KAJIAN DAUN NANAS KERANG PADA KARAKTER FISIKOKIMIA

advertisement
KAJIAN DAUN NANAS KERANG PADA KARAKTER
FISIKOKIMIA DAN SENSORI “LIANG TEH” PONTIANAK
Rosita 1), Y. S. K Dewi 2) dan S. Priyono 3)
Mahasiswa, 2)Dosen Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura
1)
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kandungan nanas kerang yang
menghasilkan karakter fisikokimia dan sensori “liang teh” Pontianak. Metode
penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap yang terdiri satu faktor
perlakuan yaitu kandungan nanas kerang sebanyak tujuh taraf terdiri dari
kandungan 0 g, 10 g, 20 g, 30 g, 40 g, 50 g, dan 60 g per 1000 ml air diulang
sebanyak tiga kali. Variabel pengamatan meliputi vitamin C, pH, total asam, total
padatan terlarut dan uji sensori, jika perlakuan berpengaruh nyata dilanjutkan
dengan uji BNJ 5%. Uji sensori menggunakan metode Kruskal-Wallis selanjutnya
untuk mendapatkan perlakuan terbaik dilakukan uji indeks efektifitas. Hasil
penelitian menunjukkan pembuatan “liang teh” dengan kandungan nanas kerang
menghasilkan formulasi terbaik dengan kandungan nanas kerang 40 g. “liang teh”
yang dihasilkan memiliki karakter fisikokimia vitamin C 21,12 %; pH 6,69 %;
total asam 0,82 %; total padatan terlarut 6,33% dan karakter sensori adalah aroma
3,08 % (agak wangi); kekelatan 3,32 % (agak kelat); warna 2,80 % (merah
keunguan); kekeruhan 2,72 % (agak keruh); dan kesukaan 3,28 % (agak suka).
Kata kunci : liang teh, fisikokimia, karakter sensori, nanas kerang
A Study on Kerang Pineapple Leaves to the Physicochemical and Sensory
Character of "Liang Teh" Pontianak.
ABSTRACT
The purpose of research was to find out the substance of Kerang pineapple which
produces physicochemical and sensory character of Liang Teh Pontianak. The
method of research was using completely randomized design consisting of a
treatment factor, it was the concentration about seven degree of the substance of
Kerang pineapple, they were 0g, 10g, 20g, 30, 40g, 50g, and 60 g per 100 ml of
water. The treatment was repeated in three times. Observation variables include
vitamin C, pH, total acid, total dissolved solids and sensory testing, if the
treatment has significant effect it will be followed by BNJ test 5%. Sensory test
was using Kruskal-Wallis method and then to get the best treatment, it tested by
using the effectiveness index test. The research found that the best formulation in
making liang teh by using the substance of Kerang pineapple was in the treatment
of 40g degree. It produced “Liang teh” which has some physicochemical
character such as vitamin C 21.12%, pH 6.69%, total acid 0.82%, 6.33% total
dissolved solids and sensory character is the scent 3.08% (mildly fragrant) ,
astringent 3.32% (rather chelate), color 2.80% (purplish red), turbidity 2.72%
(slightly cloudy), and contentment 3.28% (quite like).
Keywords: liang tea, physicochemical, characters, sensory, Kerang pineapple
1
2
PENDAHULUAN
Teh adalah minuman yang mengandung kafein yang dibuat dengan cara
menyeduh daun, pucuk daun, atau tangkai daun yang dikeringkan dari tanaman
Camelia chinensis dengan air panas, istilah teh juga digunakan untuk minuman
yang dibuat dari buah, rempah-rempah atau tanaman obat lain yang diseduh
sedangkan teh yang tidak mengandung daun teh disebut teh herbal (Yuanita,
2009).
“Liang teh” merupakan salah satu jenis minuman tradisional dari bangsa Cina
yang sudah lama dikenal masyarakat. Menurut Oguni (1996), “liang teh” adalah
sebutan untuk ramuan bunga, daun, biji, akar dan buah kering walaupun disebut
“teh”, minuman herbal atau “liang teh” ini tidak mengandung daun dari tanaman
teh (Camelia sinensis). Hasil wawancara dengan beberapa pedagang, minuman
“liang teh” di kota Pontianak ciri dari minuman “liang teh” adalah dari daun muje
(Dicliptera chinensis) yang kadang-kadang ditambah dengan daun tumbuhan lain
seperti daun nanas kerang (Rhoeo discolor), daun wungu (Graptophylum pictum
griff), daun anggur jawa (Vitis japonica), daun pegagan (Centella asiatica L), dan
daun mint (Mentha cordifolia) baik yang diberikan secara kombinasi atau tunggal
dari daun-daun tambahan tersebut. Namun demikian yang terutama membuat
coklat dan rasa pada liang teh adalah daun muje (Dicliptera chinensis).
