Uploaded by User43910

Community Based Tourism

advertisement
Strategi Pengembangan Wisata Berbasis Masyarakat
Kampung Dolanan Dusun Pandes
Panggungharjo Sewon Bantul
Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat menyelesaikan jenjang pendidikan
sarjana S-2 Program Studi Magister Tata Kelola Seni
Disusun Oleh
Putri Fistyaning Army
142 0065 422
Magister Tata Kelola Seni
Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta
2016
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa tesis yang saya tulis ini belum pernah diajukan untuk
memperoleh gelar akademik di suatu perguruan tinggi manapun.
Tesis ini merupakan hasil pengkajian/penelitian yang didukung berbagai
referensi, dan sepengetahuan saya belum pernah ditulis dan dipublikasikan kecuali
yang secara tertulis diacu dan disebutkan dalam kepustakaan.
Saya bertanggungjawab atas keaslian tesis ini, dan saya bersedia menerima
sanksi apabila di kemudian hari ditemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan isi
pernyataan ini.
Yogyakarta, 1 Juli 2016
Yang membuat pernyataan,
Putri Fistyaning Army
142 0065 422
iii
Tempaan mengindahkan berlian,
Orang-orang terkasih,
Karya ini untuk kalian
iv
STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA BERBASIS MASYARAKAT
KAMPUNG DOLANAN DUSUN PANDES
PANGGUNGHARJO SEWON BANTUL
Pertanggungjawaban Tertulis
Program Magister Tata Kelola Seni
Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta, 2016
Oleh Putri Fistyaning Army
INTISARI
Pengembangan desa wisata membutuhkan keterlibatan dari masyarakat lokal di setiap
aspek pengelolaannya. Akan tetapi faktanya keterlibatan masyarakat sering tidak
optimal. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan formulasi strategi pengembangan
yang mengedepankan masyarakat lokal di dalam pengelolaanya. Penelitian dalam
tulisan ini dilakukan di Kampung Dolanan, Dusun Pandes Panggungharjo, Sewon
Bantul. Pengumpulan data dilakukan dengan studi literatur, wawancara, serta
observasi partisipatif. Metode analisis yang digunakan adalah analisis SWOT
deskriptif kualitatif. Berdasar analisis faktor internal dan eksternal, strategi
pengembangan wisata berbasis masyarakat yang semestinya diterapkan Kampung
Dolanan adalah efisiensi, diversifikasi konsentrik, dan joint venture.
Kata Kunci : Strategi Pengembangan, CBT, SWOT.
v
COMMUNITY BASED TOURISM DEVELOPMENT STRATEGY
KAMPUNG DOLANAN DUSUN PANDES
PANGGUNGHARJO SEWON BANTUL
Written accountability
Master of Arts Program Governance
Postgraduate Institut Seni Indonesia Yogyakarta, 2016
By Putri Fistyaning Army
ABSTRACT
Rural tourism development requires the involvement of local communities in every
aspect of management. But the fact that community involvement is often not optimal.
This study aims to formulate a strategy that emphasizes the development of local
communities in its management. The research in this paper do in Kampung Dolanan,
Hamlet Pandes Panggungharjo, Sewon Bantul. The data collection is done with
literature studies, interviews, and participant observation. The analytical method used
is descriptive qualitative SWOT analysis. Based on the analysis of internal and
external factors, community-based tourism development strategy that should be
applied Kampung Dolanan is efficiency, concentric diversification, and joint
ventures.
Keywords: Development Strategy, CBT, SWOT
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat-Nya,
penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Tugas Akhir Tesis Magister Tata Kelola
Seni ini dengan baik.
Tesis Magister Tata Kelola Seni ini merupakan tugas akhir melalui sebuah
penelitian suatu objek wisata budaya yang disusun sebagai salah satu syarat guna
mencapai derajad Magister dalam bidang seni, dengan minat utama Manajemen
Budaya Pariwisata. Hasil penelitian yang dihasilkan adalah sebuah gagasan dan
paparan sesuai dengan kaidah bidang yang dipelajari dan ditempuh, yang secara
sistematik dalam bentuk tulisan. Adapun judul dari tesis ini adalah, “Strategi
Pengembangan Wisata Berbasis Masyarakat di Kampung Dolanan Dusun Pandes
Panggungharjo Sewon Bantul” yang disusun pada semester genap tahun ajaran 2016.
Tak lupa dalam proses penyusunan tesis ini, penulis menyampaikan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu, baik secara
langsung maupun tidak langsung demi kelancaran tesis ini. Sebagai ungkapan terima
kasih penulis tujukan kepada :
vii
1. Prof. Dr. Djohan, M.Si., selaku Direktur Pascasarjana Institut Seni
Indonesia Yogyakarta.
2. T. Handono Eko Prabowo, MBA, Ph.d., selaku Dosen Pembimbing yang
telah membimbing, mendukung, dan banyak memberikan masukan pada
penulis.
3. Halim HD, selaku Penguji Ahli yang telah memberikan saran dan
masukan pada penulis.
4. Komunitas Pojok Budaya, Pak Wahyudi, Mas Bimo, Mba Sekar, Mbahmbah perajin, serta teman-teman volunteer
atas kerjasamanya dalam
memperoleh data.
5. Mama dan Papa tercinta yang sudah memberikan segala bentuk
dukungannya sampai detik ini, bahkan ketika ku lengah,
cinta kasih
mereka sungguh tiada berujung. Dan Dio, adiku tersayang, thank’s for
your support.
6. Teman-teman Kos Aurelia, vera boll, blonde, vio tokek, Ida, Mba Kaka
Arum dan Alit Ninja yang menjadi tempat refreshing ku ketika penat
mengetik, Namuri sahabat ninja yang selalu solid membantu, dan Dek
Dessy yang telah banyak membantu untuk jadi editor tulisan,
menyemangatiku untuk jangan pernah menyerah, dan thank you kebaya
nya.
viii
7. Teman-teman MTS 2014 yang selalu mendukung dan menjadi sharing
partner dalam penelitian ini. Terutama para SWOT rangers.
8. Mas Markus dan Tahdi yang sudah memberikan banyak masukan serta
pengetahuannya terhadap penulis.
9. Serta semua pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak
langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Akhirnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunanTesis
ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh sebab itu, penulis selalu
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan penyusunan tesis ini, terutama pada penelitian-penelitian
yang selanjutnya.
Terima Kasih.
Yogyakarta, Juli 2016
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
.......................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................
ii
HALAMAN PERNYATAAN .........................................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................
iv
INTISARI
........................................................................................................
v
....................................................................................................
vi
ABSTRACT
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
....................................................................................
vii
...................................................................................................
x
DAFTAR TABEL
...........................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................
1
B. Rumusan Masalah ................................................................................
5
C. Manfaat Penelitian ...............................................................................
6
D. Sistematika Penulisan ..........................................................................
6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
B. Kerangka Pikir
............................................................................
7
...............................................................................
17
x
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
...............................................................................
18
B. Lingkup Penelitian ...............................................................................
18
C. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................
19
D. Teknik Analisis Data
...........................................................................
19
.............................................................................
29
E. Batasan Penelitian
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Kampung Dolanan ..................................................
30
B. Analisis Data ........................................................................................
39
C. Pembahasan
63
.........................................................................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ...........................................................................................
71
B. Saran
72
....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Daftar Penelitian Terdahulu
.........................................................
Tabel 2. Penilaian Bobot Faktor Internal Kampung Dolanan
14
.........................
22
.....................
22
Tabel 4. Matrik EFE
................................................................................
25
Tabel 5. Matrik IFE
................................................................................
25
Tabel 3. Penilaian Bobot Faktor Eksternal Kampung Dolanan
Tabel 6. Matrik IE (Internal dan Eksternal)
...............................................
27
Tabel 7. Matriks SWOT (Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats) .........
28
Tabel 8. Daftar Paket Outbond Kampung Dolanan
....................................
34
..........................................
44
Tabel 10. Penilaian Bobot Faktor Internal (Kekuatan dan Kelemahan) ..........
49
Tabel 11. Pemberian Bobot Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman)
..........
50
Tabel 12. Pemberian Peringkat terhadap Kekuatan Organisasi
....................
51
Tabel 13. Pemberian Peringkat terhadap Kelemahan Organisasi
...................
52
Tabel 14. Pemberian Peringkat terhadap Peluang Organisasi
.......................
53
Tabel 15. Pemberian Peringkat terhadap Ancaman Organisasi
......................
54
Tabel 16. Hasil Analisis Matrik IFE
..........................................................
55
Tabel 17. Hasil Analisis Matrik EFE
..........................................................
56
Tabel 9. Daftar Jumlah Penduduk Pandes 2015
Tabel 18. Matriks IE Tata Kelola Kampung Dolanan
Tabel 19. Matriks SWOT
.................................
57
.........................................................................
59
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur Organisasi Pojok Budaya
............................................
Gambar 2. Ibu-ibu warga Pandes anggota gejog lesung
................................
36
............................................
42
...............................................................
58
Gambar 3. Bahan Mainan Tidak Ramah Anak
Gambar 4. Kuadran Analisis SWOT
32
Gambar 5. The 7-s framework Mc. Kinsey
......................................................
66
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Citra Dusun Pandes sebagai kawasan penghasil mainan anak-anak telah
ada sejak jaman Sultan Hamengku Buwono VIII, hal ini karena jati diri sebagian
besar masyarakat dusun Pandes berprofesi sebagai perajin mainan, perkembangan
jaman saat ini membuat masyarakat tidak lagi tertarik dengan profesi sebagai
perajin mainan anak, pengrajin yang tersisa saat ini hanyalah empat orang
pengrajin yang berusia lanjut, anak-anak lebih tertarik untuk memainkan mainan
yang lebih modern seperti play station atau permainan virtual yang terdapat di
gadget daripada memainkan permainan tradisional, berdasarkan wawancara
dengan kordinator II Pojok Budaya, Tity Sekar,
kondisi tersebut membuat
masyarakat Dusun Pandes beranggapan profesi sebagai pengrajin tidak lagi
memberikan jaminan bagi kesejahteraan hidup. Padahal menurut kajian yang
dilakukan oleh Sukirman Dharmamulya (2008, hlm. 27) di dalam permainan
tradisional Jawa terdapat nilai-nilai budaya yang ada di dalam masyarakat,
permainan tradisional dikatakan mengandung nilai-nilai budaya yang nantinya
akan dapat melatih anak melakukan hal-hal penting di kehidupan masyarakat
seperti melatih cakap hitung-menghitung, melatih kecakapan berpikir, melatih
keberanian, kejujuran, sopan santun dan sikap sportif. Contohnya adalah CublakCublak Suweng, permainan ini mendidik anak untuk menjadi berani, aktif
mengambil prakarsa dan mudah bergaul. Pariwisata dapat menjadi salah satu cara
1
untuk melestarikan keberadaan mainan tradisional anak (dolanan : Jawa) dan
nilai-nilai tradisi yang terkandung di dalamnya . (Weiler dan Hall : 1992) dalam
(Damanik : 2013, hlm. 65) menjelaskan bahwa wisatawan bisa diedukasi untuk
mengapresiasi produk- produk wisata, bukan mengorbankan integritas produk
demi memuaskan keinginan konsumen. Sebuah daerah wisata penting untuk
merumuskan dan mengidentifikasi ciri khas kekuatan masyarakat lokalnya
sendiri.
Bermula dari kesadaran dalam melestarikan citra Dusun Pandes tersebut ,
pada tahun 2007 dibentuklah komunitas Pojok Budaya yang bertujuan untuk
mengelola potensi wisata yang ada pada Kampung Dolanan. Berdasarkan
observasi awal, potensi wisata yang terdapat di Kampung Dolanan antara lain
keunikan budaya dan daya tarik wisata yang dimiliki Kampung Dolanan Dusun
Pandes seperti nilai historisnya yang pernah menjadi kawasan bermain Sri Sultan
Hamengku Buwono VIII, tradisi upacara tedhak siten, dan tradisi membuat
dolanan tradisional yang masih dipertahankan, semua potensi wisata ini
mempunyai peluang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui
pengembangan wisata berbasis masyarakat atau Community Based Tourism
(CBT). Pada hakekatnya pembangunan kepariwisataan tidak bisa lepas dari
sumber daya dan keunikan komunitas lokal, baik berupa elemen fisik maupun
non- fisik (tradisi dan budaya) yang merupakan unsur penggerak utama kegiatan
wisata itu sendiri sehingga semestinya kepariwisataan harus dipandang sebagai
kegiatan yang berbasis pada komunitas setempat (Murphy: 1988) dalam (Sunaryo:
2013, hlm. 218). Prinsip dari CBT antara lain terarah pada tujuan bersama,
2
kemitraan, keterpaduan, distribusi yang merata, berorientasi lokal, berorientasi
jangka panjang, hak asasi manusia, komitmen, dan pemantauan (WTO: 2004),
yang di dalamnya melibatkan pemahaman dan keterlibatan masyarakat. UU No
10/2009 tentang ruang lingkup organisasi kepariwisataan salah satunya adalah
organisasi masyarakat, masyarakat yang mengorganisir, bertempat tinggal di
dalam wilayah destinasi pariwisata dan diprioritaskan untuk mendapatkan manfaat
dari penyelenggaraan kegiatan pariwisata di tempat tersebut.
Pakar pariwisata seperti Larry Dwyer, Peter Forsyth dan Wayne Dwyer
(2010) dalam (Sunaryo:2013,hlm.219) yang rata-rata memandang bahwa
pengembangan kepariwisataan merupakan suatu “kegiatan yang berbasis pada
komunitas” dengan sumber daya dan keunikan komunitas tersebut harus
merupakan unsur penggerak utama dari kegiatan pariwisata itu sendiri.
Pentingnya masyarakat dalam pengembangan wisata juga dikemukakan oleh
Wearing (2001, hlm. 75) yang menegaskan bahwa sukses atau keberhasilan
jangka panjang suatu industri pariwisata sangat tergantung pada tingkat
penerimaan dan dukungan dari masyarakat.
Pengembangan wisata berbasis masyarakat atau Community Based
Tourism telah banyak diterapkan pada desa wisata, seperti penelitian terdahulu
yang dilakukan oleh Ni Made Ernawati dalam penelitiannya yang berjudul
“Tingkat Kesiapan Desa Tihingan-Klungkung, Bali sebagai tempat wisata
berbasis masyarakat”, hasil temuan dari penelitian tersebut menjelaskan bahwa
terdapat tiga kategori kesiapan yang baik antara lain pemahaman tentang
pariwisata, pengelola wisata, dan dukungan dari otoritas desa. Guzman, borges,
3
dan Cerezo dalam jurnal penelitiannya yang berjudul “Community-based tourism
and local socio-economic development: A Case Study in Cape Verde”
menghasilkan temuan bahwa kajian mengenai CBT ini mendukung kualitas
sumber daya pariwisata yang disediakan oleh bisnis lokal dan menyoroti
keramahan masyarakat yang merupakan elemen pengembangan jenis pariwisata
berbasis masyarakat. Penelitian-penelitian terdahulu tersebut menganalisis CBT
melalui tingkat kesiapan penerapannya dan hubungannya dengan pengembangan
sosial-ekonomi
masyarakatnya.
Namun
penelitian
mengenai
strategi
pengembangan CBT berdasarkan dari sudut pandang faktor internal dan eksternal
belum pernah dilakukan, dan berdasarkan observasi awal, sebenarnya CBT sudah
diterapkan dalam Kampung Dolanan, namun penerapannya belum optimal.
