BAB II: LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen

advertisement
BAB II: LANDASAN TEORI
2.1 Manajemen
Manajemen merupakan suatu proses dimana suatu perusahaan atau organisasi
dalam melakukan suatu usaha harus mempunyai prinsip – prinsip manajemen dengan
menggunakan semua sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan dalam mencapai
tujuan perusahaan. Menurut Robbin (2009:8):
“Manajemen adalah proses pengkoordinasian kegiatan – kegiatan pekerjaan
sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien dan efektif dengan
dan melalui orang lain”.
Sedangkan pengertian manajemen menurut Siswanto dalam bukunya Pengantar
Manajemen (2006:1) didefinisikan sebagai berikut:
“Manajemen
adalah
seni
dan
ilmu
perencanaan,
pengorganisasian,
pengarahan, pemotivasian, dan pengendalian terhadap orang serta mekanisme
kerja untuk mencapai tujuan”.
Kemudian menurut Yahya (2006:1) mendefinisikannya sebagai berikut:
“Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan usaha – usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber
daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan”
Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa manajemen
merupakan suatu ilmu dan seni dalam merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan,
dan mengendalikan, dan mengalokasikan sumberdaya untuk mencapai tujuan
bersama yang telah ditetapkan.
2.2 Manajemen Operasional
Dalam melakukan suatu bisnis pada suatu perusahaan, diperlukan suatu
manajemen yang berguna untuk menerapkan keputusan – keputusan dalam hal
pengaturan, pengkoordinasian penggunaan sumber daya dari kegiatan bisnis yang
11
12
dikenal sebagai manajemen oeprasional. Manajemen operasional merupakan suatu
cabang dari ilmu ekonomi yang mengalami perkembangan seiring berjalannya
waktu. Berikut adalah beberapa pengertian manajemen operasi yang dikemukakan
oleh para ahli, antara lain:
Pengertian manajemen operasi menurut Deitiana (2011:2):
“Manajemen operasional merupakan suatu ilmu yang dapat di terapkan pada
berbagai jenis bidang usaha seperti rumah sakit, perguruan tinggi, pabrik
garmen, dan lain – lain. Karena jenis usaha tersebut menghasilkan produk
yang bisa berupa barang maupun jasa, yang mana untuk kegiatan proses
produksinya yang efektif dan efien memerlukan berbagai konsep, peralatan
serta berbagai cara megelola operasinya”
Pengertian manajemen operasi menurut Herjanto (2007:2):
“Manajemen oeprasional adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan
pembuatan barang, jasa dan kombinasinya, melalui proses transformasi dari
sumber daya produksi menjadi keluaran yang diinginkan.”
Pengertian manajemen operasi menurut Heizer dan Render (2009:4):
“Manajemen operasional adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan
nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output.”
Pengertian manajemen operasi menurut Daft (2006:216):
“Manajemen operasional adalah bidang manajemen yang mengkhususkan
pada produksi barang, serta menggunakan alat dan teknik khusus untuk
memecahkan masalah produksi”.
Pengertian manajemen operasi menurut Assauri (2004:12):
“Manajemen operasi merupakan proses pencapaian dan pengutilisasian
sumber – sumber daya untuk memproduksi atau menghasilkan barang –
barang atau jasa jasa yang berguna sebagai usaha untuk mencapai tujuan dan
sasaran organisasi”
13
Jadi menurut beberapa definisi diatas, manajemen operasional adalah ilmu
yang mempelajari proses produksi dari pengubahan input menjadi output yang
memiliki nilai dan berguna untuk mencapai tujuan organisasi.
2.3 Efisiensi
Menurut Robbins & Coulter (2007, P8) definisi efesiensi yaitu memperoleh
output terbesar dengan input yang terkecil digambarkan sebagai “melakukan segala
sesuatu secara benar”.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi keempat tahun 2008, efisiensi
adalah:
1.
Ketepatan cara (usaha, kerja, dan sebagainya) dalam menjalankan sesuatu
dengan tidak membuang waktu, tenaga dan biaya yang bertujuan untuk
mencapai kedayagunaan dan ketepatgunaan yang maksimal.
2.
Kemampuan menjalankan tugas dengan baik dan tepat dengan tidak membuang
waktu, tenaga dan biaya.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa efisiensi adalah untuk memperoleh
hasil maksimal dengan sumberdaya yang minimal.
Jadi, efisiensi biaya distribusi merupakan perhitungan selisih antara besarnya
biaya angkut atau ongkos pengiriman yang dikeluarkan perusahaan dan berdasarkan
metode. (Heizer & Render 2010:581)
2.4 Optimalitas
Menurut Bloomquist dan Oldach (2005) menyebutkan bahwa optimalisasi adalah
suatu tindakan, proses, atau metodologi yang membuat sesuatu (seperti desain,
sistem atau keputusan) menjadi sesempurna, sefungsional, atau seefektif mungkin.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata optimalisasi diambil dari kata optimal
yang berarti terbaik, tertinggi. Sedangkan pengoptimalan berarti proses, cara,
perbuatan pengoptimalan (menjadikan paling baik atau paling tinggi). Jadi
optimalisasi adalah sistem atau upaya menjadikan paling baik atau paling tinggi.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa optimalisasi adalah suatu proses untuk
mencari alternatif yang menghasilkan hasil terbaik (minimum atau maksimum) dari
upaya yang diberikan.
14
2.5 Distribusi
Distribusi (pengiriman) adalah suatu proses pengadaan pengiriman barang
dengan mengutamakan kepuasan konsumen hingga barang yang diterima dapat
sampat kepada konsumen hingga proses pengiriman berlangsung secara tepat waktu,
tepat kualitas, tepat sasaran.
