakukan cukup sekali saja, dan nilai yang baru akan langsung tersedia bagi user. 3. Lebih banyak informasi yang bisa didapatkan dari data yang sama Dengan melakukan integrasi data operasional yang ada, dapat dilakukan penambahan informasi dari data yang sama. 12 4. Sharing dari data Pada pendekatan berbasis file, file hanya dimilki oleh orang atau departemen tertentu yang menggunakannya. Sementara pada pendekatan basis data, basis data dimilki oleh keseluruhan organisasi dan dibagi antara semua user yang berwenang. 5. Integritas data lebih terjamin Integritas data dilakukan dengan bantuan constraints (batasan). Dengan adanya batasan pada basis data, maka integritas atau konsistensi data yagn tersimpan menjadi lebih terjamin. 6. Keamanan meningkat Keamanan basis data adalah perlindungan dari pengaksesan yang dilakukan oleh user yang tidak berwenang. Salah satu cara yang ditempuh adalah meminta user untuk memasukkan user ID dan password sebelum user tersebut melakukan suatu operasi terhadap basis data. Database Administrator juga bisa menentukan operasi apa saja yang bisa dilakukan oleh seorang user. 7. Kemampuan pengaksesan dan respon data yang lebih baik User bisa mengakses ke basis data untuk melihat informasi dar data yang diperlikan cukup dengan command SQL. 13 8. Concurrency yang lebih baik Database Management System mengendalikan pengaksesan basis data secara bersamaan oleh beberapa user dan memastikan hal-hal seperti hilangnya informasi ataupun hilangnya integritas data tidak terjadi. 2.1.2 ER-Modeling (Entity Relationship-Modeling) M enurut Connolly dan Begg (2005, p342), ER-Modeling adalah sebuah pendekatan top down untuk perancangan basis data yang dimulai dari mengenali data penting yang disebut entitas dan hubungan diantara data yang harus dilakukan diwakilkan pada model. Langkah selanjutnya adalah menambah detail seperti informasi mengenai entitas dan hubungan yang ingin disimpan yang disebut juga atribut, dan constraint (batasan) yang ada pada entitas, hubungan dari atribut. Salah satu aspek yang tersulit dari perancangan basis data adalah kenyataan bahwa designer, programmer, dan end user cenderung untuk menggambarkan data dari kegunaannya dengan cara yang berbeda. Untuk mendapat pengertian dari data dan bagaimana data tersebut digunakan yang benar, dibutuhkan sebuah model yang non-technical dan tidak ambigu yaitu ER-Modeling. 14 2.1.3 S trong and Weak Entity Types Strong entity adalah entitas yang dapat berdiri sendiri atau tidak tergantung dengan entitas lain. Karakteristik dari strong entity adalah setiap kegiatan pada entitas bersifat unik dan memiliki primary key pada atributnya (Begg, Connoly, 2005, p354). Weak Entity adalah entitas yang tidak dapat berdiri sendiri atau tergantung dengan hubungan dari entitas lainnya. Karakteristik dari weak entity adalah setiap kejadian pada setiap entitas tidak dapat diidentifikasikan secara unik karena dalam weak entity tidak mempunyai primary key (Begg, Connoly, 2005, p355). 2.1.4 Database Lifecycle M enurut Connolly dan Begg (2005,p283), Sistem Basis Data adalah komponen yang mendasar dari Sistem Informasi sebuah organisasi yang besar dan luas. Karenanya daur hidup pengembangan Sistem Basis Data secara turun temurun bekaitan dengan daur hidup dari sistem informasi. Tahapan-tahapan dari daur hidup pemngembangan sistem basis data tidaklah terurut dengan tepat, melainkan melibatkan sejumlah pengulangan dari tahapan sebelumnya melalui feedback loop. Untuk sistem basis data yang kecil yang hanya memiliki user dalam jumlah kecil, daur hidupnya tidak perlu terlalu kompleks. Akan tetapi, ketika merancang sebuah sistem basis data yang besar yang 15 memiliki sepuluh sampai seribu user, daur hidupnya akan