Disamping itu penelitian ini sangat penting untuk dilakukan karena CBT
dapat bermanfaat di berbagai dimensi (Suansri : 2003, hlm. 22). Pada dimensi
ekonomi dengan indikator adanya dana bagi pengembangan komunitas
masyarakat,
terciptanya lapangan pekerjaan dan meningkatnya pendapatan
masyarakat lokal, pada dimensi sosial dengan indikator peningkatan kualitas
hidup, peningkatan kebanggaan komunitas, pembagian gender yang adil antara
laki-laki dan perempuan, tua dan muda serta memperkuat organisasi masyarakat.
Pada
dimensi
budaya
dengan
indikator
mendorong
masyarakat
untuk
menghormati budaya yang berbeda, membantu berkembangnya akulturasi budaya
setempat, pada dimensi lingkungan dengan indikator terjaganya daya dukung
lingkungan seperti sistem pengelolaan sampah yang baik serta meningkatnya
konservasi dan preservasi lingkungan. Dimensi politik dengan indikator
4
meningkatkan partisipasi penduduk lokal, memperluas kekuasaan komunitas dan
adanya jaminan hak-hak masyarakat adat dalam pengelolaan SDM. Alasan inilah
yang mendorong peneliti untuk mengidentifikasi faktor- faktor internal dan
eksternal CBT di Kampung Dolanan Desa Pandes ini sehingga dapat dirumuskan
strategi pengembangan berbasis masyarakat di Kampung Dolanan Dusun Pandes.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, permasalahan yang diangkat
tentang analisis yang digunakan untuk merumuskan kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman di Kampung Dolanan yang digunakan untuk merumuskan
strategi pengembangan CBT di kawasan tersebut, maka pertanyaan penelitian
dalam tesis ini adalah :
1. Bagaimanakah faktor internal dan eksternal di Kampung Dolanan
yang berpengaruh terhadap penetapan strategi pengembangan
CBT?
2. Bagaimanakah formulasi strategi pengembangan CBT di Dusun
Pandes sebagai Kampung Dolanan ?
5
C.
1.
Manfaat Penelitian
Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap
konsep dan wawasan mengenai strategi pengembangan desa wisata berbasis
masyarakat
2.
Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu diterapkan dalam
masyarakat di Dusun Pandes dalam rangka mengembangkan desa wisata dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
D.
Sistematika Penulisan
BAB I : Berisi latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah, manfaat
penelitian, serta sistematika penulisan
BAB II : Berisi kajian pustaka yang dipakai dalam penelitian ini, mencakup teori,
penelitian terdahulu, definisi operasional, serta kerangka berpikir
BAB III : Berisi metode penelitian, lingkup penelitian, teknik pengumpulan data,
dan teknik analisis data.
BAB IV : Berisi tentang hasil penelitian, hasil analisis dan pembahasan
BAB V : Berisi kesimpulan
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1.
Pariwisata
WTO dalam pertemuan The International Conference on Travel and
Tourism Statistic salah satu resolusi yang dihasilkan adalah definisi pariwisata,
yaitu aktivitas seseorang melakukan perjalanan ke suatu tempat di luar lingkungan
biasanya untuk kurang dari spesifik waktu dan tujuan umumnya adalah perjalanan
dan bukan untuk mendapatkan penghasilan ditempat yang dikunjunginya” .
(www.world-tourism.org), sementara dalam dimensi sosial budaya, titik berat
pemahaman
(MacCannel:1999)
dalam
(Damanik:2013,hlm.25)
pariwisata
didefinisikan sebagai sesuatu yang tidak hanya mempersoalkan kegiatan
komersial, tapi juga mempunyai pemahaman sejarah, lingkungan, dan tradisi.
Suatu cakupan yang mempunyai daya menggabungkan antara lingkungan dan
kebudayaan sesuai dengan kebutuhannya. Definisi Pariwisata secara luas dikenal
dengan kepariwisataan, sesuai UU No.10 tahun 2009 tentang kepariwisataan yaitu
keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi
serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara
serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan,
pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha.
7
2.
Strategi Pengembangan
Menurut Fred R. David (2015, hlm. 2) strategi adalah cara untuk mencapai
tujuan-tujuan jangka panjang. Wheelan dan Hunger dalam Strategic and Business
Policy (2014, hlm.15) strategi merupakan program perencanaan untuk mencapai
tujuan dengan memaksimalkan keunggulan bersaing dan meminimasi kelemahan.
Porter dalam Rangkuti (2015, hlm. 3) mengungkapkan bahwa strategi adalah alat
yang sangat penting untuk mencapai keunggulan bersaing. Chandler dalam
Rangkuti (2015, hlm. 2) juga menyatakan bahwa strategi merupakan alat untuk
mencapai tujuan jangka panjang, dan program tindak lanjut sumber daya.
Dari tinjauan konsep strategi di atas, dapat disimpulkan pengertian dari
strategi yang dipakai adalah suatu konsep kesatuan dari perencanaan program
program yang terpadu untuk mencapai tujuan tertentu. Mengenai Pengembangan,
Paturusi (2007, hlm.18) mengungapkan bahwa pengembangan adalah suatu
strategi yang dipergunakan untuk memajukan, memperbaiki, dan meningkatkan
kondisi kepariwisataan suatu objek dan daya tarik wisata sehingga dapat
dikunjungi wisatawan serta mampu memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar
objek dan daya tarik wisata maupun bagi pemerintah. Prinsip dari pengembangan
pariwisata dituntut untuk mengaplikasikan tiga paradigma yaitu :
8
a)
Economically Viable yaitu harus mampu meningkatkan pendapatan,
memperluas
kesempatan
kerja
dan
kesempatan
berusaha,
serta
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
b)
Social
Acceptable,
melestarikan
serta
yaitu
mampu
memperkokoh
mewujudkan
jati
diri,
keadilan
kemadiriran
sosial,
bangsa,
memperkaya kepribadian, mempertahankan nilai-nilai agama, serta
berfungsi sebagai media menciptakan ketertiban dan kedamainan dunia
(objek wisata yang potensial jika dilakukan dengan baik akan menyedot
minat wisatawan mancanegara untuk
berkunjung, berkumpul, saling
mengenal dan menjalin persahabatan antar sesama.
c)
Environmentally sustainable, yaitu harus memperhatikan kelestarian
lingkungan dan berkesinambungan, pengembangan pariwisata berbasis
masyarakat menjadi pedoman oleh para penentu dan pelaksana
pengembangan pariwisata.
Sementara Baiquni (2011, hlm. 98) mempunyai tahapan yang dapat dijadikan
prinsip perencanaan pengembangan, antara lain :
a)
Mendefinisikan visi atau menentukan pernyataan visi dan misi, proses
mengklarifikasi maksud suatu organisasi
b)
Menetapkan sasaran strategi melalui analisis situasi SWOT
c)
Merumuskan
strategi untuk mencapai sasaran, menjelaskan cara
mencapainya, dan mempertimbangkan semua informasi yang relevan.
d)
Mengimplementasikan rencana yang telah disusun, meliputi pengalokasian
sumberdaya, pengembangan program, pengembangan proyek untuk
9
menggerakkan
organisasi,
pengutaraan
kebijakan,
pengembangan
prosedur, dan pengembangan aturan secara jelas yang dapat digunakan
untuk mengarahkan kegiatan skala jangka pendek.
e)
Menilai hasil strategi, melalui informasi yang dikumpulkan lewat sistem
pengendalian untuk meyakinkan rencana yang dirumuskan dapat berjalan
seperti yang diharapkan
3.
Community Based Tourism
CBT
pada
hakekatnya
merupakan
salah
satu
pendekatan
dalam
pembangunan pariwisata yang menekankan pada masyarakat lokal, baik yang
terlibat langsung dalam industri pariwisata maupun tidak, dalam bentuk
pemberian akses pada manajemen dan sistem pembangunan kepariwisataan yang
berujung pada pemberdayaan politis melalui kehidupan yang lebih demokratis.
(Hausler : 2007) dalam (Sunaryo : 2013, hlm. 139). APEC mempunyai definisi
tersendiri untuk CBT :
“CBT may enchance social sustainibility by empowering local
communities to manage their own resources, provide meaningful
employment and assist with capacity building and cultural
preservation. Environmental benefits include income generation for
communities to actively protect their land from degradation and could
enchance conservation efforts to attract tourist especially with regard
to eco-tourism initiatives.”
10
(Murphy : 1988) dalam (Baiquni : 2011, hlm. 45) batasan pengertian CBT
mencakup :
a)
Wujud tata kelola kepariwisataan yang memberikan kesempatan kepada
masyarakat lokal untuk mengontrol dan terlibat aktif dalam manajemen
dan pembangunan kepariwisataan yang ada.
b)
Wujud tata kelola kepariwisataan yang dapat memberikan kesempatan
pada masyarakat yang tidak terlibat langsung dalam usaha-usaha
kepariwisataan yang ada.
c)
Bentuk kepariwisataan yang menuntut pemberdayaan secara sistematik
dan demokratis serta distribusi keuntungan yang adil kepada masyarakat
yang ada di destinasi.
Prinsip dasar dari CBT yaitu mengakui, mendukung dan mengembangkan
kepemilikan komunitas dalam industri pariwisata. Mengikutsertakan anggota
komunitas dalam memulai setiap aspek tahapan pengembangan kepariwisataan,
mengembangkan kebanggaan komunitas, mengembangkan kualitas hidup
komunitas, menjamin kelestarian lingkungan kepariwisataan, mempertahankan
keunikan karakter dan budaya di destinasi wisata, membantu berkembangnya
pembelajaran tentang pertukaran budaya pada komunitas setempat, menghargai
perbedaan
budaya
dan
martabat
manusia
di
lingkungan
destinasi,
mendistribusikan keuntungan kepariwisataan secara adil pada nggota komunitas
di
destinasi,
berperan
aktif
dalam
menentukan
prosentase
pendapatan
(pendistribusian pendapatan yang adil) dari setiap kegiatan kepariwisataan yang
11
terkait dengan komunitas setempat. Yaman & Mohd (2000, hlm.144) juga telah
menekankan adanya beberapa kunci penting yang bisa digunakan dalam
pengelolaan pengembangan kepariwisataan yang menggunakan pendekatan CBT
yaitu:
a)
Adanya dukungan fasilitasi dari pemerintah yang berfungsi sebagai
fasilitator, koordinator maupun badan regulasi pengelolaan SDM dan
penguatan kelembagaan.
b)
Adanya partisipasi aktif para stakeholder, karena CBT secara umum
bertujuan untuk penganekaragaman industri kepariwisataan yang tumbuh
dari masyarakat. Oleh karena itu keseluruhan anggota masyarakat dengan
kemampuan kewirausahaannya dapat menentukan/membuat kontak bisnis
dengan tour operator, travel agent untuk memulai bisnis baru.
c)
Pembagian keuntungan yang adil, baik keuntungan langsung yang diterima
masyarakat yang memiliki usaha di sektor pariwisata maupun keuntungan
tidak langsung yang dapat dinikmati masyarakat yang tidak memiliki
usaha kepariwisataan. Keuntungan tidak langsung yang diterima
masyarakat dari kegiatan ekowisata ini antara lain dapat berupa proyek
pembangunan yang dibiayai dari hasil penerimaan kepariwisataan yang
ada.
12
Dalam pelaksanaan CBT komponen yang utama adalah keterlibatan
masyarakat. Keterlibatan masyarakat ini terdiri dari beberapa tingkatan menurut
Baiquni (2011, hlm.93) :
a)
Tingkat I Pemberitahuan (informing): hasil yang diputuskan oleh orang
luar (pakar, pejabat) diberitahukan kepada masyarakat. Komunikasi terjadi
satu arah dari luar ke masyarakat setempat/lokal.
b)
Tingkat II Pengumpulan informasi (information gathering): masyarakat
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh orang luar. Komunikasi searah
dari masyarakat ke luar.
c)
Tingkat III Perundingan (consultation): pihak luar berkonsultasi dan
berunding dengan masyarakat melalui pertemuan atau public hearing.
Komunikasi
dua
arah,tetapi
masyarakat
tidak
ikut
serta
dalam
menganalisis atau mengambil keputusan.
d)
Tingkat IV Plakasi/konsiliasi : masyarakat ikut dalam proses pengambilan
keputusan yang biasanya sudah diputusakn sebelumnya oleh pihak luar,
terutama menyangkut hal-hal penting. Dalam tingkatan ini biasanya
masyarakat sering terbuai insentif berupa uang, barang, atau yang lainnya.
e)
Tingkat V Kemitraan (partnership): masyarakat mengikuti seluruh proses
pengambilan keputusan bersama dengan pihak luar, seperti studi
kelayakan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi
13
f)
Tingkat VI Mobilisasi dengan kemauan sendiri (self- mobilization):
masyarakat mengambil inisiatif sendiri, jika perlu dengan bimbingan dan
bantuan pihak luar. Mereka memegang kontrol atas keputusan dan
pemanfaatan sumber daya, pihak luar hanya memfasilitasi.
4.
Penelitian Terdahulu
Tabel 1. Daftar Penelitian Terdahulu
Peneliti, Tahun, Judul
I Putu Sudana, UNUD,
2013. Strategi
Pengembangan Desa
Wisata Ekologis di Desa
Belimbing, Kecamatan
Pupuan Kabupaten
Tabanan
Variabel
1. Atraksi Wisata
2. Jarak Tempuh
3. Besaran Desa
4. Sistem Kepercayaan dan
Kemasyarakatan
5. Ketersediaan Infrastruktur
6. PEST (Politik, Ekonomi,
Sosial , Teknologi)
Metode Analisis
Analisis
SWOT,
EFAS, IFAS
Tomas Lopez Guzman,
Sandra Sanchez
Canizares, Victor Pavon.
Community Based Tourism
in Developing Countries:
A Case Study.2011 (an
international
multidisciplinary journal
oftourism Vol.6
Sajad Ebrahimi, Zaqinab
Khalifah. Community
Supporting Attitude toward
Community Based
Tourism
Development:NonParticipants
Perspective.2014(Asian
Social Science vol.10)
CommunityBased Tourism,
Local Development
Quantitative
approach
1.
Qualitative
Participation
Approach
2.
Community
Participation
Community Support
Local
Temuan
1. Faktor-faktor yang menjadi
kekuatan faktor internal
adalah keindahan Danau
dan Gunung Batur
2. Faktor yang menjadi
peluang adalah
kondusifnya situasi
keamanan Bali
menjelang/pasca Pemilu
3. Analisis IE, posisi
Kawasan Kintamani
sebagai daya tarik wisata
minat khusus adalah ada
pada sel I yaitu grow and
build strategy
Bahwa Pengembangan turisme
dapat menciptakan lapangan
pekerjaan, meningkatkan
kesejahteraan meskipun harus
melalui pelatihan dari lembaga
swasta maupun pemerintah
untuk memenuhi tujuan ini.
Mengindikasikan adanya jarak
antar faktor melingkupi
partisipasi, waktu, pendapatan,
agama, dan kepekaan budaya.
Semua itu mempengaruhi
partisipasi lokal dalam
pelaksanaan CBT.
14
Cerezo, Borges, Guzman.
Community Based
Tourism and Local Socioeconomic Development: A
case study in Cape Verde.
2011
Hospitality, Public Service,
Accomodation, Cultural
Activities
Pendekatan
kuantitatif
Investigasi mendukung
kualitas layanan yang
ditawarkan kepada turis oleh
bisnis lokal Afrika dan juga
dapat menyoroti layanan
pariwisata.
Ho Ching Goh. Nature and
Community Based Tourism
(CBT) for poverty
Alleviation case study of
Lower Kinabatangan.
2015 (Malaysian Journal
of Society and Space
vol.11)
I Made Darma Oka, 2010.
POLTEK Negeri Bali.