Nanas kerang pada umumnya hanya dikenal sebagai tanaman hias dan
sentuhan produk pengolahannya masih terbatas sehingga belum menghasilkan
produk agro industri yang bernilai komersial. Nanas kerang merupakan tanaman
yang sangat bermanfaat bagi manusia dan memiliki bau yang khas. Tanaman ini
merupakan salah satu tanaman yang bersifat toksik dan memiliki beberapa
senyawa metabolit sekunder berupa berupa alkaloida, saponin, flavonoida, tanin,
polifenol, dan zat warna (Kirana,1993). Menurut Dalimartha (2003), pada
pembuatan ”liang teh” penambahan daun nanas kerang berfungsi sebagai
penghitam warna serta meciptakan cita rasa pada “liang teh”.
Berdasarkan hasil wawancara penelti, saat ini minuman “liang teh” di kota
Pontianak secara tradisional dibuat dengan air 1 liter daun nanas kerang 20 g,
daun muje 50 g, dan gula 60 g. Selama ini pemberian nanas kerang (Rhoeo
discolor) untuk formulasi “liang teh” hanya berdasarkan intuisi dan informasi
3
secara turun temurun. Pada minuman “liang teh”, daun nanas kerang (Rhoeo
discolor) dapat menghasilkan warna ungu dan rasa sepat pada minuman “liang
teh”. Namun selama ini belum pernah dilakukan optimasi dalam minuman “liang
teh” nanas kerang yang menghasilkan sifat fisikokimia dan sensori terbaik. Oleh
karena itu perlu diteliti kandungan nanas kerang (Rhoeo discolor) yang optimal
untuk membuat “liang teh”..
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kandungan daun nanas kerang
yang menghasilkan karakter fisikokimia dan sensori “liang teh” Pontianak terbaik.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Teknologi Hasil Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura selama 2 bulan. Bahan yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi daun nanas kerang (Rhoeo discolor), daun
muje (Dicliptera chinensis,) air, dan gula pasir, amilum, aquades, yodium, NaOH
0,1 N, dan indicator PP (Phenol phtalein). Alat yang digunakan dalam penelitian
ini adalah pisau, talenan, kompor, gelas beke, penjepit, pipet tetes, kertas saring,
gelas ukur, erlenmeyer, wadah plastik, pH meter, corong, timbangan analitik,
gelas plastik, desikator, oven, botol timbang, labu ukur, peralatan uji organoleptik,
refraktometer, alat tulis menulis dan alat dokumentasi.
Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL)
(Gasperz, 1991) dengan 1 faktor perlakuan yaitu konsentrasi nanas kerang
terhadap minuman “liang teh” yang terdiri dari 7 perlakuan dan 3 ulangan yaitu :
n0 : Daun nanas kerang 0 g, n1 : Daun nanas kerang 10 g
n2 : Daun nanas kerang 20 g, n3 : Daun nanas kerang 30 g
n4 : Daun nanas kerang 40 g, n5 : Daun nanas kerang 50 g
n6 : Daun nanas kerang 60 g. Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali, data
hasil penelitian dianalisis secara statistik dengan uji F (ANOVA) dengan taraf uji
0,05. Jika perlakuan berpengaruh nyata, dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur
(BNJ) dengan taraf uji 5% (Gasperz,1991). Untuk menentukan perlakuan terbaik
dilakukan uji indeks efektivitas (De Garmo et al., 1984). Variabel yang diamati
dalam penelitian ini adalah total asam, pH, vitamin C dan total padatan terlarut.
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Fisikokimia Hasil “liang teh” Nanas Kerang
1. Kandungan vitamin C “liang teh” Nanas Kerang
Hasil uji F (Anova) menunjukkan pengaruh nyata terhadap kandungan
vitamin C “liang teh” sehingga dilanjutkan uji beda nyata jujur (BNJ) pada taraf
5% . Rerata kandungan vitamin C “liang teh” nanas kerang disajikan pada tabel 1.