menjadi sangat kompleks. Adapun daur hidup aplikasi basis data ditunjukkan pada gambar berikut: D at aba se Planning Sy ste m De finition Re quire m ent C olle c tion a nd A na ly s is D at aba se De s ign C onc e ptual D a ta ba s e D es ign DB MS S ele ct ion (optional) Applica tion De s ign Logic a l D a taba s e De s ign P hys ica l D a ta ba s e D es ign P rototy ping (optional) Im ple m enta tion D a ta C onve rs ion and Loa ding Te s ting Ope ra tional M ainta nce Gambar 2.1 Tahapan-tahapan dari database application lifecycle (Sumber: Connolly & Begg, 2005, p284) 16 2.1.4.1 Database Planning Database Planning merupakan perencanaan tentang bagaimana langkah-langkah dari database application lifecycle dapat dijalankan dengan efektif dan seefesien mungkin. Perencanaan basis-data harus dapat diintegrasikan dengan seluruh strategi sistem informasi dari organisasi (Begg, Connoly, 2005, p285). Terdapat tiga permasalahan pokok dalam merumuskan strategi sistem informasi, yaitu: 1. Identifikasi rencana dan tujuan dari perusahaan dengan menentukan sistem informasi yang dibutuhkan. 2. Evaluasi sistem informasi yang telah ada untuk menentukan kekuatan dan kelemahan yang ada. 3. Penilaian terhadap peluang-peluang informasi teknologi yang mungkin mendatangkan keuntungan yang kompetitif. 2.1.4.2 S ystem Definition M enurut Connolly dan Begg (2005, p286), System Definition menggambarkan ruang lingkup dan batasan dari aplikasi basis data dan user view secara garis besar. User View mendefinisikan apa yang diperlukan dari sebuah sistem basis data dari pandangan 17 seorang yang memiliki peran kerja yang khusus seperti manajer atau pengawas, atau lingkup aplikasi perusahaan seperti kasir, administrasi, dan akuntansi. 2.1.4.3 Requirement Collection and Analysis M enurut Connoly & Begg (2005, p288), requirement collection and analysis adalah suatu proses dari pengumpulan dan penganalisaan informasi mengenai bagian dari organisasi yang harus didukung oleh sistem basis data, dan menggunakan informasi ini untuk mengidentifikasi keperluan-keperluan untuk sistem yang baru. Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk mendapatkan informasi ini yang disebut dengan fact finding techniques. 2.1.4.4 Database Design Database design merupakan proses dari pembuatan sebuah desain untuk sebuah basis-data yang akan mendukung operasi perusahaan. Dua pendekatan utama dari proses mendesain basisdata adalah bottom-up dan top-down. Pendekatan bottom-up dimulai pada tingkat dasar dari atribut, yang melalui analisa dari asosiasi antar atribut, yang dikelompokkan menjadi relasi yang mewakili entitas dan hubungan antar entitas. Sedangkan 18 pendekatan top-down diilustrasikan menggunakan konsep EntityRelationship (ER) model, yang dimulai dengan mengidentifikasi entitas dan hubungan antar entitas yang berhubungan dengan organisasi. Database design terdiri dari tiga fase, yaitu: Conceptual database design, Logical database design, dan Physical database design. 2.1.4.4.1 Conceptual Database Design Conceptual Database Design adalah proses pembangunan model informasi yang digunakan sebuah organisasi, pertimbangan yang tidak physical. tergantung Perancangan pada basis semua data conceptual ini terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut: Langkah 1: M embangun model data conceptual local untuk setiap view 1.1 M engidentifikasi Tipe Entitas 1.2 M engidentifikasi Tipe Relationship 1.3 Identifikasi dan Asosiasi Atribut suatu Entitas atau Relationship 19 1.4 M enentukan domain atribut 1.5 Identifikasi Candidate dan Primary Key setiap Entitas 1.6 Pengecekan redudansi pada model data 1.7 Validasi model konseptual terhadap transaksi user 1.8 Review model data konseptual dengan user 2.1.4.4.2 