Rakernis PPKL“Gotong Royong Meningkatkan Kualitas Air, Udara

advertisement
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
SEKRETARIAT JENDERAL
GedungManggalaWanabakti, Blok 1 Lantai 1 JalanGatotSubroto, Jakarta 10270
Telepon : 021-5705099, 5730118-9 Faximile 5710484
SIARAN PERS
Nomor : S. 212/HUMAS/PP/HMS.3/3/2016
RAPAT KERJA TEKNIS
PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN
“Gotong Royong Meningkatkan Kualitas Air, Udara dan Tutupan Lahan”
Jakarta, 21 Maret 2016. Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan
Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
menyelenggarakan Rapat Kerja Teknis (Rakernis) Bidang Pengendalian Pencemaran
dan Kerusakan Lingkungan pada 21-23 Maret 2016 di Hotel Bidakara Jakarta.
Rakernis ini dibuka oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya.
Tujuan Rakernis ini adalah untuk menjalin kesepakatan dengan semua pihak dalam
melaksanakan kegiatan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan
sehingga target yang telah ditetapkan untuk meningkatkan Indeks Kualitas
Lingkungan Hidup (IKLH) dapat tercapai sebesar 64,5 - 65,00 pada tahun 2016 dan
66,5 - 68,5 pada tahun 2019. Rakernis dihadiri peserta yang berasal dari BLH
Provinsi, Kabupaten/Kota seluruh Indonesia, Kementerian/Lembaga, akademisi,
serta para pelaku usaha.
Dalam arahannya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengatakan, “Peran
pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan sangat berkaitan dengan
pengaturan penggunaan bersama barang-barang publik (public goods). Gotong
royong adalah salah satu nilai yang dicanangkan dalam gerakan revolusi mental.
Nilai-nilai luhur gotong-royong diperlukan sebagai sebuah gerakan secara bersamasama yang melibatkan semua orang untuk peduli dan aktif memelihara barang
publik baik oleh pemerintah, dunia usaha, perguruan tinggi, dan komunitas
masyarakat melalui gotong royong untuk air bersih, udara bersih bagi produktifitas
rakyat. Diharapkan dengan sinergi antar seluruh stakeholder dapat mempercepat
program pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan agar dampaknya
dapat cepat dirasakan masyarakat luas”.
Dalam upaya meningkatkan IKLH, Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran
dan Kerusakan Lingkungan mempunyai peran dalam meningkatkan kualitas udara,
kualitas air, kualitas tutupan lahan, menurunkan beban pencemaran dan tingkat
kerusakan wilayah pesisir dan laut, serta meningkatkan kualitas pengelolaan lahan
gambut.
Tahun 2015 capaian target IKU, IKA dan ITL masing-masing sebesar 84,96, 53,10
dan 58,55 serta luas lahan gambut terdegradasi yang dipulihkan sebesar 173 Ha.
Sedangkan capaian kegiatan peningkatan kualitas pesisir dan laut masih pada tahap
penyusunan baseline data. Namun pemulihan kerusakan kawasan pesisir dan laut
telah dilakukan pada 10 kawasan dan fasilitasi pemulihan lahan terlantar bekas
penambangan telah mencapai 5,8%.
Pemantauan kualitas udara perkotaan pada 45 kota dan pemantuan kualitas udara
untuk penetapan nilai IKU pada 250 kabupaten/kota di 34 Provinsi. Pemantauan
kualitas air sungai pada 125 sungai (918 titik pemantauan) untuk penetapan nilai
IKA, yang melalui kabupaten/kota di 34 Provinsi. Selain itu, pelaksanaan PROPER
untuk 2.267 perusahaan yang berada pada 34 Provinsi, lebih mendorong peran
dunia usaha untuk berupaya menurunkan beban pencemaran udara dan beban
pencemaran air.
