mengenal perilaku lahan gambut - Wetlands International Indonesia

advertisement
Seri Pengelolaan Hutan dan Lahan Gambut
Pertanian
04
MENGENAL PERILAKU LAHAN GAMBUT
Manfaat Lahan Gambut
Lahan gambut bersifat
rapuh dan mudah
rusak. Oleh sebab itu,
lahan gambut harus
diperlakukan secara arif
agar tidak
memunculkan bahaya
dan kerugian.
Pengelolaan yang
sembarangan akan
menyebabkan ongkos
produksi mahal dan
kalau sudah terlanjur
rusak, biaya
pemulihannya sangat
besar.
ISI:
!
!
Manfaat Lahan
Gambut
Perilaku Lahan
Gambut
! Kematangan
gambut
! Daya penyaluran air
! Kering tak balik
! Daya tumpu rendah
! Penurunan
permukaan tanah
! Lapisan tanah di
bawah gambut
! Kesuburan gambut
Lahan gambut mempunyai banyak manfaat, diantaranya yang utama adalah pencegah
banjir di musim hujan dan mencegah kekeringan di musim kemarau. Lahan gambut
memiliki kemampuan luar biasa untuk menampung air pada musim hujan. Air
tersebut kemudian akan dilepaskan secara perlahan-lahan pada musim kemarau.
Manfaat gambut lainnya adalah sebagai habitat bagi kehidupan berbagai macam satwa
dan tumbuhan serta lahan budidaya pertanian, peternakan, dan perikanan yang
menguntungkan apabila dikelola secara baik. Pada tipe lahan gambut yang tepat,
budidaya pertanian cukup menguntungkan. Pada tipe lahan gambut lainnya, pertanian
menjadi sulit dan sangat mahal, sehingga merugikan.
Perilaku Lahan Gambut
Kenalilah lahanmu, maka kau akan sukses sebagai petani. Demikian orang bijak
berkata. Gambut merupakan lahan yang memiliki perilaku khusus yang penting untuk
kita kenali. Dengan mengenalinya, kita akan menemukan kiat yang tepat untuk
mengelolanya secara bijak dan tepat sehingga usahatani yang dikembangkan dapat
menguntungkan tanpa membahayakan lingkungan.
Kematangan gambut
Dengan berjalannya waktu, gambut akan terus mengalami proses pematangan.
Proses pematangan terjadi karena peruraian bahan-bahan organik, drainase,
penguapan, dan aktivitas lainnya (seperti pengolahan tanah). Proses ini ditandai
dengan penurunan tanah, perubahan warna, dan pelepasan asam-asam organik yang
beracun bagi tanaman. Gambut yang telah mengalami pematangan, pada akhirnya
dapat membentuk bahan organik baru yang disebut humus.
Berdasarkan tingkat kematangannya, gambut dibagi menjadi tiga jenis yaitu gambut
yang belum matang (fibrik), gambut setengah matang (humik), dan gambut yang telah
matang (saprik). Gambut yang lebih matang biasanya lebih subur dibanding dengan
yang kurang matang.
Untuk mempercepat kematangan gambut, biasanya digunakan tanaman ubikayu/
singkong, pemberian pupuk kandang atau kompos, dan pengaturan tata air. Tanaman
ubikayu tahan terhadap keasaman tinggi dan mikroorganisme (jasad renik) yang
terdapat dalam perakarannya akan mempercepat pematangan gambut. Demikian
pula mikroorganisme yang terdapat dalam kompos dan pupuk kandang, sedangkan
pengaturan tata air jika dilakukan secara tepat akan memberikan suasana yang baik
bagi perkembangbiakan mikroorganisme.
1
Daya penyaluran air
Gambut memiliki daya penyaluran
air secara horisontal (mendatar)
yang cepat sehingga memacu
pencucian unsur-unsur hara ke
saluran drainase. Sebaliknya,
gambut memiliki daya penyaluran
air vertikal (ke atas) yang sangat
lambat. Akibatnya, lapisan atas
gambut sering mengalami
kekeringan, meskipun lapisan
bawahnya basah. Untuk mengatasi
perilaku ini, perlu dilakukan usahausaha untuk menjaga ketinggian air
tanah pada kedalaman tertentu.
Untuk tanaman semusim,
kedalaman air tanah yang ideal
adalah kurang dari 100 cm.
Sedangkan untuk tanaman tahunan
disarankan untuk mempertahankan
air tanah pada kedalaman 150-200
cm.
Gambar 1 memperlihatkan sistem
tata air pada kebun Pinang di lahan
gambut Desa Mendahara Hulu,
Jambi. Keberadaan atau tinggi air di
sekeliling saluran diatur melalui
pintu air berdasarkan air pasang
dari sungai di dekatnya.
