9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Manajemen
Kata manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno “menegement”, yang
berarti “seni melaksanakan dan mengatur”. Istilah manajemen juga berasal dari kata
“management” (Bahasa Inggris) yang berasal dari kata “to manage” yang artinya
mengurus atau tata laksana. Sejauh ini memang belum ada kata yang mapan dan
diterima secara universal sehingga pengertiannya untuk masing-masing para ahli
masih memiliki banyak perbedaan.
Manajemen mempunyai arti yang sangat luas, dapat berarti proses, seni,
ataupun ilmu. Dikatakan ilmu karena manajemen terdapat beberapa tahap untuk
mencapai
tujuan
yaitu
perencanaan,
pengorganisasian,
penggarahan,
dan
pengawasan. Dikatakan seni karena manajemen merupakan suatu cara atau alat untuk
seseorang
manajer
dalam
mencapai
tujuannya.
Dimana
penerapan
dan
penggunaannya tergantung pada masing-masing manajer yang sebagian besar
dipengaruhi oleh kondisi dan pembawaan manajer. Dikatakan ilmu karena
manajemen dapat dipelajari dan dikaji kebenarannya.
Menurut Terry (2010, p67) dalam buku yang berjudul “Principles of
Manajemen”
memberikan
definisi
manajemen
adalah
suatu
proses
yang
membedakan atas perencanaan pengorganisasian, penggerakan pelaksanaan dan
pengawasan dengan memanfaatkan baik ilmu maupun seni agar dapat menyelesaikan
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Menurut Effendi (2014, p5) dalam buku yang berjudul Asas Manajemen
mengatakan manajemen adalah suatu proses kerja sama dua orang atau lebih untuk
mencapai tujuan organisasi dengan melakukan perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, pengkoordinasikan dan pengendalian untuk mencapai tujuan organisasi
efektif dan efisien dengan menggunakan sumber daya manusia dan sumber daya
lainnya.
Sedangkan menurut Rusdiana (2014, p18) manajemen adalah proses bekerja
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya secara efektif dan efisien
9
10
dengan menggunakan orang-orang melalui perencanaan (planning), pengaturan
(organizing), kepemimpinan (leading), dan pengendalian (controling) dengan
memanfaatkan sumber daya yang tersedia.
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah
sekelompok orang yang mengatur proses pemanfaatan sumber daya dan sumbersumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
2.2 Manajemen Operasional
Menurut Deitiana (2011, p23) manajemen operasional adalah suatu ilmu yang
dapat diterapkan pada berbagai jenis bidang usaha seperti rumah sakit, perguruan
tinggi, pabrik garmen, dan lain-lain. Karena jenis usaha tersebut menghasilkan
produk yang bisa berupa barang dan jasa, yang mana untuk kegiatan proses
produksinya yang efektif dan efisien memerlukan berbagai konsep, peralatan serta
berbagai cara mengelola operasinya
Menurut Rusdiana (2014, p19) dalam bukunya yang berjudul “Manajemen
Operasi” memberikan definisi manajemen operasi merupakan serangkaian proses
dalam menciptakan barang, jasa, atau kegiatan yang mengubah bentuk dengan
menciptakan atau menambah manfaat suatu barang atau jasa yang akan digunakan
untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Sedangkan menurut Herjanto (2008, p4), manajemen operasional adalah area
bisnis yang berfokus pada proses produksi barang dan jasa, serta memastikan operasi
bisnis berlangsung secara efektif dan efisien. Seorang manajer operasi bertanggung
jawab mengelola proses pengubahan transformasi dari input (dalam bentuk material,
tenaga kerja, dan energi) menjadi output (dalam bentuk barang dan jasa). Proses ini
biasanya dilengkapi dengan kegiatan umpan balik untuk memastikan bahwa keluaran
yang diperoleh sesuai dengan yang dikehendaki. Gambar 2.1 menunjukkan skema
proses transformasi dari masukan menjadi keluaran.
11
MASUKAN
KELUARAN
Manusia
Mesin
Material
Modal
Proses
Barang
transformasi
atau
Metode
Jasa
Enerji
Umpan Balik
Sumber : Herjanto (2008)
Gambar 2. 1 Skema Proses Transformasi
Secara history kegiatan operasi sudah dikenal beribu-ribu tahun yang lalu,
sejak manusia mengenal cara berburu, membuat suatu benda, dan lain-lain.
Pengetahuan atau cara tersebut berkembang terus dengan ditemukan prinsip serta
metode baru, dan akhirnya terbentuk menjadi suatu ilmu sendiri, dilengkapi dengan
masukan unsur-unsur ilmu pengetahuan yang lain.
Elemen-elemen yang mendasari manajemen operasi secara umum dapat
dijelaskan dengan menggunakan Gambar 2.2 berikut:
Konsep dasar
manajemen produksi
Disiplin ilmu lain
MANAJEMEN
Organisasi dan
manajemen
OPERASI
Penemuan teknologi
Sumber: Herjanto (2008)
Gambar 2. 2 Elemen Dasar Manajemen Operasi
•
Konsep dasar manajemen produksi, yang membedakan dari disiplin
ilmu yang lain, misalnya konsep perencanaan tata letak, perencanaan
12
kapasitas, perencanaan kebutuhan material, persediaan, penjadwalan,
dan pengendalian mutu.
•
Teknik dan konsep yang dikembangkan melalui teori organisasi dan
manajemen. Teknik dan konsep tersebut banyak digunakan terutama
dalam perencanaan kerja, pengorganisasian sumber daya, dan
pengendalian proses.
•
Penerapan pengetahuan atau praktek yang dikembangkan dari disiplin
ilmu lain, seperti ekonomi, keuangan, dan matematika.
•
Penemuan-penemuan teknologi. Komputer dan laser merupakan
contoh dari penemuan teknologi terakhir yang sangat berpengaruh
dalam sistem produksi serta mendorong perubahan dalam tata letak,
jenis mesin atau peralatan, maupun proses produksi.
Perkembangan manajemen operasi lebih terasa sejak meletusnya Revolusi
Industri pada abad ke-18. Pada saat itu, pola kerajinan tangan mulai tergeser, dan
sistem pabrik mulai berkembang. Dilengkapi dengan penemuan teknologi yang
semakin modern, penanganannya juga lebih kompleks.