Tabel 1 menunjukkan bahwa rerata vitamin C “liang teh” yang dihasilkan
adalah 15,25-25,81 mg/100g. Peningkatan kandungan nanas kerang dari 0 g
hingga 30 g tidak mempengaruhi kandungan vitamin C “liang teh”, tetapi pada
peningkatan nanas kerang dengan kandungan 40 g hingga 60 g mengalami
peningkatan kandungan vitamin C “liang teh” secara nyata. Hubungan antara
kandungan nanas kerang yang ditambahkan dengan vitamin C “liang teh” yang
dihasilkan disajikan pada gambar 1.
Rerata Vitamin C
Tabel 1. Rerata Kandungan Vitamin C (mg/100g) Berbagai Kandungan
Nanas Kerang pada “liang teh”.
Nanas Kerang
Vitamin C (mg/100g)
( g)
(Rerata ± SD)
0
17,6000ab ± 0,0000
10
15,2533a ± 1,6593
20
16,4267ab ± 1,6593
30
17,6000ab ± 0.0000
40
21,1200b ± 0,0000
50
23,4667bc ± 1,6593
60
25,8133c ± 1,6593
BNJ 5% = 4,28
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata
pada uji BNJ 5%
30.00
25.00
20.00
15.00
10.00
5.00
0.00
25,8133
17,6000
0%
10%
15,2533
20%
16,4267
21,1200
17,6000
23,4667
y = 16.343x + 14.709
R² = 0.8057
30%
40%
50%
60%
70%
Nanas Kerang (%)
Gambar 1. Grafik Hubungan antara Kandungan Nanas Kerang Terhadap
Vitamin C “liang teh”.
5
Berdasarkam Gambar 1. menyatakan hubungan antara kandungan nanas
kerang terhadap kandungan vitamin C “liang teh”, yang mengikuti pola regresi
linear dengan persamaan Y=1,6334x + 13,07 (R2=0,805). Hasil korelasi
menunjukkan peningkatan secara linear terhadap penambahan daun nanas kerang
dengan tingkat kecenderungan 0,805. Peningkatan perubahan kandungan nanas
kerang menunjukkan korelasi positif terhadap kandungan vitamin C “liang teh”
yang dihasilkan. Semakin tinggi kandungan nanas kerang yang diberikan pada
liang teh maka kandungan vitamin C nya semakin tinggi, hal ini dapat terlihat
pada pemberian nanas kerang sebanyak 40 g, 50 g, dan 60 g, namun pada
kandungan nanas kerang sebanyak 10 g dan 20 g mengalami penurunan pada
kandungan vitamin C. Hal ini disebabkan karena selama proses pemanasan liang
teh naik ke permukaan sehingga terjadi penguapan yang lebih besar dan
menurunkan kadar vitamin C liang teh.
Hal ini didukung oleh Andarwulan dan Kuswo (1989), bahwa kerusakan
vitamin C disebabkan karena adanya pemanasan. Menurut Kumalaningsih dan
Suprayogi (2006), mengatakan vitamin C sangat peka dan mudah rusak apabila
terkena panas dan O2 secara langsung. Menurut Haris(1989), mengatakan bahwa
kandungan vitamin C yang dipanaskan dalam waktu 5 menit lebih tinggi
dibandingkan dengan suhu antara 15-30 menit dikarenakan pada pemanasan ini
enzim askorbat oksidase belum mengalami denaturasi oleh pemanasan, sehingga
enzim askorbat oksidase belum aktif. Jika enzim askorbat oksidase aktif, maka
proses oksidasi berlangsung sehingga dapat menurunkan kadar vitamin C.
2. Kandungan Total Asam “liang teh” Nanas Kerang
Hasil uji F (Anova) menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap kandungan
total asam “liang teh” sehingga tidak dilanjutkan uji beda nyata jujur (BNJ) pada
taraf 5 % . Rerata kandungan total asam “liang teh” nanas kerang disajikan pada
tabel 2.
6
Tabel 2. Rerata Total Asam berbagai Kandungan Nanas Kerang
“liang teh”
Nanas Kerang (g)
0
10
20
30
40
50
60
Pada
Total Asam liang teh
0,6125 ± 0,0000
0,6125 ± 0,0000
0,6125 ± 0,0000
0,8167 ± 0,2887
0,8167 ± 0,2887
0,8167 ± 0,2887
1,0208 ± 0,2887
Tabel 2 menunjukkan bahwa kandungan nanas kerang berpengaruh tidak
nyata terhadap kandungan total asam “liang teh” sehingga tidak dilanjutkan uji
BNJ taraf 5%. Hal ini diduga karena kandungan nanas kerang yang diberikan
untuk perlakuan hanya dalam jumlah kecil yaitu 0-60 g dalam 1000 ml air. Hal ini
juga disebabkan karena rendahnya kandungan total asam pada nanas kerang yang
ditambahkan kedalam formulasi “liang teh”.
