Uploaded by User90614

Gingivektomi Adellia Pramaissela G4B019007 (1) (1)

advertisement
RESUME BIDANG ILMU PERIODONSIA
GINGIVEKTOMI
Dosen Pembimbing:
drg. Inneke Cahyani,M.DSc., Sp.Perio
Disusun oleh:
Adellia Pramaissela Hanafie
G4B019007
Komponen
Pembelajaran
Daring
Resume
Diskusi
Kontrol
drg. Inneke C.,M.DSc.,
Sp.Perio
drg. Inneke C.,M.DSc.,
Sp.Perio
drg. Inneke C. ,M.DSc.,
Sp.Perio
Nilai
Tanda tangan
DPJP
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN GIGI
PURWOKERTO
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Gingiva adalah jaringan lunak yang menutupi gigi. Gingiva yang sehat
berwarna merah muda dengan tepi yang tajam menyerupai krah baju, konsistensi
kenyal dengan adanya stipling. Perubahan dalam dimensi jaringan gingiva
merupakan peristiwa patologis. Pembesaran gingiva dapat bersifat sementara dan
reversibel atau dapat bersifat kronis dan tidak dapat diubah. Terminologi kondisi
tersebut adalah gingival enlargement. Gingival enlargement dan gingival
overgrowth berhubungan dengan hiperplasia, hipertrofi, dan fibrosis. Hiperplasia
adalah peningkatan jumlah sel dalam jaringan menghasilkan peningkatan volume
jaringan. Hipertrofi mengacu pada peningkatan ukuran dan volume akibat
peningkatan ukuran sel.
Meskipun mekanisme patogenetiknya berbeda,
hiperplasia dan hipertrofi biasanya terjadi bersamaan saat keterlibatan seluler pada
hiperplasia kemungkinan besar memicu gingival enlargement. Kedua proses
tersebut terkait erat (Carranza,2015).
A. Patofisiologi
Fibrosis mengacu pada proses patologis yang terkait dengan
penyembuhan luka yang terganggu dengan proliferasi sel yang rusak,
interaksi sel-ke-sel, interaksi sel-tomatrix, dan deposisi matriks dan
dengan gangguan respon sistem kekebalan. Dalam hal ini, fibrosis dapat
didefinisikan sebagai lesi patologis, sedangkan hiperplasia dan hipertrofi
bisa terjadi dipandang sebagai proses patologis. Semua istilah ini mengacu
pada keadaan patogenetik yang berbeda. Seperti pada proses patologis
lainnya, peradangan pada jaringan periodontal jaringan biasanya
menghasilkan tiga hasil yaitu peradangan dan pemulihan integritas
jaringan (homeostasis), kerusakan jaringan periodontal dan hilangnya
perlekatan (periodontitis kronis), atau fibrosis. Fibrosis merupakan salah
satu
komponen
mekanisme
pertahanan
melawan
perkembangan
peradangan periodontal. Selama proses ini, fibroblas memainkan peran
utama dengan menghasilkan jumlah kolagen dan protein nonkolagenyang
berlebih dari matriks ekstraseluler. Deposisi matriks yang meningkat tidak
cukup diimbangi oleh degradasi enzimatik dari komposisi matriks
(misalnya, kolagen), mengakibatkan perubahan fibrotik pada jaringan
lunak. Fibrosis gingiva jaringan sering disebut sebagai hiperplasia gingiva.
Berlawanan dengan jaringan lain di mana fibrosis diamati, lesi gingiva
biasanya inflamasi karena penumpukan bakteri (Newman dan Carranza,
2019).
B. Histopatologi
Pembesaran inflamasi gingiva biasanya mengikuti urutan proses
inflamasi. Gingival enlargement akibat inflamasi kronis menunjukkan
gambaran eksudatif dan proliferatif pada peradangan kronis. Lesi yang
berwarna merah tua atau merah kebiruan memiliki konsistensi lembut
dengan permukaan yang halus dan berkilau memiliki lebih banyak sel dan
cairan inflamasi, bersama dengan pembesaran vaskular, pembentukan
kapiler baru, dan perubahan degeneratif terkait. Lesi yang relatif keras,
kaku, dan merah muda memiliki komponen fibrotik yang lebih besar,
dengan meningkatnya fibroblas dan serat kolagen(Newman dan Carranza,
2019).