Tujuan utama strategi distribusi adalah menempatkan produk sedekat
mungkin dengan konsumen. Dengan demikian setiap kali konsumen membutuhkan
mereka dapat membelinya dengan mudah. Jenis saluran distribusi: perusahaan harus
mengindentifikasikan jenis anggota-anggota saluran yang ada yang akan melakukan
kegiatan penyaluran barang. Menurut Sastradipoera (2003,P172), sedikitnya ada tiga
definisi saluran distribusi (chanel of distribution). Ketiga definisi saluran distribusi
itu adalah sebagai berikut :
•
Saluran Distribusi adalah saluran yang dipergunakan untuk dilewati oleh arus
pemilihan (flow of title) atas barang atau jasa yang diperjual-belikan.
•
Saluran Distribusi adalah suatu gabungan lembaga sebagai suatu tempat yang
dilalui oleh penjual itu menjajakan dalam proses pemilikan ketika penjual itu
menjajakan barang-barangnya hingga tiba ditangan pemakai atau konsumen.
•
Saluran Distribusi adalah suatu jaringan organisasi yang menata perubahanperubahan dalam pemilikan atas barang-barang karena barang-barang itu
bergerak dari pabrikan ke konsumen.
2.5.1. Saluran Distribusi
Saluran distribusi terdiri dari : saluran langsung, saluran satu tingkat,
saluran dua tingkat. (Madura, 2007, P216-219)
1.
Saluran langsung adalah situasi di mana produsen suatu produk melakukan
transaksi secara langsung dengan pelanggan.
2.
Saluran satu tingkat adalah satu perantara pemasaran di antara produsen
Menurut Kotler & Armstrong, (2004, p524) ada tiga saluran distribusi yaitu:
a.
Tenaga
penjualan
perusahaan:
perusahaan
tenaga
penjualan
langsung
perusahaan menugaskan tenaga penjualan petugas luar ke berbagai wilayah
tersebut. Atau menambahkan operasi penjualan dari dalam perusahaan melaui
15
telepon menangani perusahaan kecil atau menengah.
b.
Agen pabrikan: menyewa agen pabrikan, perusahaan independent yang tenaga
penjualannya menangani produk-produk serupa dari berbagai perusahaan.
c.
Distributor industri: menemukan distributor diwilayah atau industri lain yang
akan membeli dan menjual lini produk yang baru itu. Member mereka distribusi
eksklusif, margin laba yang terbaik, pelatihan produk dan dukungan promosi.
2.5.2 Faktor-faktor Penentu Saluran Distribusi Yang Optimal
Saluran distribusi yang optimal tergantung pada karakteristik - karekteristik
produk terkait, misalnya kemudahan transportasi dan tingkat standarisasi,
kemampuan perusahaan untuk memenuhi pesanan melalui internet juga merupakan
salah satu faktor penentu. (Madura, 2007, p222)
1. Kemudahan transportasi
Jika suatu produk dapat dengan mudah di transportasikan, saluran distribusi
kemungkinan besar melibatkan pihak perantara. Jika produk tidak dapat
ditranspotasikan, produsen bisa mencoba untuk menjual produk tersebut
langsung ke pelanggan. Contoh transportasi yang dapat digunakan untuk
mendistribusikan produk : truk, kereta api, udara, air.
2. Tingkat Standarisasi
Produk-produk yang terstandarisasi memiliki kemungkinan lebih besar untuk
melibatkan perantara. Ketika spesifikasi produk sedikit berbeda dari biasanya
untuk tiap pelanggan, produsen harus melakukan transaksi langsung dengan
pelanggan. Sebagai contoh perabotan kantor yang dibuat khusus untuk sebuah
perusahaan yang bervariasi modelnya sesuai dengan keinginan setiap
perusahaan. Produk-produk khusus tidak bisa distandarisasi dan dijual ditokotoko.
3. Pesanan Melalui Internet
Perusahaan yang memenuhi pesanan melalui internet cenderung menggunakan
saluran langsung. Internet menghapus jarak antara produsen dan konsumen,
sekaligus menghapus kebutuhan akan adanya distribusi dan peritel. Ketika
perusahaan menjual produk-produknya secara langsung kepada pelanggan tanpa
memanfaatkan took-toko maka perusahaan dapat meningkatkan efisiensinya.
16
2.5.3 Tingkatan – tingkatan saluran distribusi
Menurut Saladin (2006:155) tingkat saluran distribusi terdiri dari :
• Saluran Nol Tingkat (A Zero Level)
Terdiri dari satu perusahaan yang menjual langsung produknya ke
pelanggan akhir, atau dari produsen ke konsumen. Dilakukan dengan 4
cara yaitu :
a. Dari rumah ke rumah
b. Arisan rumah
c. Lewat pos
d. Lewat toko toko perusahaan
• Saluran Satu Tingkat (A One Level Channel)
Berisi satu perantara penjualan. Di dalam saluran distribusi barang
konsumsi, perantara ini merupakan pedagang besar atau grosir,
sedangkan di dalam saluran barang industri ini mereka merupakan tenaga
penjual representative.
• Saluran Dua Tingkat (Two Level Channel)
Berisi dua perantara yang dalam pasar barang konsumsi mereka
umumnya adalah pedagang besar dan pengecer, sedangkan dalam saluran
distribusi barang industri mereka merupakan sebuah penyalur tunggal dan
distributor industri.
• Saluran Tiga Tingkat (Three Level Channel)
Berisi tiga perantara, yaitu pedagang besar, pemborong dan pengecer.
• Saluran Aneka Tingkat (Higher Level Channel)
Saluran distribusi lebih dari tiga tingkat.