Logical Database Design Logical Database Design adalah proses pembangunan sebuah model dari informasi yang digunakan dalam sebuah organisasi yang didasarkan pada sebuah model data tertentu dan tidak tergantung pada DBM S dan semua pertimbangan physical lainnya. Pada perancangan basis data logical terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut: Langkah 2: M embangun dan melakukan validasi model data logical local untuk setiap view 2.1 M enghilangkan fitur yang tidak kompatibel dengan model relational 2.2 M endapatkan relasi untuk model data logical local 20 2.3 Validasi relationship menggunakan normalisasi 2.4 M endefinisikan batasan integritas Langkah 3: M embangun dan memvalidasi model data logical global 3.1 M enggabungkan model data local logical kedalam data global logical. 3.2 M emvalidasi model data logical global 3.3 M emeriksa perkembangan yang akan datang 3.4 M emeriksa model data logical global dengan user 2.1.4.4.3 Physical Database Design Physical Database Design adalah proses yang menghasilkan sebuah deskripsi dari implementasi basis data pada seconday storage; menjelaskan relasi dasar, file organization, dan pembuatan index yang digunakan untuk mengakses data agar lebih efisien dan semua integrity constraint yang berhubungan dan langkahlangkah keamanan. 21 Langkah 4: M enerjemahkan model data logical global untuk DBM S 4.1. Perancangan relasi basis data 4.2. Nama dari relasi 4.3. M erancang Enterprise Constraint Langkah 5: M endesain representasi fisik 5.1. Analisa Transaksi 5.2. M engestimasi kapasitas penyimpanan yang dibutuhkan Langkah 6: M endesain user view Langkah 7: M endesain mekanisme keamanan Langkah 8: Pertimbangan pengenalan dari redudansi terkontrol Langkah 9: Awasi dan atur sistem operasional 2.1.4.5 Pemilihan DBMS M enurut Connoly & Begg (2005, p295), pemilihan DBM S adalah memilih dari DBM S yang cocok untuk mendukung sistem basis 22 data. Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk memilih DBM S yang terbaik, yaitu: 1. M endefinisikan terminologi dari studi referensi yang mencakup tujuan dan ruang lingkup studi dan tugas yang harus dilakukan. 2. M endaftarkan dua atau tiga produk, kriteria itu bisa dianggap sangat penting untuk sebuah implementasi dimana dapat digunakan untuk menghasilkan daftar persiapan produk DBM S untuk evaluasi. 3. M engevaluasi produk, dapat dilakukan dengan pendekatan memberi bobot pada fitur atau suatu grup dari fitur dibandingkan dengan kebutuhan organisasi, dan untuk memperoleh keseluruhan nilai bobot yang dapat digunakan untuk membandingkan produk. 4. M erekomendasikan pilihan dan membuat laporan adalah langkah terakhir dari pemilihan DBM S, yaitu membuat dokumentasi proses dan menyediakan pernyataan mengenai penemuan dan rekomendasi untuk produk DBM S tertentu. 23 2.1.4.6 Application Design M enurut Connolly & Begg (2005, p299), desain aplikasi merupakan desain dari user interface (antarmuka pemakai) dan program aplikasi yang menggunakan dan memproses basis data. User interface tersebut haruslah mudah untuk digunakan, simple dan mudah dimengerti, dan mudah untuk dipelajari bagi user yang masih awam. Terdapat dua aspek desain aplikasi, yaitu: desain transaksi dan desain tampilan bagi user. 2.1.4.6.1 Desain Transaksi Transaksi merupakan sebuah aksi, atau sekumpulan aksi yang dibawa oleh user atau program aplikasi, yang mengakses atau merubah isi dari basis-data. Tujuan dari mendesain transaksi adalah untuk menemukan dan mendokumentasikan high-level karakteristik dari transaksi yang dibutuhkan pada basis-data, mencakup: 1. Data yang akan digunakan oleh transaksi 2. Karakteristik fungsional dari transaksi 3. Output dari transaksi 4. Rata-rata pemakaian yang diharapkan 24 2.1.4.6.2 Desain Transaksi Bagi User Sebelum pengimplementasian sebuah form atau report, penting untuk mendesain layout. 