Berdasarkan hasil analisis awal daun nanas kerang mempunyai kandungan
total asam yang rendah (0,64 %) sehingga kandungan total asam tidak mengalami
peningkatan pada penambahan nanas kerang setiap perlakuan dan peningkatan
kandungan tertinggi pada penambahan 60 g. Hal ini disebabkan pada saat uji
analisis total asam mengunakan metode analisis standar dengan kandungan asam
citrat.
3. pH “liang teh” Nanas Kerang
Hasil uji F (Anova) menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap pH “liang
teh” sehingga tidak dilanjutkan uji beda nyata jujur (BNJ) pada taraf 5 % . Rerata
pH “liang teh” nanas kerang disajikan pada tabel 3.
Tabel 3. Rerata pH berbagai Kandungan Nanas Kerang pada “liang teh”
Nanas Kerang (g)
0
10
20
30
40
50
60
pH liang teh
7,0500 ± 0,0082
6,8767 ± 0,1533
6,8933 ± 0,1438
6,7533 ± 0,1322
6,6933 ± 0,0403
6,8900 ± 0,1745
6,7167 ± 0,0471
7
Tabel 3 diketahui bahwa penambahan nanas kerang berpengaruh tidak nyata
terhadap pH “liang teh” sehingga tidak dilanjutkan uji BNJ 5%. Hal ini
dikarenakan nanas kerang memiliki kandungan pH 6,34 (analisis awal), sehingga
kandungan pH tidak mengalami peningkatan seiring penambahan kandungan
nanas kerang pada setiap perlakuan. Rerata pH 6,69-7,05, nilai rerata terbesar
terdapat pada perlakuan 0 g yaitu sebagai kontrol. Hal ini dapat diartikan bahwa
nanas kerang tidak memberikan pengaruh pH terhadap hasil “Liang Teh”.Menurut
Rohdiana (2006), air dengan pH dari 7 cenderung menghasilkan warna seduhan
teh yang lebih gelap.
pH pada air minum dalam kemasan menurut SNI 01-3553-1996 yaitu berkisar
antara 6,5 hingga 8,5. Menurut Trisnanto (2008), minuman ringan still drink
maupun yang bersoda memiliki pH rendah (pH < 4,5). Kopi dan teh biasanya
memiliki tingkat keasaman netral (pH <5-7). Berarti pH “liang teh” nanas kerang
sudah memenuhi kriteria minuman teh.
4. Total Padatan Terlarut (TPT) “liang teh” Nanas Kerang
Hasil uji F (Anova) menunjukkan pengaruh nyata terhadap total padatan
terlarut “liang teh” sehingga dilanjutkan uji beda nyata jujur (BNJ) pada taraf 5 %
rerata total padatan terlarut “liang teh” nanas kerang disajikan pada tabel 4.
Tabel 4. Rerata Total Padatan Terlarut (°brix) Berbagai Kandungan Nanas
Kerang pada “liang teh”
Nanas Kerang (g)
TPT (°brix) liang teh
0
6,9333b ± 0,0943
10
6,6667ab ± 0,2494
20
6,5333ab ± 0,0943
30
6,4667ab ± 0,0943
40
6,3333ab ± 0,0943
50
6,3333ab ± 0,1886
60
6,2667a ± 0,1886
BNJ 5% = 0,53
Keterangan : Angka yang di ikuti hruf yang sama berarti berbeda tidak nyata pada
uji BNJ 5%
Berdasarkan Tabel 4, menunjukkan bahwa “liang teh” pada penggunaan
nanas kerang menghasilkan perbedaan nyata terhadap perlakuan 0 g sedangkan
pada perlakuan antara 10 g hingga 60 g tidak berbeda nyata, rerata total padatan
terlarut 6,26-6,93°brix. Nilai rerata total padatan terlarut terkecil terdapat pada
perlakuan terakhir dengan kandungan 60 g yaitu 6,26°brix sedangkan nilai rerata
8
total padatan terlarut terbesar terdapat pada penambahan nanas kerang dengan
konsentrasi 0 g yaitu 6,93°brix. Hal ini disebabkan TPT pada daun nanas kerang
yang cenderung rendah kadar gulanya 3,89°brix (analisis awal), sehingga semakin
tinggi kandungan daun nanas kerang yang diberikan maka cenderung menurun
tingkat kemanisan total padatan terlarut minuman “liang teh”. Menurut
Tampubolon (2001) bahwa penurunan nilai total padatan terlarut dapat disebabkan
oleh berkurangnya kandungan gula pada larutan yang telah di encerkan.