Potemsi Pengembangan
Pariwisata Minat Khusus
(Trekking) di Desa
Pejaten-Tabanan
Community Based Tourism,
Holistic Approach, Local
Participation, Poverty
Alleviation
Exemplary case study
approach
CBT tidak hanya untuk
pengentasan kemiskinan,
namun juga menjaga keaslian
lingkungannya
1.
Potensi pengembangan
pariwisata alam dan
budaya (Kekuatan,
Kelemahan,Peluang,dan
Ancaman)
Persepsi masyarakat
Analisis kualitatifinterpretatif yang
diarahkan pada unsur
paradigma budaya
dan analisis
kuantitatif dengan
menggunakan skala
likert , SWOT.
1. Pengembangan wisata
minat khusus (trekking) di
Desa Pejaten memiliki
potensi dan daya tarik
tersendiri bagi wisatawan.
2. Pembangunan fasilitas
untuk pengembangan
wisata minat khusus
(trekking) melalui
pembuatan jalur trekking,
merupakan jenis wisata
yang berkaitan dengan
wisata alam dan budaya.
3. Pembangunan fasilitas
untuk keperluan wisatawan
seperti restoran, areal
parkir, pusat eksibisi
keramik (gerabah lokal)
sebagai tempat memajang
hasil souvenirs kerajinan
masyarakat.
Christy Widyawati, 2013.
Analisis Pengaruh
Heritage Tourismism
Terhadap Pengembangan
Pariwisata Berbasis
Masyarakat Studi Kasus :
Kampung Buaya Kapasan,
Surabaya
1.
2.
Pemahaman Masyarakat
Manfaat Wisata
Heritage bagi
masyarakat
Tingkat Partisipasi
Masyarakat
Penelitian kualitatif
dengan pendekatan
penelitian
rasionalistik deduktif
1. Masyarakat telah
mengetahui adanya
kunjungan wisata di
Kampung Buaya Kapasan.
2. Keterlibatan masyarakat
dalam kegiatan Kampung
Buaya Kapasan ini
didominasi oleh
masyarakat dengan usia
produktif dengan pekerjaan
sebagai pegawai swasta,
wirausaha, dan ibu rumah
tangga
2.
3.
15
Ni Made Ernawati , 2010.
Tingkat Kesiapan Desa
Tihingan-klungkung, Bali
Sebagai Tempat Wisata
Berbasis Masyarakat
kesiapan fasilitas
infrastruktur , suprastruktur,
atraksi wisata, pelayanan
kepariwisataan,
keramahtamahan masyarakat
(hospitality)
kuesioner,
selanjutnya ditabulasi
kemudian dilakukan
analisa frekuensi
Dari segi atraksi, keterbukaan
masyarakat dan jasa yang
dibutuhkan oleh wiatawan
yang mana hal ini disuplai oleh
masyarakat secara
perseorangan sudah
menunjukan tingkat kesiapan
yang baik. Namun kondisi
infrastruktur memiliki tingkat
kesiapan yang rendah,
infrastruktur memerlukan
investasi yang tinggi dan
adalah merupakan tugas dan
tanggung jawab pemerintah di
berbagai tingkat baik provinsi,
kabupaten, maupun desa untuk
menyiapkannya.
Made Heny Urmila Dewi,
Chafid Fandeli, M.
Baiquni. Pengembangan
Desa Wisata Jatiluwih
Tabanan, Bali. 2013
(jurnal kawistara,vol.3)
Pengembangan Desa Wisata,
Partisipasi Masyarakat Lokal
Analisis Deskriptif
Pengembangan Desa Wisata
Jatiluwuh belum melibatkan
masyarakat lokal. Pemerintah
masih terlihat dominan
Noegroho, Chusmeru
Agung. 2010. Jurnal
Analisis Pariwisata Vol.10.
Potensi Ketenger sebagai
Desa Wisata di Kecamatan
Baturaden Kabupaten
Banyumas. Universitas
Jendral Soedirman
Purwokerto
Pengembangan desa wisata,
wisata pendidikan
Pendekatan deskriptif
kualitatif
Banyak lokasi yang masih
alami pedesaan dan
pengunjung dapat berinteraksi
serta belajar mengenai banyak
hal tentang kehidupan
masyarakat pedesaan. Konsep
Grumbul Pucungan sebagai
Kampung Budaya Desa Wisata
Ketenger telah sesuai dengan
arti atau makna dari desa
wisata itu sendiri.
I Ketut Antara, 2011.
Strategi Pengembangan
Pariwisata Alternatif Di
Desa Pelaga Kecamatan
Petang Kabupaten Badung
Attraction (atraksi wisata),
Accessibility (akses untuk
mencapai daerah wisata),
Amenity (fasilitas dan jasa
wisata), dan Ancillary
(kelembagaan dan sumber
daya manusia
deskriptif kualitatif
dan analisis SWOT
DTW Desa Pelaga memiliki
berbagai potensi wisata yang
layak untuk dikembangkan dan
telah memenuhi empat (4)
komponen penting dalam
industri pariwisata yang
dikenal dengan istilah empat
A, yaitu Attraction (atraksi
wisata), Accessibility (akses
untuk mencapai daerah
wisata), Amenity (fasilitas dan
jasa wisata), dan Ancillary
(kelembagaan dan sumber daya
manusia pendukung
kepariwisataan).
Pengembangan daaerah tujuan
wisata Desa Pelaga kedepan
dapat dilakukan dengan
mengimplementasikan
beberapa strategi SWOT
seperti strategi SO, ST, WO,
dan strategi WT.
16
B.
Kerangka Pikir
Kampung Dolanan Dusun Pandes
Panggungharjo Sewon Bantul
Fakta Lapangan
Analisis SWOT
Strategi Pengembangan CBT
Implementasi Strategi
Ditetapkan sebagai kawasan Desa Wisata
Kabupaten Bantul
Gambar 1 : Kerangka Berpikir
17
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Metode Penelitian
Metode Penelitian yang digunakan dari penelitian ini adalah penelitian
kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan
prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis atau cara
kuantifikasi, Jane Richie dalam Moleong (2013, hlm.6) menjelaskan bahwa
penelitian kualitatif adalah upaya untuk menyajikan dunia sosial dan
perspektifnya di dalam dunia, dari segi konsep, perilaku, persepsi dan persoalan
tentang manusia yang diteliti. Metode ini berguna untuk menganalisis dan
memahami persepsi stakeholders Kampung Dolanan sehingga dapat dirumuskan
variabel-variabel internal dan eksternal dari Kampung Dolanan. Pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan analisis SWOT, pendekatan ini
digunakan untuk membantu menganalisis variabel internal dan eksternal di dalam
pengelolaan Kampung Dolanan sehingga dapat dirumuskan formulasi strategi
pengembangan.
18
B.
1.
Lingkup Penelitian
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Dusun Pandes, Panggungharjo Sewon
Bantul, tepatnya di sebelah utara kampus Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
Pengambilan lokasi ini dikarenakan Dusun Pandes merupakan sekretariat dari
komunitas Pojok Budaya yang merupakan pengelola Kampung Dolanan itu
sendiri.
2.
Objek Penelitian
Objek Penelitian ini adalah Kampung Dolanan Dusun Pandes
3.
Subjek Penelitian
Subjek Penelitian yang dipilih merupakan key person atau orang yang
dianggap ahli dan berwenang dalam pengelolaan kawasan tersebut yang terdiri
dari pendiri sekaligus ketua kordinator Pojok Budaya, kordinator I Pojok Budaya,
dan kordinator II Pojok Budaya.
C.
1.
Teknik Pengumpulan Data
Observasi
Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi terbuka,
subjek dalam penelitian ini mengetahui bahwa peneliti sedang mengamati
peristiwa yang terjadi. Peranan peneliti dalam penelitian ini yaitu pemeranserta
sebagai pengamat, dalam hal ini tidak sepenuhnya sebagai pemeran serta tetapi
19
melakukan fungsi pengamatan, tidak melebur sesungguhnya. (Moleong : 2013,
hlm.174). Observasi dilakukan untuk melihat kondisi nyata mengenai faktor
internal dan eksternal Kampung Dolanan Dusun Pandes.
2.
Wawancara
Wawancara dilakukan untuk menjaring data tentang faktor internal dan
eksterna. Wawancara dilakukan terhadap Wahyudi Anggoro Hadi selaku pendiri
dan ketua kordinator Pojok Budaya, Hosni Bimo Wicaksono selaku kordinator I
Pojok Budaya, dan Tity Sekar selaku kordinator II Pojok Budaya.
3.
Dokumentasi
Dokumen-dokumen terkait seperti data monografi dusun Pandes, brosur
program outbond, foto-foto kegiatan outbond dikumpulkan untuk mendukung
proses penelitian.
D.
1.
Teknik Analisis Data
Tahap Identifikasi
SWOT identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan
strategi Kampung Dolanan. Analisis ini didasarkan logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara
bersamaan
dapat
meminimalkan
kelemahan
(Weakness)
dan
ancaman
(Threats).Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan
pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan Kampung Dolanan.
(Rangkuti:2015,hlm.24).
20
Analisis internal dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan
yang dimiliki oleh Kampung Dolanan. Analisis ini akan disajikan dalam matriks
Internal
Factor
Evaluation
(IFE).
Analisis
eksternal
dilakukan
untuk
mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi oleh Kampung Dolanan.
Secara ringkas disajikan dalam matriks External Factor Evaluation (EFE).
Adapun tahap-tahap dalam penyusunan matiks EFE dan IFE adalah :
a)
Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Kampung Dolanan
Dalam tahap pengidentifikasian faktor internal dan eksternal
dilakukan dengan mendaftarkan seluruh kekuatan dan kelemahan
yang dimiliki oleh Kampung Dolanan serta peluang dan ancaman
yang dihadapi Kampung Dolanan. Dalam penyajian matrik, faktor
yang bersifat positif (kekuatan dan peluang) ditulis sebelum faktor
yang bersifat negatif (kelemahan dan ancaman).
b)
Pemberian Bobot Faktor
Pada analisis internal dan eksternal, penentuan bobot dilakukan
dengan mengajukan kuesioner kepada pihak manajemen atau ahli
strategi dengan menggunakan metode “paired comparison”. Bobot
menunjukkan tingkat kepentingan relatif suatu faktor terhadap
keberhasilan Kampung Dolanan dalam perkembangannya.
21
Penentuan bobot pada setiap variabel digunakan skala 1,2,3. Penilaian
untuk setiap skala dapat dijelaskan sebagai berikut:
1 = jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 = jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal
3 = jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal
Tabel 2. Penilaian Bobot Faktor Internal Kampung Dolanan
Faktor
A
B
C
...
Total
Internal
A
B
C
...
Total
Sumber : (David:2015 )
Tabel 3. Tabel Penilaian Bobot Faktor Eksternal Kampung Dolanan
Faktor
Eksternal
A
B
C
...
Total
A
B
C
...
Total
Sumber : (David: 2015)
22
Bobot tiap faktor diperoleh dengan menentukan nilai tiap faktor
terhadap total nilai faktor. Bobot yang diberikan berada pada kisaran 0,0
(tidak penting) hingga 1,0 (paling penting).
Faktor-faktor yang memiliki pengaruh besar pada Kampung
Dolanan diberikan bobot yang tinggi. Jumlah seluruh bobot yang diberikan
pada tiap faktor harus sama dengan 1,0. Bobot setiap variabel diperoleh
dengan membagi jumlah nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai
keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus :
ai = Xi
∑ Xi
Keterangan :
ai = Bobot variabel ke-i
Xi = Nilai variabel ke-i
i = ke 1,2,3,…
c)
Pemberian Rating (Peringkat)
Menurut David (2015: 131), rating (peringkat) menggambarkan
seberapa besar efektif strategi Kampung Dolanan saat ini dalam
merespon faktor strategis yang ada. Penilaian rating untuk lingkungan
eksternal diberikan dalam skala dengan pembagian sebagai berikut :
23
Lingkungan Eksternal
Aspek Peluang :
Aspek Ancaman
rating 4= respon sangat superior,
rating 4 = respon di bawah rata-rata,
rating 3 = respon di atas rata-rata,
rating 3 = respon rata-rata,
rating 2 = respon rata-rata
rating 2 = respon di atas rata-rata
rating 1 = respon di bawah rata-rata
rating 1 = respon sangat superior
Lingkungan Internal:
Aspek Kekuatan :
Aspek Kelemahan:
rating 4 = sangat kuat,
rating 4 = sangat lemah,
rating 3 = kuat,
rating 3 = lemah,
rating 2 = lemah
rating 2 = kuat
rating 1 = sangat lemah
rating 1 = sangat kuat
d)
Perkalian Bobot dan Peringkat
Langkah selanjutnya adalah menentukan nilai tertimbang tiap faktor
yang diperoleh dari perkalian bobot dengan rating (peringkat) setiap
faktor. Nilai tertimbang setiap faktor kemudian dijumlahkan untuk
memperoleh total nilai tertimbang bagi organisasi (David : 2015,
hlm.57).
24
Tabel 4. Matrik EFE
Faktor Eksternal
Bobot
Peringkat
Bobot x Peringkat
Peluang:
Ancaman:
Total
Sumber : (David:2015)
Tabel 5. Matrik IFE
Faktor Internal
Bobot
Peringkat
Bobot x Peringkat
Kekuatan:
Kelemahan:
Total
-
Sumber : (David:2015)
Total nilai tertimbang pada matriks EFE dan IFE akan berada pada kisaran
1,0 (terendah) hingga 4,0 (tertinggi), dengan nilai rata-rata 2,5. Semakin tinggi
nilai total tertimbang Kampung Dolanan pada matriks EFE dan IFE
mengindikasikan Kampung Dolanan merespon peluang dan ancaman (faktor
eksternal) atau kekuatan dan kelemahan (faktor internal) dengan sangat baik pula,
begitu pula sebaliknya.
25
2.
Tahap Pencocokan
Tahap pencocokan merupakan tahap untuk mencocokan peluang dan
ancaman eksternal dengan kekuatan dan kelemahan internal berdasarkan
informasi yang didapatkan pada tahap input. Alat analisis yang digunakan dalam
penelitian ini untuk tahap pencocokan adalah matriks IE (Internal-External) dan
matriks Strength-Weakness-Opportunity-Threat (SWOT).
a)
Analisis Matriks IE (Internal-Eksternal)
Tahap ini merupakan tahap pencocokan dengan memasukkan hasil
pembobotan matriks EFE dan IFE kedalam matriks IE. Matriks IE mempunyai
sembilan sel strategi yang dapat dikelompokkan menjadi tiga sel strategi utama,
yaitu (David:2015):
(1)
Growth and Build (tumbuh dan bina) berada dalam sel I, II, dan IV.
Strategi yang cocok adalah intensif (penetrasi pasar, pengembangan
pasar, dan pengembangan produk) atau integrasi (integrasi ke
belakang, integrasi ke depan dan integrasi horizontal).
(2)
Hold and Maintain (pertahankan dan pelihara) dilakukan untuk sel
III, V, dan VII. Strategi umum yang dipakai adalah penetrasi pasar
dan pengembangan produk.
26
(3)
Harvest or Divest ( panen atau divestasi) dipakai untuk sel VI,
VIII, dan IX. Strategi umum yang dipakai adalah strategi divestasi,
strategi diversifikasi konglomerat, dan strategi likuidasi. Matriks IE
dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 6. Matrik IE (Internal dan Eksternal)
Total Skor IFE
Total Skor EFE
4.0
3.0
3.0
2.0
1.0
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
2.0
1.0
Sumber: (David :2015)
b)
Matriks SWOT
Matriks SWOT diperoleh dengan memasangkan faktor-faktor eksternal
dengan faktor-faktor internal. Dalam matriks SWOT diperlihatkan kesesuaian
antara kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman seperti terlihat pada tabel
berikut.