Sejalan dengan perkembangan teknologi dan perekonomian, konsep
manajemen operasi menjadi semakin berkembang dan semakin terasa peranannya
dalam pengembangan perusahaan agar semakin terasa peranannya dalam
pengembangan perusahaan agar semkain efesien dan efektif sehingga memiliki daya
saing yang kuat.
Perkembangan manajemen operasi sampai dalam bentuknya sekarang ini
didasarkan atas penemuan dari para ahli, antara lain:
Menurut Heizer dan Render (2009, p4), manajemen operasional adalah
serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa
dengan mengubah input menjadi output.
Menurut Stevenson (2009, p4), manajemen operasional adalah sistem
manajemen atau serangkaian proses dalam pembuatan produk atau
penyediaan jasa.
Menurut Richard (2006, p216), manajemen operasi adalah bidang manajemen
yang mengkhususkan pada produksi barang, serta menggunakan alat-alat dan
tekhnik-tekhnik khusus untuk memecahkan masalah-masalah produksi.
Dari definisi-definisi yang telah dikemukakan diatas dapat disimpulkan
bahwa manajemen operasional merupakan ilmu yang mempelajari serangkaian
13
proses pengubahan input menjadi output yang bernilai untuk memenuhi kebutuhan
manusia.
2.2.1 Keputusan Strategi Manajemen Operasional
Menurut Heizer dan Render (2009, p56-57) diferensiasi, biaya rendah dan
respons yang cepat dapat dicapai saat manajer membuat keputusan efektif dalam
sepuluh wilayah manajemen opersaional. Keputusan ini dikenal sebagai keputusan
operasi (operations decisions). Berikut sepuluh keputusan manajemen operasional
yang mendukung misi dan menerapkan strategi:
1. Perancangan barang dan jasa
Perancangan barang dan jasa menetapkan sebagian besar proses
transformasi yang akan dilakukan. Keputusan biaya kualitas dan sumber
daya manusia bergantung pada keputusan perancangan.
2. Kualitas
Ekspektasi pelanggan terhadap kualitas harus ditetapkan, peraturan dan
prosedur dibakukan untuk mengidentifikasi serta mencapai standar
kualitas tersebut.
3. Perancangan proses dan kapasitas
Keputusan proses yang diambil membuat manajemen mengambil
komitmen dalam hal teknologi, penggunaan sumber daya manusia dan
pemeliharaan yang spesifik. Komitmen pengeluaran dan modal ini akan
menentukan struktur biaya dasar suatu perusahaan.
4. Pemilihan lokasi
Keputusan lokasi organisasi manufaktur dan jasa menentukan kesuksesan
perusahaan.
5. Perancang tata letak.
Aliran bahan baku, kapasitas yang dibutuhkan, tingkat karyawan,
keputusan teknologi dan kebutuhan persediaan mempengaruhi tata letak.
6. Sumber daya manusia dan rancangan pekerjaan
Manusia merupakan bagian yang integral dan mahal dari keseluruhan
rancang sistem. Karenannya, kualitas lingkungan kerja diberikan bakat
dan keahlian yang dibutuhkan, dan upaya yang harus ditentukan dengan
jelas.
14
7. Manajemen rantai pasokan
Keputusan ini menjelaskan apa yang harus dibuat dan apa yang harus
dibeli.
8. Persediaan
Keputusan persediaan dapat dioptimalkan hanya jika kepuasan pelanggan,
pemasok,
perencanaan
produksi
dan
sumber
daya
manusia
dipertimbangkan.
9. Penjadwalan
Jadwal produksi yang dapat dikerjakan dan efesien harus dikembangkan.
10. Pemeliharaan
Keputusan harus dibuat pada tingkat kehandalan dan stabilitas yang
diinginkan.
2.2.2 Strategi Manajemen Operasional
Menurut Heizer dan Render (2009, p51) perusahaan mencapai misi mereka
melalui tiga cara, antara lain:
a. Bersaing dalam diferensiasi
Diferensiasi
berhubungan
dengan
penyajian
sesuatu
keunikan.
Diferensiasi harus diartikan melampaui ciri fisik dan atribut jasa yang
mencakup segala sesuatu mengenai produk atau jasa yang mempengaruhi
nilai dimana konsumen dapatkan darinya.
b. Bersaing dalam biaya
Kepemimpinan
biaya
rendah
berarti
mencapai
nilai
maksimum
sebagimana yang diinginkan pelanggan. Hal ini membutuhkan pengujian
sepuluh keputusan manajemen operasi dengan usaha yang keras untuk
menurunkan biaya dan tetap memenuhi nilai harapan pelanggan. Strategi
biaya rendah tidak berarti nilai atau kualitas barang menjadi rendah.
c. Bersaing dalam respons
Keseluruhan nilai yang terkait dengan pengembangan dan pegantaran
barang yang tepat waktu, penjadwalan yang dapat diandalkan dan kinerj
yang fleksibel. Respons yang fleksibel dapat dianggap sebagai
kemampuan memenuhi perubahan yang terjadi di pasar dimana terjadi
pembaruan rancangan dan fluktuasi volume.
15
Tiga strategi yang ada masing-masing memberikan peluang bagi para manajer
operasi untuk meraih keungulan bersaing. Keunggulan bersaing berarti menciptakan
sistem yang mempunyai keunggulan unik atas pesaing lain. Idenya adalah
menciptakan nilai pelanggan (customer value) dengan cara efisien dan efektif.
2.3 Pengertian Efisiensi
Pengertian Efisiensi menurut para ahli, antara lain:
Menurut Robbins dan Coulter (2007, p8) efisiensi adalah memperoleh output
terbesar dengan input yang terkecil yang digambarkan sebagai “melakukan
sesuatu secara benar”.
Menurut Gaspers (2009, p45) efisiensi adalah ukuran yang menunjukkan
bagaimana baiknya sumberdaya yang digunakan dalam proses produksi untuk
menghasilkan output.
Menurut Rusdiana (2014, p20) efisiensi adalah suatu ukuran keberhasilan
yang dinilai dari segi besarnya sumber atau biaya untuk mencapai hasil dari
kegiatan yang dijalankan.
