Document

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan sehari-hari, kita selalu menghadapi banyak permasalahan.
Permasalahan-permasalahan
itu
tentu
saja
tidak
semuanya
merupakan
permasalahan matematis, namun matematika memiliki peranan yang sangat sentral
dalam menjawab permasalahan keseharian itu1. Dalam Surani, adanya perubahan
cepat dan pesat yang terjadi dalam berbagai bidang seperti politik/ketatanegaraan,
ekonomi, sosial, budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi akan membawa dampak
dalam proses pembelajaran. Seiring dengan adanya perubahan yang pesat ini,
lembaga pendidikan memiliki peran sentral dalam membantu peserta didik baik
secara individual maupun kolektif agar mampu hidup secara produktif ditengah
masyarakat dengan berbagai permasalahan atau problema yang dihadapinya.
Karena dengan adanya perubahan tadi maka secara otomatis permasalahan atau
problema yang ditemui dalam kehidupan juga semakin komplek.2
Pendidikan kita selama ini berjalan dengan verbalistik dan berorientasi
semata-mata kepada penguasaan mata pelajaran. Pengamatan terhadap praktek
1
Herman Suherman, et.all., Strategi Pembelajaran matematika Kontemporer
.(Bandung:UPI,2003), hal 65
2
Surani, Efektifitas model Pembelajaran Berbasis masalah Terhadap Kecakapan Matematika
Pada Pokok Bahasan Segiempat Sebagai Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Siswa
Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 21 Semarang Tahun Pelajaran 2006/200.(Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Universitas Negeri Semarang: Skripsi tidak diterbitkan,2007). hal
1.
1
2
pendidikan sehari-hari menunjukkan bahwa pendidikan difokuskan agar siswa
menguasai informasi yang terkandung dalam materi pelajaran dan kemudian
dievaluasi dari seberapa jauh penguasaan itu dicapai oleh siswa. Seakan-akan
pendidikan bertujuan untuk menguasai matapelajaran. Bagaimana keterkaitan
materi ajar dengan kehidupan sehari-hari dan bagaimana materi tersebut dapat
digunakan untuk memecahkan problema kehidupan, kurang mendapat perhatian.
Pendidikan seakan terlepas dari kehidupan keseharian, seakan-akan pendidikan
untuk pendidikan atau pendidikan tidak terkait dengan kehidupan sehari-hari. Oleh
karena itu siswa tidak mengetahui manfaat apa yang dipelajari dan sampai lulus
seringkali tidak tahu bagaimana menggunakan apa yang telah dipelajari dalam
kehidupan sehari-hari yang dihadapi.
Bertolak dari masalah tersebut, kiranya perlu dilakukan langkah-langkah
agar pendidikan dapat membekali peserta didik dengan kecakapan hidup, yaitu
kemampuan dan keberanian menghadapi problema kehidupan, kemudian secara
kreatif menemukan solusi serta mampu mengatasinya. Pendidikan yang dapat
mensinergikan berbagai mata pelajaran menjadi kecakapan hidup yang diperlukan
seseorang, di manapun ia berada, bekerja atau tidak bekerja, apapun profesinya.
Dengan bekal kecakapan hidup yang baik, diharapkan para lulusan akan mampu
memecahkan problema kehidupan yang dihadapi, termasuk mencari atau
menciptakan pekerjaan bagi mereka yang tidak melanjutkan pendidikannya.3
3
Dalam http://bbawor.blogspot.com/2009/02/peran-guru-dalam-membangun-life-skill.html,
diakses 23 Desember 2009.
3
Memasuki era globalisasi di abad XXI diperlukan suatu paradigma baru
dalam sistem Pendidikan dunia, dalam rangka mencerdaskan umat manusia dan
memelihara persaudaraan. Pemikiran tersebut telah disadari oleh UNESCO yang
mengintegrasikan empat pilar pembelajaran,4 yaitu program pembelajaran yang
diberikan hendaknya mampu memberikan kesadaran kepada masyarakat sehingga
mau dan mampu belajar (learning know or learning to learn). Bahan belajar yang
dipilih hendaknya mampu memberikan suatu pekerjaan alternatif kepada peserta
didiknya (learning to do), dan mampu memberikan motivasi untuk hidup dalam
era sekarang dan memiliki orientasi hidup ke masa depan (learning to be).