2.6 Transportasi
Salah satu metode optimasi untuk mencari jalur distribusi serta biaya adalah
metode transportasi, dikatakan demikian berdasarkan teori-teori.
17
2.6.1 Pengertian Transportasi
Menurut Heizer dan Render (2006:631), metode transportasi merupaka suatu
teknik/metode yang digunakan untuk mencari cara yang termurah untuk mengirim
barang dari berbagai sumber ke beberapa tujuan. Titik asal (sumber) dapat berupa
pabrik, gudang, agen penyewaan mobil seperti Avis, atau titik lain dari barang –
barang dikirimkan. Tujuan adalah titik – titik yang menerima barang. Untuk
menggunakan model transportasi, kita harus mengetahui hal – hal berikut:
1. Titik asal dan kapasitas atau pasokan pada setiap periode.
2. Titik tujuan dan permintaan pada setiap periode.
3. Biaya pengiriman suatu unit dari setiap titik asal ke setiap titik tujuan.
Adapun menurut Sarjono (2010), metode transportasi merupakan salah satu
teknik manajemen dalam mendistribusikan produk dari gudang ke tempat yang
dituju.
Kemudian menurut Mulyono (2007:111), metode transportasi diartikan sebagai
distribusi suatu produk tunggal dari berbagai sumber, dengan penawaran terbatas,
menuju beberapa tujuan, dengan permintaan tertentu, pada biaya transport minimum.
Masalah transportasi berhubungan dengan distribusi barang dari beberapa titik
supply ke sejumlah titik permintaan. Biasanya telah diberikan kapasitas barang di
setiap sumber dan permintaan barang di setiap tujuan.
Metode transportasi sangat dibutuhkan oleh perusahaan yang melakukan kegiatan
pengiriman barang dalam usahanya. Dengan adanya metode transportasi, perusahaan
akan lebih efektif dan efisien dalam kegiatan pendistribusian produknya.
2.6.2 Ciri – Ciri Transportasi
Transportasi memiliki ciri – ciri khusus. Berikut ciri – ciri khusus dari
transportasi (Rinaldi, 2005):
1. Terdapat sejumlah sumber dan sejumlah tujuan tertentu.
2. Jumlah yang didistribusikan dari setiap sumber dan yang diminta oleh setiap
tujuan tertentu.
18
3. Jumlah yang dikirim atau diangkut dari suatu sumber ke suatu tujuan sesuai
dengan permintaan atau kapasitas sumber. Jumlah permintaan dan penawaran
seimbang dan apabila jumlah permintaan tidak sama dengan penawaran,
maka harus ditambahkan variabel dummy.
4. Biaya transportasi dari sutau sumber ke sutau tujuan adalah tertentu.
5. Jumlah variabel dasar m + n – 1, dimana m adalah jumlah baris dan n adalah
jumlah kolom. Apabila jumlah variabel dasar kurang dari m + n – 1 yang
disebut dengan degenerasi, maka harus ditambahkan variabel dasar dengan
nilai nol.
2.6.3 Jenis – Jenis Metode Transportasi
• Metode North West Corner (NWC)
Menurut Siswanto (2006:74) Metode Sudut Barat Laut (North West
Corner Method) adalah sebuah metode untuk menyusun tabel awal
dengan cara mengalokasikan distribusi mulai dari sel yang terletak
pada sudut kiri atas. Itulah sebabnya dinamakan metode Barat Laut.
Kemudian menurut Mulyono (2007:117) Metode North West Corner
adalah metode paling sederhana diantara ketiga metode yang telah
disebutkan untuk mencari solusi awal. Langkah – langkahnya dapat
diringkas sebagai berikut:
1. Mulai pada pojok barat laut tabel dan dialokasikan sebanyak
mungkin pada tabel bagian sudut kiri atas tanpa menyimpang
dari kendala penawaran atau permintaan (artinya X11
ditetapkan sama dengan yang terkecil di antara nilai S1 dan
D1)
2. Ini akan menghabiskan penawaran pada sumber 1 dan atau
permintaan pada tujuan 1. Akibatnya, tak ada lagi barang yang
dapat dialokasikan ke kolom atau baris yang telah dihabiskan
dan kemudian baris atau kolom itu dihilangkan. Kemudian
alokasikan sebanyak mungkin ke kotak di dekatnya pada baris
atau kolom yang tak dihilangkan. Jika kolom maupun baris
telah dihabiskan, pindahlan secara diagonal ke kotak
berikutnya.
19
3. Lanjutkan dengan cara yang sama sampai semua penawaran
telah dihabiskan dan keperluan permintaan telah dipenuhi.
Sedangakan menurut Render dan Heizer (2006:633), Aturan North
West Corner mengharuskan penghitungan dimulai pada bagian kiri
atas (northwest-corner) tabel dan mengalokasikan unit pada rute
pengiriman sebagai berikut:
1. Habiskan pasokan (kapasitas pabrik) pada setiap baris
2. Habiskan kebutuhan (permintaan gudang) dari setiap kolom
3. Pastikan bahwa semua permintaan dan pasokan telah dipenuhi
Kelebihan dan kekurangan metode North West Corner
Kelebihan:
• Adalah metode paling mudah, tapi tidak mempertimbangkan biaya
Kelemahan:
• Metode ini tidak mengalokasikan produk sebanyak mungkin pada kotak sel
yang memiliki biaya tranportasi terkecil. Dengan kata lain, setiap alokasi
produk tidak memperhatikan besarnya biaya perunit. Metode ini hanya
mengalokasikan produk berdasarkan kriteria sudut kiri atas dan sudut kanan
bawah yang merupakan sel basis. Oleh karen itu tidak memperhatikan biaya
per unit, metode NNWC kurang efisien dan merupakan metode terpanjang
dalam mencari tabel optimum
• Metode Least Cost
Menurut Render dan Heizer (2005:634), Metode Least Cost adalah
metode yang membuat alokasi berdasarkan kepada biaya yang
terendah. Metode ini merupakan sebuah pendekatan yang sederhana,
yang menggunakan langkah – langkah berikut:
1. Identifikasi sel dengan biaya yang paling rendah. Pilih salah
satu jika terdapat biaya yang sama.