Ada beberapa sumber yang dapat dimanfaatkan oleh auditor operasional
didalam mengembangkan kriteria evaluasi khusus untuk efisiensi. Menurut Arens
dan Loebbecke yang mencakup:
•
Kinerja Historis
Seperangkat kriteria yang sederhana dapat didasarkan pada hasil aktual
atau hasil audit dari periode sebelumnya. Gagasan dibalik penggunaan
kriteria ini adalah untuk membandingkan apakah yang telah dilakukan
menjadi “lebih baik” atau “lebih buruk”. Manfaat kriteria ini adalah
bahwa kriteria tersebut mudah dibuat, tetapi mungkin tidak memberikan
perdagangan mengenai seberapa baik atau buruk sebenarnya unit usaha
yang diperiksa melakukan sesuatu.
•
Kinerja yang dapat membandingkan
Sebagian besar kesatuan yang menjadi audit operasional tidak bersifat
unik. Terdapat kesatuan yang sama didalam keseluruhan yang dapat
diperbandingkan
merupakan
mengembangkan
kriteria.
sumber
Untuk
yang
kesatuan
sangat
baik
untuk
internal
yang
dapat
16
diperbandingkan, datanya biasanya sudah tersedia. Bila kesatuan yang
dapat diperbandingkan berada diluar organisasi, mereka seringkali
biasanya menyediakan informasi seperti itu.
•
Standar Rekayasa
Dalam banyak jenis penugasan audit operasional adalah mungkin dan
layak untuk mengembangkan kriteria berdasarkan standar rekayasa,
misalnya study waktu dan gerak untuk menentukan tingkat keluaran
produksi. Kriteria ini sering memakan waktu dan biaya yang besar dalam
pengembangannya. Karena menentukan banyak keahlian, akan tetapi hal
ini mungkin sangat efektif dalam memecahkan masalah operasional yang
utama dan biaya yang dikeluarkan akan berharga.
•
Diskusi Kesepakatan
Kadang-kadang kriteria objektif sangat sulit didapat dan sangat memakan
biaya, tetapi ada kalanya kriteria dapat dikembangkan melalui dikusi dan
kesepakatan yang sederhana. Pihak-pihak dalam proses ini harus meliputi
manajemen yang diperiksa, autor operasional dan kesatuan atau orangorang yang mendapat laporan mengenai temuan-temuan yang didapat.
2.4 Pengertian Biaya
Biaya adalah salah satu aspek yang dapat mempengaruhi laba. Jika biaya
lebih besar dari pada pendapatan maka perusahaan akan mengalami kerugian, tetapi
jika biaya lebih kecil dari pendapatan maka perusahaan akan mengalami untung.
Menurut Carter (2009, p2), biaya adalah suatu nilai tukar, pengeluaran,
pengorbanan yang dikeluarkan untuk menjamin memperoleh manfaat.
Sedangkan menurut Mursyidi (2008, p14) biaya adalah suatu pengorbanan
yang dapat mengurangi kas atau harta lainnya untuk mencapai tujuan, baik yang
dapat dibebankan pada saat ini maupun pada saat yang akan datang.
Pengolongan biaya adalah sebagai berikut:
1. Menurut Objek Pengeluaran
Penggolongan ini merupakan penggolongan yang paling sederhana, yaitu
berdasarkan penjelasan singkat mengenai suatu objek pengeluaran,
17
misalnya pengeluaran yang berhubungan dengan telepon disebut “biaya
telepon”.
2. Menurut Fungsi Pokok dalam Perusahaan
Biaya yang digolongkan menjadi 3 kelompok, yaitu:
•
Biaya produksi, yaitu semua biaya yang berhubungan dengan
fungsi produksi atau kegiatan pengoahan bahan baku menjadi
produk selesai. Biaya produksi dapat digolongkan kedalam biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.
•
Biaya pemasaran, adalah biaya-biaya yang terjadi untuk
melaksanakan kegiatan pemasaran produk, contohnya biaya iklan,
biaya promosi, biaya sampel, dll.
•
Biaya
administrasi
dan
umum,
yaitu
biaya-biaya
untuk
mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan produksi dan pemasaran
produk, contohnya gaji bagian akuntan, gaji personalia, dll.
3. Menurut Hubungan Biaya dengan Sesuatu yang dibiayai
Ada 2 golongan, yaitu:
•
Biaya Langsung (Direct Cost)
Merupakan biaya yang terjadi dimana penyebab satu-satunya
adalah karena ada sesuatu yang harus dibiayai. Dalam kaitannya
dengan produk, biaya langsung terdiri dari biaya bahan baku dan
biaya tenaga kerja langsung.
•
Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost)
Biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang
dibiayai, dalam hubungannya dengan produk, biaya langsung
dikenal dengan biaya overhead pabrik.
4. Menurut Perilaku dalam Kaitannya dengan Perubahan Volume Kegiatan
Biaya dibagi menjadi 4 golongan, yaitu:
•
Biaya Tetap (Fixed Cost), biaya yang jumlahnya tetap konstan
tidak dipengaruhi perubahan volume kegiatan atau aktivitas
sampai tingkat kegiatan tertentu. Contohnya: gaji direktur
produksi.
•
Biaya Variabel (Variable Cost), biaya yang jumlah totalnya
berubah secara sebanding dengan perubahan volume kegiatan
18
atau aktivitas. Contohnya: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung.
•
Biaya Semi Variabel, biaya yang jumlah totalnya berubah
sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semi
variabel mengandung unsur biaya tetap dan biaya variable,
contohnya biaya listrik yang digunakan. Contohnya : pengeluaran
untuk pembelian aktiva tetap, untuk reparasi besar terhadap
aktiva.
•
Biaya Semi Fixed, biaya yang tetap untuk volume kegiatan
tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume
produksi tertentu.
5. Menurut Jangka Waktu Manfaatnya
Biaya dibagi 2 bagian, yaitu:
•
Pengeluaran Modal (Capital Expenditure), yaitu pengeluaran
yang akan memberikan maafaat atau benifit pada periode
akuntansi atau pengeluaran yang akan dapat memberikan manfaat
pada periode akuntansi yang akan datang.
•
Pengeluaran
Pendapatan
(Revenue
Expenditure),
yaitu
pengeluaran yang memberikan manfaat hanya pada perode
akuntansi dimana penegeluaran itu terjadi. Cotohnya : biaya
iklan, biaya tenaga kerja.
2.5 Distribusi
Menurut Kotler dan Amstrong (2010, p363) distribusi merupakan
seperangkat organisasi yang saling bergantung satu sama lain yang dilibatkan dalam
proses penyediaan suatu produk atau jasa untuk digunakan atau dikonsumsi oleh
konsumen atau pengguna bisnis.