27
Tabel 7. Matriks SWOT (Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats)
Internal
Strength (S)
Weakness (W)
*Faktor Kekuatan
*Faktor Kelemahan
Opportunities (O)
Strategi SO
Strategi WO
*Faktor Peluang
Ciptakan strategi yang
Ciptakan strategi yang
menggunakan
meminimkan kelemahan
Eksternal
kekuatan
Threaths (T)
Strategi TO
Strategi TW
*Faktor Ancaman
Ciptakan strategi yang
Ciptakan strategi yang
menggunakan
meminimkan kelemahan
kekuatan
Sumber : (David : 2015)
3.
Tahap Keputusan
Pada tahap ini, pengambilan keputusan dilakukan dengan menggunakan
hasil strategi-strategi yang diperoleh dari Matriks SWOT yang disesuaikan
dengan kondisi Kampung Dolanan berdasarkan Matriks IE dan Grafik SWOT.
28
E.
Batasan Penelitian
Pariwisata berbasis masyarakat mempunyai tiga tahap pelaksanaan yaitu
tahap perencanaan, implementasi, dan tahap nilai manfaat atau sharing benefit
bagi masyarakat. Batasan Penelitian ini sampai pada tahap perencanaan dan
perancangan strategi dari pelaksanaan Pariwisata Berbasis Masyarakat. Tahap
perencanaan dalam pariwisata berbasis masyarakat berkaitan dengan identifikasi
masalah atau persoalan yang terdapat dalam pengelolaan Kampung Dolanan,
identifikasi
potensi
pengembangan
alternatif
dan
formulasi
strategi
pengembangan pariwisata berbasis masyarakat.
29
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A.
Gambaran umum Kampung Dolanan
Sejak jaman Sultan Hamengku Buwono VIII, Pandes dikenal sebagai
daerah yang kaya akan potensi seni tradisi, terdapat pengrajin keramik dan batu,
kesenian ketoprak, gejog lesung, dan yang paling dikenal adalah mainan
tradisional asli dari dusun Pandes ini. Pangeran Dorodjatun (Hamengku Buwono
IX) sewaktu kecil sering menyempatkan diri ke Pandes untuk menunggu perajin
menggunting wayang (Nuryani : 2014. hlm.5). Secara geografis, Kampung ini
memiliki luas wilayah 564,54.Ha, terletak di sebelah utara kampus ISI Sewon
Bantul Yogyakarta dengan batas dukuh barat adalah dusun Bangunharjo, utara
adalah Pelemsewu, dan selatan adalah dukuh Glondong. Akses menuju lokasi ini
terdapat dua jalur yaitu melalui jalan Parangtritis yang melewati gerbang
pedukuhan Pandes, atau melalui jalan Bantul yang melewati pedukuhan
Dongkelan.
Kawasan di sekitar Kampung Dolanan dihiasi oleh beberapa miniatur anakanak dari gabah yang sedang memainkan permainan tradisional, fasilitas yang
diberikan jika berkunjung di Kampung ini antara lain dua buah toilet yang
terdapat di sebelah barat pendopo Kampung Dolanan, lahan parkir di sebelah
timur Kampung Dolanan. Bagi pengunjung yang mengikuti outbond, fasilitas
yang didapatkan antara lain makanan ringan, makan siang, pemandu, serta mainan
hasil pelatihan yang dapat dib awa pulang.
30
Selain fasilitas yang didapatkan, berdasarkan pengamatan lapangan, Kampung
dolanan memiliki sistem Pengelolaan kunjungan wisatawan antara lain :
1)
Menggunakan peralatan promosi seperti brosur dan leaflet yang
didistribusikan langsung pada calon pengunjung yang akan mengadakan
outbond.
2)
Menggunakan
media
sosial
seperti
Facebook
yang
selama
ini
mempromosikan Kampung Dolanan sebagai destinasi wisata budaya
penghasil mainan tradisional. Namun mayoritas pengunjung Kampung
Dolanan mendapatkan informasi terkait dengan daya tarik wisata
Kampung Dolanan melalui berbagai media televisi yang banyak meliput
Kampung Dolanan seperti Peppy The Explorer dari Trans, Masak Bareng
Farah Quinn dari Trans, Kick Andy dari Metro TV, Bahkan Eagle Award
2014 dari Metro TV.
Berdasarkan
wawancara
dengan
Tity
Sekar,
selama
ini
dalam
mendatangkan pengunjung, Kampung Dolanan hanya mengandalkan metode
pemesanan, pengunjung harus memesan terlebih dahulu paket yang tersedia di
Kampung Dolanan, jika hanya datang tanpa memesan terlebih dahulu, tidak ada
kegiatan yang bisa dilakukan atau dipertunjukan di Kampung Dolanan.
Metode seperti itu dipilih karena kurangnya tenaga pengelola, pengelola
yang ada pun mempunyai kegiatan masing-masing di luar Kampung Dolanan.
Tenaga pengelola yang minim dapat dilihat dari struktur organisasi Pojok Budaya.
31
1.
Struktur organisasi Pojok Budaya
Gambar 1. Struktur Organisasi Pojok Budaya
Struktur organisasi di atas menjelaskan bahwa kampung dolanan berada di
bawah pengelolaan komunitas Pojok Budaya, untuk kegiatan pendidikan terdapat
PAUD Among Siwi yang dalam sistem pengajarannya terdapat nilai-nilai kearifan
lokal dari dolanan, kemudian untuk kegiatan wisata, Kampung Dolanan memiliki
dua kordinator yang keduanya mengelola volunteer untuk kegiatan outbond,
namun fakta di lapangan, pembagian kerja antar jabatan masih belum jelas,
terkadang kordinator 1 merangkap bendahara, kordinator 2 merangkap sekretaris.
32
2.
Visi dan Misi Kampung Dolanan
Visi dari Kampung Dolanan antara lain menjadi Kampung Pelestari
mainan dan mengembangkan mainan tradisional, mengeluarkan kembali nilainilai yang terkandung dalam permainan tradisional, serta menjadi sentra budaya
permainan tradisional dan menjadi desa wisata terbaik. Untuk mendukung
visinya,
misi
dari
mengembangkan
Kampung
mainan
dolanan
tradisional,
antara
lain
menguatkan
melestarikan
nilai-nilai
dan
permainan
tradisional, dan membangun desa wisata budaya.
a)
Program- program yang menunjang visi Kampung Dolanan :
(1)
Regenerasi pembuatan mainan. Program ini dilaksanakan dengan
cara mewariskan keahlian pada anak-anak, para pemuda desa dan pada guru
TK dan PAUD . Setiap sorenya anak-anak di lingkungan desa Pandes
datang untuk bermain di Pendopo Kampung Dolanan tanpa dipungut biaya,
kemudian terdapat kegiatan rutin gejog lesung, ketoprak, dan pelatihan
pemandu outbond. Kegiatan ini dikembangkan oleh pengurus untuk
disosialisasikan pada pengrajin.
(2)
Festival Kampung Dolanan Pandes yang diadakan satu tahun
sekali, menampilkan seluruh potensi yang dimiliki kampung dolanan seperti
irama gejog lesung, gunungan dolanan, karnaval prajurit dusun Pandes
dengan melibatkan seluruh masyarakat Pandes.
(3)
Festival Budaya. Kampung Dolanan rutin mengikuti pagelaran
festival budaya yang ada di Yogyakarta. Contohnya seperti Festival
Dolanan Anak yang diadakan di bantul Ekspo 2013.
33
(4)
Outbond dan kunjungan dari berbagai instansi. Kampung Dolanan
biasanya menerima kunjungan untuk outbond maupun yang datang hanya
untuk berkunjung dari insatnsi pemerintahan, institusi pendidikan maupun
sekolah.
Tabel 8. Daftar Paket Outbond Kampung Dolanan
Paket A
Rp 75.000/anak (kuota 40 orang)
1. Gejog Lesung
2. Permainan Tradisional
3. Workshop membuat dolanan
(2 buah)
4. Kunjungan ke pengrajin (4
tempat
5. Tangkap lele di sawah
Paket B
Rp 55.000/anak (kuota 40 orang)
1. Gejog lesung
2. Permainan Tradisional
3. Workshop membuat dolanan
4. Souvenir dolanan
5. Kunjungan ke pengrajin (4
tempat)
Paket C
Rp 45.000/anak (kuota 40 orang)
1. Permainan tradisional
2. Workshop membuat dolanan
3. Cinderamata dolanan
4. Kunjungan ke pengrajin ( 4
tempat)
Paket D
Rp 55.000/anak (kuota 100 orang)
1. Gejog Lesung
2. Permainan Tradisional
3. Workshop membuat dolanan
4. Souvenir dolanan (2 buah)
5. Kunjungan ke Pengrajin (5 tempat)
6. Tangkap lele di sawah
Sumber : Brosur Kampung Dolanan
Berdasarkan wawancara dengan Tity Sekar, harga yang ditetapkan untuk program
outbond cukup terjangkau dibandingkan dengan outbond lainnya, dan pengunjung
outbond pun dapat memilih paket yag tersedia, per bulannya terdapat minimal dua
grup outbond dengan mayoritas paket yang dipilih adalah paket C.
34
3.
Keterlibatan Masyarakat
Keterlibatan masyarakat terbentuk saat Kampung Dolanan diangkat
sebagai salah satu objek untuk nominasi dokumenter Eagle Award pada tahun
2014, timbulah kebanggaan masyarakat Pandes terhadap potensi yang dimiliki
dusunnya. Komunitas Pojok Budaya mulanya beranggotakan pemuda-pemudi
Pandes, namun saat ini banyak sukarelawan dari luar dusun Pandes yang ikut
terlibat, beberapa mahasiswa seperti dari ISI, UGM, UNY, UMY, UIN, dan
institusi pendidikan, namun untuk jabatan inti pengelolaan Kampung Dolanan
masih dipegang oleh warga dusun Pandes, ini sesuai dengan salah satu teori
(Murphy : 1988) dalam (Baiquni : 2011, hlm. 45) bahwa wujud tata kelola CBT
memberikan kesempatan pada masyarakat lokal untuk mengontrol dan terlibat
aktif dalam manajemen dan pembangunan kepariwisataan yang ada. Temuan
peneliti adalah keterlibatan masyarakat Pandes memang masih kurang dalam
kegiatan memproduksi dolanan, namun setelah terdapat kegiatan yang dilakukan
secara bersama, contohnya saat kegiatan festival Kampung Dolanan ataupun
outbond, masyarakat turut ambil bagian di dalam kegiatan tersebut.
Berdasarkan observasi yang dilakukan dengan berpartisipasi menjadi
panitia outbond pada tanggal 16 April 2016, beberapa ibu-ibu dan mbah-mbah
memainkan gejog lesung
sambil bernyanyi saat penyambutan pengunjung
outbond. Salah satu penyanyi gejog lesung, Mba Ajeng mengaku senang jika
diajak berpartisipasi pada setiap acara outbond, begitu juga anggota Gejog Lesung
lainnya yang juga merupakan warga dusun Pandes seperti Bu Giyem, Mbok
Kasan, Yu Sosro, Yu Umbok, Mbok Bibit, dan Mbok Mi.
35
Gambar 2. Ibu-ibu warga Pandes anggota gejog lesung
(Foto: Putri, 2016)
Selain anggota gejog lesung, warga dusun Pandes yang ikut terlibat dalam
kegiatan outbond adalah para pengrajin Kampung Dolanan. Saat ini pengrajin
yang masih aktif membuat dolanan hanya ada empat orang, antara lain Mbah
Atemo, Mbah Buang, Mbah Wiyar, dan Mbah Joyo. Saat outbond berlangsung,
para pengrajin menunggu kedatangan rombongan di rumahnya masing-masing,
ketika rombongan datang, setiap pengrajin memperlihatkan cara membuat
dolanan, karena para pengrajin hanya dapat berbahasa Jawa, pemandu bertugas
untuk menjelaskan tata cara pembuatan dolanan beserta filosofi dan nilai-nilai
yang terkandung di dalam produk dolanan tersebut.
36
4.
Produk Dolanan
Produk-produk dolanan yang terdapat di Kampung Dolanan bukan hanya
sekedar komoditas yang diperjualbelikan, namun di dalamnya terdapat filosofi
yang menyimpan berbagai kearifan lokal, ini sesuai dengan apa yang
dikemukakan oleh Dharmamulya (2008, hlm. 27) bahwa,
“Permainan tradisional anak-anak di Jawa mengandung nilai-nilai
budaya tertentu, serta mempunyai fungsi melatih pemainnya
melakukan hal-hal yang akan penting nantinya bagi kehidupan mereka
nantinya di tengah masyarakat, seperti melatih cakap berhitung,
berpikir, melatih bandel (tidak cengeng), melatih keberanian, sikap
jujur dan sportif. “
Berdasarkan pengamatan dan wawancara produk-produk mainan yang terdapat di
Kampung Dolanan antara lain :
a)
Wayang Kertas
Wayang Kertas ini dibuat tanpa pola, mengajarkan untuk berpikir jernih,
apabila pikiran jernih, segala yang tergambar dipikiran akan terwujud
dengan sendirinya. Dari segi ilmu sains membuat wayang kertas ini
mempelajari tentang gerak rotasi yang menjadi dasar kerja persendian
tulang manusia dan juga gerak rotasi planet terhadap matahari.
b)
Angkrek
Gerakan angkrek merupaka dan replika gerakan tarian suku Badui yang
merupakan wujud ucapan syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Dari
segi ilmu sains sama seperti wayang, angkrek juga mengajarkan tentang
sistem kerja persendian manusia
37
c)
Manukan
Selama jiwa atau sukma manusia yang dilambangkan sebagai burung lilin
tersebut masih terdapat dalam sangkar, maka mainan akan terlihat indah,
namun jika burung tersebut rusak atau hilang maka mainan tersebut tidak
lagi indah, seperti manusia yang suatu saat akan hilang jiwanya (mati).
d)
Kithiran
Memberikan gambaran roda hidup manusia yang terus berputar. Begitu
juga aneka warna yang terdapat di Kithiran yang menandakan warnawarni kehidupan manusia.
e)
Othok-Othok
Mainan ini terbuat dari bambu yang disebut bumbung dan dilapisi dengan
clumpring, yakni daun semu yang telah kering. Bumbung dilapisi dengan
clumpring, apabila dipukul dengan potongan yang dihubungkan dengan
tuas berputar akan menghasilkan bunyi othok-othok. Bunyi Othok-othok
merefleksikan suara alam yang alami dan harmonis. Mempelajari
elastisitas karet, pada saat tekanan dari putaran roda berhenti, elastisitas
karet akan berubah menjadi energi gerak yang menggerakan kayu untuk
memukul tabung sehingga menimbulkan bunyi.
f)
Klunthungan
Menggambarkan irama kehidupan yang harmonis. Penutup yang berwarna
merah
dan
kuning
menandakan
kehidupan
yang
dinamis.dapat
mempelajari rotasi gerakan melingkar tanah liat di ujung benang terhadap
pusat rotasi
38
g)
Payungan
Seperti payung, payung ini terbuat dari bahan kertas dan bambu.
Dilambangkan sebagai pengayoman, bahwa kehidupan dan kematian
manusia tidaklah terlepas dari pengayoman
h)
Gamelan Mini
Terbuat dari kayu dan logam kuningan, ilmu yang dapat dipelajari dari
gamelan ini adalah gerak pantul yang dapat menghasilkan bunyi.
B.