2.1.4.7 Prototyping M enurut Connoly & Begg (2005,p304), prototyping adalah membangun sebuah model kerja dari sistem basis data. Tujuan utama dari Prototyping adalah untuk mengijinkan user untuk menggunakan prototype tersebut untuk mengidentifikasi fitur-fitur dari sistem yang telah bekerja dengan baik, atau juga yang belum tercukupi dan jika memungkinkan untuk saran perbaikan atau bahkan fitur-fitur baru ke dalam sistem basis data. Ada dua strategi prototyping yang biasa digunakan saat ini, yaitu requirement prototyping dan evolutionary prototyping. Dimana requirement prototyping menggunakan prototype untuk menentukan kebutuhan-kebutuhan dari sistem basis data yang diusulkan dan ketika kebutuhan-kebutuhan tersebut terpenuhi maka prototype tersebut dibuang. Sedangkan evolutionary prototyping digunakan untuk tujuan yang sama, perbedaannya adalah prototytpe tersebut tidak dibuang tetapi dikembangkan terus menjadi sistem basis data. 25 2.1.4.8 Implementasi M enurut Connoly & Begg (2005,p304), implementasi adalah realisasi fisik dari perancangan aplikasi dan sistem basis data. Implementasi basis data dapat dicapai dengan menggunakan DDL dari DBM S yang dipilh atau dapat juga menggunakan GUI (Graphical User Interface) yang menyediakan fungsionalitas yang sama tetapi tidak memperlihatkan pernyataan DDL tingkat remndah. Statement DDL digunakan untuk membuat struktur basis data dan file basis data yang kosong. Semua user view yang sudah ditentukan diimplementasikan pada tahap ini. 2.1.4.9 Data Conversion and Loading M enurut Connloy & Begg (2005,p305), data conversion and loading adalah mengirimkan setiap data yang ada kedalam basis data yang baru dan mengubah setiap aplikasi yang ada untuk berjalan pada basis data yang baru. Tahap ini diperlukan hanya ketika sebuah sistem basis data yang baru menggantikan sistem yang lama. Saat ini, sangatlah umum bagi DBM S memiliki fungsi yang dapat mengirim file yang sudah ada kedalam basis data yang baru. Fungsi ini biasanya memerlukan spesifikasi dari file asal dan basis data yang dituju, 26 dan kemudian secara otomatis mengubah data-data tersebut menjadi format yang dibutuhkan dari file basis data yang baru. 2.1.4.10 Testing M enurut Connoly & Begg (2005,p305), testing adalah proses dari berjalannya sistem basis data dengan maksud untuk mencari kesalahan yang mungkin timbul. Sebelum digunakan, sistem basis data yang baru dikembangkan tersebut harus dites terlebih dahulu. Dalam testing ini user dari sitem basis data yang baru harus dilibatkan. 2.1.4.11 Operational Maintenance M enurut Connoly & Begg (2005,p306), Entity Relationship Modelling adalah pendekatan top down pada perancangan basis data yang dimulai dengan mengidentifikasi data penting yang disebut dengan entitas dan hubungan diantara data yang harus direpresentasikan melalui model. 2.1.5 Normalisasi M enurut Connolly dan Begg (2005,p388), normalisasi merupakan teknik untuk menghasilkan sekumpulan relasi dengan sifat–sifat yang diinginkan berdasarkan kebutuhan data dari sebuah perusahaan. 27 Normalisasi mendukung perancangan basis data dengan menyajikan serangkaian pengujian, yang digunakan untuk menguji relasi secara individual sehingga sebuah relatioanal schema dapat dinormalisasikan ke dalam bentuk yang lebih spesifik untuk mencegah kemungkinan terjadinya update anomalies. Proses dari normalisasi adalah sebagai berikut: Unnormalized Form (UNF) adalah sebuah tabel yang terdiri atas satu atau lebih kelompok yang berulang (repeating group) First Normal Form (1NF) adalah sebuah relasi di mana titik temu dari setiap baris dan kolom terdiri dari satu