Distibusi merupakan suatu proses yang menunjukkan penyaluran barang yang
dibuat dari produsen agar sampai kepada konsumen yang tersebar luas. Produsen
sendiri memiliki pengertian sebagai orang yang melakukan dan membuat suatu
produksi, sedangkan konsumen adalah orang yang menggunakan atau memakai
barang atau jasa yang di tawarka oleh produsen dalam kegiatan pembuatan barang.
19
Tujuan utama strategi distribusi adalah menempatkan produk sedekat
mungkin dengan konsumen. Dengan deikian setiap kali konsumen membutuhkan
mereka dapat membelinya dengan mudah. Jenis saluran distribusi adalah perusahaan
harus mengidentifikasikan jenis anggota-anggota saluran yang ada untuk melakukan
kegiatan penyaluran barang.
2.5.1 Saluran Distribusi
Saluran distribusi merupakan suatu keputusan dari perusahaan untuk
menempatkan produk yang dihasilkannya, kepada waktu dan tempat yang tepat.
Saluran distribusi sering disebut dengan saluran perdagangan (trade channel) atau
saluran pemasaran (marketing channel).
Menurut Kotler dan Keller yang dialih bahasakan oleh Bob Sabran (2009,
p106), mendefinisikan saluran distribusi sebagai sekelompok organisasi yang saling
bergantung dan terlibat dalam proses pembuatan produk atau jasa yang disediakan
untuk digunakan atau dikonsumsi. Saluran pemasaran merupakan seperangkat alur
yang diiukuti produk atau jasa setelah diproduksi, berakhir dalam pembalian dan
digunakan oleh pengguna terakhir.
Menurut Tjiptono (2008, p187), Saluran distribusi adalah rute atau rangkaian
perantara, baik yang dikelola pemasar maupun yang independen, dalam
menyampaikan barang dari produsen ke konsumen.
Dari pandangan para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa salah satu
cabang dari saluran pemasaran yaitu terkait dengan masalah penyaluran barang dari
produsen kepada konsumen ataupun konsumen industri. Sehingga dalam hal ini
saluran distribusi mempunyai tugas untuk menyampaikan produk ataupun jasa yang
diproduksi oleh perusahaan atau produsen kepada para konsumen atupun konsumen
industri.
Saluran ditribusi merupakan hal yang sangat penting karena dengan adanya
saluran distribusi produk dari produsen akan sampai ke konsumen. Maka perusahaan
harus menentukan strategi dalam pemilihan jumlah dan bentuk saluran distribusi
yang tepat.
20
2.5.2 Fungsi Saluran Distribusi
Fungsi utama saluran distribusi adalah menyalurkan barang dari produsen ke
konsumen, maka perusahaan dalam melaksanakan dan menentukan saluran distribusi
harus melakukan pertimbangan yang baik.
Adapun fungsi-fungsi saluran distribusi menurut Kotler (2010, p112) adalah :
•
Informasi (Information), yaitu mengumpulkan informasi penting tentang
konsumen dan pesaing untuk merencanakan dan membantu pertukaran.
•
Promosi (Promotion), yaitu mengembangkan dan menyebarkan komunikasi
terhadap para konsumen. Dalam hal ini harus berani untuk membujuk atau
persuatif tentang produk yang akan ditawarkan. Saluran distribusi perlu memilih
sarana promosi yang tepat untuk promosi agar produk yang ditawarkan kepada
konsumen mengena di hati konsumennya.
•
Negosiasi (Negotiation), yaitu mencoba untuk menyepakati harga dan syarat –
syarat lain, sehingga memungkinkan perpindahan hak kepemilikan.
•
Pemesanan (Ordering), yaitu keputusan dari distribusi untuk memnuhi minatnya
membeli produk atau jasa ke produsen.
•
Pembayaran (Payment), yaitu pembeli membayar tagihan kepada penjuala
melalui bank atau lembaga keuangan lainnya.
•
Kepemilikan (Title), yaitu perpindahan kepemilikan barang dari suatu organisasi
atau orang kepada organisasi/orang lain.
•
Kepemilikan Fisik (Physical Possession), yaitu milik dari penyimpanan dan
pergerakan barang secara fisik dari bahan mentah sampai ke konsumen akhir.
•
Pembiayaan (Financing), yaitu pembayaran, permintaan, penyebaran dana untuk
menutupi biaya-biaya saluran distribusi tersebut baik melalui bank atau
lembaga-lembaga keuangan lainnya.
•
Pengambilan Risiko (Risk Taking), yaitu menanggung resiko sehubungan
dengan pelaksanaan pekerjaan saluran distribusi.
2.5.3 Macam-Macam Saluran Distribusi
Terdapat berbagai macam saluran distribusi barang konsumsi menurut Kotler
(2010, p113), diantaranya:
o Produsen – Konsumen
21
Bentuk saluran distribusi ini merupakan yang paling pendek dan sederhana
karena tanpa menggunakan perantara. Produsen dapat menjual barang yang
dihasilkannya melalui pos atau langsung mendatangi rumah konsumen (dari
rumah ke rumah). Oleh karena itu, saluran distribusi ini disebut saluran distribusi
langsung.
o Produsen – Pengecer – Konsumen
Produsen hanya melayani penjualan dalam jumlah besar kepada pedagang besar
saja, tidak menjua kepada pengecer. Pembelian oleh pengecer dilayani oleh
pedagang besar, dan pembeli oleh konsumen hanya dilayani pengecer saja.
o Produsen – Pedagang Besar – Pengecer – Konsumen
Saluran sitribusi ini banyak digunakan oleh produsen dan dinamakan saluran
distribusi tradisional. Di sini produsen hanya melayani penjualan dalam besar
kepada pedagang besar saja, tidak menjual kepada pengecer. Pembelian oleh
pengecer dilayani oleh pedagang besar, dan pembelian oleh konsumen dilayani
oleh pengecer saja.
o Produsen – Agen – Pengecer – Konsumen
Di sini, produsen memilih agen sebagai penyalurnya, Ia menjalankan kegiatan
perdagangan besar dalam saluran distribusi yang ada. Sasaran penjualannya
terutama ditujukan kepada para pengecer besar.
o Produsen – Agen – Pedagang Besar – Pengecer – Konsumen
Dalam saluran distribusi, produsen sering menggunakan agen sebagai perantara
untuk menyalurkan barangnya kepada pedagang besar yang kemudian
menjualnya kepada toko-toko kecil. Agen yang terlihat dalam saluran distribusi
ini terutama agen penjualan.