Analisis Data
Selanjutnya data yang diperoleh melalui tahapan analisis, yaitu analisis
deskriptif (menjabarkan pokok-pokok hasil penelitian dan analisis tiga tahap
formulasi strategi yang terdiri dari tahap masukan yaitu analisis lingkungan
eksternal dan unternal (EFE dan IFE), tahap pencocokan yaitu analisis IE dan
analisis SWOT, serta tahap keputusan dengan menggunakan hasil analisis SWOT.
1.
Analisis Deskriptif Faktor Internal dan Eksternal
Faktor internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan Kampung
Dolanan serta faktor eksternal yang terdiri dari peluang dan ancaman.
39
a)
Kekuatan
Kekuatan Kampung Dolanan menurut Pak Wahyudi dalam pembuatan
mainan terdapat kecerdasan majemuk bagi anak, ketika anak ikut membuat
mainan terdapat manfaat seperti kecerdasan irama yang didapatkan saat anak
memainkan gamelan mini, kinestetis saat anak memainkan mainan tersebut, dan
kecerdasan rasa saat pembuatannya yang membutuhkan kesabaran dan ketekunan.
Setelah melakukan pengamatan lapangan langsung terhadap teknik pembuatan
mainan ke salah satu pengrajin yaitu Mbah Atemo, Mbah Atemo dapat membuat
berbagai karakter wayang tanpa menggunakan pola, ini mengindikasikan bahwa
terdapat kecerdasan kinestetis dan rasa yang tinggi dalam pembuatannya, begitu
juga dengan Pak Buang, pengrajin gamelan mini yang memiliki kecerdasan irama,
Pak Buang menghasilkan nada pentatonik melalui potongan-potongan kuningan
tanpa harus memiliki latar belakang musik .
Tradisi membuat dolanan oleh para pengrajin ini memang masih
dipertahankan hingga sekarang, menurut Pak Wahyudi tradisi membuat dolanan
yang masih dipertahankan dapat menjaga nilai-nilai budaya lokal agar tidak
hilang. Tradisi membuat dolanan sudah ada sejak jaman sultan Hamengku
Buwono IX, di Yogyakarta, Kampung Dolanan adalah pelopor pembuat mainan
tradisional, ini dapat menjadi kekuatan dalam mempromosikan wisata Kampung
Dolanan, harga yang ditawarkan dalam paket wisata yang ada termasuk
terjangkau, untuk paket wisata outbond adalah Rp.75.000,- dengan durasi
kegiatan selama dua jam, sudah termasuk snack dan makan siang.
40
Walaupun belum terjadi secara berkelanjutan, pemerintah Kabupaten
bantul mendukung dengan meresmikan kegiatan wisata Kampung Dolanan
sebagai Kampung Pintar. Ini dapat memperkuat kepercayaan masyarakat dan
pengunjung terhadap Kampung Dolanan.
b)
Kelemahan
Kelemahan diindikasikan sebagai hal yang menjadi kendala dalam
pengelolaan Kampung Dolanan. Hosni Bimo Wicaksono menyatakan bahwa
Kampung Dolanan akan memproduksi leaflet dan brosur apabila terdapat even
tahunan Kampung Dolanan, belum pernah diadakan promosi besar terhadap
produknya. Promosi yang dilakukan Pojok Budaya terhadap Kampung Dolanan
masih tergolong pasif, cenderung menunggu pengunjung untuk mendatangi baru
terdapat pergerakan promosi seperti membagikan brosur, spanduk dan banner pun
menunggu
adanya
even.
Satu-satunya
media
sosial
yang
ada
untuk
mempromosikan Kampung Dolanan adalah Facebook, itupun sudah tidak ada
informasi yang diperbaharui lagi. Berdasarkan pengamatan dan keikutsertaan
peneliti dalam acara outbond TK Boyolali pada tanggal 16 April 2016, persiapan
dilakukan saat itu juga, tidak ada perencanaan yang matang tentang susunan
kegiatan yang akan dilakukan, rapat untuk membahas pembagian tugas
kepanitiaan dilakukan tepat satu jam sebelum acara outbond dimulai,
penyelenggaraan outbond disiapkan dengan tiba-tiba tanpa ada persiapan yang
matang dapat disimpulkan bahwa kegiatan pengelolaan di Kampung Dolanan
masih dilakukan secara sederhana, tanpa pengalaman dan wawasan tata kelola
41
yang baik. Pada saat kegiatan outbond, warga Pandes yang terlibat hanya sedikit,
hanya ada Mbak Sekar dan Mas Joko yang terlibat dalam kegiatan, keterlibatan
masyarakat Pandes yang masih kurang.
Pengelolaan yang kurang profesional akhirnya menyebabkan kendalakendala lain seperti tidak adanya inovasi terhadap produk dan program wisata,
dan sedikit masyarakat yang mengetahui Kampung Dolanan. Kendala lain
Kampung Dolanan adalah bahan baku pembuatan mainan tidak termasuk produk
ramah anak yang sudah termasuk Standar Nasional Indonesia. Pewarna yang
digunakan dalam pembuatan Kithiran, blimbingan, dan Kipas adalah pewarna
tekstil Naptol, pewarna ini berbahaya bagi kesehatan anak, kemudian serat bambu
dan paku yang digunakan dalam membuat mainan dapat melukai anak.
Gambar 3. Bahan Mainan Tidak Ramah Anak
(Foto: Putri, 2016)
42
c)
Peluang
Peluang diindikasikan sebagai kemungkinan keuntungan yang bisa dicapai
oleh Kampung Dolanan. Dari hasil pengamatan lingkungan luar yang dapat
menunjang Kampung Dolanan yaitu pemasaran online (e-commerce), kegiatan
masyarakat saat ini yang bergantung dengan teknologi internet dapat
dimanfaatkan Kampung Dolanan untuk menjual produk-produk maupun program
wisata outbond nya di internet. Peluang lain yang dapat dicapai adalah semakin
banyaknya kerjasama dengan institusi pendidikan maupun swasta, terkait
pengembangan produk dan pengelolaan wisata. Hingga saat ini, institusi
pendidikan yang bekerja sama dengan Kampung Dolanan adalah Universitas
Kristen Duta Wacana (UKDW) dalam hal pemasaran produk mainan, pihak
swasta yang bekerja sama dengan Kampung Dolanan adalah komunitas Difabel
Yogyakarta dalam kaitannya dengan trauma healing.
Selain itu semakin banyaknya dukungan dari Pemerintah Kabupaten
Bantul serta Pertumbuhan pariwisata Kabupaten Bantul yang semakin pesat dapat
juga dimanfaatkan sebagai peluang bagi Kampung Dolanan untuk meningkatkan
jumlah pengunjung maupun sekolah-sekolah yang mengikuti pelatihan. Meskipun
belum terdapat pendataan jumlah wisatawan tahun 2015 dan 2016, jumlah
kunjungan wisatawan ke Kabupaten Bantul tahun 2014 saja telah mencapai
2.298.000
orang
dengan
kontribusi
Pendapatan
Rp.9.7676.144.025 jauh dibandingkan tahun 2011
Asli
Daerah
sebesar
dengan jumlah wisatawan
sebanyak 1.740.417 orang dengan PAD sebesar Rp 5.289.407.718,00.
(www.disbudpar.bps.kab.bantul )
43
d)
Ancaman
Ancaman diindikasikan sebagai hal-hal yang akan merugikan Kampung
Dolanan. Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan Wahyudi, tidak ada
yang dapat memaksakan dominasi dan munculnya mainan modern sehingga
masyarakat Pandes tidak lagi memilih profesi
perajin sebagai profesi yang
menjanjikan, sebagian besar penduduk Pandes lebih memilih berprofesi sebagai
buruh. Dari data kependudukan masyarakat Pandes, jumlah warga yang berprofesi
sebagai buruh berjumlah 197 orang, dengan presentase sebanyak 22 %.
Tabel 9. Daftar Jumlah Penduduk Pandes 2015
No.
Pekerjaan
Jumlah
1
Buruh
197
2
Karyawan
81
3
Wiraswasta
108
4
Tidak Bekerja
113
5
Pelajar/mahasiswa
130
6
PNS
47
7
TNI/POLRI
9
8
Perangkat Desa
3
9
Guru
2
10
Dokter
2
11
Bidan
1
12
Wartawan
2
13
Pensiunan
14
Sumber : Monografi Dusun Pandes 2015
44
Dengan beralihnya profesi warga, tradisi dan nilai-nilai tradisi dalam
membuat dolanan yang semakin ditinggalkan dapat menjadi ancaman terhadap
Kampung Dolanan. Kemudian, dengan semakin besarnya pertumbuhan pariwisata
Bantul, akan semakin banyak destinasi wisata yang lebih menarik, persaingan
dalam pasar pariwisata akan semakin besar, terlebih lagi Kampung Dolanan
berada di kawasan objek wisata yang memiliki daya tarik tinggi terhadap minat
pengunjung yaitu Pantai Parangtritis, Pasar Seni Gabusan, dan desa wisata Tembi.
Hal ini akan menjadi ancaman apabila Kampung Dolanan tidak memiliki daya
saing yang tinggi terhadap munculnya objek wisata yang lebih menarik lainnya.
Hal berikutnya yang dapat menjadi ancaman Kampung Dolanan adalah
penurunan kualitas pelayanan terhadap pengunjung yang datang ke Kampung
Dolanan. Berdasarkan pengamatan, di lokasi Kampung Dolanan masih belum
terdapat sekretariat dengan petugas yang selalu siap menyambut pengunjung yang
datang, tidak terdapat kegiatan wisata apapun di Kampung Dolanan kecuali jika
ada pemesanan paket outbond dan pelatihan, selebihnya Kampung Dolanan
terlihat sepi dari kunjungan wisata. Jika ini berlangsung terus menerus,
permintaan terhadap produk dolanan maupun program wisata Kampung Dolanan
akan semakin menurun.
e)
Analisis Internal dan Eksternal Kampung Dolanan
Analisis internal dan eksternal Kampung Dolanan dilakukan dengan cara
mengamati dan mengidentifikasi terlebih dahulu pengelolaan yang ada di
Kampung Dolanan, kemudian wawancara terhadap pengelola, pengrajin,
45
pengunjung, dan warga Pandes juga dilakukan untuk memperoleh gambaran
indikator faktor internal dan eksternal Kampung Dolanan, melalui tahapan
tersebut, didapatkan hasil berupa indikator faktor kekuatan, kelemahan, peluang
dan ancaman terhadap pengelolaan Kampung Dolanan.
Hasil analisis dari lingkungan internal Kampung Dolanan menghasilkan
faktor kekuatan yang terdiri dari indikator antara lain memiliki tradisi membuat
dolanan tradisional yang masih dipertahankan, harga paket wisata terjangkau,
pelopor pembuat mainan tradisional, dalam pembuatannya terdapat kecerdasan
majemuk bagi anak (irama, kinestetis, dan rasa), dukungan pemerintah Kabupaten
Bantul. Hasil analisis dari lingkungan internal Kampung Dolanan menghasilkan
faktor kelemahan yang terdiri dari indikator antara lain promosi yang belum
optimal, pengelolaan Kampung Dolanan kurang profesional, bahan tidak ramah
anak, tidak ada inovasi produk, sedikit masyarakat umum
yang mengetahui
Kampung Dolanan, sedikit masyarakat Pandes yang terlibat di dalam
pengembangan Kampung Dolanan.
Hasil analisis dari lingkungan eksternal Kampung Dolanan menghasilkan
faktor peluang yang terdiri dari indikator pemasaran online (e-commerce),
dukungan yang lebih banyak dari Pemerintah Kabupaten Bantul, pertumbuhan
pariwisata Bantul yang lebih pesat, lebih banyak sekolah yang mengikuti
pelatihan, semakin banyak kerjasama dengan institusi pendidikan maupun swasta.
Hasil analisis dari lingkungan eksternal Kampung Dolanan menghasilkan faktor
ancaman yang terdiri dari indikator tidak ada jaminan keberlangsungan bisnis
dolanan anak, semakin ditinggalnya nilai-nilai tradisi, penurunan kualitas
46
pelayanan yang berdampak pada permintaan dolanan, semakin munculnya
destinasi wisata yang lebih menarik, semakin banyak mainan modern yang
diminati. Melalui data hasil penelitian yang telah dijelaskan, maka dapat diperoleh
beberapa gambaran penting yang terkait dengan Tatakelola Kampung Dolanan
yang terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor Internal terdiri dari :
1.
Kekuatan
a. Memiliki
tradisi
membuat
dolanan
tradisional
yang
masih
dipertahankan
b. Harga paket wisata terjangkau
c. Pelopor pembuat mainan tradisional
d. Dalam pembuatannya terdapat kecerdasan majemuk bagi anak (irama,
kinestetis, dan rasa)
e.
2.
Dukungan pemerintah Kabupaten Bantul
Kelemahan
a. Promosi belum optimal
b. Pengelolaan Kampung Dolanan kurang profesional
c. Bahan tidak ramah anak
d. Tidak ada inovasi produk
e. Sedikit masyarakat umum yang mengetahui Kampung Dolanan
f. Sedikit masyarakat Pandes yang terlibat di dalam pengembangan
Kampung Dolanan
47
Faktor Eksternal terdiri dari :
1.
Peluang
a. Pemasaran Online (e-commerce)
b. Dukungan yang lebih banyak dari Pemerintah Kabupaten Bantul
c. Pertumbuhan pariwisata Bantul yang lebih pesat
d. Lebih banyak sekolah yang mengikuti pelatihan
e. Semakin banyak kerjasama dengan institusi pendidikan maupun
swasta
2.
Ancaman
a. Tidak ada jaminan keberlangsungan bisnis dolanan anak
b. Semakin ditinggalnya nilai-nilai tradisi
c. Penurunan kualitas pelayanan yang berdampak pada permintaan
dolanan
d. Semakin munculnya destinasi wisata yang lebih menarik
e. Semakin banyak mainan modern yang diminati
2.
Analisis SWOT
a)
Tahap Masukan
(1)
Pemberian Bobot
Melalui alat bantu kuesioner yang diberikan pada tiga key person
yaitu Wahyudi Anggoro Hadi, Hosni Bimo Wicaksono, dan Tity Sekar
diperoleh data pemberian bobot yang disajikan melalui beberapa tabel
berikut :
48
Tabel 10. Penilaian Bobot Faktor Internal (Kekuatan dan Kelemahan)
Faktor
Internal
Wahyudi
Anggoro Hadi
Hosni Bimo
Wicaksosno
Sekar Mirah
Satriani
Rata-rata
A
0,064
0,071
0,068
0,068
B
0,118
0,071
0,073
0,087
C
0,068
0,080
0,073
0,074
D
0,050
0,080
0,077
0,069
E
0,095
0,103
0,114
0,104
F
0,127
0,116
0,123
0,122
G
0,077
0,116
0,118
0,104
H
0,105
0,094
0,095
0,098
I
0,081
0,103
0,105
0,096
J
0,123
0,085
0,073
0,094
K
0,091
0,080
0,082
0,084
TOTAL RATA-RATA
1,000
Keterangan Faktor Internal :
A = Memiliki tradisi membuat dolanan tradisional yang masih dipertahankan
B = Harga paket wisata terjangkau
C = Pelopor pembuat mainan tradisional
D= Dalam pembuatannya terdapat kecerdasan majemuk bagi anak (irama,
kinestetis, dan rasa)
E = Dukungan pemerintah Kabupaten Bantul
F = Promosi belum optimal
G = Pengelolaan Kampung Dolanan kurang profesional
H = Bahan tidak ramah anak
I = Tidak ada inovasi produk
J = Sedikit masyarakat umum yang mengetahui Kampung Dolanan
K= Sedikit masyarakat Pandes yang terlibat di dalam pengembangan Kampung
Dolanan
49
Pada tabel 10 menunjukkan, bahwa faktor internal Tatakelola Kampung
Dolanan, yang memiliki bobot tertinggi adalah “F” yaitu promosi yang belum
optimal dan bobot yang terendah adalah “A” yaitu memiliki tradisi membuat
dolanan tradisional yang masih dipertahankan.