Hubungan antara kandungan nanas kerang yang ditambahkan dengan total
Padatan terlarut”liang teh” yang dihasilkan disajikan pada gambar 2.
Gambar 2 menunjukkan hubungan antara kandungan nanas kerang terhadap
total padatan terlarut “liang teh” Pontianak sesuai dengan regresi linear dengan
persamaan Y= -0,102x + 6,914 (R2=0,895). Hasil analisis regresi menunjukkan
bahwa pengaruh kandungan nanas kerang menyebabkan penurunan tingkat
kemanisan TPT “liang teh”. Nilai TPT “liang teh” menurun setelah penambahan
nanas kerang dengan tingkat kecenderungan (0,895). Hal ini disebabkan pada
Rerata Total Padatan Terlarut
nanas kerang mempunyai kandungan TPT 3, 89 % (analisis awal).
7.00
y = -1.0214x + 6.8107
R² = 0.8956
6,9333
6.80
6,6667
6.60
6,5333
6,4667
6.40
6,3333
6,3333
6,2667
6.20
6.00
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
Nanas Kerang (%)
Gambar 2. Grafik Hubungan antara Konsentrasi Nanas Kerang Terhadap
Total Padatan Terlarut “liang teh”.
C. Karakteristik Sensori Hasil “liang teh” Nanas Kerang
Uji karakteristik sensori “liang teh” nanas kerang meliputi kekeruhan,
kekelatan, warna, aroma dan kesukaan. Hasil pengamatan karakteristik sensori
“liang teh” nanas kerang disajikan pada tabel 5.
9
Tabel 5. Karakteristik sensori liang teh Nanas Kerang
Kandungan
(g)
0
10
20
30
40
50
60
Khi0,05(6)=
12,6
Aroma
(Rerata±SD)
3,08 ± 0,81
2,92 ± 1,04
2,56 ± 1,00
3,20 ± 0,87
3,08 ± 0,70
3,00 ± 0,82
2,52 ± 0,65
Kw=12,62
Kekelatan
(Rerata±SD)
2,52 ± 0,59
3,04 ± 0,45
2,64 ± 0,49
2,88 ± 0,73
3,32 ± 0,80
3,52 ± 0,65
4,16 ± 0,75
Kw= 57,50
Warna
(Rerata±SD)
3,16 ± 1,28
2,28 ± 0,74
2,92 ± 1,00
3,36 ± 0,99
2,80 ± 1,32
3,00 ± 0,96
3,56 ± 1,19
Kw= 23,97
Kekeruhan
(Rerata±SD)
2,24 ± 0,52
2,64 ± 0,81
2,56 ± 0,77
2,56 ± 0,65
2,72 ± 0,89
3,12 ± 0,97
3,48 ± 3,48
Kw= 22,84
Kesukaan
(Rerata±SD)
3,44 ± 0,58
3,76 ± 0,93
3,28 ± 0,46
3,08 ± 0,86
3,28 ± 0,61
3,08 ± 0,70
2,52 ± 0,51
Kw= 29,64
Berdasarkan hasil analisis uji sensori “liang teh” dari berbagai kandungan
nanas kerang diperoleh rerata nilai terhadap aroma antara 2,52-3,08 (wangi
sampai tidak wangi), rerata nilai terhadap kekelatan antara 2,52-4,16 (kelat sampai
tidak kelat), nilai rerata terhadap warna antara 2,28-3,56 (coklat kemerahan
sampai merah keunguan), rerata nilai terhadap kekeruhan antara 2,24-3,48 (keruh
sampai tidak keruh) dan nilai terhadap kesukaan yaitu antara 2,52-3,76 (disukai
sampai tidak disukai). Hasil pengujian sensori menunjukkan bahwa KW aroma:
12,62, chi square: 12,6 karena KW>x2 0,05(6) yaitu 12,62>12,6 maka kandungan
nanas kerang berpengaruh nyata terhadap aroma “liang teh”. KW kekelatan:
57,50, chi square: 12,6 karena KW>x20,05(6) yaitu 57,50>12,6, maka kandungan
nanas kerang berpengaruh nyata terhadap kekelatan “liang teh”. KW warna :
23,97, chi square: 12,6 karena KW>x20,05(6) yaitu 23,97>12,6, maka kandungan
nanas kerang berpengaruh nyata terhadap warna “liang teh”. KW kekeruhan :
22,84, chi square: 12,6 karena KW>x20,05(6) yaitu 22,84>12,6, maka kandungan
nanas kerang berpengaruh nyata terhadap kekeruhan “liang teh”. KW kesukaan :
29,64, chi square: 12,6 karena KW>x20,05(6) yaitu 29,64>12,6, maka kandungan
nanas kerang berpengaruh nyata terhadap kesukaan “liang teh.