2.6 Pengertian Metode Transportasi
Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dengan menggunakan
wahana yang digerakkan oleh manusia atau mesin. Transportasi digunakan untuk
memudahkan manusia untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Banyak ahli telah
merumuskan dan mengemukakan pengertian transportasi. Para ahli memiliki
pandangannya masing-masing yang mempunyai perbedaan dan persamaan antara
yang satu dengan yang lainnya.
22
Menurut Sarjono (2010, p70), Metode Transportasi merupakan salah satu
teknik manajemen dalam mendistribusikan produk dari gudang ke tempat yang
dituju.
Sedangkan menurut Herjanto (2009, p45) Metode Transportasi merupakan
metode yang digunakan untuk mengatur distribusi dari sumber-sumber yang
menyediakan produk yang sama ke tempat-tempat tujuan secara optimal. Alokasi
produk ini harus diatur sedemikian rupa karena terdapat perbedaan biaya-biaya
alokasi dari satu sumber atau beberapa sumber ke tempat tujuan yang berbeda. Oleh
karena itu, metode ini tepat untuk menentukan biaya distribusi yang optimal dalam
masalah transportasi.
Transportasi merupakan satu fasilitas bagi suatu daerah untuk maju dan
berkembang serta transportasi dapat meningkatkan aksesibilitas atau hubungan suatu
daerah karena aksesibilitas sering dikaitkan dengan daerah. Untuk membangun suatu
pedesaan keberadaan prasarana dan sarana transportasi tidak dapat terpisahkan dalam
suatu program pembangunan. Kelangsungan proses produksi yang efisien, investasi
dan perkembangan teknologi serta terciptanya pasar dan nilai selalu didukung oleh
system transportasi yang baik.
2.6.1 Prosedur Penyelesaian Metode Transportasi
Metode transportasi dapat digunakan dalam memecahkan masalah-masalah
yang berkaitan dengan penetuan rute pengiriman dari perusahaan produksi ke
berbagai penyalur (wholesaler) atau konsumen dari penyalur ke pedagang eceran
(retailer). Alokasi produk harus diatur sedemikian rupa karena terdapat perbedaan
biaya-biaya alokasi dari satu sumber ke tempat-tempat tujuan yang berbeda-beda.
Menurut Agustini dan Rahmadi dalam bukunya yang berjudul “Riset Operasi,
Konsep-Konsep Dasar” (2004, p101) prosedur penyelesaian metode transportasi
dilakukan melalui tiga langkah yaitu menyusun matriks transportasi, menentukan
solusi fisibel awal dan melakukan tes optimalisasi. Langkah-langkah tersebut dapat
dilihat pada bagan dibawah ini.
23
AWAL
MENYUSUN MATRIX TRANSPORTASI
MENYUSUN TABEL AWAL
ALOKASI
TES OPTIMALISASI
SELESAI
REVISI
Sumber: Agustini dan Rahmadi (2004)
Gambar 2. 3 Prosedur Penyelesaian Metode Transportasi
Dari gambar diatas terlihat bahwa prosedur dari penyelesaian metode
transportasi adalah sebagai berikut :
1. Menyusun Matriks Transportasi
Langkah pertama di dalam metode transportasi adalah menyusun matriks
transportasi. Langkah ini merupakan kunci keberhasilan kita dalam menyusun
langkah berikutnya. Matriks transportasi menunjukkan sumber dari mana barang
berasal dan tujuan kemana barang akan dikirim.
Kendala tempat asal berada pada sebelah kiri dan jumlah barang berada pada
sebelah kanan tabel. Sedangkan kendala tempat tujuan berada diatas tabel dan
jumlah barang yang diminta terletak di bawah tabel. Biaya per unit barang
dimasukkan ke setiap sel di pojok kiri atau pojok kanan setiap sel. Hal ini
dillakukan untuk mempermudah dalam proses penyelesaian.
Agar lebih jelasnya, matriks transportasi dapat dilihat pada gambar berikut
ini:
24
Tujuan
1
2
Penawaran
(Supply)
3
Sumber
X11
X21
C22
X22
C31
3
X13
X12
C21
2
X31
C13
C12
C11
1
C23
X23
C32
X32
C33
X33
Permintaan
(Demand)
Pada langkah ini harus dipastikan bahwa besar kapasitas (penawaran) harus
sama (seimbang) dengan besar permintaan. Apabila terdapat ketidak seimbangan
maka harus dibuat sel dummy pada penyusunan tabel awal. Dummy tersebut
berisi besarnya ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan. Sel
dummy dalam penyusunan tabel awal dapat berupa sel baris maupun sel kolom.
Apabila jumlah kapasitas lebih besar daripada jumlah permintaan maka perlu
ditambahkan dummy pada variabel permintaan, dan sebaliknya apabila jumlah
kapasitas kurang dari jumlah permintaan maka ditambahkan dummy pada
variabel penawaran.
2. Menentukan Solusi Awal Fisibel
Langkah kedua adalah melakukan pengalokasian berdasarkan beberapa
metode yang ada. Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan kasus transportasi ini, antara lain North West Corner Method
(NWC), Least Cost Method, dan Vogel Approximation Method (VAM). Ketiga
jenis metode transportasi tersebut akan dibahas pada sub-bab mengenai jenisjenis metode transportasi.
Penyelesaian solusi awal fisibel dengan menggunakan salah satu cara
penyelesaian baik North West Corner Method, Least Cost Method, maupun
Vogel Approximation Method mempunyai arti bahwa total biaya pengiriman
yang diperoleh belum tentu biaya yang termurah. Artinya masih ada
kemungkinan kita untuk menekan total biaya menjadi lebih murah. Namun
secara manual ketiga cara tersebut tidak mampu mencari tahu menekan lebih
25
jauh. Hal ini disebabkan oleh kemampuan cara itu sendiri. Oleh karena itu,
terdapat uji optimalisasi metode transportasi yang dapat menekan biaya
distribusi lebih jauh lagi.