Tabel 11. Pemberian Bobot Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman)
Faktor
Eksternal
A
Wahyudi
Anggoro Hadi
0,150
Hosni Bimo
Wicaksono
0,111
Sekar Mirah
Satriani
0,094
B
0,139
0,133
0,144
0,139
C
0,083
0,111
0,128
0,107
D
0,050
0,100
0,117
0,089
E
0,089
0,089
0,089
0,089
F
0,122
0,100
0,089
0,104
G
0,061
0,089
0,089
0,080
H
0,094
0,100
0,111
0,102
I
0,089
0,094
0,067
0,083
J
0,122
0,072
0,072
0,089
TOTAL RATA-RATA
Rata-rata
0,118
1,000
Keterangan Faktor Eksternal:
A = Pemasaran Online (e-commerce)
B = Dukungan yang lebih banyak dari pemerintah Kabupaten Bantul
C = Pertumbuhan pariwisata Bantul yang lebih pesat
D = Lebih banyak sekolah yang mengikuti pelatihan
E = Semakin banyak kerjasama dengan institusi pendidikan maupun swasta
F = Tidak ada jaminan keberlangsungan bisnis dolanan anak
G = Semakin ditinggalnya nilai-nilai tradisi
H = Penurunan kualitas pelayanan yang berdampak pada permintaan dolanan
I = Semakin munculnya destinasi wisata yang lebih menarik
J = Semakin banyak mainan modern yang diminati
50
Pada tabel 11 menunjukkan, bahwa faktor eksternal Tatakelola Kampung
Dolanan, yang memiliki bobot tertinggi adalah “B” yaitu dukungan yang lebih
banyak dari Pemerintah Kabupaten Bantul, dan bobot yang terendah adalah “G”
yaitu semakin ditinggalnya nilai-nilai tradisi.
(2)
Pemberian Peringkat
Berikut adalah pemberian peringkat dalam tata kelola Kampung Dolanan.
Key person dalam pemberian peringkat ini adalah Wahyudi Anggoro Hadi, Hosni
Bimo Wicaksono, dan Tity Sekar.
Tabel 12. Pemberian Peringkat terhadap Kekuatan Organisasi
No
Kekuatan
Wahyudi
Bimo
Sekar
Rata-rata
4
4
4
4
3
4
4
3,667
4
4
4
4
4
4
4
4
3
1
1
1,667
Memiliki tradisi membuat
1
dolanan yang masih
dipertahankan
2
3
Harga paket terjangkau
Pelopor pembuat mainan
tradisional
Dalam pembuatannya
4
terdapat kecerdasan
majemuk bagi anak (irama,
kinestetis, dan rasa
5
Dukungan pemerintah
Kabupaten Bantul
51
Berdasarkan tabel 12, peringkat terhadap kekuatan organisasi yang
tertinggi adalah “memiliki tradisi membuat dolanan tradisional yang masih
dipertahankan”, “pelopor pembuat mainan tradisional”, dan dalam pembuatannya
terdapat kecerdasan majemuk bagi anak”. Sedangkan faktor kekuatan lainnya
memiliki peringkat yang relatif sama (setara).
Tabel 13. Pemberian Peringkat terhadap Kelemahan Organisasi
No
1
2
3
4
5
6
Kelemahan
Wahyudi
Promosi belum
3
optimal
Pengelolaan Kampung
Dolanan kurang
4
profesional
Bahan tidak ramah
4
anak
Tidak ada inovasi
4
produk
Sedikit masyarakat
yang mengetahui
2
Kampung Dolanan
Sedikit masyarakat
Pandes yang terlibat
2
dalam pengembangan
Kampung Dolanan
Bimo
Sekar
Rata-rata
3
2
2,667
3
2
3
3
2
3
3
3
3,333
2
1
1,667
3
1
2
Berdasarkan tabel 13, peringkat terhadap kelemahan organisasi yang
terendah adalah “sedikit masyarakat Pandes yang terlibat dalam pengembangan
Kampung Dolanan”. Sedangkan “tidak ada inovasi produk” menempati peringkat
tertinggi.
52
Tabel 14. Pemberian Peringkat terhadap Peluang Organisasi
No.
Peluang
Wahyudi
Bimo
Sekar
Rata-rata
3
2
2
2,333
3
1
3
2,333
3
1
3
2,333
4
2
1
2,333
4
3
1
2,667
Pemasaran Online (e1
commerce
Dukungan yang lebih
2
banyak dari Pemerintah
Kabupaten Bantul
Pertumbuhan pariwisata
3
Bantul yang lebih pesat
Lebih banyak sekolah yang
4
mengikuti pelatihan
Semakin banyak kerjasama
5
dengan institusi
pendidikan maupun swasta
Berdasarkan tabel 14, peringkat terhadap peluang organisasi yang tertinggi
adalah “semakin banyak kerja sama dengan institusi pendidikan dan swasta”
Sedangkan faktor peluang lainnya memiliki peringkat yang relatif sama (setara).
53
Tabel 15. Pemberian Peringkat terhadap Ancaman Organisasi
No.
Ancaman
Wahyudi
Bimo
Sekar
Rata-rata
3
3
2
2,667
1
3
2
2
1
3
4
2,667
3
2
1
2
3
3
2
2,667
Tidak ada jaminan
1
keberlangsungan bisnis
dolanan anak
2
Semakin ditinggalnya
nilai-nilai tradisi
Penurunan kualitas
3
pelayanan yang
berdampak pada
permintaan dolanan
Semakin munculnya
4
destinasi wisata yang
lebih menarik
Semakin banyak
5
mainan modern yang
diminati
Berdasarkan tabel 15, peringkat terhadap ancaman organisasi yang
terendah adalah semakin ditinggalnya nilai-nilai tradisi dan semakin munculnya
destinasi wisata yang lebih menarik. Sedangkan faktor ancaman lainnya memiliki
peringkat yang relatif sama (setara).
54
(3)
Hasil Matrik Internal Factor Evaluation (IFE)
Tabel 16. Hasil Analisis Matrik IFE
No
Faktor Internal
Kekuatan
Memiliki tradisi membuat dolanan
1
tradisional yang masih dipertahankan
2
Harga paket wisata terjangkau
3
Pelopor pembuat mainan tradisional
Dalam pembuatannya terdapat
4
kecerdasan majemuk bagi anak
(irama, kinestetis, dan rasa)
Dukungan pemerintah Kabupaten
5
Bantul
Bobot
Peringkat
Nilai
0,068
4
0,272
0,087
0,074
3,667
4
0,319
0,296
0,069
4
0,276
0,104
1,667
0,173
Total Nilai Kekuatan 1,336
Kelemahan
1
Promosi belum optimal
Pengelolaan Kampung Dolanan
2
kurang profesional
3
Bahan tidak ramah anak
4
Tidak ada inovasi produk
Sedikit masyarakat umum yang
5
mengetahui Kampung Dolanan
Sedikit masyarakat Pandes yang
6
terlibat di dalam pengembangan
Kampung Dolanan
0,122
2,667
0,325
0,104
3
0,312
0,098
0,096
3
3,333
0,294
0,319
0,094
1,667
0,156
0,084
2
0,168
Total Nilai Kelemahan 1,574
Total Kekuatan dan Kelemahan
1,000
33,001
2,910
Pada tabel 16,
hasil analisis matrik IFE yaitu nilai tertinggi adalah
“promosi yang belum optimal” yaitu sebesar 0,325 sedangkan yang terendah
adalah “sedikit masyarakat umum yang mengetahui Kampung Dolanan” sebesar
0,156.
55
(4)
Hasil Matrik External Factor Evaluation (EFE)
Tabel 17. Hasil Analisis Matrik EFE
No
Faktor Eksternal
Peluang
1 Pemasaran Online (e-commerce)
Dukungan yang lebih banyak dari
2
Pemerintah Kabupaten Bantul
Pertumbuhan pariwisata Bantul yang
3
lebih pesat
Lebih banyak sekolah yang mengikuti
4
workshop
Semakin banyak kerjasama dengan
5
institusi pendidikan maupun swasta
Bobot
Peringkat
Nilai
0,118
2,333
0,275
0,139
2,333
0,324
0,107
2,333
0,250
0,089
2,333
0,208
0,089
2,667
0,237
Total Nilai Peluang 1,294
Ancaman
Tidak ada jaminan keberlangsungan
6
bisnis dolanan anak
7 Semakin ditinggalnya nilai-nilai tradisi
Penurunan kualitas pelayanan yang
8
berdampak pada permintaan dolanan
Semakin munculnya destinasi wisata
9
yang lebih menarik
Semakin banyak mainan modern yang
10
diminati
Total Peluang dan Ancaman
0,104
2,667
0,277
0,080
2
0,160
0,102
2,667
0,272
0,083
2
0,166
0,089
2,667
0,237
Total Nilai Ancaman
1,000
24
1,112
2,406
Hasil analisis matrik EFE pada tabel 17, nilai tertinggi adalah “dukungan
yang lebih banyak dari pemerintah Kabupaten Bantul” sebesar 0,324 . Sedangkan
bobot skor terendah adalah “semakin ditinggalnya nilai-nilai tradisi” yaitu sebesar
0,160.
56
b)
Tahapan Pencocokan
(1)
Analisis Matriks IE (Internal-External)
.Posisi Tatakelola Kampung Dolanan oleh Pojok Budaya melalui Matriks
IE diambil dari hasil pembobotan dan peringkat pada tabel analisis IFE dan EFE,
IFE sebesar 2,910 dan EFE sebesar 2,406,
tata kelola Kampung Dolanan
menunjukkan posisi Hold and Maintain (pertahankan dan pelihara) karena berada
pada posisi V. Strategi umum yang dipakai adalah penetrasi pasar dan
pengembangan produk.
Tabel 18. Matriks IE Tata Kelola Kampung Dolanan
Skor Total EFE
4,0
(2)
Tinggi
3,0
Menengah
2,0
Rendah
1,0
Kuat
3,0
Skor Total IFE
Rata-rata
2,0
Lemah
1,0
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
Kuadran Analisis SWOT
Tahap selanjutnya juga dilakukan pencocokan melalui Kuadran Analisis
SWOT, untuk itu diperlukan nilai faktor internal dan eksternal untuk dijadikan
koordinat sumbu x dan sumbu y. Nilai faktor internal diperoleh dari total nilai
kekuatan dikurangi total nilai kelemahan, sedangkan nilai faktor eksternal
diperoleh dari total nilai peluang dikurangi total nilai ancaman.
57
Nilai Faktor Internal
= Kekuatan – Kelemahan
= 1,336- 1,574
= -0,238
Nilai Faktor Eksternal
= Peluang – Ancaman
= 1,294 - 1,112
= 0,182
Gambar 4. Kuadran Analisis SWOT
Sumber : (David :2015, hlm. 181)
Kuadran analisis SWOT Kampung Dolanan menunjukkan posisinya
berada pada kuadran III Stability, sehingga diperlukan pemilihan strategi dengan
meminimalkan kelemahan untuk mencapai peluang. Selanjutnya adalah
perumusan strategi melalui matrik SWOT yang diperoleh dengan memasangkan
faktor internal dan eksternal serta penyesuaian antara kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman.
58
Tabel 19. Matriks SWOT
Strong (S)
Faktor Internal
1. Memiliki tradisi membuat dolanan
tradisional yang masih
dipertahankan
2. Harga paket wisata terjangkau
3. Pelopor pembuat mainan
tradisional
4. Dalam pembuatannya terdapat
kecerdasan majemuk
5. Dukungan pemerintah Kabupaten
Bantul
Faktor Eksternal
Oportunity (O)
1.
2.
3.
4.
5.
Pemasaran Online (e-commerce)
Dukungan yang lebih banyak dari Pemerintah
Kabupaten Bantul
Pertumbuhan pariwisata Bantul yang lebih pesat
Lebih banyak sekolah yang mengikuti pelatihan
Semakin banyak kerjasama dengan institusi pendidikan
maupun swasta
2.
3.
4.
5.
Tidak ada jaminan keberlangsungan bisnis dolanan
anak
Semakin ditinggalnya nilai-nilai tradisi
Penurunan kualitas pelayanan yang berdampak pada
permintaan dolanan
Semakin munculnya destinasi wisata yang lebih
menarik
Semaakin banyak mainan modern yang diminati
1.
2.
3.
4.
5.
6.
SO
1. Memanfaatkan dukungan
pemerintah kabupaten Bantul (S1,
S3, S5, O2, O3)
2. Daftar program dan produk yang
ada di Kampung Dolanan untuk
pemasaran online (e-commerce)
(S4, O1)
3. Menambah manfaat dari dolanan
tidak hanya bagi anak.(S2, S4, O4,
O5)
Threat (T)
1.
Weakness (W)
WO
1.
2.
Menggalang sponsorship (W1, O3)
Membuat program yang lebih atraktif dan
inovatif (W1, W4, O3, O4)
Membuat media informasi (W1, W5,O1, O3)
Bekerjasama dengan tokoh masyarakat setempat
seperti Lurah untuk mengajak masyarakat
terlibat (W6, O2)
Mengadakan pendampingan pada masyarakat
untuk ikut mengelola Kampung Dolanan. (W2,
W3, W6, O2, O5)
3.
4.
5.
ST
1. Meningkatkan kualitas pelayanan
2.
terhadap pengunjung. (S1, S2, S4,
T2, T3, T5)
Mengadakan penggabngan
program dengan destinasi wisata
khususnya yang bertema desa
wisata (S3, S5, T1, T4)
Promosi belum optimal
Pengelolaan Kampung Dolanan kurang
profesional
Bahan tidak ramah anak
Tidak ada inovasi produk
Sedikit masyarakat umum yang mengetahui
Kampung Dolanan
Sedikit masyarakat Pandes yang terlibat di
dalam pengembangan Kampung Dolanan
WT
1.
2.
Mengadakan kerjasama dengan institusi
pendidikan untuk menghadirkan inovasi (W3,
W4, T1, T2, T4, T5)
Mendiskusikan manfaat yang diperoleh
masyarakat (Sharing Benefit) (W1, W2, W5,
T3)
59
c)
Tahap Keputusan
Hasil matriks SWOT memberikan beberapa alternatif strategi, yaitu:
(1)
Strategi SO
(a)
:
Memanfaatkan dukungan pemerintah Kabupaten Bantul untuk
membantu promosi Kampung Dolanan menanggapi pertumbuhan
pariwisata Bantul yang semakin pesat.
(b)
Membuat daftar program dan produk yang ada di Kampung Dolanan
untuk pemasaran online (e-commerce)
(c)
Menambah manfaat dari dolanan tidak hanya bagi anak, tetapi juga
untuk segala usia dengan membuat program ataupun produk yang
lebih inovatif.
(2)
Strategi WO :
(a)
Menggalang sponsorship untuk mendukung program dan produkproduk yang terdapat di Kampung Dolanan.
(b)
Membuat program yang lebih atraktif dan inovatif sehingga banyak
wisatawan yang tertarik dan Kampung Dolanan lebih banyak
dikenal.
(c)
Membuat media informasi seperti spanduk, banner Kampung
Dolanan di gerbang masuk dusun Pandes.
60
(d)
Meminta bantuan dari tokoh masyarakat setempat seperti Lurah
untuk mengajak masyarakat terlibat dalam pengembangan Kampung
Dolanan.
(e)
Mengadakan pendampingan pada masyarakat untuk ikut mengelola
Kampung Dolanan.