Berdasarkan hasil uji sensori terhadap aroma “liang teh” hasil perhitungan
Kruskall-Wallis lebih besar daripada nilai tabel chi square 0,05 (6) yaitu
12,62>12,6, maka pada uji sensori kandungan nanas kerang berpengaruh nyata
terhadap aroma “liang teh” hal ini diduga wangi yang dihasilkan oleh “liang teh”
berasal dari bau khas nanas kerang, Karena aroma nanas kerang baru ditemukan
10
oleh panelis, sehingga cenderung tidak disukai dan menurunkan penilaian
kesukaan terhadap aroma “liang teh”. Bau khas sepat pada “liang teh” dengan
penambahan nanas kerang ini disebabkan karena adanya komponen volatil dan
kandungan tanin pada daun muje dan daun nanas kerang. Menurut Hartoyo
(2003), aroma adalah suatu sensasi yang muncul dan disebabkan oleh komponen
kimia volatil yang berasal dari alam
ataupun sintetis, dan timbul pada saat
minum. Komponen volatil adalah komponen yang memberikan sensasi bau atau
aroma pada minuman.
Berdasarkan hasil perhitungan kruskall-wallis kekelatan “liang teh”
menunjukkan hasil yang lebih besar daripada nilai Chi square 0,05(6) yaitu
57,50>12,6, maka pada uji sensori penambahan nanas kerang berpengaruh nyata
terhadap kekelatan “liang teh”. Kelat yang dihasilkan oleh “liang teh” berasal dari
rasa khas nanas kerang, karena kekelatan “liang teh” baru ditemukan oleh panelis,
sehingga cenderung tidak disukai dan menurunkan penilaian kesukaan terhadap
kekelatan “liang teh”. Hal ini disebabkan pada daun nanas kerang memiliki
senyawa pahit berupa polifenol, saponin dan alkaloid (Rochmawati,1995). Pada
umumnya minuman “liang teh” rasa khas sepat yang ditimbulkan oleh kandungan
saponin dan komponen volatile yang terdapat di dalam daun muje (dicliptera
chinensis), namun demikian “liang teh” di duga warna coklat khas teh dan rasa
sepat ditimbulkan oleh kandungan senyawa polifenol yaitu saponin yang terdapat
didalam daun muje (Dewi dan Mulyadi, 2012).
Hasil perhitungan Kruskal-Wallis warna “liang teh” menunjukkan hasil yang
lebih besar daripada nilai Chi square 0,05(6) yaitu 23,97>12,6, maka pada uji
sensori kajian daun nanas kerang berpengaruh nyata terhadap warna pada “liang
teh”. Berdasarkan perbedaan warna antara perlakuan menunjukkan semakin besar
penambahan nanas kerang maka semakin pekat warna pada “liang teh” yang
dihasilkan, sehingga penilaian terhadap warna “liang teh” cenderung tidak disukai
dan menurunkan penilaian kesukaan terhadap warna “liang teh”. Menurut Syahya
(2011), warna ungu pada daun nanas kerang disebabkan adanya senyawa organik
yaitu antosianin yang mana senyawa ini adalah berupa pigmen yang larut dalam
air yang secara alami terdapat pada berbagai jenis tumbuhan. Antosianin
11
merupakan senyawa organik dari keluarga flavonoid dan merupakan anggota
kelompok senyawa yang lebih besar yaitu polifenol (Hidayat, 2005).