3. Tahap Pengujian Optimalisasi
Jika telah diakukan pengalikasian dengan menggunakan salah satu metode,
langkah berikutnya adalah melihat apakah alokasi tersebut sudah optimal atau
belum, langkah ini dikenal dengan istilah pengujian optimalisasi. Terdapat dua
cara pengujian optimalisasi, yaitu metode Stepping Stone dan MODI (Modified
Distribution Method) yang akan dibahas pada sub-bab mengenai jenis-jenis
metode transportasi.
Jika hasil pengujian optimalisasi menunjukkan bahwa alokasi telah optimal,
maka alokasi tersebut dapat dikatakan telah mencapai nilai yang paling
menguntungkan atau dengan kata lain merupakan solusi yang terbaik dalam
memecahkan masalah transportasi suatu perusahaan. Sebaliknya jika belum
optimal, maka perlu dilakukan revisi untuk sel yang masih memungkinkan untuk
direvisi.
2.7 Jenis-Jenis Metode Transportasi
Metode transportasi merupakan suatu metode yang digunakan untuk
mengatur distribusi dari sumber-sumber yang menyediakan produk yang sama ke
tempat-tempat yang membutuhkan secara optimal. Alokasi produk ini harus diatur
sedemikain rupa, karena terdapat beberapa perbedaan antara biaya-biaya alkasi dari
suatu sumber ke tempat-tempat tujuan. Ada beberapa macam metode transportasi,
yang semuanya terserah pada penyelesaian optima dari masalah-masalah transportasi
yang terjadi.
Metode transportasi terbagi menjadi dua tahap utama yaitu tahap pertama
merupakan tahap menentukan solusi awal fisibel dan tahap kedua adalah tahap
pengujian optimalisasi atau menetukan apakah pengalokasian sudah optimal atau
belum.
26
2.7.1 Menentukan Solusi Awal Fisibel
Dalam menentukan solusi awal fisibel terdapat berbagai jenis metode.
Metode-metode transportasi untuk menentukan solusi fisibel basis awal adalah
sebagai berikut :
1. Metode North West Corner (Sudut Barat Laut)
2. Metode Least Cost (Biaya Minimum)
3. Metode VAM (Vogel’s Approximation Method)
Adapun penjelasan mengenai beberapa metode transportasi diatas adalah
sebagai berikut :
2.7.1.1 North West Corner Method (Metode Sudut Barat Laut)
Metode ini disebut juga dengan metode Pojok Kiri Atas atau metode Barat
Laut. Metode ini digunakan untuk mencari penyelesaian awal (Initial Solution) dari
persoalan transportasi yang dihadapi. Metode ini dimulai dengan mengalokasikan
jumlah maksimum yang dapat diizinkan oleh persediaan dan permintaan ke variabel
X11 dengan cara mencari yang terkecil diantara persediaan ai dan permintaan bi X11 =
min(ai,bi) artinya jika b1 < a1 maka X11 = a1. Untuk X11 = b1 maka selanjutnya yang
mendapat giliran untuk dialokasikan adalah X11 sebesar min (a1-b1,b2) dan untuk X11
= a2 atau b1 > a1). Maka selanjutnya yang mendapat giliran untuk dialokasikan
adalah X21 sebesar min (a2,b2,-a1).
Prosedur penggunaan North-West Corner adalah sebagai berikut :
a. Tampilkan persoalan ke dalam matriks transportasi
b. Selalu memulai pengisian yang pertama kali pada jalur yang berbeda
pada pojok kiri atas. Pengisian atau pengalokasian barang pada jalur ini
harus berpedoman kepada kapasitas yang ada dan jumlah permintaan
yang harus dipenuhi.
c. Lakukan gerakan zig-zag dari pojok kiri atas ke arah kanan bawah,
sampai semua barang yang diproduksi habis terdistribusi dan memenuhi
semua permintaan yang ada.
d. Hitung total biaya yang diperoleh.
Baris atau kolom yang sudah dipenuhi lalu disilang (dihilangkan), yang
menunjukkan bahwa variabel sisa pada baris atau kolom yang disilang tersebut sama
27
dengan nol. Kemudian dialokasikan sebanyak mungkin ke sel (kotak) didekatnya
pada baris atau kolom yang tidak disilang. Jika sebuah baris atau sebuah kolom
dipenuhi secara bersamaan maka hanya salah satunya yang disilang dan variabel
berikutnya yang harus ditambahkan ke pemecahan dasar akan dipastikan berada di
tingkat nol. Proses ini selesai ketika tepat satu baris atau satu kolom belum disilang
atau dengan kata lain semua persediaan telah habis dan permintaan telah terpenuhi.
2.7.1.2 Least Cost Method (Metode Biaya Terkecil)
Metode
ini
merupakan
sebuah
pendekatan
yang
sederhana,
yang
menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Identifikasi sel dengan biaya yang paling rendah. Pilih salah satu jika
terdapat biaya yang sama.
2. Alokasikan unit sebanyak mungkin untuk sel tersebut tanpa melebihi
pasokan atau permintaan. Kemudian coret kolom atau baris itu (atau
keduanya) yang sudah penuh terisi.
3. Dapatkan sel sesuai dengan biaya yang paling rendah dari sisa sel (yang
belum dicoret).
4. Ulangi langkah ke 2 dan 3 sampai semua unit habis dialokasikan.
Proses ini selesai ketika tepat satu baris atau satu kolom yang belum
disilang.
2.7.1.3 Vogel’s Approximation Method (Metode Pendekatan Vogel)
Metode ini merupakan metode terbaik dibandingkan dengan kedua metode
diatas. Metode ini dapat menghasilkan pemecahan awal yang optimal atau dekat
dengan optimum. Langkah-langkah pengerjaanya adalah sebagai berikut :
1. Buatlah matrik yang menunjukkan kebutuhan masing-masing sumber
dan biaya transportasi per unit.
2. Carilah selisih antara dua biaya terkecil masing-masing kolom baris.
3. Pilih selisih terbesar di antara selisih-selisih yang telah dihitung pada
langkah pertama.
4. Sesuaikan penawaran dan permintaan untuk menunjukkan alokasi yang
sudah dilakukan. Hilangkan semua baris dan kolom di mana penawaran
dan permintaan telah dihabiskan.
28
5. Jika semua penawaran dan permintaan belum dipenuhi, kembali ke
langkah 1, sampai semua penawaran dan permintaan solusi awal
terperoleh.