(3)
Strategi ST
(a)
:
Meningkatkan kualitas pelayanan terhadap pengunjung, perlu pusat
informasi di lokasi Kampung Dolanan, keramahtamahan dan
kemudahan terhadap pengunjung dalam memperoleh fasilitas di
kampung dolanan.
(b)
Mengadakan penggabungan program dengan destinasi wisata
khususnya yang bertema desa wisata agar tercipta simbiosis
mutualisme antar destinasi desa wisata.
(4)
Strategi WT
(a)
:
Mengadakan
kerjasama
dengan
institusi
pendidikan
untuk
menghadirkan inovasi.
(b)
Mendiskusikan manfaat yang diperoleh masyarakat (Sharing
Benefit)
61
d)
Tahap keputusan berdasarkan matriks IE
Posisi Kampung Dolanan pada matriks IE menunjukan Hold and Maintain
(pertahankan dan pelihara) di kuadran ke-V matriks IE, strategi umum yang
dipakai adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk, sehingga strategi yang
dipilih adalah penetrasi pasar dengan menggalang sponsorship untuk mendukung
program dan produk-produk yang terdapat di Kampung Dolanan, membuat daftar
program dan produk yang ada di Kampung Dolanan untuk pemasaran online (ecommerce) dan pengembangan produk dengan membuat program yang lebih
atraktif dan inovatif serta mengadakan kerjasama dengan institusi pendidikan
untuk menghadirkan inovasi.
e)
Tahap keputusan berdasarkan kuadran analisis SWOT
Kuadran analisis SWOT Kampung Dolanan menunjukkan posisinya
berada pada kuadran III Stability sehingga diperlukan pemilihan strategi yang
meminimalkan kelemahan untuk mencapai peluang. Posisi tersebut mengarah
pada strategi WO yaitu :
(1) Menggalang sponsorship untuk mendukung program dan produkproduk yang terdapat di Kampung Dolanan.
(2) Membuat program yang lebih atraktif dan inovatif sehingga banyak
wisatawan yang tertarik sehingga Kampung Dolanan lebih banyak
dikenal.
(3) Membuat media informasi seperti spanduk, banner Kampung Dolanan
di gerbang masuk dusun Pandes.
62
(4) Meminta bantuan dari tokoh masyarakat setempat seperti Lurah untuk
mengajak masyarakat terlibat dalam pengembangan Kampung
Dolanan.
(5) Mengadakan pendampingan pada masyarakat untuk ikut mengelola
Kampung Dolanan
C.
1.
Pembahasan
Strategi generik dan variasi strategi saat ini
Strategi generik yang saat ini diterapkan oleh Kampung Dolanan adalah
Focus, yaitu menghindari konfrontasi langsung dengan para pesaingnya
(konsentrasi pada pangsa pasar kecil atau niches), penerapannya adalah dengan
melakukan overall cost leadership atau fokus ke pesaing daripada kepada
pelanggan, indikasinya adalah harga jual yang murah, hal tersebut dapat terlihat
dari harga paket wisata Kampung Dolanan yang terjangkau, selain overall cost
leadership, diterapkan juga differentiation, yaitu melayani pangsa pasar yang
kecil sehingga lebih baik dari para pesaing, ini terbukti dari tradisi membuat
dolanan
tradisional
yang masih
dipertahankan,
bahkan
para
pengrajin
membuatnya dengan tidak disertai pola menjadikan dolanan tradisional memiliki
niches market nya tersendiri. Variasi strategi yang telah diterapkan Kampung
Dolanan saat ini adalah diversifikasi konsentrik yaitu menambah produk baru
yang saling berhubungan dengan pasar yang sama. Produk dolanan anak memiliki
program outbond yang di dalamnya masih menunjang produk dolanan dengan
adanya workshop pembuatan dolanan.
63
2.
Strategi dan variasi strategi yang semestinya diterapkan Kampung Dolanan
saat ini.
Berdasarkan kuadran analisis SWOT posisi tata kelola Kampung Dolanan
berada di posisi kuadran III yaitu stabilitas, Menurut David (2015, hlm.136) pada
posisi ini strategi yang diperlukan adalah efisiensi. Efisiensi dilakukan dengan
menekankan tidak bertambahnya produk dolanan dan fungsi-fungsi usaha seperti
perekrutan volunteer yang terlalu banyak dalam satu kegiatan outbond, kemudian
untuk meningkatkan daya saing Kampung Dolanan, variasi strategi joint venture
perlu dipertimbangkan untuk diterapkan.
Penerapan joint venture dapat dilakukan dengan penggabungan program
destinasi wisata khususnya yang bertema desa wisata dolanan agar tercipta sinergi
antar desa wisata. Desa wisata dengan tema Kampung Dolanan seperti Kampung
Dolanan Nusantara yang terdapat di Magelang dan Dolan Ndeso yang terdapat di
Kulon Progro, dan Kampung Dolanan di Jepara dapat dijadikan alternatif desa
wisata dolanan yang akan dijadikan target penggabungan. Penerapan pariwisata
berbasis masyarakat dari Kampung Dolanan Nusantara Magelang, Dolan Ndeso,
dan Kampung Dolanan Jepara termasuk sukses karena berhasil melibatkan
masyarakat dan menghadirkan manfaat pariwisata bagi masyarakat. joint venture
juga dapat dilakukan dengan penggabungan desa wisata yang ada di Bantul
seperti desa wisata Tembi.
64
3.
Strategi dan variasi strategi yang diterapkan Kampung Dolanan tiga
sampai lima tahun yang akan datang
Sangat penting untuk mengetahui perkembangan Kampung Dolanan dua
tahun ke depan melalui monitoring dan evaluation jika ingin mengetahui strategi
yang diterapkan tiga sampai lima tahun yang akan datang, apabila strategi
berdasarkan analisis SWOT diterapkan dan berjalan dengan baik, strategi generik
selanjutnya yang dapat diterapkan adalah differentiation dengan fokus pada
pelanggan dan menciptakan produk yang bersifat value for money, jika strategi
saat ini diterapkan dengan baik dan menghasilkan produk yang inovatif, tiga
sampai lima tahun akan datang, Kampung Dolanan dapat fokus pada
hubungannya dengan pelanggan.
Variasi strategi yang dapat diterapkan untuk tiga sampai lima tahun yang
akan datang berdasarkan strategi generik differentiation dengan fokus pada
pelanggan adalah integrasi ke depan (forward integration) dengan memiliki
kontrol atas tour operator dan travel agent yang terdapat di Yogyakarta, serta
pengembangan produk dengan meningkatkan kualitas produk dolanan. Tahap
selanjutnya jika strategi generik dan variasinya telah dirumuskan adalah
merancang implementasi strategi.
65
4.
a)
Implementasi Strategi
Tahapan implementasi strategi 7-S framework-MC. Kinsey
Gambar 5. The 7-s framework Mc. Kinsey
Keterangan :
(1)
Strategi merupakan rencana yang dirancang oleh organisasi untuk
mencapai keunggulan kompetitif yang berkesinambungan di masa depan
(2)
Keterampilan atau skill berhubungan dengan kapabilitas dan kompetensi
khusus yang ada di dalam organisasi
(3)
Nilai bersama (shared values) adalah konsep dan prinsip yang dijadikan
pedoman oleh organisasi, seperti ide-ide dasar di sekitar bisnis yang
dibangun, hal-hal yang mempengaruhi kelompok bekerja sama untuk
tujuan bersama
66
(4)
Staff adalah sumber manusia organisasi, mengacu pada cara merekrut,
mengembangkan,
melatih,
mensosialisasikan,
mengintegrasikan,
memotivasi, dan mengelola karir.
(5)
Gaya merupakan pendekatan kepemimpinan dan pendekatan operasional
keseluruhan organisasi.
(6)
Struktur merupakan kerangka kegiatan anggota-anggota organisasi
dikordinasikan.
Kemampuan organisasi dalam beradaptasi terhadap perubahan dipengaruhi
oleh ketujuh elemen di atas. Perubahan pada satu elemen tidak akan efektif,
karena setiap elemen saling berkaitan, hal tersebut digambarkan melalui garis
yang menghubungkan elemen satu dengan yang lain.
Tujuan dari implementasi strategi adalah mencapai keinginan organisasi
yang ingin dicapai dalam rentang waktu yang telah ditentukan yaitu jangka
pendek dan jangka panjang. Setelah mendapatkan tujuan yang ingin dicapai,
selanjutnya merumuskan alternatif strategi-strategi untuk mencapai tujuan
tersebut.
b)
Tujuan Jangka Pendek
Menjalani kesepakatan dengan institusi pendidikan yaitu Universitas
Kristen Duta Wacana (UKDW) untuk inovasi produk yang dimulai dalam waktu
satu bulan ke depan, dan membangun kawasan outbond baru dalam waktu tiga
bulan ke depan.
67
c)
Tujuan Jangka Panjang
Ditetapkan sebagai desa wisata kabupaten Bantul dalam waktu tiga hingga
lima tahun yang akan datang.
d)
Alternatif Strategi
(1)
Diversifikasi Konsentrik yaitu menambah produk baru yang saling
berhubungan untuk pasar yang sama
(2)
Penetrasi Pasar dengan menggalang sponsorship untuk mendukung
program dan produk-produk yang terdapat di Kampung Dolanan,
membuat daftar program dan produk yang ada di Kampung
Dolanan untuk pemasaran online (e-commerce).
(3)
Pengembangan Produk dengan membuat program yang lebih
atraktif dan inovatif serta mengadakan kerjasama dengan institusi
pendidikan untuk menghadirkan inovasi.
(4)
Joint Venture
Penggabungan program destinasi wisata khususnya yang bertema
desa wisata dolanan dan penggabungan desa wisata yang ada di
Bantul seperti desa wisata Tembi.
(5)
Efisiensi
Menekan jumlah volunteer demi meningkatkan kualitas pelayanan
terhadap pengunjung
68
e)
Tahapan implementasi. Setelah didapatkan alternatif-alternatif strategi di
atas maka dapat dirumuskan ke dalam tahapan implementasi strategi sebagai
berikut.
(1)
Strategi
Diversifikasi konsentrik, penetrasi pasar, pengembangan produk, Joint
Venture, dan Efisiensi seperti yang telah dijelaskan pada alternatif
strategi di atas. Dalam tahapan ini perlu juga untuk ditetapkan bagian
pengelola dan stakeholders yang akan dilibatkan dalam pelaksanaan
strategi tersebut.
(2)
Tujuan jangka pendek dan jangka panjang
Menjalani kesepakatan dengan institusi pendidikan yaitu Universitas
Kristen Duta Wacana (UKDW) untuk inovasi produk dan ditetapkan
sebagai desa wisata kabupaten Bantul.
(3)
Skill
Diperlukan kompetensi dalam komunikasi dengan masyarakat untuk
menjalankan strategi ini, kompetensi ini dapat membantu untuk
memahami masyarakat seperti menjalin komunikasi yang efektif
dengan pendekatan personal dan berpikiran terbuka terhadap
masyarakat sesuai dengan pedoman CBT dari APEC effective CBT : A
Best Practice Manual (2010, hlm.42).
(4)
Nilai bersama
Nilai bersama dapat dijadikan mendukung kesadaran kolektif
masyarakat, nilai bersama yang dijalankan adalah melestarikan tradisi
69
pembuatan dolanan dan menanamkan nilai tradisinya pada generasi
masa depan.
(5)
Staff
Masyarakat merupakan aset utama dalam CBT, menempatkan
masyarakat sebagai tim dalam posisi utama pengelolaannya adalah
konsep inti dari CBT. Pendampingan oleh pihak pemerintah dan ahli
CBT diperlukan untuk mendampingi masyarakat dan menjadikannya
sumber daya manusia yang berkompeten.
(6)
Gaya
Masyarakat merupakan aset utama dalam CBT, karena itu Gaya
manajemen yang harus dilakukan adalah gaya manajemen The Team
Manager yaitu berorientasi pada keseimbangan dan kesuksesan tim.
(7)
Sistem
Kampung Dolanan belum memiliki sistem pengelolaan yang optimal,
untuk itu Pojok Budaya perlu membuat Standart Operating Procedure
untuk dijadikan pedoman dalam mengelola.
(8)
Struktur
Struktur organisasi Kampung Dolanan termasuk struktur organisasi
sederhana yaitu tidak memiliki bermacam-macam kegiatan, hanya
terdiri dari ketua kordinator, kordinator, dan volunteer, untuk
mencapai stratgei ini sebaiknya menerapkan struktur organisasi
fungsional agar pembagian kerja antar bagian dapat diperjelas seperti
bagian pemasaran, keuangan, dan produksi.
70
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan analisis faktor internal dan eksternal, posisi kuadran berada di
posisi V yaitu Stability. Posisi tersebut mengindikasikan formulasi strategi
pengembangan CBT yang semestinya diterapkan Kampung Dolanan adalah
diversifikasi Konsentrik yaitu menambah produk baru yang saling berhubungan
untuk pasar yang sama, penetrasi pasar dengan menggalang sponsorship untuk
mendukung program dan produk-produk yang terdapat di Kampung Dolanan,
membuat daftar program dan produk yang ada di Kampung Dolanan untuk
pemasaran online (e-commerce), pengembangan produk dengan membuat
program yang lebih atraktif dan inovatif serta mengadakan kerjasama dengan
institusi pendidikan untuk menghadirkan inovasi, Joint Venture, penggabungan
program destinasi wisata khususnya yang bertema desa wisata dolanan dan
penggabungan desa wisata yang ada di Bantul seperti desa wisata Tembi, serta
efisiensi dengan menekan jumlah volunteer demi meningkatkan kualitas
pelayanan terhadap pengunjung.
71
B.
Saran
Berdasarkan analisis faktor internal dan eksternal juga mengindikasikan
Kampung ini memiliki tradisi membuat dolanan tradisional yang masih
dipertahankan, contoh program yang dapat disarankan di luar program outbond
berdasar potensi tradisi yang dimiliki Kampung Dolanan adalah program live in.
Program ini telah banyak diterapkan dalam program efektif pariwisata berbasis
masyarakat pada program APEC Tourism Working Group. Program ini sesuai visi
Kampung Dolanan yang ingin mengajak masyarakat untuk mengenal dan
memahami nilai-nilai tradisi yang ada di Kampung Dolanan, program ini tidak
akan mengubah keaslian budaya masyarakat, justru memperkuatnya, pengunjung
yang datang akan menginap di rumah mbah-mbah pengrajin dan mengikuti
keseharian mereka setiap harinya, termasuk membuat dolanan anak dan filosofi
yang terkandung di dalamnya, Selain program live in, Kampung Dolanan juga
dapat merealisasikan program pelatihan terhadap masyarakat dengan pengajuan
untuk memanfaatkan anggaran pendampingan desa wisata.
72
DAFTAR PUSTAKA
Antara, I Ketut. (2011). Strategi pengembangan pariwisata alternatif di Desa
Pelaga Kecamatan Petang Kabupaten Badung. Jurnal Analisis Pariwisata
Vol.10.
Baiquni & Wardiyanto. (2011). Perencanaa dan pengembangan pariwisata.
Bandung : Lubuk Agung.
Cerezo, Borges, & Guzman. (2011). Community-based tourism and local socioeconomic development: A case study in Cape Verde. African Journal of
Business Management Vol.5
Darma Oka, I Made. (2010). Potensi pengembangan pariwisata minat khusus
(trekking) di Desa Pejaten-Tabanan. POLTEK Negeri Bali. Jurnal Analisis
Pariwisata Vol.10.
David, Fred . R. (2015). Strategic management: concepts and case. Francis
Marion University: Prentice Hall.