Kekeruhan adalah berkurangnya kejernihan suatu cairan karena adanya
padatan atau partikel yang terlarut dalam cairan (kurniawan, 2008). Berdasarkan
hasil perhitungan Kruskall-Wallis menunjukkan KW kekeruhan : 22,84 lebih
besar daripada nilai Chi square 0,05(6) : 12,6 yang berarti bahwa kandungan
nanas kerang memberikan pengaruh nyata terhadap kekeruhan. Menurut
Suriawiria (2002) kekeruhan pada teh disebabkan adanya turunan asam galat yaitu
tanin, tanin dan kafein mampun berikatan membentuk komplek tearubigin-kafein
yang bersifat sukar larut dalam air, sehingga membentuk endapan dan kekeruhan
pada teh.
Hasil perhitungan Kruskall-Wallis terhadap kesukaan lebih besar daripada
Chi square 0,05(6) yaitu 29,64>12,6 maka kandungan nanas kerang berpengaruh
nyata terhadap kesukaan “liang teh”. Hal ini disebabkan oleh rasa kelat yang
tertinggal setelah mengkonsumsi “liang teh”. Penilaian kesukaan dilihat pada
tingkat sensori lainnya berupa aroma, kekelatan, warna, dan kekeruhan yang
mempengaruhi dan mendukung hasil akhir dari penilaian panelis terhadap
kesukaan dari produk “liang teh”.
D. Penentuan Perlakuan Terbaik dengan Uji Indeks Efektifitas
Berdasarkan karakteristik fisikokimia dan sensori liang teh hasil kajian nanas
kerang diatas, dilakukan analisis penentuan perlakuan terbaik dengan uji indeks
efektivitas (De Garmo dkk. 1984), hasil perhitungan indeks efektifitas perlakuan
terbaik ditunjukkan dengan nilai perlakuan (NP) tertinggi yang disajikan pada
tabel 6.
Berdasarkan hasil perhitungan Nilai Perlakuan pada Tabel 6 . Didapatkan
nilai perlakuan tertinggi pada minuman liang teh dengan penambahan nanas
kerang 40 g dengan nilai perlakuannya 0,57. Oleh karena itu perlakuan nanas
kerang 40 g dapat digunakan sebagai perlakuan terbaik, dengan demikian
hipotesis yang diajukan ditolak, sehingga dinyatakan bahwa penambahan nanas
kerang sebesar 40 g menunjukkan hasil terbaik. Adapun hasil analisis fisikokimia
dari kandungan nanas kerang 40 g adalah vitamin C 21,12 mg/100g, total asam
12
0,82, pH 6,69 dan total padatan terlarut 6,33˚brix. Hasil analisis sensori dari
kandungan nanas kerang 40 g adalah aroma 3,08 (agak wangi), kekelatan 3,32
(agak kelat), warna 2,80 (merah keunguan), kekeruhan 2,72 (tidak keruh), dan
kesukaan 3,28 (agak suka). Berdasarkan hipotesis yang diajukan bahwa
kandungan nanas kerang 50 g tidak dapat diterima sebagai perlakuan yang
menghasilkan sifat fisikokimia dan sensori liang teh nanas kerang.
Tabel 13 : Nilai Perlakuan (NP) “liang Teh” hasil konsentrasi nanas kerang
Variabel
Total Padatan terlarut
Kekeruhan
warna
kesukaan
rasa
aroma
vitamin C
pH
Total Asam
BV
BN
1,00
0,90
0,80
0,70
0,60
0,50
0,40
0,30
0,20
5,40
0,19
0,17
0,15
0,13
0,11
0,09
0,07
0,06
0,04
1,00
n0
NE
0,10
0,00
0,70
0,83
0,00
0,76
0,22
1,00
1,00
n1
NP
0,02
0,00
0,10
0,11
0,00
0,07
0,02
0,06
0,04
0,41
NE
0,40
0,39
0,00
1,00
0,08
0,51
0,00
0,51
0,50
n2
NP
0,07
0,06
0,00
0,13
0,01
0,05
0,00
0,03
0,02
0,37
NE
0,60
0,32
0,57
0,69
0,56
0,15
0,22
0,07
0,50
n3
NP
0,11
0,05
0,08
0,09
0,06
0,01
0,02
0,00
0,02
0,45
NE
0,30
0,31
0,90
0,50
0,25
1,00
0,11
0,51
0,50
n4
NP
0,06
0,05
0,13
0,07
0,03
0,09
0,01
0,03
0,02
0,48
NE
1,00
0,41
0,33
0,72
0,54
0,80
0,56
0,00
0,00
n5
NP