Pembelajaran tidak cukup hanya diberikan dalam bentuk keterampilan untuk
dirinya sendiri, tetapi juga keterampilan untuk hidup bertetangga, bermasyarakat,
berbangsa dan hidup dalam pergaulan antar bangsa-bangsa dengan semangat
kesamaan dan kesejajaran (learing to live together).5 Pendidikan yang
menekankan pada kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan yang sesuai
dengan
tujuan
pendidikan
nasional,
mencakup
komponen
pengetahuan,
keterampilan, kecakapan, kemandirian, kreatifitas, kesehatan, akhlak, ketakwaan,
dan kewarganegaraan. Sedangkan implikasi penerapan pendidikan adalah perlunya
pengembangan silabus dan sistem penilaian yang menjadikan peserta didik mampu
4
Anwar, Pendidikan Kecakapan Hidup(Life Skills Education). (Bandung: Alfabeta,2004),
hal.5
5
Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik, Implementasi, dan
Inovasi.( Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2006),hal. 5
4
mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan standar yang
ditetapkan dengan mengintegrasikan life skill.6
Berkaitan dengan hal tersebut, maka proses pembelajaran menuntut adanya
pengalaman belajar yang berupa kecakapan hidup (life skill). Kecakapan hidup
merupakan kecakapan yang dimiliki seseorang dalam menghadapi problema
kehidupan dengan tanpa merasa tertekan dan secara aktif dan kreatif mencari
solusi untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Kecakapan hidup secara garis
besar dibagi menjadi 2 yaitu kecakapan hidup yang bersifat umum (general life
skill / GLS) dan kecakapan hidup yang bersifat spesifik (spesific life skill / SLS).
GLS merupakan kecakapan yang diperlukan oleh siapapun, sedangkan SLS
merupakan kecakapan yang diperlukan seseorang untuk menghadapi problema
pada bidang khusus. SLS ini sering juga disebut sebagai kompetensi teknis. Dalam
kehidupan nyata antara GLS dan SLS tidak berungsi secara terpisah, namun
melebur menjadi satu tindakan individu yang melibatkan aspek fisik, mental,
emosional dan intelektual.7
Departemen Pendidikan Nasional (2002) mengemukakan life skill yang
dimaksud meliputi general skills dan specific skill. General skill terdiri dari 1) self
awareness (kesadaran diri) yang terdiri dari: a) penghayatan diri sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa, anggota masyarakat dan warga Negara, dan b) menyadari
6
Departemen Pendidikan Nasional.2003.Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan
Penilaian Kurikulum 2004.
7
Senam, et.all,.Efektifitas Pembelajaran Kimia untuk Siswa SMA Kelas XI dengan
Menggunakan LKS Kimia Berbasis Life Skill.(Jurnal Pendidikan pengembangan Kurikulum dan
Teknologi Pembelajaran.Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mulawarman Samarinda
Kalimantam Timur. Didaktika,Volume 9 Nomor 3 Tidak diterbitkan,2008).hal 282
5
dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. 2) thinking skill
(keterampilan berfikir), yang meliputi: a) kecakapan menggali dan menemukan
informasi, b) kecakapan mengolah informasi dan mengambil keputusan, dan c)
kecakapan memecahkan masalah. 3) social skills (keterampilan sosial), meliputi:
a) kecakapan berkomunikasi dengan empati, dan b) kecakapan bekerjasama.