2. Alokasikan unit sebanyak mungkin untuk sel tersebut tanpa
melebihi pasokan atau pemrintaan. Kemudian coret kolom
atau baris itu (atau keduanya) yang sudah penuh terisi.
20
3. Dapatkan sel dengan biaya yang paling rendah dari sisa sel
(yang belum dicoret).
4. Ulangi langkah ke 2 dan 3 sampai semua unit habis
dialokasikan
Sedangkan menurut Siswanto (2006:271), Metode Least Cost adalah
sebuah metode untuk menyusun tabel awal dengan cara pengalokasian
distribusi barang dari sumber ke tujuan mulai dari sel yang memiliki
biaya distribusi kecil.
Kelebihan:
•
Mencari dan memenuhi yang biayanya terkecil dulu. Lebih
efisien dibanding metode NWC.
•
Lebih mudah dipahami sehingga lebih disukai oleh orang
awam
Kelemahan:
•
Pada kasus tertentu, ada kemungkinan diperolehnya solusi
dengan biaya yang ekstra mahal.
•
Pada metode Least Cost terletak pada penentuan alokasi
produk ke dalam sel atau kotak yang memiliki biaya terendah,
dimana biaya tersebut mempunyai lebih dari satu sel atau
kotak.
• Metode Vogel’s Approximation (VAM)
Menurut Siswanto (2006:279), langkah – langkah metode VAM dapat
diringkas sebagai berikut:
1. Buatlah matrik yang menunjukkan kebutuhan masing –
masing sumber dan biaya transportasi per unit.
2. Carilah selisih antara dua biaya terkecil di masing – masing
kolom baris.
3. Pilih selisih palling besar di antara selisih – selih yang telah di
hitung pada langkah pertama.
21
4. Sesuaikan penawaran dan pemrintaan untuk menunjukkan
alokasi yang sudah dilakukan, hilangkan semua baris dan
kolom dimana penawaran dan permintaan telah habis.
5. Jika semua penawaran dan permintaan belum dipenuhi,
kembali ke langkah satu, jika semua penawaran dan
permintaan solusi awal terperoleh.
Tujuan dari jalur ini adalah untuk memepertahankan kendala penawaran dari
permintaan sambil dilakukan alokasi ulang barang ke suatu kotak kosong, semua
variable non basis (kotak kosong) dievaluasi dengan cara yang sama untuk
menentukan apakah mereka akan menurunkan biaya dana arena itu jadi calon
entering variable, jika semua kotak kosong memiliki perubahan biaya positif, berarti
solusi telah optimum.
Kelebihan:
• Metode yang lebih mudah dan lebih cepat untuk mengatur alokasi (dalam hal
ini adalah biaya transportasi) dari berbaai sumber ke daerah tujuan
• Hasil analisa dari metode ini sudah sangat optimal dibandingkan dengan
metode – metode lainnya.
Kelemahan:
•
Proses iterasi lebih rumit
•
Pada metode VAM adalah setelah semua produk telah dialokasikan, harus
menguji sel bukan basis-nya apakah sudah memiliki nilai = 0. Hal tersebut
dilakukan untuk menjamin bahwa total biaya benar – benar minimum.
2.6.4 Langkah – Langkah Metode Transportasi
Menurut Siswanto dalam Sarjono (2010), model transportasi pada saat dikenali
pertama kali, diselesaikan secara manual dengan menggunakan algoritma yang
dikenal sebagai algoritma transportasi.
1. Pertama, diagnosis masalah dimulai dengan pengenalan sumber, tujuan,
parameter, dan variabel.
22
2. Kedua, seluruh informasi tersebut kemudian dituangkan ke dalam matriks
transportasi.
Dalam hal ini,
a. Bila kapasitas seluruh sumber lebih besar dari permintaan seluruh
tujuan maka sebuah kolom (dummy) perlu ditambahkan untuk
menampung kelebihan kapasitas itu.
b. Bila kapasitas seluruh sumber lebih kecil dari seluruh pemrintaan
tujuan maka sebuah baris perlu ditambahkan untuk menyediakan
kapasitas semu yang akan memenuhi kelebihan permintaan itu. Jelas
sekali bahwa kelebihan permintaan itu tidak bisa dipenuhi.
3. Ketiga, setelah matriks transportasi terbentuk kemudian dimulai menyusun
tabel awal. Algoritma transportasi mengenal tiga macam metode untuk
menyusun tabel awal, yaitu:
a. Metode Least Cost
b. Metode North West Corner
c. VAM
Ketiga metode di atas masing – masing berfungsi untuk menentukan alokasi
distribusi awal yang akan membuat seluruh kapasitas sumber, teralokasi ke
seluruh tujuan.
4. Keempat, setelah penyusunan tabel awal selesai maka sebagai langkah
selanjutnya adalah pengujian optimalitas tabel untuk mengetahui apakah
biaya distribusi total telah minimum. Secara matematis, pengujian ini
dilakukan untuk menjamin bahwa niali fungsi tujuan minimum telah tercapai.