dan hanya satu nilai. Untuk mengubah tabel unnormalized ke dalam 1NF, perlu dilakukan penghilangan kelompok yang berulang pada tabel dan mengenali primary key yang ada pada tabel tersebut. Second Normal Form (2NF) adalah sebuah relasi yang ada dalam 1NF dan setiap atribut non-primary-key memiliki ketergantungan secara fungsional (Full Functional Dependency) secara penuh pada primary key. Ketergantungan fungsional penuh menunjukkan bahwa jika A dan B adalah atribut dari sebuah relasi, B dikatakan tergantung secara fungsional secara penuh pada A, jika B memiliki ketegantungan fungsional pada A, tetapi bukan bagian dari A. Sebuah ketergantungan 28 fungsional A ÆB adalah bersifat penuh jika penghapusan sembarang atribut dari A akan mengakibatkan ketergantungan tersebut menjadi tidak bisa berlanjut. Sebuah ketergantungan fungdional AÆB adalah bersifat penuh jika penghapusan sembarang atribut dari A mengakibatkan ketergantungan tersebut tetap bisa bertahan. Third Normal Form (3NF) adalah sebuah relasi yang ada dalam 1NF dan 2NF, dan dimana setisp atribut non-primary-key tergantung secara transitif pada primary key. 3NF berdasarkan pada ketergantungan transitif. Ketergantungan transitif adalah sebuah kondisi dimana A,B,C adalah atribut dari sebuah relasi, dan jika A Æ B dan B Æ C, maka C merupakan ketergantungan secara transitif terhadap A melalui B. 2.1.6 Pengertian S tate Transition Diagram M enurut Whitten et al (2004, p673-p674), State Transition Diagram digunakan untuk menggambarkan urutan dari variasi tampilan yang dapat muncul ketika pengguna sistem mengunjungi terminal. Ketika mendesain antarmuka grafis, istilah screen dapat mengacu pada display screen kesuluruhan, window, atau dialogue box. Anda dapat menganggapnya sebagai peta jalan (road map). M asing – masing screen dianalogikan sebagai sebuah kota. Tidak semua jalan melewati seluruh kota. 29 Klik Login Gagal Login (b) (c) Klik Login Berhas il Login Menu Login Menu Home Tampilkan Layar Home Sesuai Usergroup (a) Gambar 2.2 Contoh STD a. Bujur Sangkar : digunakan untuk menggambarkan display screen. Bujur sangkar tersebut hanya menggambarkan apa saja yang akan muncul selama dialogue. b. Anak panah : menggambarkan aliran kontrol dan menggerakkan kejadian yang akan menyebabkan screen menjadi aktif atau menerima fokus. c. Dialog : memberikan penjelasan mengenai proses yang sedang terjadi. 30 2.1.7 Web M enurut Potter (2003, p214) Web adalah sebuah sistem dengan standarisasi yang bersifat umum yang diakses untuk menyimpan, memperoleh, menyusun dan menampilkan informasi melalui arsitektur client atau server. Web menangani semua tipe informasi digital, termasuk teks, hypermedia, grafik, dan suara. Web menggunakan gambar pada interface users sehingga sangat mudah untuk digunakan. Web dibentuk oleh standar hypertext language yang biasa disebut Hypertext Markup Language (HTM L). Untuk mengakses halaman web pengguna harus menentukan Uniform Resources Locator (URL) dari web yang akan dituju. 2.1.7.1 PHP Pengertian PHP PHP adalah skrip pemrograman server-side yang handal untuk membuat web dinamis dan atraktif. PHP banyak digunakan, gratis, dan alternatif yang efisien ke pesaing yang lain seperti ASP milik M icrosoft. PHP merupakan perangkat untuk membangun website dan dapat langsung dimasukkan kedalam kode HTM L. PHP sering digunakan bersama Apache (web server) pada berbagai sistem operasi. PHP juga 31 mendukung ISAPI dan dapat digunakan pada IIS M icrosoft pada Windows. (http:atau atau www.w3schools.com atau PHPatau DEfaULT.asP) Kelebihan PHP PHP memiliki beberapa kelebihan, yaitu: 1) Dapat membuat halaman dinamis, memanipulasi form, dan terhubung dengan database. 