0,19
0,07
0,05
0,09
0,06
0,07
0,04
0,00
0,00
0,57
NE
0,10
0,76
0,65
0,49
0,67
0,71
0,78
0,55
0,00
n6
NP
0,02
0,13
0,10
0,06
0,07
0,07
0,06
0,03
0,00
0,53
NE
0,00
1,00
1,00
0,00
1,00
0,00
1,00
0,17
0,00
NP
0,00
0,17
0,15
0,00
0,11
0,00
0,07
0,01
0,00
0,51
Keterangan : N0 = 0 g daun nanas kerang
N1 = 10 g daun nanas kerang
N2 = 20 g daun nanas kerang
N3 = 30 g daun nanas kerang
N4 = 40 g daun nanas kerang
N5 = 50 g daun nanas Kerang
N6 = 60 g daun nanas kerang
BV : Bobot Variabel
BN : Bobot Normal
NE : Nilai Efektivitas
NP :Nilai Perlakuan
24
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa
kandungan nanas kerang sebesar 40 g per 1000 ml air memiliki NP : 0,57 sebagai
perlakuan terbaik. Liang teh yang dihasilkan memiliki karakter fisikokimia yaitu
total padatan terlarut 6,33%, vitamin C 21,12%, pH 6,69% dan total asam 0,82%
dan karakter sensori adalah aroma 3,08 (agak berbau khas nanas kerang), rasa
3,32 (agak kelat), warna 2,80 (merah keunguan), kekeruhan 3,12 (agak keruh),
kesukaan 3,28 ( agak suka).
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui konsentrasi gula pada
“liang teh” dan perlu melakukan pembuatan liang teh serbuk serta mengetahui
masa penyimpanan produk minuman liang teh.
DAFTAR PUSTAKA
Andarwulan dan Kuswono. 1989. Biokomia Vitamin. UI-Press. Jakarta.
De Garmo, E.P., Sullivan, W.G., and Canada, C. R, 1984, Engineering Economi,
7th edition. Mc Millan Publ. Co. New York.
Dewi, Y. S. K. Dan Mulyadi, A. 2012 Produksi Liang Teh Kaya Antioksidan dari
Daun Dicliptera chinensis : Kajian Teknik Prosesiang terhadap Sifat
Fisikokimia dan Sensori. UNTAN. Pontianak.
Gasperz, V.,1991, Metode Perencangan Percobaan untuk Ilmu-Ilmu Pertanian.
Ilmu-Ilmu Teknik dan Biologi. Armico, Bandung.
Haris, 1989. Pengaruh Pemanasan Terhadap Kandungan Vitamin C Pada Daun
Teh. Jakarta. Rajawali.
Hartoyo, A. 2003. Teh dan Khasiatnya Bagi Kesehatan. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
Hidayat, B. 2005. Anatomi Tumbuhan Berbiji. ITB. Bandung.
Kirana. I, 1993, Tanaman Obat Herbal. Yogyakarta.
Kumalaningsih, Sri., dan Suprayogi. 2006. Tamarillo (Terung Belanda). Trubus
Agrisarana. Surabaya
Kurniawan, D. 2008, Pendugaan Sisa Umur Simpan Minuman Teh Dalam
Kemasan Gelas Plastik di pasaran. Bogor.
Oguni. 1996. Liang Teh and Human Health. Japan Tea. Exporter’s Association
shizuoka. Japan.
Pudjirahaju, A., dan Astutik, 1999, Penelitian Kualitas Makanan Secara
Organoleptik, universitas Brawijaya, Malang.
15
Rochdiana, D. 2006. Menyeduh Teh Dengan Baik, Benar dan Menyehatkian.
http:/www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/07/cakrawala/lainnya 02.htm
(30 januari 2008)
Rochmawati, 1995. Kandungan Kimia Nanas Kerang. Jakarta.
Sudarmaji, S. B. Haryono, dan Suhari, 1986, Analisa Bahan Makanan Hasil
Pertanian, Liberty, Yogyakarta.
Syahya, G. 2011. Letak dan Sifat Antosianin Pada Tumbuhan. Universitas negeri.
Jakarta.
Tampubolon, 2001. Pembuatan Jeli Apel Var. Anna Kajian Proporsi Air
Perebusan dan Konsentrasi Sulkrosa Terhadap Sifat Fisik, Kimia, dan
Organoleptik. Jurusan THP. FTP-UniBraw. Malang.
Trisnanto, 2008. Potensi Teh Sebagai Sumber Zat Gizi dan Peranannya
Kesehatan. Departemen dan Kesejahteraan Sosial RI
16
Download