Ada dua macam pengujian optimalitas algortima transportasi.
a. Metode Stepping Stone
b. MODI (Modified Distribution Method)
5. Kelima, atau langkah terakhir adalah revisi tabel bila dalam langkah keempat
terbukti bahwa tabel belum optimal atau biaya distribusi total masih mungkin
diturunkan lagi. Dengan demikian, jelas sekali bahwa langkah kelima ini
tidak akan dilakukan apabila pada langkah keempat telah membuktikan
bahwa tabel telah optimal.
23
Gambar 2.1 Flowchart Transportasi
Sumber: Siswanto (2006)
2.6.5 Masalah Metode Transportasi
Menurut Siswanto (2006:267), di dalam model transportasi, kemampuaan
sumber-sumber untuk melayani belum tentu sama dengan tingkat permintaan tujuantujuan untuk dilayani sehingga ada tiga kemungkinan akan terjadi ketidak
seimbangan, yaitu:
1.
Kemungkinan pertama akan terjadi bila seluruh kemampuaan sumber-sumber
untuk mengirim barang melampaui tingkat permintaan yang ada. Dalam kasus
ini, satu atau lebih sumber mungkin hanya akan mengirim barang sebagian atau
tidak mengirim sama sekali.
24
2. Kemungkinan kedua akan terjadi bila seluruh kapasitas permintaan tidak mungkin
dipenuhi oleh seluruh sumber-sumber yang tersedia. Dalam kasus ini jelas
akan ada permintaan dari satu atau lebih tujuan yang akan dipenuhi sebagian atau
tidak dipenuhi sama sekali.
3. Kemungkinan ketiga akan terjadi bila seluruh kapasitas permintaan untuk
mengirim barang sama persis dengan seluruh permintaan tujuan. Dalam kasus ini
seluruh kemampuan sumber-sumber untuk melayani permintaan tepat digunakan
seluruhnya dan seluruh permintaan tujuan-tujuan tepat dipenuhi.
Menurut Mulyono (2007:113), sejauh ini hanya dibahas masalah transportasi
seimbang, dimana penawaran sama dengan permintaan. Kenyataannya, kasus
seimbang adalah kekecualian. Pada umumnya, kebanyakan masalah adalah tak
seimbang dimana penawaran lebih besar daripada permintaan atau sebaliknya.
Dalam kasus masalah tak seimbang, metode
solusi transportasi membutuhkan
sedikit modifikasi.
Dalam jurnal “On The Use of Transportation Techniques to Determine the
Cost of Transporting Commodity”, konsep-konsep berguna yang dapat digunakan
terkait masalah transportasi adalah sebagai berikut :
1.
Masalah transportasi yang tidak seimbang
Maslaah transportasi dapat dikatakan tidak seimbang ketika jumlah
permintaan tidak sama dengan jumlah pasokan. Dalam situasi ini, diperlukan
untuk membuat dummy dan ini tergantung pada kelebihan atau kekurangan
antara permintaan dan pasokan. Diperlukan untuk membuat dummy pada
permintaan jika jumlah pasokan lebih besar dari jumlah permintaan atau
dummy pada pasokan jika permintaan lebih besar daripada pasokan. Dummy
memiliki biaya transportasi sama dengan nol.
2.
Masalah transportasi yang seimbang
Masalah transportasi dikatakan seimbang ketika jumlah permintaan sama
dengan jumlah pasokan.
3.
Degenerasi
25
Sebuah solusi dasar dari masalah transportasi yang ada dengan m sumber dari
supply dan n tujuan permintaan mengharuskan alokasi untuk dibuat menjadi
(kolom+baris-1). Degenerasi dari solusi muncul ketika sumber dari baris
habis dan persyaratan kolom dipenuhi dengan satu alokasi. Jadi, jika ini
terjadi, penting untuk menghitung biaya bayangan dan satu – satu nya solusi
adalah dengan mengisi satu kolom kosong menjadi seakan-akan terisi atau
seakan – akan memiliki alokasi kosong.
4.
Optimalitas
Pada masalah transportasi, solusi optimal merupakan solusi yang didapatkan dan
tidak ada rute atau alokasi transportasi lainnya yang bisa meminimalkan total
biaya transportasi..
2.6.6 Metode Pengujian Keoptimalan
Setelah penyusunan tabel awal selesai maka sebagai langkah selanjutnya
adalah pengujian optimalitas tabel untuk mengetahui apakah biaya distribusi total
telah minimum. Secara matematis, pengujian ini dilakukan untuk menjamin bahwa
nilai fungsi tujuan minimum telah tercapai. Ada dua macam pengujian optimalitas
algortima transportasi yaitu:
2.6.6.1 Metode Stepping Stone
Menurut Aminudin (2005) pengujian ini melibatkan pemeriksaan tiap segi
empat tak terpakai dalam tabel untuk menjajaki kemungkinan perpindahan
pengiriman kedalam salah satu darinya. Tujuan evaluasi ini adalah untuk
menentukan ada tidaknya rencana pengiriman dari tambang ke proyek yang lebih
baik.
Segi empat yang terpakai yakni yang berisi nilai, dikatakan berada dalam
pemecahan dan disebut segi empat petunjuk (stone square).
Langkah – langkah metode Stepping Stone:
1. Pilih segi empat tak terpakai yang hendak dievaluasi.
26
2. Cari jalur terdekat (gerakan hanya secara horizontal atau vertical) dari segi
empat tak terpakai semula hanya ada satu jalur terdekat untuk setiap sel tak
terpakai dalam suatu pemecahan tertentu. Meskipun kita bisa memakai jalur
batu loncatan atau sel tak terpakai secara sembarang jalur terdekat hanya ada
pada sel yang kita jadikan batu loncatan dan sel tak terpakai yang dinilai.