C. Klasifikasi Gingivaenlargement
1. Klasifikasi Gingiva enlargement berdasarkanetiologi
a. Inflamatori
1) Kronis
Lesi yang secara klinis berwarna merah tua atau merah
kebiruan bersifat lunak dan rapuh dengan permukaan yang
halus dan berkilau yang secara histopatologi memiliki lebih
banyak sel inflamasi dan cairan, dengan pembengkakan
vaskular, pembentukan kapiler baru, dan terkait perubahan
degeneratif. Lesi yang relatif keras, resilient, dan berwarna
merah muda memiliki komponen fibrotik yang lebih besar
dengan banyak fibroblas dan serat kolagen. Gambaran klinis
dari pembesaran gingiva akibat inflamasi kronisbermula
sebagai pembengkakan ringan pada papilla interdental dan
gingiva marginal. Pada tahap awal akan terbentuk tonjolan di
sekitar gigi yang terlibat. Tonjolan ini bisa membesar dalam
ukuran sampai menutupi sebagian mahkota. Pembesaran
mungkin terjadi secara lokal maupun general dan berkembang
perlahan dan tanpa rasa sakit, kecuali jika dipersulit oleh
infeksi atau trauma. Faktor-faktor yang mendukung akumulasi
plak dan retention, termasuk kebersihan mulut yang buruk,
serta iritasi karena kelainan anatomi dan restorative yang tidak
tepat dan peralatan orthodonti(Carranza,2015)
2) Akut
Abses gingiva terlokalisasi, nyeri, lesi yang berkembang
pesat yang biasanya memiliki onset mendadak. Umumnya
terbatas pada gingiva marginal atau papilla interdental. Pada
tahap awal, tampak sebagai pembengkakan merah dengan
permukaan yang halus dan berkilau. Dalam 24 sampai 48 jam,
lesi biasanya menjadi berfluktuasi dengan orifice permukaan
yang darinya eksudat purulen dapat diekspresikan. Gigi yang
berdekatan seringkali sensitif terhadap perkusi. Jika dibiarkan
berkembang, lesi umumnya pecah secara spontan. Abses
gingiva terdiri dari fokus purulen di jaringan ikat yang
dikelilingi oleh infiltrasi difus leukosit polimorfonuklear,
jaringan edematosa, dan pembengkakan vaskular. Epitel
permukaan memiliki berbagai derajat edema intraseluler dan
ekstraseluler, invasi oleh leukosit, dan terkadang ulserasi.
Etiologi pembesaran gingiva akibat inflamasi akut adalah saat
bakteri terbawa jauh ke dalam jaringan saat benda asing (mis.,
bulu sikat gigi, potongan inti apel, pecahan cangkang lobster)
masuk jauh ke dalam gingiva. Lesi hanya terbatas pada gingiva
dan dapat dibedakan dengan abses periodontal atau abses
lateral (Carranza,2015).
b. Druginduced
1) Antikonvulsan
Pembesaran gingiva karena induksi obat dari obat
antikonvulsan
(antiepilepsi)
yaitu
fenitoin
,fenobarbital,
pyrimidone dan vigabatryn. Fenitoin masih merupakan obat
pilihan pertama pada kasus epilepsi meskipun diketahui
memiliki
efek
samping
berupa
pembesaran
gingiva.
Pembesaran gingiva biasanya muncul pada 50% pasien yang
mengkonsumsi obat tersebut dan biasanya terjadi pada pasien
yang masih muda. Pertumbuhan gingiva yang berlebihan
berhubungan
dengan
dosis
obat,
lamanya
pengobatan,
konsentrasi dalam serum dan keberadaan plak. Gambaran klinis
pembesaran gingiva yang diinduksi oleh fenitoin
yaitu
marginal gingiva dan papilla interdental tampak membesar dan
kenyal, permukaannya tampak halus, disertai stippling atau
berlobus, juga dapat disertai sedikit inflamasi atau tanpa
inflamasi(Satrio dan Laksmi,2018).
Patogenesis pembesaran gingiva yang disebabkan oleh
fenitoin yang mampu menginduksi penurunan masuknya sel
Ca2+. Fenitoin menghambat penyerapan asam folat, sehingga
membatasi produksi kolagenase aktif. Ketidakseimbangan ini
karena adanya interaksi TNF-α dengan fenitoin menyebabkan
MMP1 bersama integrin menginduksi akumulasi kolagen
sementara enzim kolagenase rusak dan tidak dapat melakukan
degradasi. Myofibroblast dan sitokin diinduksi oleh fenitoin.
Fibroblas yang diaktifkan fenitoin menghasilkan IL-6, IL-1,
dan IL-8 dalam jumlah besar. Mediator tersebut mampu
mengaktifkan proliferasi sel T dan adanya neutrofil di jaringan,
membangun interaksi langsung antara sistem kekebalan tubuh
dan jaringan ikat.Selain itu plakgigi dalam etiologi pada
pembesaran gingiva yang disebabkan oleh fenitoin adalah
sebagai respon inflamasi (Satrio dan Laksmi, 2018)
2) Imunosupresan
Obat-obatan imunosupresan diantaranya adalah siklosporin,
Tacrolimus,
dan
Sirolimus.
siklosporin
adalah
agen
immunosupresif yang digunakan unuk mencegah penolakan
organ transplant dan untuk merawat beberapa penyakit
autoimun . Pembesaran gingiva akibat siklosporin terjadi akibat
peningkatan produksi kolagen oleh fibroblas serta siklosporin
menghambat produksi dan aktivitas MMP-1 sehingga terjadi
gangguan dalam destruksi kolagen (Greenberg dan Armitage,
2008).
3) Calcium ChannelBlocker
Calcium
channel
blockers
merupakan
obat
yang
dikembangkan untuk perwatan kondisi kardiovaskular seperti
hipertensi, angina pektoris, spasme arteri koroner, dan aritmia
jantung. Obat-obatan tersebut menghambat influks ion kalsium
di sepanjang membran sel jantung dan sel otot halus,
menghambat mobilisasi intraseluler kalsium. Hal tersebut
menyebabkan pembesaran arteri koroner dan arteriol secara
langsung, memperbaiki suplai oksigen menuju otot jantung;
juga menurunkan hipertensi dengan memperbesar vaskularisasi
perifer.