Tujuan dari jalur ini adalah untuk mempertahankan kendala penawaran dan
permintaan sambil dilakukan alokasi ulang barang ke suatu kotak kosong. Semua
variabel non basis (kotak kosong) dievaluasi dengan cara yang sama untuk
menentukan apakah mereka akan menurunkan biaya dan karena itu menjadi calon
entering variabel. Jika semua kotak kosong memiliki perubahan biaya positif, berarti
solusi telah optimal.
2.7.2 Tahap Pengujian Optimalisasi
Sebelum mengadakan pengujian optimalitas terhadap tabel awal transportasi,
terlebih dahulu harus perhatikan banyaknya sel yang terkena beban alokasi
sementara. Hal ini sangat penting karena banyaknya sel yang terkena beban alokasi
sementara harus sama dengan jumlah baris ditambah kolom kurangi satu. Agar dapat
dilakukan pengujian optimalisasi terhadap tabel awal transportasi.
Jika banyaknya garis dilambangkan dengan “m”, dan banyaknya kolom
dilambangkan dengan “n”, maka dinyatakan bahwa banyaknya sel yang terkena
alokasi beban sementara harus = (m + n-1) agar dapat dilakukan pengujian
optimalisasi tabel awal transportasi lebih lanjut.
Ada dua metode yang digunakan untuk mengetahui optimal tidaknya tahap
sebelumnya, yaitu menggunakan :
2.7.2.1 The Stepping Stone Method (Metode Batu Loncatan)
Cara ini diketemukan oleh Cooper dan Chames dan ini merupakan cara yang
sering dan banyak digunakan untuk mengetahui atau menguji optimal atau tidaknya
tahap pertama. Dengan langkah-langkah penyusunan sebagai berikut :
1. Setiap sel kosong dievaluasi dengan memindahkan sel kosong tersebut satu
unit dari sel yang terisi untuk menentukan pengaruh. Dari pemindahan satu
unit ke sel yang kosong terhadap fungsi objektif, harus ditentukan lintasan
tutup antara sel-sel yang terisi.
2. Lintasan ini terdiri dari beberapa langkah yang dimulai dari sel yang kosong
sampai kembali ke sel yang kosong tersebut, arahnya lurus dan siku-siku
29
(arah diagonal tidak diperkenankan) serta jalurnya searah dengan jarum jam
atau juga sebaliknya. Lintasan dilalui berturut-turut diberi tanda positif (pada
sel kosong harus selalu bertanda “+”), kemudian negatif sampai akhirnya
kembali ke sel yang dimaksud.
3. Setelah semua sel kosong dihitung, tentukan sel kosong yang menghasilkan
negatif terbesar dan gunakan lintasan tutupnya untuk memindahkan barangbarang, sehingga diperoleh suatu pemecahan fisibel baru, bila keadaan belum
optimal. Sedangkan bila keadaan telah menunjukkan semua hasi perhitungan
sel kosong positif, maka menandakan telah optimal.
2.7.2.2
The Modified
Termodifikasi)
Distribution
Method/MODI
(Metode
Distribusi
MODI merupakan singkatan dari “modified distribution” yang berarti
distribusi yang dimodifikasikan. Cara ini iterasinya sama seperti stepping stone.
Perbedaan utama terjadi pada cara pengevaluasian variabel nonbasis atau penentuan
penurunan ongkos transport per unit untuk setiap variabel. Cara ini dikembangkan
berdasarkan teori dualitas. Untuk tiap baris i dari tabel transformasi dikenal suatu
multiplier Ui, dan untuk kolom j disebut multiplier Vj. Secara lebih jelas, langkahlangkah penyusunan MODI adalah sebagai berikut :
1. Misalkan banyakknya baris (m) dan banyaknya kolom (n), agar dapat
dilakukan tes untuk menuju apakah hasil alokasi sementara telah optimal atau
belum, maka jumlah sel yang diberi alokasi sementara harus m + n – 1.
2. Kemudian menetapkan Ui, yaitu notasi untuk angka baris dan Vj, yaitu notasi
untuk angka kolom.
3. Dengan menggunakan rumus Cij = Ui + Vj untuk sel yang terkena beban
alokasi maka ditentukan besarnya nilai Ui maupun Uj. Untuk memudahkan
penentuannya dapat dimisalkan salah satu nilai Ui atau Vj dama dengan nol.
4. Hitung semua sel bukan baris dengan menggunakan rumus Cij – Ui – Vj.
5. Tentukan sel yang akan masuk baris dengan memilih nilai sel bukan baris
yang memiliki negatif terbesar. Kemudian buatlah closed path (jalur tertutup)
untuk menentukan sel yang akan keluar baris dengan memilih jumlah unit
terkecil dari sel yang bertanda negatif.
6. Tabel optimum tercapai apabila sel bukan baris semuanya memiliki nilai
lebih besar sama dengan nol.
30
7. Jika tabel belum optimum, ulangi kembali langkah awal sehingga ditemukan
tabel optimum.
2.8 Pohon Keputusan
Dalam penelitian operasional, teori pohon keputusan merupakan bagian dari
pembahasan teori keputusan dan permainan. Pohon keputusan disajikan untuk
mengevaluasi hal yang dapat disebut sebagai alternatif tahap unggul. Dalam arti
bahwa keputusan di masa mendatang tidak tergantung pada keputusan yang diambil
sekarang. Proses keputusan (decision process) adalah proses yang memerlukan satu
atau sederetan keputusan untuk menyelesaikannya. Tiap keputusan yang diambil
mempunyai suatu keuntungan atau kerugian yang berkaitan dengannya yang
ditentukan pula oleh berbagai keadaan luar (external) yang mengelilingi proses itu
(suatu segi membedakan dari proses yang lain). (Nurhasanah, Nunung. 2003, p59).
Jika terdapat dua atau lebih keputusan yang berurutan, dan keputusan yang
terakhir didasarkan pada hasil keputusan yang sebelumnya, maka pendekatan dengan
menggunakan pohon keputusan sangat tepat untuk digunakan.