3. Tanda tambah (+) dan kurang (-) muncul berganti pada tiap sudut sel dari
jalur terdekat, dimulai dengan tanda tambah (+) pada sel kosong berilah tanda
putaran secara jalur jam atau sebaliknya.
4. Jumlahkan unit biaya dalam segi empat dengan tanda tambah (+) sebagai
tanda penambahan biaya. Penurunan biaya diperoleh dari penjumlahan unit
biaya dalam setiap sel negatif (penurunan biaya yang paling besar) bila tak
ada nilai negatif pada evaluasi sel kosong berarti pemecahan sudah optimal.
5. Ulangi langkah 1 sampai 4 untuk sel kosong lainnya, dan bandingkan hasil
evaluasi sel kosong tersebut. Pilihan nilai evaluasi yang paling negatif
(artinya penurunan biaya yang paling besar), bila tak ada nilai negatif pada
evaluasi sel kosong berarti pemecahan sudah optimal.
6. Lakukan perubahan jalur pada sel terpilih dengan cara mengalokasikan
sejumlah unit terkecil dari sel bertanda kurang (-) dan tambah (+) terhadap sel
bertanda tambah.
7. Ulangi langkah 1 sampai 6 sampai diperoleh indeks perbaikan atau
evaluasi sel kosong tidak ada yang bernilai negatif.
2.6.6.2 Modified Distribution Method (MODI)
Menurut Subagyo, dkk (2010) pencapaian optimal dapat dilakukan dengan
lebih cepat dan perhitungan biaya per unit dapat dihitung dengan lebih mudah.
Langkah – langkah MODI:
1. Tentukan penyusunan tabel awal transportasi dengan menggunakan metode
sebelumnya.
2. Menentukan nilai baris dan kolom. Nilai baris dan kolom ditentukan
berdasarkan persamaan (R + Kj = bij). Baris pertama selalu diberi nilai 0, dan
27
nilai baris – baris yang lain dan nilai semua kolom ditentukan berdasarkan
hasil – hasil hitungan yang telah diperoleh. Bila nilai suatu baris sudah
diperoleh, maka nilai kolom yang dihubungkan dengan segi empat batu dapat
dicari dengan rumus (R + Kj = bij ).
3. Menghitung indeks perbaikan. Indeks perbaikan adalah nilai dari segi
empat air (segi empat yang kosong). Dengan rumus:
Bij (harga pada sel kosong) – Ri – Kj = indeks perbaikan
Ri
: angka kunci pada setiap baris i
Kj
: angka kunci pada setiap kolom j
Bij
: biaya distribusi pada sel ij
4. Memilih titik tolak perubahan
Segi empat yang mempunyai indeks perbaikan negatif berarti bila diberi
alokasi akan dapat mengurangi jumlah biaya pengangkutan. Segi empat yang
indeksnya “bertanda negatif” dan “angkanya terbesar” yang dipilih sebagai
segi empat yang akan diisi. Bila nilainya positif berarti pemecahan optimal
sudah diperoleh.
5. Memperbaiki alokasi
Cari jalur terdekat untuk sel yang mempunyai indeks perbaikan negatif
terbesar. Tempatkan tanda (+) dan (-) pada sudut jalur pemecahan pengganti,
dimulai dengan tanda (+) pada sel kosong. Sel dengan biaya terkecil dalam
tanda (-) pada jalur terdekat menunjukkan jumlaj penugasan pada sel kosong
yang akan masuk kedalam pemecahan. Jumlah ini ditambah pada semua sel
tanda (+) yang terdekat dan kurangkan pada sel yang bertanda (-)
6. Mengulangi langkah 3 sampai 5 hingga semua nilai indeks perbaikan lebih
besar atau sama dengan nol.
Menurut Dwi dan Enda (2004), metode MODI merupakan metode penguji
keoptimalan yang dikembangkan dari metode stepping stone. Kelebihan metode ini
28
dibandingkan dengan metode pendahulunya adalah penentuan sel kososng yang bisa
menghemat biaya dapat dilakukan dengan prosedur yang lebih pasti dan tepat.
Menurut Siswanto (2006), syarat tes optimalitas menggunakan Stepping
Stone dan Modified Distribution Method baru bisa dilakukan bila jumlah sel yang
terkena alokasi distribusi pada tabel awal adalah m + n – 1, dimana m merupakan
jumlah abris dan n merupakan jumlah kolom. Dua kemungkinan yang akan muncul
sebagai konsekuensi logis dari syarat tes tersebut yaitu:
a. Degenerasi
Dalam masalah transportasi telah diketahui bahwa penyusunan program awal
(solusi dasar) perlu diperhatikan syarat yang harus dipenuhi yaitu persyaratan
tepi dan persyaratan jumlah sel terisi. Variabel basis harus memenuhi jumlah
m + n – 1. Artinya sebanyak m + n – 1 sel harus terisis, jadi satu kurang dari
jumlah banyaknya baris dan kolom.
Jika banyaknya sel terisi kurang dari m + n – 1 maka perustiwa ini disebut
masalah kemerosotan (degenerasi). Kemerosotan dalam masalah transportasi
ditangani oleh dua cara.
