aplikasi teknologi bioflok untuk budidaya perikanan di

advertisement
APLIKASI TEKNOLOGI BIOFLOK UNTUK BUDIDAYA
PERIKANAN DI PERAIRAN GAMBUT
Oleh : Ir. Subkhan Riza
Badan Penelitian dan Pengembangan
PEKANBARU, BALITBANG RIAU, 16/12/2016. Dalam publikasi Kementerian Pertanian tahun
2011, luasan lahan gambut di Indonesia saat ini adalah 14,905 juta hektar persegi. Para ahli
memperkirakan angka ini telah menyusut sekitar 6 juta hektar dibandingkan kondisi tahun 90-an
yang mencapai 20 juta hektar. Berkurang atau hilangnya kawasan hutan rawa gambut akan
menurunkan kualitas lingkungan, menyebabkan banjir pada musim hujan serta kekeringan dan
kebakaran pada musim kemarau. Hutan rawa gambut mempunyai nilai konservasi yang sangat
tinggi dan fungsi fungsi lainnya seperti fungsi hidrologi, cadangan karbon, dan biodiversitas yang
penting untuk keseimbangan ekosistem. Jika ekosistemnya terganggu maka intensitas dan
frekuensi bencana alam akan makin sering terjadi. Keberadaan lahan rawa gambut dengan fungsi
ekonomi dan ekologisnya dapat dipertahankan dengan memanfaatkan lahan rawa gambut untuk
kegiatan budidaya perikanan.
Namun demikian budidaya ikan di lahan gambut selama ini hasilnya belum optimal. Hal ini
disebabkan karena buruknya kualitas air dalam media budidaya. Untuk meningkatkan kualitas air
rawa dapat dipergunakan teknologi bioflok. Teknologi bioflok merupakan salah satu alternatif baru
dalam mengatasi masalah kualitas air dalam akuakultur yang diadaptasi dari teknik pengolahan
limbah domestik secara konvensional.
Teknologi bioflok merupakan teknologi yang memanfaatkan bahan organik dari hasil
metabolisme ikan yang mengandung nitrogen untuk diubah menjadi protein dan dapat
dimanfaatkan kembali oleh ikan sebagai protein tambahan, disamping pakan yang diberikan.
Teknologi bioflok juga dapat meningkatkan kualitas air sebagai media budidaya ikan, sehingga
dapat meminimalisir pergantian air atau bahkan tidak perlu ada pergantian air. Dengan demikian
penggunaan teknologi bioflok akan memberikan manfaat antara lain : dapat meningkatkankualitas
air, ramah lingkungan, meningkatkan produktifitas, dan efisiensi pemakaian pakan sehingga
menurunkan biaya produksi.
Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Riau telah melakukan penelitian Aplikasi
teknologi bioflok pada budidaya perikanan di perairan rawa gambut. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perubahan kualitas air dengan aplikasi teknologi bioflok; mengetahui dosis bioflok dan
padat tebar yang sesuai untuk air rawa gambut, dan mengetahui laju pertumbuhan harian,
biomassa, kelangsungan hidup ikan dan konversi pakan (feed convertion ratio - FCR). Penelitian
tersebut telah dilakukan pada bulan September s/d Desember tahun2015 yang lalu, bertempat di
.Pusat Riset dan Pengembangan Teknologi (Puribangtek) Balitbang Provinsi Riau, Jl. Raya Pasir
Putih, desa Baru Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar.
Penelitian tersebut menggunakan ikan Lele (Clariasgariepinus) sebanyak 10.800 ekor,
wadah budidaya berupa bak plastic sebanyak 19 unit, media budidaya berupa air rawa gambut
dengan pH 4,5. Masing-masing bak dimasukkan larutan starter yang dibuat dengan mencampurkan
150cc molase ditambah 10cc, 20cc dan 30cc probiotik bakteri Bacillus sp kedalam 1 liter air. Setelah
dilakukan aerasi selama satu minggu mulai terbentuk flock yang merupakan agregat dari unsure
diatom, makroalga, sisa pelet, eksoskeleton organism mati, bakteri, protista, dan unsure organic
dari metabolisme yang terdapat di perairan yang kaya dengan protein.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan menunjukkan bahwa dengan
aplikasi bioflok dapat meningkatkan pH
air gambut dari 4,5 menjadi 6,1 – 6,5.
Dosis terbaik untuk pertumbuhan ikan
lele dengan padat penebaran 300
ekor/m3 adalah dengan pemberian
bakteri probiotik 20 ml/m3. Laju
pertumbuhan bobot mutlak ikan lele
mencapai 38,45 gram, dan laju
pertumbuhan harian 3,61%.
Selanjutnya rasio konversi pakan (FCR) diperoleh sebesar 0,93. Hal ini menunjukkan bahwa
untuk menghasilkan 1 kg daging ikan lele dibutuhkan pakan sebanyak 0,97 kg. Nilai tersebut jauh
dibawah nilai FCR budidaya ikan lele pada umumnya sekitar 1,5. Semakin tinggi nilai rasio
konversi pakan maka pakan yang dibutuhkan untuk pemeliharaan ikan semakin besar sehingga
tidak efisien dalam penggunaan pakan yang tidak sebanding dengan penambahan bobot tubuh ikan.
Berdasarkan hasil tersebut, pemberian inokulen bakteri member pengaruhnya terhadap
penggunaan pakan. Sehingga aplikasi teknologi bioflok pada budidaya ikan lele di perairan rawa
gambut dapat mengurangi pemakaian pakan buatan sebesar 38 persen. (SubkhanRiza).
Download