Kering tak balik
Gambut memiliki kemampuan
menahan air sangat tinggi. Akan
tetapi apabila kandungan airnya
menurun secara berlebihan, akan r,
Gambar 2. Upaya rehabilitasi gambut yang mengalami pengeringan melalui
penutupan saluran dan rehabilitasi lahan
mengakibatkan kondisi kering tak
balik. Gambut yang telah
mengalami kondisi demikian, sudah
sulit menyerap air kembali,
bobotnya sangat ringan sehingga
mudah hanyut terbawa air hujan,
strukturnya lepas-lepas seperti
pasir, mudah terbakar, dan sulit
ditanami kembali.
Gambar 2 memperlihatkan gambut
yang kekeringan akibat drainase
berlebihan. Upaya rehabilitasi
tanaman dapat dilakukan jika
kondisi keringnya gambut di atasi
terlebih dahulu, misal melalui
perbaikan tata air dengan
menyekat saluran.
Kebakaran di lahan gambut sangat
sulit untuk dipadamkan karena
dapat menembus ke bawah
permukaan tanah. Bara api yang
dikira sudah padam ternyata masih
tersimpan di dalam tanah dan
menjalar ke tempat-tempat ngan
sekitarnya tanpa disadari.
Bara di lahan gambut
dalam biasanya hanya
dapat dipadamkan oleh
air hujan yang lebat.
Oleh sebab itu,
kebakaran gambut harus
dicegah dengan cara tidak
membakar lahan, tidak
membuang bara api
seperti puntung rokok
secara sembarangan pada
Gambar 1. Sistem tata air pada perkebunan Pinang
2
lahan gambut terutama di musim
kemarau, dan menjaga kelembaban
tanah gambut.
Membakar sisa-sisa hasil tebangan atau
serasah di lahan gambut sedapat
mungkin harus dihindari. Kalaupun
terpaksa, gunakan cara yang benar
sehingga api dapat dilokalisasi dan
tidak merambat ke tempat lain.
Caranya dengan mengumpulkan
serasah di tempat yang dikelilingi parit
berair. Pembakaran dilakukan pada
waktu angin tidak kencang, dimulai
dari arah pinggir. Selama proses
pembakaran, api harus selalu dijaga
agar tidak menjalar ke tempat lain.
Kiat menjaga kelembaban tanah
gambut adalah dengan
mempertahankan keberadaan air di
dalam saluran drainase dan irigasi
secara memadai serta pengolahan
tanah minimum. Apabila irigasi tidak
tersedia, pintu-pintu saluran drainase
harus dapat dibuka dan ditutup. Pada
waktu musim hujan atau kelebihan air,
pintu air dibuka. Pada waktu
menjelang musim kemarau, pintu air
ditutup sehingga kondisi kering
berlebihan dapat dihindari.
Pengolahan tanah minimum dianjurkan
pada tanah gambut yang ditata sebagai
tegalan. Pengolahan tanah hanya
sedalam 10 cm. Setelah diolah,
sebaiknya gambut dipadatkan untuk
mengurangi penguapan.
Penurunan permukaan tanah
Setelah dilakukan drainase,
permukaan tanah gambut akan
mengalami penurunan karena
pematangan gambut dan
berkurangnya kandungan air. Ratarata kecepatan penurunan adalah
0,3-0,8 cm/bulan, dan umumnya
terjadi selama 3-4 tahun setelah
Gambar 3. Alat pemadat gambut sederhana drainase dan pengolahan tanah.
Semakin tebal gambut, penurunan
tersebut semakin cepat dan
Daya tumpu rendah
semakin lama. Sifat gambut seperti
ini mengakibatkan terjadinya
Gambut memiliki daya dukung atau
genangan, pohon rebah, dan
daya tumpu yang rendah karena
konstruksi bangunan (jembatan,
kerapatan tanahnya rendah.
jalan, saluran drainase) terganggu
Sebagai akibatnya, pohon yang
atau ambles.
tumbuh menjadi mudah rebah,
jalan sulit dilalui kendaraan, dan
Masalah penurunan gambut
sulit disawahkan (kecuali gambut
ditanggulangi dengan cara sebagai
dengan kedalaman kurang dari 75
berikut:
cm). Gambut tebal sulit dan tidak
! Penanaman tanaman tahunan
cocok dibuat sawah karena dalam
didahului dengan penanaman
kondisi basah, akan sulit diinjak
tanaman semusim minimal tiga
serta sangat miskin hara.
kali musim tanam;
Karenanya, gambut tebal sebaiknya
! Dilakukan pemadatan sebelum
tidak digunakan sebagai lahan
penanaman tanaman tahunan.
pertanian/sawah.