Pertama, masalah mengalami kemerosotan pada waktu program awal disusun
melalui salah satu metode pada langkah pertama. Untuk mengatasi masalah
kemerosotan semacam ini, kita dapat memberi alokasi suatu jumlah barang
yang sangat kecil (mendekati nol) terhadap salah satu atau lebih dari sel
kosong sehingga jumlah sel terisi menjadi m + n – 1. Barang sejumlah kecil
tersebut disebut ε (epsilon) dan sel yang kita beri alokasi sebesar ε (epsilon)
ini menjadi sel terisi. Jumlah barang sebesar ε (epsilon) ini sedemikian
kecilnya sehingga pengurangan atau penambahan terhadap suatu jumlah
barang tidak mengubah bilangannya. Misalnya 50 + ε dan 50 – ε = 50 serta ε
–ε=0
Kedua, kemerosotan muncul pada tahap penyelesaian. Hal ini terjadi jika
keikutsertaan sel kosong yang memiliki opportunity cost tertinggi
mengakibatkan kekosongan dua sel atau lebih diantara sel – sel yang ikut
dalam program. Untuk menangani masalah kemerosotan semacam ini harus
ditempatkan ε pada satu atau lebih sel kosong.
29
b. Redundansi
Bila jumlah sel yang terkena alokasi distribusi lebih besar dari syarat (m + n 1) atau terjadi kelebihan sel yang terkena alokasi distribusi. Sebagai jalan
keluarnya adalah penggabungan alokasi distribusi ke sel yang lain sehingga
syarat terpenuhi.
2.7 Pohon Keputusan (Decision Tree)
Dalam penelitian operasional, teori pohon keputusan merupakan bagian dari
pembahasan teori keputusan dan permainan. Pohon keputusan disajikan untuk
mengevaluasi hal yang dapat disebut sebagai alternatif tahap tunggal. Dalam
arti bahwa, keputusan di masa mendatang tidak tergantung pada keputusan yang
diambil sekarang. Proses keputusan (decision process) adalah proses yang
memerlukan
satu atau sederetan keputusan untuk menyelesaikannya. Tiap
keputusan yang diambil mempunyai
berkaitan
dengannya
suatu
keuntungan
atau
kerugian
yang
yang ditentukan pula oleh berbagai keadaan luar
(external) yang mengelilingi proses itu (suatu segi membedakannya dari proses
yang lain). (Nurhasanah. 2003, p59)
Jika terdapat dua atau lebih keputusan yang berurutan, dan keputusan yang
terakhir didasarkan pada hasil keputusan yang sebelumnya, maka pendekatan
dengan menggunakan pohon keputusan sangat tepat untuk digunakan.
2.7.1 Definisi Pohon Keputusan (Decision Tree)
•
Menurut Siswanto (2007, p55), pohon keputusan (decision tree) adalah model
visual untuk menyederhanakan proses pembuatan keputusan secara rasional.
Dengan adanya visualisasi memungkinkan untuk memahami proses
pembuatan keputusans endiri berarti memilih alternatif – alternatif keputusan
yang tersedia, karena unsus ketidakpastian maka berbagai kemungkinan
keadaan akan dihadapi oleh masing – masing alternatif keputusan itu. Oleh
karena itu, diagram keputusan mempunyai noda keputusan dan noda cabang.
•
Menurut Antonie (2008), decision tree adalah sebuah struktur pohon, dimana
setiap noda pohon mempresentasikan atribut yang telah diuji, setiap cabang
merupakan suatu pembagian hasil uji, dan noda daun (leaf) merepresntasikan
30
kelompok kelas tertentu. Level noda teratas dari sebuah decision tree adalah
noda akar (root) yang biasanya berupa atribut yang paling memiliki pengaruh
terbesar pada suatu kelas tertentu. Pada umumnya decision tree melakukan
strategi perencarian secara top-down untuk solusinya. Pada proses
mengklarifikasi data yang tidak diketahui, nilai atribut akan diuji dengan cara
melacak jalur dari noda akar (root) sampai noda akhir (daun) dan kemudian
akan diprediksi kelas yang dimiliki oleh suatu data baru tertentu.
•
Menurut Heizer dan Render (2005, p326), pohon keputusan (decision
tree)
merupakan
sebuah
tampilan
grafis
proses
keputusan
yang
mengindikasikan alternatif keputusan yang ada, kondisi alamiah dan
peluangnya, dan juga imbalannya bagi setiap kombinasi alternatif keputusan
dan kondisi alamiah.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pohon keputusan (decision tree) adalah suatu alat
atau metode yang digunakan untuk pengambilan keputusan dari berbagai alternatif
yang ada, yang mana dilakukan secara terstruktur dan bertahap.
2.7.2 Kelebihan Metode Pohon Keputusan (Decision Tree)
Kelebihan dari metode pohon keputusan adalah:
•
Daerah pengambilan keputusan yang sebelumnya kompleks dan sangat
global, dapat diubah menjadi lebih simpel dan spesifik.
•
Eliminasi perhitungan-perhitungan yang tidak diperlukan, karena ketika
menggunakan metode pohon keputusan maka sample diuji hanya berdasarkan
kriteria atau kelas tertentu. Fleksibel untuk memilih fitur dari internal node
yang berbeda, fitur yang terpilih akan membedakan suatu kriteria
dibandingkan kriteria yang lain dalam node yang sama. Kefleksibelan metode
pohon keputusan ini meningkatkan kualitas keputusan yang dihasilkan jika
dibandingkan ketika menggunakan metode penghitungan satu tahap yang
lebih konvensional. Dalam analisis multivariat, dengan kriteria dan kelas
yang jumlahnya sangat banyak, seorang penguji biasanya perlu untuk
mengestimasikan baik itu distribusi dimensi tinggi ataupun parameter tertentu
dari distribusi kelas tersebut. Metode pohon keputusan dapat menghindari
munculnya permasalahan ini dengan menggunakan kriteria yang jumlahnya
31
lebih sedikit pada setiap node internal tanpa banyak mengurangi kualitas
keputusan yang dihasilkan.
2.7.3 Kekurangan Metode Pohon Keputusan
Kekurangan metode pohon keputusan, yaitu:
•
Terjadi overlap terutama ketika kelas-kelas dan kriteria yang digunakan
jumlahnya
sangat
banyak.