Tahun 2016 telah ditetapkan target untuk masing-masing indikator kinerja program
yaitu Indeks Kualitas Udara (IKU) 81,5; Indeks Kualitas Air (IKA) 52,5; Indeks
Tutupan Lahan (ITL) 59,5; Persentase penurunan beban pencemaran dan tingkat
kerusakan wilayah pesisir dan laut sebesar 5% dan luas lahan gambut terdegradasi
yang dipulihkan meningkat sebesar 150 Ha. Strategi pencapaian target pelaksanaan
kegiatan tahun 2016 dilakukan dengan membangun kerjasama yang erat dengan
semua pihak seperti pemerintah sektor terkait, pemerintah provinsi, pemerintah
kabupaten/kota, perguruan tinggi, termasuk dunia usaha dan masyarakat.
Pemanfaatan dana dekonsentrasi melalui kerjasama yang baik dengan pemerintah
provinsi untuk pelaksanaan kegiatan pemantauan kualitas udara perkotaan,
pemantauan kualitas air sungai lintas provinsi dan PROPER.
Dana alokasi khusus (DAK) KLHK yang terkait dengan kegiatan bidang lingkungan
hidup pada tahun 2016 ini terdapat pada 22 Provinsi dan 480 Kabupaten/Kota.
Pemanfaatan DAK dapat digunakan untuk kegiatan yang berkontribusi dalam
penurunan beban pencemaran air. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) khususnya untuk permukiman dan Usaha Skala Kecil (USK) akan semakin
didorong untuk menjadi kegiatan utama dalam pemanfaatan dana alokasi khusus.
Pada tahun 2015 penurunan beban pencemaran air untuk parameter BOD sebesar
0,13%, baik dari sektor perusahaan, kegiatan prasarana dan jasa, USK maupun
rumah tangga.
Pembangunan infrastruktur untuk pemantauan kualitas udara dan pemantauan
kualitas air sangat diperlukan untuk mendukung ketersediaan data sehingga dapat
diketahui kualitas lingkungan yang digunakan dalam menentukan IKLH serta
langkah-langkah strategis dalam peningkatan kualitas lingkungan hidup. Pada tahun
2016 ini ditargetkan akan dibangun sebanyak 3 alat monitoring kualitas udara (Air
Quality Monitoring System/AQMS) di kota Palangkaraya, Jambi dan Palembang dan 7
alat monitoring kualitas air (On Line Monitoring/ONLIMO) di DAS Ciliwung, DAS
Cisadane, DAS Serayu dan DAS Bengawan Solo Pembangunan alat monitoring
kualitas lingkungan ini membutuhkan kerjasama yang erat dengan pemerintah
provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dunia usaha dan masyarakat, baik dari segi
pemeliharaan maupun keamanan serta keberlanjutan fungsi dari peralatan tersebut,
sehingga dapat bermanfaat secara maksimal.
Pencapaian target tahun 2016 untuk fasilitasi pemulihan lahan terlantar bekas
penambangan sebesar 10% dan pemulihan lahan gambut yang rusak sebesar 150
Ha serta peningkatan kualitas pesisir dan laut sebesar 5%, juga tidak terlepas dari
peran dan kerjasama yang baik dengan semua pihak. Pemulihan lahan akses
terbuka di 2 (dua) lokasi yaitu di Kabupaten Gunung Kidul dan Kabupaten
Singkawang sudah dimulai pada tahun 2016 ini, namun demikian kegiatan tersebut
masih kecil bila dibandingkan dengan total lokasi lahan akses terbuka bekas
penambangan yang rusak sebanyak 328 lokasi di 132 Kabupaten/Kota.
Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, Karliansyah
mengatakan, “Peranan aktif pengusaha sangat diperlukan dalam melakukan
usahanya untuk memanfaatkan sumber daya alam dan mengelola air limbah dan
emisi yang dihasilkan agar sesuai dengan ketentuan dan peraturan berlaku. Peranan
aktif ini lebih didorong lagi untuk bersama-sama dengan masyarakat melakukan
kegiatan-kegiatan yang lebih nyata sehingga kualitas lingkungan hidup kita menjadi
lebih baik”.
Penanggung jawab berita:
1. Direktur Jenderal PPKL, Karliansyah, Telp. 08129327408
2. Kepala Biro Humas Kementerian LHK, Novrizal, HP. 0818432387
Siaran pers ini juga dapat diakses melalui website: ppid.dephut.go.id
Download