Beberapa kiat untuk mengatasi
daya tumpu dan daya dukung
gambut yang rendah adalah:
1. Budidaya tanaman tahunan
hanya pada lahan dengan
ketebalan gambut <2,5 m;
2. Dilakukan pemadatan gambut
sebelum penanaman.
Pemadatan dapat dilakukan
dengan menggunakan alat
sederhana yang dibuat sendiri
dari kayu gelondong yang dapat
digelindingkan (Gambar 3), atau
menggunakan alat pemadat
mekanis yang biasa digunakan
untuk memadatkan tanah di
jalan;
3. Gambut dengan ketebalan lebih
dari 75 cm ditata dengan sistem
tegalan.
Lapisan tanah di bawah gambut
Lahan merupakan bentangan alam
yang terdiri atas berlapis-lapis tanah
dari bahan yang berlainan. Gambut
merupakan lapisan tanah yang
paling atas. Di bawah lapisan
gambut, terdapat tanah endapan
yang disebut aluvial. Tanah aluvial
terbentuk dari campuran bahanbahan seperti lumpur, humus, dan
pasir dengan kadar yang berbeda-
Gambar 4. Pirit
3
beda. Gambut yang membentang
di atas lapisan pasir sebaiknya tidak
digunakan untuk budidaya tanaman
karena tidak subur.
Di bawah lapisan gambut di lahan
pasang surut, sering terdapat
senyawa pirit (FeS2). Lapisan tanah
yang mengandung pirit lebih dari
0,75% disebut sebagai lapisan pirit.
Menurut Wijaya Adhi (2000),
adanya lapisan pirit pada lahan
dapat diketahui dari tanda-tanda
sebagai berikut:
! Lahan dipenuhi oleh tumbuhan
Purun tikus;
! Di tanggul saluran terdapat
bongkah-bongkah tanah
berwarna kuning jerami
(Gambar 4);
! Di saluran drainase, terdapat air
yang mengandung karat besi
berwarna kuning kemerahan;
! Apabila lapisan pirit dikeringkan
akan berubah warna menjadi
kuning karat seperti jerami.
Apabila pirit disiram dengan
larutan hydrogen peroksida
(H2O2) 30% akan berbuih.
Pirit bagaikan “macan yang sedang
tidur”, kalau diusik sangat
berbahaya. Dalam keadaan
tergenang, senyawa ini tidak
berbahaya. Dalam keadaan kering,
pirit akan teroksidasi oleh udara
(terbakar) dan setelah bercampur
dengan air akan menjadi asam sulfat
atau sering disebut air aki/air keras
yang sangat beracun. Akibatnya,
akar tanaman akan terganggu,
unsur hara sulit diserap oleh
tanaman, unsur besi dan aluminium
akan larut hingga meracuni
tanaman. Kondisi semacam ini
akan berlangsung sangat lama,
bertahun-tahun, sampai racun
tersebut habis terbawa/tercuci oleh
aliran air.
Untuk mengatasi masalah ini, hal
pertama yang harus diperhatikan
adalah tidak menggunakan tanah
yang kedalaman piritnya kurang
dari 50 cm, kecuali dijamin dapat
diairi sepanjang tahun. Kedua,
lapisan pirit harus selalu dijaga agar
tidak kekeringan dengan cara
mempertahankan kelembaban
tanah sampai kedalaman lapisan
pirit.
luapan air sungai atau air payau
lebih subur dari pada gambut
yang hanya memperoleh luapan
atau curahan air hujan. Gambut
yang terbentuk di atas lapisan
liat/lumpur lebih subur dari pada
yang terdapat di atas lapisan
pasir. Gambut dangkal lebih
subur dari pada gambut dalam.
Kesuburan gambut
Untuk mengatasi masalah
kandungan asam-asam organik
yang beracun biasanya dilakukan
drainase dengan membuat
saluran drainase intensif atau
saluran cacing. Sedangkan
untuk mengatasi masalah
kesuburan lainnya digunakan
pupuk (makro dan mikro) dan
bahan amelioran. Pupuk mikro
digunakan pada tanah gambut
dengan kedalaman lebih dari 1
m. Bahan amelioran adalah
bahan yang mampu
memperbaiki atau membenahi
kondisi fisik dan kesuburan
tanah. Beberapa contoh bahan
amelioran yang sering digunakan
adalah kapur, tanah mineral,
pupuk kandang, kompos, dan
abu.