2) Dapat berkomunikasi secara luas dengan beberapa protokol seperti POP3, IMAP, DNS. 3) PHP mendukung akses ke beberapa database M icrososft SQL Server, M ySQL, Oracle. 4) User dapat memodifikasi, mendistribusikan, dan mengintegrasikan PHP dengan produk lain. 2.1.7.2 Apache Apache merupakan sebuah web server gratis yang dapat dijalankan di berbagai sistem operasi yang bertugas menyediakan layanan web. (http://http.apache.org atau/ABOUT_APACHE.html) 32 2.1.8 S tructured Query Language (SQL) M enurut Potter (2003, p139), Structured Query Language (SQL) adalah sebuah bahasa penghubung database paling populer, yang merupakan gabungan antara fitur Data Definition Language (DDL) dan Data Manipulation Language (DM L). SQL menawarkan kemampuan untuk melakukan pencarian yang cukup sulit hanya dengan perintah yang sederhana. Perintah seperti SELECT (untuk menentukan atribut), FROM (untuk menentukan tabel yang akan digunakan), dan WHERE (untuk kondisi yang digunakan) digunakan untuk tujuan memanipulasi data. 2.2 Teori Khusus 2.2.1 Peminjaman M enurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2004,p9), Peminjaman adalah salah satu dari tiga unsur transaksi. Peminjaman berasal dari kata pinjam yang artinya memakai barang (uang dan sebagainya) orang lain untuk waktu tertentu (kalau sudah sampai waktunya harus dikembalikan, dan penambahan imbuhan pem- dan –an yang artinya proses, cara, pembuatan. Arti peminjaman adalah suatu proses memberikan sesuatu kepada seseorang dan harus dikembalikan lagi kepada yang memberikan. 2.2.2 Administrasi M enurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2004,p9), administrasi adalah usaha dan kegiatan yang berkaitan dengan penyelenggaraan 33 kebijakan untuk mencapai tujuan. M enurut situs online Wikipedia.org, administrasi adalah merujuk pada kegiatan atau usaha untuk membantu, melayani, mengarahkan, atau mengatur semua kegiatan di dalam mencapai suatu tujuan. Administrasi memiliki pengertian sebagai berikut: Administrasi adalah proses yang ada pada umumnya terdapat pada semua usaha kelompok, pemerintah atau swasta, sipil atau militer, basar atau kecil. Adminstrasi sebagai kegiatan kelompok yang mengadakan kerjasama guna menyelesaikan tugas bersama. Administrasi didefinisikan sebagai bimbingan, kepemimpinan dan pengawasan usaha kelompok individu guna mencapai tujuan bersama. Jadi administrasi adalah penyelenggaranya, dan manajemen adalah orang-orang yang menyelenggarakan kerja. M aka kombinasi dari keduanya adalah penyelenggaraan kerja yang dilakukan orang-orang secara bersama-sama (kerjasama) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 2.2.3 Keuangan dan Transaksi M enurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2004, p1115), keuangan adalah sesuatu yang berhubungan dengan uang, dimana uang adalah suatu alat pembayaran yang sah. 34 M enurut situs online Wikipedia Indonesia, keuangan atau finance adalah mempelajari bagaimana individu, bisnis, dan organisasi meningkatkan, mengalokasi, dan menggunakan sumber daya moneter, sejalan dengan waktu, dan menghitung resiko dalam menjalankan proyek mereka. Pada tingkat sistem, kepastian akan dijalankannya keseluruhan langah dalam sebuah proses, misalnya jual beli, dilakukan dengan cara menerapkan transaksi, kemungkinan terpotongnya langkah karena faktor eksternal seperti listrik padam, kegagalan komunikasi jaringan, dan lainlain, diamankan dengan transaksi. Seandainya ada gangguan pada saat kegiatan bisnis sedang berlangsung, misalnya, penjual sedang melakukan input penjualan, tiba-tiba listrik padam, maka proses yang sedang terjadi dan belum selesai tersebut akan secara otomatis dibatalkan. Hal ini menjamin tidak adanya kesalahan seperti adanya catatan uang yang telah diterima dan jumlah stok tidak berkurang.