Sedangkan spesific skills terdiri dari: 1) academic skills (keterampilan akademik),
meliputi: a) kecakapan mengidentifikasi variabel dan menjelaskan hubungan antar
variabel tersebut, b) kecakapan merumuskan hipotesis, dan c) kecakapan
merancang dan melaksanakan penelitian. 2) vocational skill (keterampilan
kejuruan) merupakan kecakapan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan
tertentu.8 Tekanan jenis-jenis life skill ini berbeda pada jenjang yang berbeda.
Untuk SD dan SMP life skill yang dikembangkan lebih menekankan pada general
skill sedangkan pada SMA tekanannya pada academic skills .9 Life skills atau
kecakapan hidup ini harus dimunculkan dalam setiap kegiatan di sekolah. Adapun
tujuan dari pengembangan kecakapan hidup siswa ini adalah sebagai berikut: 1)
mengaktualisasi potensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk
memecahkan
problema yang dihadapi. 2) memberikan wawasan yang luas dalam
mengembangkan karier memberikan bekal dengan latihan dasar tentang nilai-nilai
yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. 3) memberikan kesempatan kepada
8
Irma Yulia Basri. Peningkatan Keaktifan, Kreativitas, dan Kompetensi Mahasiswa melalui
Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Life Skill.(Jurnal Kajian Teori dan Praktik
Pendidikan.Universitas Negeri Padang Sumatera Barat. Jurnal Tahun ke-34 Nomor 2 Tidak
Diterbitkan, 2007).hal 153
9
Depdiknas.2003. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Kurikulum 2004.
6
sekolah untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel sesuai dengan prinsip
pendidikan berbasis luas. 4) pemanfaatan sumber daya di lingkungan sekolah,
dengan memberi peluang pemanfaatan sumber daya yang ada di masyarakat,
sesuai dengan prinsip manajemen berbasis sekolah. 5) mengembangkan potensi
manusiawi peserta didik menghadapi perannya dimasa mendatang.10
Secara umum manfaat pendidikan berorientasi pada kecakapan hidup bagi
peserta didik adalah sebagai bekal dalam menghadapi dan memecahkan problema
hidup dan kehidupan, baik sebagai pribadi yang mandiri, warga masyarakat,
maupun sebagai warga negara. Jika hal itu dapat dicapai, maka faktor
ketergantungan terhadap lapangan pekerjaan yang sudah ada dapat diturunkan,
yang berarti produktivitas nasional akan meningkat secara bertahap.11
Pembelajaran matematika oleh sekolah di Indonesia sejauh ini masih
didominasi oleh pembelajaran konvensional dengan paradigma mengajarnya.
Siswa diposisikan sebagai obyek, siswa dianggap tidak tahu atau belum tahu apaapa, sementara guru memposisikan diri sebagai sumber yang mempunyai
pengetahuan. Guru ceramah dan menggurui, otoritas tertinggi adalah guru.
Penekanan yang berlebihan pada isi dan materi diajarkan secara terpisah-pisah.
Materi pembelajaran matematika diberikan dalam bentuk jadi. Dan, semua itu
terbukti tidak berhasil membuat siswa memahami dengan baik apa yang mereka
10
Malik
Fajar,
Pendidikan
Life
Skill.
Dalam
http://ahmadasen.wordpress.com/2002/01/26/pendidikan-life-skill/. Diakses 27 Oktober 2009
11
Dalam http://bbawor.blogspot.com/2009/02/peran-guru-dalam-membangun-life-skill.html,
diakses 23 Desember 2009.
7
pelajari. Penguasaan dan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep matematika
lemah karena tidak mendalam. Hal ini berakibat, prestasi belajar matematika siswa
rendah. Hampir setiap tahun matematika dianggap sebagai batu sandungan bagi
kelulusan sebagian besar siswa. Selain itu, pengetahuan yang diterima siswa secara
pasif menjadikan matematika tidak bermakna bagi siswa.12
“Toho Cholik Mutahir menyatakan bahwa saat ini pola pengajaran terlalu
banyak didominasi oleh guru, khususnya dalam transformasi pengetahuan kepada
anak didik”.