Tanah gambut umumnya memiliki
kesuburan yang rendah, ditandai
dengan pH rendah (masam),
ketersediaan sejumlah unsur hara
makro (K, Ca, Mg, P) dan mikro
(Cu, Zn, Mn, dan B) yang rendah,
mengandung asam-asam organik
yang beracun, serta memiliki
Kapasitas Tukar Kation (KTK) yang
tinggi tetapi Kejenuhan Basa (KB)
rendah. KTK yang tinggi dan KB
yang rendah menyebabkan pH
rendah dan sejumlah pupuk yang
diberikan ke dalam tanah relatif
sulit diambil oleh tanaman.
Tingkat kesuburan tanah gambut
dipengaruhi oleh berbagai hal.
Secara umum, gambut yang berasal
dari tumbuhan berbatang lunak
lebih subur dari pada gambut yang
berasal dari tumbuhan berkayu.
Gambut yang lebih matang lebih
subur dari pada gambut yang belum
matang. Gambut yang mendapat
Daftar Pustaka
Danarti, dkk. 1995. Studi Pengembangan
Lahan Rawa Lebak. Puslitbangtrans.
Jakarta.
IPG Widjaja-Adhi, Didi Ardhi, dan
Mansyur. 1993. Pengelolaan Lahan
dan Air Lahan Pasang Surut.
Puslitbangtrans. Jakarta.
IPG Widjaja-Adhi. 1995. Potensi,
Peluang, dan Kendala Perluasan areal
Pertanian di Lahan Rawa, Makalah
Seminar Pengembangan Lahan
pertanian di Kawasan Timur
Indonesia, Puspitek, Serpong.
Muslihat, L. 2003. Teknik Penyiapan
Lahan untuk Budidaya Pertanian di
Lahan Gambut dengan Sistem surjan.
Wetlands Internasional Indonesia
Programme. Bogor.
Muslihat, L. 2003. Ekologi Gambut.
Wetlands Internasional Indonesia
Programme. Bogor.
Najiyati, S., dkk. 1997. Studi
Pengembangan Lahan Pasang Surut.
Puslitbangtrans. Jakarta.
Tim Produksi:
Tanah gambut yang sangat tidak
subur (contoh: gambut sangat
dalam, gambut di atas pasir
kuarsa) membutuhkan
Head Office:
Wetlands International-Indonesia Programme
Jl. Ahmad Yani No 53-Bogor 16161
PO. Box 254/BOO-Bogor 16002
Tel:+62-251-312189; Fax: +62-251-325755
[email protected]
Sumatra Office:
Jl. A. Thalib No. 28
Kec. Telanaipura - Jambi 36135
Tel: +62-741-60431
[email protected]
amelioran dan pupuk yang sangat
banyak. Akibatnya, biaya yang
dikeluarkan untuk usahatani tidak
sebanding dengan produksi yang
dihasilkan. Oleh sebab itu, gambut
seperti ini sebaiknya tidak digunakan
untuk pertanian.
Kalimantan Office:
Jl. Teuku Umar No 45
Palangka Raya 73111 - Kal Teng
Tel/Fax: +62-536-38268
[email protected] OR
[email protected]
Indonesia Programme
Penyusun : Sri Najiyati
Foto
: Sri Najiyati & Alue Dohong
Desain/
Tata Letak : Vidya Fitrian
Climate Change, Forests and Peatlands in Indonesia (CCFPI),
merupakan proyek yang berkaitan dengan serapan karbon (carbon
sequestration) dan dibiayai melalui Dana Pembangunan dan
Perubahan Iklim Kanada. Proyek ini dirancang untuk meningkatkan
pengelolaan berkelanjutan pada hutan dan lahan gambut di
Indonesia agar kapasitasnya dalam menyimpan dan menyerap
karbon meningkat serta mata pencaharian masyarakat di sekitarnya
menjadi lebih baik. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam
proyek ini, baik di tingkat lokal maupun nasional, dikaitkan dengan
usaha-usaha perlindungan dan rehabilitasi hutan dan lahan gambut.
Dalam pelaksanaannya di lapangan, proyek ini menerapkan
pendekatan-pendekatan yang bersifat kemitraan dengan berbagai
pihak terkait (multi stakeholders) dan dengan keterlibatan yang kuat
dari masyarakat setempat.
The Climate Change, Forests and Peatlands in Indonesia (CCFPI) Project is
undertaken with the financial support of the Government of Canada provided through
The Canadian International Development Agency (CIDA)
Ditjen. PHKA
Canadian International
Development Agency
Http://www.indo-peat.net
4
Agence canadienne de
développement international
Download