Obat-obatan
tersebut
merupakan
derivat
dihydropiridine (amlodipine (Lotrel, Norvasc), felodipine
(Plendil),
nicardipine
(Cardene),
nifedipine
(Adalat,
Procardial)), derivat benzothiazine (diltiazem (Cardizem,
Dilacor XR, Tiazac)), dan derivat phenylalkylamine (verapamil
(Calan, Isoptin, Verelan, Covera HS)). Dilaporkan bahwa
nifedipin
mempengaruhi
produksi
IL-2
oleh
sel
T,
meningkatkan produk metabolit testosteron oleh oleh sel-sel
fibroblasgingiva,sehinggakeduahaltersebutmenyebabkan
terstimulasinya proliferasi dan sintesis kolagen olelh sel-sel
fibroblas gingiva (Djais dan Astuti, 2014)
c. Penyakit sistemik atau kondisiSistemik
1) Kondisisistemik
a) Kehamilan
Selama
kehamilan
terjadi
peningkatan
level
progesteron dan estrogen. Hormon progesteron dan
estrogen dapat merangsang pembentukan prostaglandin
pada gingiva ibu hamil. Perubahan hormonal juga dapat
menekan limfosit T dan mempengaruhi peningkatan
Prevotela intermedia yang menyebabkan rentan terhadap
peradangan, perubahan permeabilitas vaskular, edema
gingiva, dan peningkatan respon inflamasi terhadap dental
plak(Soulissa,2014).
b) Pubertas
Faktor hormonal yang menjadi faktor predisposisi
gingivitis tersebut salah satunya adalah ketidakseimbangan
hormon yaitu peningkatan hormon endokrin pada usia
pubertas. Peningkatan hormon endokrin selama usia
pubertas dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah
dan meningkatnya kepekaan iritasi lokal, seperti biofilm
plak bakteri, yang mengakibatkan pembesaran gingiva
selama pubertas (Widodorini, 2018).
c) Defisiensi vitC
Kekurangan vitamin C didefinisikan sebagai kadar
asam askorbat serum <2 μg / mL. Diabetes, stres dan
merokok
adalah
label
yang
umum
faktor
yang
menyebabkan defisiensi vitamin C ringan. Defisiensi
vitamin C menyebabkan hemoragia, degenerasi kolagen,
edema pada jaringan ikat gingiva dan akan mengubah
respon gingiva (respon pertahanan normalterhambat,
respon inflamasi meningkat) terhadap plak. Jika terjadi
defisiensi vitamin C diikuti dengan inflamasi maka akan
terjadi pembesaran gingiva. Gambaran klinis berupa terjadi
pembesaran, berwarna merah kebiruan, lembut dan rapuh
dengan permukaan halus berkilau. Pendarahan dapat terjadi
secara spontan atau dengan iritasi ringan. Nekrosis
permukaan dengan pembentukan pseudomembran juga
sering terlihat.
d) Plasma cellgingivitis
Plasma
cell
gingivitis
terjadi
akibat
reaksi
hipersensitivitas dengan menigkatnya sel plasma terlihat
secara histologis. Alergen yang berhubungan dengan lesi
ini bisa diantaranya adalah pasta gigi, produk makanan
khususnya kayu manis, permen karet atau asal tidak
diketahui. Mungkin berdarah karena provokasi. Pasien
biasanya mengeluh tentang sensasi terbakar saat makan
panas dan makanan pedas. Penampilannya berwarna
kemerahan, melibatkan pembesaran gingiva mencapai
attached gingiva, dan sedikitgranular
e) Nonspesifik pembesaran gingiva akibat kondisi sistemik
(Pyogenic granuloma)
Sering muncul pada orang dewasa sebagai massa
dengan permukaan halus mengalami ulserasi dan tumbuh
dari bawah margin gingiva. Massa warna kemerahan /
kebiruan ini sangat vaskular, kompresibel dan bisa berdarah
dengan mudah. Biasanya mereka tumbuh dengan cepat
dalam beberapa minggu pertama. Massa dapat menembus
interdental dan hadir sebagai massa bilobular (bukal dan
lingual) dihubungkan melalui daerah col, tetapi resorpsi
tulang jarang terjadi. Angiogranuloma yang muncul selama
kehamilan diistilahkan sebagai kehamilan epulis / tumor
atau granuloma gravidarum(Agrawal, 2015).
2) Penyakitsistemik
a) Leukimia
Pembesaran gingiva pada pasien leukimia terjadi
karena adanya infiltrasi sel-sel leukemik ke jaringan ikat,
dan adanya sekresi transforming growth factor beta (TGFB)
yang berlebihan. Jaringan gingiva pada penderita leukemia
menjadi lebih rentan terhadap infiltrasi sel leukemia yang
menyebabkan pengeluaran komponen molekul adhesi
endotelial sehingga infiltrasi leukosit meningkat. Secara
klinis itu mungkin terlihat seperti inflamasi. Selain
pembesaran gingiva biasanya terjadi ulserasi, perdarahan
gingiva spontan, petechiae, mukosa pucat, infeksi herpes,
dan kandidiasis. Gejala yang jarang ditemukan diantaranya
seperti mati rasa di dagu dan / atau sakit gigi.
b) Granulomatous
diseases
(Wegner’s
granulomatosis,
sarcodiosis)
"
Strawberry
gingivitis
",
dibentuk
oleh
pembengkakan gingiva ungu kemerahan dengan perdarahan
peteki, merupakan tanda karakteristik dari granulomatosis
Wegener. Setidaknya dua dari kondisi berikut harus
dipenuhi
untuk
mendiagnosis
kondisi
Wegener
granulomatosis yaitu adanya lesi ulseratif pada mukosa
mulut atau perdarahan hidung atau peradangan, gambaran
nodul, infiltrat cekat, lubang pada radiografi dada, urin
abnormal dan inflamasi granulomatosa pada biopsi.