Paradigma mengajar seperti di atas tidak dapat lagi dipertahankan dalam
pembelajaran matematika di sekolah. Sudah saatnya paradigma mengajar diganti
dengan paradigma belajar. Paradigma belajar ini sejalan dengan teori
konstruktivisme. Untuk itu guru haruslah aktif dan kreatif dalam kegiatan belajar
mengajar sehingga siswa dapat menguasai materi dengan baik dan mendalam.
Kreatif maksudnya adalah guru mampu memilih dan menggunakan berbagai
metode dalam penyampaian materi pelajaran matematika. Salah satu media
pembelajaran yang dapat digunakan adalah
lembar kerja siswa (LKS). LKS
merupakan sumber belajar penunjang yang dapat meningkatkan pemahaman siswa
mengenai materi matematika. LKS matematika mengandung ringkasan materi,
petunjuk eksperimen, dan latihan soal. Dengan bantuan LKS itu, siswa dapat
belajar secara mandiri mengenai materi matematika yang harus mereka kuasai.
Proses belajar dengan LKS dapat dilakukan baik disekolah maupun dirumah.13
12
13
Surani. Efektifitas model Pembelajaran Berbasis masalah …..hal 2.
Senam,. Jurnal Pendidikan …………… .Hal 281.
8
Penggunaan LKS dalam proses pembelajaran dapat mengubah pola
pembelajaran yaitu dari pola pengajaran dari teacher centered menjadi pola
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Pola pengajaran
berpusat pada guru terjadi interaksi satu arah, sehingga guru menerangkan,
mendikte, sedangkan siswa mendengarkan, mencatat, dan mematuhi semua
perintah guru. Sebaliknya pola pembelajaran yang berpusat pada siswa akan
terjadi interaksi antara siswa dengan guru, dan antar siswa. Selain itu penggunaan
LKS memudahkan dalam mengarahkan siswa untuk menemukan konsep sendiri,
serta dapat digunakan untuk mengembangkan ketrampilan proses. Dengan
ketrampilan proses, pembelajar akan terbiasa menyelesaikan permasalahan yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.14
Model pembelajaran berbasis life skill ini diharapkan akan membantu atau
mempermudah guru dalam melaksanakan pembelajaran matematika, disamping itu
diharapkan juga mampu meningkatkan prestasi siswa dan juga mampu
meningkatkan kecakapan-kecakapan matematika seperti yang diharapkan dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Salah satu karakteristik
matematika adalah mempunyai objek yang bersifat abstrak. Sifat abstrak ini
menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam matematika.15 Rendahnya
kemampuan matematika siswa disebabkan oleh faktor siswa yaitu mengalami
masalah secara komprehensif atau secara parsial dalam matematika. Selain itu,
14
Ibid.Hal 282.
Sudharta,
IGP.
2004.
Realistic
Mathematics:
Apa
dan
Bagaimana?
http://www.depdiknas.co.id/editorial:jurnal_pendidikan_indonesia. Diakses Februari 2007
15
9
belajar matematika siswa belum bermakna. Kenyataan ini masih belum sesuai
dengan apa yang diinginkan dalam Kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) yaitu agar siswa memiliki kemampuan memecahkan masalah
yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,
menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh dimana dengan
kecakapan tersebut diharapkan siswa terbiasa bekerjasama dengan orang lain,
mendengarkan dengan aktif, berani bertanya, menjawab pertanyaan atau
menyampaikan pendapat dan kreatif dalam memecahkan masalah. Dan yang tidak
kalah penting guru harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan (joyfull learning), dan memotivasi siswa.16 Dengan pembelajaran
berbasis life skill diharapkan akan membantu siswa mengembangkan keterampilan
berpikir dan keterampilan memecahkan masalah, serta membantu siswa menjadi
pembelajar yang mandiri. Materi segitiga adalah termasuk materi yang dianggap
sulit oleh siswa kelas VII MTs PSM Tanen Rejotangan Tulungagung, itu terbukti
dengan rata-rata hasil belajar untuk tahun-tahun sebelumnya belum menunjukan
ketuntasan. Sehingga penelitian yang akan dilakukan diberi judul: : “Efektifitas
Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VII Pokok Bahasan Segitiga dengan
Menggunakan LKS Matematika Berbasis Life Skill”
B. Permasalahan Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan penelitian terdiri dari:
16
Depdiknas.2003. Pedoman Khusus ……….. Hal 4
10
a. Identifikasi Masalah
Untuk
memudahkan
pemahaman
skripsi
yang
berjudul
“Efektifitas
Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VII Pokok Bahasan Segitiga dengan
Menggunakan LKS Matematika Berbasis Life Skill” maka kami uraikan
identifikasi masalah sebagai berikut:
Efektifitas Pembelajaran Matematika dengan menggunakan LKS matematika
berbasis life skill.