Denman, R. (2001). Guidelines for community-based ecotourism development.
Ledburry: The Tourism Company/Geneva: WWF-international.
Dewi, Fandeli, & Baiquni.(2013). Pengembangan desa wisata berbasis partisipasi
masyarakat lokal di Desa Wisata Jatiluwih. Jurnal Kawistara Vol.3.
Dharmamulya, Sukirman, dkk. (2008). Permainan tradisional Jawa. Yogyakarta :
Kepel Press.
.
Ebrahimi, Khalifah. (2014). Community supporting attitude toward community
based tourism development; non-participants perspective. Asian Social
Science Journal Vol.10.
Ernawati, Ni Made. (2010). Tingkat kesiapan desa sebagai tempat wisata berbasis
masyarakat. Bali : Politeknik Negeri Bali. Jurnal Analiss Pariwisata Vol.10
Goh, Hong Ching. (2015). Nature and community based tourism (CBT) for
poverty alleviation: a case study of lower Kinabatangan. Malaysian Journal
of Society and Space Vol.11
Guzman, Canizares, Pavon. (2011). Community Based Tourism in Developing
Countries: A Case Study. An International Multidisciplinary Journal of
Tourism Vol. 6
Moleong, Lexy, J. (2013) Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: ROSDA.
Noegroho, Chusmeru Agung. (2010). Potensi Ketenger sebagai desa wisata di
Kecamatan Baturaden Kabupaten Banyumas. Universitas Jendral
Soedirman Purwokerto. Jurnal Analisis Pariwisata Vol.10.
Paturusi, Syamsul Alam. (2007). Pengembangan Kawsan Pariwisata. Denpasar :
Press UNUD.
Rangkuti.(2015). Analisis SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta : PT.
Gramedia.
Suansri, P. (2003). Community based tourism handbook. Bangkok: Responsible
Ecological Social Tours (REST)
Sudana, I Putu.(2013). Strategi pengembangan desa wisata ekologis di Desa
Belimbing Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan. Bali: Universitas
Udayana.
Sunaryo, Bambang.(2013). Kebijakan pembangunan destinasi pariwisata konsep
dan aplikasinya di Indonesia. Yogyakarta : Gava media.
Widyawati, Christy.(2013). Analisis pengaruh heritage tourism terhadap
pengembangan pariwisata berbasis masyarakat studi kasus : Kampung
Buaya Kapasan Surabaya. Laporan Tugas Akhir. Universitas Gadjahmada
Yogyakarta.
.
Wheelen, T.L., Hunger, J.D., Hoffman A.N., Bamford C.E. (2014). Strategic
management and business policy. Pearson Education.
Wearing, S. (2001). Volunteer tourism: Experience that makes a difference,
Wallingford : CABI.
Nuryani, A. (2014). Pariwisata Berbasis Masyarakat di dalam pelestarian dolanan
tradisional di Kampung Dolanan Pandes, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa
Yogyakarta. Laporan tugas akhir. Universitas Gadjahmada Yogyakarta.
Sumber Internet
www.disbudpar.bps.kab.bantul, diakses pada 27 Maret 2016 pukul 20.05
www.jogja.antaranews.com, diakses pada 15 Mei 2016 pukul 14.34
www.world-tourism.org, diakses pada 15 Mei 2016 pukul 15.01
LAMPIRAN
1.
Nama :Wahyudi Anggoro Hadi
Jabatan : Pendiri dan Ketua Kordinator Pojok Budaya
Penilaian Bobot Faktor Internal (kekuatan dan kelemahan)
Internal
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
A
2
3
2
3
3
2
3
2
3
3
B
2
1
1
1
3
2
1
1
1
1
C
1
3
1
3
3
3
3
3
3
2
D
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
Total
E
1
3
1
1
3
2
2
2
3
1
F
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
G
2
2
1
1
2
3
3
3
3
3
H
1
3
1
1
2
3
1
1
3
1
I
2
3
1
1
2
3
1
3
3
3
J
1
3
1
1
1
2
1
1
1
K
1
3
2
1
3
2
1
3
1
3
1
Total
14
26
15
11
21
28
17
23
18
27
20
220
Bobot
0,064
0,118
0,068
0,050
0,095
0,127
0,077
0,105
0,081
0,123
0,091
1,000
Keterangan : Pada Faktor Internal, huruf kapital “A” hingga “E” adalah indikator kekuatan,
dan “F” hingga “K” adalah indikator kelemahan. Pada Faktor Eksternal huruf kapital “A”
hingga “E” adalah indikator Peluang, sedangkan “F” hingga “J” adalah indikator ancaman.
Penilaian Bobot Faktor Eksternal (peluang dan ancaman)
Eksternal
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
A
1
1
1
1
1
1
1
1
1
B
3
1
1
1
1
1
1
1
1
C
3
3
D
3
3
3
1
2 3
3 3
1 3
3 3
2 3
3 3
Total
E
3
3
2
1
3
1
1
3
3
F
3
3
1
1
1
1
1
1
2
G
3
3
3
1
3
3
3
3
3
H
3
3
1
1
3
3
1
1
3
I
3
3
2
1
1
3
1
3
3
J
3
3
1
1
1
2
1
1
1
Total
27
25
15
9
16
22
11
17
16
22
180
Bobot
0,150
0,139
0,083
0,050
0,089
0,122
0,061
0,094
0,089
0,122
1,000
Pemberian Peringkat terhadap faktor Internal Organisasi
(Kekuatan & Kelemahan)
A. Pemberian Peringkat terhadap Kekuatan
Organisasi
No
1
2
3
4
5
Kekuatan
Memiliki tradisi membuat dolanan
tradisional yang masih dipertahankan
Harga paket wisata terjangkau
Pelopor pembuat mainan tradisional
Dalam pembuatannya terdapat kecerdasan
majemuk bagi anak (irama, kinestetis, dan
rasa)
Dukungan pemerintah Kabupaten Bantul
B. Pemberian Peringkat terhadap Kelemahan
Organisasi
No
Kelemahan
Promosi belum Optimal
1
Pengelolaan Kampung Dolanan kurang
2
profesional
Bahan tidak ramah anak
3
Tidak ada inovasi produk
4
Sedikit masyarakat umum yang
5
mengetahui Kampung Dolanan
Sedikit masyarakat Pandes yang terlibat
6
dalam pengembangan Kampung Dolanan
1
2
3
4
√
√
√
√
√
1
Pemberian Peringkat terhadap Faktor Eksternal Organisasi
(Peluang dan Ancaman)
C. Pemberian Peringkat terhadap Peluang
Organisasi
No Peluang
1
2
1 Pemasaran online (e-commerce)
Dukungan yang lebih banyak dari
2
Pemerintah Kabupaten Bantul
Pertumbuhan pariwisata Bantul yang lebih
3
pesat
Lebih banyak sekolah yang mengikuti
4
workshop
Semakin banyak kerjasama dengan
5
institusi pendidikan maupun swasta
2
3
4
√
√
√
√
√
√
3
4
√
√
√
√
√
D. Pemberian Peringkat terhadap Ancaman
Organisasi
No Ancaman
1 Tidak ada jaminan keberlangsungan bisnis
dolanan anak
2 Semakin ditinggalnya nilai-nilai tradisi
3 Penurunan kualitas pelayanan yang
berdampak pada permintaan dolanan
4
5
Semakin munculnya destinasi wisata yang
lebih menarik
Semakin banyak mainan modern yang
diminati
1
2
3
√
√
√
√
√
4
2.
Nama : Hosni Bimo Wicaksosno
Jabatan : Kordinator I Pojok Budaya
Penilaian Bobot Faktor Internal (kekuatan dan kelemahan)
Internal
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
A
3
2
2
3
3
3
2
2
1
3
B C D E F G H I J K
1 2 2 1 1 1 2 2 3 1
1 2 1 2 1 2 1 2 1
3
1 2 2 1 2 2 2 1
2 3
1 1 1 2 2 2 2
3 2 3
1 1 3 2 3 2
2 2 3 3
2 3 2 3 3
3 3 3 3 2
1 2 3 3
2 2 2 1 1 3
2 3 3
3 2 2 2 2 2 2
3 3
2 2 2 3 3 1 1 1
3
3 1 2 2 3 1 1 1 1
Total
Total
16
16
18
18
23
26
26
21
23
19
18
224
Bobot
0,071
0,071
0,080
0,080
0,103
0,116
0,116
0,094
0,103
0,085
0,080
1,000
Keterangan : Pada Faktor Internal, huruf kapital “A” hingga “E” adalah indikator kekuatan,
dan “F” hingga “K” adalah indikator kelemahan. Pada Faktor Eksternal huruf kapital “A”
hingga “E” adalah indikator Peluang, sedangkan “F” hingga “J” adalah indikator ancaman.
Penilaian Bobot Faktor Eksternal (peluang dan ancaman)
Eksternal
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
A
3
1
2
2
3
2
2
1
1
B C
1 3
2
2
1 1
1 1
1 2
2 1
2 3
1 1
1 2
Total
D E F G H I J
3 2 1 2 2 3 3
3 3 3 2 2 3 3
3 3 2 3 1 3 2
2 2 3 3 2 2
2
3 2 2 1 2
2 1
2 2 2 3
1 2 2
2 2 2
1 2 2 2
1 3
2 3 2 2 3
2
2 1 1 2 1 2
Total
20
24
20
18
16
18
16
18
17
13
180
Bobot
0,111
0,133
0,111
0,100
0,089
0,100
0,089
0,100
0,094
0,072
1,000
Pemberian Peringkat terhadap faktor Internal Organisasi
(Kekuatan & Kelemahan)
A. Pemberian Peringkat terhadap Kekuatan
Organisasi
No
Kekuatan
1
Memiliki tradisi membuat dolanan
1
tradisional yang masih dipertahankan
Harga paket wisata terjangkau
2
Pelopor pembuat mainan tradisional
3
Dalam pembuatannya terdapat kecerdasan
4
majemuk bagi anak (irama, kinestetis, dan
rasa)
Dukungan pemerintah Kabupaten Bantul
5
√
B. Pemberian Peringkat terhadap Kelemahan
Organisasi
No
Kelemahan
Promosi belum Optimal
1
Pengelolaan Kampung Dolanan kurang
2
profesional
Bahan tidak ramah anak
3
Tidak ada inovasi produk
4
Sedikit masyarakat umum yang
5
mengetahui Kampung Dolanan
Sedikit masyarakat Pandes yang terlibat
6
dalam pengembangan Kampung Dolanan
1
Pemberian Peringkat terhadap Faktor Eksternal Organisasi
(Peluang dan Ancaman)
C. Pemberian Peringkat terhadap Peluang
Organisasi
No Peluang
1
2
1 Pemasaran online (e-commerce)
√
Dukungan yang lebih banyak dari
2
√
Pemerintah Kabupaten Bantul
Pertumbuhan pariwisata Bantul yang lebih
3
√
pesat
Lebih banyak sekolah yang mengikuti
4
√
workshop
Semakin banyak kerjasama dengan
5
institusi pendidikan maupun swasta
2
3
4
√
√
√
√
2
3
4
√
√
√
√
√
√
3
√
4
D. Pemberian Peringkat terhadap Ancaman
Organisasi
No Ancaman
1 Tidak ada jaminan keberlangsungan bisnis
dolanan anak
2 Semakin ditinggalnya nilai-nilai tradisi
3 Penurunan kualitas pelayanan yang
berdampak pada permintaan dolanan
4
5
Semakin munculnya destinasi wisata yang
lebih menarik
Semakin banyak mainan modern yang
diminati
1
2
3
√
√
√
√
√
4
3. Nama : Sekar Mirah Satriani
Jabatan : Kordinator II Pojok Budaya
Penilaian Bobot Faktor Internal (kekuatan dan kelemahan)
Internal
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
A
3
2
2
3
3
3
2
2
2
3
B C D E F G H I J K
1 2 2 1 1 1 2 2 2 1
2 2 1 1 1 2 1 2 1
2
2 1 1 1 2 2 2 1
2 2
1 1 1 2 2 2 2
3 3 3
2 1 3 2 3 2
3 3 3 2
2 3 2 3 3
3 3 3 3 2
1 2 3 3
2 2 2 1 1 3
2 3 3
3 2 2 2 2 2 2
3 3
2 2 2 1 1 1 1 1
3
3 3 2 2 1 1 1 1 1
Total
Total
15
16
16
17
25
27
26
21
23
16
18
220
Bobot
0,068
0,073
0,073
0,077
0,114
0,123
0,118
0,095
0,105
0,073
0,082
1,000
Keterangan : Pada Faktor Internal, huruf kapital “A” hingga “E” adalah indikator kekuatan,
dan “F” hingga “K” adalah indikator kelemahan. Pada Faktor Eksternal huruf kapital “A”
hingga “E” adalah indikator Peluang, sedangkan “F” hingga “J” adalah indikator ancaman.
Penilaian Bobot Faktor Eksternal (peluang dan ancaman)
Eksternal
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
A
3
3
2
2
3
2
2
1
1
B C
1 1
3
1
1 1
1 1
1 1
1 1
2 3
1 1
1 1
Total
D E F G H I J
2 2 1 2 2 3 3
3 3 3 3 2 3 3
3 3 3 3 1 3 3
2 3 3 3 3 3
2
2 2 2 2 2
1 2
2 2 2 2
1 2 2
1 3 3
1 2 2 3
3 2
1 2 2 1 1
2
1 2 2 1 2 2
Total
17
26
23
21
16
16
16
20
12
13
180
Bobot
0,094
0,144
0,128
0,117
0,089
0,089
0,089
0,111
0,067
0,072
1,000
Pemberian Peringkat terhadap faktor Internal Organisasi
(Kekuatan & Kelemahan)
A. Pemberian Peringkat terhadap Kekuatan
Organisasi
No
Kekuatan
1
Memiliki tradisi membuat dolanan
1
tradisional yang masih dipertahankan
Harga paket wisata terjangkau
2
Pelopor pembuat mainan tradisional
3
Dalam pembuatannya terdapat kecerdasan
4
majemuk bagi anak (irama, kinestetis, dan
rasa)
Dukungan pemerintah Kabupaten Bantul
5
√
B. Pemberian Peringkat terhadap Kelemahan
Organisasi
No
Kelemahan
Promosi belum Optimal
1
Pengelolaan Kampung Dolanan kurang
2
profesional
Bahan tidak ramah anak
3
Tidak ada inovasi produk
4
Sedikit masyarakat umum yang
5
mengetahui Kampung Dolanan
Sedikit masyarakat Pandes yang terlibat
6
dalam pengembangan Kampung Dolanan
2
3
4
√
√
√
√
1
2
3
4
√
√
√
√
√
√
Pemberian Peringkat terhadap Faktor Eksternal Organisasi
(Peluang dan Ancaman)
C. Pemberian Peringkat terhadap Peluang
Organisasi
No Peluang
1
2
1 Pemasaran online (e-commerce)
√
Dukungan yang lebih banyak dari
2
Pemerintah Kabupaten Bantul
Pertumbuhan pariwisata Bantul yang lebih
3
pesat
Lebih banyak sekolah yang mengikuti
4
√
workshop
Semakin banyak kerjasama dengan
5
√
institusi pendidikan maupun swasta
3
√
√
4
D. Pemberian Peringkat terhadap Ancaman
Organisasi
No Ancaman
1 Tidak ada jaminan keberlangsungan bisnis
dolanan anak
2 Semakin ditinggalnya nilai-nilai tradisi
3 Penurunan kualitas pelayanan yang
berdampak pada permintaan dolanan
4
5
Semakin munculnya destinasi wisata yang
lebih menarik
Semakin banyak mainan modern yang
diminati
1
2
3
4
√
√
√
√
√
Download