Sarkoidosis
nonkaseosa
adalah
sebuah
multisistem
etiologinya(Agrawal, 2015).
d. Neoplastic enlargement
penyakit
yang
granulomatous
belum
diketahui
1) Benigntumor
Epulis adalah keadaan umum yang secara klinis digunakan
untuk menandai suatu tumor gusi. Banyak kasus yang diduga
suatu epulis namun ternyata hanya suatu inflamasi biasa.
a) Epulis fibrosa / fibromaperifer
Pada orang dewasa, lesi ini sering terlihat keras,
merah muda, massa yang tidak meradang, dan
tampaknya tumbuh dari bawah margin gingiva bebas /
papilla interdental. Lesi tidak menimbulkan rasa sakit
namun nyeri mungkin dapat terjadi karena trauma
sekunder melalui menyikat, flossing atau mengunyah.
Secara histologis, fibroma mungkin menunjukkan
tambahan fokus kalsifikasi (fibroma kalsifikasi perifer),
fokus dari sementikel (fibroma penyemenan perifer)
(Agrawal, 2015).
b) Giant cell granulomaperifer
Terjadi terutama di daerah anterior pada pasien usia
muda atau di posterior selama fase gigi bercampur dan
pada orang dewasa. Lesi sangat agresif dengan potensi
pertumbuhan yang signifikan. Vaskularisasi yang tinggi
dari lesi ini dapat dipahami dengan warna merah
keunguannya dan kecenderungan berdarah. Mereka
juga cenderung melakukan penetrasi interdental dan
erosi
tulang
yang
berdekatan
bersama
dengan
pemisahan gigi yang berdekatan adalah kejadian
umum(Agrawal,2015).
c) Kista gingiva
Kista gingiva adalah kista odontogenik yang sering
ditemukan pada wanita usia 50 atau 60 tahun.
Prevalensi terjadi kista gingiva biasanya ditemukan di
gingiva yang melekat pada labial dari anteriorrahang
bawah gigi. Adanya cairan mungkin mengakibatkan
rona kebiruan dan dapat menyebabkan resorpsi tulang
labial karena Tekanan cairan. Secara radiografis,
radiolusennya
mungkin
terkadang
menyebabkan
kebingungan dengan kista periodontal lateral. Biopsi
eksisi adalah manajemen terbaik untuk lesi ini(Agrawal,
2015).
d) Papiloma
Papiloma adalah pertumbuhan jinak dari epitel pada
permukaan gingiva yang tidak selalu berhubungan
dengan HPV. Papiloma pada gingiva tumbuh soliter
seperti kutil atau bunga kol, kadang kecil dan tepisahpisah dengan permukaan yang tidak beraturan(Agrawal,
2015).
2) Malignanttumor
a) Squamous cell carcinoma/melanoma
Merupakan tumor yang jarang terjadi. Biasanya
terjadi pada palatum durum dan gingiva daerah maxilla
pada usia lanjut. Berasal dari sel melanoblast gingiva,
pipi atau palatum. Lesinya berwarna gelap, berbentuk
nodul atau datar, tumbuh serta bermetastasis dengan
cepat. Sering bermetastasis ke tulang dan limfonodi
cervixal ataupun axial(Agrawal, 2015).
b) Sarkoma
Fibrosarkoma, lymphosarkoma dan reticulum sel
karsinoma pada gingiva merupakan kasus yang jarang
terjadi. Sarkoma Kaposi sering terjadi pada rongga
mulut pasien dengan penyakit AIDS dan pada resipien
transplantasi
ginjal
immunosupresi(Agrawal,2015).
c) Karsinoma
yang
mengalami
e. False enlargement
False enlargement muncul sebagai akibat dari peningkatan ukuran
tulang yang mendasarinya (tori, eksostosis, penyakit Paget, kerubisme,
osteoma, osteosarkoma dll.) atau jaringan gigi (selama erupsi gigi).
Gingiva di atasnya muncul tanpa gejala klinis yang abnormal fitur
kecuali peningkatan besar ukuran (Agrawal, 2015).
2. Klasifikasi Gingiva enlargement berdasarkan lokasi dandistribusi
a. Localized: Terbatas pada satu atau beberapa gigi
b. Generalized: Menyeluruh pada seluruhgigi
c. Marginal: Terbatas pada marginalgingiva
d. Papillary: Terbatas pada interdentalpapila
e. Diffuse: Melibatkan marginal, attached gingiva, danpapillary
f. Discrete: Pembesaran menyerupaitumor
3. Derajat Gingivaenlargement
a. Grade 0: Tidak ada tanda-tandapembesaran
b. Grade I: Pembesaran terbatas pada interdentalpapila
c. Grade II: Pembesaran melibatkan papila dan marginpapila
d. Grade III: Pembesaran melibatkan tiga perempat atau lebih dari
mahkota
D. Perawatan Gingivalenlargement
Scaling root planing merupakan initial phase therapy dalam
prosedur perawatan penyakit periodontal. Tindakan ini dapat meredakan
peradangan gingiva,dan menghilangkan mikroorganisme patologi yang
terdapat pada daerah subgingiva. Scaling adalah suatu tindakan
penghilangan plak, kalkulus dan stain yang terdapat pada permukaan
mahkota gigi.Root planing adalah pembuangan jaringan sementum
nekrotik dan atau lunak, dentin, kalkulus serat eliminasi bakteri dan toksin
dari permukaan akar gigi untuk memperoleh permukaan akar yang halus.