a. Proses belajar
b. Pembelajaran matematika
c. Pembelajaran matematika dengan LKS
d. Pembelajaran matematika dengan LKS berbasis life skill
e. Pembelajaran matematika dengan LKS berbasis life skill.
f. Materi segitiga
b. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah diatas maka penulis memberikan pembatasan
masalah sebagai berikut:
Efektifitas Pembelajaran Matematika siswa kelas VII Pokok Bahasan Segitiga
dengan menggunakan LKS matematika berbasis life skill.
c. Rumusan Masalah
Rumusan penelitian adalah sebagai berikut:
11
Apakah Pembelajaran Matematika siswa kelas VII Pokok Bahasan Segitiga
dengan menggunakan LKS matematika berbasis life skill lebih efektif daripada
Pembelajaran Matematika yang Konvensional?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
Mengetahui keefektifan Pembelajaran Matematika siswa kelas VII Pokok Bahasan
Segitiga dengan menggunakan LKS matematika berbasis life skill dibandingkan
yang konvensional.
D. Kegunaan Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini penulis memiliki harapan besar terhadap hasil
penelitian sehingga hasil penelitian ini memiliki kegunaan bagi diri pribadi
penulis dan orang lain, yaitu:
1. Kepentingan teoritis
Hasil penelitian ini dapat menambah, memperkuat dan melengkapi teori-teori
pembelajaran matematika, atau dapat sebagai acuan dalam pengembangan
teori-teori penelitian selanjutnya.
2. Kepentingan praktis
3. Bagi sekolah
Secara tidak langsung akan membantu memperlancar proses belajar
mengajar
12
2. Bagi guru
a. Dapat membantu tugas guru dalam meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah siswa selama proses pembelajaran di kelas secara
efektif dan efisien.
b. Dapat memberikan masukan bagi guru, yaitu cara untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
c. Mempermudah guru melaksanakan pembelajaran.
3. Bagi siswa
a. Dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematika yang dipelajari.
b. Siswa dapat membangun kemampuannya sendiri.
c. Pelaksanaan pembelajaran dengan LKS berbasis life skill diharapkan
meningkatkan motivasi dan daya tarik siswa terhadap mata pelajaran
matematika.
4. Bagi peneliti
a. Penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti tentang pelaksanaan
pembelajaran dengan LKS berbasis life skill.
b. Peneliti mampu mengidentifikasi kelemahan penyebab terhambatnya
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
c. Peneliti mampu mengetahui dan memahami bagaimana kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa ketika diterapkan pembelajaran
dengan LKS berbasis life skill
13
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari adanya penafsiran yang berbeda serta mewujudkan
pandangan dan pengertian yang berhubungan dengan judul skripsi yang penulis
ajukan, maka perlu ditegaskan istilah-istilah sebagai berikut:
1. Penegasan konseptual
1. Keefektifan
Menurut
Poerwadarminta,
efektif
artinya
pengaruh/akibat.17
Jadi
keefektifan adalah suatu usaha/tindakan yang membawa keberhasilan.18
Keefektifan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keberhasilan
tentang usaha/tindakan menerapkan Pembelajaran Matematika dengan LKS
berbasis life skill apakah lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran
konvensional pada hasil kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa kelas VII MTs PSM Tanen Rejotangan Tulungagung.
2. Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.19
3. LKS
LKS adalah lembar kerja siswa yang digunakan sebagai media untuk
mempermudah dan meningkatkan pemahaman dalam materi matematika.
17
Poerwadarminto,WJS.1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia .Jakarta:Pusat Bahasa. Hal 285
Departemen Pendidikan Nasional.2002.Kamus Besar bahasa Indonesia Edisi Ketiga.
Jakarta:Balai Pustaka.Hal 284.
19
Undang-Undang R.I. Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
Peraturan Pemerintah R.I. Nomor 47 Tahun 2008 Tentang Wajib Belajar. Bandung: Cittra Umbara.
Hal 5.
18
14
4. Life Skill
Team Broad Base Education depdiknas mendefinisikan bahwa life skill
adalah kecakapan yang dimiliki oleh seseorang agar berani dan mau
menghadapi segala permasalahan kehidupan dengan aktif dan proaktif
sehingga dapat menyelesaikannya. Kecakapan hidup (life skill) merupakan
kecakapan
untuk
menyelesaikan
masalah
secara
inovatif
dengan
menggunakan fakta, konsep, prinsip, atau prosedur yang telah dipelajari.20
2. Penegasan operasional
Efektifitas pembelajaran matematika dengan menggunakan LKS
matematika berbasis life skill yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
keberhasilan siswa dalam penguasaan ketrampilan atau pengetahuan setelah
mengikuti
pembelajaran
matematika
yang
diajarkan
guru
dengan
menggunakan LKS yang dikuantitatifkan kedalam skor yang diperoleh,
dengan criteria semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin tinggi
tingkat intensitas keefektifitasan media pembelajaran terhadap prestasi belajar
matematika siswa. Dalam penelitian ini ada variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel bebasnya adalah Pembelajaran Matematika dengan
menggunakan media lembar kerja siswa (LKS) matematika berbasis life skill.
Variabel terikatnya adalah prestasi belajar matematika siswa. Prestasi belajar
di ukur dengan tes setelah pembelajaran
20
Judin Azhari, 2006. Pengembangan Silabus Berbasis Kompetensi. STAI Diponegoro
Tulungagung. Makalah: tidak diterbitkan. Hal 12.
15
F. Sistematika Skripsi
Pengorganisasian skripsi ini dikemukakan dalam tiga bagian yang penting
yaitu, bagian preliminer, bagian isi dan bagian penutup.
Bagian preliminer memuat hal-hal yang bersifat formal meliputi halaman
judul, persetujuan pembimbing, pengesahan, persembahan, motto, abstrak, kata
pengantar dan daftar isi.
Bagian isi memuat lima bab yang berkaitan antar bab satu dengan bab
lainnya.
Bab I Pendahuluan memuat pembahasan latar belakang masalah, fokus
penelitian, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, penegasan istilah, dan
sistematika skripsi.
Bab II Landasan Teori memuat pembahasan tentang hakikat matematika,
pengertian belajar, pengertian pembelajaran, pembelajaran matematika dengan
LKS, life skill, materi segitiga, hipotesis, dan kerangka berfikir.
Bab III Metodologi Penelitian memuat tentang pendekatan dan jenis
penelitian, metode penentuan obyek, variabel penelitian, rancangan penelitian,
metode pengumpulan data, instrument penelitian, dan metode analisis data.
Bab IV Laporan Hasil Penelitian, memuat pembahasan tentang deskripsi
singkat latar belakang obyek, penyajian data penelitian, pengolahan dan analisis
data.
16
Bab V Penutup meliputi kesimpulan dan saran
Bagian akhir skripsi ini memuat hal-hal yang bersifat pelengkap untuk
meningkatkan kualitas dan validitas isi skripsi memuat tentang daftar rujukan dan
lampiran penelitian.
Download