2.8.1 Pengertian Pohon Keputusan
Berdasarkan Siswanto (2006, p55), Pohon Keputusan atau Decision Tree
adalah model visual untuk menyederhanakan proses pembuatan keputusan secara
rasional. Visualisasi ini memungkinkan kita untuk memahami proses pembuatan
keputusan yang terstruktur, bertahap, dan rasional. Pembuatan keputusan berarti
memilih alternatif-alternatif keputusan yang tersedia. Karena unsur ketidakpastian
maka berbagai kemungkinan keadaan akan dihadapi oleh masing-masing alternatif
keputusan itu. Oleh karena itu, diagram keputusan mempunyai noda keputusan dan
noda cabang.
Berdasarkan Antonie (2008, p21), Decision Tree adalah sebuah struktur
pohon, dimana setiap noda pohon merepresentasikan atribut yang telah diuji, setiap
cabang
merupakan
suatu
pembagian
hasil
uji,
dan
noda
daun
(leaf)
merepresentasikan kelompok kelas tertentu. Level noda teratas dari sebuah Decision
Tree adalah noda akar (root) yang biasanya berupa atribut yang paling memiliki
pengaruh terbesar pada suatu kelas tertentu. Pada umumnya Decision Tree
melakukan strategi pencarian secara top-down untuk solusinya. Pada proses
31
mengklarifikasi data yang tidak diketahui, nilai atribut akan diuji dengan cara
melacak jalur dari node akar (root) sampai noda akhir (daun) dan kemudian akan
diprediksi kelas yang dimiliki oleh suatu data baru tertentu.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pohon keputusan (decision tree) adalah salah
satu alat yang digunakan dalam pengambilan keputusan dari berbagai alternatif yang
ada, yang di mana dilakukan secara terstruktur, bertahap, dan rasional.
2.8.2 Analisis Pohon Keputusan (Decision Tree)
Terlepas dari kerumitan sebuah keputusan atau kecanggihan teknik yang
digunakan untuk menganalisis keputusan tersebut, semua pengambil keputusan
dihadapkan dengan berbagai alternatif dan “kondisi alam”. Pada saat membuat
sebuah pohon keputusan, harus dipastikan bahwa semua alternatif dan kondisi alam
berada di tempat yang benar dan logis serta semua alternatif yang mungkin serta
kondisi alami telah disertakan. Notasi yang digunakan adalah :
1. Istilah
a. Alternatif : sebuah tindakan atau strategi yang dapat dipilih oleh seorang
pengambil keputusan
b. Kondisi alam : sebuah kejadian atau situasi dimana pengambil keputusan
hanya memiliki sedikit kendali atau tidak sama sekali.
2. Simbol yang digunakan dalam sebuah pohon keputusan :
a.
: sebuah titik keputusan dimana terdapat satu alternatif atau lebih yang
dapat dipilih.
b.
: sebuah titik kondisi alam dimana kondisi alam mungkin akan terjadi.
Diagram pohon sering kali membantu dalam memahami dan menyelesaikan
persoalan probabilitas. Diagram pohon biasanya digambarkan dengan lambang yang
baku. Dimulai dengan suatu nokhta kemudia dibuat cabang-cabang sebanyak
peristiwa yang mungkin dapat dihasilkan dari percobaan. Pada masing-masing
cabang dituliskan probabilitas terjadinya peristiwa yang bersangkutan. Jika
percobaan dilakukan lagi, maka langkah-langkah itu diulang. Setiap cabang berakhir
pada nokhta yang kemudian diisi dengan probabilitas peristiwa bersama. Pada nokhta
yang paling awal dituliskan angka 1 yang artinya jumlah probabilitas dari seluruh
peristiwa yang mungkin. (Mulyono, 2004, p223)
32
Menganalisis masalah dengan menggunakan pohon keputusan mencakup
lima langkah :
1. Mendefinisikan masalah.
2. Menggambarkan pohon keputusan.
3. Menentukan peluang bagi kondisi alamiah.
4. Memperkirakan imbalan bagi setiap kombinasi alternatif keputusan dan kondisi
alamiah yang mungkin.
5. Menyelesaikan masalah dengan menghitung EMV bagi setiap titip kondisi
alamiah. Hal ini dilakukan dengan mengerjakan dari belakang ke depan
(backward), yaitu memuai dari sisi kanan pohon, terus menuju ke titik keputusan
di sebelah kirinya.
Sumber : Siswanto (2007, p56)
Gambar 2. 4 Diagram Pohon
EMV merupakan kriteria yang paling sering digunakan untuk menganalisis
pohon keputusan. Satu dari langkah awal analisis ini adalah untuk menggambar
pohon keputusan dan menetapkan konsekuensi finansial dari semua hasil masalah
tertentu. Nilai harapan moneter (Expected Monetary Value – EMV) adalah nilai
harapan moneter yang diharapkan dari sebuah variabel yang memiliki beberapa
kemungkinan kondisi alamiah yang berbeda, masing-masing dengan peluang
tersendiri. Saat peluang diketahui, nilai maximax dan maximin menyatakan skenario
perencanaan kasus terbaik – kasus terburuk. Nilai ini mewakili nilai yang diharapkan
33
atau rata-rata tingkat pengembalian modal jika keputusan ini dapat diulang berkalikali. (Heizer dan Render, 2005; p324)
Sebuah alternatif EMV merupakan jumlah semua keuntungan alternatif, yang
masing-masing diberikan bobot kemungkinan terjadinya. EMV (Alternatif i) = (Hasil
kondisi alamiah 1) x (Kemungkinan terjadi kondisi alamiah 1) + (Hasil kondisi
alamiah 2) x (Kemungkinan terjadi kondisi alamiah 2) + . . . + (Hasil kondisi alamiah
terakhir) x (Kemungkinan terjadi kondisi alamiah terakhir) atau dengan rumus
menurut Siswanto (2007, p56) :
Di mana :
NHi = Nilai harapan cabang keputusan ke-i
Pj
= Probabilitas kemunculan keadaan ke-j
Hij
= Nilai hasil keputusan jika alternatif keputusan ke-i diambil dan keadaan
ke-j terjadi.
34
2.9 Kerangka Pemikiran
Jumlah
Pesanan
Analisis
Transportasi
Biaya
Pengiriman
Metode
Least Cost
Metode
VAM
Metode North
West Corner
Metode
Stepping Stone
Efisiensi Biaya
Pengiriman
Menggunakan Jasa Paket
Efisiensi Biaya
Pengiriman
Menggunakan Mobil
Perusahaan
Decision
Tree
Keputusan
Rekomendasi
Sumber : Penulis (2014)
Gambar 2. 5 Kerangka Pemikiran
Download