Pada permukaan yang halus diharapkan plak tidak melekat sehingga tidak
terjadi akumulasi plak dan kalkulus. Curettage adalah tindakan untuk
menghilangkan atau membersihkan jaringan granulasi atau jaringan yang
meradang dari gingiva yang merupakan dinding poket. Dengan
dilakukannya curettage diharapkan jaringan periodontal akan sehat terjadi
regenerasi dan perlekatan kembali dengan dinding gigi (Andriani, 2009).
Pada gingival enlargement, apabila gingiva terdiri dari komponen
fibrotik yang tidak bisa mengecil setelah dilakukan perawatan scaling, root
planing, curettage atau ukuran pembesaran gingiva menutupi deposits
pada permukaan gigi, dan mengganggu akses pengambilan deposits, maka
perawatannya adalah pengambilan secara bedah(gingivektomi).
E. Gingivektomi
Kata
gingivektomi
berarti
"eksisi
gingiva".
Gingivektomi
memberikan visibilitas dan aksesibilitas untuk penghapusan kalkulus
lengkap dan menghaluskan akar menyeluruh dengan menghilangkan
dinding
poket
sehingga
akan
menciptakan
lingkungan
yang
menguntungkan untuk penyembuhan gingiva dan pemulihan fisiologis
kontur gingiva. Teknik gingivektomi banyak dilakukan di masa
lalu.Pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme penyembuhan dan
pengembangan metode flap yang lebih canggih telah menurunkan peran
gingivektomi saat ini.Namun gingivektomi tetap merupakan bentuk
pengobatan yang efektif. Keuntungan teknik gingivektomi adalah teknik
sederhana, dapat mengeliminasi poket secara sempurna, lapangan
penglihatan baik, morfologi gingiva dapat diramalkan sesuai keinginan
1. Indikasi dan kontraindikasi(Carranza, 2015).
Indikasi gingivektomi diantaranyaadalah:
a. Eliminasi poket supraboni, terlepas dari kedalamannya, jika
dinding poket berserat dankokoh
b. Eliminasi pembesarangingiva
c. Eliminasi abses periodontal supraboni
Kontraindikasi gingivektomimeliputi:
a. Perlunya operasi tulang atau pemeriksaan bentuk dan morfologi
tulang
b. Kondisi di mana bagian dasar poket berada apikal dari
mucogingivaljunction
c. Pertimbangan estetika, terutama pada rahang atas anterior
2. Tahapan Perawatan (Carranza,2015).
a. Asepsis daerah kerja menggunakan povidoneiodine
b. Anestesi dimulai dengan aplikasi anastesi topikal, lalu anastesi
infiltrasi labial dan lingual pada batas mukosa bergerak tak
bergerak
c. Eksplorasi poket pada setiap permukaan dengan probeperiodontal
d. Pembuatan bleeding point dengan pocket marking forceps
dilakukan dengan
cara
memasukkan
ujung
tumpul sejajar
dengan aksis gigi ke dalam poket. setelah menyentuh dasar
poket, dilakukan penjepitan untuk membuat bleeding
point
sebagai proyeksi dari dasarpoket
e. Pisau periodontal (pisau Kirkland) digunakan untuk sayatan pada
permukaan fasial dan lingual serta pada bagian distal gigi yang
berada di ujung lengkung gigi. Pisau periodontal orban digunakan
untuk sayatan interdental. Bard Parker blade (no.12 dan 15) serta
gunting digunakan sebagai alat bantuinstrumen.
f. Insisi eksternal bevel dilakukan pada posisi 1-2mmpada apikal
dari bleeding point membentuk sudut 45 derajat ke arah koronal ke
titik di antara dasar poket dan puncak tulang. Seharusnya
dilakukan sedekat mungkin ke tulang tanpa eksposur tulang. Jika
ini terjadi, penyembuhan biasanya terjadi komplikasi minimal jika
area tersebut cukup tertutup oleh periodontalpack.
g. Insisi terputus atau kontinu dapat digunakan dan itu harus
menciptakan kembali pola atau kontur normal dari gingiva.
Kegagalan insisi akan mengakibatkan dataran yang lebar dan
fibrous yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk
membentuk kontur gingiva. Plak dan kalkulus dapat menyebabkan
rekurensipoket.
h. Lepaskan dinding poket yang dipotong, bersihkan area tersebut,
dan periksa dengan cermat permukaan akar. Zona paling apikal
terdiri dari zona ringan seperti pita tempat jaringan ikat melekat.
Pada koronal, mungkin sisa-sisa kalkulus, karies akar, atau
resorpsi ditemukan. Jaringan granulasi dapat terlihat pada jaringan
lunak yangdipotong
i.
Kuret jaringan granulasi dengan hati-hati dan buang semua sisa
kalkulus dan sementum nekrotik meninggalkan permukaan halus
danbersih.
j.
Aplikasikan periodontalpack
Gambar 1.1 Pembuatan bleeding point
Sumber: Carranzza, 2015
Gambar 1.1 Pembuatan bleeding point dengan poket marker dilanjutkan
insisi eksternal apikal 1-2mm dari bleeding point
Sumber: Carranzza, 2015
3. Penyembuhan jaringan pascagingivektomi
Respon awal setelah gingivektomi adalah pembentukan permukaan
pelindung bekuan darah. Jaringan di bawahnya mengalami inflamasi
akut dengan nekrosis. Gumpalan darah tersebut kemudian diganti
dengan granulasi jaringan. Dalam 24 jam, terjadi peningkatan sel
jaringan ikat baru, yang sebagian besar merupakan angioblas di bawah
lapisan permukaan peradangan dan jaringan nekrotik. Pada hari
ketiga, banyak fibroblas muda terletak di daerah tersebut. Jaringan
granulasi yang sangat vaskular tumbuh secara koronal dan
menciptakan free gingival margin dan sulkus yang baru. Kapiler
berasal dari pembuluh darah ligamen periodontal bermigrasi ke
jaringan granulasi, dan dalam 2 minggu, mereka terhubung dengan
pembuluh gingiva (Carranza,2015).