Hal
tersebut
juga
dapat
menyebabkan
meningkatnya waktu pengambilan keputusan dan jumlah memori yang
diperlukan.
•
Pengakumulasian jumlah eror dari setiap tingkat dalam sebuah pohon
keputusan yang besar.
•
Kesulitan dalam mendesain pohon keputusan yang optimal. Hasil kualitas
keputusan yang didapatkan dari metode pohon keputusan sangat tergantung
pada bagaimana pohon tersebut didesain.
2.7.4 Analisis Pohon Keputusan
Terlepas dari kerumitan sebuah keputusan atau kecanggihan teknik yang
digunakan untuk menganalisis keputusan tersebut, semua pengambil keputusan
dihadapkan dengan berbagai alternatif dan “kondisi alami”. Pada saat membuat
sebuah pohon keputusan, harus dipastikan bahwa semua laternatif dan kondisis alami
berada di tempat yang benar dan logis serta semua alternatif yang mungkin serta
kondisi alami telah disertakan. Notasi yang digunakan adalah:
1. Isitilah yang digunakan dalam pohon keputusan:
a. Alternatif – sebuah tindakan atau strategi yang dapat dipilih oleh
seorang
pengambil keputusan.
b. Kondisi alami – sebuah kejadian atau situasi dimana pengambil
keputusan hanya memiliki sedikit kendali atau tidak sama sekali.
2. Simbol yang digunakan dalam pohon keputusan:
a.
- sebuah titik keputusan dimana terdapat satu alternatif
atau lebih yang dapat dipilih.
32
b.
- sebuah titik kondisi alami dimana kondisi almai
mungkin akan terjadi.
Diagram pohon sering kali membantu dalam memahami dan menyelesaikan
persoalan probabilitas. Diagram pohon biasanya digambarkan dengan lambang yang
baku. Dimulai dengan suatu nokhta kemudian dibuat cabang-cabang
peristiwa
yang
mungkin
dapat
dihasilkan
dari percobaan.
Pada
sebanyak
masing-
masing cabang dituliskan probabilitas terjadinya peristiwa yang bersangkutan.
Jika percobaan dilakukan lagi, maka langkah- langkah itu diulang. Setiap cabang
berakhir pada nokhta yang kemudian diisi dengan probabilitas peristiwa bersama.
Pada nokhta yang paling awal dituliskan angka 1 yang artinya jumlah probabilitas
dari seluruh peristiwa yang mungkin. (Mulyono, 2007, p223)
Menganalisis masalah dengan menggunakan pohon keputusan mencakup
lima langkah:
1.
Mendefinisikan masalah.
2.
Menggambarkan pohon keputusan.
3.
Menentukan peluang bagi kondisi alamiah.
4.
Memperkirakan imbalan bagi setiap kombinasi alternatif
keputusan dan kondisi alamiah yang mungkin.
5.
Menyelesaikan masalah dengan menghitung EMV bagi setiap
titik kondisi alamiah. Hal ini dilakukan dengan mengerjakannya
dari belakang ke depan (backward), yaitu memulai dari sisi
kanan pohon, terus menuju ke titik keputusan di sebelah kirinya.
33
Gambar 2.2 Diagram Pohon
Sumber: Siswanto (2007, p56)
EMV merupakan kriteria yang paling sering digunakan untuk
menganalisis pohon keputusan. Satu dari langkah awal analisis ini adalah
untuk menggambar pohon keputusan dan menetapkan konsekuensi finansial
dari semua hasil masalah tertentu. Nilai harapan moneter (Expected Monetary
Value – EMV) adalah nilai harapan moneter yang diharapkan dari sebuah
variabel yang memiliki beberapa kemungkinan kondisi alamiah yang berbeda,
masing-masing dengan peluang tersendiri. Saat peluang diketahui, nilai
maximax dan maximin menyatakan skenario perencanaan kasus terbaik – kasus
terburuk. Nilai ini mewakili nilai yang diharapkan atau rata-rata tingkat
pengembalian modal jika keputusan ini dapat diulangi berkali-kali. (Heizer dan
Render, 2005, p324)
EMV sebuah alternatif merupakan jumlah semua keuntungan alternatif,
yang masing- masing diberikan bobot kemungkinan terjadinya.
EMV (Alternatif i) = (Hasil kondisi alamiah 1) x (Kemungkinan terjadi
kondisi alamiah 1) + (Hasil kondisi alamiah 2) x
(Kemungkinan terjadi kondisi alamiah 2)
+
.
.
.
+
(Hasil
kondisi
alamiah
terakhir)
(Kemungkinan terjadi kondisi alamiah terakhir)
x
34
Atau dengan rumus:
(Siswanto, 2007, p56)
Dimana:
NHi = Nilai harapan cabang keputusan ke-i.
Pj = Probabilitas kemunculan keadaan ke-j.
Hij = Nilai hasil keputusan jika alternatif keputusan ke-i
diambil dan keadaan ke-j terjadi.
35
2.8 Kerangka Pemikiran
Biaya Transportasi
Pengiriman
Jumlah Pesanan
Analisa
Transportasi
Metode NWC
Metode Least Cost
Metode VAM
Efisiensi Biaya
Pengiriman
Menggunakan Jasa Angkutan
-Sumber Beta
-Wenang Express
-Bahari Utama Jaya
-Sarana Raya Lintas Timur
- Jaya Makmur
Menggunakan
Angkutan Pribadi
Decision Tree
Analysis
Keputusan
Rekomendasi
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran
Sumber: Hasil Penelitian (2014)
36
Download