Setelah 12–24 jam, sel epitel pinggiran luka mulai migrasi ke atas
jaringan granulasi, dengan demikian memisahkannya dari lapisan
permukaan bekuan yang terkontaminasi. Aktivitas epitel di margin
mencapai puncaknya setelah 24 hingga 36 jam. Sel epitel baru muncul
dari basal dan spinosus yang lebih dalam dari lapisan epitel tepi luka
dan berpindah ke atas luka di atas lapisan fibrin yang
kemudian
diserap dan digantikan oleh lapisan jaringan ikat. Sel epitel bergerak
maju, dengan sel-sel yang difiksasi ke substrat oleh hemidesmosom
dan lamina basement baru(Carranza,2015).
Epitelisasi permukaan pada umumnya selesai setelah 5–14 hari.
Selama 4 minggu pertama setelah gingivektomi keratinisasi akan
berkurang, keratinisasi permukaan mungkin tidak tampak hingga hari
ke 28–42 setelah operasi. Vasodilatasi dan vaskularisasi mulai
menurun setelah hari keempat penyembuhan, dan tampak normal pada
hari keenam belas. Perbaikan lengkap jaringan ikat membutuhkan
waktu sekitar 7 minggu. Aliran cairan gingiva pada awalnya
meningkat setelah gingivektomi, dan berkurang saatpenyembuhan
berlangsung. Aliran maksimal dicapai setelah 1 minggu, yang
bertepatan dengan waktu peradangan maksimal(Carranza, 2015).
Walaupun perubahan jaringan yang terjadi selama penyembuhan
postgingivectomy sama pada semua individu, waktu yang dibutuhkan
untuk penyembuhan total sangat bervariasi, tergantung pada luas area
permukaan yang diinsisi serta jika ada gangguan dari iritasi dan infeksi
lokal. Pada pasien dengan melanosis gingiva fisiologis, pigmentasi
akan berkurang di gingiva yang sembuh(Carranza,2015).
4. Gingivektomi menggunakanelectrosurgery
Electrosurgery
memungkinkan
pembentukan
jaringan
yang
memadai dan mengontrol perdarahan. Kontraindikasi pada pasien
yang memiliki atau alat pacu jantung yang tidak terlindung atau tidak
sesuai. Perawatan menyebabkan aroma yang tidak menyenangkan.
Jika point electrosurgery menyentuh tulang, kerusakan yang terjadi
tidak dapat diperbaiki. Panas yang dihasilkan oleh penggunaan yang
tidak tepat dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan hilangnya
jaringan periodontal ketika elektroda digunakan dekat dengan tulang.
Saat elektroda menyentuh akar, area sementum bisa terbakar. Oleh
karena itu, penggunaan bedah listrik harus dibatasi pada prosedur
superfisial seperti pengangkatan pembesaran gingiva, gingivoplasti,
relokasi frenum dan perlekatan otot, dan insisi abses periodontal dan
flapperikoronal.
Perhatian khusus harus digunakan untuk menghindari kontak
dengan permukaan gigi. Electrosurgery tidak boleh digunakan untuk
prosedur yang dekat dengan tulang (misalnya, operasi flap) atau untuk
operasi
mukogingiva.
Pengangkatan
pembesaran
gingiva
dan
gingivoplasty dilakukan dengan elektroda jarum yang dilengkapi
dengan loop bulat atau elektroda berbentuk berlian. Blended cutting
dan arus koagulasi digunakan. Selama semua prosedur reshaping,
elektroda diaktifkan dan dipindahkan dengan gerakan "mencukur".
Penyembuhan jaringan tidak jauh berbeda dengan menggunakan pisau
pada reseksi gingiva yang dangkal namun bila digunakan untuk
reseksi dalam yang dekat dengan tulang, electrosurgery menghasilkan
resesi gingiva, nekrosis tulang, kehilangan tinggi tulang, paparan
furkasi, dan mobilitas gigi. Masalah ini tidak terjadi dengan
penggunaan pisau periodontal (Carranzza,2015)
5. LaserGingivektomi
Laser yang paling sering digunakan dalam kedokteran gigi adalah
laser karbon dioksida (CO2) dan laser neodymium: yttriumaluminium-garnet (Nd: YAG), yang masing-masing memiliki panjang
gelombang 10.600 nm dan 1064 nm. Keduanya berada dalam
jangkauan inframerah, jadi mereka harus dikombinasikan dengan jenis
laser yang terlihat untuk dapat dilihat dan diarahkan. Laser CO2 telah
digunakan untuk eksisi gingival overgrowth, meskipun penyembuhan
lebih
tertunda
dibandingkan
dengan
penyembuhan
setelah
gingivektomi pisau bedah konvensional. Penggunaan laser untuk
operasi mulut membutuhkan tindakan pencegahan untuk menghindari
refleksi sinar pada permukaan instrumen, yang dapat menyebabkan
cedera jaringan tetangga dan ke mata operator (Carranzza, 2015).
BAB II
LAPORAN KASUS
A. PemeriksaanSubjektif
1. CC
: Pasien datang mengeluhkan gusi bengkak dan berdarah
pada bagian depanrahang
2. PI
: Pembesaran gingiva dan perdarahan gingiva terjadi selama
2 bulan. Pembengkakan dimulai secara bertahap dan
mencapai ukuran sekarang sejak 2bulan.
3. PDH
:Tidak dijelaskan dalam jurnal
4. PMH
: Tidak ada penyakit sistemik dan tidak konsumsiobat
5. FH
:Tidak dijelaskan dalam jurnal
6. SH
: Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok, meminum
alkohol, maupun kebiasaanmenggigit
B. Pemeriksaan KeadaanUmum:Tidak dijelaskan dalam jurnal
C. PemeriksaanEkstraoral:Tidak dijelaskan dalam jurnal
D. PemeriksaanIntraoral
Pemeriksaan
Kunjungan 1:
Lesi Intraoral
Tidak
dijelaskan
dalam jurnal
Terdapat
Pembengkakan
Gingiva
pembesaran
gingiva pada
regio anterior
RA
Stippling
Bleeding on
Tidak
dijelaskan
dalam jurnal
Tidak dijelaskan
dalam jurnal
Resesi Gingiva Tidak dijelaskan
dalam jurnal
Probing
Kunjungan 2: Kunjungan 3: Kunjungan 4:
dan CAL
Dehisence/
fenestration
Kegoyangan
gigi
OHI-S
Skor Plak
O’leary
Tidak
dijelaskan
dalam jurnal
Tidak
dijelaskan
dalam jurnal
Tidak
dijelaskan
dalam jurnal
Tidak
dijelaskan
dalam jurnal
E. Resume Pemeriksaan Penunjang (bilaada)
Tinggi tulangdalam batas normal
Kesimpulan Pemeriksaan:
Terdapat pembesaran gingiva pada regio anterior RA dengan kedalaman poket
4mm dan CEJ berada pada 4mm dari margin gingiva
Foto Intraoral
Penegakan Diagnosis
Diagnosis: Gingival enlargement
DD: Gingivitis kronis, abses gingiva, eksostosis, osteosarcoma
Prognosis: Baik, karena tidak ada penyakit kornis, tidak ada kerusakan tulang, pasien
kooperatif serta memungkinkan kontrol faktor etiologi dan pemeliharaan gigi
Rencana Perawatan Kasus
Kunjungan I:
Fase 1 (Fase inisial)
1. DHE
2. Scalling RootPlanning
Kunjungan II:
Fase 4 (Maintenance)
Fase 2 (Fase bedah) Gingivektomi
Kunjungan III:
Fase 4(Maintenance)
Prosedur Perawatan:
Kunjungan 1
1. Pemeriksaan Subjektif dan objektif
2. Informed consent dan KIE
3. Persiapan alat dan bahan
Alat:
a. Scaller ultrasonic
b. Probe Periodontal
c. Diagnostic set
Bahan:
a. Povidone iodine
b. Disclosing agent
c. Pasta Pumice
d. Pasta gigi
4. Prosedur SRP dan DHE pada pasien sebagai terapi fase 1. Scaling diawali dengan
penempatan alat pada apikal dari kalkulus supragingiva. Alat dipegang dengan
teknik modified pen grasp dan membentuk sudut 450 - 900 terhadap area
permukaan gigi yang akan dibersihkan. Dengan gerakan ke arah vertikal (koronal),
horisontal maupun oblique mendorong maupun mengungkit kalkulus sampai
terlepas dari gigi.
5. Edukasi dan instruksikan pasien untuk kembali kontrol 1 minggu kemudian
Kunjungan 2
1. Kontrol hasil perawatan yang dilakukan pada kunjungan pertama. Pemeriksaan
subjektif meliputi menanyakan apakah terdapat rasa nyeri atau rasa tidak nyaman.
Pemeriksaan objektif meliputi pemeriksaan OHI-S, Skor plak O’leary, Poket depth,
dan kondisi gingiva meliputi perbesaran gingiva atau kemerahan pada gingiva.
2. Persiapan pasien dan operator
3. Persiapan alat dan bahan
Alat:
a. Probe Periodontal
b. Diagnostic set
c. Blade
d. Scalpel
e. Spuit
f. Pocket marker
g. Raspatorium
h. Needle holder
i. Needle
Bahan:
a. Pehacaine
b. Needle suturing
c. Benang suturing
d. Periodontal pack
e. Povidone iodine
4. Asepsis daerah kerja menggunakan povidoneiodine
5. Anestesi dimulai dengan aplikasi anastesi topikal, lalu anastesi infiltrasi labial dan
lingual pada batas mukosa bergerak tak bergerak
6. Eksplorasi poket pada setiap permukaan dengan probeperiodontal
7. Pembuatan bleeding point dengan pocket marking forceps dilakukan dengan cara
memasukkan ujung tumpul sejajar dengan aksis gigi ke dalam poket. setelah
menyentuh dasar poket, dilakukan penjepitan untuk membuat bleeding point
sebagai proyeksi dari dasarpoket
8. Insisi
internal
bevel dilakukan dimulai dari area yang ditentukan di gingiva
(mengikutibleeding point), dan kemudian diarahkan ke suatu area di atau dekat
puncak tulang serta membuat pola scalloped(bergigi) di sekitar margin gingiva
dengan blade nomor 15.
9. Lepaskan dinding poket yang dipotong, bersihkan area tersebut, dan periksa
dengan cermat permukaan akar. Pada koronal, mungkin sisa-sisa kalkulus,
karies akar, atau resorpsi ditemukan. Jaringan granulasi dapat terlihat pada
jaringan lunak yangdipotong.
10. Kuret jaringan granulasi dengan hati-hati dan buang semua sisa kalkulus dan
sementum nekrotik meninggalkan permukaan halus danbersih.
11. Flap Full tihickness dibuat untuk memungkinkan eksposur tulang untuk
pembentukan kembali tulang. Lakukan sayatan pada sulkus intracrevicular. Sayatan
diperpanjang ke distal 1-2gigi untuk menyatu dengan sulkus gingiva pada gigi yang
tidak dirawat.Sayatan ketiga kemudian ditempatkan secara interproksimal untuk
melepaskanpapilla interdental. Rekontur gingiva minor tambahan dilakukan untuk
menetapkan margin gingiva simetris. Flap kemudian dikontur ulang mengikuti
posisi baru dan dilakukan suturing.
12. Aplikasi Periodontal pack
13. Medikasi pasien dengan antibiotik dan analgesik
R/ Amoxicillin mg 500 Tab No XV
s.3.d.d. Tab I. p.c.
R/Asam mefenamat mg 500 Tab No.X
s.p.r.n.(3.d.d. Tab. I)p.c.
14. Edukasi dan instruksikan pasien untuk menjaga kebersihan rongga mulut, tidak
memainkan bekas pembedahan dengan lidah atau tangan, menyikat pelan pada
daerah pembedahan, tidak makan dan minum panas selama 24 jam, bila periodontal
pack lepas segera hubungi operator, meminum obat yang sudah diresepkan dan
instruksikan pasien untuk kembali kontrol 1 minggu kemudian
Kunjungan 3
1. Kontrol hasil perawatan yang dilakukan pada kunjungan pertama. Pemeriksaan
subjektif meliputi menanyakan apakah terdapat rasa nyeri atau rasa tidak nyaman.
Pelepasan periodontal pack. Pemeriksaan objektif meliputi pemeriksaan OHI-S,
Skor plak O’leary, Poket depth, dan kondisi gingiva meliputi perbesaran gingiva
atau kemerahan pada gingiva. Pengambilan benang suturing.
2. Edukasi dan instruksikan pasien mengenai menjaga kebersihan OH
Dokumentasi Perawatan
Gambar 2.1 Pre operatif Poket4mm
Sumber: Srivastavadkk,2008
Gambar 2.2 Poket Marker
Sumber: Srivastava dkk,2008
Gambar 2.3Internalbevel
Sumber: Srivastavadkk,2008
Gambar 2.4 Jaringan berlebih
Sumber: Srivastava dkk,2008
Gambar 2.5 Setelaheksisi
Sumber: Srivastavadkk,2008
Gambar 2.6 Flap reflection
Sumber: Srivastava dkk,2008
Gambar2.7Suturing
Sumber: Srivastavadkk,2008
Gambar 2.8 Post operative
Sumber: Srivastava dkk,2008
DAFTAR PUSTAKA
Newman M.G, Carranza F.A, 2019, newman and carranza's clinical
periodontology, Elsevier, Philadelpia
Greenberg KV, Armitage GC, Shiboski CH., 2008, Gingival enlargement
among renal transplant recipients in the era of new-generation
immunosuppressants. J Periodontol, 79(3):453-60.
Djais A.I, Astruti L.A., 2014, Penatalaksanaan hiperplasia gingiva
disebabkan oleh penggunaan amlodipine: sebuah laporan kasus, AsSyifaa, 6(2): 125- 134
Satrio R., Laksmi P.R., 2018, Laporan Kasus: Pembesaran gingiva yang
diinduksi fenitoin, Stomatognatic (J.K.G Unej), 15(1): 17-20
Agrawal A.A., 2015, Gingival enlargements: Differential diagnosis and
review of literature, World J Clin Cases, 16; 3(9): 779-788
Widodorini D.T., 2018, Perbedaan angka kejadian gingivitis antara usia
pra- pubertas dan pubertas di kota malang, E-Prodenta Journal of
Dentistry. 2(1): 108-115.
Soulissa Ag.G., 2014, Hubungan kehamilan dan penyakit periodontal,
Jurnal PDGI, 63(3):71-77
DAFTAR PUSTAKA
Newman M.G, Carranza F.A, 2019, newman and carranza's clinical
periodontology, Elsevier, Philadelpia
Greenberg KV, Armitage GC, Shiboski CH., 2008, Gingival enlargement among
renal transplant recipients in the era of new-generation
immunosuppressants. J Periodontol, 79(3):453-60.
Djais A.I, Astruti L.A., 2014, Penatalaksanaan hiperplasia gingiva disebabkan
oleh penggunaan amlodipine: sebuah laporan kasus, As-Syifaa, 6(2): 125134
Satrio R., Laksmi P.R., 2018, Laporan Kasus: Pembesaran gingiva yang diinduksi
fenitoin, Stomatognatic (J.K.G Unej), 15(1): 17-20
Agrawal A.A., 2015, Gingival enlargements: Differential diagnosis and review of
literature, World J Clin Cases, 16; 3(9): 779-788
Widodorini D.T., 2018, Perbedaan angka kejadian gingivitis antara usia prapubertas dan pubertas di kota malang, E-Prodenta Journal of Dentistry.
2(1): 108-115.
Soulissa Ag.G., 2014, Hubungan kehamilan dan penyakit periodontal, Jurnal
PDGI, 63(3):71-77
Download